Disusun oleh:
KELOMPOK 06 – TS04
Dosen Pengampu:
Herlita Prawenti, S.T., M.T.
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PROJECT BASED LEARNING
“PEMILIHAN ALTERNATIF INVESTASI”
Disusun Oleh:
Kelompok 6/Teknik Sipil 04
M. Ragil Juniarta (2140503106)
Isnaeni Bagaskoro (2140503109)
Rifki Dwi Febrian (2140503126)
Hilda Febria Damai (2140503140)
M. Nabil Fatih J.W. (2140403198)
Mengetahui, Mengetahui,
Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Dosen Mata Kuliah Ekonomi Teknik
Teknik
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS TEKNIK
Alamat: Jalan Kapten Suparman 39 Magelang 56116
Telp. (0293)364113 Fax. (0293) 362438
Laman: www.untidar.ac.id Surel: teknik@untidar.ac.id
LEMBAR ASISTENSI
LAPORAN PROJECT BASED LEARNING
“PEMILIHAN ALTERNATIF INVESTASI”
Kelompok :6
Kelas : TS 04
Nama Anggota : 1. M. Ragil Juniarta (2140503106)
2. Isnaeni Bagaskoro (2140503109)
3. Rifki Dwi Febrian (2140503126)
4. Hilda Febria Damai (2140503140)
5. M. Nabil Fatih J.W. (2140503198)
Asisten Dosen : Nur Farika Agustin (1910503081)
No. Hari/Tanggal Keterangan Paraf
1. 9 Mei 2023 - Sitasi
- Lembar asis
3. 23 Mei 2023 -
4.
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS TEKNIK
Alamat: Jalan Kapten Suparman 39 Magelang 56116
Telp. (0293)364113 Fax. (0293) 362438
Laman: www.untidar.ac.id Surel: teknik@untidar.ac.id
5.
Mengetahui,
Asisten Dosen Mata Kuliah
Ekonomi Teknik
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Project Based Learning untuk program studi Teknik Sipil yakni mata
kuliah Ekonomi Teknik ini mengenai pemilihan alternatif investasi.
Laporan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
mengenai pembelajaran serta memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Teknik.
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan Project Based Learning
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat dosen pengampu
mata kuliah Ekonimi Teknik Herlita Prawenti, S.T., M.T., yang telah
mengajarkan banyak ilmu dan memberikan tugas ini, sehingga kami
termotivasi untuk menyelesaikan laporan Project Based Learning ini.
Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Nur
Farika Agustin selaku Asisten Dosen yang telah membimbing pengerjaan
laporan ini dari awal hingga akhir.
Dalam penulisan laporan Project Based Learning ini pasti masih
banyak kekurangan baik dalam hal sistematika, isi, maupun teknik
penulisannya. Kiranya tiada lain karena keterbatasan kemampuan dan
pengalaman kami yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu, kami
sebagai penyusun mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak
sebagai masukan yang berharga untuk kami, demi kemajuan bersama
dimasa mendatang.
Demikianlah laporan hasil wawancara ini kami buat, kami berharap
semoga laporan hasil wawancara ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca dalam menentukan alternatif terbaik dari pemilihan terhadap
amalisis investasi.
iv
v
Penyusun
DAFTAR ISI
v
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
DAFTAR TABEL
vii
1 BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi teknik adalah ekonomi yang berkaitan dalam dengan teknisi yang
berkaitan dengan menganalisa permasalahan ekonomi dan diselesaikan dengan
teori ckonomi, seperti ingin membuat alat hal yang perlu diperhatikan adalah
fungsi kegunaan alat pada kehidupan sehari-sehari kemudian bahan yang
digunakan apakah dari kualitas bahan, harga bahan dan kelebihan dan kekurangan
bahan tersebut, kemudian apakah dapat keuntungan dari apa yang dijual dari segi
keuntungan dalam bentuk uang, keuntungan dalam memakai dan keuntungan
jangka panjang dan masih banyak lagi (Dikutip dari : scribd.com).
