USULAN PENELITIAN
Oleh:
Oleh :
Pembimbing I
Rizal Zainal, dr., SpAN., KMN., FIPM ...............................................
NIP.196712082005011001
Pembimbing II
Agustina br Haloho, dr., SpAn., MKes ..............................................
NIP.196411151995032001
Pembimbing III
Mutiara Budi Azhar,. dr., SU., M.Med,Sc ..............................................
NIP.195201071983031001
Mengetahui,
Zulkifli, dr., SpAn., KIC., Mkes., MARS Rizal Zainal, dr., SpAn., KMN., FIPM
NIP.196503301995031001 NIP.196712082005011001
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
HIPOTESIS
iii
2.1.3 Peran Prostaglandin ………………….……………………… 10
2.1.8 Dexketoprofen....…………………….…………………….... 30
iv
3.8 Batasan Operasional ………………………………………………... 46
v
DAFTAR SINGKATAN
PGE 1 : Prostaglandin 1
PGE 2 : Prostaglandin 2
PGI2 : Prostasiklin 2
PGD2 : Prostaglandin D2
PGF2 : Prostaglandin F2
PGE2 : Prostaglandin E2
COX : Siklooksigenase
TXA2 : Tromboksan A2
PGG2 : Prostaglandin G2
LTB4 : Leukotrien B4
DC : Dendritic cell
vi
CREB : cAMP Response Element-Binding protein
NK : Natural Killer
IL : Interleukin
Th : T-helper
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
PGE2 ……………………………………………………… 15
ix
BAB I
PENDAHULUAN
adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau yang berpotensi rusak atau yang
rendah. Intensitas nyeri yang tidak dievaluasi pada hari pertama pascaoperasi
sebanyak 55%, hari kedua 71%, dan hari ketiga 84%. Meskipun sudah banyak
anestesi umum yang menggunakan alat ukur nyeri Visual Analogue Scale (VAS).
Dari total 35 sampel, yang mengalami nyeri berat 20 responden (57,1%), nyeri
sampai dengan 2007 terdapat 864 kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas yang
datang berobat ke rumah sakit. Dari jumlah tersebut yang mengalami patah tulang
pada anggota gerak bawah dari sendi panggul sampai jari kaki sebanyak 549
1
2
kasus (63,5%). Bagian tubuh yang paling rentan mendapat patah tulang terutama
telah dilakukan operasi dari bulan Agustus 2011 sampai Agustus 2015 didapatkan
jumlah total pasien sebanyak 531 - 1013 orang per tahun dimana jumlah rata-rata
52-85 pasien per bulan. Dari jumlah pasien tersebut didapatkan data jumlah pasien
memicu kaskade inflamasi yang dimediasi oleh berbagai zat dengan prostaglandin
yang memegang peranan penting. Zat ini bekerja sebagai pro- dan antiinflamasi
efektor dengan menstimulasi atau menginhibisi aktivasi dari sel-sel imunitas dan
PGE 2, PGI2, menciptakan kondisi hiperalgesia pada tikus yang disuntik secara
mempunyai peran penting dalam proses nosisepsi. Pada tahun 2004, Guay, et al.
3
PGE2 yang signifikan namun tidak terjadi peningkatan pada PGD2 dan PGF2.
juga bekerja di dalam sistem saraf pusat. Modulasi nyeri oleh PGE2 dipengaruhi
nyeri selama operasi dan pascaoperasi. Anestesi spinal sering digunakan untuk
lebih sederhana, murah, menghasilkan relaksasi otot. Selain efek hipotensi, durasi
bagi seorang ahli anestesi. Kontrol nyeri pascaoperasi sangat berpengaruh tingkat
perlindungan sistem saraf pusat dari gangguan efek stimulus nyeri (alodinia).
digunakan oleh ahli anestesi dan ahli bedah.7 Pemberian kombinasi non-steroidal-
4
nyeri pascaoperasi pembedahan ortopedi, namun tidak cukup efektif. Akan tetapi,
peningkatan efek analgesia yang optimal dan penurunan efek samping opioid pada
pemberian kombinasi obat tersebut dapat dicapai melalui cara pemberian dan
merupakan NSAID yang relatif baru dengan efek analgesia dan antipiretik.
