SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Pada Fakultas Dakwah
Jurusan Bimbingan Konseling
Disusun oleh :
Zirli Hayatunisa
181520107
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2022M/1444 H
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Bimbingan Konseling
Islam pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten ini sepenuhnya asli merupakan hasil karya tulis ilmiah pribadi
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat dalam skripsi ini telah
saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di
bidang karya ilmiah.
ZIRLI HAYATUNISA
NIM: 181520107
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
Name: Zirli Hayatunisa, NIM: 181520107, Title: "Implementation of Client
Centered Counseling to Increase the Confidence of Cyberbullying Victims at SMAN
1 Cikande" (Department of Islamic Counseling Guidance, Faculty of Da'wah). 2022
AD/1444 H
This study aims to analyze the problems that occur in students who are
victims of cyberbullying at SMAN 1 Cikande and increase the victim's confidence
using descriptive qualitative research using the approach found by Carl Rogers,
namely The Self by applying Client Centered Counseling. Known as a technique that
is able to increase the victim's confidence by instilling a positive self-concept and
changing negative thought patterns so as to create a balanced self-concept and reality
to develop self-actualization potential in 5 respondents, namely AA, SS, NE, V, F.
used in data collection through observation, interviews, and documentation studies
conducted for approximately 2 months starting from July-August 2022.
The results of this study based on the theory of Client Centered Counseling
are 1) The self-distrust experienced by victims of cyberbullying is a big problem in
teaching and learning activities at their schools, because of excessive shyness, anxiety,
fear, and worry that interfere with activities at school. 2) Implementation of Client
Centered Counseling in increasing the confidence of 5 respondents with the following
steps; The first stage is the explanation process during the continuation of the
counseling, the second stage is the counselor provides space for the respondent to
express the feelings experienced at this time, the third stage is the counselee is able to
make actions and make plans. The results of the application of Client Centered
Counseling therapy in increasing self-confidence in 5 respondents, namely there are
changes that are expected as follows; trying to get rid of negative thoughts and
organize a positive mindset to give a positive response back to yourself and be more
patient in dealing with conditions that are contrary to a positive mindset.
Keywords: Cyberbullying, Client Centered Counseling, Confidence
iv
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Demikian atas segala perhatian Bapak dan Ibu, kami ucapkan terima kasih.
v
LEMBAR PERSETUJUAN MUNAQOSAH
Sidang Munaqasyah
Anggota-Anggota,
vi
PENERAPAN CLIENT CENTERED COUNSELLING UNTUK
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA KORBAN
CYBERBULLYING
(Studi Kasus SMAN 1 Cikande, Serang)
Oleh:
Zirli Hayatunisa
181520107
Menyetujui,
Mengetahui,
vii
MOTTO
ِإ َّن هللاَ ََل يُغ َِي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتَّى يُغ َِي ُروا َما ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
viii
PERSEMBAHAN
Rasa syukur ku panjatkan kan kepada-Mu, Allah SWT yang maha kuasa atas
segala sesuatu
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku Bapak Sofyan Fauzi
dan Ibu Sri Puji Astuti permata hatiku yang sangat kucintai. Tiada hentinya mereka
mendoakan serta mendukung setiap langkahku, menjadi penyemangat dan sumber
kekuatan dalam segala hal malaikat tanpa sayap dengan ketulusan hatinya melindungi.
Terimakasih atas segala perih payah usahamu dalam memberikan kehidupan yang
layak, terima kasih juga karena tak pernah bosan mendidik dan membimbingku
sampai saat ini, memberi semangat dan motivasi. Terimakasih juga untuk kakakku
tersayang Shara Sofyana yang menjadi inspirasi dan membantu dalam proses ini tak
lupa juga kepada adik tersayang semoga ini bisa memotivasi kamu dalam melanjutkan
langkah karirmu.