Dunia teknik khususnya mengenal pula adanya istilah bisnis, malah dunia luar
maju teknologinya karena anak teknik yang berinovasi dengan tentunya banyak
barang-barang elektronik yang dijual dipasaran, contohnya telepon genggam yang
sangat pesat kemajuannya. Oleh karena itu kita harus mempelajari ekonomi yang
sangat penting untuk menunjang kehidupan seseorang apapun latar belakangnya.
Dengan ilmu ekonomi yang kita terapkan dalam bidang teknik yang sangat
membantu untuk bisnis atau manajemen keuangan dalam bidang teknik (Dikutip
dari : scribd.com).
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam pelaksanaan project yang ingin dicapai
diantaranya yaitu:
1. Dapat menentukan alternatif terbaik dari pilihan investasi yang diberikan
dengan menggunakan metode IRR dan AE dengan nilai MARR yang
ditentukan sendiri (pada skenario A)?
2. Dapat membuat grafik cashflow terhadap 5 pilihan lainnya seperti contoh
skenario A diatas dengan berbeda nilai perencanaan Investasi dan berbeda
umur rencana Investasi?
3. Mengetahui pilihan yang terbaik dari kajian mengenai pilihan Investasi
tersebut dengan menggunakan metode IRR dan AE dengan nilai MARR
yang ditentukan sendiri?
Isnaeni Bagaskoro
(2140503109)
4
berkaitan dengan biaya pembuatan produk secara fisik yang dikeluarkan dalam
rangka kegiatan proses produksi sehingga disebut juga dengan production cost.
2. Biaya Komersial
Biaya komersial merupakan akumulasi biaya yang untuk membuat
produk itu dapat dijual di luar biaya produk, dan dipergunakan biasanya untuk
menghitung harga jual produk.
D. Biaya Berdasarkan Volume Produknya
Proses pengelompokan biaya berdasarkan volume produk dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah jenis beban yang mengalami fluktuasi atau bervariasi
sesuai dengan jumlah output yang diproduksi. Variable Costs akan meningkat
ketika volume produksi meningkat, dan turun ketika volume produksi menurun.
Makin besar volume penjualan, makin besar pula beban yang harus dikeluarkan.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Jenis beban yang selalu konstan dan tidak dipengaruhi oleh volume produksi.
Jenis memiliki dua karakteristik, yaitu biaya tidak berubah atau tidak
dipengaruhi oleh periode atau aktivitas tertentu dan cost per unitnya berbanding
terbalik dengan perubahan volume. Bila volumenya rendah maka fixed cost
tinggi, sebaliknya pada volume yang tinggi fixed cost per unitnya rendah.
3. Biaya Rata-Rata (Avarage Cost)
Average cost merupakan biaya per unit yang akan didapatkan dengan cara
membagi total pengeluaran dengan jumlah output produksi. Biaya rata-rata ini
dibutuhkan oleh perusahaan untuk menentukan keputusan produksi kedepannya.
Keterangan :
SLD = Jumlah depresiasi per tahun
I = Investasi (nilai aset awal)
S = Nilai sisa aset akhir umur produktif
N. = Lamanya aset akan di depresiasi
Penggunaan depresiasi ini biasanya dikenakan pada aset yang mempunyai pola
perilaku keuntungan yang besar pada awal investasi dan mengecil sesuai dengan
perjalanan umur investasi.
Di samping itu, merode ini sering juga digunakan dalam rangka
mengantisipasi,/pengamanan cash flow masa depan yang berisiko tinggi, sehingga
kemungkinan terganggu nya biaya pengembalian modal dapat dikurangi.
Keterangan :
SOYDt =¿Depresiasi SOYD periode ke-t
Umur sisa aset = n, yaitu umur aset - jumlah periode depresiasi yang telah
dibayarkan atau : n = N-(t-1)
N
Sum of year digits depreciation = ∑ digit= ( N +1)
2
Maka:
N −(t−1)
SOYDt = ( I −S )
∑ digit (2.5)
Gambar 2. 2 Sum of
Years Digits Depresiation (SOYD)
Sumber : (Giatman. 2006.)