Keuntungan obat ini memiliki onset kerja lebih cepat, lebih potensial serta efek
preoperatif.9
berakhir dalam 4-6 jam dan dilaporkan bahwa aktivitas analgesik terjadi 30 menit
operasi dihubungkan dengan penurunan signifikan kadar PGE2 di serum dan LCS
selama operasi.13
Nyeri pascaoperasi adalah nyeri akut yang dimulai karena ada trauma
teknik anestesi tertentu dapat berpengaruh terhadap kontrol nyeri selama operasi
dan pascaoperasi akan tetapi pengaruh terhadap proses inflamasi masih belum
ekstremitas bawah ?
ekstremitas bawah.
pemberian plasebo.
50 mg.
7
DAN HIPOTESIS
International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri adalah suatu
dengan kerusakan jaringan atau yang berpotensi rusak atau yang tergambarkan
seperti itu. Dari definisi ini dapat beberapa kesimpulan, antara lain: (1) Nyeri
selalu subjektif dan tidak dapat diukur secara langsung, (2) Persepsi nyeri
menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain with nociception), dan (3)
Perasaan yang sama juga dapat terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang
bertindak secara lokal, dan terlibat dalam banyak proses yang menyebabkan
8
9
lambung, mempertahankan perfusi renal, dan agregasi platelet. Sampai saat ini
telah dikenal tiga isoenzim siklooksidase (COX), yaitu: COX-1, COX-2, dan
COX-3. COX-3 sendiri merupakan isoenzim yang baru-baru ini ditemukan dan
merupakan varian dan turunan dari COX-1 yang telah dikenal sebelumnya.8,15,16
prostaglandin lain dan tromboksan, memiliki fungsi yang berbeda dalam jaringan
yang berbeda. Misalnya, PGD2 terlibat dalam regulasi tidur dan reaksi alergi;
(PGE2) terlibat dalam nyeri, peradangan, dan demam, serta bertindak untuk
Membran phospholipids
PL Component 1
A2
e.g. IL- Component 2
Arachidonic acid 1β
COX- COX-2
1
PGH2
10
Gambar 2.1. Mekanisme terbentuknya Prostaglandin E-2 (PGE2), PLA2 phospolipase A2, PG
prostaglandin8-15
Dikutip dari :
dari asam arakidonat dan sangat tidak stabil. Selanjutnya PGG 2 ini akan direduksi
(TXA2) oleh enzim isomerase. Jenis prostaglandin yang akan dibentuk tergantung
pada jenis jaringan karena setiap jaringan mempunyai isomerase yang berbeda.
pengaruh lokal.17
yang kuat. Reaksi pelepasan dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar
cAMP trombosit. Salah satu zat yang berfungsi demikian adalah prostasiklin
(PGI2) yang disintesis oleh sel endotel vaskular. Prostasiklin merupakan inhibitor
agregasi trombosit yang kuat dan mencegah desposisi trombosit pada endotel
vaskuler normal.17
11
Bila terjadi inflamasi, maka PGE2 akan diproduksi dan akan menyebabkan
memiliki peranan dalam terjadinya kontraksi otot rahim selama proses kelahiran.17
2.1.4 Prostaglandin E2
mendeteksi modulasi COX-1 dan COX-2, serta sintesis prostaglandin. Nama lain
pada empat reseptor yang berbeda, yaitu EP1 sampai EP4 yang menghasilkan efek
12
biologis. Efek yang dilaporkan meliputi vasodilatasi kuat, relaksasi otot polos,
natrium.17
PGE2 (massa molekul 352 Da), diketahui sebagai faktor biologis aktif
pada tahun 1960 yang berfungsi untuk mengatur beberapa aspek dari peradangan
dan beberapa fungsi lain dari sel kekebalan. Meskipun umumnya diketahui
sebagai mediator aktif peradangan, vasodilatasi lokal dan atraksi lokal, serta
aktivasi neutrofil, makrofag, dan sel mast pada tahap awal peradangan,
aktivasi, pematangan, dan migrasi sel dendritik (DC), sel-sel pusat akan menjadi
imunitas Ag-spesifik, sel ini juga akan menekan kedua sel bawaan dan imunitas
PGE2 dapat diproduksi oleh semua jenis sel tubuh, dengan epitel,
fibroblas, dan infitrasi dalam sel inflamasi mewakili sumber utama PGE2 dalam
bentuk aktif dan diinduksi COX-2) yang mengonversi AA menjadi PGH2, dan
PGE sintase, diperlukan untuk membentuk hasil akhir PGE2. Sintesis PGE2
seperti ketersediaan lokal AA, disebagian besar konjusi fisiologis tingkat sintesis
oleh albumin.24 Sebaliknya, PGE2 memiliki tingkat pertukaran yang sangat cepat
pada uji in vivo dan cepat dihilangkan dari jaringan sirkulasi. Tingkat degradasi
dalam berbagai bentuk kanker atau kulit yang terpapar sinar UV, lingkungan
14
PGE2 yang kaya dan imunosupresif. Sel kanker apoptosis dapat memodulasi
mikrosomal PGE synthase-1 menekan 15-PGDH. Selain itu, penonaktifan dari 15-
PGDH terbukti bertanggung jawab untuk perlawanan dari lesi usus premalignan
Gambar 2.3. Pengaturan sintesis PGE2, degradasi, dan respon terhadap PGE2. PGE2 sintesis
menjadi subsrat untuk COX1 (aktivitas konstitutif) dan COX2 (diinduksi) yang mengkonversi AA
untuk PGH2 (proses yang dapat ditekan oleh obat anti-peradangan nonsteroid), yang kemudian
diubah menjadi PGE2 biologis aktif oleh PGE Sintase. Sinyal PGE2 melalui empat reseptor
dikenal (EP1-EP4), dengan cAMP/PKA/CREB jalur sinyal yang bertanggung jawab untuk
penekanan utama dan fungsi regulasi dari PGE2. Degradasi PGE2 lokal diatur oleh 15-PGDH.