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Zirli Hayatunisa, lahir di Serang 14 Agustus 2000. Saat ini
penulis tinggal di Perumahan Bumi Cikande Indah Blok C3 no. 10 Desa Cikande,
Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penulis merupakan anak
kedua dari 3 bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis yaitu: TKIT Syifa Fikriya
lulus tahun 2006, SDIT Al-Khoir lulus tahun 2012, SMA-SMA Pondok Pesantren
Latansa lulus tahun 2018. Dan meneruskan pendidikan S1 pada tahun 2018 melalui
UM PTKIN diterima di Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sultan Hasanuddin Banten.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan nikmat rahmat serta karunia-Nya, rasa Syukur kupanjatkan
kepada-Mu Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu tugas akhir untuk mendapatkan Gelar Sarjana Sosial Strata Satu pada
jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Dengan pertolongan dan Ridho dari Allah SWT dan juga doa dari orangtua
serta usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh dengan tidak mudah menyerah
pada pembuatan skripsi ini, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
Penerapan Client Centered Counselling Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Korban Cyberbullying. Studi Kasus SMAN 1 Cikande
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat
jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kekurangan. Namun di samping itu
penulis berharap semoga sedikit banyaknya informasi yang telah dituliskan dapat
memberikan ilmu pengetahuan bagi setiap para pembaca.
Skripsi ini tidak akan terlaksanakan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
ZIRLI HAYATUNISA
NIM:181520107
xii
DAFTAR ISI
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Mohammad Zamroni, Perkembangan Teknologi komunikasi dan dampaknya
terhadap Kehidupan, Jurnal Dakwah, Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2009, hal. 198
xvii
2
2
Novita Maulidya Jalal, Dkk, Faktor-faktor Cyberbullying Pada Remaja, Jurnal
Ikra ITH, Vol. 05 No. 02, 2021
3
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh EU Kids Online Survey terdapat
peningkatan kasus cyberbullying yang terjadi pada anak remaja. Anna Surti
Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) “Ada sebanyak
45% dari 2.777 anak remaja pernah mengalami tindakan cyberbullying yang
mengganggu personality korban sehingga kepercayaan diri dalam berinteraksi
dengan lingkungan sosial menurun.3
Quiroz mengatakan salah satu faktor penyebab terjadinya perilaku
bullying yaitu faktor keluarga (broken home atau pola didik yang keras dan
berlebihan), dan lingkungan (bermain dan sekolah. Pengaruhnya kepada tingkah
laku dan pemikiran negatif, sebagai korban akan sangat berpengaruh pada
kematangan usia dan konsep diri yang akan menimbulkan masalah lain bagi
korban.4 Ditambah dengan iklim media sosial yang bebas sangat sulit mengontrol
pengguna untuk menghindari tindakan cyberbullying dengan kontrol sosial orang
tua menjadi batasan terkuat dalam mengurangi kasus Cyberbullying, namun jika
kontrol orang tua sudah tidak lagi bisa diterapkan dengan baik, maka praktek
bullying akan semakin sering terjadi. Seperti penelitian yang pernah diteliti
mengenai Cyberbullying and Self Esteem mengemukakan bahwa pelaku
Cyberbullying adalah remaja yang mempunyai kepribadian otoriter dengan
kebutuhan yang kuat untuk menguasai dan mengontrol orang lain.
Memfokuskan pada self-confidence anak remaja korban cyberbullying
akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan kematangan berpikirnya, serta
akibat lain yang tidak terduga lainnya. Kepercayaan diri adalah salah satu aspek
kepribadian penting untuk mengaktualisasikan diri terhadap lingkungan,
mengembangkan hal positif bagi dirinya dan bersosialisasi dengan baik dengan
lingkungan ini salah satu aspek penunjang demi mencapai tugas perkembangan di
masa remaja. Kepercayaan dirilah yang mampu menjadi penahan atas tindakan tak
3
Anindhya Nur Zafira, “Korban “Cyberbullying” Kian Meningkat di Kalangan
Anak-anak dan Remaja," https://www.antaranews.com/berita/2431825/korban-
cyberbullying-kian-meningkat-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja ( diakses 3 Oktober 2021
9:39)
4
Nissa Adilla, “Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Perilaku bullying Pelajar Di
Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 5 No. 1, 2009
4
terkendali itu dengan dasar bahwa kepercayaan diri sebagai bentuk kedewasaan
berpikir, dalam bersosialisasi kehidupan sosial yang dikenal majemuk, ketika
korban menjadi diam karena kurang percaya diri, pesimis dan menutup diri karena
merasa stress dan mengalami gangguan emosional dan fisik yang cukup para maka
dianggap gagal dalam pencapaian konsep diri dengan itu korban akan memandang
dirinya negatif dan menarik diri dari sekumpulan orang.
