Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ENVIROTEK Volume … , Nomor …

Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan (202../diisi tahun publish)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI


ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN DENGAN
METODE
PRES (Prinsip Rotary Evaporator Sederhana)

Syayidah Dinurrohmah1, Ulul Hadiatul Fauki2, Melliana Jiana Bahi3, Lambang


Subagiyo4, Atin Nuryadin5
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas
Mulawarman Email: dinurrohmahsyayidah@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu upaya mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang


diakibatkan oleh limbah detergen adalah dengan pemanfaatan bahan alami sebagai
pengganti surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan detergen
berbahan aktif biosurfaktan daun kelor dengan metode Prinsip Rotary Evaporator
Sederhana (PRES). Pemanfaatan daun kelor dilakukan dengan mengekstraksi daun
kelor menggunakan metode maserasi hingga menghasilkan biosurfaktan, yang
kemudian diolah menjadi detergen cair. Untuk menguji sediaan biosurfaktan
maupun detergen cair, dilakukan beberapa uji, yaitu organoleptik, pH, bobot jenis,
stabilitas busa, daya detergensi, dan cemaran dari limbah detergen cair kemudian
dibandingkan dengan detergen komersial. Hasil detergen cair menggunakan
metode PRES menunjukkan mutu detergensi yang sebanding dengan detergen
komersial, karena memiliki stabilitas busa mencapai 97%, dengan daya detergensi
mencapai 80%, namun tingkat limbah cemaran yang tinggi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode PRES dapat menghasilkan detergen cair
dengan stabilitas busa dan mutu detergen yang baik, namun memerlukan penelitian
lebih lanjut untuk dapat meminimalkan tingkat cemaran limbah yang dihasilkan.

Kata kunci: biosurfaktan, detergen cair, pencemaran lingkungan, daun kelor

ABSTRACT

The solution to the environmental pollution problem that caused by detergent


waste is the use of natural surfactant materials. This research aims to produce
detergents made from active biosurfactants of Moringa leaves with Prinsip Rotary
Evaporator Sederhana (PRES) method. The use of Moringa leaves was carried out
by extracting Moringa leaves using the maceration method to produce
biosurfactants, then processed into liquid detergents. To test the biosurfactant and
liquid detergents, organoleptic, pH, density, foam stability , detergency power, and
contamination tests of liquid detergent waste were carried out and then compared
to commercial detergents. The results of liquid detergents using the PRES method
showed that the quality of detergents was close to commercial detergents, with the
foam stability reaching 97%, with detergency of up to 80%, but a high level of
contamination waste. This present research shows that the PRES method can
P-ISSN: 2623-1336 envirotek.upnjatim.ac.id 1
E-ISSN: 2085-501X
produce liquid detergents with good foam stability and detergent quality but

P-ISSN: 2623-1336 envirotek.upnjatim.ac.id 2


E-ISSN: 2085-501X
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

required further research to minimize the contamination level of liquid detergent


waste.

