Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH BLOK EMS

AKROMEGALI

TUTORIAL D-3

Disusun Oleh :

Dian Sari Rachmawati 1410211007


Teta Dea Kurnia K 1410211046
Khoirunissa N.S 1410211070
Putri Annisa Rachmatillah 1410211089
Dea Tasha Meicita 1410211099
Farida Nurhayati 1410211102
Nilam Sari 1410211132
Maladewy Puji Rahayu 1410211172
Azhal Muktade W 1410211181
Kendy Rizky 1210211191

Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
2016/2017
DAFTAR ISI

COVER..... 1
LEMBAR PENGESAHAN.. 2
DAFTAR ISI.. 3
DAFTAR GAMBAR. 5
DAFTAR TABEL.. 7
KATA PENGANTAR... 8
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang dan Tujuan. . 9
1.2 Case..... 10
1.3 Learning Progress Report. 11
Bab II I DONT KNOW (Pembahasan)
2.1 SISTEM ENDOKRIN
2.1.1 Definisi..... 15
2.1.2 Klasifikasi.... 15
2.1.3 Transport hormon... 19
2.1.4 Penilaian fungsi endokrin..... 21
2.1.5 Kelainan endokrin... .. 26
2.1.6 Mekanisme kerja hormon secara molekuler.. ... 29
2.1.7 Struktur hormon secara biokimia...... 36
2.1.8 Regulasi produksi hormon...... 37
2.1.9 Organ penghasil hormon....... 38
2.1.10 Degradasi hormonal....... 42
2.1.11 Interaksi hormone dan reseptor....... 43
2.2 HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS
2.2.3 Anatomi........ 44
2.2.4 Histologi........ 51
2.2.4 Embriologi........ 52
2.2.5 Fisiologi : mekanisme kerja. .. 55
2.2.6 Gangguan fungsi hipofisis...... 57
2.2.7 Gangguan fungsi hipotalamus....... 60
2.2.8 Hipersekresi dan hiposekresi...... 64
2.3 GIGANTISME, DEFISIENSI GH, AKROMEGALI
2.3.1 gigantisme dan akromegali......... 68
2.3.2 kretinisme... 76
2.4 PENATALAKSANAAN TERHADAP PENYAKIT ENDOKRIN
SECARA UMUM................................. 80

2.5 HUBUNGAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN SISTEM SARAF


..... ............................. 81
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......... 84
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.... 85
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Autokrin.... 19

Gambar 2. Parakrin .... 20

Gambar 3. Mekanisme kerja hormone peptide..... 31

Gambar 4. Mekanisme molekuler hormone steroid.. 33

Gambar 5. Mekanisme molekuler hormone steroid.. 33

Gambar 6. Struktur hormone tiroid dan epinefrin.. 35

Gambar 7. Struktur kimiawi hormone amin.35

Gambar 8. Sintesis epinefrin dan norepinefrin 35

Gambar 9. Lokasi anatomis kelenjar endokrin utama tubuh 38

Gambar 10. Degradasi hormonal. 43

Gambar 11. Interaksi hormone reseptor 44

Gambar 12. Diencephalon. 45

Gambar 13. Diencephalon potongan sagital.. 45

Gambar 14. Hipotalamus..47

Gambar 15 . Anatomi hipofisis. 50

Gambar 16. Anatomi hipotalamus dan pituitary ... 52

Gambar 17. Akromegali 58

Gambar 18. Sindrom cushing.. 59

Gambar 19. Mikro transpheniodal... 66

Gambar 20. Bromokriptin.. 66

Gambar 21. Pergolid.. 67


Gambar 22. Gigantisme (kiri) dan akromegali (kanan) 68

Gambar 23. Jari tangan penderita akromegali.. 71

Gambar 24. Kretinisme.. 76


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi hormone berdasarkan senyawa kimia pembentuknya... 15

Tabel 2. Klasifikasi hormon berdasarkan lokasi reseptor........................... ........ 17

Tabel 3. Hormone berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon... 18

Tabel 4. Kisaran normal endokrin. 23

Tabel 5. Cara timbulnya gangguan endokrin.. 26

Tabel 6. Klasifikasi hormon secara kimiawi..... 36

Tabel 7. Kelenjar endokrin, hormon, fungsi dan strukturnya....39


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus pertama
yaitu tentang system endokrin secara umum dan fisiologi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dr. Miftahudin atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial.
Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B-1 atas kerjasamanya mulai dari proses
pembahasan hingga pembuatan makalah ini.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus ketiga ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.

Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, maret 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tuhan menciptakan manusia dengan sangat sempurnanya baik laki-laki maupun


perempuan. Lengkap dengan segala sesuatunya seperti mata, hidung, tangan, mulut, kepala
hingga kaki. Tidak luput juga, Tuhan menciptakan alat kelamin bagi laki-laki dan perempuan.
Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan baik agar manusia bisa selalu beribadah dan
bersyukur kepadanya. Bahkan semua system endokrin juga diciptakan agar bisa mengatur
tubuh kita yang semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Dalam makalah ini, akan dibahas
segala hal tentang system endokrin secara umum dan fisiologi.

Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas dari case
"explanary case. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan sebagai media
untuk belajar bagi yang membacanya.
BAB I
ISI
A. CASE
EXPLANARY CASE
Gali, mahasiswa kedokteran sedang asyik membaca artikel ilmiah di perpustakaan.
Gali tertarik pada salah satu kasus dalam artikel mengenai seorang pria, tn.x 43 tahun yang
mengeluh tangan dan kakinya terasa membesar , sehingga cincin kawinnya dan sarung
tangannya terasa sempit jika dikenakan. tn x merasa mudah berkeringat, mudah lelah, sering
sakit kepala, dan merasa silau saat siang hari ataupun saat menyetir di malam hari. Isterinya
pun mengeluh pasien sejak 6 bulan terakhir ini mulai tidur mendengkur dan meengalami
disfungsi ereksi.
Hasil pemeriksaan dokter didapatkan tanda vitalnya: tek. Darah 150/90 mmHg, nadi:
82x/mnt, napas: 14x/mnt. Hasil lain adalah madibula tampak menonjol ke dpan dengan jarak
antar gigi yang melebar. Didaptkan pula pembesaran hidung, bibir, tangan, dan kaki. Pada
pemeriksaan thoraks didapatkan iktus kordis berada di sepanjang linea mid aksilaris kiri pada
iga ke 6 dah hasil laboratatorium didapatkan glukosuria, hiperkalalsemia, dan
hiperproklatemia. Per ct scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan adenoma hipofisis.
Dia menderita tumor hipofisis yang mensekresi growth hormone berlebihan, akibatnya ujung
lempeng yang sudah tertutup terus tumbuh dengan cepat.

B. TERMINOLOGI
1. Hipotalamus : Bagian ventral diensefalon yang membentuk dasar dan bagian
dinding lateral ventrikel ketiga. Hipotalamus mensekresi vasopresin
dan oksitosin, yang disimpan di hipofisis, sama seperti banyak
faktor pelepasan, yang digunakan untuk mengendalikan fungsi
adenohipofisis.
2. Hipofisis : Kelenjar hipofisis, badan epitel yang terletak pada bagian basal
otak dalam sela tursika, dilekatkan ke hiipotalamus melalui tangkai,
yang darinya hipofisis menerima aliran keluar neural dan vaskular
penting.
3. Neuroendokrin : Berkenaan dengan interaksi antara saraf dan sistem endokrin serta
hormon, seperti vasopresin dan gastrin, yang dihasilkan dalam
neuron atau sel mirip neuron.
4. Endokrin : Mensekresikan secara internal, istilah ini dipakai untuk organ dan
struktur yang mengeluarkan bahan yang dihasilkannya kedalam
darah atau cairan limfe.

5. Sela tursika : Cekungan melintang yang menyilang garis tengah pada


permukaaan superior badan tulang sphenoid, berisi hipofisis.
6. Growth Hormone : Hormon pertumbuhan
7. Sinus sphenoid : Kedua sinus dura meter yang merupakan kelanjutan sinus-sinus
transversus, masing-masing melengkung ke bawah dari tentorium
cerebelli berlanjut dengan bulbus superior vena jugularis interna.
8. Glukosuria : Adanya glukosa dalam urin, terutama dalam jumlah abnormal
besar didalam urin, yaitu lebih dari 1 gram dalam 24 jam.
9. Hiperkalsemia : Kelebihan kalsium dalam darah, manifestasinya meliputi kelelahan,
kelemahan otot, depresi, anoreksia, nausea dan konstipasi.
10. Hiperprolaktemia : Peningkatan prolaktin dalam darah.
C. PROBLEM
1. Apa yang dimaksud dengan sistem hormon manusia dan mekanismenya?
2. Bagaimana pengaturan sistem hormon manusia?
3. Bagaimana hubungan sistem hormon?
4. Dimana letak pusat sistem hormon, apakah letak anatomis mempengaruhi kerja
hormon?
5. Apakah yang dimaksud mekanisme aksi dan mekanisme molekuler?
6. Bagaimana cara komunikasi sel-sel dan jaringan sekitar dengan pusat hipotalamus?
7. Bagaimana cara kerja hormon ke sel target?
8. Bagaimana proses sintesis hormon dan metabolisme?
9. Apa saja jenis-jenis hormon?
10. Apakah perbedaan antara sistem hormonal dan endokrin?
11. Apa saja organ-organ penghasil hormon?
12. Dimanakah letak hipotalamus dan fungsinya?
13. Sebutkan sel-sel yang berada di hipotalamus?
14. Mengapa gangguan hipotalamus dapat mengganggu secara fisiologis dan penyebab dari
gannguan hipotalamus?
15. Mengapa tubuhnya tubuhnya bisa sangat besar?
16. Bagaimana tumor hipofisis dapat mempengaruhi pertumbuhan?
17. Macam-macam hormon dari hipofisis dan fungsi?
18. Sebutkan kelainan sistem endokrin?
19. Bagaimana fisiologi pertumbuhan yang mempengaruhi GH?
20. Apa fungsi GH, letaknya dan jenisnya apa?
21. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kelainan hormon?
22. Bagaimana bisa terjadi glukosuria, hiperkalsemia dan hiperprolaktemia?

D. HIPOTESIS
1. Kelebihan GH
2. Karena adanya tumor pada sel penghasil GH
3. Akibat dari yang menghambat (feedback -) pada sel penghasil GH
4. Akibat dari hipersensitivitas dari sel penghasil GH
E. MEKANISME
- Terlampir

F. MORE INFO
1. Anamnesa:
Makanan
Aktivitas
Gizi
2. Survey umum:
Ciri tubuh
BMI
HEENT
Palpasi tiroid
3. Vital sign:
TD
Nadi
Suhu
RR
4. Px penunjang:
Px lab darah
G. I DONT KNOW
1. Sistem endokrin
2. Anatomi. Histologi, fisiologi, embriologi.
3. GH
4. Pertumbuhan hormon
5. Interpret SOCA

H. LEARNING ISSUES
1. Sistem endokrin
a. Definisi
b. Organ penghasil,produk yang dihasilkan dan fungsi
c. Hubungan endokrin dengan neurotransmitter
d. Jenis-jenis hormon secara biokim
e. Regulasi hormon:
Komunikasi
Metabolisme
Produk sintesis
Mekanisme kerja
Transport hormon
f. Kelainan sistem endokrin
Kekurangan
Kelebihan
Resistensi hormon
g. Prinsip penilaian fungsi endokrin

2. Anatomi. Histologi, fisiologi, embriologi


a. Hipotalamus
b. Hipofisis

3. GH
a. Regulasi hormon:
Komunikasi
Metabolisme
Produk
Mekanisme kerja
Transport hormon
b. Fungsi

4. Pertumbuhan hormon
a. Normal
b. Abnormal
c. Hormon yang mempengaruhi
d. Diagnosis gangguan pertumbuhan
e. Penatalaksanaan

5. Interpret SOCA
a. Alur pikir
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan
d. Penatalaksanaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Endokrin
Definisi
Sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret-sekret internal (hormon) yang
dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, dan juga termasuk pengaturan
autokrin, parakrin, dan kemungkinan intrakrin yang tidak dilepaskan ke dalam aliran
darah, semuanya itu mempengaruhi metabolisme dan proses-proses tubuh lainnya.
Mencakup organ yang mensekresi zat yang mempunyai fungsi hormonal.

Organ Penghasil Endokrin

Hipotalamus
Hipofisis anterior

Hipofisis posterior

Sel folikel kelenjar tiroid

Sel C kelenjar tiroid

Korteks adrenal

Medula adrenal

Kelenjar paratiroid

Gonad

Kelenjar pineal

Plasenta

Ginjal

Lambung

Duodenum

Hati

Kulit

Timus

jantung

Hubungan Neuroendokrin dengan Neurotransmitter

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam


tubuh. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling
berhubungan sehingga dinamakan sistem neuroendokrin.

Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf dan sistem yang mengatur kerjasama
antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering
disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control).

Sistem neuroendokrin terdiri dari kelenjar hipotalamus dan pituitari dan berada di
bawah pengaruh dan neuropeptida neurotransmitter yang mengatur hipotalamus
melepaskan dan melepaskan hormon hipotalamus menghambat disekresi ke dalam
pembuluh darah yang menghubungkan kelenjar hipotalamus dan pituitari.