C. Declinning Balance Depreciation (DBD)
Metode Declining Balance Depreciation (DBD) mempunyai asumsi bahwa
nilai aset menurun lebih cepat pada tahun-tahun permulaan daripada tahun-tahun
akhir dari usia kegunaannya. Yang amat penting dengan metode ini ialah nilai jual
10
(nilai sisa) harus lebih besar daripada nol. Depresiasi dihitung berdasarkan laju
tingkat penyusutan tetap (R) yang dikalikan dengan nilai aset tahun sebelumnya.
Sebagai contoh, jika harga awal aset 100 juta rupiah dikenakan laju depresiasi
10%, maka besarnya depresiasi tahun pertama adalah 70Vo x Rp100 juta = Rp10
juta; depresiasi tahun kedua adalah 10% x (Rp100 juta - Rp10 juta): Rp9 juta,
tahun ketiga 10% x (Rp90 juta - Rp9 juta) : Rp8,1 juta, dan seterusnya.
Selanjutnya, secara matematis rumus perhitungan DBD adalah sebagai berikut:
D. Doible Declinning Balance Deprection (DDBD)
Jika metode penyusutan DBD digunakan untuk tujuan-tujuan perhitungan
pembayaran pajak, tingkatan penyusutan maksimum yang dibenarkan dua kali
tingkat penyusutan metode garis lurus (SLD). Jadi, untuk suatu aset dengan usia
pemakaian diperkirakan "n" tahun, maka tingkat penyusutan maksimum yang
diizinkan adalah 2 (l/n). Metode penyusutan semacam ini disebut Double
Declining Balance Depreciation (DDBD). Dalam keadaan lainnya dimungkinkan
tingkat penyusutan sebesar 1,50 atau 1,25 kali tingkat penyusutan garis lurus.
Double Declining Balance Depresiation merupakan kelipatan 200% x SLD
1
Dimana SLD t= ( I−S ), Jika I – S = Book Valuet-1
N
1
Maka SLD t= (Book Value t−1 )
5
1 (2.6)
DDBD = 200% x SLD t=200 % × (Book Valuet −1)
N
2
Maka DDBD t = (Book Value t −1 )
N
Pada saat t= 0, nilai buku (BV) : Investasi (l), maka:
N[ N ] N
I− − (I− ) =
[ N ]
I −2 ( ) +( )
2
2 2I 2I 2 2I 2 2
t=3=> DDBD = 3
N N N
11
( )
2
2I 2
¿ I
N N
dari persamaan di atas bila dilanjutkan sampai t = n akan diperoleh DDBD tahun
ke- n sebagai berikut:
( )
n−1
2I 2
DDBD n= I− (2.7)
N N
Total depresiasi DDBD pada tahun ke-n adalah:
[( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ]
0 1 2 3 n−1
∑ DDBD n = 2NI I−
2
N
+ I−
2
N
+ I−
2
N
+ I−
2
N
+ I−
2
N
(2.8)
Dikalikan dengan I ( −2n ), maka
∑ DDBD n ( I − N2 )= 2NI ( I − N2 ) +( I− N2 ) +( I − N2 ) +( I − N2 )
1 2 3 n
(2.9)
Jika persamaan (2.9) – (2.8) akan diperoleh sebagai berikut:
[ ( )]
n
−2
N
∑ DDBD= 2NI −I+ I− N2 (2.10)
[ ( )]
n
2
∑ DDBD =I I− I − N (2.11)
[ ( )]
n
2
BVn = I −I I − I − (2.12)
N
Jika BVn > S akan menimbulkan masalah dalam menetapkan nilai aset
perusahaan, karena akan berpotensi munculnya biaya semu (sunk cost), untuk
itu perlu dihindarkan. Ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Melanjutkan perhitungan depresiasi sampai ditemukan nilai sisa
2. Menggabungkan metode DDBD dengan SLD
13
14
4 4 4
5 4 5
6 5 5
7 5 6
8 6 6 8
9 6 7 9
10 7 7 9
11 7 8 10
12 8 9 11
13 8 9 11
14 9 10 12
15 9 10 13
16 10 11 13
17 10 11 14
18 11 12 15 18
19 11 13 16 19
20 12 13 16 19
Sumber : (Giatman. 2006.)
