Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

Metabolisme dan Mekanisme Obat-Reseptor Struktur Adrenalin

Diusulkan Oleh :

Nurlita Kusuma Wardani 48202.01.20004 2020

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG


KABUPATEN PROBOLINGGO
2022-2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………….. i
RINGKASAN……………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN…
A. Latar Belakang ……………………………………………….… 1
B. Tujuan…………..…………………………………………….… 3
C. Rumusan Masalah…………..………………………………...… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Adrenalin………………………………………………………… 6

2.1.1. Definisi Adrenalin….………………………………………… 6


2.1.2. Sediaan ……………..……………………………………….. 9
2.1.3 Farmakokinetik……………………………………………….. 12
2.2 Efek Terhadap kerja jantung… ………………………………… 17
2.3 Metabolisme Adrenalin…………………………………………. 19
2.4 Mekanisme Obat-Reseptor Adrenalin ……………………………… 20
2.5 Fisiologi Adrenoreseptor………………..……………………….. 23

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…..............................................................................................55
B. Saran…........................................................................................................56

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul "Pemanfaatan Sampah Sisa Makanan". Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Rais, M.E., selaku guru pembimbing kami, yang memberikan dorongan dan
masukan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Situbondo, 07 Februari 2023

P
Penulis
RINGKASAN
Metabolisme obat adalah proses transformasi yang terjadi pada obat setelah masuk ke
dalam tubuh, yang bertujuan untuk membuat obat lebih mudah dalam dikeluarkan dari
tubuh. Ikatan obat ke reseptor juga merupakan bagian penting dari mekanisme aksi obat,
karena ikatan ini mempengaruhi aktivitas biologis dari obat. Epineprin, yang juga dikenal
sebagai adrenaline, adalah salah satu obat yang memiliki ikatan dengan reseptor. Ikatan
ini dapat mempengaruhi aktivitas biologis dari epineprin, seperti peningkatan frekuensi
jantung dan tekanan darah. Studi kasus juga menunjukkan bagaimana faktor-faktor
seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat medis dapat mempengaruhi metabolisme obat dan
ikatan dengan reseptor. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor
ini dalam pengobatan dengan epineprin atau obat lainnya. Secara keseluruhan, makalah
ini menekankan pentingnya memahami mekanisme metabolisme dan ikatan obat ke
reseptor, karena ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap aktivitas biologis dari
obat dan respons tubuh terhadap pengobatan.

Keyword: Adrenalin, reseptor, agonis, metabolisme, ikatan obat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adrenaline adalah hormon dan neurotransmitter yang dikeluarkan oleh adrenal


medulla dan memiliki berbagai efek biologis seperti meningkatkan denyut jantung,
memperkuat aliran darah, dan meningkatkan tingkat glukosa dalam darah. Adrenalin
mempengaruhi tubuh melalui ikatannya dengan reseptor-reseptor spesifik, seperti
reseptor alpha-1 dan beta-2. Metabolisme adrenalin adalah proses biokimia yang
mengubah adrenalin menjadi metabolit yang tidak aktif. Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai proses metabolisme dan mekanisme ikatan obat ke reseptor adrenalin, serta
implikasi klinis dari interaksi obat-reseptor.

1.2 Tujuan

1. Memahami bagaimana adrenalin mengikat dengan reseptor dan memicu respon


biokimiawi yang menyebabkan efek fisiologis.

2, Memahami bagaimana interaksi antara adrenalin dan reseptor adrenergik


mempengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis dan menyebabkan perubahan pada
denyut jantung, tekanan darah, dan lainnya.
3. Memahami bagaimana obat-obatan yang mengikat dengan reseptor adrenergik
dapat digunakan untuk mengatasi kondisi medis seperti penyakit jantung, hipertensi, dan
lainnya.

4. Memahami bagaimana struktur adrenalin mempengaruhi aktivitas dan afinitasnya


terhadap reseptor, dan bagaimana variasi struktur dapat mempengaruhi potensi dan efek
obat-obatan yang mengandung adrenalin.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana interaksi antara adrenalin dan reseptor adrenergik mempengaruhi


respon biokimiawi dan efek fisiologis?

2. Bagaimana obat-obatan yang mengikat dengan reseptor adrenergik dapat


digunakan untuk mengatasi kondisi medis seperti penyakit jantung dan hipertensi?

3. Bagaimana variasi struktur adrenalin mempengaruhi afinitas dan aktivitas


terhadap reseptor, dan bagaimana ini mempengaruhi potensi dan efek obat-obatan yang
mengandung adrenalin?