Jika demikian, dampaknya akan sangat mengganggu fase remaja untuk
memiliki kondisi psikologis yang mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam
masyarakat sebagai bentuk perkembangan intelektual yang mampu berpikir secara
abstrak kreatif serta rasional. Namun ketika pergaulan yang salah mengganggu
psikologisnya sampai menghancurkan sisi kepercayaan diri korban, maka
diperlukan layanan konseling untuk mengembalikan kepercayaan dirinya untuk
tetap mencapai konsep diri sebagai pemenuhan tugas perkembangannya yang
mampu menerima keadaan dan bertanggung jawab pada pribadi dan sosial untuk
mencapai nilai moral.
5
Tika Nurul Ramdhani, dkk. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Citra
Diri Pada Remaja Akhir, Jurnal Spirits, Vol. 04 No. 02, Yogyakarta; 2014
5
pemahaman citra diri yang bagus adalah citra fisik yang elok sebagai penopang
daya tarik dalam interaksi sosial.
Penyesuaian masa peralihan remaja menuju adalah bentuk proses pribadi
yang melibatkan banyak respon mental dan tingkah laku seseorang, dalam
menghadapi permasalahan yang ada pada dirinya serta konflik batin menjadi gejala
frustasi dalam kehidupan. Menurut Suntrock bahwa kemampuan remaja dalam
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan tugas perkembangan pada lingkup
pertemanan bahkan lingkungan dengan jangka sosial luas yang mengharuskan
6
memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Penilaian baik terhadap citra seseorang akan menjadi tolak ukur tingkat
kepercayaan diri seseorang, seperti yang diungkapkan oleh Lauster dan Daradjat
bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan citra diri dengan keyakinan dari
kemampuan yang diperoleh sejak kecil.7 Dengan itu menjadi modal dasar untuk
mengaktualisasikan perkembangan dirinya terhadap lingkungan, untuk
memunculkan kepercayaan diri perlu adanya upaya dalam meningkatkan
kesadaran, keingintahuan, keberanian, ketahanan, etika, dan kepemimpinan serta
keterbukaan dari segi sosial.
Namun jika dilihat dari ciri korban dengan tingkat kepercayaan diri justru
berbanding terbalik dengan pandangan Carl Rogers yang memandang manusia
bersifat positif dengan kelebihannya masing-masing. Dengan pandangan Carl R.
Rogers tentang konsep diri korban merupakan permasalahannya, melihat dari
pernyataannya bahwa “Dari setiap masing- masing individu mempunyai konsep
diri tersendiri, dalam diri mereka dari berbagai sumber daya yang luas untuk
memahami diri secara luas untuk mengubah konsep diri, sikap dasar, dan perilaku
self-directed nya masing-masing ke arah positif.” Dengan model konseling Carl
6
Abdul Amin, Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada
Remaja, Jurnal Psikologi, Vol. 5 No. 2 , hal 78-81
7
Febian, Dwiduonova Wirantha, dkk. Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan
Kepercayaan Diri Pada Remaja Pelajar Putri di Kota Denpasar, Jurnal Psikologi Udayana
Vol. 2, No. 1
6
Rogers yang bertolak belakang dengan terapi lainnya karena terapi ini berfokus
pada klien sebagai otoritas tertinggi yang menjadi tolak ukur pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka untuk
memudahkan kajian penelitian ini peneliti merumuskan masalah secara spesifik
yaitu:
C. Tujuan Penelitian
E. Definisi Operasional
1. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan salah satu bentuk bullying berbasis digital yang
kerap kali terjadi pada anak usia remaja. Masa remaja adalah mencari jati diri
sehingga dilakukanlah naluri eksplorasi terhadap lingkungan sekitar dengan
teknologi sebagai sarana yang memudahkan.