Kelainan Sistem Endokrin


Hipofungsi
Destruksi Kelenjar
Penyebab : umumnya penyakit autoimun
Kasus : Diabetes mellitus dependen insulin,hipotiroidisme, insufiensi adrenal, dan
kegagalan gonad
Pada kelenjar hipofungsi, sutu gangguan seperti suatu tumor atau hipotensi sebagai
akibat syok atau perdarahn merupakan penyebab yang lebih khas. Setiap kelenjar
endokrin dalam mengalami kerusakan, dengan akibat hipofungsi, oleh karena
neoplasma.,infeksi,atau perdarahan.
Gangguan ekstraglanduler
Hipofungsi dapat disebabkan oleh cacat di luar kelenjar tradisional. Pada beberapa
kasus, hal ini semata-mata disebabkan oleh kerusakan jaringan yang tidak dianggap
kelenjar endokrin tradisional di mana hormon yang terlibat dihasilkan atau diubah
menjadi bentuk aktif; gangguan ini hanya merupakan kerusakan terhadap kelenjar
endokrin yang merupakan kerusakan organ dengan fungsi utama lain.
Cacat Spesifik dalam Biosintesis
Hipofungsi endokrin dapat disebabkan oleh cacat congenital dalam sintesis hormon.
Dapat menyebabkan cacat pada gen yang menyandi hormon, mengatur produksi
hormon, menyandi enzim penghasil hormon.
Hiperfungsi
Biasaya timbul akibat tumor. Disamping itu stimulasi autoimun juga menimbulkan
hiperfungsi.
Cacat dalam Kepekaan Hormon
Timbul resistensi terhadap hormone. Terdapat cacat primer yang disebabkan pada
distal reseptor. Cacat genetic pada reseptor yang menimbulkan sindroma resistensi
telah dilaporkan untuk glukokortikoid, hormone tiroid, androgen, vitamin
D,PTH,ADH, GH, insulin, dan TSH.
Selain itu juga terdapat cacat pascareseptor terjadi pada kasus diabetes mellitus non
dependen insulin.
Sindroma Kelebihan Hormon Akibat Pemberian Hormon Eksogen Atau
Pengobatan
Kelompok pertama yakni contohnya adalah atlit yang mnggunakan hormone
androgen untuk memperbaiki penampilannya. Sedangkan kelopmok kedua adalah
wabah hipertiroid telah terjadi ketika konsumsi daging yang mengandung kelenjar
tiroid.

B. Hormon dan Kerja Hormon


Definisi
Substansi kimia yang dihasilkan dalam tubuh oleh organ, sel-sel organ, atau sel yang
tersebar yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas satu atau beberapa
organ.

Fungsi Hormon

Kelenjar Hormon Sel Sasaran Fungsi Utama


Endokrin
Hipotalamus Hormon yang Hipofisis anterior Mengontrol pengeluaran
melepaskan&mengha hormon-hormon hipofisis
mbat (TRH, CRH, anterior.
GnRH, GHRH, GHH,
PRH, PIH)
Hipofisis Vasopresin Tubulus ginjal Meningkatkan reabsorbsi
posterior (hormon Arteriol H2O
antidiuretik) Uterus, kelenjar mammaria Meningkatkan
Oksitosin vasokontriksi
Meningkatkan
kontraktilitas,
menyebabkan
pengeluaran susu
Hipofisis TSH Sel folikel tiroid Merangsang sekresi T3
anterior dan T4
ACTH Zona fasikulata dan zona Merangsang sekresi
retikularis korteks adrenal kortisol
GH Tulang, jaringan lunak Merangsang pertumbuhan
Hati tulang dan jaringan lunak
Merangsang sekresi
somatostatin
FSH Wanita : folikel ovarium Mendorong pertumbuhan
Pria : tubulus seminiferus dan perkembangan
di testis folikel; merangsang
sekresi estrogen.
Merangsang produksi
sperma
LH Wanita : folikel ovarium Merangsang ovulasi,
dan korpus luteum perkembangan korpus
Pria : sel interstisium luteum, sekresi estrogen
Leydig di testis & progesteron.
Merangsang sekresi
testosteron.
Prolaktin Wanita : kelenjar Perkembangan payudara,
mammaria sekresi susu
Pria : tidak jelas
Sel folikel Tetraiodotironin (T4) Sebagian besar sel Meningkatkan laju
kelenjar tiroid Triiodotironin (T3) metabolisme; esensial
untuk pertumbuhan
normal dan
perkembangan saraf.
Sel C kelenjar Kalsitonin Tulang Menurunkan konsentrasi
tiroid kalsium plasma
Medula adrenal Epinefrin dan Reseptor simpatis di Memperkuat sistem
norepinefrin seluruh tubuh parasimpatis; berperan
dalam adaptasi stress dan
pengaturan tekanan darah
Pankreas Insulin (sel ) Sebagian besar sel Mendorong penyerapan,
endokrin (pulau Glukagon (sel ) Sebagian besar sel penggunaan,
langerhans) Somastotatin (sel D) Sistem pencernaan penyimpanan nutrien oleh
Sel pulau langerhans sel.
Mempertahankan kadar
nutrien dalam darah
selama fase pasca-
absortif.
Menghambat pencernaan
dan penyerapan nutrien.
Menghambat sekresi
semua hormon pankreas.
Kelenjar Hormon paratiroid Tulang, ginjal, usus Meningkatkan
paratiroid konsentrasi kalsium
plasma, menurunkan
konsentrasi fosfat plasma,
merangsang pengaktifan
vit. D.
Gonad Estrogen Organ seks wanita; Mendorong
Wanita : tubuh secara keseluruhan perkembangan folikel;
ovarium Tulang perkembangan seks
sekunder; pertumbuhan
uterus&payudara.
Mendorong penutupan
epifisis.
Uterus Mempersiapkan rahim
untuk kehamilan
Pria : testis Testosteron Organ seks pria; Produksi sperma,
Testis dan Inhibin tubuh secara keseluruhan perkembangan seks
ovarium Tulang sekunder, meningkatkan
Hipofisis anterior dorongan seks.
Meningkatkan lonjakan
pertumbuhan masa
pubertas; penutupan
lempeng epifisis.
Menghambat sekresi FSH
Kelenjar Pineal Melatonin Hipofisis anterior Menghambat
Organ reproduksi gonadotropin, mulai masa
pubertas mungkin
disebabkan penurunan
sekresi melatonin.
Ginjal Renin Zona glomerulosa korteks Merangsang sekresi
Eritropoietin adrenal aldosteron
Sumsum tulang Merangsang produksi
eritrosit
Lambung Gastrin, sekretin, Kelenjar eksokrin dan otot Kontrol motilitas dan
Duodenum kolesistokinin, gastric polos saluran pencernaan, sekresi untuk
inhibitory peptide pankreas, hati, kantung mempermudah proses
empedu pencernaan dan
penyerapan
Hati Somatomedin Tulang, jaringan lunak Mendorong pertumbuhan
Kulit Vitamin D Usus halus Meningkatkan
penyerapan kalsium dan
fosfat dari makanan
Timus Timosin Limfosit T Meningkatkan proliferasi
dan fungsi limfosit T
Jantung Peptida natriuretik Tubulus ginjal Menghambat reabsorbsi
atrium Na+

Jenis-jenis Hormon

Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya

1.Golongan Steroidturunan dari kolestrerol


2.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil

Thyroid,Katekolamin

3.Golongan Polipeptida/Protein

FSH, TSH, Insulin, LH, ACTH, Glukagon, LTH, MSH, GH, Oksitosin

Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon

1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak . Kebanyakan hormon
jenis ini merupakan hormon peptida atau protein.

2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air. Contoh utamanya adalah
hormon tiroid dan steroid.

Berdasarkan lokasi reseptor hormon:

1.Hormon yang berikatan dengan reseptor intraseluler

2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:

Kelompok hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP,


cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler .

Komunikasi
Komunikasi antar sel adalah suatu aktifitas kelompok sel yang memiliki fungsi
berbeda-beda untuk menginterpretasikan sinyal-sinyal yang ada guna kelangsungan aspek
hidupnya.

Fungsi komunikasi antar sel adalah

1.Mengatur perkembangan sel

Komunikasi sel dapat mengetahui segala aktifitas sel sehingga pertumbuhan sel
yang berkembang dapat diatur .

2.Mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan.

3.Mengordinir fungsi sel.

Macam-macam komunikasi sel yakni :

1.Komunikasi Endokrin

Komunikasi endokrin adalah komunikasi sel yang sel targetnya jauh dan hormon
mendatangi sel melalui pembuluh darah.

2.Komunikasi Parakrin
Komunikasi parakrin adalah komunikasi sel yang dmana mediator lokal
mempengaruhi sel target tetangga dirusakoleh suatu enzim ekstraselular atau
dimobilisasi oleh ECM.

3.Komunikasi Autokrin

Komunikasi autokrin adalah komunikasi sel dimana sel responsif terhadap


substansi yang dihasilkan oleh sel itu sendiri.

4.Komunikasi Sinaptik/Saraf

Komunikasi sinaptik adalah komunikasi sel dimana penyampaian sinyal dapat


dilakukan dengan cara protein dari suatu sel berikatan langsung dengan protein
lain pada sel lain meskipun sel itu jauh sekali.

Sintesis Hormon
Tiga kategori utama hormone mamalia yaitu peptide atau derivate peptide, steroid dan
amin.
Pada hormone peptide menggunakan sandi mRNA yang kemudian di translasi
menjadi prekursor protein dan mengalami pemecahan pascatranslasi membentuk
hormone aktif yang dikenal oleh jaringan sasaran, seperti pada hormone
preproparatiroid -> hormone proparatiroid -> hormone paratiroid.
Hormone peptide yang sama (somatostatin) dapat dibentuk dari prohormon yang
berbeda namun disandi oleh gena tertentu, prohormon tertentu seperti pro-
opiomelanokortin dapat dimetabolisme menjadi hormone yang berbeda dalam sel
yang berbeda, tergantung pada komplemen enzim prosesing sesuai kebutuhan sel
dan transkrip pertama dan bergabung dalam berbagai jaringan membentuk mRNA.
Hormone peptide juga dapat terbentuk ektopik pada keganasan sel nonendokrin
seperti karsinoma paru dan juga terbentuk dalam jumlah kecil dalam jaringan
nonendokrin normal.
Untuk hormone steroid precursor dasarnya kolesterol atau 7-dehidrokolesterol
(pada metabolit vitamin D) akan mengalami suatu rangkaian transformasi enzimatik
sampai terbentuk hasil akhirnya, dan diperlukan enam enzim untuk transformasi
kolesterol menjadi estradiol. Pada sintesis steroid dari kolesterol ada beberapa yang
tidak dapat membentuk hormone steroid dari kolesterol,mempunyai enzim yang
mampu mengkonversi steroid menjadi hormone yang lain.
Hormon amin disintesis melalui reaksi yang serupa dengan sintesis hormone
steroid kecuali prekursornya adalah asam amino, seperti tirosin yang merupakan
precursor epinefrin dan norepinefrin.

Penyimpanan Hormon
Hormone mempunyai kemampuan terbatas dalam menyimpan produknya, seperti
testis dewasa yang normal hanya mempunyai kemampuan sekitar seperenam jumlah
testosterone yang diperlukan untuk produksi sehari-hari, dimana penampungan dlam testis
selalu bertukar berkali-kali untuk menampung produk harian hormone, dan pada jaringan
yang mempunyai organela penampung hormone dan jumlah hormone yang tersimpan juga
terbatas, seperti granula insulin dalam sel beta pancreas secara teratur hanya bias terisi
jumlah untuk kebutuhan jangka pendek.
Pelepasan
Pada beberapa keadaan melibatkan konversi derivate tidak terlarut menjadi terlarut
(proteolisis tiroglobulin menjadi hormone tiroid), dan beberapa keadaan pelepasan dengan
cara eksositosis dari simpanan granula (insulin,glucagon,prolaktin,hormone pertumbuhan),
pelepasan juga dapat melibatkan difusi pasif molekul yang baru disintesis seperti hormone
steroid ke gradient yang lebih rendah dalam plasma. Pelepasan hormone adalah fungsi
kecepatan sintesis hormone dan aliran darah ke jaringan.
Pelepasan awal bahan yang tersimpan selalu diikuti oleh peningkatan angka sintesis
(seperti pada pelepasan dua fase insulin yang diinduksi infuse glukosa). Jika ada
perubahan frekuensi pelepasan hormone dapat merupakan tanda penyakit tertentu,seperti
hilangnya ritme diurnal pelepasan kortisol merupakan tanda khas pada fase awal penyakit
chusing.(ritme pelepasan hormone sangat penting pada interpretasi kadar hormone dalam
plasma) .

Transport Hormon
Hormon dikeluarkan ke sirkulasi bia diederkan secara bebas atau terikat dengan
protein pembawa, protein pembawa dikenal dengan protein pengikat atau juga binding
protein, namun hormone yang bebas atau tidak terikat adalah hormone yang aktif,
diamana ia hanya mengikat binding protein tertentu atau pun langsung kereseptor hormone
langsung yang berada di membrane sel, contohnya:steroid (globulin dimana mengikat
kortiokol steroid),(Globulin SHBGdimana mengikat hormone hormone seks), (Globulin
pengikat glukoprotein TBG), (Transtiretrin pralbumin), biasanya protein pembawa atau
pengikat berupa globulin dimana disintesis di dalam hati

Interaksi yang ditimbulkan antara hormone dan binding protein adalah Dynamic
equilburium, sekresi hormone niasanya diikuti oleh perubahan protein pengikatbinding
protein, contohnya peningkatan dari hormone kortisol pada saat kehamilan, dimana
kortisol dibentuk dari cortex adrenal, mekanismenya adalah peningkatan kortisol yang
terikat pada binding protein dimana terjadi peningkatan binding protein pada saat
kehamilan , peningkatan tersebut menurunkan kadar hormone kortisol bebas, penurunan
kadar kortisol yang bebas merangsang hipotalamus untuk melepaskan corticotrophin
releasing hormone dimana menstimulasi ACTH yang keluar dari hipofisis anterior
akibatnya terjadi sintesis kortisol dan keluar dari kelenjar adrenal, Hormon biasnya
mengalir ke sel target, sel hati dan ginjal.

