AKROMEGALI
TUTORIAL D-3
Disusun Oleh :
Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
2016/2017
DAFTAR ISI
COVER..... 1
LEMBAR PENGESAHAN.. 2
DAFTAR ISI.. 3
DAFTAR GAMBAR. 5
DAFTAR TABEL.. 7
KATA PENGANTAR... 8
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang dan Tujuan. . 9
1.2 Case..... 10
1.3 Learning Progress Report. 11
Bab II I DONT KNOW (Pembahasan)
2.1 SISTEM ENDOKRIN
2.1.1 Definisi..... 15
2.1.2 Klasifikasi.... 15
2.1.3 Transport hormon... 19
2.1.4 Penilaian fungsi endokrin..... 21
2.1.5 Kelainan endokrin... .. 26
2.1.6 Mekanisme kerja hormon secara molekuler.. ... 29
2.1.7 Struktur hormon secara biokimia...... 36
2.1.8 Regulasi produksi hormon...... 37
2.1.9 Organ penghasil hormon....... 38
2.1.10 Degradasi hormonal....... 42
2.1.11 Interaksi hormone dan reseptor....... 43
2.2 HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS
2.2.3 Anatomi........ 44
2.2.4 Histologi........ 51
2.2.4 Embriologi........ 52
2.2.5 Fisiologi : mekanisme kerja. .. 55
2.2.6 Gangguan fungsi hipofisis...... 57
2.2.7 Gangguan fungsi hipotalamus....... 60
2.2.8 Hipersekresi dan hiposekresi...... 64
2.3 GIGANTISME, DEFISIENSI GH, AKROMEGALI
2.3.1 gigantisme dan akromegali......... 68
2.3.2 kretinisme... 76
2.4 PENATALAKSANAAN TERHADAP PENYAKIT ENDOKRIN
SECARA UMUM................................. 80
Gambar 1. Autokrin.... 19
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus pertama
yaitu tentang system endokrin secara umum dan fisiologi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dr. Miftahudin atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial.
Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B-1 atas kerjasamanya mulai dari proses
pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus ketiga ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas dari case
"explanary case. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan sebagai media
untuk belajar bagi yang membacanya.
BAB I
ISI
A. CASE
EXPLANARY CASE
Gali, mahasiswa kedokteran sedang asyik membaca artikel ilmiah di perpustakaan.
Gali tertarik pada salah satu kasus dalam artikel mengenai seorang pria, tn.x 43 tahun yang
mengeluh tangan dan kakinya terasa membesar , sehingga cincin kawinnya dan sarung
tangannya terasa sempit jika dikenakan. tn x merasa mudah berkeringat, mudah lelah, sering
sakit kepala, dan merasa silau saat siang hari ataupun saat menyetir di malam hari. Isterinya
pun mengeluh pasien sejak 6 bulan terakhir ini mulai tidur mendengkur dan meengalami
disfungsi ereksi.
Hasil pemeriksaan dokter didapatkan tanda vitalnya: tek. Darah 150/90 mmHg, nadi:
82x/mnt, napas: 14x/mnt. Hasil lain adalah madibula tampak menonjol ke dpan dengan jarak
antar gigi yang melebar. Didaptkan pula pembesaran hidung, bibir, tangan, dan kaki. Pada
pemeriksaan thoraks didapatkan iktus kordis berada di sepanjang linea mid aksilaris kiri pada
iga ke 6 dah hasil laboratatorium didapatkan glukosuria, hiperkalalsemia, dan
hiperproklatemia. Per ct scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan adenoma hipofisis.
Dia menderita tumor hipofisis yang mensekresi growth hormone berlebihan, akibatnya ujung
lempeng yang sudah tertutup terus tumbuh dengan cepat.
B. TERMINOLOGI
1. Hipotalamus : Bagian ventral diensefalon yang membentuk dasar dan bagian
dinding lateral ventrikel ketiga. Hipotalamus mensekresi vasopresin
dan oksitosin, yang disimpan di hipofisis, sama seperti banyak
faktor pelepasan, yang digunakan untuk mengendalikan fungsi
adenohipofisis.
2. Hipofisis : Kelenjar hipofisis, badan epitel yang terletak pada bagian basal
otak dalam sela tursika, dilekatkan ke hiipotalamus melalui tangkai,
yang darinya hipofisis menerima aliran keluar neural dan vaskular
penting.
3. Neuroendokrin : Berkenaan dengan interaksi antara saraf dan sistem endokrin serta
hormon, seperti vasopresin dan gastrin, yang dihasilkan dalam
neuron atau sel mirip neuron.
4. Endokrin : Mensekresikan secara internal, istilah ini dipakai untuk organ dan
struktur yang mengeluarkan bahan yang dihasilkannya kedalam
darah atau cairan limfe.
D. HIPOTESIS
1. Kelebihan GH
2. Karena adanya tumor pada sel penghasil GH
3. Akibat dari yang menghambat (feedback -) pada sel penghasil GH
4. Akibat dari hipersensitivitas dari sel penghasil GH
E. MEKANISME
- Terlampir
F. MORE INFO
1. Anamnesa:
Makanan
Aktivitas
Gizi
2. Survey umum:
Ciri tubuh
BMI
HEENT
Palpasi tiroid
3. Vital sign:
TD
Nadi
Suhu
RR
4. Px penunjang:
Px lab darah
G. I DONT KNOW
1. Sistem endokrin
2. Anatomi. Histologi, fisiologi, embriologi.
3. GH
4. Pertumbuhan hormon
5. Interpret SOCA
H. LEARNING ISSUES
1. Sistem endokrin
a. Definisi
b. Organ penghasil,produk yang dihasilkan dan fungsi
c. Hubungan endokrin dengan neurotransmitter
d. Jenis-jenis hormon secara biokim
e. Regulasi hormon:
Komunikasi
Metabolisme
Produk sintesis
Mekanisme kerja
Transport hormon
f. Kelainan sistem endokrin
Kekurangan
Kelebihan
Resistensi hormon
g. Prinsip penilaian fungsi endokrin
3. GH
a. Regulasi hormon:
Komunikasi
Metabolisme
Produk
Mekanisme kerja
Transport hormon
b. Fungsi
4. Pertumbuhan hormon
a. Normal
b. Abnormal
c. Hormon yang mempengaruhi
d. Diagnosis gangguan pertumbuhan
e. Penatalaksanaan
5. Interpret SOCA
a. Alur pikir
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan
d. Penatalaksanaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Endokrin
Definisi
Sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret-sekret internal (hormon) yang
dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, dan juga termasuk pengaturan
autokrin, parakrin, dan kemungkinan intrakrin yang tidak dilepaskan ke dalam aliran
darah, semuanya itu mempengaruhi metabolisme dan proses-proses tubuh lainnya.
Mencakup organ yang mensekresi zat yang mempunyai fungsi hormonal.
Hipotalamus
Hipofisis anterior
Hipofisis posterior
Korteks adrenal
Medula adrenal
Kelenjar paratiroid
Gonad
Kelenjar pineal
Plasenta
Ginjal
Lambung
Duodenum
Hati
Kulit
Timus
jantung
Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf dan sistem yang mengatur kerjasama
antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering
disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control).
Sistem neuroendokrin terdiri dari kelenjar hipotalamus dan pituitari dan berada di
bawah pengaruh dan neuropeptida neurotransmitter yang mengatur hipotalamus
melepaskan dan melepaskan hormon hipotalamus menghambat disekresi ke dalam
pembuluh darah yang menghubungkan kelenjar hipotalamus dan pituitari.