Keywords: biosurfactants, detergents, environmental pollution, Moringa leaves

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 3


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

PENDAHULUAN sifat ramah lingkungan karena senyawanya


Kualitas air di Kalimantan yang dapat dengan mudah terurai (Rijai, 2012) dan
tergolong cukup tercemar berdasarkan indeks berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pencemaran (Subagiyo et al., 2019), biosurfaktan dengan potensi pemanfaatan
diakibatkan oleh aktivitas manusia dalam besar (Hayes, 2012).
kehidupan sehari-hari (Pambudhy, 2021) yang
berasal dari berbagai lini kehidupan, termasuk Pembuatan detergen cair pada
bidang pertanian, bidang industri dan umumnya menggunakan rotary evaporator
berbagai kegiatan rumah tangga yang sebagai alat ekstraksi untuk menghasilkan
berpeluang menghasilkan limbah (Setiawan, ekstrak yang pekat (Hernawati et al., 2020).
2019). Salah satunya adalah meningkatnya Rotary evaporator dalam melakukan ekstraksi
limbah detergen hasil dari kegiatan mencuci bekerja dengan prinsip pemisahan ekstrak dari
(Supandi & Setiawan, 2019), yang selain cairan penyaring dengan pemanasan yang
sebagai bahan pembersih (Yuliani et al., dipercepat oleh putaran dari labu (Rahmaniati
2015),deterjen yang digunakan juga M et al., 2018).Namun, dalam penelitian ini
menimbulkan efek pencemaran terhadap proses penguapan dan pemanasan pada rotary
lingkungan (Maranggi et al., 2020) karena evaporator digantikan dengan metode PRES
sulit terdegradasi oleh bakteri dalam air (Prinsip Rotary Evaporator Sederhana) yang
(Helmy et al., 2020) sehingga dapat didasarkan pada prinsip kerja dari rotary
menyebabkan permasalahan kualitas air dan evaporator sehingga dapat digunakan sebagai
lingkungan sekitar (Tien Faizah Azfi, 2017). metode alternatif dalam pembuatan detergen
Penggunaan deterjen dapat menyebabkan cair. Metode PRES dilakukan dengan
pencemaran dikarenakan bahan yang pemanasan dari kompor dan putaran
digunakan membuat deterjen pada umumnya menggunakan pengadukan manual hingga
terdiri dari, bahan aktif, pengisi, penunjang, dihasikan ekstrak pekat. Metode ini selain
tambahan, pewangi, dan antifoam (M.G, murah dan mudah juga dipercaya mampu
Hazena, 2015). Formulasi campuran beberapa menggantikan pengunaan rotary evaporator
bahan aktif kimia (seperti surfaktan ABS atau dalam pembuatan detergen cair berbahan aktif
LAS) (Maranggi et al., 2020) yang berfungsi biosurfaktan.
sebagai bahan detergensi ini lah yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan karena METODE PENELITIAN
tidak dapat terurai oleh mikroorganisme Bahan baku utama dalam penelitian ini
(Supandi & Setiawan, 2019). adalah daun kelor yang di maserasi
menggunakan etanol 70% sebagai pelarut, dan
Salah satu penyelesaian yang telah maserat yang dihasilkan kemudian diaktivasi
dilakukan terhadap masalah tersebut adalah dengan HCl. MES sebagai surfaktan sekunder
dengan pemanfaatan bahan alami sebagai digunakan dalam proses pembuatan detergen
pengganti surfaktan (Maranggi et al., 2020), cair dengan dihomogenkan bersama Na2 SO4,
yaitu biosurfaktan yang dapat disintesis secara glukosa, dan air. Adapun alat yang digunakan,
ekstraseluler oleh mikroorganisme (Cut yaitu kertas pH untuk mengukur pH dari
Yuliana, 2019). Ketentuan bahwa bahan alami sediaan detergen, tabung ukur untuk mengukur
pengganti surfaktan (biosurfaktan) tersebut stabilitas busa, kompor sebagai pemanas.
harus mengandung saponin yang juga
menghasilkan busa (Maranggi et al., 2020). Serbuk daun kelor diekstrak
Melalui skrining kimia, diketahui bahwa daun menggunakan pelarut etanol 70% dengan
kelor (Moringa Oleifera) merupakan salah perbadingan 1:10 (Maranggi, et al.,2020)
satu tumbuhan obat yang ditemukan di dengan metode maserasi. Proses maserasi
KalTim (Rijai, 2012). Daun kelor merupakan tersebut akan menghasilkan maserat kental
daun tanaman yang mengandung tanin, yang kemudian diinkubasi dan disaring.
saponin, flavonoid, dan polifenol (Veronika et Maserat kental yang telah diinkubasi dan
al., 2017), yang mudah didapat dan memiliki disaring kemudian diencerkan dengan
persentase saponin yang cukup besar yaitu penambahan aquades dan diaktivasi dengan
sebesar 7,19% (Maranggi et al., 2020), cara menambahkan larutan HCl, setelah
sehingga dapat menghasilkan busa dengan didiamkan maka diperoleh biosurfaktan. Pada

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 4


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

proses pembuatan detergen cair dilakukan dengan mencairkan MES kemudian dicampurkan dengan biosurfaktan hingg
telah jadi ini berikutnya dipanaskan dan diaduk hingga diperoleh detergen cair.

