No.Dokumen :
3. Kebijakan
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pekerjaan Refraksionis Optisien dan Optometris
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Refraksi Optisi / Optometri
5. Prosedur 1. Pasien melakukan pendaftaran ke poli mata
2. Pasien menunggu di ruang tunggu poli mata
3. Pasien akan dipanggil oleh petugas sesuai dengan urutan nomor antrian
4. Petugas melakukan anamnesa pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan posisi bola mata apakah ada juling atau
tidak
6. Petugas melakukan pemeriksaan secara subyektif menggunakan
autorefraktometer keratometer
7. Petugas melakukan pengukuran jarak antar pupil
8. Petugas melakukan pengecekan visus tanpa koreksi monokuler dimulai
dari mata kanan kemudian mata kiri dan mencatat pada dokumen
pemeriksaan
9. Petugas memeriksa visus monokuler pasien dengan kacamata lama, jika
pasien menggunakan kacamata sebelumnya dan mencatat hasil visus
pada dokumen pemeriksaan
10. Jika visus tidak 6/6 maka petugas akan melakukan pemeriksaan
refraksi, jika dengan pemeriksaan refraksi visus tidak membaik makan
petugas akan melakukan pemeriksaan dengan pinhole, jika dengan
pinhole visus membaik maka akan dikoreksi kelainan astigmatism, jika
dengan pinhole visus tidak membaik, maka ada kelainan organik dan
petugas akan menjelaskan kondisi tersebut kepada pasien lalu
menyarankan untuk dirujuk ke faskes lanjutan
11. Petugas melakukan pencatatan pada dokumen pemeriksaan jika hasil
refraksi telah didapatkan, jika pasien dirujuk maka petugas mencatat
tujuan faskes lanjutan dan masa berlaku rujukan
Pemeriksaan Pendahuluan
Historis