Fungsi Hormon
Jenis-jenis Hormon
Thyroid,Katekolamin
3.Golongan Polipeptida/Protein
FSH, TSH, Insulin, LH, ACTH, Glukagon, LTH, MSH, GH, Oksitosin
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak . Kebanyakan hormon
jenis ini merupakan hormon peptida atau protein.
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air. Contoh utamanya adalah
hormon tiroid dan steroid.
Komunikasi
Komunikasi antar sel adalah suatu aktifitas kelompok sel yang memiliki fungsi
berbeda-beda untuk menginterpretasikan sinyal-sinyal yang ada guna kelangsungan aspek
hidupnya.
Komunikasi sel dapat mengetahui segala aktifitas sel sehingga pertumbuhan sel
yang berkembang dapat diatur .
1.Komunikasi Endokrin
Komunikasi endokrin adalah komunikasi sel yang sel targetnya jauh dan hormon
mendatangi sel melalui pembuluh darah.
2.Komunikasi Parakrin
Komunikasi parakrin adalah komunikasi sel yang dmana mediator lokal
mempengaruhi sel target tetangga dirusakoleh suatu enzim ekstraselular atau
dimobilisasi oleh ECM.
3.Komunikasi Autokrin
4.Komunikasi Sinaptik/Saraf
Sintesis Hormon
Tiga kategori utama hormone mamalia yaitu peptide atau derivate peptide, steroid dan
amin.
Pada hormone peptide menggunakan sandi mRNA yang kemudian di translasi
menjadi prekursor protein dan mengalami pemecahan pascatranslasi membentuk
hormone aktif yang dikenal oleh jaringan sasaran, seperti pada hormone
preproparatiroid -> hormone proparatiroid -> hormone paratiroid.
Hormone peptide yang sama (somatostatin) dapat dibentuk dari prohormon yang
berbeda namun disandi oleh gena tertentu, prohormon tertentu seperti pro-
opiomelanokortin dapat dimetabolisme menjadi hormone yang berbeda dalam sel
yang berbeda, tergantung pada komplemen enzim prosesing sesuai kebutuhan sel
dan transkrip pertama dan bergabung dalam berbagai jaringan membentuk mRNA.
Hormone peptide juga dapat terbentuk ektopik pada keganasan sel nonendokrin
seperti karsinoma paru dan juga terbentuk dalam jumlah kecil dalam jaringan
nonendokrin normal.
Untuk hormone steroid precursor dasarnya kolesterol atau 7-dehidrokolesterol
(pada metabolit vitamin D) akan mengalami suatu rangkaian transformasi enzimatik
sampai terbentuk hasil akhirnya, dan diperlukan enam enzim untuk transformasi
kolesterol menjadi estradiol. Pada sintesis steroid dari kolesterol ada beberapa yang
tidak dapat membentuk hormone steroid dari kolesterol,mempunyai enzim yang
mampu mengkonversi steroid menjadi hormone yang lain.
Hormon amin disintesis melalui reaksi yang serupa dengan sintesis hormone
steroid kecuali prekursornya adalah asam amino, seperti tirosin yang merupakan
precursor epinefrin dan norepinefrin.
Penyimpanan Hormon
Hormone mempunyai kemampuan terbatas dalam menyimpan produknya, seperti
testis dewasa yang normal hanya mempunyai kemampuan sekitar seperenam jumlah
testosterone yang diperlukan untuk produksi sehari-hari, dimana penampungan dlam testis
selalu bertukar berkali-kali untuk menampung produk harian hormone, dan pada jaringan
yang mempunyai organela penampung hormone dan jumlah hormone yang tersimpan juga
terbatas, seperti granula insulin dalam sel beta pancreas secara teratur hanya bias terisi
jumlah untuk kebutuhan jangka pendek.
Pelepasan
Pada beberapa keadaan melibatkan konversi derivate tidak terlarut menjadi terlarut
(proteolisis tiroglobulin menjadi hormone tiroid), dan beberapa keadaan pelepasan dengan
cara eksositosis dari simpanan granula (insulin,glucagon,prolaktin,hormone pertumbuhan),
pelepasan juga dapat melibatkan difusi pasif molekul yang baru disintesis seperti hormone
steroid ke gradient yang lebih rendah dalam plasma. Pelepasan hormone adalah fungsi
kecepatan sintesis hormone dan aliran darah ke jaringan.
Pelepasan awal bahan yang tersimpan selalu diikuti oleh peningkatan angka sintesis
(seperti pada pelepasan dua fase insulin yang diinduksi infuse glukosa). Jika ada
perubahan frekuensi pelepasan hormone dapat merupakan tanda penyakit tertentu,seperti
hilangnya ritme diurnal pelepasan kortisol merupakan tanda khas pada fase awal penyakit
chusing.(ritme pelepasan hormone sangat penting pada interpretasi kadar hormone dalam
plasma) .
Transport Hormon
Hormon dikeluarkan ke sirkulasi bia diederkan secara bebas atau terikat dengan
protein pembawa, protein pembawa dikenal dengan protein pengikat atau juga binding
protein, namun hormone yang bebas atau tidak terikat adalah hormone yang aktif,
diamana ia hanya mengikat binding protein tertentu atau pun langsung kereseptor hormone
langsung yang berada di membrane sel, contohnya:steroid (globulin dimana mengikat
kortiokol steroid),(Globulin SHBGdimana mengikat hormone hormone seks), (Globulin
pengikat glukoprotein TBG), (Transtiretrin pralbumin), biasanya protein pembawa atau
pengikat berupa globulin dimana disintesis di dalam hati
Interaksi yang ditimbulkan antara hormone dan binding protein adalah Dynamic
equilburium, sekresi hormone niasanya diikuti oleh perubahan protein pengikatbinding
protein, contohnya peningkatan dari hormone kortisol pada saat kehamilan, dimana
kortisol dibentuk dari cortex adrenal, mekanismenya adalah peningkatan kortisol yang
terikat pada binding protein dimana terjadi peningkatan binding protein pada saat
kehamilan , peningkatan tersebut menurunkan kadar hormone kortisol bebas, penurunan
kadar kortisol yang bebas merangsang hipotalamus untuk melepaskan corticotrophin
releasing hormone dimana menstimulasi ACTH yang keluar dari hipofisis anterior
akibatnya terjadi sintesis kortisol dan keluar dari kelenjar adrenal, Hormon biasnya
mengalir ke sel target, sel hati dan ginjal.
Mekanisme
Ginjal
Protein pegikat
Sel target
Mekanisme hormone hingga menempel ke reseptor
Hormon memproduksi efek biologi dengan mengikat reseptor di sel target, dilihat dari
lokasi selularnya mekanisme hormone ke reseptor dibagi menjadi dua yaitu:
1. Membran sel
2. Reseptor intraselular
1. Membran sel
Kebanyakan reseptor pada katekolamin dan peptide berupa protein G, dimana peptide
dan protein hormone menjepit ke sel reseptor protein G, pengikatan hormone ke reseptor
menghasilkan perubahan conformational yang membiarkan reseptor interaksi dengan
protein G, dimana terjadi perubahan GDP menjadi GDP, kemudian terdapat mekanisme
second messenger yang mengaktivasi reseptor dan hormone. Second messenger system yang
digunakan adalah adenylate cylase, aktivasi dari adenylate cylase meningkatkan konversi
dari ATP menjadi CAMP, dimana CAMP mengaktivasi protein kinase A dan terjadilah
perubahan phosphorilates Ga ke jalur hidrolisis dari fosfatidynotysol biophosphate dan
produksi diasilgliserol dan inositol triophosphate
Terdapat juga reseptor protein tirosin kinase dimana reseptor yang tunggal
transmembran yang mepunyai intrinsic enzymatic activity, biasanya digunakan pada
hormone insulin dan hormone pertumbuhan, resptor linked kinase mempunyai tirosin
intrinsic atau aktivitas serin kinase, dimana diaktifkan oleh hormone pengikat diujung
terminal pada amino dimmembran sel, aktivasi ini menyebabkan rekruitmen dan fosforilasi
protein, reseptor ini akan menyempit dimana akan membentuk seperti jalur agar hormone
seperti Growth hormone ataupun insulin dapat masuk ke dalam sel.