Formulasi (F) yang digunakan terdiri dari 4 formulasi, dengan komposisi yang dirangkum pada Tabel 1 berikut.

Tabel -1: Formulasi Detergen Cair Ekstrak Daun


Kelor Gambar -2: Diagram Alir Pembuatan
Detergen Cair

Selama proses pembuatan biosurfaktan


maupun detergen cair, prinsip rotation dan
evaporation digantikan dengan metode PRES
dengan skema seperti terlihat pada Gambar 3

Pembuatan biosurfaktan dan detergen


cair pada penelitian ini mengikuti langkah-
langkah pada diagram alir sesuai Gambar 1 Gambar -3: Skema metode PRES
dan Gambar 2 berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menguji sediaan biosurfaktan
maupun detergen cair, dilakukan uji
organoleptik (Febriani & Andiani, 2020), uji
pH (Maranggi, et al., 2020), uji bobot jenis
(Maranggi et al., 2020), stabilitas busa (Murti et
al., 2018) daya detergensi (Arnelli, 2010) dan
uji cemaran dari limbah deterjen cair dengan
membandingkannya dengan deterjen komersial.

Uji organoleptik atau secara sederhana


adalah uji indera dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dilakukan
sebagai ukuran penerimaan terhadap suatu
produk (Suryono et al., 2018). Uji organoleptik
ini dilakukan dengan angkah pengematan
secara langsung sediaan biosurfaktan dan
detergen cair, dengan hasil seperti tampak pada
Tabel 2.
Gambar -1: Diagram Alir Pembuatan Biosurfaktan

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 5


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

Tabel -2: Pengujian organoleptik detergen cair Bobot jenis atau massa jenis detergen
cair selain memiliki pengaruh yang signifikan
Sampel Bentuk Warna Bau terhadap kemampuan larutnya detergen dalam
F1 heterogen Coklat tidak air, juga berpengaruh terhadap stabilitas emulsi
kekuningan terlalu detergen cair (Maranggi et al., 2020).
pekat menyengat Berdasarkan SNI (4075-1:2017), bobot atau
F2 heterogen Coklat massa jenis produk detergen berada pada
menyengat
kekuningan rentang 1,1-1,3 g/mL. Nilai bobot jenis pada
F3 heterogen Coklat tidak
penelitian ini menunjukkan yang sesuai dengan
kehijauan menyengat
heterogen Coklat hijau sangat
rentang SNI adalah F1, F2, dan F4, sedangkan
F4
pekat menyengat sampel F3 tidak sesuai dengan SNI.

Hasil yang diperoleh berupa bentuk, Uji stabilitas busa bertujuan untuk
warna, dan aroma dari sediaan detergen cair mengetahui persentase daya tahan busa ketika
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI digunakan untuk pencucian. Uji ini dilakukan
4075-1:2017, 2017), dimana detergen cair dengan mengamati ketinggian busa hingga
harus memiliki bentuk kental, homogen dengan pada skala waktu tertentu. Menurut Murti,
warna dan aroma yang khas. Dari uji ini (2018) stabilitas busa merupakan representasi
diketahui bahwa warna serta aroma sediaan dari tingkat ketahanan gelembung detergen,
detergen cair yang dihasilkan berwarna dan dimana setelah lima menit busa dari detergen
beraroma khas daun kelor. Semakin banyak yang baik akan mampu bertahan hingga 60-
jumlah biosurfaktan daun kelor yang 70% dari volume awal (Murti et al., 2018).
digunakan, maka warna sediaan akan semakin Berdasarkan pengamatan dan perhitungan, hasil
mendekati warna daun kelor. stabilitas busa disajikan dalam diagram pada
Grafik 3 di bawah, diperoleh keempat
Uji selanjutnya adalah uji pH, bobot formulasi telah memenuhi persyaratan
jenis, stabilitas busa dan daya detergensi yang kestabilan busa. Jika dibandingkan dengan
dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. detergen komersial, diperoleh besar persentase
Tabel -3: Pengujian mutu deterjen cair kestabilan busa untuk keempat formulasi
melebihi kestabilan dari detergen komersial.
100 sample

