Anda di halaman 1dari 17

Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456

E-ISSN 2746-6876

KAJIAN BIOLOGI DAN EKONOMI PERIKANAN BAWAL PUTIH (Pampus


argenteus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) KABUPATEN KEBUMEN,
JAWA TENGAH

Oleh

Andi Mi’rajusysyakur Muchlis


Email: andisyakur21@gmail.com

Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma


Jl. Puang Haji Daud No. 4 Kota Palopo

ABSTRAK

Bawal putih merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomis yang
didaratkan di TPI Kab. Kebumen. Upaya penangkapan yang masih tradisional
membutuhkan pengelolaan yang tepat untuk dapat memaksimalkan keuntungan
ekonomi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek biologi, aspek
perikanan, dan aspek ekonomi ikan bawal putih di Kabupaten Kebumen. Data
aspek biologi diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang dan berat ikan
bawal putih yang didaratkan di TPI Kabupaten Kebumen. Sampel ikan yang
diambil adalah sebanyak 820 ekor ikan bawal putih, yang dibagi ke 8 (delapan)
titik pendaratan ikan di kabupaten Kebumen. Pengambilan sampel ikan dari tiap
kapal dilakukan dengan metode sampling acak. Data aspek perikanan dibagi atas
dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data unit
penangkapan, fishing ground, metode penangkapan ikan, harga ikan hasil
tangkapan dan biaya operasional penangkapan. Pengambilan responden
ditentukan dengan aksidental sampel (accidential sample). Data sekunder meliputi
data berkala (time series) hasil tangkapan dan upaya penangkapan di Kabupaten
Kebumen selama 5 (lima) tahun terakhir. Pada Bulan Februari ditemukan TKG II;
Bulan Maret ditemukan TKG II, TKG III. Dan TKG V; pada Bulan April berada pada
TKG II, III, dan V. Hubungan panjang berat menunjukkan nilai b tertinggi ada pada
bulan Maret dengan nilai 3,264, nilai b terendah berada pada bulan April dengan
nilai 3,175. Hasil dugaan potensi lestari yakni, nilai MSY = 376.545 kg/tahun
dengan effort optimum (fopt) 241.704 trip/tahun. Kondisi MEY menunjukkan biaya
total (Total Cost/TC) adalah Rp19.391.840.000,-/tahun dan pendapatan total
(Total Revenue/TR) adalah Rp29.189.788.000,-/tahun. Pada kondisi MEY
keuntungan terbesar adalah Rp9.797.948.000,-. Pada kondisi MSY keuntungan
yang diperoleh akan menurun menjadi Rp111.442.554,-/tahun. Pada kondisi OAE
terjadi titik impas antara TC dengan TR.

Kata Kunci: Ikan Bawal Putih, Panjang Berat, Fishing ground, MSY, MEY

ABSTRACT

White pomfret is a type of fish with economic value that is landed at TPI
Kab. Kebumen. Traditional fishing efforts require proper management in order to
maximize economic benefits. The purpose of this study was to determine the
biological aspects, fisheries aspects, and economic aspects of white pomfret in
Kebumen Regency. Biological aspect data was obtained by measuring the length
and weight of white pomfret landed at TPI, Kebumen Regency. Fish samples taken
were 820 white pomfret fish, which were divided into 8 (eight) fish landing points in
Kebumen district. Sampling of fish from each ship was carried out by random

27 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

sampling method. Fisheries aspect data is divided into two, namely primary data
and secondary data. Primary data includes data on fishing units, fishing grounds,
fishing methods, prices of fish caught and fishing operational costs. Sampling of
respondents was determined by accidental sample (accidential sample).
Secondary data includes periodic data (time series) of catches and fishing effort in
Kebumen Regency for the last 5 (five) years. In February found TKG II; In March
found TKG II, TKG III. And TKG V; in April it was at TKG II, III, and V. The long-
weight relationship showed that the highest b value was in March with a value of
3.264, the lowest b value was in April with a value of 3.175. The estimated results
of sustainable potential are MSY = 376,545 kg/year with an optimum effort (fopt)
of 241,704 trips/year. The MEY condition shows that the total cost (Total Cost/TC)
is IDR 19,391,840,000/year and the total revenue (Total Revenue/TR) is IDR
29,189,788,000/year. Under MEY conditions, the biggest profit is IDR
9,797,948,000. In the MSY condition, the profits will decrease to IDR
111,442,554/year. In the OAE condition, there is a breakeven point between TC
and TR.

Keywords: White Pomfret, Long Weight, Fishing ground, MSY, MEY

PENDAHULUAN tempuh hanya satu hari atau “one


Kabupaten Kebumen terletak day fishing”, dan dengan peralatan
di Provinsi Jawa Tengah dengan luas yang memenuhi syarat. Potensi
wilayah darat 128.111,50 ha atau sumber daya alam yang melimpah
1.281,115 km2 dan wilayah laut 6.867 ini, memerlukan penanganan yang
km2. Secara astronomis terletak serius agar aset alami tersebut dapat
diantara 109o 22’ – 109o 50’ Bujur dipertahankan dan digunakan secara
Timur dan 7o 27’ –7o 50’ Lintang optimal untuk kesejahteraan rakyat
Selatan. Letak memanjang dibagian dengan tetap memperhatikan
selatan Pulau Jawa menjadikan kelestarian lingkungan dan azas
Kebumen sebagai daerah yang manfaat sehingga produktifitasnya
memiliki banyak pantai dan dapat terus berlanjut (Dahuri et al.
difungsikan sebagai daerah wisata 2001).
ataupun perikanan. Menurut laporan Meskipun sumberdaya ikan
tahunan Dinas Peperla (Dinas merupakan sumberdaya yang dapat
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan pulih, tuntutan pemenuhan
Kebumen) tahun 2010 dalam Ghofar, kebutuhan akan sumberdaya
dkk (2013), jumlah produksi tersebut akan diikuti oleh tekanan
perikanan laut di Kabupaten eksploitasi sumberdaya ikan yang
Kebumen pada Tahun 2010 juga semakin intensif. Jika tidak
sebanyak 468,87 ton dengan nilai dikelola secara bijaksana, sangat
produksi Rp 10.011.172.355. Dan dikhawatirkan pemanfaatan
pada tahun 2011 produksi mencapai sumberdaya secara intensif akan
3.676,86 ton dengan nilai Rp mendorong usaha perikanan ke
33.358.435.080 terjadi kenaikan jurang kehancuran dan terjadinya
produksi sebesar 684% dan nilai berbagai konflik terhadap
produksi 233% pada tahun 2011 sumberdaya ikan. Salah satu jenis
dibanding tahun 2010. ikan yang didaratkan di tempat
Kondisi armada perikanan pelelangan ikan di Kabupaten
yang ada, sampai dengan saat ini Kebumen adalah ikan bawal putih
masih didominasi oleh perikanan (Pampus argenteus).
artisanal, yang pada umumnya Ikan bawal putih (Pampus argenteus)
melakukan operasi penangkapan di merupakan salah satu ikan ekonomis
perairan pantai dengan waktu penting di Indonesia yang dalam