2. Reseptor intraseluler
Biasanya mekanisme ini digunakan untuk hormone tiroid dan steroid, kedua
hormone ini akan masuk melalui difusi dan pada saat masuk ke nucleus biasanya akan
terikat ke DNA dan akan terjadi pengikatan tiroid dimana ia mengeluarkan transkripsi en
untuk mengambil alih dan terdapat hasil yang tadi ditranskripsikan
C. Penilaian Fungsi Endokrin
1. Pemeriksaan Fisik & Riwayat
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pengukuran Kadar Hormon : dapat menggunakan sampel darah / urin
b. Immunoassay : menggunakan antibodi
c. Assay Imunologik : menilai aktivitas hormone dengan diinkubasi dengan sel atau
jaringan in vitro atau disuntikan ke dalam seekor hewan
d. Pengukuran tak langsung Status Hormon : pada penegakan diagnosisdiabetes
mellitus insulin, pengukuran kadar insulin kurang berarti dibandingkan dengan
pengukuran kadar glukosa dalam darah.
e. Pemeriksaan Pencitraan : MRI dan CT-Scan
f. Prosedur Biopsi : untuk menentukan atau mendiagnosis neoplasia.
D. Pertumbuhan
Pertumbuhan Normal
Pertumbuhan Intrauterin
Pertumbuhan fetus dimulai dari fertilisasi sel dan diakhiri dengan pembelahan lebih
dari 200 tipe sel, panjang meningkat hingga 500 kali lipat, luas permukaan 6x10 6 kali lipat
dan beratnya 6x1012 kali lipat. Keseluruhan pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
ketersediannya oksigen yang adekuat dan nutrisi dan itu semua disusun/ terjadi karena ada
kelompok growth factor, dan diatur oleh gen dasar.
b) Growth hormone
Growth hormon pada fetus lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan
dewasa, akan tetapi jumlah GH reseptornya terbatas. GH tampaknya hanya
sedikit berpengaruh terhadap panjang tubuh pada waktu dilahirkan, anak-anak
yang mengalami defisiensi GH memiliki panjang tubuh yang normal.
c) Hormon tiroid
Tidak adanya hormon tiroid mungkin menimbulkan efek buruk terhadap
perkembangan mental janin, akan tetapi bayi-bayi yg hipotiroid memiliki
panjang tubuh yang normal.
d) Insulin
Konsentrasi insulin di dalam serum yang berlebihan mungkin berkaitan
dengan bayi-bayi makrosomia dari ibu yang menderita diabetes. Penurunan
kadar insulin/ produksi insulin yang tidak adekuat dijumpai pada diabetes
melitus, disgenesis pankreas, resistensi terhadap insulin yaitu pada sindroma
leprechaun.
e) Onkogen
Onkogen bertanggung jawab terhadap pertumbuhan neoplasma pada masa
postnatal dan ekspresi dari gen ini penting dalam perkembangan normal dari
organ-organ fetus.
Pertumbuhan Postnatal
Kecepatan pertumbuhan tercepat yaitu pada masa janin, kemudian pada masa
setelah lahir paling tinggi pada tepat setelah lahir dan akan melambat pada masa
pertengahan anak-anak. Terdapat dua periode yaitu pada usia infant-childhood growth
diantara 11/2 tahun dan 3 tahun and the mid childhood growth diantara 61/2 tahun dan 7
tahun. Pada masa ini terdapat lonjakan kadar adiposa yang dapat dilihat dari kenaikan
body mass index (BMI) pada awal masa kanak-kanak. Lonjakan kadar adiposa pada masa
kanak-kanak dapat menjadi faktor resiko terhadap adanya obesitas nantinya.
Pertumbuhan postur yang paling nyata yang dikenal sebagai dorongan pertumbuhan
pubertas kemudian terjadi, yang menjadi pertumbuhan puncak yang kesua. Kemudian
terjadi penurunan yang terakhir yang berlangsung sampai terjadinya penyatuan epifisis
dengan tulang panjang dan pertumbuhan terhenti.
Faktor endokrin
a) Growth hormone dan Insulin-Like Growth Factor
Somatotropin atau Growth hormone ( GH ) dihambat oleh somatostatin
( faktor inhibisi pelepasan hormon pertumbuhan hipotalamus ) dan
distimulasi oleh growth hormone realising factor ( GRH). Efek GH terutama
diperantai oleh human insulin-like growth factor, tapi GH juga memiliki efek
langsung. Growth hormon menyebabkan insulin menjadi resisten dan
merupakan hormon diabetogenik, meninggikan kadar gula darah. Selain itu
Gh bersifat lipolitik GH terikat dalam protein plasma dalam peredaran darah.
b) Hormon tiroid
Seperti yang sudah dikatan sebelumnya, bayi yang menderita
hipotiroidisme memiliki panjang badan yang normal. Akan tetapi bila tidak
ditangani akan berefek pada pertumbuhan setelah kelahiran, contohnya
retardasi mental.
c) Steroid-steroid seks
Berpengaruh pada dorongan lonjakan pertumbuhan pubertas,
sedangkan tidak adanya faktor-faktor ini penting pada masa prapubertas.
Steroid-steroid adrenal dan gonadal berlebihan dapat menyebabkan
penigkatan tanjan kecepatan pertumbuhan seperti gambaran prematur dan
perkembangan tanda-tanda seksual sekunder. Bila keadaan-keadaan tersebut
tidak berkurang, dapat menyebabkan peningkatan usia skeletal, fusi epifisis
prematur dan postur pendek pada dewasa.
d) Glukokortikoid
Glukokortikoid endogen atau eksogen yang berlebihan dapat
menyebabkan terhentinya peertumbuhan.
Faktor-faktor lain
a) Faktor genetika
b) Faktor sosioekonomi
c) Faktor nutrisi
d) Faktor psikologis
e) Penyakit kronis
Pertumbuhan Abnormal
Pertumbuhan Pendek Disebabkan Oleh Nonendokrin
1. Konstitusional postur pendek
Konstitusional pertumbuah pendek bukan suatu penyakit tetapi merupakan
variasi dari populasi normal dan ini diperkirakan karena gangguan
perkembangan. Hal ini biasanaya terjadi akibat keterlambatan pembentukan
pubertas. Karakteristiknya pentumbuhannya pendek, habitusnya kurus, dan
retardasi pada usia skeletalnya. Riwayat keluarga sering berdampak kepada
anggota keluarga lainnya (ibu yang terlambat menarche)
Semua kasus yang disebabkan penurunan pertumbuhan harus dipertimbangkan
dikesampingkan sebelum diagnosis bisa dipastikan. Pasien mungkin terlambat
secara fisiologis.
c. Sindrom prader-willi
Kedaan ini ditandai dengan hipotonia infantile, akromikria (kaki, dan tangan
mengecil), retardasi mental, mata berbentuk buah amandel, dan obesitas yang
hebat, serta adalnya intoleransi glukosa dan pubertas yang lambat. Sindrom ini
berkaitan dengan abnormalitas kromosom 15 pada 50% kasus.
d. Sindrom laurance-moon dan bield bardet
Sindrom yang terdiri dari retinitis pigmentosa, polidaktili dan obesitas ini
disertai dengan pertumbuhan yang buruk dan pubertas yang terlambat. Sindrom
ini diturunkan secara autosomal.
e. Sindrom dan kelainan autosom kariotipik
Sejumlah kelainan-kelainan dan sindrom sindrom kariotipik pada anak-anak
dismorfik dengan atau tanpa disertai adanya retardasi mental khas ditandai
dengan postur pendek. Beberapa kondisi, seperti trisomi 21 (sindrom Down),
sering terjadi, sementara lainnya jarang.
f. Dysplasia skeletal
Ada lebih dari 100 jenis dysplasia skeletal genetic (osteokondrodisplasia).