Bobot Daya Detergensi (%)


Sampel pH Stabilitas 95
Jenis Tanpa Dengan Detergen Komersial
Busa
Stabilitas busa

(g/ml) Bilasan Pembilasan


F1 3 1,180 96,77 24,24 53,79 90
F2 4 1,195 92,31 18,43 63,60
F3 2 0,946 93,75 32,54 22,20 85 F1 F2 F3 F4
F4 6 1,289 95,65 11,16 85,68
F0 7 1,200 90,29 23,61 87,44 Formulasi
SNI 5-10 1,1-1,3 - - - Grafik -3: Diagram perbandingan stabilitas busa
sediaan detergen terhadap F0
Uji pH dilakukan dengan rtujuan untuk
melihat pengaruh detergen cair ketika kontak Daya detergensi merupakan ukuran
langsung dengan kulit (Rachmawati, 2019), kemampuan detergen dalam menghilangkan
sehingga dapat dikategorikan berbahaya atau kotoran atau membersihkan kotoran yang
tidak nya detergen cair saat digunakan untuk tertempel pada serat kain (Maranggi, et al.,
kegiatan mencuci. Formulasi yang memenuhi 2020). Pelepasan kotoran atau pembersihan
syarat SNI hanyalah formulasi 4, dengan kotoran pada serat kain terjadi karena
formulasi 1, 2, dan 3 menghasilkan pH yang menggumpalnya kotoran yang kemudian akan
sifatnya asam sehingga tidak dapat digunakan terlarut ke dalam larutan detergen atau larutan
karena dapat merusak kulit. Daya adsorbsi pencuci (Diyan Arini, Arneli, 2008). Uji daya
pada kulit akan cenderung lebih tinggi apabila detergensi dilakukan dengan dua cara, yaitu uji
pH relatif basa atau asam, hal ini memperbesar daya detergensi dengan pembilasan dan tanpa
risiko iritasi kulit (Maranggi, et al., 2020). pembilasan (Diyan Arini, Arneli, 2008), dengan
hasil uji daya detergensi seperti terlihat pada
Grafik 4.

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 6


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

komersial. Pada pengujian cemaran limbah ini


100 menggunakan baku mutu sesuai dengan standar
80 baku (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Daya detergensi

60 Kehutanan, 2014)
Tabel -4: Pegujian limbah cemaran detergen
40
20
0
F1 F2 F3 F4 F0
Tanpa Bilasan
Formulasi
Dengan Pembilasan
Grafik -4 : Diagram perbandingan daya
detergensi sediaan detergen dan detergen
komersial, dengan bilasan dan tanpa bilasan