DarkGreen panah mengindikasikan saat ini diterapkan obat penghambat; panah hijau muda
menunjukkan target potensial bagi calon obat. (+), mengatifkan; (-), penghambatan. 17
Efek heterogen PGE2 tercermin dengan adanya empat reseptor PGE2 yang
berbeda, yaitu EP1, EP2, EP3, dan EP4, dengan tingkat fungsional yang berbeda
yang dihasilkan dari beberapa varian EP3 yang ada sebanyak delapan bentuk pada
EP3 dan EP4 memiliki afinitas reseptor yang tinggi sedangkan EP1 dan
EP2 harus memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi secara signifikan dari PGE2
untuk membuat PGE2 lebih efektif. EP2 dan EP4 ini diperantarai oleh jalur
dan aktivasi supresif PGE2. Meskipun fungsi keduanya sama tetapi EP2 dan EP4
ini dipicu oleh konsentrasi yang berbeda dari PGE2 dan durasi yang berbeda. EP4
sehingga durasi fungsi PGE2 menjadi lebih lama pada saat terjadinya inflamasi.
Meskipun EP2 ini sebagian besar merupakan cAMP-dependent, EP4 juga dapat
mengaktifkan jalur PI3K-dependent ERK ½. Namun, baik EP2 dan EP4 ini sama-
Berbeda dengan EP2 dan EP4, afinitas rendah EP1 dan afinitas tinggi EP3
tidak dapat digabungkan dan menurunkan fungsi aktivasi cAMP. Sebagian besar
desensitisasi yang berbeda tergantung ligan. Sinyal dari EP1 ini melibatkan
pelepasan kalsium.17
17
kemampuan untuk mengaktifkan jalur sinyal yang berbeda dari sistem reseptor
PGE2 yang berbeda memungkinkan terjadinya respon adaptasi dari jenis sel yang
berbeda pada berbagai tahap respon imun. Tambahan fleksibilitas dari sistem
untuk regulasi oleh faktor tambahan. Ekspresi EP2 dan respon yang dihasilkan
untuk PGE2 dapat ditekan dengan hipermetilasi, seperti yang diamati pada pasien
selain pengaturan produksi dan degradasi PGE2, regulasi PGE2 bergantung pada
tingkat ekspresi reseptor PGE2 individu juga dapat berkontribusi pada patogenesis
EP3, atau EP4 memungkinkan untuk penekanan diferensial dari aspek yang
noksius. Kedua, pascabedah terjadi respon inflamasi pada jaringan tersebut yang
terjadi ini, selama dan pascabedah, akan mengakibatkan sensitisasi susunan saraf
sensorik. Pada tingkat perifer, terjadi penurunan nilai ambang reseptor nyeri
18
neuron spinal yang terlihat dalam transmisi nyeri. Akibat perubahan sensitisasi ini
maka dalam klinik nyeri pascabedah ditandai dengan gejala hiperalgesia artinya
suatu stimulus noksius lemah yang normal menyebabkan nyeri yang dirasakan
kini menjadi sangat nyeri, alodinia artinya suatu stimulus lemah yang normal
tidak menyebabkan nyeri kini terasa nyeri, dan prolonged pain artinya nyeri
saraf otonom simpatis dengan segala akibat yang pada gilirannya akan
Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan
jaringan yang nyata (actual tissue damage). Prototipe nyeri akut adalah nyeri
suatu aktifitas listrik yang akan diterima di ujung saraf. Rangsang ini dapat
19
berupa rangsang fisik (tekanan), suhu, atau kimia. Proses transduksi ini dapat
proses transduksi melalui serabut A-δ bermielin dan serabut C tak bermielin
dari perifer ke medulla spinalis. Proses ini dapat dihambat oleh obat anestesi
lokal.