Sering diketahui saat lahir karena tungkai atau badan pendek, tapi beberapa
didiagnosis setelah masa pertumbuhan. Yang paling sering ditemukan adalah
akondroplasia autosomal dominan, yang ditandai dengan ekstremitas pendek,
kepala relative besar dengan dahi lebar dan jembatan hidung ke dalam, dan
lordosisi lumbal dikemudian hari. Tinggi dewasa pada pria 132 cm, dan wanita
127 cm.
5. Kelainan kronik
Penyakit kronis yang berat yang melibatkan salah satu system organ dapat
menyebabkan pertumbuhan buruk pada masa kanak-kanak dan dewasa. Pada
sebagian kasus yaitu pada sebagian besar penyakit seliak dan enteritis regional-
terjadi postur pendek dan turunnya pertumbuhan dapat mendahului timbulnya
tanda-tanda malnutrisi atau penyakit gastrointestinal. Pertumbuhan dapat
diperbaiki dengan perbaikan nutrisis pada beberapa kasus, pasien dengan
gangguan sisten gastrointestinal, ginjal atau kanker bisa mendapatkan makanan
parenteral nocturnal.
Fibrokistik juga menyertai beberapa penyebab gangguan pertumbuhan :
penyakit paru dengan kegagalan oksigenasi dan predisposisi infeksi kronik,
penyakit gastrointestinal menurunkan daya serap gizi dan abnormalitas
perkembangan lanjut dari kelenjar endokrin pancreas menimbulkan gejala-
gejala diabetes mellitus. Diagnosis dini dibuat dengan pengukuran antibody
antigliandin. Pada diet bebas glutein, pasien mengalami pengejaran
pertumbuhan terutama dalam tahun pertama terapi. Tinggi saat dewasa masih
terganggu.
Pasien dengan penyakit darah kronis sering mengalami pertumbuhan buruk,
pubertas terlambat, postur dewasanya pendek. `Penyakit ginjal diketahui
mengganggu pertumbuhan.
Dua bentuk asidosis tubulus renalis, proksimal dan distal, juga dapat
menyebabkan postur pendek. Pemberian bikarbonat adalah terapi primer.
Hemoglobin, diferensiasi dan hitung sel darah putih, laju endap darah, kadar
folat dan karotendalam serum, antibody antiglandin, kadar bikarbonat plasma,
serta fungsi ginjal dan hepar harus diperiksa pada anak-anak berposturpendek
selain itujuga pada ank normal sebelum dilakukan tes skrining endokrin.
Urinalisa juga harus dilakukan, dengan perhatian pada berat jenis (untuk
menyingkirkan diagnosis diabetes insipidus) dan keasaman urin (untuk
mengevaluasi kemungkinan asidosis tubulus renal). Semua anak wanita tanpa
diagnosis harus menjalani uji kariotipe untuk menyingkirkan sindrom Turner.
6. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan penyebab postur pendek paling umum. Mode makanan
dan anoreksia nervosa dapat menyebabkan pertumbuhan buruk. Infeksi ascaris
lumbricoides atau Giardia dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan.
Defisiensizat nutrisi tertentu dapat menyebabkan akibat spesifik. Sebagai
contoh, defisiensi seng dapat menyebabkan anoreksia, penurunan pertumbuhan
dan pubertas terlambat. Tidak ada pemeriksaan laboratorium sederhana yang
dapat digunakan untuk memastikan diagnosis malnutrisi.
7. Pengobatan
Anak dengan kelainan hiperaktivitas sering diatasi dengan pemberiaan
dekstroamphetamin atau metilfenidat. Dalam dosis besar, agen ini dapat
meningkatkna pertambahan berat badan-mungkin karena efekya yang
merangsang nafsu makan-dan kecepatan pertumbuhan. Penghentian selama
terapi dapat menyebabkan pengejarang pertumbuhan dalam berat dan tinggi.
e. Terapi Hormon
A. pemberian hormon pengganti
Anak defisiensi Gh memerlukan somatropin biosin tetik dengan dosis 0,18-
0,3 mg/kg/minggu atau somatren (GH metilonin) dengan dosis 0,3
mg/kg/minggu yang diberikan satu dosis 6-7 kali seminggu selama masa aktif
pertumbuhan sebelum fusi epifisis.
GH menimbulkan anti insulin.
B. Penanganan psikologik dan konsekuensi
Anak-anak defisiensi GH paling banyak dipelajari; mereka lebih memiliki
kepribadian pasif daripada anak sehat.
Kemampuan akademik umumnya dibawah standar walau intelegensinya
normal.
Depresi dan tingkah laku bunuh diri dapat terjadi pada orang dewasa
Lingkungan suportif dianjurkan pada penderita defisiensi GH.
2. Psikososial dwarfism
Anak dwarfisme psikososial tampak dengan pertumbuhan buruk, perut gendut
imatur dankebiasaan makan dan minum yang aneh.
Orang tua bisa melaporkan bahwa anaknya meminta-minta makanan dan
mengais-ngais di sampah bahkan minum air WC
Psikoterapi keluarga mungkin membawa manfaat.
3. Hipotiroidism
Terapi dini setelah diketahuinya diagnosis pada periode neonatal secara nyata
akan mengurangi terjadinya keterlambatan pertumbuhan dan retardasi mental
yang di sebabkan oleh hipotiroidisme primer yang berat.
Karakteristik hipotiroidisme adalah penurunan kecepatan pertumbuhan dan
postur pendek, retardasi umur tulang, terlamat pubertas.
Hipotiroid tidak dapat didiagnosis hanya berdasarkan kadar T4 yang rendah
4. Sindrom cushing
Glukokortikoid yang berlebihan (eksogen dan endogen) sering menyebabkan
penurunan pertumbuhan
Penyakit yang mendasarinya mungkin berupa hiperplasia adrenal bilateral akibat
regulasi ACTH kortisol yang abnormal pada penyakit Cushing
5. Pseudohipoparatiroidism
Anak dengan pseudohipoparatiroidisme biasanya pendek dan gemuk, dengan
wajah khas bulat, metakarpal ke empat dan lima pendek dan retardasi mental
Terapinya dengan vitamin D dosis tinggi dan pengikat kalsium sebagaimanaagen
pengikat fosfat akan mengkoreksi defek biokimia dan mengendalikan kejang
hipoglikemika tapi tidak akan memperbaiki postur dan mental.