2) Metode Perhitungan Langsung
Metode perhitungan langsung, di mana masing-masing metode menghitung
depresiasi tiap tahtinnya, depresiasi yang rerbesar untuk tahun yang sama
dipakai sebagai pilihan. Hanya saja dalam perhirungan SLD tidak memakai
rumui 1/N (I-S), tetapi rumus yang dipakai adalah:
1
SLD t= (BV t −1−S)
N− ( n−1 ) (2.13)
Keterangan :
N-(n-l) = umur aset yang tersisa
BV t−1 = nilai buku periode tahun sebelumnya dari metode DDBD
Langkah perhitungan adalah sebagai berikut.
a) Hitung depresiasi dengan merode SLD dan DDBD secara bersamaan.
b) Bandingkan nilai SLD dan DDBD unruk masing-masing tahun yang sama.
c) Saat nilai SLD > DDBD, maka konversi dilakukan.
16
( ) ( )
T 1 21 2 n−1 2 Keterangan
n
SLD= (B V t −1DDBD=
−S ) 1− BV n=1 1
N −(n−1) N N N
0 900
( )
1 1 540 DDBD
( 900−30 )=1742(900) 1− 2
1−1
=360
5−(1−1) 5 5
( 1− ) =216
2 1 2(900) 2 2−1 324 DDBD
( 540−30 )=127,5
5−(2−1) 5 5
5 ( 5)
3 1
( 324−30 )=98 2(900) 1− 2
3−1 194 DDBD
=130
5−(3−1)
5 ( 5)
1
( 194−30 )=82 2(900) 1 2
4 4 −1 112 KONVEKSI
=78 SLD
5−(4−1)
5 1 30 KONVEKSI
( 194−30 )=82 SLD
5−(4−1)
Sumber : (Giatman. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta:Rajawali pers)
F. Unit Production of Depreciation
Beberapa jenis aset tidak begitu terpengaruhi oleh variabel waktu, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh produktivitas kerjanya, seperti pesawat terbang, mesin-
mesin tertentu yang sangat terpengaruh oleh aktivitas produksinya, dan berbagai
aser dalam bentuk deposit alam. Aset-aset tersebut depresiasinya dihitung tidak
selalu merupakan fungsi waktu, tetapi berdasarkan fungsi produksinya. Misalnya,
umur pesawat terbang tersebut tidak dihitung berdasarkan indikator tahun berapa
dia dibuat, atau seberapa tahun dia telah dioperasikan, tetapi sudah berapa lama
jam terbangnya, begitu juga untuk nilai sisa doposit yang terkandung dalam perut
bumi setelah dieksploitasi tidak ditentukan oleh sudah berapa lama dia
17
dieksploitasi, rerapi sebaliknya, sudah berapa banyak deposit tersebur diambil dan
seberapa banyak yang masih tersisa.
Produksi t
UPDt = n
( I −S )
(2.14)
∑ Produksi
I
Keterangan :
Produksit = Jumlah produksi pada tahun dimaksud
n
n
ct
NPV ( N )=∑
t −1 (1+r )t
(2.15)
Keterangan :
Gambar 2. 5 Cashflow format non – annual (kiri) dan format annual (kanan)
Sumber : (Giatman. 2006.)
Hasil pendistribusian secara merata dari cash-in menghasilkan rata-
pendapatan per tahun dan disebut dengan Equivalent Uniform Annual of Benefit
(EUAB). Sedangkan hasil pendistribusian cash-out secara merata disebut dengan
19
n
(2.16)
EUAB = ∑ Cbt (FBA )t
t =0
n
(2.17)
EUAC = ∑ Cc t (FBA )t
t =0
n
(2.18)
AE = ∑ Cf t (FBA )t = EUAB −¿ EUAC
t =0
Keterangan :
Aspek benefit dan cost pada proyek pemerintah mempunyai makna yang
lebih luas daripada pengertian biasa, dimana aspek tersebut seringkali ditemukan
dalam bentuk tidak langsung. Sebagai contoh, investasi pembukaan jalan baru
tidak sekedar menjadikan waktu perjalanan lebih pendek atau efisien, tetapi juga
akan menghasilkan manfaat yang lain seperti peningkatan produktivitas lahan di
sekitar jalan pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan sebagainya.