yang dihasilkan oleh tubuh dengan isyarat nyeri yang masuk di medulla
impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu posterior sebagai
pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
motivasi, status emosional, dan kultur seseorang. Proses modulasi inilah yang
menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang per orang dan
4. Persepsi, hasil akhir dari interaksi yang komplek dari proses transduksi,
Score (VAS). Skala yang pertama sekali dikemukakan oleh Keele pada tahun
1948 yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0)
penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri hebat. Pasien
diminta untuk membuat tanda digaris tersebut untuk mengekspresikan nyeri yang
dirasakan. Penggunaan skala VAS lebih gampang, efisien dan lebih mudah
dipahami oleh penderita. Willianson et al melakukan kajian pustaka atas tiga skala
ukur nyeri dan menyimpulkan VAS secara statistik paling kuat rasionya karena
Atas dasar teori plastisitas susunan saraf tersebut maka prinsip dasar
terjadinya sensitisasi perifer dan sentral. Konsep pengelolaan nyeri ini dilakukan
dengan pemberian analgesik yang telah mencapai dosis efektif sebelum terjadi
trauma pembedahan. Konsep ini dapat dilakukan dengan infiltrasi anestesi lokal
pada daerah insisi, blokade saraf sentral, pemberian dosis efektif opioid, AINS,
atau ketamin.19,22
dihambat dengan pemberian opioid. Opioid masih tetap menjadi modalitas utama
22
dalam penatalaksanaan nyeri pascabedah sedang hingga berat. Titrasi dosis opioid
secara bermakna akan mengurangi nyeri pada saat istirahat, namun saat bergerak
atau beraktivitas nyeri akan terasa lebih berat. Ketakutan terhadap efek samping
sebagian besar pasien. Analgesia multimodal dengan menggunakan dua atau lebih
memberikan analgesia yang lebih baik dan dapat menurunkan efek samping.
Konsep inilah yang dikenal dengan istilah analgesia berimbang, yaitu metode
dalam dan langsung mengenai saraf spinal, menghasilkan anestesi yang segera
dan lebih cepat. Sejarah analgesia intratekal pada serabut preganglion ramus
anterior medula spinalis, kemudian setelah itu pada lapisan luar medulla spinalis.
Jenis agen anestetik yang digunakan sama seperti lidokain 2%, buvipacain 0,5%,
Lidokain menghasilkan durasi sekitar 1-2 jam dan buvipakain sekitar 6 jam.24
Pada anestesi spinal tinggi terjadi penurunan aliran darah jantung dan
tekanan arteri rata-rata. Penurunan tekanan darah yang terjadi sesuai dengan tinggi
blok simpatis, makin banyak segmen simpatis yang terblok makin besar
darah hebat, sebelum dilakukan anestesi spinal diberikan cairan elektrolit NaCl
fisiologis atau ringer Laktat 10-20 ml/KgBB. Pada anestesi spinal yang mencapai
Pada anestesi spinal blok motorik yang terjadi 2-3 segmen dibawah blok
demikian pada umumnya peristaltik usus dan relaksasi spingter masih normal.
Pada anestesi spinal bisa terjadi mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoksia serebri akibat dari hipotensi mendadak, atau tarikan pada pleksus
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama kerja blokade spinal, yaitu
obat anestesi lokal, dosis obat anestesi lokal untuk anestesi spinal menentukan
lama kerja blokade spinal. Chloroprocain mempunyai daya kerja pendek, lidokain
rovipakain mempunyai cara kerja yang panjang. Perbedaan lama kerja anestesi
akan meningkatkan lama kerja dan densitas blokade spinal, hal ini disebabkan
oleh obat anestesi lokal yang berikatan dengan reseptor bertambah dalam jumlah
lebih banyak.27
Pada operasi ekstremitas bawah, blokade sensoris spinal yang lebih tinggi
sangat penting. Hal ini disebabkan karena daerah yang akan dianestesi lebih luas,
diperlukan dosis agen anestesi yang lebih besar, dan ini meningkatkan frekuensi
serta intensitas reaksi-reaksi toksik. Obat anestesi spinal pada ekstremitas bawah
tindakan antisepsis kulit daerah punggung dan memakai sarung tangan steril,
jarum lumbal (biasanya no 25 atau 27) pada bidang median setinggi vertebra L3-4
atau L4-5. Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa ligamen, sampai
pada daerah operasi, menggunakan jarum halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup
dengan kasa dan plester, kemudian pasien diatur pada posisi operasi.28,29
suntikan intravaskular yang tak sengaja atau degradasi metabolik yang lambat.