28 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

kondisi segar banyak dibutuhkan putih, yang dibagi ke 8 (delapan) titik


restoran makanan laut (seafood) dan pendaratan ikan di kabupaten
hotel-hotel berbintang. Hidangan ikan Kebumen yang terdiri dari 3 TPI
bawal putih ditonjolkan sebagai besar dan 5 TPI kecil. Pengambilan
hidangan pilihan berbagai variasi sampel tiap TPI dilakukan dengan
makanan. Tingginya kandungan gizi cara sampling per minggu (1 minggu
dari produk perikanan, berpengaruh untuk 1 TPI) selama 3 bulan. Untuk 3
pada peningkatan pembelian TPI besar rata-rata kapal yang
konsumen. Kondisi ini menyebabkan mendarat tiap hari adalah sebanyak
perlu adanya pengelolaan perikanan 49 kapal yang dimana diambil 10%
bawal putih, yang bertujuan agar dari jumlah kapal yang mendarat
pemanfaatan sumberdaya perikanan yaitu 4-5 kapal/hari. Sedangkan
dapat berkesinambungan. Untuk untuk 5 TPI kecil rata-rata kapal yang
mewujudkan tujuan ini diperlukan mendarat adalah sebanyak 3
pendekatan proaktif dan berusaha kapal/hari. Pengambilan sampel ikan
secara aktif menemukan cara untuk dari tiap kapal dilakukan dengan
mengoptimalkan keuntungan metode sampling acak. Sampling
ekonomi dan sosial dari sumberdaya dilakukan setelah proses pelelangan
yang tersedia (Suadi, 2008). selesai dengan meminjam ikan pada
Berdasarkan hal tersebut, penulis bakul untuk dilakukan pengukuran
merasa perlu untuk melakukan panjang dan berat ikan bawal putih
penelitian untuk mengetahui aspek tersebut. Rata-rata ikan yang
biologi, aspek perikanan, dan aspek dijadikan sampel adalah 6
ekonomi ikan bawal putih di ekor/kapal, dimana jika jumlah ikan
Kabupaten Kebumen. bawal ≥ 30 ekor maka diambil sampel
sekitar 10% dari jumlah ikan. Namun,
METODE PENELITIAN bila jumlah ikan yang tertangkap < 30
ekor, maka semuanya diambil
Waktu dan Tempat menjadi sampel.
penelitian dilakukan selama 3 Setelah ikan sampel
(tiga) bulan, sejak 5 Februari 2014 diperoleh, kemudian dilakukan
sampai dengan 5 Mei 2014 di Tempat pengukuran panjang ikan bawal putih
Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten yang tertangkap dengan
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah menggunakan mistar. Pada
penelitian ini yang digunakan adalah
Metode Pengambilan Data panjang cagak (fork length) yaitu
Aspek Biologi mengukur panjang ikan mulai dari
Data aspek biologi diperoleh ujung mulut hingga pangkal ekor.
dengan melakukan pengukuran Kemudian ikan ditimbang beratnya
panjang dan berat ikan bawal putih menggunakan timbangan digital
yang didaratkan di TPI Kabupaten sehingga diperoleh data panjang dan
Kebumen. Sampel ikan yang diambil berat dari tiap sampel ikan yang
adalah sebanyak 820 ekor ikan bawal didaratkan.

29 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Aspek Perikanan dan Ekonomi kebetulan, yaitu siapa saja yang


Data aspek perikanan dibagi secara kebetulan bertemu dengan
atas dua yaitu data primer dan data peneliti dapat digunakan sebagai
sekunder. Pengambilan Data primer sampel, bila dipandang orang yang
dengan menggunakan kuisioner kebetulan ditemui itu cocok sebagai
yang didistribusi ke nelayan setempat sumber data (Anshori dan Iswati,
mencakup data unit penangkapan, 2009).
fishing ground, metode penangkapan Data sekunder yang
ikan, harga ikan hasil tangkapan dan diperlukan adalah data berkala (time
biaya operasional penangkapan. series) hasil tangkapan dan upaya
Penentuan jumlah sampel penangkapan di Kabupaten
yang digunakan diperoleh dari Kebumen selama 5 (lima) tahun
pendapat Slovin (Umar, 2008) yaitu terakhir. Data ini diperoleh dari
𝑁 laporan tahunan Dinas Kelautan dan
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2 Perikanan Kabupaten Kebumen.
Dimana: Data ini kemudian di validasi untuk
n = ukuran sampel memastikan bahwa hasil produksi
N = ukuran populasi tiap tahunnya benar-benar berasal
e = persen kelonggaran dari perairan Kebumen.
ketidaktelitian karena
kesalahan mengambil Analisis Data
sampel, dalam praktek ini Analisis data untuk Aspek biologi
diambil nilai e = 10% (0,1) menggunakan rumus hubungan
Jumlah sampel nelayan yang panjang berat. Aspek perikanan
digunakan diambil dari jumlah kapal dianalisis dengan menghitung CPUE
yang beroperasi secara aktif di dan MSY menggunakan metode
kabupaten kebumen yaitu 908 kapal. surplus produksi, parameter ekonomi
Maka dari jumlah kapal tersebut dengan menggunakan model bio-
diambil sampel 91 kapal, dengan ekonomi Gordon-Schaefer
tingkat kesalahan 10%. Pengambilan Pengolahan data
sampel ini dibagi ke 8 (delapan) TPI menggunakan software Microsoft
yang beroperasi di kebumen. Excel untuk membantu memudahkan
Pengambilan responden perhitungan surplus produksi,
ditentukan dengan aksidental sampel parameter bio-ekonomi dan regresi
(accidential sample) yaitu teknik dan ArcView GIS 3.3 untuk
pengambilan sampel berdasarkan