Pengangkatan kotoran pada detergen cair


dilakukan melalui penurunan tegangan Nilai pH yang dihasilkan dari hasil
permukaan, sehingga menghasilkan emulsi limbah cemaran sediaan detergen cair berada di
ditujukan untuk mengikat suspensi kotoran bawah rentang baku mutu. Kadar pH yang
(Febrianti, 2013). Pada uji daya detergensi dihasilkan terlalu asam sehingga dapat
tanpa pembilasan, menunjukkan bahwa seluruh menyebabkan gangguan eksosistem di perairan.
produk sediaan detergen cair memiliki daya Nilai pH dari sediaan detergen yang dibuat
detergensi antara 11,16-32,54%. Hal ini tidak bisa untuk dibuang ke lingkungan
menunjukan bahwa sediaan yang dibuat tidak (Muhammad Busyairi , Nur Annisa
dapat mengangkat dan menghilangkan kotoran Jayaningsih, 2021).
dengan baik bila tanpa bilasan. Sedangkan pada
uji daya detergensi dengan pembilasan Biological Oxygen Demand (BOD)
menunjukkan bahwa untuk keseluruhan sampel merupakan ukuran jumlah oksigen yang terlarut
yang telah dibuat memiliki daya detergensi dalam air yang diperlukan oleh organisme
pada rentang 22,20-85,68%. hidup dalam melakukan oksidasi bahan
buangan ( Atima, 2015). Perairan dengan
Menurut Yuliyanti (2019), pembilasan tingkat BOD tinggi akan memiliki bau tidak
dengan menggunakan air membuat proses sedap, turunnya kadar oksigen terlarut, hal ini
pencucian menjadi lebih maksimal, ditunjukkan akan berdampak kematian pada organisme di
dari warna kain, dan ada tidaknya kotoran yang ekosistem akuatik (Rahmaniati M et al., 2018).
masih tersisa. Hal ini sesuai dengan Berdasarkan hasil uji limbah cair, keseluruhan
pengamatan bahwa substrat yang dihasilkan sediaan detergen cair yang dibuat, memiliki
lebih putih dan bersih dibandingkan dengan nilai melebihi baku mutu yang ada, sehingga
substrat yang tanpa pembilasan. Sampel yang sangat berbahaya terhadap organisme akuatik.
memiliki nilai daya detergensi sesuai dengan
syarat dan mendekati nilai daya detergensi Chemical Oxygen Demand (COD)
detergen komersial hanyalah sediaan pada F4 merupakan suatu ukuran jumlah oksigen yang
dan nilai daya detergensi terendah dimiliki oleh dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk
sediaan pada F3. Rendahnya nilai detergensi ini melakukan oksidasi bahan organik (Atima,
terjadi karena rendahnya pH, sehingga tingkat 2015). Tingkat COD yang tinggi dalam air
keasamaan dari formula tersebut sangat tinggi. menandakan tingginya kandungan pencemar
organik dalam air, yang berdampak pada
Setelah dilakukan berbagai uji pada berkurangny kandugan oksigen terlarut dalam
sediaan biosurfaktan maupun detergen, air sehingga kadar oksigen yang
kemudian dilakukan pencucian menggunakan memungkinkan untuk digunakan oleh makhluk
detergen pada tiap formulasi, dan diuji cemaran hidup di air tidak terpenuhi (Maranggi, et al.,
dari limbah cucian detergen cair tersebut. Tabel 2020). Berdasarkan hasil uji yang telah
4 menyatakan hasil pengujian cemaran limbah dilakukan, konsentrasi COD sediaan detergen
sediaan detergen cair dengan biosurfaktan daun cair yang telah dibuat berada pada kadar
kelor menggunakan metode PRES dan detergen melebihi baku mutu yang ada, yang berakibat