4. Bagaimana proses metabolisme dan mekanisme obat-reseptor adrenalin


mempengaruhi respons tubuh terhadap stres dan bagaimana hal ini mempengaruhi
kesehatan jangka panjang?
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Adrenalin

2.1.1 Definisi adrenalin

Adrenalin merupakan neurotransmiter sistem saraf, tergolong


katekolamin. adrenalin sebagian besar dihasilkan oleh serabut postganglionik
simpatis, perannya pada divisi simpatis Sistem Saraf Otonom. Adrenalin yang
tergolong katekolamin,merupakan gugus amin yang berikatan dengan kelompok
3,4 – dihydroxybenzene dan mempunyai ikatan metil pada rantai nitrogen amin,
bersifat simpatomimetik. (gambar struktur senyawa adrenalin 2.1.1)

Adrenalin yang berperan dominan pada saraf simpatis, dilepaskan dalam


jumlah relatif lebih besar ketika tubuh memberikan respon terhadap stimulus
”fight or flight” . Istilah ini dipakai untuk menggambarkan ketika tubuh
mengalami perubahan dalam keadaan stres, keadaan bersifat gawat, seperti
trauma, ketakutan, hipoglikemi, kedinginan dan olahraga. Istilah lain yang
dipakai adalah ergotropik yaitu suatu keadaan di mana tubuh memerlukan energi
yang bersifat mendadak dan tercukupi.

2.1.2 Sediaan

Adrenalin paling sering disajikan sebagai larutan bening dalam


konsentrasi 1: 1000 (1ml ampul) atau 1: 10000 (10 ml mini-jet untuk resusitasi).
Kedua formulasi ini mengandung 1 mg adrenalin. Ini juga dapat diformulasikan
dengan larutan anestesi lokal untuk infiltrasi, paling sering dalam konsentrasi 1:
200.000, namun mungkin setinggi 1:80.000 (dengan Lignocaine 2% untuk injeksi
gigi). Hal ini juga dapat disajikan dalam Auto-injector untuk digunakan dalam
anafilaksis (lihat di bawah) dalam dosis 0,3 mg dan 0,15 mg (EpiPen®) untuk
injeksi intramuskular. adrenalin raremik adalah campuran isomer dekstro (D) -
dan levo (L) isomer adrenalin, di mana L-epinefrin adalah bentuk aktifnya. Oleh
karena itu campuran rasemat kurang aktif dan mungkin memiliki efek samping
kardiovaskular lebih sedikit saat nebulasi. Solusi adrenalin sering dipersiapkan
dalam bentuk komabinasi dengan sulfit untuk mencegah oksidasi
katekolamin.Biasanya pada operasi katarak juga digunakan adrenalin yang bebas
ataupun dengan zat preservasi bisulfit untuk mempetahankan midriasis. Bisulfit
disini biasanya digunakan untuk menjaga stabilitas dari adrenalin, dikarenakan
diketahui bahwa adrenalin merupakan obat yang tidak stabil. Namun, potensi
toksisitas adrenalin intrusieral ke sel endotel telah menimbulkan kekhawatiran
tentang keamanannya.Sodium xliii bisulfit (NaHSO3) dan sodium metabisulfite
(Na2S2O5) digunakan sebagai pengawet dalam injeksi adrenalin. Efek
antioksidan pengawet ini membantu menjaga epinefrin dalam keadaan berkurang
dan meningkatkan kestabilannya.Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa
zat pengawet ini berpotensi beracun pada endotel kornea.Meskipun demikian,
sediaan adrenalin yang mengandung natrium bisulfit telah digunakan sebagai
obat off-label bila obat bebas pengawet tidak tersedia.Berbagai pengenceran obat
telah digunakan, mulai dari 1: 1.000 sampai 1: 100.000, namun konsentrasi
adrenalin yang dilaporkan beracun pada endotel kornea lebih tinggi dari
konsentrasi yang biasa digunakan.Untuk alasan ini, kekhawatiran tentang
toksisitas epinefrin karena bahan pengawet bisa dilebih-lebihkan. Dalam
penelitian ini, kami bertujuan untuk mengevaluasi toksisitas endotel penggunaan
intrusieral dari larutan perendaman adrenalin 1: 100.000 yang mengandung
sodiumbisulfit sebagai pengawet.(20) d. Farmakodinamik adrenalin diindikasikan
untuk injeksi intravena dalam pengobatan hipersensitivitas akut, pengobatan
serangan asma akut untuk meringankan bronkospasme, dan pengobatan dan
profilaksis serangan jantung dan serangan blok jantung atrioventrikular
sementara dengan kejang-kejang syncopal (Stokes-Adams xliv Syndrome).
Tindakan adrenalin menyerupai efek stimulasi saraf adrenergik. Untuk tingkat
variabel itu bekerja pada kedua situs reseptor alfa dan beta sel efektor simpatik.
Tindakan yang paling menonjol adalah pada reseptor beta jantung, pembuluh
darah dan otot polos lainnya. Bila diberikan injeksi intravena cepat, ia
menghasilkan peningkatan tekanan darah yang cepat, terutama sistolik, dengan
(1) stimulasi langsung otot jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi
ventrikel, (2) meningkatkan denyut jantung dan (3) penyempitan pada arteriol di
daerah kulit, mukosa dan splanchnic sirkulasi. Bila diberikan injeksi intravena
lambat, adrenalin biasanya hanya menghasilkan kenaikan moderat sistolik dan
penurunan tekanan diastolik. Meskipun beberapa peningkatan tekanan nadi
terjadi, biasanya tidak ada peningkatan tekanan darah rata-rata. Dengan
demikian, mekanisme refleks kompensasi yang ikut bermain dengan peningkatan
tekanan darah yang diucapkan tidak memengaruhi tindakan jantung langsung dari
adrenalin sama seperti dengan katekolamin yang memiliki tindakan dominan
pada reseptor alfa.(16)