Mekanisme

Sel penghasil hormon

bungan hormon dan protein SEL HATI SIRKULASI DARAH


hormon

Ginjal
Protein pegikat

Sel target
Mekanisme hormone hingga menempel ke reseptor

Hormon memproduksi efek biologi dengan mengikat reseptor di sel target, dilihat dari
lokasi selularnya mekanisme hormone ke reseptor dibagi menjadi dua yaitu:

1. Membran sel

2. Reseptor intraselular

1. Membran sel

Reseptor protein berlokasi difosfolipidbilayer dimembran sel mengikat hormone


(Katekolamin dan peptide dimana pada saat menempel direseptor mempunyai mekanisme
pengaktifan dari second messenger seperti protein kinase c, penagturan adenl siklase,RAS,
Camp, Protein kinase A, Tirosin kinase A, Fosfolipase hidrolisis fosfanositida,Ion Ca,Protein
G,dll. Secara fungsional reseptor membran dibagi menjadi dua yaitu:

a. Ligand gated ion channels

b. Reseptor that regulate activity intracellular protein

Kebanyakan reseptor pada katekolamin dan peptide berupa protein G, dimana peptide
dan protein hormone menjepit ke sel reseptor protein G, pengikatan hormone ke reseptor
menghasilkan perubahan conformational yang membiarkan reseptor interaksi dengan
protein G, dimana terjadi perubahan GDP menjadi GDP, kemudian terdapat mekanisme
second messenger yang mengaktivasi reseptor dan hormone. Second messenger system yang
digunakan adalah adenylate cylase, aktivasi dari adenylate cylase meningkatkan konversi
dari ATP menjadi CAMP, dimana CAMP mengaktivasi protein kinase A dan terjadilah
perubahan phosphorilates Ga ke jalur hidrolisis dari fosfatidynotysol biophosphate dan
produksi diasilgliserol dan inositol triophosphate

Terdapat juga reseptor protein tirosin kinase dimana reseptor yang tunggal
transmembran yang mepunyai intrinsic enzymatic activity, biasanya digunakan pada
hormone insulin dan hormone pertumbuhan, resptor linked kinase mempunyai tirosin
intrinsic atau aktivitas serin kinase, dimana diaktifkan oleh hormone pengikat diujung
terminal pada amino dimmembran sel, aktivasi ini menyebabkan rekruitmen dan fosforilasi
protein, reseptor ini akan menyempit dimana akan membentuk seperti jalur agar hormone
seperti Growth hormone ataupun insulin dapat masuk ke dalam sel.
2. Reseptor intraseluler

Biasanya mekanisme ini digunakan untuk hormone tiroid dan steroid, kedua
hormone ini akan masuk melalui difusi dan pada saat masuk ke nucleus biasanya akan
terikat ke DNA dan akan terjadi pengikatan tiroid dimana ia mengeluarkan transkripsi en
untuk mengambil alih dan terdapat hasil yang tadi ditranskripsikan
C. Penilaian Fungsi Endokrin
1. Pemeriksaan Fisik & Riwayat
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pengukuran Kadar Hormon : dapat menggunakan sampel darah / urin
b. Immunoassay : menggunakan antibodi
c. Assay Imunologik : menilai aktivitas hormone dengan diinkubasi dengan sel atau
jaringan in vitro atau disuntikan ke dalam seekor hewan
d. Pengukuran tak langsung Status Hormon : pada penegakan diagnosisdiabetes
mellitus insulin, pengukuran kadar insulin kurang berarti dibandingkan dengan
pengukuran kadar glukosa dalam darah.
e. Pemeriksaan Pencitraan : MRI dan CT-Scan
f. Prosedur Biopsi : untuk menentukan atau mendiagnosis neoplasia.

D. Pertumbuhan
Pertumbuhan Normal
Pertumbuhan Intrauterin
Pertumbuhan fetus dimulai dari fertilisasi sel dan diakhiri dengan pembelahan lebih
dari 200 tipe sel, panjang meningkat hingga 500 kali lipat, luas permukaan 6x10 6 kali lipat
dan beratnya 6x1012 kali lipat. Keseluruhan pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
ketersediannya oksigen yang adekuat dan nutrisi dan itu semua disusun/ terjadi karena ada
kelompok growth factor, dan diatur oleh gen dasar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan intrauterin:


Faktor endokrin
a) Plasenta
Plasenta yang bertindak sebagai organ endokrin yang mempengaruhi
kebanyakan aspek dari pertumbuhan fetus, termasuk mensuplai oksigen yang
adekuat dan nutrisi dan pengaturan terhadap hormon dan growth factor. Berat dar
plasenta juga berhubungan dengan berat kelahiran.

b) Growth hormone
Growth hormon pada fetus lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan
dewasa, akan tetapi jumlah GH reseptornya terbatas. GH tampaknya hanya
sedikit berpengaruh terhadap panjang tubuh pada waktu dilahirkan, anak-anak
yang mengalami defisiensi GH memiliki panjang tubuh yang normal.

c) Hormon tiroid
Tidak adanya hormon tiroid mungkin menimbulkan efek buruk terhadap
perkembangan mental janin, akan tetapi bayi-bayi yg hipotiroid memiliki
panjang tubuh yang normal.

d) Insulin
Konsentrasi insulin di dalam serum yang berlebihan mungkin berkaitan
dengan bayi-bayi makrosomia dari ibu yang menderita diabetes. Penurunan
kadar insulin/ produksi insulin yang tidak adekuat dijumpai pada diabetes
melitus, disgenesis pankreas, resistensi terhadap insulin yaitu pada sindroma
leprechaun.

e) Onkogen
Onkogen bertanggung jawab terhadap pertumbuhan neoplasma pada masa
postnatal dan ekspresi dari gen ini penting dalam perkembangan normal dari
organ-organ fetus.

f) Insulin-Like Growth Factor ( IGF-1 dan IGF-2 )

Kadar IGF-2 cukup bermakna pada pertumbuhan janin tapi perannya


belum jelas. IGF-1 dihasilkan berbagai jaringan janin dan mampu merangsang
diferensiasi. Terdapat korelasi anatara kadar IGF-1 dengan berat bayi baru lahir
pada bayi-bayi normal. Kalau pada masa gestasi tidak adanya generasi IGF-1,
maka akan disertai dengan panjang tubuh yang kurang pada saat lahir.

g) Epidermal Growth Factor ( EGF )


Epidermal Growth factor ( EGF ) mempunyai keterlibatan dengan
pertumbuhan fetus. Ibu yang merokok dapat menyebabkan bayi lahir dengan
penurunan berat badan sebanyak 200 gram, respon plasenta terhadap rokok yaitu
dengan adanya perubahan terhadap vaskularisasi, yang mengaraha/
menyebabkan hipoksia pada janin. Hal tersebut juga menurunkan kadar EGF-R
(epidermal growth factor-reseptor) dan mengurangi afinitas dari EGF pada
plasenta ibu-ibu yang merokok.

h) Fibroblast Growth Factor ( FGF )


Defisiensi FGF-R ( Fibroblast Growth Factor Recerptor ) pada percobaan
terhadap tikus didapatkan hasil bahwa hal tersebut dapat menyebabkan retardasi
pertumbuhan dan dapat mangalami kematian sebelum gastrulasi.

Faktor maternal dan uterus


Tinggi ibu mempunyai hubungan yang lebih erat dengan ukruan janin
dibandingkan dengan tinggi badan ayah. Bayi pertama rata-rata 100 gr lebih berat
dari bayi kedua dan seterusnya, ibu dengan usia diatas 38 tahun menurunkan berat
lahir, bayi laki-laki umumnya lebih berat 150-200 gr daripada bayi wanita. Gizi
ibu yang buruk merupakan keadaan terpenting yang menyebabkan panjang dan
berat lahir bayi yang rendah. Ibu yang suka minum alkohol terbukti menyebabkan
efek yang hebat pada panjang tubuh dan perkembanggan mental janin dan
merupak faktor predisposisi untuk menyebabkan abnormalitas-abnormalitas fisik
yang lain seperti mikrosefali, fisura palpebra pendek dsb. Penyalahgunaan
substansi-substansi lan dan penggunaan obat secara kronis dapat menyebabkan
retardasi pertumbuhan intrauterin. Rokok tidak hanya menyebabkan retardasi
pertumbuhan intrauterin akan tetapi juga menurunkan pertumbuhan setelah lahir
sampai 5 tahun setelah kelahiran. Infeksi pada ibu seperti toxo dan rubella akan
menyebabkan banyak abnormalitas perkembangan.

Faktor abnormalitas kromosaom dan sindrom malformasi


Banyak keabnormalitasan kromosom menyebabkan sindrom malformasi dan juga
menyebabkan pertumbuhan janin yang lemah/ rendah.

Pertumbuhan Postnatal
Kecepatan pertumbuhan tercepat yaitu pada masa janin, kemudian pada masa
setelah lahir paling tinggi pada tepat setelah lahir dan akan melambat pada masa
pertengahan anak-anak. Terdapat dua periode yaitu pada usia infant-childhood growth
diantara 11/2 tahun dan 3 tahun and the mid childhood growth diantara 61/2 tahun dan 7
tahun. Pada masa ini terdapat lonjakan kadar adiposa yang dapat dilihat dari kenaikan
body mass index (BMI) pada awal masa kanak-kanak. Lonjakan kadar adiposa pada masa
kanak-kanak dapat menjadi faktor resiko terhadap adanya obesitas nantinya.
Pertumbuhan postur yang paling nyata yang dikenal sebagai dorongan pertumbuhan
pubertas kemudian terjadi, yang menjadi pertumbuhan puncak yang kesua. Kemudian
terjadi penurunan yang terakhir yang berlangsung sampai terjadinya penyatuan epifisis
dengan tulang panjang dan pertumbuhan terhenti.
Faktor endokrin
a) Growth hormone dan Insulin-Like Growth Factor
Somatotropin atau Growth hormone ( GH ) dihambat oleh somatostatin
( faktor inhibisi pelepasan hormon pertumbuhan hipotalamus ) dan
distimulasi oleh growth hormone realising factor ( GRH). Efek GH terutama
diperantai oleh human insulin-like growth factor, tapi GH juga memiliki efek
langsung. Growth hormon menyebabkan insulin menjadi resisten dan
merupakan hormon diabetogenik, meninggikan kadar gula darah. Selain itu
Gh bersifat lipolitik GH terikat dalam protein plasma dalam peredaran darah.

b) Hormon tiroid
Seperti yang sudah dikatan sebelumnya, bayi yang menderita
hipotiroidisme memiliki panjang badan yang normal. Akan tetapi bila tidak
ditangani akan berefek pada pertumbuhan setelah kelahiran, contohnya
retardasi mental.

c) Steroid-steroid seks
Berpengaruh pada dorongan lonjakan pertumbuhan pubertas,
sedangkan tidak adanya faktor-faktor ini penting pada masa prapubertas.
Steroid-steroid adrenal dan gonadal berlebihan dapat menyebabkan
penigkatan tanjan kecepatan pertumbuhan seperti gambaran prematur dan
perkembangan tanda-tanda seksual sekunder. Bila keadaan-keadaan tersebut
tidak berkurang, dapat menyebabkan peningkatan usia skeletal, fusi epifisis
prematur dan postur pendek pada dewasa.

d) Glukokortikoid
Glukokortikoid endogen atau eksogen yang berlebihan dapat
menyebabkan terhentinya peertumbuhan.

Faktor-faktor lain
a) Faktor genetika
b) Faktor sosioekonomi
c) Faktor nutrisi
d) Faktor psikologis
e) Penyakit kronis

Pertumbuhan Abnormal
Pertumbuhan Pendek Disebabkan Oleh Nonendokrin
1. Konstitusional postur pendek
Konstitusional pertumbuah pendek bukan suatu penyakit tetapi merupakan
variasi dari populasi normal dan ini diperkirakan karena gangguan
perkembangan. Hal ini biasanaya terjadi akibat keterlambatan pembentukan
pubertas. Karakteristiknya pentumbuhannya pendek, habitusnya kurus, dan
retardasi pada usia skeletalnya. Riwayat keluarga sering berdampak kepada
anggota keluarga lainnya (ibu yang terlambat menarche)
Semua kasus yang disebabkan penurunan pertumbuhan harus dipertimbangkan
dikesampingkan sebelum diagnosis bisa dipastikan. Pasien mungkin terlambat
secara fisiologis.

2. Pertumbuhan pendek akibat genetik


Tubuh pendek juga dapat terjadi pada pola keluarga tanpa retardasi usia tulang
atau keterlambatan pubertas. Ini merupakan faktor genetik. Pertambahan tinggi
saat dewasa tergantung tinggi ayah dan ibunya. Pasien dengan kombinasi dari
pertumbuahn pendek konstitusional dan pertumbuahn pendek akibat genetik
terasa singkat kareana faktor keduanya, dan lebih mudah dicarikan solusi. Anak
laki-laki dibawa berkonsultasi lebih sering dibandingkan anak perempuan.

3. Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR)


Walaupun kebanyakan dari bayi kurang bulan menunjukan penyusulan
pertumbuhan , sekitar 20% mempunyai pola tubuh pendek. Sebagai
perbandingan, bayi yang sesuai usia kehamilan lahir premature biasanya akan
kembali ke pertumbuhan normal pada usia 1-2 tahun. Beberapa bayi premature
lahir dengan berat badan kurang dari 800 g.
Dalam kelompok ini terdapat banyak sindrom yang terjadi secara sporadic atau
berbeda secara genetic, contoh yang paling sering adalah dwarfisme Russel-
Silver, yang ditandai ukuran kecil saat lahir, wajah segitiga, asimetrik
ekstremitas dalam derajat yang berbeda-beda dan klinodaktili pada jari ke lima.
Infeksi intrauterine oleh CMV, rubella, Toxoplasma gondii, dan HIV dapat
menyebabkan IUGR. Ibu pengguna obat-obatan dan narkotika uga bisa
menyebabkan IUGR.