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 7


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

pada tidak terpenuhinya oksigen yang Parameter Pencemaran Air dan Baku
dibutuhkan. Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science
and Education, 4(1), 159–169.
Total Suspended Solid (TSS) merupakan Cut Yuliana, et al. (2019). Produksi dan
ukuran kadar padatan pada limbah (Widiyanti Optimasi Biosurfaktan dari Bakteri
et al., 2021). Ukuran TSS perlu untuk diuji Halofilik Chromohalobacter japonicus
karena limbah cair dengan kandungan zat BK-AB18. 2(2), 1–19.
tersuspensi tinggi akan sangat berdampak Diyan Arini, Arneli, A. S. (2008). Pengaruh
buruk bagi lingkungan, selain karena Penambahan Karboksimetil Selulosa dan
menyebabkan pendangkalan juga berpotensi Buffer pada Detergensi Surfaktan asil
menghalangi masuknya sinar matahari yang Sublasi Limbah Cair Cucian. 11(3), 78–
sangat diperlukan pada proses fotosintesis 83.
mikroorgnisme (Maranggi et al., 2020). Febriani, A., & Andiani, D. (2020). Formulasi
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan Detergen Cair yang Mengandung Ekstrak
diperoleh bahwa nilai TSS yang dihasilkan Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-
melebihi baku mutu yang ada, sehingga akan sinensis L.) Liquid Detergent Formulation
sangat berbahaya terhadap ekosistem akuatik, Containing Hibiscus Leaf Extract
dan menyebabkan terjadinya pendangkalan. (Hibiscus rosa-sinensis L.). Jurnal Ilmu
Kefarmasian, 13(2), 107–113.
Berdasarkan hasil uji yang telah Febrianti, D. R. (2013). Formulasi Sediaan
dilakukan, baik pada sediaan biosurfaktan, Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk
detergen maupun uji cemaran dari limbah, Purut (Citrus hystrix DC.) Dengan
maka penelitian ini menunjukkan bahwa Kokamidopril Betan Sebagai Surfaktan.
penggunaan metode PRES dapat menghasilkan Hayes, D. G. (2012). Bioprocessing
detergen cair berbahan aktif biosurfaktan daun Approaches to Synthesize Bio-based
kelor dengan stabilitas busa dan mutu detergen Surfactants and Detergents. In Food and
yang sangat baik dibandingkan dengan Industrial Bioproducts and Bioprocessing
detergen komersial. Namun, detergen ini (pp. 243–266).
berpotensi mencemari lingkungan karena https://doi.org/10.1002/9781119946083.c
tingkat cemaran limbah yang jauh lebih tinggi h10
dari SNI dan detergen komersial, sehingga Helmy, Q., Gustiani, S., & Mustikawati, A. T.
berbahaya apabila dibuang ke lingkungan. (2020). Application of rhamnolipid
Penggunaan metode ini dapat menjadi solusi biosurfactant for bio-detergent
pengganti rotary evaporator, namun dengan formulation. IOP Conference Series:
pengembangan dan pendekatan yang masih Materials Science and Engineering,
memerlukan kajian lebih lanjut. 823(1). https://doi.org/10.1088/1757-
899X/823/1/012014
KESIMPULAN Hernawati, D., Suharyati, S., Nurkamilah, S., &
Penelitian ini menunjukkan bahwa Biologi, P. (2020). Perbanding
penggunaan metode PRES dapat menghasilkan Antibakteri Bawang Putih ( Allium
detergen cair berbahan aktif biosurfaktan daun sativum ) Dengan Varietas Berbeda
kelor dengan stabilitas busa dan daya Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan
detergensi yang baik, namun memiliki tingkat Bakteri Escherichia coli .an Aktivitas. 2,
uji cemaran yang tingg, sehingga berpotensi 1–10.
mencemari lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. (2014). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu
Arnelli. (2010). Sublasi Surfaktan dari Larutan Air Limbah (p. 85).
Detergen dan Larutan Detergen Sisa M.G, Hazena, et al. (2015). Ekstrak Biji
Cucian Serta Penggunaannya Kembali Alpukat Sebagai Pembusa Detergen:
Sebagai Detergen. Jurnal Kimia Sains “Pemanfaatan Potensi Bahan Alam dan
Dan Aplikasi, 13(1), 4–7. Menekan Biaya Produksi.” 3(2013), 92–
Atima, W. (2015). BOD dan COD Sebagai 98.

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 8


1336 E-ISSN:
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DAUN KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BIOSURFAKTAN DETERGEN