2.1.3 Farmakokinetik

Adrenalin memiliki onset yang cepat dan durasi kerja yang singkat ketika
diberikan secara parenteral atau intraokular. Waktu paruh efektif epinefrin ketika
diberikan lewat jalur parenteral adalah kurang dari 5 menit.

Absorbsi

Adrenalin akan dimetabolisme dengan cepat di saluran gastrointestinal,


sehingga obat ini tidak bisa mencapai konsentrasi yang efektif secara
farmakologis bila diberikan secara peroral. Absorbsi dapat berlangsung baik
lewat pemberian intramuskular dan subkutan, terutama bila difasilitasi dengan
pemijatan area injeksi. Obat ini memiliki onset yang cepat, di mana waktu paruh
efektifnya kurang dari 5 menit bila diberikan secara parenteral.[6]

Distribusi

Adrenalin diketahui dapat menembus sawar plasenta, tetapi tidak dapat


menembus sawar darah otak. Obat ini juga diperkirakan dapat diekskresikan ke
dalam ASI, tetapi data yang tersedia masih inkonklusif.[3,6]

Metabolisme

Efek farmakologis biasanya terhenti karena obat diambil dan


dimetabolisme di nerve ending simpatis. Sebagian besar adrenalin akan
dimetabolisme dan hanya sedikit yang akan diekskresikan dalam bentuk tidak
berubah. Adrenalin dimetabolisme menjadi metabolit inaktif,
yaitu vanillylmandelic acid oleh monoamine oxidase (MAO) dan oleh  catechol-
O-methyl transferase (COMT) di liver dan jaringan lain

Eliminasi
Sekitar 40% adrenalin akan diekskresikan lewat urine dan sebagian besar
diekskresikan dalam bentuk metabolit inaktif.[3,6]

Resistensi

Kasus resistensi adrenalin sangat jarang terjadi. Resistensi pernah


dilaporkan pada pasien yang mengalami pseudohipoparatiroid.

2.2 Efek Adrenalin Terhadap Kerja Jantung

Sebagai suatu hormon yang memiliki krakteristik kerja dispersal (menyebar/tidak


terfokus pada satu titik) maka adrenalin, dikenal juga dengan epinephrin, memiliki
fungsi dengan akibat yang bervariasi dalam beberapa sistem tubuh. Sekresi adrenalin
akan menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi kerja berbagai jaringan atau
sistem yang memiliki reseptor untuk hormon tersebut. Dengan dermikian kehadiran
adrenalin akan mengakibatkan beberapa perubahan yang cukup luas dan kompleks di
dalam tubuh. Salah satu organ yang akan terpengaruh oleh kehadiran adrenalin adalah
jantung. Sebagai organ yang bertanggung jawab dalam sistem sirkulasi tubuh jantung
mampu melakukan konduksi spontan depolarisasi yang akan sebagai pace maker.
Oleh karena itu dalam keadaan normal dapat berkontraksi tanpa adanya stimulus baik
dari sistem syarafmaupun endokrin. Dalam kondisi aktifitas fisik tertentu mekanisme
kerja jantung akan dipengaruhi oleh sistem simpatis dan parasimpatis serta sejumlah
hormon yang dapat mempercepat denyutan "jantung atau bahkan sebaliknya.
Perubahan mekanisme kerja jantung ursebut bukanlah suatu proses adaptasi fisiologi
yang sederhana melainkan merupakan suatu rangkaian reaksi enzimatis dan fisiologis
yang sali'ng terkait. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pengkajian yang
komprehensif dan mendalam tentang mekanisme adaptasi fisiologis jantung akibat
hadimya hormon adrenalin.