30 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

menggambarkan daerah b < 3 = Pertumbuhan ikan bawal putih


penangkapan ikan (fishing ground). alometrik negatif (pertumbuhan
panjang lebih cepat dari
Analisis Aspek Biologi pertumbuhan berat).
Analisa data panjang dan berat b > 3 = Pertumbuhan ikan bawal putih
ikan bawal putih (Pampus argenteus) alometrik positif (pertumbuhan berat
menggunakan model Sparre dan lebih cepat dari pertumbuhan
Venema, (1999) : panjang).
W(i) =q L(i) b
dimana : Analisis Aspek Perikanan
W(i) = Berat ikan ke i (gram) Data yang digunakan berupa
L(i) = Panjang ikan ke I (cm) data hasil tangkap (catch) dan upaya
q dan b= parameter-parameter tangkap (effort). Menurut Schaefer
Persamaan ditranformasikan ke (1954) dalam Sparre dan Venema
dalam persamaan linier sebagai (1999), hubungan hasil tangkap
berikut : (catch) dengan upaya tangkap
Ln W = Ln a + Ln b (effort) adalah
menjadi persamaan regresi linier 𝑌 𝑌(𝑖)
sederhana yakni sebagai berikut : = , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛
𝑓 𝑓(𝑖)
y(i) = a + bx(i) dimana :
dimana : Y : hasil Tangkapan
y(i) = Ln W(i) f : upaya penangkapan
x(i) = Ln L(i)
a = ln q Hubungan CPUE dengan upaya
b = slope (kemiringan) tangkap adalah:
Untuk mengetahui nilai ∑x, ∑y, ∑xy, 𝑌(𝑖)
= 𝑎 + 𝑏 ∗ 𝑓(𝑖),
∑x2, ∑y2, (terkolerasi) a, b, dan r 𝑓(𝑖)
diperoleh dari persamaan berikut : Upaya tangkap optimum
(𝑌)2 dihitung dengan rumus;
∑ 𝑦2 = ∑ 𝑌2 − a
𝑁
(𝑋)(∑ 𝑌)
𝑓𝑜𝑝𝑡 = − 2𝑏 ,
∑ 𝑥𝑦 = ∑ 𝑋𝑌 − dimana
𝑁
∑ 𝑥𝑦 fopt : upaya pengkapan optimum
𝑏= ∑ 𝑥2
a = y − (b ) x Penghitungan nilai MSY:
𝑎2
(  xy )
2
𝑀𝑆𝑌 = − 4𝑏,
r =2

(  x )(  y )
2 2
Dimana,
dimana : MSY : total hasil tangkapan pada
∑x = ∑ ln L kondisi lestari maksimum
∑y = ∑ ln W Y : hasil tangkapan ikan (yield),
∑xy = ∑ (ln L) (lnW) yaitu keseluruhan hasil tangkapan
∑x² = ∑ (ln L)² suatu jenis ikan
∑y² = ∑ (ln W) f : upaya penangkapan ikan
N = jumlah sampel (ekor) (effort).
a = intercept (perpotongan antara
garis regresi linier dengan sumbu x) Analisis Aspek Ekonomi
b = slope (kemiringan garis regresi) Model bioekonomi static
dimana jika: (Gordon Schaefer) digunakan
b = 3 = Pertumbuhan ikan bawal putih dengan asumsi dalam model statik
isometrik (pertumbuhan panjang Gordon Schaefer ini adalah harga
sebanding dengan pertumbuhan ikan per kg (p) dan biaya
berat). penangkapan per unit upaya tangkap
adalah konstan. Model ini disusun

31 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

dari model parameter biologi, biaya 𝜋 = p.C - c.E


operasi penangkapan dan harga 𝜋 = p (aE – bE2) – cE
ikan.
𝑎𝑝−𝑐
𝑓𝑀𝐸𝑌 = 2𝑝𝑏 dan 𝑀𝐸𝑌 = 𝑎 ∗ HASIL DAN PEMBAHASAN
2
𝑓𝑀𝐸𝑌 − 𝑏 ∗ 𝑓𝑀𝐸𝑌
Aspek Biologi Bawal Putih
(Pampus argenteus)
Dimana:
fMEY : upaya untuk mencapai nilai
1. Distribusi Frekuensi Panjang
MEY
Ikan Bawal Putih (Pampus
MEY : Maximum economic yield
argenteus)
p : harga rata-rata ikan hasil
Ikan bawal putih (Pampus
survai per kg (Rp)
argenteus) yang tertangkap pada
c : total pengeluaran rata-rata
bulan Februari memiliki sebaran
unit penangkapan ikan (Rp)
distribusi frekuensi panjang antara
𝑎𝑝−𝑐 16–27,2 cm. Jumlah ikan yang paling
𝑓𝐸𝑄 = 𝑝𝑏
dan 𝑂𝐴𝐸 = 𝑎 ∗ 𝑓𝐸𝑄 − banyak tertangkap pada bulan
2 Februari memiliki kisaran panjang
𝑏 ∗ 𝑓𝐸𝑄
Dimana: 17,5–18,9 cm sebanyak 114 ekor
fEQ : upaya untuk mencapai nilai ikan, sedangkan jumlah terendah
OAE adalah kisaran 26,5–27,9 cm masing-
OAE : Open access equilibrium masing 2 ekor. Pada bulan Maret,
p : harga rata-rata ikan hasil sebaran distribusi frekuensi panjang
survai per kg (Rp) ikan bawal putih yang tertangkap
c : total pengeluaran rata-rata adalah antara 16–26,8 cm. Jumlah
unit penangkapan ikan (Rp) ikan yang paling banyak tertangkap
memiliki kisaran panjang 17,5–18,9
Total penerimaan nelayan cm sebanyak 75 ekor, sedangkan
dari usaha penangkapan (TR) adalah yang terendah adalah pada kisaran
: panjang 26,5–27,9 cm sebanyak 1
TR = p . C ekor. Pada bulan April, sebaran
dimana : distribusi frekuensi panjang ikan
TR : total revenue (penerimaan total) bawal putih yang tertangkap adalah
p : harga rata-rata ikan hasil antara 16–29 cm. Jumlah ikan yang
survai per kg (Rp) paling banyak tertangkap memiliki
C : jumlah produksi ikan (kg) kisaran panjang antara 19–20,4 cm
sebanyak 84 ekor, sedangkan yang
Total biaya penangkapan (TC) terendah adalah pada kisaran 28–
dihitung dengan persamaan : 29,4 cm sebanyak 1 ekor (lihat
TC = c. E Gambar 2).
dimana : Pada kelompok panjang 17,5-
TC : total cost (biaya 18,9 cm, ikan bawal putih berada
penangkapan total) pada TKG II, pada kelompok panjang
c : total pengeluaran rata-rata 19-20,4 cm dan 20,5-21,9 cm, ikan
unit penangkapan ikan (Rp) bawal putih berada pada TKG II, III
E : jumlah upaya penangkapan dan V (Kuthalingam, 1963). Ikan
untuk menangkap sumberdaya ikan yang tertangkap pada bulan Februari
(unit) didominasi oleh ikan bawal putih
pada TKG II. Penangkapan ikan
Sehingga keuntungan bersih usaha dengan kondisi seperti ini
penangkapan ikan (𝜋) adalah: menyebabkan ikan yang tertangkap
𝜋 = TR – TC sebelum sempat memijah. Apabila
hal ini terus berlangsung, maka