4. Sindrom dari pertumbuhan pendek


a. Sindrom turner
Bila sindrom turner klasik berupa disgenesisi gonadal 45,XO sering
didiagnosis dengan postur pendek mungkin merupakan varian darai
sindrom turner. Jadi setiap gadi pendek, memerlukan pemeriksaan
kariotipe bila tidak ditemukan sebab postur pendek lainnya.
b. Sindron noonan
Sindrom ini menjadi bagian darui beberapa karakteristik fenotip sindrom
turner, tetapi kariotipenya adalah 46,XX pada wanita dan 46,XY pada pria.
Sindrom ini merupakan kelainan autosomal dominan.

c. Sindrom prader-willi
Kedaan ini ditandai dengan hipotonia infantile, akromikria (kaki, dan tangan
mengecil), retardasi mental, mata berbentuk buah amandel, dan obesitas yang
hebat, serta adalnya intoleransi glukosa dan pubertas yang lambat. Sindrom ini
berkaitan dengan abnormalitas kromosom 15 pada 50% kasus.
d. Sindrom laurance-moon dan bield bardet
Sindrom yang terdiri dari retinitis pigmentosa, polidaktili dan obesitas ini
disertai dengan pertumbuhan yang buruk dan pubertas yang terlambat. Sindrom
ini diturunkan secara autosomal.
e. Sindrom dan kelainan autosom kariotipik
Sejumlah kelainan-kelainan dan sindrom sindrom kariotipik pada anak-anak
dismorfik dengan atau tanpa disertai adanya retardasi mental khas ditandai
dengan postur pendek. Beberapa kondisi, seperti trisomi 21 (sindrom Down),
sering terjadi, sementara lainnya jarang.

f. Dysplasia skeletal
Ada lebih dari 100 jenis dysplasia skeletal genetic (osteokondrodisplasia).
Sering diketahui saat lahir karena tungkai atau badan pendek, tapi beberapa
didiagnosis setelah masa pertumbuhan. Yang paling sering ditemukan adalah
akondroplasia autosomal dominan, yang ditandai dengan ekstremitas pendek,
kepala relative besar dengan dahi lebar dan jembatan hidung ke dalam, dan
lordosisi lumbal dikemudian hari. Tinggi dewasa pada pria 132 cm, dan wanita
127 cm.
5. Kelainan kronik
Penyakit kronis yang berat yang melibatkan salah satu system organ dapat
menyebabkan pertumbuhan buruk pada masa kanak-kanak dan dewasa. Pada
sebagian kasus yaitu pada sebagian besar penyakit seliak dan enteritis regional-
terjadi postur pendek dan turunnya pertumbuhan dapat mendahului timbulnya
tanda-tanda malnutrisi atau penyakit gastrointestinal. Pertumbuhan dapat
diperbaiki dengan perbaikan nutrisis pada beberapa kasus, pasien dengan
gangguan sisten gastrointestinal, ginjal atau kanker bisa mendapatkan makanan
parenteral nocturnal.
Fibrokistik juga menyertai beberapa penyebab gangguan pertumbuhan :
penyakit paru dengan kegagalan oksigenasi dan predisposisi infeksi kronik,
penyakit gastrointestinal menurunkan daya serap gizi dan abnormalitas
perkembangan lanjut dari kelenjar endokrin pancreas menimbulkan gejala-
gejala diabetes mellitus. Diagnosis dini dibuat dengan pengukuran antibody
antigliandin. Pada diet bebas glutein, pasien mengalami pengejaran
pertumbuhan terutama dalam tahun pertama terapi. Tinggi saat dewasa masih
terganggu.
Pasien dengan penyakit darah kronis sering mengalami pertumbuhan buruk,
pubertas terlambat, postur dewasanya pendek. `Penyakit ginjal diketahui
mengganggu pertumbuhan.
Dua bentuk asidosis tubulus renalis, proksimal dan distal, juga dapat
menyebabkan postur pendek. Pemberian bikarbonat adalah terapi primer.
Hemoglobin, diferensiasi dan hitung sel darah putih, laju endap darah, kadar
folat dan karotendalam serum, antibody antiglandin, kadar bikarbonat plasma,
serta fungsi ginjal dan hepar harus diperiksa pada anak-anak berposturpendek
selain itujuga pada ank normal sebelum dilakukan tes skrining endokrin.
Urinalisa juga harus dilakukan, dengan perhatian pada berat jenis (untuk
menyingkirkan diagnosis diabetes insipidus) dan keasaman urin (untuk
mengevaluasi kemungkinan asidosis tubulus renal). Semua anak wanita tanpa
diagnosis harus menjalani uji kariotipe untuk menyingkirkan sindrom Turner.
6. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan penyebab postur pendek paling umum. Mode makanan
dan anoreksia nervosa dapat menyebabkan pertumbuhan buruk. Infeksi ascaris
lumbricoides atau Giardia dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan.
Defisiensizat nutrisi tertentu dapat menyebabkan akibat spesifik. Sebagai
contoh, defisiensi seng dapat menyebabkan anoreksia, penurunan pertumbuhan
dan pubertas terlambat. Tidak ada pemeriksaan laboratorium sederhana yang
dapat digunakan untuk memastikan diagnosis malnutrisi.

7. Pengobatan
Anak dengan kelainan hiperaktivitas sering diatasi dengan pemberiaan
dekstroamphetamin atau metilfenidat. Dalam dosis besar, agen ini dapat
meningkatkna pertambahan berat badan-mungkin karena efekya yang
merangsang nafsu makan-dan kecepatan pertumbuhan. Penghentian selama
terapi dapat menyebabkan pengejarang pertumbuhan dalam berat dan tinggi.

Pertumbuhan Pendek Akibat Kelainan Endokrin


1. Kekurangan hormone pertumbuhan
a. Kekurangan hormone pertumbuhan Congenital
Sebelum tahun 1986, terapi satu-satunya untuk terapi defisiensi GH adalah
memberikan Gh pengganti yang berasal dari donor kadaver. GH digunakan
secara salah oleh atlet dan anak normal yang ingin anaknya tumbuh tinggi.
GRH berpotensi dalam diagnosis dan terapi GH defisiensi . IGF-1 bisa
berguna untuk terapi postur pendek, terutama dwarfisme Laron dimana tidak
ada terapinya.

b. Kekurangan hormone pertumbuhan


Bermanifestasi pada panjang tubuh normal pada saat dilahirkan tetapi terjadi
penurunan kecepatan pertumbuhan segera setelah dilahirkan.
Pasein ini akan terlihat memiliki postur pendek, obesitas dengan gambaran
fasial imatur, suara melengking tinggi dan imatur, dan keterlambatan maturasi
skeletal.

c. Tipe lainnya dari disfungsi hormone pertumbuhan


Dwarfisme Laron
Ditandai dengan GH yang tinggi pada plasma dan kadar IGF-1 yang rendah
dalam plasma. Kecepatan pertumbuhan tidak meningkat dan nilai IGF-1 tidak
meningkat pada pemberian hCG eksogen.
Pigmi
Mempunyai kadar GH yang normal dalam plasma, IGF-1 yang rendah dan
kadar IGF-2 yang normal.
Pasien tidak berespon terhadap pemberian GH eksogen.

d. Diagnosis dari kekurangan hormone pertumbuhan


Karena kadar GH basal rendah pada anak-anak normal maupun pasien lain,
jadi hanya dapat dibuktina dengn peningkatan kadar Gh yang tidak adekuat
radioimmunoassay (sample darah)
10% atau lebih anak-anak normal tidak menunjukkan peningkatan kadar GH
yang adekuat pada 1 kali uji cadangan.

e. Terapi Hormon
A. pemberian hormon pengganti
Anak defisiensi Gh memerlukan somatropin biosin tetik dengan dosis 0,18-
0,3 mg/kg/minggu atau somatren (GH metilonin) dengan dosis 0,3
mg/kg/minggu yang diberikan satu dosis 6-7 kali seminggu selama masa aktif
pertumbuhan sebelum fusi epifisis.
GH menimbulkan anti insulin.
B. Penanganan psikologik dan konsekuensi
Anak-anak defisiensi GH paling banyak dipelajari; mereka lebih memiliki
kepribadian pasif daripada anak sehat.
Kemampuan akademik umumnya dibawah standar walau intelegensinya
normal.
Depresi dan tingkah laku bunuh diri dapat terjadi pada orang dewasa
Lingkungan suportif dianjurkan pada penderita defisiensi GH.

2. Psikososial dwarfism
Anak dwarfisme psikososial tampak dengan pertumbuhan buruk, perut gendut
imatur dankebiasaan makan dan minum yang aneh.
Orang tua bisa melaporkan bahwa anaknya meminta-minta makanan dan
mengais-ngais di sampah bahkan minum air WC
Psikoterapi keluarga mungkin membawa manfaat.

3. Hipotiroidism
Terapi dini setelah diketahuinya diagnosis pada periode neonatal secara nyata
akan mengurangi terjadinya keterlambatan pertumbuhan dan retardasi mental
yang di sebabkan oleh hipotiroidisme primer yang berat.
Karakteristik hipotiroidisme adalah penurunan kecepatan pertumbuhan dan
postur pendek, retardasi umur tulang, terlamat pubertas.
Hipotiroid tidak dapat didiagnosis hanya berdasarkan kadar T4 yang rendah

4. Sindrom cushing
Glukokortikoid yang berlebihan (eksogen dan endogen) sering menyebabkan
penurunan pertumbuhan
Penyakit yang mendasarinya mungkin berupa hiperplasia adrenal bilateral akibat
regulasi ACTH kortisol yang abnormal pada penyakit Cushing

5. Pseudohipoparatiroidism
Anak dengan pseudohipoparatiroidisme biasanya pendek dan gemuk, dengan
wajah khas bulat, metakarpal ke empat dan lima pendek dan retardasi mental
Terapinya dengan vitamin D dosis tinggi dan pengikat kalsium sebagaimanaagen
pengikat fosfat akan mengkoreksi defek biokimia dan mengendalikan kejang
hipoglikemika tapi tidak akan memperbaiki postur dan mental.

6. Kelainanan dari metabolism vitamin D


Postur pendek dan pertumbuhan buruk adalah gambaran penyakitnya
Pemeriksaan klinis ditemukan kai seperti busur , deformitas dada, gambaran
radiografi karakteristik berhubungan menurunnya kadar serum kalsium dan
fosfat dan peningkatan kadar alkali-fosfat
Ketika terapi efektif , kecepatan pertumbuhan akan membaik

7. Diabetes Melitus
Pertumbuhan pada pasien insulin dependen diabetes melitus tergantung pada
efektifitas terapi : diabetes yang terkontrol maka pertumbuhannya akan baik.

8. Diabetes Insipidus
Polidipsi dan poliuri akibat vasopresin yang tidak adekuat atau ketidakmampuan
ginjal untuk berespon terhadap vasopresin dapat menyebabkan ambilan kalori
yang kurang dan dapat menurunkan pertumbuhan.

f. Diagnosis dari pertumbuhan pendek


Jika postur, kecepatan pertumbuhan , tinggi pasien disesuaikan dengan tinggi
rata-rata orang tuanya cukup meningkatkan kesadaran evaluasi.
Salah satu gambaran terpenting dalam proses evaluasi ialah penentuan kecepatan
pertumbuhan dan membandingkan dengan grafik pertumbuhan anak berdasarkan
umur.
Hitung darah lengkap , urin dan pemeriksaan kimia darah

Pertumbuhan Tinggi Yang Disebabkan Non Endokrin


1. Konstitusional pertumbuhan tinggi
Seorang yang lebih tinggi dari temannya pada masa kanak-kanak, dengan
kecepatan usia skeletal, tidak ada tanda kelainan kemungkinan berlanjut secara
konstitusional dan perkiraan tinggi badan dewasa dengan batas normal

2. Postur tinggi genetik


Anak-anak dengan orana tua yang sangat tinggi memiliki kecenderungan genetic
untuk mencapai tinggi badan di atas batas normal. Anak dengan postur tinggi
terlihat memiliki pola sekresi hormone seperti pada akromegali-contoh kadar GH
meningkat setelah pemberian TRH.
Bisa diberikan terapi esterogen atau testosterone.

3. Sindrom dari pertumbuhan tinggi


a. Cerebral gigantisme
Sindrom pertumbuhan yang cepat pada masa bayi, dengan dahi
prominen, palatum berarkus tinggi, dan hipertelorisme (sindrom sotos)
tidak berhubungan dengan GH berlebihan. Mental bisa terganggu.
b. Sindrom marfan
Sindrom marfan adalah kelainan autosomal dominan pada jaringan
penyambung yang melibatkan bermacam-macan penetrasi. Dapat
didiagnosis dengan postur yang tinggi, jari-jari yang kurus panjang,
hiperekstensi sendi-sendi, subluksasio lentis dan dilatasi aorta. Pektus
ekskavatum dan skoliosis dapat terlihat. Dapat pula terjadi regurgitasi
katup mitral dan aorta atau pelebaran arkus aorta dapat juga terjadi.
c. Homosistinuria
Pasien ini mengalami defisiensi sintetase yang bersifat autosomal
resesif dan fenotip mirip sindrom marfan. Gambaran lain, retardasi
mental, peningkatan insiden kejang, osteoporosis, dislokasi lensa
posterior, dan peningkatan skresi homosistin dalam urin ddengan
peningkatan homosistin dan metionin plasma, tapi kadar sistin plasma
rendah. Penyakit ini diobati dengan diet ketat metionin dan pada pasien
yang reponsif dapat diberi piridoksin.
d. Sindrom beckwith-wiedemann
Sindrom dari bayi yang dilahirkan besar dengan omfalokel, makroglosia,
hipoglikemia disertai hiperinsulisme akibat hyperplasia pancreas,
sitomegali adenokortikal pada fetus dan ginjal-ginjal yang besar dengan
dysplasia medular juga disertai meingkatnya pertumbuhan pada anak.
e. Sindrom XYY
Pasien dengan ekstra 1 kromosom Y (47, XYY) atau lebih (48, XYY)
ekstra akan mencapai tinggi badan yang lebih besar dari rata-rata dewasa
normal. Tidak dijumpai adanya sekresi GH yang berlebihan.
f. Sindrom Klinefelter
Pasien dengan sindrom ini cenderung tumbuh lebih tinggi, tapi gambaran
ini tidak selalu sama

E. Hipotalamus dan Hipofisis


Hipotalamus
Embriologi
Hipotalamus berkembang dari otak depan (Prosensefalon), terdiri dari
telesefalon dan diensefalon yang akan membentuk
thalamus,hipotalamus,hipofisis,tangkai optic,serta epifisis.
Diensefalon yang berkembang dari bagian medial prosensefalon diperkirakan
terdiri dari lempeng atap dan lempeng alar tetapi tidak memiliki lempeng lantai dan
basal.
Lempeng alar,thalamus dan hipotalamus.Lempeng alar membentuk dinding
lateral diensefalon. Suatu alur,sulkus hipotalamikus,membagi lempeng menjadi
bagian dorsal dan ventral,masing-masing adalah hipotalamus dan thalamus.
Akibat aktivitas proliferative,thalamus secara bertahap menonjol kedalam
lumen diensefalon. Ekspansi ini sering sedemikian hebatnya sehingga region
thalamus dari sisi kanan dan kiri menyatu di garis tengah,membentuk massa
intermedia.
Hipotalamus yang membentuk bagian bawah lempeng alar ,berdeferensiasi
menjadi sebuah area nucleus yang mengatur fungsi alat dalam,termasuk
tidur,pencernaan,suhu tubuh dan perilaku emosi. Salah satu dari kelompok-kelompok
ini,korpus mamilare,membentuk suatu tonjolan tersendiri di permukaan ventral
hipotalamus di kedua sisi garis tengah.