Maranggi, Isma Uly, et. al. (2020). Aplikasi status of kalimantan water bodies based
Biosurfaktan Dari Daun Sengon ( Albizia on the pollution index. Pollution
falcataria ) Dan Kulit Buah Pepaya Research, 38(3), 536–543.
(Carica papaya L.) Sebagai Detergen Supandi, L., & Setiawan, D. A. (2019).
Ramah Lingkungan. 01(01), 11–19. Pemanfaatan Daun Waru (Hibiscus
Maranggi, I. U., Rahmasari, B., Kania, F. D., tiliance L) Sebagai Bahan Baku Detergen.
Fadarina, Yuniar, Purnamasari, I., & Sainteks: Jurnal Sains Dan Teknik, 1(1),
Meidinariasty, A. (2020). Aplikasi 17–28.
Biosurfaktan Dari Daun Sengon (Albizia https://doi.org/10.37577/sainteks.v1i1.107
Falcataria) Dan Kulit Buah Pepaya Suryono, C., Ningrum, L., & Dewi, T. R.
(Carica Papaya L.) Sebagai Detergen (2018). Uji Kesukaan dan Organoleptik
Ramah Lingkungan. Politeknik Negeri Terhadap 5 Kemasan Dan Produk
Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Kepulauan Seribu Secara Deskriptif.
Teknik Kimia, 1(1), 11–19. Jurnal Pariwisata, 5(2), 95–106.
Muhammad Busyairi , Nur Annisa Jayaningsih, https://doi.org/10.31311/par.v5i2.3526
F. A. (2021). Analisis Beban Pencemar Tien Faizah Azfi. (2017). Daun Waru Sebagai
Dan Daya Tampung Sungai. Jurnal Bahan Dasar Pembuatan Detergen Ramah
“Teknologi Lingkungan,” 17–25. Lingkungan. Paper Knowledge . Toward
Murti, I. K. A. Y., Putra, I. P. S. A., N.N.K.T., a Media History of Documents, 8(1), 65–
S., Wijayanti, N. P. D., & Yustiantara, P. 67.
S. (2018). Optimasi Konsentrasi Olive Oil Veronika, M., Purwijantiningsih, E., Pranata,
Tehadap Stabilitas Fisik Sediaan Sabun S., & Teknobiologi, F. (2017). Efektifitas
Cair. Jurnal Farmasi Udayana, 6(2), 15. Ekstrak Daun Kelor (Moringaoleifera)
https://doi.org/10.24843/jfu.2017.v06.i02. Sebagai Bio-Sanitizer Daun Selada
p03 (Lactuca sativa).
Pambudhy, A. (2021). Pencemaran Air: Widiyanti, A., Laily, D., & Hamidah, N.
Pengertian, Penyebab dan Dampaknya (2021). Pengolahan Limbah Cair Bekas
bagi Lingkungan. Detik. Pencucian Ikan Menggunakan Scirpus
Rachmawati, P. A. (2019). Biodegradable grossus. Journal of Research and
Detergen Dari Saponin Daun Waru Dan Technology, VII(2460), 61–70.
Ekstraksi Bunga Tanjung. Indonesian Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y.
Chemistry and Application Journal, 2(2), (2015). Pengaruh Limbah Detergen
1. https://doi.org/10.26740/icaj.v2n2.p1-4 Industri Laundry terhadap Mortalitas dan
Rahmaniati M, A., Ulfah, M., & Mulangsari, D. Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis
A. K. (2018). Standarisasi Parameter Non niloticus). Seminar Nasional XII
Spesifik Ekstrak Etanol Daun Pegagan Pendidikan Biologi FKIP UNS, 822–828.
(Centella asiatica L.) Di Dua Tempat Yuliyanti, M., Husada, V. M. S., Fahrudi, H. A.
Tumbuh. Jurnal Inovasi Teknik Kimia, A., & Setyowati, W. A. E. (2019). Quality
3(1). and Detergency Optimization, Liquid
https://doi.org/10.31942/inteka.v3i1.2128 Detergent Preparation, Mahogany Seed
Rijai, L. (2012). Beberapa Tumbuhan Obat Extract (Swietenia mahagoni). JKPK
Asal Kalimantan Timur Sebagai Sumber (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia),
Saponin Potensial. Journal Of Tropical 4(2), 65.
Pharmacy And Chemistry, 1(4), 301–306. https://doi.org/10.20961/jkpk.v4i2.32750
https://doi.org/10.25026/jtpc.v1i4.40
Setiawan, F. A. dan Y. (2019). Analisa Kualitas
Air Dengan Pendekatan Driving Force ,
Pressure , State , Impact , Response (
Dpsir ): Studi Kasus Kabupaten Kutai
Barat. Jurnal “Teknologi Lingkungan,”
24–30.
SNI 4075-1:2017 (p. 15). (2017).
Subagiyo, L., Nuryadin, A., Sulaeman, N. F., &
Widyastuti, R. (2019). Water quality

P-ISSN: 2623- envirotek.upnjatim.ac. 9


1336 E-ISSN:

Anda mungkin juga menyukai