32 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

dikhawatirkan akan terjadi ukuran tersebut sudah dapat


overfishing terhadap sumberdaya ditangkap, namun masih diperlukan
ikan bawal putih tersebut regulasi untuk mengatur upaya
dikarenakan tidak adanya regenerasi penangkapan sumberdaya ikan
dari jenis ikan tersebut. Berbeda dari bawal putih. Dengan memberikan
bulan Februari, pada bulan Maret ini kesempatan kepada ikan untuk
terlihat hasil tangkapan yang memijah (minimal 1 kali), maka akan
didaratkan cukup merata dan ada regenerasi dari ikan tersebut. Hal
terdapat ikan bawal putih yang ini diharapkan akan mampu
berada pada TKG V. Pada bulan April menjadikan sumberdaya ikan tetap
didominasi oleh ikan bawal putih berkelanjutan Sehingga diperlukan
pada TKG II, III dan V yang adanya regulasi yang mengatur
menunjukkan kondisi ikan bawal upaya penangkapan ikan bawal putih
putih tersebut telah memijah sekali di perairan Kabupaten Kebumen,
pada kelompok panjang tersebut. baik dari operasi penangkapannya
Sehingga secara biologis pada maupun alat tangkap yang digunakan
.
120 114
100
80 64
Jumlah Ikan (ekor)
Februari

60
40 25 30
13 12
20 3 2
0

Kelas Panjang

80 75 68 65
60 43
Jumlah Ikan (ekor)

40 26
Maret

20 10 6 1
0

Kelas Panjang

100 84
80
57
Jumlah Ikan (ekor)

60 52
36
40 18
April

20 3 6 6 1
0

Kelas Panjang

Gambar 2. Distribusi frekuensi panjang ikan bawal putih, Bulan Februari-April 2014

33 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

Berdasarkan hasil distribusi adanya pertumbuhan pada kelompok


frekuensi panjang ikan bawal putih panjang 17,5-18,9 cm menjadi
selama 3 (tiga) bulan, dapat terlihat kelompok panjang 19-20,4 cm.
perbedaan frekuensi panjang ikan Dengan mengetahui pola
yang tertangkap setiap bulannya. Ini pertumbuhan pada ikan bawal putih
menunjukkan pola pertumbuhan dari tersebut maka regulasi dalam upaya
ikan bawal putih tersebut dalam 3 penangkapan ikan bawal putih akan
bulan. Pada bulan Februari ikan lebih efektif. Hal ini tentu saja harus
bawal putih yang tertangkap didukung dengan pengetahuan
didominasi oleh ikan yang berukuran tentang ukuran ikan bawal putih saat
antara 17,5–18,9 cm. Pada bulan memijah pertama kali. Pengetahuan
Maret ikan bawal putih yang mengenai kedua hal tersebut diatas
tertangkap terbanyak pada kisaran dapat memberikan regulasi yang
17,5-18,9 cm. Namun pada bulan ini tepat bagi usaha penangkapan ikan
sebarannya frekuensi panjangnya bawal putih dan keberlanjutannya.
cukup merata pada kisaran 17,5–
18,9 cm sebanyak 75 ekor, pada
kisaran 19–20,4 cm sebanyak 68 2. Hubungan Panjang dan Berat
ekor dan pada kisaran 20,5–21,9 cm Pengamatan hasil tangkapan
sebanyak 65 ekor. Pada bulan April ikan bawal putih (Pampus argenteus)
ikan bawal yang tertangkap yang tertangkap dengan jaring
terbanyak pada kisaran 19–20,4 cm. insang (gill net) dan didaratkan di 8
Kelompok panjang 17,5-18,9 cm TPI Kabupaten Kebumen selama 3
menunjukkan penurunan frekuensi bulan (5 Februari – 5 Mei) 2014,
selama 3 bulan, sedangkan didapatkan hasil pengukuran
kelompok panjang 19–20,4 cm sebanyak 820 ekor ikan bawal putih,
menunjukkan peningkatan jumlah dan hasil perhitungan panjang berat
frekuensi. Hal ini mengindikasikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan panjang berat ikan bawal putih (Pampus argenteus)


Bulan Nilai persamaan Pola
a b R pertumbuhan
Februari -4,108 3,247 0,999 W = 0,016 L 3,247 Allometrik positif
Maret -4,133 3,264 0,999 W = 0,016 L 3,263 Allometrik positif
April -3,870 3,176 0,999 W = 0,021 L 3,175 Allometrik positif

Berdasarkan Tabel 1. di 8 TPI Kabupaten Kebumen.


diperoleh hasil analisis hubungan Pengukuran terhadap 820 ekor ikan
panjang dan berat ikan bawal putih bawal putih yang tertangkap terbagi
(Pampus argenteus) yang didaratkan dalam 3 bulan.