Anatomi
Hipotalamus dewasa terletak pada lantai otak, mengelilingi bagian bawah ventricle III.

Berbatasan dengan:

Anterior : optic chiasma


Posterior : mammilary bodies
Lateral : sulci dari cerebral temporal lobes
Ventral : tuber cinereum (dasar hipotalamus yang membulat dan
memanjang kearah kaudal hingga tangkai hipofisis)

Area

Bentuk hipotalamus tidak definitif tetapi berupa bagian yang dapat dibedakan atas
beberapa zona yang disebut area.yaitu:

Hypophysiotrophic area (HTA)


Median eminence (ME)
Anterior hypothalamis area (AHA)
Preoptic area (PA)
Nuclei

Zona yang memiliki beberapa kelompok sel yang serupa disebut nuclei.

Supraoptic nuclei
Paraventricular nuclei
Arcuate nuclei

Supraoptic dan paraventrivular nuclei terletak pada AHA.

Memiliki sel-sel neurosekretori berukuran besar (magnocellular) dan


merupakan sel transducer penting
Menerima input langsung dari impuls syaraf,
neurotransmiter dan pusat integrasi lain di dalam
hipotalamus
Axon dari kedua nuclei ini melewatihypothalamo-
hypophysialtract bermuara pada kel hipofisis bagian posterior.

Arcuate nuclei terletak di dalam HTA

Memiliki neoron berukuran kecil (parvicellular)


Diduga semua hormon yang terdapat pada Medianeminence barasal dari
nuclei tersebut
Berperan dalam menjaga kestabilan sekresi gonadotropin

Hipofisis
Embriologi
Bakal hipofisis pada janin manusia mulai dijumpai pada kehamilan 4-5 minggu &
secara cepat berdiferensiasi jadi unit hipotalamus hipofisis matur di minggu ke 20
masa kehamilan

Adenohipofisis (anterior)berasal dari kantung Rathke. Bagian dari kantong Rathke


yg berhub dg neurohipofisis (posterior) berkembang kurang ekstensif &
membentuk lobus intermedius.

Lobus intermedius utuh pada beberapa spesies tapi pada manusia bergabung dg
lobus ante & berkembang kemampuan nya untuk sintesis dan sekresi
ACTH(adrenokortikotropin hormon).

Anatomi
Berbentuk oval sebesar kacang polong dg berat 0,5 g dan d=1,25 cm
Terletak pada dasar tengkorak pada bagian tulang sfenoid yg disebut sella tursika
dan dibawah hipotalamus.
Hipofisis dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil yaitu
infundibulum (serat saraf & pemb darah halus)
- anterior pembuluh darah
- posterior serat saraf
Terdiri dari 2 lobus:

1. Anterior hipofisis (adenohypophysis)

2. Posterior hipofisis (neurohypophysis)


Vaskularisasi
Hipofisis mendapat perdarahan dari arteri karotis interna (arteri hipofisial auperior &
inferior).

Arteri hipofisial superior memperdarahi pars tuberalis, tangkai neural

Arteri hypophysialis superior membentuk suatu pleksus kapiler primer yg terdiri atas
kapiler2 yg mendarahi infundibulum

Arteri hipofisial inferior memperdarahi lobus posterior walau memberi sedikit


cabang ke lobus anterior, neurohipofisis.

Kapiler2 bergabung menjadi vena2 yang membentuk pleksus kapiler sekunder pada
pars distalis dan berlanjut ke vena portal hipofisial.

Histologi
1. Sel alfa / sel asidofil

Sitoplasmanya bergranula merah,intinya biru dan bulat. Bentuk selnya bulat,lonjong dan
biasanya berkelompok

Terdiri dari 2:

- Asidofil alfa-1 (somatotrop) somatotropin / growth hormon

- Asidofil alfa-2 (mammotrop) prolaktin

2. Sel beta/basofil

Sitoplasmanya bergranula biru,inti dan bentuk sm seperti alfa

Terdiri dari:

- Basofil beta(tirotrop) thyroid stimulating hormon (TSH)

- Basofil gamma(gonadotrop) gonadotropin

- gonadotrop gamma-1 FSH

- gonadotrop gamma-2 LTH (ce) & ICSH (co)

3. Sel kromofob

Merupakan sel yg bersitoplasma pucat dan terlihat seakan-akan tanpa granula. Biasanya
terdapat diantara kelompok sel alfa & sel beta
- Pars posterior bag yg plg pucat karena terdiri atas serat-serat saraf tdk bermielin

- Pituisist sel penyokong di dlm pars nervosa hipofisis

- Badan herring bangunan bulat/lonjong, letak di dekat pembuluh darah & berwarna
merah.

Fisiologi
Umpan balik negatif oleh hormon organ sasaran

Tujuan untuk mempertahankan agar kecepatan sekresi hormon hipofisis anterior konstan

Ada 3 hormon :

1. Pengeluaran hormon hipotalamus

2. Hormon tropik hipofisis anterior

3. Hormon organ sasaran perifer

Hormon organ sasaran bekerja menekan sekresi hormon tropik yg mendorong sekresinya
umpan balik negatif lengkung panjang

Contoh sistem CRH-ACTH-kortisol

CRH (corticotropin releasing hormon) hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk


mengeluarkan ACTH (hormon adrenokortikotropik) merangsang korteks adrenal untuk
mengeluarkan kortisol

Kortisol menghambat sekresi CRH oleh hipotalamus dan menurunkan kepekaan sel sel
penghasil ACTH dg bekerja langsung pada hipofisis anterior

Kortisol melakukan kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan konsentrasinya


sendiri dlm plasma
( Jika kadar kortisol plasma mulai meningkat kortisol akan menekan sekresinya sendiri
melalui inhibisi pd hipotalamus dan hipofisis anterior)

(Jika kadar kortisol plasma mulai turun efek inhibisi kontrol pd hipotalamus dan
hipofisis anterior berkurang jadi faktor2 yg merangsang peningkatan sekresi kortisol akan
meningkat juga)

Hormon2 organ sasaran bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif lengkung panjang
agar kadar hormon organ sasaran relatif konstan

Kelainan Hipotalamus dan Hipofisis

Lesi hipotalamus-hipofisis muncul dengan berbagai manifestasi beragam, seperti


hipersekresi dan hiposekresi hormon hipofisis, pembesaran sellar, dan kehilangan
pengelihatan. Evaluasi dilakukan untuk memastikan diagnosis awal dimana lesi masih
dapat ditangani dengan terapi.

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenoma pituitari, yang menyebabkan hipersekresi.

Manifestasi awal

Manifestasi awal tumor dikarenakan kelainan endokronologi (hipogonadisme adalah


manifestasi paling sering), diikuti oleh pembesaran sellar dan manifestasi lokal yang
ditemui pada pasien dengan tumor besar atau pemanjangan suprasellar (seperti pusing dan
hilang pengelihatan).

Pada anak-anak, adenoma pituitari jarang ditemui, lesi paling sering ditemui adalah
lesi struktural yakni craniopharymgiomas dan tumor hipotalamus lainnya. Pada gejala
tumor tersebut manifestasi juga sama seperti tumor pada orang dewasa, yaitu gangguan
endokrin. Gejala akan diikuti dengan rasa pusing, hilang pengelihatan, dan simptom sistem
saraf pusat lainnya.

Manifestasi umum dan lanjut

- Hipersekresi Pituitari
- Insufisiensi Pituitari
- Pembesaran sella tursika
- Defek visual
- Diabetes insipidus

Sindrom Sella Kosong

Etiologi dan insidens

Sindrom sella kosong terjadi ketika ruang subarachnoid memanjang ke dalam sella
tursika, mengisi ruang sella tursika sebagian dengan cairan serebrospinal. Proses ini
menyebabkan remodelling dan pembesaran sella tursika dan pendataran kelenjar pituitari.

Sindrom sella kosong primer yang dihasilkan oleh inkompetensi kongenital diafragma
sellae merupakan hal yang biasa. Hal tersebut juga merupakan penyebab tersering
pembesaran sella tursika. Sella kosong juga sering ditemui pada pembedahan pituitari atau
terapi radiasi dan bisa terjadi setelah infark pituitari postpartum (Sheehans syndrome).
Sebagai tambahan, adenoma penyekresi PRL dan GH dapat mengalami infark
hemorrhagik subklinis dan menyebabkan kontraksi cistern suprasellar diatas sella menuju
ke bawah masuk ke sella

Gejala klinis

Sebagian besar merupakan wanita dengan umur pertengahan disertai obesitas. Terjadi
hipertensi sistemik, pusing, rhinorrhea cairan cerebrospinal spontan dan gangguan
pengelihatan.

Penemuan lab

Tes fungsi pituitari anterior hampir selalu normal,walaupun sebagian pasien


mengalami hiperprolaktinemia. Studi fungsi endokrin dapat dilakukan untuk
mengeliminasi insufisiensi hormon pituitari atau mikroadenoma pituitari hipersekretorik.

Diagnosis

Dilakukan melalui MRI, yang memperlihatkan herniasi sella diafragma dan


terdapatnya cairan cerebrospinal dalam sella tursika
Disfungsi hipotalamus

Sering dikarenakan oleh tumor, yaitu craniopharyngioma yang terjadi pada anak-
anak, dan dewasa muda. Pada orang dewasa lebih tua, penyebabnya adalah tumor SSP dan
hipotalamus serta tumor struktur pineal.

Gejala klinis

Craniopharyngioma

Simptom bersifat neurologi s dan dikarenakan effek oleh massa tumor yang
berekspansi. Simptom dapat berupa naiknya tekanan intrakranial (pusing, muntah),
menurunnya pengelihatan atau defek pengelihatan, ditemukan tumor suprasellar saat
MRI.

Pada orang dewasa, simptom sama namun disertai oleh manifestasi endokrin
(hipogonadisme, diabetes insipidus, atau defisiensi hormon pituitari anterior). MRI
memperlihatkan tumor dimana terdapat tumor intrasellar dan suprasellar.

Diagnosis

Pasien dengan suspek tumor hipotalamus dirujuk untuk melakukan pemeriksaan MRI
untuk mendeterminasi seberapa parah tumor yang tumbuh. Penilaian lengkap fungsi
pituitari anterior diperlukan pada pasien karena defisiensi hormon dan evaluasi akan
menentukan kebutuhan terapi penggantian hormon. Level PRL juga diperiksa karena
sebagian besar lesi hipotalamus menyebabkan hiperprolaktinemia, disebabkan oleh luka
hipotalamus atau cabang pituitari.

Perawatan

Perawatan tergantung pada tipe tumor. Biasanya dilakukan pengangkatan tumor yang
dapat dijangkau dan dekompresi kista, diikuti oleh radioterapi.

Hipopituitarisme

Manifestasi kelainan ini dapat dilihat dengan berkurangnya atau hilangnya sekresi
satu atau lebih hormon pituitari. Perkembangan simptom dan tanda-tanda lambat dan
insidius, dipengaruhi oleh rata-rata onset dan besarnya kerusakan hipotalamus-pituitari.
Hipopituarisme dapat diakibatkan oleh kejadian primer (destruksi kelenjar pituitari
anterior) atau kejadian sekunder (defisiensi faktor stimulus hipotalamus yang normalnya
melakukan rangsangan pada pituitari). Pengobatan dan prognosis bergantung pada
seberapa jauh hipofungsi, penyebab kelainan, dan lokasi lesi pada axis hipotalamus-
pituitari.