Efek samping sistemik berkaitan dngan sistem susunan saraf pusat dan
penurunan ventilasi sampai henti nafas akibat ekstensi ke sefalad dari level
motorik anestesi yang terjadi, bila tidak diterapi akan terjadi henti jantung
26
sekunder. Efek neurologi setelah suntikan intratekal yang tidak disengaja pada
pemberian spinal meliputi spinal tinggi atau total, retensi urin, inkontinensia urin
atau feses, hilang sensasi perineal dan fungsi seksual, anestesia yang menetap,
2.1.7 Buvipakain
2.1.7.1 Definisi
Bupivakain adalah derivat butil dari mepivakain yang kurang lebih tiga kali lebih
kuat daripada asalnya. Obat ini termasuk golongan obat anestesi long acting.
2.1.7.2Farmakokinetik
Bupivakain adalah obat anestesi lokal yang memiliki masa kerja panjang
dan mula kerja yang pendek. Seperti anestesi lokal lainnya, bupivakain
menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf
yang bersifat reversibel, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik
lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Waktu paruh
bupivakain adalah 28 menit, eliminasi waktu paruh 3,5 jam, volume distribusi
2.1.7.3 Farmakodinamik
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga
terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan
alkalinisasi anestetik lokal membuat mula kerja cepat. Lama kerja dipengaruhi
oleh: ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetik lokal adalah protein;
2.1.7.4 Indikasi30,31
caesar)
3. Pembedahan dibidang urologi dan anggota gerak bawah selama 2-3 jam.
2.1.7.5 Kontraindikasi30,31
3. Stenosis spinal dan penyakit aktif (spondilitis) atau fraktur baru pada tulang
belakang
6. Septikemia
spinalis
secara berkesinambungan
12. Anestesi intravena (Bier’s Block) dan semua pemberian secara intravena.
29
2.1.7.6 Dosis
parestesi lidah, gelisah, nyeri kepala, pusing, pengihatan kabur, tinitus, mual,
kejang koma.
b. Sistem pernafasan
Relaksasi otot polos bronkus, henti nafas akibat paralise saraf frenikus,
paralise otot interkostal atau depresi langsung, pernafasan dalam dan kemudian
syok.
yang menerima obat-obat aritmia dengan aktivitas anestesi lokal, karena efek
propanolol.
2.1.8.1 Definisi33,34
50% campuran rasemat adalah untuk menjaga efek analgesik dan antiinflamasi
kondisi nyeri akut dan kronis. Formulasi garam trometamin memberikan efek
2.1.8.2 Farmakokinetik35
terikat dengan protein plasma. Volume distribusi sesuai kadar obat yang terikat
dengan protein plasma, dengan 0,243 L/Kg. plasma, dengan 0,243 l / kg.
nyeri.
Waktu paruh distribusi 0,35 jam. Obat ini diekskresikan melalui ginjal setelah
metabolisme lengkap.35
2.1.8.4 Farmakodinamik
COX-1 dan -2. Studi klinis telah menunjukkan efek analgesik dari trometamol
dexketoprofen yang berlangsung selama 4-6 jam dan beberapa aktivitas analgesik
dilaporkan setelah 30 menit post administration. Selain itu, efek hemat morfin
2.1.8.5 Indikasi
32
untuk pengobatan simtomatik nyeri akut intensitas sedang ke berat, hal ini
Dosis yang dianjurkan adalah 12,5 mg setiap 4-6 jam atau 25 mg setiap
jam 8 tanpa melebihi 75 mg per hari. Rekomendasi dosis dapat bervariasi antara
negara. administrasi dapat per oral dalam bentuk tablet dented 25 mg. Pada tahun
pemberian parenteral adalah 50 mg setiap 8-12 jam. Jika perlu, pemberian dapat
diulang 6 jam secara terpisah. Dosis harian total tidak boleh melebihi 150 mg.