1000
800
Berat (gr)

600
WW== 0,016
0,016L L
3,247

400 3,247
200
0
0 10 20 30
Panjang (cm)

34 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

1000
800

Berat (gr)
600
W = 0,016
400 L 3,263
200
0
0 10 20 30
Panjang (cm)

1200
1000
800
Berat (gr)

600 W = 0,021
400 L 3,176

200
0
0 10 20 30 40
Panjang (cm)

Gambar 3. Hubungan panjang berat ikan bawal putih pada bulan Februari, Maret,
dan April 2014

Berdasarkan hasil ikan tersebut berada pada TKG II, III


perhitungan pada bulan Februari, dan V. Hal ini juga turut
pengukuran ikan sebanyak 263 ekor, mempengaruhi berat tubuh ikan.
diperoleh persamaan W=0,016L3,247, Selain itu kondisi perairan laut
pada bulan Maret, pengukuran ikan Kabupaten Kebumen (Samudera
sebanyak 294 ekor, diperoleh Hindia) yang memiliki arus yang
persamaan W=0,016L3,263, dan pada cukup kuat, memberikan suplai
bulan April, pengukuran ikan makanan yang cukup baik sehingga
sebanyak 263 ekor, dimana diperoleh turut menjadi salah satu faktor yang
persamaan W=0,021L3,176. Ini berarti mempengaruhi kondisi ikan sehingga
bahwa pertumbuhan ikan bawal putih menyebabkan b > 3 (Allometrik
pada waktu tersebut adalah bersifat positif).
alometrik positif (b>3) yaitu, Berdasarkan hasil dari
pertumbuhan berat lebih cepat hubungan panjang dan berat, maka
daripada pertumbuhan panjang. diketahui nilai b tertinggi ada pada
Secara biologis nilai b berhubungan bulan Maret dengan nilai 3,264,
dengan kondisi ikan. Sebagai ikan sedangkan nilai b yang terendah
demersal, aktifitas yang rendah dan berada pada bulan April dengan nilai
gerak ruaya yang sempit (tidak jauh) 3,175. Hal ini disebabkan karena
tentu berdampak pada kondisi ikan pada bulan Maret kondisi ikan bawal
itu sendiri. Kondisi ikan bawal putih putih yang tertangkap memiliki
pada bulan Februari adalah berada distribusi yang merata pada tiap
pada TKG II, pada bulan Maret, kelompok panjang yang memiliki
diketahui bahwa kondisi ikan bawal TKG II, III dan V sehingga
putih berada pada TKG II, III dan V, mempengaruhi berat tubuhnya.
dan pada bulan April menunjukkan Sedangkan pada bulan April kondisi

35 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

ikan bawal putih yang tertangkap Perjalanan ke daerah penangkapan


didominasi oleh kelompok panjang ikan memerlukan waktu sekitar 1-3
yang memiliki TKG II, III dan V. jam, tergantung jarak ke daerah
Namun, dengan menurunnya nilai b penangkapan ikan. Semakin jauh
yang mempengaruhi berat tubuh daerah penangkapan ikan, maka
ikan, maka diindikasikan bahwa pada akan semakin awal berangkatnya.
bulan April mayoritas ikan bawal Penentuan daerah penangkapan
putih telah berada pada kondisi TKG ikan dilakukan berdasarkan
V dimana telah melakukan pemijahan pengalaman dan informasi dari
yang mempengaruhi berat tubuh ikan nelayan lainnya.
tersebut. Kegiatan pemasangan jaring sirang
dilakukan dengan menurunkan
Aspek Perikanan pelampung tanda dan pemberat
1. Alat Tangkap dan Teknik utama. Kemudian sambil kapal
Penangkapannya bergerak perlahan, pemberat yang
Jenis kapal yang digunakan terbuat dari semen diturunkan
oleh nelayan di kabupaten Kebumen sehingga badan jaring ikut turun
adalah kapal kecil dengan ukuran 1 kedalam air. Setelah penebaran
GT dengan mesin berkekuatan 15 jaring selesai, maka jaring dibiarkan
PK. Kapal beroperasi dengan 0,5–1 jam.
menerapkan one day fishing, yaitu
melakukan penangkapan ikan dalam 2. Daerah Penangkapan Ikan
sehari (berangkat pagi, pulang sore). (Fishing Ground)
Operasi penangkapannya dilakukan Pengetahuan tentang daerah
oleh 2 orang, 1 orang sebagai juru penangkapan ikan merupakan salah
mudi sedangkan yang 1 orang satu faktor yang mendukung
lainnya bertugas menyiapkan jaring. keberhasilan pelaksanaan kegiatan
Operasi penangkapan ikan penangkapan ikan. Penentuan
bawal putih (Pampus argenteus) di daerah penangkapan ikan harus
perairan kabupaten Kebumen sesuai dengan jenis alat tangkap
dilakukan menggunakan jaring sirang yang digunakan dan jenis ikan yang
atau gill net ukuran 4,5-5,5 inch. akan ditangkap. Nelayan di
Jaring sirang saat setting berkisar Kabupaten Kebumen menentukan
900–2.100 m dan tinggi jaring daerah penangkapan ikan masih
berkisar 3–5 m dan dioperasikan di secara tradisional dan berdasarkan
dasar perairan. Tahap informasi dari sesama nelayan,
pengoperasian jaring sirang terdiri belum ada yang menggunakan
dari persiapan, pemasangan dan teknologi berupa GPS maupun
pengangkatan jaring. Fishfinder
Persiapan yang dilakukan Berdasarkan hasil
sebelum berangkat ke laut meliputi wawancara nelayan, maka dapat
penyiapan jarig, bekal, bahan bakar diketahui bahwa daerah
dan pemeriksaan mesin. Jaring penangkapan ikan (fishing ground)
disusun sedemikian rupa, sehingga untuk perikanan bawal putih di
bagian jaring dengan pelampung Kabupaten Kebumen berada pada
tanda diletakkan di bagian atas. 109o27’06”-109o46’12” BT dan
Posisi jaring diletakkan pada bagian 07o47’24”-07o51’00” LS. Adapun
tengah perahu. untuk persentase daerah
Setelah persiapan selesai, penangkapan ikan masyarakat
nelayan berangkat ke daerah Kebumen dapat dilihat pada Gambar
penangkapan ikan dan waktu 4.
pemberangkatan jam 05.00 WIB.