BCR =
∑ Benefit (2.19)
∑ cost
Jika analisis dilakukan terhadap present worth :
n
(2.20)
PWB
∑ Cbt ( FBP)t
i=0
BCR = atau
PWC n
∑ Cct ( FBP)t
i=0
n
(2.21)
EUAB
∑ Cbt ( FBA )t
i=0
BCR = atau
EUAC n
∑ Cct ( FBA )t
i=0
Kriteria untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak atau tidak
secara ekonomis dengan metode BCR adalah :
Jadi MARR = i + Cc + Jika Cc dan tidal ada atau nol, maka MARR =
i, sehingga MARR i untuk dikatakan feasible.
22
Faktor resiko dipengaruhi oleh sifat resiko dari usaha, tingkat persaingan
usaha sejenis, dan gaya pimpinan perusahaan (management style). Dalam
management style dikenal tiga kategori utama tipe pimpinan, yaitu :
a) Optimistic
b) Most likely
c) Pesimistic
Dari Gambar diatas, jika cash flow suatu investasi dicari NPVnya pada
suku bunga i = 0%, umumnya akan menghasilkan nilai NPV maksimum.
Selanjutnya, jika suku bunga (i) diperbesar, nilai NPV akan cenderung menurun
sampai pada i tertentu, NPV akan mencapai nilai negatif (artinya pada suatu i
tertentu, NPV akan memotong sumbu nol). Pada saat NPV sama dengan nol (NPV
= 0), nilai i = i* atau disebut juga dengan IRR (internal rate of return). Hal lain
yang perlu diketahui :
Cash flow tanpa IRR biasanya ditandai dengan terlalu besarnya rasio
antara aspek benefit dengan aspek cost. Cash flow dengan banyak IRR biasanya
ditandai dengan netto cash flow yang bergantian antara positif dan negatif.
23
Gambar 2. 7 Gambar NPV tanpa IRR (kiri) Gambar NPV dengan IRR lebih dari
satu (kanan)
Sumber : (Giatman. 2006.)
Meskipun ada berbagai kemungkinan nilai NPV, namun untuk saat inin
dibatasi hanya untuk persoalan cash flow yang menghasilkan nilai IRR tunggal.
Untuk memperoleh nilai IRR dilakukan dengan mencari besarnya NPV dengan
nilai i variabel (berubah-ubah) sedemikian rupa, sehingga diperoleh suatu nilai i
saat NPV mendekati nol, yaitu NPV (+) dan NPV (-). Dengan cara coba-coba
(trial and error), setelah diperoleh nilai NPV (+) dan NPV (-), selanjutnya
dilakukan interpolasi untuk mendapatkan IRR dengan asumsi nilai diantaranya
sebagai garis lurus. Untuk mendapatkan NPV = 0 dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Hitung NPV untuk suku bunga dengan interval tertentu sampai diperoleh
NPV 0, yaitu NPV (+) dan NPV(-).
2. Lakukan interpolasi pada NPV (+) dan NPV(-), sehingga didapatkan i*
pada NPV = 0.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Giatrnan, D. M., Buku, D., Tinggi, P., Rajagrafindo, P. T., & Jakarta, P. (n.d.). EKONOMI TEKNIK.
Imam Suseso, M., & Sri Handayani, F. (2016). ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN
OPTIMALISASI KOMPOSISI JUMLAH TIPE RUMAH UNTUK MENDAPATKAN KEUNTUNGAN
OPTIMUM PADA PERUMAHAN TIRTASANI RESIDENCE KARANGANYAR.
LAMPIRAN