7. Diabetes Melitus
Pertumbuhan pada pasien insulin dependen diabetes melitus tergantung pada
efektifitas terapi : diabetes yang terkontrol maka pertumbuhannya akan baik.
8. Diabetes Insipidus
Polidipsi dan poliuri akibat vasopresin yang tidak adekuat atau ketidakmampuan
ginjal untuk berespon terhadap vasopresin dapat menyebabkan ambilan kalori
yang kurang dan dapat menurunkan pertumbuhan.
Anatomi
Hipotalamus dewasa terletak pada lantai otak, mengelilingi bagian bawah ventricle III.
Berbatasan dengan:
Area
Bentuk hipotalamus tidak definitif tetapi berupa bagian yang dapat dibedakan atas
beberapa zona yang disebut area.yaitu:
Zona yang memiliki beberapa kelompok sel yang serupa disebut nuclei.
Supraoptic nuclei
Paraventricular nuclei
Arcuate nuclei
Hipofisis
Embriologi
Bakal hipofisis pada janin manusia mulai dijumpai pada kehamilan 4-5 minggu &
secara cepat berdiferensiasi jadi unit hipotalamus hipofisis matur di minggu ke 20
masa kehamilan
Lobus intermedius utuh pada beberapa spesies tapi pada manusia bergabung dg
lobus ante & berkembang kemampuan nya untuk sintesis dan sekresi
ACTH(adrenokortikotropin hormon).
Anatomi
Berbentuk oval sebesar kacang polong dg berat 0,5 g dan d=1,25 cm
Terletak pada dasar tengkorak pada bagian tulang sfenoid yg disebut sella tursika
dan dibawah hipotalamus.
Hipofisis dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil yaitu
infundibulum (serat saraf & pemb darah halus)
- anterior pembuluh darah
- posterior serat saraf
Terdiri dari 2 lobus:
Arteri hypophysialis superior membentuk suatu pleksus kapiler primer yg terdiri atas
kapiler2 yg mendarahi infundibulum
Kapiler2 bergabung menjadi vena2 yang membentuk pleksus kapiler sekunder pada
pars distalis dan berlanjut ke vena portal hipofisial.
Histologi
1. Sel alfa / sel asidofil
Sitoplasmanya bergranula merah,intinya biru dan bulat. Bentuk selnya bulat,lonjong dan
biasanya berkelompok
Terdiri dari 2:
2. Sel beta/basofil
Terdiri dari:
3. Sel kromofob
Merupakan sel yg bersitoplasma pucat dan terlihat seakan-akan tanpa granula. Biasanya
terdapat diantara kelompok sel alfa & sel beta
- Pars posterior bag yg plg pucat karena terdiri atas serat-serat saraf tdk bermielin
- Badan herring bangunan bulat/lonjong, letak di dekat pembuluh darah & berwarna
merah.
Fisiologi
Umpan balik negatif oleh hormon organ sasaran
Tujuan untuk mempertahankan agar kecepatan sekresi hormon hipofisis anterior konstan
Ada 3 hormon :
Hormon organ sasaran bekerja menekan sekresi hormon tropik yg mendorong sekresinya
umpan balik negatif lengkung panjang
Kortisol menghambat sekresi CRH oleh hipotalamus dan menurunkan kepekaan sel sel
penghasil ACTH dg bekerja langsung pada hipofisis anterior
(Jika kadar kortisol plasma mulai turun efek inhibisi kontrol pd hipotalamus dan
hipofisis anterior berkurang jadi faktor2 yg merangsang peningkatan sekresi kortisol akan
meningkat juga)
Hormon2 organ sasaran bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif lengkung panjang
agar kadar hormon organ sasaran relatif konstan
Etiologi
Manifestasi awal
Pada anak-anak, adenoma pituitari jarang ditemui, lesi paling sering ditemui adalah
lesi struktural yakni craniopharymgiomas dan tumor hipotalamus lainnya. Pada gejala
tumor tersebut manifestasi juga sama seperti tumor pada orang dewasa, yaitu gangguan
endokrin. Gejala akan diikuti dengan rasa pusing, hilang pengelihatan, dan simptom sistem
saraf pusat lainnya.
- Hipersekresi Pituitari
- Insufisiensi Pituitari
- Pembesaran sella tursika
- Defek visual
- Diabetes insipidus
Sindrom sella kosong terjadi ketika ruang subarachnoid memanjang ke dalam sella
tursika, mengisi ruang sella tursika sebagian dengan cairan serebrospinal. Proses ini
menyebabkan remodelling dan pembesaran sella tursika dan pendataran kelenjar pituitari.
Sindrom sella kosong primer yang dihasilkan oleh inkompetensi kongenital diafragma
sellae merupakan hal yang biasa. Hal tersebut juga merupakan penyebab tersering
pembesaran sella tursika. Sella kosong juga sering ditemui pada pembedahan pituitari atau
terapi radiasi dan bisa terjadi setelah infark pituitari postpartum (Sheehans syndrome).
Sebagai tambahan, adenoma penyekresi PRL dan GH dapat mengalami infark
hemorrhagik subklinis dan menyebabkan kontraksi cistern suprasellar diatas sella menuju
ke bawah masuk ke sella
Gejala klinis
Sebagian besar merupakan wanita dengan umur pertengahan disertai obesitas. Terjadi
hipertensi sistemik, pusing, rhinorrhea cairan cerebrospinal spontan dan gangguan
pengelihatan.
Penemuan lab
Diagnosis
Sering dikarenakan oleh tumor, yaitu craniopharyngioma yang terjadi pada anak-
anak, dan dewasa muda. Pada orang dewasa lebih tua, penyebabnya adalah tumor SSP dan
hipotalamus serta tumor struktur pineal.
Gejala klinis
Craniopharyngioma
Simptom bersifat neurologi s dan dikarenakan effek oleh massa tumor yang
berekspansi. Simptom dapat berupa naiknya tekanan intrakranial (pusing, muntah),
menurunnya pengelihatan atau defek pengelihatan, ditemukan tumor suprasellar saat
MRI.
Pada orang dewasa, simptom sama namun disertai oleh manifestasi endokrin
(hipogonadisme, diabetes insipidus, atau defisiensi hormon pituitari anterior). MRI
memperlihatkan tumor dimana terdapat tumor intrasellar dan suprasellar.
Diagnosis
Pasien dengan suspek tumor hipotalamus dirujuk untuk melakukan pemeriksaan MRI
untuk mendeterminasi seberapa parah tumor yang tumbuh. Penilaian lengkap fungsi
pituitari anterior diperlukan pada pasien karena defisiensi hormon dan evaluasi akan
menentukan kebutuhan terapi penggantian hormon. Level PRL juga diperiksa karena
sebagian besar lesi hipotalamus menyebabkan hiperprolaktinemia, disebabkan oleh luka
hipotalamus atau cabang pituitari.
Perawatan
Perawatan tergantung pada tipe tumor. Biasanya dilakukan pengangkatan tumor yang
dapat dijangkau dan dekompresi kista, diikuti oleh radioterapi.
Hipopituitarisme
Manifestasi kelainan ini dapat dilihat dengan berkurangnya atau hilangnya sekresi
satu atau lebih hormon pituitari. Perkembangan simptom dan tanda-tanda lambat dan
insidius, dipengaruhi oleh rata-rata onset dan besarnya kerusakan hipotalamus-pituitari.
Hipopituarisme dapat diakibatkan oleh kejadian primer (destruksi kelenjar pituitari
anterior) atau kejadian sekunder (defisiensi faktor stimulus hipotalamus yang normalnya
melakukan rangsangan pada pituitari). Pengobatan dan prognosis bergantung pada
seberapa jauh hipofungsi, penyebab kelainan, dan lokasi lesi pada axis hipotalamus-
pituitari.