Dalam kasus nyeri pascaoperasi dengan tingkat nyeri sedang sampai berat,
Gambar 2.7. Struktur Kimia Dexketoprofen Trometamol. (A) Ketoprofen dan (B) Trometamol.
Berdasarkan berat molekul, kadar Dexketoprofen mencapai 67,7% dari dosis Dexketoprofen
masuk ke dalam dan langsung mengenai saraf spinal, menghasilkan anestesi yang
menjadi rekomendasi tatalaksana nyeri. Anestesiolog dan ahli bedah telah banyak
menginisiasi kaskade inflamasi yang dimediasi oleh berbagai zat dengan sitokin
perlindungan sistem saraf pusat dari gangguan efek stimulus nyeri (alodinia).
digunakan namun tidak cukup efektif. Akan tetapi, peningkatan efek analgesik
34
yang optimal dan penurunan efek samping opioid pada pemberian kombinasi obat
tersebut dapat dicapai melalui cara pemberian dan waktu pemberian obat.8
mg secara oral pada pasien yang menjalani Hip Arthroplasty elektif dibawah
oral NSAID yang relatif baru dengan efek analgesia dan antipiretik. Keuntungan
obat ini memiliki onset kerja lebih cepat, lebih potensial serta efek gastrointestinal
memiliki sifat yang mungkin dapat bermanfaat selama periode preoperatif. Efek
arakidonat menjadi PGE1, PGE2, PGF1, PGF2a, dan tromboksan A2 dan B2 yang
METODE PENELITIAN
Dr.Mohammad Hoesin Palembang, sejak bulan Mei 2018 sampai bulan Juli atau
3.3.1 Populasi
anestesi spinal.
3.3.2 Sampel
kriteria inklusi
38
39
1) Wanita hamil
anestesi spinal
4) Terjadi penyulit berat selama operasi misalnya syok, reaksi anafilaksis dan
gangguan peranapasan
40
mengundurkan diri.
sebagai berikut:
2
( Zα + Zβ ) .S
n1=n2=2
( X1 - X2 )
Keterangan:
n : Besar sampel
S2 = ¿ ¿
Kelompok n π SB
Dexketoprofe 21 339,7 279,6
n
Plasebo 21 1020,3 359,4
( 279,62 × 20 +359,4 2 × 20 )
S2 = S2 =10.367,226 S =101,82
40
41
elektif ekstremitas bawah dengan ASA I-II di Rumah Sakit dr. Mohammad
3.5 Randomisasi
plasebo
pendidikan
1) Kateter vena no 18 G
2) Set transfusi
3) Jarum suntik 3 ml, 5ml, dan 10ml (Terumo)
4) Jarum spinal no 27 G (Spinocan,B Braun)
5) Set preparasi steril
6) Pengukur waktu
7) Kanula oksigen
8) Alat pantau: Tensimeter otomatis, saturasi oksigen, denyut jantung, dan
EKG dari mesin monitor mindray, model BeneView T6
9) Lidokain 2% (Lidokain HCL 2%, Bernofarm)
10) Bupivakain (Bunascan Spinal 0,5% Heavy, Fahrenheit)
11) Dexketoprofen 50 mg (Daryavaria)
12) NaCL 0,9% (ECOSOL NaCL, B BRAUN)
13) Midazolam 5 mg (MILOZ)
14) Reagen prostaglandin E2 (DRG®Prostaglandin E2 nomor serial EIA-5194)
dengan monitor.
8. Selanjutnya pasien dipasang infus dengan jarum 18 G dan diberi cairan ringer
10. Pasien di posisikan dalam posisi duduk, kemudian dilakukan anestesi spinal
pasien diposisikan pada posisi terlentang, kepala dialasi dengan bantal, dan
11. Ketinggian blokade dinilai dengan pin prick test pada kedua sisi garis yang
ditarik dari pertengahan klavikula kanan dan kiri bawah. Blokade sensorik
dinilai lengkap bila penderita tidak memberikan respons saat dilakukan pin
prick test. Blokade motorik dinilai menggunakan skala Bromage (Tabel 3.1).
12. Tekanan darah sistolik, diastolik, dan laju nadi dievaluasi setiap 5 menit
Apabila terjadi hipotensi segera atasi dengan pemberian cairan infus Ringer
laktat bolus, bila tidak berhasil berikan 5-10 mg efedrin intravena. Bila terjadi
13. Saat operasi selesai, dilakukan pengambilan sampel darah untuk diperiksa
intravena bolus.
