Emy Puji Astuty - Laporan Pendahuluan Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambawang
Emy Puji Astuty - Laporan Pendahuluan Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambawang
DI SUSUN OLEH
EMY PUJI ASTUTY
NIM.211122010
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa darah disertasi dengan munculnya gejala utama yang khas, yakni
urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar. (Bilous dan Donelly, 2015).
Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes terjadi karena adanya masalah
dengan produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu tidak diproduksi
dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin.
Penyakit diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah atau kadar gula dalam darah dan insulin
dibu- tuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar
gula dalam darah. (Manurung, 2018).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (PERKENI, 2021). Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah,yang disertai dengan adanya
kelainan metabolik. Normalnya gula darah dikontol oleh insulin, suatu hormon yang
dihasilkan oleh pankreas, yang memungkinkan sel untuk menyerap gula di dalam
darah. Akan tetapi, pada diabetes terjadi defisiensi insulin yang disebabkan oleh
sekresi insulin dan hambatan kerja insulin pada reseptornya (Handaya, 2016).
Diabetes Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak akibat dari ketidak seimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan
insulin. Gangguan tersebut dapat berupa defisiensi insulin absolut, gangguan
pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas, ketidakadekuatan atau kerusakan reseptor
insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan kerusakan insulin sebelum bekerja
(Damayanti, 2019).
Diabetes Mellitus adalah Penyakit menahun (Kronis) berupa gangguan metabolik
yang ditandai dengan gula darah yang melebihi batas normal. Penyebab kenaikan
kadar gula darah tersebut menjadi landasan pengelompokan jenis Diabetes Mellitus
(Kementrian Kesehatan RI, 2020).
2. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus tipe I (immune mediated diabetes/IMD)
Diabetes Mellitus tipe I (immune mediated diabetes/IMD) yang
disebabkan kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pancreas
sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali. Insulin adalah hormone yang
dihasilkam oleh pankreas untuk mencerna gula dalam darah. Penderita diabetes
tipe 1 membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya (Kementrian Kesehatan
RI, 2020). Diabetes mellitus tipe I disebabkan karena reaksi autoimun yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga
tidak bisa memproduksi insulin sama sekali (International Diabetes Federation,
2021).
b. Diabetes Mellitus tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes/NIDDM)
Diabetes mellitus tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes/NIDDM)
terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh
tidak mampu merespon sepenuhnya insulin (International Diabetes Federation,
2021). Diabetes mellirus tipe II yang disebabkan kenaikan gula darah karena
penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas (Kementrian
Kesehatan RI, 2020). Penyakit diabetes ini terjadi karena tubuh tidak dapat
memproduksi hormon insulin yang mencukupi atau karen insulin tidak dapat
digunakan dengan baik (resistensi insulin) (Manurung, 2018). Diabetes mellitus
tipe II ditandai dengan resistensi insulin perifer dan penurunan peroduksi insulin,
disertai dengan inflamasi kronik darajat rendah pada jaringan perifer seperti
adipose, hepar dan otot. Beberapa dakade terakhir, adanya hubungan antara
obesitas dengan resistensi insulin terhadap inflamasi. Hal tersebut dianggap
sebagai kelainan imun (immune disorder). Kelainan metabolik lain yang berkaitan
dengan inflamasi juga banyak terjadi pada diabetes mellitus tipe II (PERKENI,
2021).
c. Diabetes pada kehamilan (Gestational Diabetes)
Diabetes gestasional ditandai dengan kenailan gula darah pada selama
masa kehamilan. Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke24 dan kadar gula
darah akan kembali normal setelah persalinan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Diabetes gestasional disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat
hamil yang bisa menghambat kerja insulin (International Diabetes Federation,
2021). Diabetes kehamilan (Gestational Diabetes) terjadi pada intoleransi glukosa
yang diketahui selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2- 4 % kehamilam.
Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan risiko terhadap
diabetes setelah 5 - 10 tahun melahirkan (Damayanti, 2019).