Etiologi

Ada berbagai faktor etiologi yang dapat menyebabkan hipopituitarisme, disingkat


sebagai Sembilan i, yaitu :
- Invasive : lesi menyebabkan hipopituitari dengan menghancurkan kelenjar pituitari
atau nukleus hipotalamus atau dengan mengganggu sistem vena portal hipotalamus-
hipofisis. Adenoma pituitari yang besar akan menyebabkan hipopituarisme dengan
mekanisme tersebut.
- Infark :
o Kerusakan iskemik terhadap pituitari merupakan salah satu penyebab
hipopituitarisme.
o Terdapat berbagai macam mekanisme iskemia. Hipotensi disertai
vasospasme arteri hipofisis akan mengganggu perfusi arterial pada pituitari
anterior. Saat hamil, kelenjar pituitari lebih sensitif terhadap hipoxemia
karena kenaikan kebutuhan metabolik.
o Sejauh mana kerusakan pituitari terjadi menentukan kecepatan onset
sekaligus seberapa parah hipofungsi pituitari. Kelenjar hipofisis memiliki
penyimpanan hasil sekretorik yang besar, dan penyimpanan harus hancur
lebih dari 75% terlebih dahulu agar manifestasi klinis terlihat.
o Infark hemorrhagik spontan karena tumor pituitari (disebut juga apoplexy
pituitary) akan menghasilkan insufisiensi pituitari parsial atau total.
Apopleksi pituitari memiliki manifestasi klinis seperti pusing berat,
gangguan pengelihatan, ophtalmoplegias, menigismus, dan tingkat kesadaran
terganggu. Apopleksi pituitari biasanya dihubungkan dengan tumor pituitari.
- Infiltratif : Hippopituitari dapat diakibatkan oleh manifestasi klinis penyakit
infiltratif seperti sarcoidosis, hemochromatis, dan histiocytosis Langerhans
- Injury : Trauma kepala berat akan menyebabkan insufisiensi pituitari anterior dan
diabetes insipidus.
- Immunologis :
o Hipofisitis limfositik berakibat pada hipopituitarisme anterior. Gangguan
tersebut dapat dilihat berupa massa lesi pada sella tursika disertai gangguan
pengelihatan seperti yang diperlihatkan adenomapituitari.
o Hipofisitis Limfositik berakibat pada defisiensi hormon (khususnya ACTH
atau prolaktin)
- Iatrogenik
o Terapi bedah dan radiasi terhadap kelenjar pituitari dapat mengganggu
fungsinya.
o Irradiasi tumor kepala, leher, dan irradiasi kranial profilaksis pada leukimia
dapat menyebabkan hipopituitarisme
- Infeksi
o Berbagai infeksi (tuberkolosis, sifilis, infeksi jamur) merupakan agen dalam
hipofungsi pituitari. Namun hal tersebut sekarang dapat diatasi dengan
pemberian obat antimikroba
- Idiopathic
o Pada beberapa kasus hipopituitarisme, penyebab jelas tidak ditemukan
o Dapat dikarenakan oleh defisiensi berbagai hormon atau isolasi hormon.
- Isolated
o Defisiensi isolasi (monotropik) hormon pituitari anterior dikaitkan dengan
mutasi pada gene yang mengkode hormon spesifik.
o Jenis-jenisnya :
Defisiensi GH
Defisiensi ACTH
Defisiensi Gonadotropin
Defisiensi TSH
Defisiensi Prolaktin
Defisiensi banyak hormon karena kerusakan pituitari lainnya
- Gejala Klinis
o Sekresi GH yang terganggu mengakibatkan penurunan pertumbuhan pada
anak-anak. Defisiensi GH juga dihubungkan dengan menurunnya kesadaran
akan kesehatan diri sendiri dan menurunnya kualitas hidup.
o Defisiensi ACTH menyebabkan insufisiensi adrenokortikoid dan gejala
mirip dengan gaga adrenal primer (lemah, mual, muntah, anorexia, turun
berat badan, demam, dan hipotensi)
- Temuan Klinis
o Pasien dengan gagal pituitari biasanya overweight, disertai kulit yang baik,
pucat, halus, dan keriput yang baik pada wajah
o Rambut pada badan dan pubis kurang atau tidak ada
o Atrofi genitalia
o Pada kasus yang berat : Hipotensi postural, bradikardi, menurunnya
kekuatan otot, dan refleks tendon dalam terlambat.
o Kelainan neuro-ophtalmologi dapat terjadi, tergantung pada adanya lesi
parasellar atau intrasellar yang besar.
- Pemeriksaan
o Lab
Anemia (karena defisiensi androgen dan tiroid)
Hipoglikemia
Hipoatremia (karena hipotiroidisme dan hipoadrenalisme yang
menyebabkan gangguan retensi air)
Bradikardi voltase rendah pada tes elektrokariograf
Defisiensi GH (pada dewasa menyebabkan berkurangnya massa
eritrosit, naiknya kolestrol LDL, dan berkurangnya massa tulang)
- Diagnosis
o Penilaian fungsi kelenjar target
Menggunakan penilaian dari testosteron karena hormon tersebut
adalah indikator sensitif hipopituitarisme pada wanita dan pria
Pada wanita, penurunan testosteron secara substansial sering
terlihat dalam kegagalan pituitari yang berhubungan dengan
hipofungsi 2 kelenjar endokrin yang berperan, yaitu ovarium
dan adrenal. Cadangan adrenokortikoid dievaluasi dengan
tes stimulasi ACTH.
Evaluasi Prolaktin
Diferensiasi hipofungsi primer dan sekunder
Tes stimulasi
o Tata Laksana
ACTH
Digunakan untuk pengobatan berupa support glukokortikoid
Diberikan hidrokortison (15-25 mg/d oral) atau prednisone
(5-7.5 mg/d oral) dalam 2atau 3 dosis berbeda akan
menghasilkan penggantian glukokortiokoid adekuat pada
kebanyakan pasien
TSH
Manajemen pasien dengan hipotiroidisme harus didasari
dasar klinis dan konsentrasi sirkulasi dari serum tiroksin.
Diberikan levotiroksin sodium (0.1-0.15 mg/d oral). Sudah
bersifat adekuat
Respon terhadap terapi dimonitor secara klinis dengan kadar
serum tiroksin bebas dipertahankan pada range tengah
sampai atas dari range normal.
Gonadotropin
Menggantikan steroid seks dan mengembalikan fertilitas
Growth Hormone
Dilakukan rekombinasi DNA untuk menghasilkan hGH
(human GH) untuk anak dengan hipopituitarisme dan
dewasa dengan defisiensi GH dan penyakit pituitari.

Adenoma Pituitari

Terdapat dua jenis adenoma pituitari, yaitu :

- Mikroadenoma pituitari : adenoma intrasellar yang besarnya kurang dari 1 cm dalam


diameter. Terdapat manifestasi kelebihan hormonal tanpa pembesaran sellar atau
pemanjangan ekstrasellar. Tidak terjadi panhipopituitarisme. Tumor ini dapat diatasi
dengan sukses
- Makroadenoma pituitari : tumor lebih besar dari 1 cm dalam diameter dan
menyebabkan pembesaran sellar. Tumor dengan diameter 1-2 cm yang masih berada
dalam sella tursika masih dapat diatasi, namun tumor yang lebih besar (perpanjangan
suprasellar, sinus sphenoid, atau ekstensi lateral) lebih sulit dalam usaha perawatan.
Dapat terjadi panhipopituitarisme dan kehilangan pengelihatan seiring dengan
ukuran tumor dan ekstensi suprasellar.

Tatalaksana

Dilakukan dengan pembedahan, irradiasi, atau obat yang dapat menekan


hipersekresi adenoma atau pertumbuhannya. Tujuan terapi adalah melakukan perbaikan
hipersekresi hormon pituitari anterior, untuk mendapatkan sekresi normal hormon pituitari
anterior, dan mengangkat atau menekan adenoma.

- Terapi bedah
o Dapat dengan cara operasi mikro ke sella tursika, dan cara ini lebih sering
digunakan
o Craniotomi transfrontal hanya dilakukan pada pasien dengan adenoma yang
telah berekstensi suprasellar besar.
o Adeboma secara selektif diangkat, jaringan pituitari normal diidentifikasi
dan dipertahankn
- Radioterapi
o Irradiasi pituitari dilakukan pada pasien dengan tumor besar yang telah
melakukan reseksi inkomplit adenoma pituitari besar.
o Jenis-jenis :
Irradiasi konvensional
Pembedahan radio dengan pisau gamma

Pasien yang sudah melakukan pembedahan mikro transsphenoid harus direevaluasi


dalam 4-6 minggu postoperasi untuk dokumentasi pengangkatan komplit adenoma dan
koreksi hipersekresi endokrin telah tercapai.
Prolaktinoma

Pada tumor ini, terjadi hipersekresi PRL dikarenakan gangguan hipotalamus-pituitari.

Patologi

Adenoma pituitari penyekresi PRL muncul dari bagian sayap lateral pituitari
anterior, tetapi seiring perkembangan tumor akan mengisi sella tursika dan menekan lobus
anterior dan posterior yang normal. Ukuran tumor bervariasi dari mikroadenoma hingga
tumor invasiv dengan ekstensi ekstrasellar.

Pemeriksaan mikroskop elektron memperlihatkan sel prolaktinoma memiliki


karakteristik granul sekretorik yang memiliki ukuran 100-500 nm dalam diameter dan
bentuk sferis. Granul lebih besar (400-500 nm) yang bentuknya irregular atau bulan sabit
jarang ditemui. Sel memperlihatkan aktivitas sekretori, dengan area Golgi besar, dan
pembesaran nukleolar.

Gejala Klinis

Dapat berupa sekresi PRL berlebih. Pada wanita, disertai galaktorrhea dan
amenorrhea. Pada pria, terjadi penurunan libido, bahkan impotensi. Pada wanita lebih sering
terjadi mikroadenoma.

Galaktorrhea

Galaktorrhea sering terjadi pada wanita dengan prolaktinoma dan jarang terjadi pada
pria. Munculnya galaktorrhea secara transien atau intermiten, jarang secara spontan.
Pemeriksaan payudara secara teliti diperlukan pada kebanyakan pasien untuk mendeteksi
galaktorrhea. Tidak ada nya galaktorrhea meskipun level PRL naik kemugkinan karena
defisiensi hhormon gonad yang diperlukan untuk inisiasi laktasi

Disfungsi Gonad

Pada wanita

Disfungsi gonad pada wanita diakibatkan oleh gangguan pada axis hipotalamus-
pituitari-gonad karena hyperprolaktinemia. Disfungsi gonad ini tidak diakibatkan oleh
adenoma besar atau invasiv yang menyebabkan penghancuran sel penyekret gonadotropin.
Pada kasus ini, level basal gonadotropin dalam kadar normal, namun PRL menginhibisi
kedua sekresi pulsatil normal LH dan FSH serta LH surge, menghasilkan anovulasi. Positive
feedback yang dihasilkan estrogen oleh sekresi gonadotropin akan terinhibisi.

Pada Pria

Pada pria, sekresi PRL berlebih akan menyebabkan galaktorrhea, namun manifestasi
yang biasanya ditemukan adalah hipogonadisme. Simptom awal adalah menurunnya libido.
Pengenalan prolaktinoma tertunda dan ditandai hiperprolaktinemia (PRL>200 ng/mL) serta
pembesaran sellar. Prolaktinom pada pria tidak terdiagnosa hingga manifestasi lanjut seperti
pusing, gangguan visual, atau hipopituarisme. Serum testosteron rendah.
Progresi Tumor

Pertumbuhan prolaktinoma lambat, dan beberapa studi telah memperlihatkan


sebagan besar mikroadenoma tidak tumbuh lebih lanjut.

Diagnosis Diferensial

- Hamil
- Kelainan hipotalamus-pituitari
- Hipotiriodisme primer
- Pemakaian obat

Diagnosis

Evaluasi umum

Evaluasi pasien dengan galaktorrhea atau disfungsi gonad tidak dapat dijelaskan
dengan kadar gonadotropin plasma normal atau rendah dalam evaluasinya harus disertai
sejarah status menstrual, kehamilan, fertilitas, fungsi seksual, dan simptom hipotiroidisme
atau hipopituitarisme. Penggunaan terapi medikasi, obat, atau estrogen saat ini atau
sebelumnya harus didokumentasikan. Pemeriksaan level PRL, gonadotropin, fungsi tiroid,
dan TSH dilakukan. Pada pria dilakukan tes serum testosteron.

Diagnosis spesifik

Ketika penyebab lain hiperprolaktinemia telah disingkirkan, kemungkinan paling


besar penyebab hiperprolaktinemia adalah prolaktinoma, khususnya apabila berhubungan
dengan hipogonadisme. Karena tes supresidan stimulasi tidak membedakan tumor penyekret
PRL dari penyebab lain hiperprolaktinemia, diagnosis harus dilakukan dengan pengukuran
kadar PRL basal dan studi neuroradiologik.

Tata Laksana

Kontrol hipersekresi PRL, penanganan galaktorrhea, dan kembalinya fungsi gonad


normal dapat dicapai pada apsien dengan mikroadenoma penyekret PRL. Pada pasien dengan
hiperprolaktinemia, ovulasi tidak boleh diinduksi tanpa penilaian teliti pada anatomi pituitari,
karena kehamilan dapat memperbesar ekspansi tumor karena level estrogen yang meninggi
dapat menyebabkan perkembangan tumor.

Pengendalian hipersekresi PRL dapat menggunakan terapi dopamin agonist yang


dapat meminimalisir resiko pertumbuhan tumor. Dopamine agonis dapat diberikan pada
pasien dengan hipogonadisme lebih dari 6-12 bulan dan dapat menekan sekresi PRL serta
mengembalikan fungsi gonad normal.

Macam-macam terapi :

- Dopamine agonist :
o Bromocriptine : menstimuasi reseptor dopamine dan memiliki efek pada
hipotalamus dan pituitari. Secara efektif digunakan untuk menangani
adenoma pituitari yang menyekresi PRL dan secara langsung menginhibisi
sekresi PRL dari tumor. Tetapi sekarang penggunaan cabergoline lebih
sering, dan bromocriptine tidak diindikasikan pada kebanyakan pasien
o Cabergoline : merupakan obat dopamine agonist nonergot yang lebih baru,
diberikan sekali atau dua kali seminggu dan memiliki efek samping yang
lebih sedikit dibanding bromocriptine. Memiliki efek pengobatan yang
seefektif bromocriptine dalam menurunkan ukuran makroadenoma dan lebih
efektif dalam menurunkan kadar PRL.
- Pembedahan
o Dilakukan pembedahan mikro transsphenoidal pada pasien dengan
prolaktinoma
- Radioterapi
o Diberikan terapi radiasi konvensional pada pasien dengan makroadenoma
penyekret PRL yang memiliki hiperprolaktinemia persisten dan tidak
merespon cara-cara yang telah dilakukan untuk mengendalikan adenoma
pituitari dengan cara seperti pembedahan atau dopamine agonist.

Akromegali dan Gigantisme

Kedua penyakit ini merupakan sindrom klinis dari adenoma pituitari penyekresi GH

Patologi

Adenoma pituitari penyebab akromegali diameternya lebih besar dari 1 cm. Tumor
tersebut muncul dari bagian sayap lateral pituitari anterior. Adenoma penyekret GH memiliki
2 tipe histologis, yaitu padat atau terpisah tergranulasi.

Etiologi

Dikarenakan oleh sekresi GH pituitari berlebihan.

Patogenesis

Mutasi somatik pada protein Gs menyebabkan produksi cAMP berlebih sehingga


menyebabkan adenoma penyekret GH

Patofisiologi

Pada akromegali, sekresi GH naik dan kontrol dinamis sekresi menjadi abnormal.
Sekresi tetap episodik, namun jumlah, durasi, dan amplitudo episode sekresi meningkat.
Sekresi terjadi secara acak dalam periode 24 jam. Pelepasan karakteristik saat nokturnal juga
tidak ditemukan, dan terjadi respon abnormal terhadap supresi dan stimulasi. Supresibilitas
glukosa hilang, dan stimulasi GH akibat hipoglikemia tidak ditemukan.

Efek dari hipersekresi GH kronik diakibatkan oleh stimulasi IGF-I dalam jumlah
berlebihan dan level plasma dari IGF-I meningkat dalam akromegali. Efek promosi
pertumbuhan yang ditimbulkan IGF-I (Sintesis DNA, RNA, dan protein) menyebabkan
munculnya gejala karakteristik seperti proliferasi tulang, kartilagom dan jaringan lunak serta
peningkatan ukuran organ lain. Resistesi insulin dan intoleransi karbohidrat yang muncul
pada akromegali dikarenakan efek langsung dari GH.