Etiologi
Adenoma Pituitari
Tatalaksana
- Terapi bedah
o Dapat dengan cara operasi mikro ke sella tursika, dan cara ini lebih sering
digunakan
o Craniotomi transfrontal hanya dilakukan pada pasien dengan adenoma yang
telah berekstensi suprasellar besar.
o Adeboma secara selektif diangkat, jaringan pituitari normal diidentifikasi
dan dipertahankn
- Radioterapi
o Irradiasi pituitari dilakukan pada pasien dengan tumor besar yang telah
melakukan reseksi inkomplit adenoma pituitari besar.
o Jenis-jenis :
Irradiasi konvensional
Pembedahan radio dengan pisau gamma
Patologi
Adenoma pituitari penyekresi PRL muncul dari bagian sayap lateral pituitari
anterior, tetapi seiring perkembangan tumor akan mengisi sella tursika dan menekan lobus
anterior dan posterior yang normal. Ukuran tumor bervariasi dari mikroadenoma hingga
tumor invasiv dengan ekstensi ekstrasellar.
Gejala Klinis
Dapat berupa sekresi PRL berlebih. Pada wanita, disertai galaktorrhea dan
amenorrhea. Pada pria, terjadi penurunan libido, bahkan impotensi. Pada wanita lebih sering
terjadi mikroadenoma.
Galaktorrhea
Galaktorrhea sering terjadi pada wanita dengan prolaktinoma dan jarang terjadi pada
pria. Munculnya galaktorrhea secara transien atau intermiten, jarang secara spontan.
Pemeriksaan payudara secara teliti diperlukan pada kebanyakan pasien untuk mendeteksi
galaktorrhea. Tidak ada nya galaktorrhea meskipun level PRL naik kemugkinan karena
defisiensi hhormon gonad yang diperlukan untuk inisiasi laktasi
Disfungsi Gonad
Pada wanita
Disfungsi gonad pada wanita diakibatkan oleh gangguan pada axis hipotalamus-
pituitari-gonad karena hyperprolaktinemia. Disfungsi gonad ini tidak diakibatkan oleh
adenoma besar atau invasiv yang menyebabkan penghancuran sel penyekret gonadotropin.
Pada kasus ini, level basal gonadotropin dalam kadar normal, namun PRL menginhibisi
kedua sekresi pulsatil normal LH dan FSH serta LH surge, menghasilkan anovulasi. Positive
feedback yang dihasilkan estrogen oleh sekresi gonadotropin akan terinhibisi.
Pada Pria
Pada pria, sekresi PRL berlebih akan menyebabkan galaktorrhea, namun manifestasi
yang biasanya ditemukan adalah hipogonadisme. Simptom awal adalah menurunnya libido.
Pengenalan prolaktinoma tertunda dan ditandai hiperprolaktinemia (PRL>200 ng/mL) serta
pembesaran sellar. Prolaktinom pada pria tidak terdiagnosa hingga manifestasi lanjut seperti
pusing, gangguan visual, atau hipopituarisme. Serum testosteron rendah.
Progresi Tumor
Diagnosis Diferensial
- Hamil
- Kelainan hipotalamus-pituitari
- Hipotiriodisme primer
- Pemakaian obat
Diagnosis
Evaluasi umum
Evaluasi pasien dengan galaktorrhea atau disfungsi gonad tidak dapat dijelaskan
dengan kadar gonadotropin plasma normal atau rendah dalam evaluasinya harus disertai
sejarah status menstrual, kehamilan, fertilitas, fungsi seksual, dan simptom hipotiroidisme
atau hipopituitarisme. Penggunaan terapi medikasi, obat, atau estrogen saat ini atau
sebelumnya harus didokumentasikan. Pemeriksaan level PRL, gonadotropin, fungsi tiroid,
dan TSH dilakukan. Pada pria dilakukan tes serum testosteron.
Diagnosis spesifik
Tata Laksana
Macam-macam terapi :
- Dopamine agonist :
o Bromocriptine : menstimuasi reseptor dopamine dan memiliki efek pada
hipotalamus dan pituitari. Secara efektif digunakan untuk menangani
adenoma pituitari yang menyekresi PRL dan secara langsung menginhibisi
sekresi PRL dari tumor. Tetapi sekarang penggunaan cabergoline lebih
sering, dan bromocriptine tidak diindikasikan pada kebanyakan pasien
o Cabergoline : merupakan obat dopamine agonist nonergot yang lebih baru,
diberikan sekali atau dua kali seminggu dan memiliki efek samping yang
lebih sedikit dibanding bromocriptine. Memiliki efek pengobatan yang
seefektif bromocriptine dalam menurunkan ukuran makroadenoma dan lebih
efektif dalam menurunkan kadar PRL.
- Pembedahan
o Dilakukan pembedahan mikro transsphenoidal pada pasien dengan
prolaktinoma
- Radioterapi
o Diberikan terapi radiasi konvensional pada pasien dengan makroadenoma
penyekret PRL yang memiliki hiperprolaktinemia persisten dan tidak
merespon cara-cara yang telah dilakukan untuk mengendalikan adenoma
pituitari dengan cara seperti pembedahan atau dopamine agonist.
Kedua penyakit ini merupakan sindrom klinis dari adenoma pituitari penyekresi GH
Patologi
Adenoma pituitari penyebab akromegali diameternya lebih besar dari 1 cm. Tumor
tersebut muncul dari bagian sayap lateral pituitari anterior. Adenoma penyekret GH memiliki
2 tipe histologis, yaitu padat atau terpisah tergranulasi.
Etiologi
Patogenesis
Patofisiologi
Pada akromegali, sekresi GH naik dan kontrol dinamis sekresi menjadi abnormal.
Sekresi tetap episodik, namun jumlah, durasi, dan amplitudo episode sekresi meningkat.
Sekresi terjadi secara acak dalam periode 24 jam. Pelepasan karakteristik saat nokturnal juga
tidak ditemukan, dan terjadi respon abnormal terhadap supresi dan stimulasi. Supresibilitas
glukosa hilang, dan stimulasi GH akibat hipoglikemia tidak ditemukan.
Efek dari hipersekresi GH kronik diakibatkan oleh stimulasi IGF-I dalam jumlah
berlebihan dan level plasma dari IGF-I meningkat dalam akromegali. Efek promosi
pertumbuhan yang ditimbulkan IGF-I (Sintesis DNA, RNA, dan protein) menyebabkan
munculnya gejala karakteristik seperti proliferasi tulang, kartilagom dan jaringan lunak serta
peningkatan ukuran organ lain. Resistesi insulin dan intoleransi karbohidrat yang muncul
pada akromegali dikarenakan efek langsung dari GH.
Gejala Klinis
Manifestasi awal adalah proliferasi jaringan lunak, disertai pembesaran tangan dan
kaki serta peningkatan berketingat, intoleransi panas, kulit berminyak, cepat lelah, dan
kenaikan berat badan.
Temuan Klinis
Laboratorium
Glukosa plasma postprandial akan naik, dan serum insulin naik pada 70% kasus.
Peningkatan serum fosfor (karena kenaikan resorpsi tubular renal terhadap fosfat) dan
hiperkalsiuria karena efek langsung GH atau IGF-I
Studi Penggambaran
Diagnosis
Akromegali terlihat secara klinis dan dapat dikonfirmasi dengan cepat menggunakan
pengukuran sekresi GH.