2.3 Metabolisme Adrenalin

Adrenalin adalah katekolamin alami yang diproduksi di medula kelenjar adrenal,


dan tindakansebagai hormon dan neurotransmitter.Semua katekolamin adalah
monoamina yang berasal dari asam amino fenilalanin dan tirosin. Rangkaian reaksi
metabolik yang terjadi dalam sintesisnya adalah: oksidasi tirosin ke L-DOPA,
dekarboksilasi menjadi dopamin, oksidasi menjadi norepinefrin, dan akhirnya metilasi
menjadiepinefrin. Epinefrin dipecah olehmonoamine oxidase (MAO) dan catechol-
Omethyltransferase (COMT), dan mungkin juga diekskresikan tidak berubah oleh
ginjal. Struktur epinefrinmolekul diberikan dalam gambar berikut:
2.4 Mekanisme Obat-Reseptor Adrenalin

Adrenalin bekerja tanpa selektif pada semua reseptor adrenergik (α1, α 2, β1, β2,
β3) untuk menghasilkan respons 'terbang atau melawan'. Mekanisme kerjanya adalah
melalui reseptor membran, yang memicu respon messenger kedua seperti yang
diilustrasikan.
Gambar 2.4.1. Ilustrasi reseptor dan second messenger dari efek adrenalin.

2.5 Fisiologi Adrenoreseptor

Terminologi adrenergik asalnya merujuk kepada efek dari adrenaline, yang sama
dengan efek kolinergik dari asetilkolin. Sekarang telah diketahui bahwa noradenalin
adalah neurotransmiter yang bertanggung jawab kepada hampir seluruh aktifitas
adrenergik dari sistem saraf simpatis. Dengan beberapa pengecualian, yaitu
pengeluaran kelenjar keringat dan beberapa pembuluh darah, norepinefrin dilepaskan
oleh serat simpatis postganglionik pada jaringan akhir organ. Berbeda halnya, seperti
dijelaskan pada bab 10, asetilkolin dilepaskan oleh serat simpatis preganglionik dan
seluruh serat parasimpatis.

Hidroksilasi dari tirosin ke dopa adalah langkah pembatasan. Dopamine mudah


ditransport ketempat penyimpanan. Noraadrenalin dapat dirubah ke adrenalin pada
medula adrenal. Norepnefrin disintesis di sitoplasma dan dihantar melalui vesikel serat
simpatis postganglionik. Setelah dibebaskan melalui proses dari eksositosis, aksi dari
norepinefrin diterminasi dengan mengambil kembali ke ujung saraf dari postganlionik
(diinhibisi oleh anti depresan trisiklik), difusi dari tempat reseptor, atau metabolisme
oleh oksidasi monoamin (diinhibisi oleh inhibitor oksidasi monoamin) dan katekol-0-
metiltransferase. Aktivasi adrenergik yang berlama-lama berakibat pada desensitasi
dan kurangnya respon untuk stimulasi lebih lanjut.

Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 jenis:

1. Perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan
terhadap kelenjar liur dan keringat.
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah
otot rangka.
3. Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi.
4. Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan
kewaspadaan, aktifitas psikomotor, pengurangan nafsu makan.
5. Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis
lemak dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon
hipofisis.
7. Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitter NE dan Ach Obat adrenergik terbagi menjadi dua, kerja
langsung dan kerja tidak langsung.

Obat adrenergik kerja langsung bekerja secara langsung pada reseptor adrenergik
di membran sel efektor. Jadi, efek suatu obat adrenergik dapat diduga bila
duketahui reseptor mana yang terutama dipengaruhi oleh obat tersebut. Obat
adrenergik kerja tidak langsung menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan
NE yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergik.