36 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

8% Ambal
B.pesantren
31% Klirong
24%
Logending
Petanahan
9% 7% Puring
9%
10% 2% Rowo

Gambar 4. Persentase daerah penangkapan ikan bawal putih di Kab. Kebumen

Berdasarkan Gambar 4, diperoleh baik untuk ikan bawal putih. Hal ini
informasi bahwa daerah disebabkan karena disekitar perairan
penangkapan ikan bawal putih tersebut terdapat 2 buah sungai yang
meliputi perairan Logending bermuara di daerah tersebut.
sebanyak 2%, Petanahan sebanyak Nelayan di Kabupaten Kebumen
10%, Puring sebanyak 9%, melakukan operasi penangkapan
Tanggulangin sebanyak 8%, Klirong ikan di jalur I, yaitu perairan 0-3 mil
sebanyak 9%, Bulus Pesantren laut dari pantai. Hal ini disebabkan
sebanyak 7%, Ambal sebanyak 31% karena ukuran kapal yang digunakan
dan Rowo sebanyak 24%. Perairan dalam proses penangkapan ikan
tersebut masih termasuk dalam bawal putih tidak memungkinkan
wilayah kabupaten Kebumen. Sesuai untuk melakukan penangkapan
dengan kebiasaan ikan bawal putih dengan jarak yang lebih dari 3 mil.
yang menyukai daerah dengan dasar Peta daerah penangkapan ikan
berlumpur dan terkadang berenang bawal putih dapat dilihat pada
mendekati sungai, maka perairan Gambar 5.
Ambal dan Rowo tentu akan sangat

Gambar 5. Peta Fishing Ground Ikan Bawal Putih di Kabupaten Kebumen

37 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

3. Catch Per Unit Effort (CPUE) upaya penangkapan, baik itu jumlah
Catch Per Unit Effort (CPUE) armada maupun jumlah trip
merupakan jumlah hasil tangkapan penangkapan.
rata-rata yang ditangkap oleh tiap

Tabel 2. Data produksi perikanan tangkap Kab.Kebumen tahun 2009-2013


No Tahun Jumlah Trip Produksi CPUE
1 2009 90,638 239,836.23 2.65
2 2010 18,858 45,980.00 2.44
3 2011 40,616 154,117.57 3.79
4 2012 64,950 116,659.86 1.80
5 2013 50,813 162,099.31 3.19

Berdasarkan Tabel 2, dapat sumberdaya ikan bawal putih


diketahui produksi ikan bawal putih semakin menurun melainkan karena
bersifat fluktuatif. Produksi ikan adanya penurunan upaya
bawal putih tertinggi pada tahun 2009 penangkapan (effort) yang dilakukan
sebesar 239.836,23 kg dan terendah oleh nelayan. Hal ini terbukti pada
pada tahun 2010 sebesar 45.980 kg. tahun 2011, produksi meningkat
Penurunan produksi ikan bawal putih bersamaan dengan meningkatnya
ini dapat dikatakan bukan akibat upaya penangkapan yang dilakukan.

300,000.00 4.00
250,000.00 3.50
3.00
200,000.00 2.50
150,000.00 2.00 Produksi

100,000.00 1.50 CPUE


1.00
50,000.00 0.50
- 0.00
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 6. Fluktuasi CPUE ikan bawal putih di Kabupaten Kebumen Tahun 2009-
2013

Berdasarkan Gambar 6,
dapat terlihat CPUE ikan bawal putih 4. Maximum Sustainability Yield
bersifat fluktuatif. CPUE tertinggi (MSY)
terdapat pada tahun 2011, yaitu Berdasarkan analisis data
sebesar 3,79 kg/trip, sedangkan statistik upaya dan produksi tahun
CPUE terendah terdapat pada tahun 2009–2013 dengan analisis regresi,
2012, yaitu 1,80 kg/trip. Hal ini terjadi didapatkan nilai konstanta (a)
dikarenakan upaya penangkapan sebesar 3,116 dan koefisien regresi
ikan bawal putih pada tahun 2012 (b) sebesar -6,445, dengan
meningkat tetapi produksinya menggunakan model Schaefer maka
menurun. didapatkan hasil dugaan potensi
lestari sumberdaya ikan bawal di
perairan Kabupaten Kebumen yaitu

38 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

nilai MSY sebesar 376.545 kg/tahun


dengan effort optimum (fopt) 241.704
trip/tahun (Gambar. 7)

400,000 h max
350,000

300,000
Hasil Tangkapan

250,000
2009
200,000
2013 produksi 5 tahun
150,000 2011 MSY
100,000 2012

50,000
2010
- fop
- 100,000 200,000t 300,000 400,000 500,000 600,000
Upaya Penangkapan

Gambar 7. Potensi Maksimum Lestari (MSY) perikanan bawal putih

Pada tahun 2009 – 2013, jumlah Tingkat pemanfaatan dihitung


tripnya belum mencapai (fopt), dengan cara menghitung persentase
masing-masing sebesar 90.638 trip, hasil tangkapan pada tahun tertentu
18.858 trip, 40.616 trip, 64.950 trip terhadap nilai TAC (Total Allowable
dan 50.813 trip. Maka dapat Catch) atau jumlah tangkapan yang
disimpulkan bahwa ikan bawal putih diperbolehkan. Jumlah tangkapan
di perairan Kabupaten Kebumen yang diperbolehkan (JTB) tersebut
masih dalam status under exploited adalah 80% dari potensi maksimum
atau masih dibawah batas lestarinya. lestarinya (MSY).