15. Kedua sampel darah yang telah diambil kemudian disentrifuge untuk
ELISA.
16. Evaluasi efek mual muntah dengan menggunakan skor mual muntah selama
17. Evaluasi efek samping lain seperti pruritus, menggigil, dan depresi nafas. Bila
jalan nafas.
46
18. Pengamatan dilakukan oleh residen anestesi yang sudah dijelaskan tentang
prosedur penelitian.
19. Hasil pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan yang telah disiapkan.
20. Pasien yang tidak kooperatif dan membutuhkan analgesik tambahan selama
Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam ruang intratekal yang
enzimatis dari asam lemak dan merupakan mediator inflamasi yang banyak
Umur adalah ditetapkan berdasarkan umur yang tertera di kartu identitas, bila
Tekanan darah adalah nilai tekanan yang diukur dengan menggunakan tekanan
darah otomatis, dengan manset yang diletakkan di lengan atas. Tekanan darah
Hipotensi adalah penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20% atau lebih
dibandingkan semula.
47
jantung semenit yang diukur dengan menggunakan pulse oximetry. Laju nadi
Kelas Definisi
ASA I Pasien dengan kondisi sehat fisik
ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tanpa pembatasan
pembatasan fungsi
ASA IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa
dimana nilai 3 terjadi blokade menyeluruh dan 0 sama sekali tidak ada blok.
VAS (Visual Analog Scale) adalah alat pengukur nyeri secara subjektif berupa
dimana :
skor 3 :Muntah-muntah.
meningkat tetapi tidak lebih dari 2 kali lipat dari nilai prostaglandin
awal.
49
SPSS(Statistical Package for Social Scienses) versi 16, dengan Uji t tidak
berpasangan bila sebaran data normal dan uji Mann Whitney bila sebaran
Persiapan penelitian
Informed consent
Bersedia
Random blok
Kelompok I Kelompok II
Dexketoprofen intravena 50 mg Plasebo
Analisis Data
51
ditentukan yang akan dilihat dalam bentuk persentase seperti pada tabel 3.3.
Kelompok
Dexketoprofen intravena Plasebo
Karakteristik Umum
50 mg
Umur (tahun)
Tinggi Badan (cm)
Berat Badan (kg)
BMI
Durasi Operasi
*Lavene test, p=0,50
bawah yang akan dilihat dalam bentuk persentase seperti pada tabel 3.4.
Kelompok
Dexketoprofen Trometamol Plasebo
Efek Samping
50 mg
N % N %
Insiden Hipotensi
52
Ya
Tidak
Insiden Bradikardi
Ya
Tidak
Mual Muntah
Ya
Tidak
p=0,05
Data yang diperoleh dari visual analog scale setelah diberikan perlakuan
dari kedua kelompok yang akan dilihat dalam bentuk persentase seperti pada tabel
3.5
Kelompok
I II
VAS
Dexketoprofen intravena Plasebo
50 mg
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
53
diberikan perlakuan dari kedua kelompok yang akan dilihat dalam bentuk
Tiap-Tiap Kelompok
Tahun 2018
Bulan/Kegiatan
3 4 5 6 7 8
Merancang proposal
Pengajuan proposal
Seminar proposal
Perbaikan proposal
Pengumpulan data
Analisis data
Pelaporan
Ujian thesis
3.16 Personalia penelitian
3) Tindakan Spinal & Pemberian Obat : dr. Fernandi atau dr. Angga
JUSTIFIKASI ETIK
pascaoperasi ekstremitas bawah. Subjek penelitian ini adalah semua pasien ASA
I-II yang dilakukan operasi ekstremitas bawah di COT RSUP Dr. Mohammad
mampu mencegah respon stres secara lebih sempurna, serta pada periode
skor nyeri yang tinggi. Trauma pembedahan dapat menstimulasi respon stres
PGE2 merupakan mediator inflamasi yang penting dalam proses nyeri. Selama
56
57
terjadi nyeri, kadar prostaglandin plasma secara signifikan meningkat pada tikus
perlindungan sistem saraf pusat dari gangguan efek stimulus nyeri (alodinia).
digunakan namun tidak cukup efektif. Akan tetapi, peningkatan efek analgesik
yang optimal dan penurunan efek samping opioid pada pemberian kombinasi obat
tersebut dapat dicapai melalui cara pemberian dan waktu pemberian obat.8
berakhir dalam 4-6 jam dan dilaporkan bahwa aktivitas analgesik terjadi 30 menit
setelah pemberian obat, dalam kasus nyeri pascaoperasi yang sedang sampai
hemodinamik dan kontrol nyeri yang lebih baik. Dengan demikian, mengurangi
narkotik.12
dan LCS dan disertai penurunan nyeri pascaoperasi tanpa terjadi peningkatan
1) Peneliti secara jujur mengatakan apa yang akan dilakukan terhadap penderita,
kekuntungannya, risiko yang akan terjadi, serta apa yang akan dilakukan
2) Setelah diberikan penjelasan yang cukup tentang apa yang akan dilakukan
kesediannya.