Gejala Klinis
Manifestasi awal adalah proliferasi jaringan lunak, disertai pembesaran tangan dan
kaki serta peningkatan berketingat, intoleransi panas, kulit berminyak, cepat lelah, dan
kenaikan berat badan.

Ditemukan manifestasi klasik berupa perubahan akral dan jaringan lunak.


Perubahan tulang dan kartilago mempengaruhi muka dan tengkorak paling berat. Perubahan
berupa penebalan calvarium, pertambahan ukuran sinus frontal, pembesaran hidung, dan
pembesaran mandibula ke bawah dan ke depan yang menimbulkan prognatisme dan gigi yang
terpisah jauh. Tangan dan kaki terpengaruh oleh pertumbuhan jaringan lunak, sehingga
mereka menjadi besar, tebal. Jabat tangan yang terasa berkeringat dan tebal memberikan
gambaran diagnosis, dan terjadi pertambahan ukuran cincin, sarung tangan, dan sepatu.

Temuan Klinis

Laboratorium

Glukosa plasma postprandial akan naik, dan serum insulin naik pada 70% kasus.
Peningkatan serum fosfor (karena kenaikan resorpsi tubular renal terhadap fosfat) dan
hiperkalsiuria karena efek langsung GH atau IGF-I

Studi Penggambaran

Terlihat pembesaran sellar pada 90% kasus. Terjadi penebalan calvarium,


pembesaran sinus frontal dan maksila, serta pembesaran dagu. Radiografi pada tangan
memperlihatkan peningkatan jaringan lunak, pelebaran kartilago intra-artikular, dan
perubahan kistik pada tulang karpal. Radiografi pada kaki juga memperlihatkan hal yang
sama, disertai dengan penebalan tumit (normal < 22 mm).

Diagnosis

Akromegali terlihat secara klinis dan dapat dikonfirmasi dengan cepat menggunakan
pengukuran sekresi GH.

- Level GH basal (N : 1-5 ng/mL) lebih tinggi dari 10 ng/mL

Pengukuran satu kali tidak dapat diandalkan karena sekresi GH yang episodik dalam
akromegali.

Macam pemeriksaan untuk diagnosis :

- Supresi glukosa :
o Merupakan tes paling simpel dan dinamis untuk akromegali. Pada subyek
sehat, pemberian 100 gram glukosa menyebabkan penurunan kadar GH
menjadi sebesar 1 ng/mL dalam 60 menit. Pada akromegali, kadar GH dapat
berkurang, bertambah, atau tidak berubah. Namun kadar GH tidak berkurang
menjadi dibawah 1 ng/mL dan perubahan ini digunakan untuk menegakkan
diagnosis.
o Pada pengukuran kadar GH supersensitif, penurunan dapat terjadi sampai
kurang dari 0.1 ng/mL
- Kadar IGF-I
o Pengukuran IGF-I berugna dalam menegakkan diagnosa hipersekresi GH.
Level IGF-I merefleksikan aktivitas GH secara langsung. IGF memiliki
paruh waktu lebih lama dibanding GH, sehingga kadar IGF-I berfluktuasi
lebih sedikit dibanding kadar GH. Kadar IGF-I meningkat pada semua
pasien akromegali.
- Lokalisasi tumor
o Lokalisasi radiografi adenoma pituitari penyebab akromegali dapat dilihat
secara langsung. Pada semua pasien, lokasi dan ukuran tumor dapat dilihat
menggunakan MRI.

Tata Laksana

Semua pasien dengan akromegali dianjurkan melakukan terapi untuk menahan


perkembangan kelainan dan menghindari komplikasi lanjut serta peningkatan mortalitas.
Tujuan terapi adalah pengangkatan atau penghancuran tumor pituitari, penurunan hipersekresi
GH, dan perawatan fungsi pituitari anterior dan posterior yang normal.

Macam penata laksanaan :

- Terapi bedah :
o Pengangkatan adenoma transsphenoidal selektif adalah cara yang sering
digunakan.
o Craniotomi dilakukan pada pasien dengan ekstensi suprasellar mayor.
- Terapi medis
o Menggunakan oktreotida asetat (analog somatostatin). Pemberian obat ini
merupakan terapi medis pertama yang efektif terhadap pasien dengan
akromegali. Namun obat ini memerlukan dosis tinggi (100-500 mikrogram)
yang diberikan subkutan tiga kali sehari
o Digunkan oktreotida LAR injeksi sebanyak 4 minggu sekali dan lanreotida
sebanyak 2 minggu sekali
o Oktreotida LAR menormalkan kadar GH dan IGF-I pada 75% pasien saat
digunakan pada dosis 20-40 mg per bulan.
o Cabergoline (dopamine agonis) dapat digunakan sebagai obat untuk
menormalkan kadar IGF-I, namun tidak digunakan sebagai terapi sendiri.
Terapi cabergoline yang ditambahkan ke terapi analog somatostatin
memberikan efek normalisasi GH dan IGF-I lebih tinggi dalam jumlah
pasien.
o Pegvisomant, merupakan antagonis reseptor GH. Diberikan dalam dosis 10-
20 mg per hari secara subkutan. Berfungsi menurunkan kadar IGF-I menjadi
normal pada 90% pasien
- Radioterapi
o Dilakukan irradiasi supervoltase konvensional dengan dosis 4500-5000 cGy.
Walaupun sukses dalam 60-80% pasien, kadar GH tidak kembali normal
hingga 10-15 tahun setelah terapi.
o Pembedahan radio pisau gamma dilakukan untuk tumor yang menempel
pada sella

Respon Terhadap Pengobatan

Pada pasien dengan reduksi hipersekresi GH yang berhasil, akan terjadi berhentinya
pertumbuhan tulang berlebih, penurunan ketebalan jaringan lunak pada ekstremitas,
kenaikan tenaga, dan hilangnya hiperhidrosis, intoleransi panas, dan kulit berminyak.
Cushings Disease : Adenoma Pituitari Penyekresi ACTH

Patologi

Tumor pituitari penyekresi ACTH terdapat pada semua pasien dengan Cushings
disease. Tumor tersebut biasanya mikroadenoma jinak dengan diameter dibawah 10 mm.
Tumor tersebut dapat berupa adenoma basofilik atau kromofob dan dapat ditemukan dimana
saja dalam pituitari anterior.

Secara histologis, tumor tersusun dari lapisan kompak sel tergranulasi baik dan
uniform, dengan pengaturan sinusoidal dan memiliki konten tinggi akan ACTH dan peptida
yang mirip. Terlihat hialinisasi zona perinuklear ang diakibatkan tereksposnya sel
kortikotrof terhadap hiperkortisolisme memanjang. Penemuan ultrastruktur spesifik dalam
adenoma berupa deposisi mikrofilamen perinuklear yang melingkari nukleus merupakan
ekuivalen dari perubahan hialin Crookes yang terlhiat dalam mikroskop cahaya.

Patogenesis

Perubahan endokrin pada penyakit ini terjadi sebagai berikut :

- Hipersekresi ACTH, dengan hiperplasia adrenokortikal bilateral dan


hiperkortisolisme
- Absennya periodisitas sirkadian sekresi ACTH dan kortisol
- Absennya respon ACTH dan kortisol terhadap stress (hipoglikemi atau bedah)
- Negative feedback abnormal karena sekresi ACTH oleh glukokortikoid
- Respon subnormal GH, TSH, dan gonadotropin terhadap stimulasi

Temuan Klinis

- Hiperkortisolisme dan kenaikan androgen adrenal berlebih


- Obesitas
- Hipertensi
- Intoleransi glukosa
- Disfungsi gonad
- Tidak terjadi hipokalemia, anemia, kehilangan berat badan, atau hiperpigmentasi
seperti pada pasien denan sindrom ACTH ektopik

Tata laksana

Pembedahan mikro transsphenoidal merupakan prosedur yang paling sering digunakan

- Pembedahan
o Dilakukan reseksi transsphenoidal selektif terhadap adenoma pituitari
penyekret ACTH. Tumor, yang biasanya ditemukan pada jaringan lobus
anteior, secara selektif diangkat dam kelenjar normal dibiarkan utuh.
o Pembedahan mikro selektif berguna dalam pembetulan hiperkortisolisme.
- Radioterapi
o Radioterapi konvensional pada pituitari berguna pada pasien yang
memilikipenyakit persisten atau rekuren setelah dilakukan pembedahan
mikro pituitari
- Perawatan medis
o Diberikan obat yang menginhibisi sekresi kortisol oleh adrenal
o Obat dapat berupa ketoconazole, metyrapone, dan aminoglutethimide. Obat
tersebut diberikan seiring dengan kenaikan level ACTH yang dapat
menghilangkan efek inhibisi enzim.
o Obat mitotane (obat adrenolitik) menyebabkan atrofi adrenal predominant
pada zona fasikulata dan zona retikularis.

Sindrom Nelson

Merupakan munculnya adenoa pituitari penyekret ACTH secara klinis setelah


adrenalektomi bilateral yang digunakan sebagai terapi Cushings disease. Tetapi seiring
perkebangan pembedahan mikro pituitari, penyakit ini jarang terjadi

Patogenesis

Penyakit ini merepresentasikan perkembangan klinis dari adenoma yang ada setelah
penekanan hiperkortisolisme dalam sekresi ACTH dan pertumbuhan tumor diangkat. Setelah
adrenalektomi, efek spresif kortisol tidak ada, sekresi ACTH meningkat, dan adenoma
pituitari meningkat.

Gejala Klinis

Tumor yang tumbuh secara agresif dan cepat. Terjadi hiperpigmentasi dan ekspansi
massa lesi intrasellar. Juga terjadi defek pengelihatan, pusing, invasi sinus cavernosum
dengan palsi otot ekstraokular. Dapat juga terjadi perubahan metastasis. Dapat terjadi
komplikasi pituitari apoplexy

Diagnosis

Kadar ACTH plasma meningkat, biasanya diatas 1000 pg/mL dan seringnya sampai
10.000 pg/mL. MRI memperlihatkan ekstensi tumor sudah sejauh mana

Tata Laksana

Pembedahan pituitari dengan pendekatan transsphenoidal merupakan perawatan


yang sering dilakukan. Reseksi komplit tidak dapat dilakukan karena besar tumor. Radioterapi
konvensional dilakukan setelah operasi pada pasien dengan tumor residual atau ekstensi
ekstrasellar.

Adenoma Pituitari Penyekret Tirotropin

Merupakan adenoma pituitari jarang yang memiliki gambaran klinis seperti


hipertiroidisme dengan goiter disertai kenaikan TSH. Secara histologis, tumor merupakan
adenoma kromofob. Tumor menyebabkan gangguan visual karena ukurannya yang sangat
besar, sehingga menyebabkan praktisi langsung menduga abnormalitas pituitari.
Diagnosis

- Hipertiroidisme disertai kenaikan serum TSH dan subunit alpha


- Studi neuroradiologis konsisten dengan tumor pituitari

Tata Laksana

Dilakukan penanganan adenoma secara langsung melalui pendekatan pembedahan


mikro transsphenodal. Namun terapi tambahan diperlukan karena ukuran adenoma yang besar

Adenoma Pituitari Penyekresi Gonadotropin

Merupakan adenoma kromofob besar yang menyebabkan gangguan visual.


Kebanyakan pasien memiliki hipogonadisme dan panhipopituitarisme. Evaluasi hormon
menunjukkan elevasi FSH pada beberapa pasien disertai kadar LH normal. Lebel basal
subunit alpha juga dapat meningkat. Adanya elevasi FSH dan LH mendorong sugesti
hipogonadisme primer. Stimulasi TRH menyebabkan kenaikan sekresi FSH sebanyak 33%
dan LH-beta pada 66% pasien.

Terapi adenoma ini adalah pengangkatan secara bedah. Karena ukuran tumor yang
besar, kontrol adekuat tumor tidak dapat dicapai dan radioterapi dibutuhkan

Adenoma Pituitari Penyekret Subunit Alpha

Kuantitas subunti alpha hormon glikoprotein yang berlebihan dihubungkan dengan


hipersekresi kebanyakan dari hormon pituitari anterior (TSHm GH, PRL, LH, FSH).
Hipersekresi subunit alpha murni diidentifikasi pada beberapa pasien dengan invasi adenoma
kromofob besar dan panhipopituitarisme parsial.

Adenoma pituitari nonfungsional

Adenoma kromofob nonfungsional merepresentasikan 80% semua tumor pituitari


primer saat dahulu, tetapi dengan pemeriksaan radioimmunoassay terhadap homon pituitari
anterior, tumor ini hanya bertanggung jawab atas 10 dari adenoma semua pituitari. Mayoritas
adenoma kromofob yang awalnya dikira sebagai adenoma ini merupakan adenoma penyekret
PRL.

Tumor nonfungsional biasanya sudah menjadi besar ketika diagnosa dilakukan.


Terjadi defek pengelihatan dan pusing. Dapat juga terjadi defisiensi gonadotropin , salah satu
manifestasi endokrin yang muncul selama berbulan-bulan hingga tahun, yang merupakan
simptom paling sering ditemui.

Evaluasi meliputi MRI dan test luas pandang visual. Penelitian endoktrin meliputi
pengukuran hormon pituitari dan fungsi organ untuk memastikan apakah adenoma
menyebabkan hipersekresi atau penggantian hormon diperlukan.
Dibutuhkan pembedahan dan terapi radiasi karena tumor ini biasanya besar. Kedua
terapi tersebut dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan tumor atau rekurens. Absennya
index endokrin dari hipersekresi tumor seperti kelebihan PRL, menyebabkan diperlukannya
pemindaian serial dengan interval tahunan untuk memantau respon terhadap terapi dan
kemungkinan rekurens.

F. Growth Hormone
Definisi
Sejenis hormon protein yang terdiri dr 191 asam amino,rantai tunggal.

Fungsi
o Mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yg mampu memperbesar ukuran dan
jumlah (efek utama pada pertumbuhan tulang dan masa otot rangka).
o Merangsang proliferasi tulang rawan epifisis, sehingga menyediakan lebih banyak
ruang untuk membentuk tulang serta merangsang aktivitas osteoblas.
o Pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis tetap berupa tulang rawan
(terbuka). Pada akhir maas remaja,karena pengaruh hormon sex, lempeng ini
mengalami penulangan sempurna (tertutup) sehingga tidak dapat bertambah panjang
lagi.