Tabel 3. Tingkat Pemanfaatan Ikan Bawal Putih di Kabupaten Kebumen


Tingkat
Tahun Produksi (kg) TAC (kg/tahun) Pemanfaatan
(%)
2009 239.836,23 79,62
2010 45.980 15,26
2011 154.117,57 51,16
301.235,65
2012 116.659,86 38,73
2013 162.099,31 53,81
Jumlah 718.692,97 238,58
Rata-rata 143.738,59 47,72

Hasil perhitungan persentase jauh dibawah ketentuan yang telah


tingkat pemanfaatan sumberdaya disepakati CCRF.
ikan bawal putih di Kabupaten Gelombang air laut daerah
Kebumen selama 5 tahun terakhir Kabupaten Kebumen yang
memiliki nilai rata-rata sebesar berbatasan langsung dengan
47,72% yang menunjukkan bahwa Samudera Hindia sangat
kondisi tingkat pemanfaatan berpengaruh terhadap tingkat upaya
sumberdaya ikan bawal putih masih penangkapan ikan, yang masih

39 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

tradisional dengan ukuran kapal 1 sebesar Rp. 160.000. Selain data


GT, menyebabkan upaya biaya, dari wawancara juga diperoleh
penangkapan dan hasil tangkapan harga ikan bawal putih per kg, yaitu
masih jauh dibawah batas lestarinya. sebesar Rp. 103.000 (lampiran 11).
Setelah didapatkan rata-rata biaya
Aspek Ekonomi (c) dan rata-rata harga ikan bawal
Aspek ekonomi perikanan putih per kg (p) maka dapat diduga
bawal putih yang diperhitungkan upaya optimum pada saat diperoleh
adalah faktor harga dan biaya. hasil diperoleh hasil ekonomi
Beberapa asumsi dalam model maksimum (fMEY), upaya pada kondisi
Gordon-Schaefer adalah biaya per bioekonomi (feq), dan analisis
satuan upaya (c) dan harga per keuntungan pada ketiga kondisi
satuan output adalah konstan dan pengusahaan (tabel).
hanya faktor penangkapan yang Berdasarkan data yang
diperhitungkan. Berdasarkan asumsi diperoleh, maka diketahui nilai fMEY
tersebut, maka biaya penangkapan sebesar 121.399 trip/tahun untuk
yang dimaksudkan dalam penelitian menghasilkan MEY sebesar 282.949
ini adalah total pengeluaran rata-rata kg/tahun. Nilai upaya optimum pada
unit penangkapan ikan yaitu biaya kondisi keseimbangan bioekonomi
operasional (feq) sebesar 242.399 trip/tahun yang
Berdasarkan hasil diduga akan mendapatkan hasil
wawancara terhadap 91 responden, tangkapan (MEQ) sebesar 376.541
didapatkan rata-rata biaya per trip kg/tahun.
untuk penangkapan ikan bawal putih

Tabel 4. Perbandingan Kondisi Ekonomi pada titik MSY, MEY dan OAE
MSY MEY OAE
C 376.545 282.949 376.541
F 241.704 121.199 242.399
TR 38.784.089.743 29.189.788.000 38.783.769.523
TC 38.672.647.189 19.391.840.000 38.783.769.523
π 111.442.554 9.797.948.000 0

Kondisi yang diperlihatkan pada hasil selanjutnya adalah MSY. Kondisi


perhitungan indikator MSY, MEY dan MSY ini terjadi pada saat upaya
OAE memberikan gambaran berapa penangkapan bertambah sehingga
besarnya biaya total, pendapatan TC akan meningkat dan mengurangi
total, keuntungan, hasil tangkapan TR. Pada kondisi MSY keuntungan
dan total trip untuk setiap indikator. yang diperoleh akan menurun
Kondisi MEY menunjukkan biaya menjadi Rp111.442.554,-/tahun.
total (Total Cost/TC) yang Apabila eksploitasi penangkapan
dikeluarkan oleh unit penangkapan ikan terus bertambah, kondisi
mencapai Rp19.391.840.000,-/tahun selanjutnya adalah Open Acces
dan pendapatan total (Total Equilibrium (OAE). Pada kondisi OAE
Revenue/TR) Rp29.189.788.000,- terjadi titik impas antara TC dengan
/tahun. Pada kondisi MEY TR sehingga tidak memperoleh
keuntungan terbesar diperoleh dari keuntungan sama sekali. Kondisi
selisih TR dengan TC yaitu sebesar OAE ini sering dikenal dengan
Rp9.797.948.000,-. Namun jika economic overfishing (lihat Gambar
upaya penangkapan (effort) terus 8)
ditambah maka kondisi yang dicapai

40 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

400,000 MSY

350,000
OAE
300,000 MEY
penerimaan, biaya

250,000

200,000

150,000

100,000

50,000
Upaya
fMEY fopt feq (Effort)
-
- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

Kurva MSY MEY OAE

Gambar 8. Keseimbangan bioekonomi perikanan bawal putih di Kabupaten


Kebumen

Berdasarkan hasil perhitungan juga


diketahui bahwa upaya pada saat KESIMPULAN
OAE hanya sedikit diatas upaya
optimum, sehingga nelayan tidak 1) Ikan bawal putih yang tertangkap
akan mendapatkan keuntungan di perairan Kabupaten Kebumen
maksimal jika upaya penangkapan pada bulan Februari, Maret dan
dilanjutkan hingga titik upaya April memiliki TKG II, III dan V.
optimum. Dikarenakan eksploitasi Selain itu, distribusi frekuensi
sumberdaya ikan dilakukan adalah panjang menunjukkan indikasi
dengan tujuan untuk mendapatkan populasi ikan di perairan Kebumen
kesejahteraan secara ekonomi, maka mengalami pertumbuhan dari
sebaiknya upaya dibatasi pada titik kelas panjang 17,5-18,9 menjadi
MEY dimana diperoleh keuntungan 19-20,4. Ikan yang tertangkap
maksimal. Selain daripada memiliki nilai b > 3 yang
memperoleh keuntungan maksimal, menyebabkan tubuh ikan bawal
upaya untuk mencapai titik MEY yang putih lebih gemuk, aktifitas rendah
masih berada di bawah upaya dan daerah ruaya yang sempit
optimum, maka dapat dikatakan sehingga lebih mudah tertangkap
bahwa keberlanjutan dari oleh nelayan.
sumberdaya ikan bawal putih 2) Penangkapan ikan bawal putih
tersebut akan terjaga. (Pampus argenteus) di perairan
Upaya penangkapan dengan Kabupaten Kebumen
kapal kecil dengan kondisi perairan menghasilkan tingkat produksi
yang memiliki gelombang yang kuat maksimum (MSY) sebesar
tentu menjadi salah satu faktor 376.545 kg/tahun dengan upaya
sulitnya meningkatkan upaya hingga penangkapan optimum (fopt)
kepada batas lestari. Sehingga sebesar 241.704 trip/tahun.
penangkapan ikan bawal putih dengan tingkat pemanfaatan
hingga pada batas MEY akan sangat sumberdaya ikan bawal putih
tepat digunakan dalam pengelolaan berada pada tingkat 47,72% dari
penangkapan ikan bawal putih di JTB, sehingga upaya
Kabupaten Kebumen. penangkapan masih dapat
ditingkatkan.