3) Tidak ada unsur paksaan, penderia boleh menolak atau mengundurkan diri
sehingga penelitian dapat diperkirakan akan memberikan hasil yang sesuai dengan
tujuan dan manfaat. Tidak ada beban khusus yang ditanggung subjek dengan
informed consent kiranya menjamin kebebasan subjek untuk ikut serta atau tidak
Kerahasiaan data penderita akan dijaga dan semoga tidak terjadi masalah
4.4 Simpulan
landasan keilmuan yang kuat, bermanfaat untuk dilaksanakan, dengan cara yang
martabat manusia. Peneliti berharap penelitian ini layak etik untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Desi Angerah Sari, S.Ked, Rizal Zainal, MD, SpAn, Mgs. Irsan Saleh, MD, Dr. M.
Utara. 2007
116: 248-73.
Chem 2004;279:24866-72.
the central nervous system and peripheral tissue during and after
60
61
2002;88(4): 520-6
10. Bolat O, Erhan E, & Deniz M.N. The effect of preoperative intravenous
11. Rodriguez MJ, Arbos RM, Amaro SR. Dexketoprofen trometamol: clinical
13. Lisnyy I, et al. Postoperative pain and PGE2 after preemptive analgesia with
14. Morgan JE. Perioperative Pain Management & Enhanced Outcomes. In:
2013;48:1087-1105
2001;93:628-34
62
18. Grga Dj et al. Prostaglandin E2 in apical Tissue Fluid and Postoperative Pain
20. Jensen MP, Chen C, Brugger AM. Interpretation of visual analog score
2013; 2:35-42.
23. Gottschalk A, Smith DS. New Concepts in Acute Pain Therapy : Preemptive
www.aafp.org/afp
24. Morgan G. Edward Jr, Maged S. Mikhail, and Michael J. Murray. Local
2004;100:1573-1581.
26. Bernards CM, Epidural and Spinal Anesthesia. In: Handbook of Clinical
Philadelphia:Lippincott-Raven Co;1998:243-313.
28. Tetlaff JE, Spinal, Epidural and Spinal Caudal Block. In: Clinical
Anesthesiology Editor: Morgan GE, Mikhail MS, ed. 3th. New York:
29. Shibli KU, Russell IF. A survey of anesthetic technique used for: cessarian
30. Paul FW & Katzung BG. Anestetik Lokal. Dalam: Farmakologi Dasar dan
31. Latief Said, Surjadi Kartini, Dachlan Ruswan. 2002. Anestetik Lokal. Dalam:
32. Katz J, Spinal and Epidural. Dalam: Atlas of Regional Anaesthesia, Ed 2 nd,
RSMH Palembang
RM 0148.8
Setelah memperoleh informasi baik secara lisan dan tulisan mengenai penelitian/ penapisan
yang akan dilakukan oleh .............................................................................................
Dan informasi tersebut telah saya pahami dengan baik mengenai manfaat, tindakan yang akan
dilakukan, keuntungan dan kemungkinan ketidaknyamanan yang mungkin akan dijumpai,
saya:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Identitas :
Palembang, ............................
Tanda Tangan Saksi
DATA UMUM
No. Rekam Medis :
Tanggal Penelitian :
Nama :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
DATA KHUSUS
Diagnosis :
Tindakan Operasi :
Keterangan TD HR RR Saturasi
( mmHg) (x/mnt) (x/mnt) (%)
Sebelum anestesi spinal
Setelah obat spinal masuk
Menit ke-5
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
Menit ke-25
Menit ke-30
Menit ke-35
Menit ke-40
Menit ke-45
Menit ke-50
Menit ke-55
Menit ke-60
Menit ke-70
Menit ke-80
Menit ke-90
Menit ke-120
Menit ke-180
Menit ke-360
Telp/Hp : 081532805851
Agama : Islam
Jumlah Saudara :6
Anak Ke :6