Pengukuran satu kali tidak dapat diandalkan karena sekresi GH yang episodik dalam
akromegali.
- Supresi glukosa :
o Merupakan tes paling simpel dan dinamis untuk akromegali. Pada subyek
sehat, pemberian 100 gram glukosa menyebabkan penurunan kadar GH
menjadi sebesar 1 ng/mL dalam 60 menit. Pada akromegali, kadar GH dapat
berkurang, bertambah, atau tidak berubah. Namun kadar GH tidak berkurang
menjadi dibawah 1 ng/mL dan perubahan ini digunakan untuk menegakkan
diagnosis.
o Pada pengukuran kadar GH supersensitif, penurunan dapat terjadi sampai
kurang dari 0.1 ng/mL
- Kadar IGF-I
o Pengukuran IGF-I berugna dalam menegakkan diagnosa hipersekresi GH.
Level IGF-I merefleksikan aktivitas GH secara langsung. IGF memiliki
paruh waktu lebih lama dibanding GH, sehingga kadar IGF-I berfluktuasi
lebih sedikit dibanding kadar GH. Kadar IGF-I meningkat pada semua
pasien akromegali.
- Lokalisasi tumor
o Lokalisasi radiografi adenoma pituitari penyebab akromegali dapat dilihat
secara langsung. Pada semua pasien, lokasi dan ukuran tumor dapat dilihat
menggunakan MRI.
Tata Laksana
- Terapi bedah :
o Pengangkatan adenoma transsphenoidal selektif adalah cara yang sering
digunakan.
o Craniotomi dilakukan pada pasien dengan ekstensi suprasellar mayor.
- Terapi medis
o Menggunakan oktreotida asetat (analog somatostatin). Pemberian obat ini
merupakan terapi medis pertama yang efektif terhadap pasien dengan
akromegali. Namun obat ini memerlukan dosis tinggi (100-500 mikrogram)
yang diberikan subkutan tiga kali sehari
o Digunkan oktreotida LAR injeksi sebanyak 4 minggu sekali dan lanreotida
sebanyak 2 minggu sekali
o Oktreotida LAR menormalkan kadar GH dan IGF-I pada 75% pasien saat
digunakan pada dosis 20-40 mg per bulan.
o Cabergoline (dopamine agonis) dapat digunakan sebagai obat untuk
menormalkan kadar IGF-I, namun tidak digunakan sebagai terapi sendiri.
Terapi cabergoline yang ditambahkan ke terapi analog somatostatin
memberikan efek normalisasi GH dan IGF-I lebih tinggi dalam jumlah
pasien.
o Pegvisomant, merupakan antagonis reseptor GH. Diberikan dalam dosis 10-
20 mg per hari secara subkutan. Berfungsi menurunkan kadar IGF-I menjadi
normal pada 90% pasien
- Radioterapi
o Dilakukan irradiasi supervoltase konvensional dengan dosis 4500-5000 cGy.
Walaupun sukses dalam 60-80% pasien, kadar GH tidak kembali normal
hingga 10-15 tahun setelah terapi.
o Pembedahan radio pisau gamma dilakukan untuk tumor yang menempel
pada sella
Pada pasien dengan reduksi hipersekresi GH yang berhasil, akan terjadi berhentinya
pertumbuhan tulang berlebih, penurunan ketebalan jaringan lunak pada ekstremitas,
kenaikan tenaga, dan hilangnya hiperhidrosis, intoleransi panas, dan kulit berminyak.
Cushings Disease : Adenoma Pituitari Penyekresi ACTH
Patologi
Tumor pituitari penyekresi ACTH terdapat pada semua pasien dengan Cushings
disease. Tumor tersebut biasanya mikroadenoma jinak dengan diameter dibawah 10 mm.
Tumor tersebut dapat berupa adenoma basofilik atau kromofob dan dapat ditemukan dimana
saja dalam pituitari anterior.
Secara histologis, tumor tersusun dari lapisan kompak sel tergranulasi baik dan
uniform, dengan pengaturan sinusoidal dan memiliki konten tinggi akan ACTH dan peptida
yang mirip. Terlihat hialinisasi zona perinuklear ang diakibatkan tereksposnya sel
kortikotrof terhadap hiperkortisolisme memanjang. Penemuan ultrastruktur spesifik dalam
adenoma berupa deposisi mikrofilamen perinuklear yang melingkari nukleus merupakan
ekuivalen dari perubahan hialin Crookes yang terlhiat dalam mikroskop cahaya.
Patogenesis
Temuan Klinis
Tata laksana
- Pembedahan
o Dilakukan reseksi transsphenoidal selektif terhadap adenoma pituitari
penyekret ACTH. Tumor, yang biasanya ditemukan pada jaringan lobus
anteior, secara selektif diangkat dam kelenjar normal dibiarkan utuh.
o Pembedahan mikro selektif berguna dalam pembetulan hiperkortisolisme.
- Radioterapi
o Radioterapi konvensional pada pituitari berguna pada pasien yang
memilikipenyakit persisten atau rekuren setelah dilakukan pembedahan
mikro pituitari
- Perawatan medis
o Diberikan obat yang menginhibisi sekresi kortisol oleh adrenal
o Obat dapat berupa ketoconazole, metyrapone, dan aminoglutethimide. Obat
tersebut diberikan seiring dengan kenaikan level ACTH yang dapat
menghilangkan efek inhibisi enzim.
o Obat mitotane (obat adrenolitik) menyebabkan atrofi adrenal predominant
pada zona fasikulata dan zona retikularis.
Sindrom Nelson
Patogenesis
Penyakit ini merepresentasikan perkembangan klinis dari adenoma yang ada setelah
penekanan hiperkortisolisme dalam sekresi ACTH dan pertumbuhan tumor diangkat. Setelah
adrenalektomi, efek spresif kortisol tidak ada, sekresi ACTH meningkat, dan adenoma
pituitari meningkat.
Gejala Klinis
Tumor yang tumbuh secara agresif dan cepat. Terjadi hiperpigmentasi dan ekspansi
massa lesi intrasellar. Juga terjadi defek pengelihatan, pusing, invasi sinus cavernosum
dengan palsi otot ekstraokular. Dapat juga terjadi perubahan metastasis. Dapat terjadi
komplikasi pituitari apoplexy
Diagnosis
Kadar ACTH plasma meningkat, biasanya diatas 1000 pg/mL dan seringnya sampai
10.000 pg/mL. MRI memperlihatkan ekstensi tumor sudah sejauh mana
Tata Laksana
Tata Laksana
Terapi adenoma ini adalah pengangkatan secara bedah. Karena ukuran tumor yang
besar, kontrol adekuat tumor tidak dapat dicapai dan radioterapi dibutuhkan
Evaluasi meliputi MRI dan test luas pandang visual. Penelitian endoktrin meliputi
pengukuran hormon pituitari dan fungsi organ untuk memastikan apakah adenoma
menyebabkan hipersekresi atau penggantian hormon diperlukan.
Dibutuhkan pembedahan dan terapi radiasi karena tumor ini biasanya besar. Kedua
terapi tersebut dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan tumor atau rekurens. Absennya
index endokrin dari hipersekresi tumor seperti kelebihan PRL, menyebabkan diperlukannya
pemindaian serial dengan interval tahunan untuk memantau respon terhadap terapi dan
kemungkinan rekurens.
F. Growth Hormone
Definisi
Sejenis hormon protein yang terdiri dr 191 asam amino,rantai tunggal.