41 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

3) Pada kondisi MSY keuntungan


hasil ekonomi akan dicapai Departemen Kelautan dan Perikanan
sebesar Rp 111.442.554,- Provinsi Banten. 2012.
sedangkan pada kondisi MEY Potensi. [online].
dimana (fMEY) 121.199 trip/tahun http://www.dkp.bantenprov.g
dengan hasil tangkapan 282.949 o.id/read/page-
kg/tahun akan dicapai keuntungan detail/potensi/2/potensi.html
sebesar Rp 9.797.948,000,-. [diakses tanggal 15 Januari
Namun pada saat upaya 2014]
mencapai (fOAE) 242.399 trip/tahun
dan hasil tangkapan 376.541 Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi
kg/tahun akan tercapai titik impas, Perikanan. Yayasan Dewi Sri.
dimana TR=TC, sehingga tidak Bogor
memperoleh keuntungan secara
ekonomi. . 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Nusantara. Yogyakarta

Abdurrahman, A. Saru, A. dan Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan


Harjito, A. 2008. Model Teori, Kebijakan dan
Kebijakan Pemberdayaan Pengelolaan. PT Gramedia
Nelayan Bantul Ditinjau dari Pustaka Utama. Jakarta
Perspektif Ekonomi dan
Hukum. Jurnal Fenomena Ghaffar, M.A. 2006. Optimasi
Volume 6-Nomor 1-Maret Pengembangan Usaha
2008. Direktorat Penelitian dan Perikanan Mini Purse Seine di
Pengabdian Masyarakat Kabupaten Jeneponto Provinsi
Universitas Islam Indonesia, Sulawesi Selatan. Thesis
Yogyakarta. Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Anshori, M. Iswati, S. 2009. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Ghofar, A. Suradi, S.W. dan Sutri,
Kuantitatif. Airlangga University M.W. 2013. Efektifitas Fasilitas
Press. Surabaya Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Pasir dalam Pengelolaan
Ayunita, D. Fatich, U. 2011. Studi Sumberdaya Perikanan di
Pemasaran Ikan Bawal Putih Kabupaten Kebumen. Jurnal
(Pampus argenteus) di Penelitian, Jurusan Perikanan,
Pelabuhan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Nusantara Brondong, Kelautan, Universitas
Kabupaten Lamongan. Jurnal Diponegoro, Semarang
Penelitian Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Kuthalingam, M.D.K.
Diponegoro, Semarang 1963.Observations on the
Fishery and Biology of the
Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Silver Pomfret Pampus
Penangkapan Ikan. Yayasan argenteus (Euphrasen) from
Dewi Sri. Bogor the Bay of Bangal. Indian
Journal of Fisheries. Central
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Marine Fisheries Research
Sumberdaya Wilayah Pesisir Institute. Mangalore
dan Lautan secara Terpadu.
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

42 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023


Volume 4, Nomor 1, Februari 2023 P-ISSN 2721-0456
E-ISSN 2746-6876

Mallawa, A. Sudirman. 2004. Teknik sea. Abstracts of Chinese


Penangkapan Ikan. PT Rineka Medicine 1(4):571-600
Cipta. Jakarta [online]
http://fishbase.org/Summary/
Marahuddin, F. Ian, R.S. 1986. SpeciesSummary.php?ID=49
Ekonomi Perikanan Dari Teori 1&AT=silver+pomfret
Ekonomi ke Pengelolaan [diakses tanggal 20 Januari
Perikanan. PT Gramedia. 2014]
Jakarta.
Umar, H. 2008. Metode Penelitian
Merta, I.G.S. 1993. Hubungan untuk Skripsi dan Tesis Bisnis
Panjang-Berat dan Faktor Edisi Kedua. PT Rajagrafindo
Kondisi Ikan Lemuru, Persada. Jakarta
Sardinella lemuru Bleeker,
1853 dari Perairan Selat Bali. Wijayanti, I., 2013. Ikan Demersal
Jurnal Penelitian Perikanan dan Ikan Karang. [online]
Laut No.73 Th.1993 Hal. 35-44. http://www.slideshare.net/hen
drawiguna568/ikan-demersal-
Piper, R., 2010. Re-occurrence of dan-ikan-karang [diakses
silver pomfret Pampus tanggal 19 Juni 2014]
argenteus in the North Sea.
Mar. Biodivers. Rec. 3:e102.
[online]
http://fishbase.org/Summary/
SpeciesSummary.php?ID=49
1&AT=silver+pomfret
[diakses tanggal 20 Januari
2014]

Sparre, P. dan Venema, S.C. 1999.


Introduction to Tropical Fish
Stock Assessment - Part 1:
Manual (Edisi Terjemahan).
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan,
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Jakarta.

Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi


Produksi Dengan Pokok
Bahasan Analisis Fungsi Cobb
Douglas, Cetakan ke-3,
Rajawali Pers, Jakarta

Suadi, Widodo, J. 2008. Pengelolaan


Sumberdaya Perikanan Laut.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Tang, W.-C., 1987. Chinese


medicinal materials from the

43 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 4, No. 1, 2023

Anda mungkin juga menyukai