3. Etiologi
a. Retensi Insulin
Resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang lebih tinggi dari
normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan normoglikemia. Insulin tidak
dapat bekerja secara optimal di sel otot. Lemak dan hati akibatnya memaksa
pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika
produksi insulin oleh sel beta pancreas tidak adekuat untuk digunakan dalam
mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan
meningkat.
b. Disfungsi Sel Beta
Pankreas Disfungsi sel beta pankreas terjadi akibat dari kombinasi faktor
genetik dan faktor lingkungan. Beberapa teori yang menjelaskan bagaimana
kerusakan sel beta mengalami kerusakan di antaranya teori glukotoksisitas
(peningkatan glukosa yang menahun), lipotoksisitas (toksisitas sel akibat
akumulasi abnormal lemak), dan penumpukan amiloid (fibril protein didalam
tubuh).
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang juga memegang peranan penting dalam
terjadinya penyakit DMT2 yaitu adanya obesitas, makan terlalu banyak, dan
kurangnya aktivitas fisik. Penelitian terbaru telah meneliti adanya hubungan
antara DMT2 dengan obesitas yang melibatkan sitokin proinflamasi yaitu tumor
necrosis factor alfa (TNFa) dan interleukin-6 (IL-6), resistensi insulin, gangguan
metabolisme asam lemak, proses selular seperti disfungsi mitokondria, dan stres
retikulum endoplasma. Umumnya diabes mellitus disebabkan karena rusaknya
sel-sel B pulau Langerhans pada pankreas yang bertugas menghasilkan insulin,
oleh karena itu terjadilah kekurangan insulin. (Eva Decroli, 2019).
4. Patofisiologi
Eva Decroli, (2019) resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas
merupakan patofisiologi utama diabetes melitus tipe 2. Resistensi insulin banyak
terjadi pada orang-orang dengan berat badan berlebih atau obesitas. Kondisi ini
mengakibatkan insulin tidak dapat bekerja secara optimal pada sel otot, hati, dan
lemak yang mengakibatkan pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin
lebih banyak. Ketika insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas tidak adekuat,
maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan terjadi hiperglikemia kronis.
Hiperglikemia kronis yang terjadi terus menerus akan merusak sel beta pankreas dan
memperburuk resistensi insulin. ketika sel beta pankreas mengalami kerusakan dan
tidak dapat memproduksi insulin yang adekuat,maka fungsi sel beta pankreas akan
digantikan dengan jaringan amilod sehingga produksi insulin mengalami penurunan.
Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan insulin secara absolut.
5. Pathway
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan, yaitu perawat
melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasarklien. Tindakan
keperawatan meliputi tindakan keperawatan, observasi keperawatan, Pendidikan
kesehatan/keperawatan, dan tindakan medis yang dilakukan perawat (Saifudin, 2018).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, mebandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi
disusun menggunkan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
A : Analisa ualang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil Analisa respon klien (Fadhila,
2018).
D. KONSEP EVIDENCE BASED PRACTICE NURSING JAHE MERAH PADA
PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS
1. Definisi
Tanaman jahe (Zinger officinale Roscoe) termasuk kedalam keluarga
Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput – rumput tegak dengan ketinggian 30 -
100cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120cm. Daunnya sempit, berwarna
hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga unga gelap berbintik - bintik
putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang bercabang -
cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan berserat (dalam Pambudi
prio,2018). dikenal juga dengan nama latin Zingiber officinale var. Jahe merah
memiliki rasa yang sangat pedas dengan aroma yang sangat tajam sehingga sering
dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jahe dan bahan obat – obatan. Jahe merah
memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan lebih kecil dibandingkan dengan jahe
putih kecil atau sama seperti jahe kecil dengan serat yang kasar. Jahe ini memiliki
kandungan minyak atsiri sekitar 2,58 s.d 3,90% dari berat kering. Jahe merah memiliki
kandungan air 81%. Selain itu jahe merah mempunyai kandungan oleoresin 5 s.d 10%.
Khusus untuk jahe merah
2. Penelitian Penggunaan Jahe Merah Pada Penurunan Kadar Glukosa Darah
Pengaruh Pemberian Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Glukosa Darah Pasien
Diabetes Mellitus yang diteliti oleh Idola Perdana Sulistyoning Suharto, Erik Irham
Lutfi, Mega Diasty Rahayu. Diabetes Mellitus adalahsekelompok penyakit metabolik
yangdicirikan dengan adanya kondisi hiperglikemia(peningkatan level glukosa darah)
yang dikarenakan adanya kelainan dalam hal sekresi insulin, kelainan kerja dari insulin
atau mungkin bisa keduanya.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek
pemberian jahe (Zingiber officinale) terhadap glukosa darah pasien diabetes mellitus.