Agonis adrenergik berinteraksi dengan perubahan tertentu pada adrenoseptor α


dan β. Aktifitas yang tumpang tindih mempengaruhi perkiraan dari efek klinis.
Sebagai contohnya, epinefrin menstimulasi adrenoseptor α1-, α2-, β1-, β2

Tabel 2.5.1. Selektifitas reseptor untuk agonis adrenergik.

0, tidak ada efek;+,efek agonis (ringan, sedang, ditandai),?, efek tidak diketahui;
DA1dan DA2, reseptor dopaminergik. Universitas Sumatera Utara 2 efek α1,efek
dari epinefrin, norepinefrin, dan dopamine menjadi lebih lama pada dosis lebih
tinggi. 3 mode efek pertama dari efedrin adalah stimulasi tidak langsung. Efek
akhir keseluruhannya pada tekanan darah arteri bergantung pada keseimbangan
pada vasokonstriksi α1-, dan vasodilatasi β2-, dan pengaruh inotropik β1-. Lebih
lanjut, keseimbangan ini berubah pada dosis yang berbeda.
Gambar 2.5.2. Adregernik Agonis yang mempunyai struktur 3,4
dihidroksibenzen yang diketahui sebagai katekolamin.

Perubahan pada R1, R2 dan R3 Adrenergik agonis dapat dikategorikan


dengan langsung atau tidak langsung. Agonis langsung terikat dengan aktifitas
neurotransmitter endogen. Mekanisme dari aksi tidak langsung termasuk
peningkatan pelepasan atau penurunan pengambilan kembali daripada
norepinefrin. Perbedaanantara mekanika aksi langsung atau tidak langsung
sebagian penting bagi pasien yang memiliki penyimpanan noreponefrin endogon
yang abnormal, yang sebagian dapat timbul pada beberapa pengobatan anti
hipertensi atau pada inhibitor monoamin oksidase. Hipotensi intraoperasi pada
pasien ini harus diterapi dengan agonis langsung, agar responnya terhadap agonis
tidak langsung dapat dirubah. mempengaruhi aktifitas dan selektifitas Hal lain
yang dapat membedakan adrenergik agonis dari yang lainnya adalah struktur
kimiawinya. Adrenergik agonis memiliki struktur 3,4 dihidroksibenzen yang
dikenal sebagai katekolamin. Obat-obatan ini biasanya kerja pendek karena
metabolismenya oleh monoamin oksidase dan katekol-O-metiltransferase.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, kita membahas tentang metabolisme dan ikatan obat ke
reseptor adrenalin. Kita menyimpulkan bahwa adrenalin memainkan peran penting
dalam sistem saraf simpatis dan memiliki berbagai efek biologis seperti meningkatkan
denyut jantung, memperkuat aliran darah, dan meningkatkan tingkat glukosa dalam
darah. Proses metabolismse adrenalin membantu mengubah epinephrine menjadi
metabolit yang tidak aktif. Ikatan obat ke reseptor adrenalin dapat mempengaruhi
aktivitas biologis dari adrenalin, memodulasi efeknya, atau memicu efek baru. Konsep
metabolisme dan ikatan obat ke receptor adrenalin memiliki implikasi penting dalam
pengembangan obat dan terapi klinis. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dalam
bidang ini sangat penting untuk memahami mekanisme aksi dan efek dari obat-obat
yang bekerja melalui interaksi dengan receptor adrenalin yang agonis.

3.2 Saran

Penulis berharap masih ada penelitian lebih lanjut tentang metabolisme adrenalin,
dan semoga semua yang penulis tulis bisa dipelajari oleh mahasiswa yang lain.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

(KARYA AKHIR KEAMANAN PEMBERIAN EPINEFRIN PADA OPERASI KATARAK


FEKOEMULSIFIKASI SAFETY OF EPINEFRINE ADMINISTRATION IN
PHACOEMULSIFICATION CATARACT SURGERY, n.d.)

(Al-Salameh et al., 2010)

Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.: Farmakologi dan terapi, 4 ed. New york: The
Mc GrawHill, 2006: chapter 12. th

Stoelting K. Robert, MD; Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice, 4 ed.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1995:Bab V,VI. th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2006: chapter 12.

Costil David L., 1994, Physiologt of Sport Exercise, Human Kinetics, USA'

Cournan M, 2003, use the Funct Independence Measure -ft Measurement in Acute
Rehabilitation, Rehabilitation nursing (3):1 1 l-t17 .

Fox E.L, 2004, The Physiological Basic Plrysiological ErgonomY, Phi Saunders College
Publ.

Anda mungkin juga menyukai