Faktor yang Mempengaruhi


o Pertumbuhan bergantung pada hormon pertumbuhan.
o Penambahan BB tidak sama degan pertumbuhan (pemanjangan tulang, ukuran &
jumlah sel)
o Pertumbuhan pada janin bergantung pada faktor genetik & lingkungan. Sedangkan
pertumbuhan setelah lahir bergantung pada hormon

Regulasi Hormon

Rangsangan

- tidur lelap

- olahraga

- stress

- Glukosa darah

- Asam lemak darah

- Asam amino darah

Hipotalamus
Growth Hormon-Inhibiting Hormon Growth Hormon Realeasing
Hormon

(GHIH) (GHRH)

- +

Hipofisis Anterior

Sel somatotrop (metabolism)

Ribosom pada RE kasar

Praprohormon GH (protein precursor besar)

Sisapeptide:disimpan&disekresikan

Prohormon

Hormone aktif

Kompleks Golgi

Memekatkan hormone aktif & dikemas ke dalam vesikel sekretorik yg dilepas &
disimpan dlm sitoplasma

Rangsangan yg sesuai

Vesikel hormone aktif menyatu dengan membrane plasma &mengeluarkan isinya


dengan proses eksositosis

Karena GH bersifat hidrofilik(peptide)maka transport hormone terlarut


dalam plasma

Darah
Pengikatan ke reseptor ekstraseluler

Sel sasaran

-tulang

-jaringan lunak

-hati somatomedin :feed back (-) ke

hipotalamus&hipofisis

Mekanisme molekuler /proses pasca reseptor

1. aktivasi enzim adenilat siklase krn pengikatan reseptor

2. adenilat siklase mengubah ATP intrasel jadi cAMP(AMP siklik)

3. cAMP memicu rx.biokimia terprogram yg menyebabkan


perubahan bentuk dan fungsi protein enzimatik yg ada di sel

4. protein enzimatik yg mengalami perubahan menimbulkan


perubahan aktivasi sel

Respon fisiologis terhadap GH

G. Interpretasi kasus
Pengembangan Kasus
Anak laki-laki 14 tahun
Diagnosis : Tumor hipofisis

Tumor hipofisis dapat menyebabkan produksi berlebihan dari sebagian besar hormon
(ACTH, GH, PRL, TSH, LH, FSH, dll). Pada beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan
stimulasi kelenjar lain, menimbulkan hiperplasia, seperti terlihat pada tumor hipofisis yang
menghasilkan ACTH atau TSH.

Patofisologi tubuhnya lebih tinggi dari teman sebayanya:


Tumor hipofisis

Sekresi GH berlebih
Lempeng pada ujung tulang panjang yang masih belum tertutup terus
tumbuh dengan cepat

Pemeriksaan :
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan adanya mikroadenoma hipofisis serta makroadenoma yang meluas ke
luar sel mencakup juga sisterna diatas sela dan sinus sphenoid.

Mikroadenoma adalah adenoma hipofisis yang diameternya <10 mm, sehingga terlalu
kecil untuk mudah terlihat dengan teknik radiografi biasa, kebanyakan adenoma yang
aktif secara hormonal berukuran seperti ini dan terdeteksi karena aktivitas
hormonalnya.

Makroadenoma adalah adenoma hipofisis yang diameternya >10 mm, cukup besar
untuk terlihat dengan teknik radiologi biasa, kebanyakan adalah adenoma null-cell dan
diteksi karena menimbulkan penekanan pada struktur sekitar

2. Pemeriksaan laboratorium
Hiperprolaktinemia
Patofisiologi :
Tumor hipofisis

Sekresi prolaktin berlebih

Hiperprolaktinemia
Hiperkalsemia
Patofisiologi :
Tumor hipofisis

Sekresi prolaktin berlebih

Peningkatan reabsorbsi kalsium

Hiperkalsemia
Glukosuria
Patofisiologi :
Tumor hipofisis

Sekresi GH berlebih

Efek diabetogenik

Gula dalam urin

Pemeriksaan Endokrin
1. Pemeriksaan Lab

Tes laboratorium dalam diagnosis endokrin dilakukan untuk mengukur level


hormon dalam cairan tubuh, efek hormon terhadap sel target, atau sekuens sistemik
pada proses yang berlangsung. Tes dapat dilakukan dalam keadaan kondisi basal, atau
dalam respon terhadap manuver supresif atau provokatif. Dalam mengukur level
hormon, sensitivitas dari assay merujuk ke konsentrasi terendah dari hormon sehingga
dapat diukur secara akurat.

a. Pengukuran Level Hormon : Level Basal

Dilakukan dengan menggunakan immunoassay untuk mengukur kadar


hormon dalam cairan tubuh. Kebanyakan penghitungan menggunakan sampel darah
atau urin dan deteksi hormon aktif, walaupun pada beberapa keadaan pengukuran
metabolit / prekursor hormon / substansi yang dilepaskan dapat memberikan
informasi paling terpercaya. Contohnya dalam pengukuran vitamin D, pengukuran
hormon prekursor lebih informatif di banding pengukuran vitamin D aktif secara
langsung

b. Periksa Plasma dan Urin

Pemeriksaan hormon plasma dapat mendeteksi level hormon pada saat waktu
pengambilan, serta status jangka kehidupan hormon dengan panjang paruh waktu.
Untuk hormon yang hidupnya tidak lama, seperti epinefrin atau kortisol, assay
memberikan informasi relevan hanya pada saat waktu pengambilan sampel. Pada
pasien dengan pheocromocytoma yang secara episodik melepaskan epinefrin,
kenaikan level epinefrin plasma hanya akan ditemukan ketika periode pelepasan dan
tidak diantara periode tersebut

Pemeriksaan urin secara umum terbatas untuk memeriksa tingkat hormon


katekolamin dan steroid. Pemeriksaan urin tidak berguna dalam mengukur kadar
hormon polipeptida. Pengambilan sampel dapat diambil dari sampel acak, atau urin
24 jam. Interpretasi pengukuran dari urin harus dipertimbangkan dengan fakta tingkat
urin merefleksikan kemampuan ginjal menangani hormon. Pada waktu dahulu,
pengukuran sampel urin lebih sering digunakan walaupun tidak praktis. Hal ini
dikarenakan sejumlah besar hormon terdapat dalam urin. Dengan perkembangan
zaman, dibantu oleh immunoassay yang sangat sensitif, pengukuran hormon dengan
sampel darah lebih sering digunakan

Keuntungan dari pemeriksaan urin adalah mereka memberikan pengukuran


terintegrasi status hormonal.

c. Level Hormon Bebas

Pengukuran level hormon bebas lebih kritis dibanding total level hormon. Tes
yang mengukur level hormon bebas dapat menggunakan dialisis equilibrium,
ultrafiltrasi, pengikatan kompetitif, dan cara lainnya. Contoh dari tes level hormon
bebas yang sering digunakan klinis adalah pemeriksaan T4 plasma bebas dan
testosteron bebas

d. Pengukuran Tidak Langsung Status Hormonal


Pengukuran efek hormon terkadang lebih penting secara diagnosis dibanding
mengukur level hormon dan terbukti dapat memberikan informasi pelengkap kritis.
Contohnya adalah pengukuran kadar glukosa darah dan hemoglobin terglikosilasi
(HgbAlc) secara umum lebih berguna dari pengukuran level insulin plasma dalam
diagnosis dan tata laksana diabetes melitus. Kadar plasma insulin bisa jadi tinggi pada
hiperglikemia dalam kasus diabetes melitus tipe 2, dan level insulin kurang dapat
diandalkan dalam index status diabetes pada diabetes mellitus tipe satu bila
dibandingkan dengan glukosa darah dan HgbAlc

e. Tes Provokatif dan Supresi

Pada banyak kasus, level atau parameter sebuah hormon yang dipengaruhi
oleh kadar hormon tersebut paling baik diinterpretasikan mengikuti perubahan
tantangan dinamis melalui provokasi atau supresi sekresi hormon. Sebagai contoh,
pelepasan kortisol alami secara pulsasi mengakibatkan fluktuasi level kortisol plasma
yang harus diukur dalam kondisi tertentu. Masalah ini dapat diatasi pada evaluasi
insufisiensi adrenal dengan cara memberikan analog ACTH yang memaksimalkan
stimulasi adrenal. Pada sindrom Cushings dapat digunakan dexamethasone pada
level yang dapat mensupresi ACTH normal sehingga menghambat pelepasan kortisol.

2. Pemeriksaan Penggambaran

Pemeriksaan ini digunakan dalam diagnosis dan pemeriksaan penunjang penyakit


endokrin. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tomography (CT)
memperbolehkan visualisasi kelenjar endokrin dan tumor endokrin pada resolusi gambar
tinggi. Prosedur tadi sangat bermanfaat untuk evaluasi tumor pada hipofisis dan kelenjar
adrenal. Melakukan pemindaian kelenjar tiroid menggunakan iodin radioaktif berguna untuk
evaluasi status fungsional nodul tiroid. Pemeriksaan endokrin dapat melibatkan prosedur
rumit menggunakan sampel selektif dari situs tertentu. Contohnya adalah kateterisasi vena
selektif pada sinus petrosal yang dapat bergunadalam melokalisasi sumber hipersekresi ACTH
dalam penyakit Cushings. Pengambilan sampel selektif dari vena renal berguna dalam
diagnosis hipertensi renovaskular.

3. Prosedur Biopsi

Biopsi jarang digunakan untuk evaluasi kelainan endokrin tetapi terkadang berguna
dalam diagnosis neoplasia. Sebuah pengecualian adalah penggunaan aspirasi jarum halus pada
kelenjar tiroid yang memiliki pengaruh besar pada evaluasi nodul tiroid.

4. Analisis DNA

Digunakan untuk diagnosis penyakit genetik.DNA didapatkan dari sel darah perifer, lalu
daerah yang akan diperiksa dapat diamplifikasi (diperbanyak) dengan PCR, dan gen dapat
disekuensikan secara cepat. Pada kasus dimana terdapat mutasi, prosedur ini dapat
menghasilkan diangosis akurat dan cepat dalam populasi umum sel.

Sekuens gen skala besar berkontribusi pada fenotip penyakit tertentu yang dapat
membantu diagnosis. Sebagai contoh, penyakit MODY (Maturity-Onset Diabetes of the
Young) disebabkan oleh defek monogenik pada beberapa gen berbeda (glukokinase atau
faktor transkripsi pankreas) yang menyebabkan intoleransi glukosa dan simptom mirip-
diabetes. Sekuens gen kemungkinan MODY pada pasien, disertai analisis anggota keluarga
lainnya, dapat membedakan pasien dengan MODY dari pasien diabetes tipe 1 dan
membimbing perawatan lebih lanjut.

Penatalaksanaan Penyakit Endokrin

Pada keadaan defisiensi hormon, dilakukan penggantian hormon. Dalam banyak kasus,
keadaan fisiologis hormon tubuh dapat dicapai dengan memberikan hormon yang dibutuhkan
atau analognya. Pengobatan cara ini efektif untuk pengobatan pasien, contohnya adalah pada
kasus hipotiroidisme diberikan tiroksin, insufisiensi adrenal diberikan hidrokortison, dan
simptom menopause diberikan estrogen.

Pada kasus lain, ditemui masalah berhubungan dengan manajemen level hormon
pengganti. Contohnya pada kasusterapi insulin yang berguna untuk mengendalikan
hiperglikemia dan mencegah ketoasidosis pada kebanyakan pasien diabetes melitus, tetapi
komplikasi jangka panjang masih terjadi pada kebanyakan kasus. Hal tersebut dikarenakan
penggantian insulin alami dengan insulin pengobatan tidak dengan cara ideal. Ketika hormon
diinjeksi subkutan, pertama-tama insulin tidak tidak langsung dialirkan ke hati, dan
farmakokinetik hormon yang diinjeksi tidak mencontoh pelepasan insulin fisiologis secara
akurat. Masalah lain berhubungan dengan kemudahan pemberian hormon dan biaya. GH
rekombinan dapat dilakukan untuk mengobati defisiensi GH, tetapi pemberian harus melalui
injeksi dan mahal.

Pada terapi kelebihan hormon, pengobatan diarahkan terhadap penanganan penyebab


primer, biasanya berupa tumor, kondisi autoimun, atau hiperplasia. Pada tumor, ketika
memungkinkan tumor dapat diangkat. Pada kondisi autoiumun, tidak dapat dilakukannya
pencegahan proses autoimun akan menyebabkan hipertiroidisme, sehingga terapi diarahkan
pada usaha menurunkan sekresi hormon tiroid diserta blokade farmakologis, terapi radioiodin,
atau pengangkatan secara bedah. Produksi hormon dapat juga dicegah dengan cara
farmakologis, seperti pada hipersekresi PRL dapat diberikan bromocriptine yang bersifat
agonis reseptor dopamin. Pemberian obat tadi lebih disukai dibanding pembedahan untuk
mengangkat prolaktinoma kecil.
Daftar Pustaka
1. Sadler.T.W.2010. Langman Embriologi kedokteran. Ed 10.Jakarta : EGC
2. Sherwood,Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 2.Jakarta : EGC
3. Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11 : EGC
4. Greenspan,Francis S.2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Ed 4.Jakarta : EGC
5. Greenspan,Francis S. 2007. Basic and Clinical Endocrinology. USA : McGraw Hill
6. Dorland.2010. Kamus Kedokteran Dorland. Ed 31.Jakarta : EGC
7. Molina,Patricia L. 2004. Endocrine Physiology. A Lange medical book. USA : McGraw Hill
8. Junqueira & Carneiro. 2007. Teks & Atlas Histologi Dasar. Ed 10.Jakarta : EGC
9. Price,Sylvia A. 2006. Patofisiologi. ED 6. Jakarta : EGC
10. Silbernagl. Teks & Atlas Patofisiologi. Jakarta : EGC
11. www.google.com

Anda mungkin juga menyukai