Fungsi
o Mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yg mampu memperbesar ukuran dan
jumlah (efek utama pada pertumbuhan tulang dan masa otot rangka).
o Merangsang proliferasi tulang rawan epifisis, sehingga menyediakan lebih banyak
ruang untuk membentuk tulang serta merangsang aktivitas osteoblas.
o Pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis tetap berupa tulang rawan
(terbuka). Pada akhir maas remaja,karena pengaruh hormon sex, lempeng ini
mengalami penulangan sempurna (tertutup) sehingga tidak dapat bertambah panjang
lagi.
Regulasi Hormon
Rangsangan
- tidur lelap
- olahraga
- stress
- Glukosa darah
Hipotalamus
Growth Hormon-Inhibiting Hormon Growth Hormon Realeasing
Hormon
(GHIH) (GHRH)
- +
Hipofisis Anterior
Sisapeptide:disimpan&disekresikan
Prohormon
Hormone aktif
Kompleks Golgi
Memekatkan hormone aktif & dikemas ke dalam vesikel sekretorik yg dilepas &
disimpan dlm sitoplasma
Rangsangan yg sesuai
Darah
Pengikatan ke reseptor ekstraseluler
Sel sasaran
-tulang
-jaringan lunak
hipotalamus&hipofisis
G. Interpretasi kasus
Pengembangan Kasus
Anak laki-laki 14 tahun
Diagnosis : Tumor hipofisis
Tumor hipofisis dapat menyebabkan produksi berlebihan dari sebagian besar hormon
(ACTH, GH, PRL, TSH, LH, FSH, dll). Pada beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan
stimulasi kelenjar lain, menimbulkan hiperplasia, seperti terlihat pada tumor hipofisis yang
menghasilkan ACTH atau TSH.
Sekresi GH berlebih
Lempeng pada ujung tulang panjang yang masih belum tertutup terus
tumbuh dengan cepat
Pemeriksaan :
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan adanya mikroadenoma hipofisis serta makroadenoma yang meluas ke
luar sel mencakup juga sisterna diatas sela dan sinus sphenoid.
Mikroadenoma adalah adenoma hipofisis yang diameternya <10 mm, sehingga terlalu
kecil untuk mudah terlihat dengan teknik radiografi biasa, kebanyakan adenoma yang
aktif secara hormonal berukuran seperti ini dan terdeteksi karena aktivitas
hormonalnya.
Makroadenoma adalah adenoma hipofisis yang diameternya >10 mm, cukup besar
untuk terlihat dengan teknik radiologi biasa, kebanyakan adalah adenoma null-cell dan
diteksi karena menimbulkan penekanan pada struktur sekitar
2. Pemeriksaan laboratorium
Hiperprolaktinemia
Patofisiologi :
Tumor hipofisis
Hiperprolaktinemia
Hiperkalsemia
Patofisiologi :
Tumor hipofisis
Hiperkalsemia
Glukosuria
Patofisiologi :
Tumor hipofisis
Sekresi GH berlebih
Efek diabetogenik
Pemeriksaan Endokrin
1. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan hormon plasma dapat mendeteksi level hormon pada saat waktu
pengambilan, serta status jangka kehidupan hormon dengan panjang paruh waktu.
Untuk hormon yang hidupnya tidak lama, seperti epinefrin atau kortisol, assay
memberikan informasi relevan hanya pada saat waktu pengambilan sampel. Pada
pasien dengan pheocromocytoma yang secara episodik melepaskan epinefrin,
kenaikan level epinefrin plasma hanya akan ditemukan ketika periode pelepasan dan
tidak diantara periode tersebut
Pengukuran level hormon bebas lebih kritis dibanding total level hormon. Tes
yang mengukur level hormon bebas dapat menggunakan dialisis equilibrium,
ultrafiltrasi, pengikatan kompetitif, dan cara lainnya. Contoh dari tes level hormon
bebas yang sering digunakan klinis adalah pemeriksaan T4 plasma bebas dan
testosteron bebas
Pada banyak kasus, level atau parameter sebuah hormon yang dipengaruhi
oleh kadar hormon tersebut paling baik diinterpretasikan mengikuti perubahan
tantangan dinamis melalui provokasi atau supresi sekresi hormon. Sebagai contoh,
pelepasan kortisol alami secara pulsasi mengakibatkan fluktuasi level kortisol plasma
yang harus diukur dalam kondisi tertentu. Masalah ini dapat diatasi pada evaluasi
insufisiensi adrenal dengan cara memberikan analog ACTH yang memaksimalkan
stimulasi adrenal. Pada sindrom Cushings dapat digunakan dexamethasone pada
level yang dapat mensupresi ACTH normal sehingga menghambat pelepasan kortisol.
2. Pemeriksaan Penggambaran
3. Prosedur Biopsi
Biopsi jarang digunakan untuk evaluasi kelainan endokrin tetapi terkadang berguna
dalam diagnosis neoplasia. Sebuah pengecualian adalah penggunaan aspirasi jarum halus pada
kelenjar tiroid yang memiliki pengaruh besar pada evaluasi nodul tiroid.
4. Analisis DNA
Digunakan untuk diagnosis penyakit genetik.DNA didapatkan dari sel darah perifer, lalu
daerah yang akan diperiksa dapat diamplifikasi (diperbanyak) dengan PCR, dan gen dapat
disekuensikan secara cepat. Pada kasus dimana terdapat mutasi, prosedur ini dapat
menghasilkan diangosis akurat dan cepat dalam populasi umum sel.
Sekuens gen skala besar berkontribusi pada fenotip penyakit tertentu yang dapat
membantu diagnosis. Sebagai contoh, penyakit MODY (Maturity-Onset Diabetes of the
Young) disebabkan oleh defek monogenik pada beberapa gen berbeda (glukokinase atau
faktor transkripsi pankreas) yang menyebabkan intoleransi glukosa dan simptom mirip-
diabetes. Sekuens gen kemungkinan MODY pada pasien, disertai analisis anggota keluarga
lainnya, dapat membedakan pasien dengan MODY dari pasien diabetes tipe 1 dan
membimbing perawatan lebih lanjut.
Pada keadaan defisiensi hormon, dilakukan penggantian hormon. Dalam banyak kasus,
keadaan fisiologis hormon tubuh dapat dicapai dengan memberikan hormon yang dibutuhkan
atau analognya. Pengobatan cara ini efektif untuk pengobatan pasien, contohnya adalah pada
kasus hipotiroidisme diberikan tiroksin, insufisiensi adrenal diberikan hidrokortison, dan
simptom menopause diberikan estrogen.
Pada kasus lain, ditemui masalah berhubungan dengan manajemen level hormon
pengganti. Contohnya pada kasusterapi insulin yang berguna untuk mengendalikan
hiperglikemia dan mencegah ketoasidosis pada kebanyakan pasien diabetes melitus, tetapi
komplikasi jangka panjang masih terjadi pada kebanyakan kasus. Hal tersebut dikarenakan
penggantian insulin alami dengan insulin pengobatan tidak dengan cara ideal. Ketika hormon
diinjeksi subkutan, pertama-tama insulin tidak tidak langsung dialirkan ke hati, dan
farmakokinetik hormon yang diinjeksi tidak mencontoh pelepasan insulin fisiologis secara
akurat. Masalah lain berhubungan dengan kemudahan pemberian hormon dan biaya. GH
rekombinan dapat dilakukan untuk mengobati defisiensi GH, tetapi pemberian harus melalui
injeksi dan mahal.