Pendekatan digunakan adalah one group pretest – posttest design. Sampel
penelitian adalah keseluruhan objek penderita Diabetes Mellitus yang tidak
menggunakan insulin ataupun sudah lama tidak menggunakan insulin sebanyak 16
sampel. Teknik pengambilan sempel yang digunakan adalah metode total sampling
yaitu dengan cara pengambilan sampel pada semua populasi. Peneliti menggunakan
alat ukur glukotest dan lembar observasi untuk mengukur kadar gula darah. Bahan
yang digunakan untuk penelitian ini adalah air rebusan jahe, gelas, glukotest dan data
calon responden penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Sukorame Kota Kediri.
Rebusan jahe dibuat dengan cara memasukkan 50 mg jahe ke dalam 200 mL air,
direbus hingga volume air menjadi 100 mL. Penelitian ini menggunakan pendekatan
the one group pretest – posttest design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pemberian jahe dan variabel terikatnya adalah glukosa darah. Terdapat 16 pasien
diabetes mellitus yang diberikan jahe (Zingiber officinale). Jahe diberikan dua kali
sehari selama seminggu.
Dosis pemberian jahe yaitu 50 mg jahe direbus dengan 200 ml air. Jahe
mempunyai kandungan bahan aktif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Bahan
aktif tersebut adalah gingerol dan shogaol. Kedua bahan aktif tersebut merupakan
urunan dari senyawa flavonoid dan fenol yang berfungsi sebagai antidiabetes(Yanto,
Mahmudati, & Susetyorini, 2016) Dengan adanya efek antidiabetes, maka pemberian
jahe pada pasien dengan diabetes mellitus akan menurunkan kondisi hiperglikemia
dengan jalan menurunkan kadar glukosa plasma pada pasien. Data dianalisis
menggunakan uji wilcoxon signed rank. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji
wilcoxon signed rank didapatkan perbedaan yang signifikan) kadar glukosa darah
antara sebelum dan setelah pemberian jahe (Zingiber officinale) dengan (α<00,5 dan
p-value = 1000 Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah terdapat perbedaan kadar
glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian jahe pada pasien diabetes mellitus.
3. Standar Operasional Prosedur Jahe Merah Pada Penderita Daibetes
a. Persiapan Alat
1) Bubuk jahe merah yang sudah dihaluskan dengan berat 8gr
2) Air hangat
3) Sendok
4) Gelas
b. Persiapan Pasien
1) Lakukan interaksi awal melalui komunikasi interpersonal dengan pasien
2) Berikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan
3) Anjurkan pasien untuk rileks sebelum dilakukan pemberian terapi
c.Prosedur
1) Siapkan bubuk jahe merah
2) Jahe merah yang sudah digiling sampai halus jahe merah tersebut
3) kemudian di simpan dalam toples atau plastik dengan isi 8gr setiap plastik
4) Jahe yang bubuk lalu dimasukan ke gelas seduhan dengan air panas kemudian
tambahkan gula merah, madu, atau gula batu secukupnya.
5) Setelah diseduh jahe siap di minum, diberikan 2 kali sehari 30 menit sesudah
makan pagi jam 07.30- 09.00 sesudah makan dan sore jam 16.00- 08.00 sesudah
makan. (Rismunandar & Farry (2014) dalam Ade dkk (2022)).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah (12th ed.; Eka Anisa Mardela, Ed.).
Jakarta:Penerbit Buku Coghlan, B., Mulumba, F., Stewart, T., & Brennan, R. J. (2018).
Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9),1689–1699.
Corwin, Elizabeth J. (2019). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Fakultas Kedokteran
Fitrianti Dewi, Selvy Afrioza, (2022). Pengaruh Air Rebusan Jahe Merah (Zingiber Officinale
Var.
Rubrum)Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di Desa Mekarjaya.
Nusantara Hasana Jurnal, 2 (4), 148-155.
Mahyar, S. dkk. (2018). Konsep Dasar Keperaawatan. Jakarta : Trans Info Medika.
Suharto, Idola P. Sulistyoning., Lutfi, E. Irham, & Rahayu, Mega D. (2019). Pengaruh
Pemberian
Jahe(Zingiber officinale) terhadap Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus. Care:Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan, 7(3), 76-83
Yanti, S. (2021) The effect of ginger on blood glucose levels in diabetes mellitus patients.
Journal
of Health,Nursing and Society, 1(1), 20-22.