Kata cyberbullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata cyber
yang berarti siber atau sistem komputer dan informasi. Sedangkan bull yang
berarti banteng dengan artian dia yang senang merunduk kesana kemari. Maka
dengan itu cyberbullying berarti perundungan siber atau penindasan secara
online.
Secara terminologi menurut Tattum bullying adalah istilah untuk orang
dengan keadaan dimana adanya keinginan untuk menyakiti orang lain atau
mengancam dengan ancaman bertubi-tubi secara sengaja dan disadari.
Sedangkan menurut KBBI, Cyberbullying merupakan bentuk tindakan
perundungan yang berbasis online.
Menurut Bauman , cyberbullying adalah penggunaan dari teknologi
komunikasi modern yang ditujukan untuk mempermalukan, menghina,
mempermainkan atau mengintimidasi individu untuk menguasai dan mengatur
individu tersebut.
Cyberbullying yang dikategorikan sebagai bentuk tindakan yang
direncanakan secara sengaja dengan rentan keselamatan yang membahayakan
dilakukan melalui perangkat elektronik seperti ponsel dan komputer.8
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cyberbullying
merupakan tindakan agresif negatif yang dilakukan pelaku secara berulang
dengan tujuan menyakiti korban yang dilakukan di dunia maya, dari beberapa
tindakan cyberbullying juga dikenal sebagai tindakan verbal abusement yang
dilakukan dengan mengirimkan pesan teks berupa penghinaan, pelecehan,
8
Zahro Malihah, Alfiasar, Perilaku Cyberbullying Pada remaja Dan Kaitannya
Dengan Kontrol Diri Dan Komunikasi Orang Tua, 2018 Vol. 11, No.2, hal.146
9
ancaman dan perkataan intimidasi via email, gambar atau video ke page pribadi
korban dengan media internet atau teknologi digital dengan tujuan tertentu.
Seperti balas dendam, peluapan amarah, ataupun untuk mencari kedudukan tahta
tertinggi dengan cara tersebut.
Pelaku Cyberbullying ini memiliki power dalam tindakannya disebut
sebagai tindakan sebab-akibat yang dilakukan manusia berdasarkan pengalaman
sebagai hasil dari tingkah laku saat ini. Kasus cyberbullying ini hasil dari
kejadian sehari-hari yang berkembang dari bahan bercandaan sampai terjadinya
kasus cyberbullying yang serius body shaming, social harassment dan
memberikan komentar yang menusuk serta dalam bentuk pengucilan, intimidasi
dan lainnya.9
Kesimpulan yang peneliti simpulkan bahwa cyberbullying adalah sebuah
tindakan atau perilaku agresif negatif yang diidap seseorang atau sekelompok
orang untuk menyakiti orang lain secara visual dengan kata-kata
kasar/menyebarkan aib di jejaring sosial. Dan pelaku cyberbullying bersifat
manipulatif dengan menggiring opini dan menghasut semua orang untuk
membenci korban dan terlihat baik pada saat tertentu.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimiliki dirinya dengan keyakinan untuk merasa mampu bisa
mencapai goals dari berbagai tujuan hidup. Menurut Hakim kepercayaan diri
adalah bentuk tingkatan tertinggi dari level motivasi manusia. Kepercayaan diri
yang akan menghasilkan hasil terbaik bagi manusia dari versinya sendiri.
Menurut lauster tentang kepercayaan diri yang dipercayainya adalah
bentuk positif dari diri seseorang karena dibentuk dari beberapa aspek yang
dinilai positif dalam diri seseorang. Aspek kepercayaan diri yang bersifat
optimis, objektif, bertanggung jawab, dan yakin atas kemampuan dirinya, serta
memiliki jiwa rasionalis dan realistis dalam hidupnya. Yang selanjutnya
9
Mira Marleni Pandie, Ivan Th, J. Weismann, Pengaruh Cyberbullying Di Media
Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban Cyberbullying
Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar 2016, hal.44
10
kepercayaan diri merupakan bentuk sikap mental diri dalam menilai yang bersifat
objektif di sekitarnya dengan menunjukan nilai diri yang kuat tentang harga diri.
10
10
Amandha Uzilla Deni, Ifdil, Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri, Jurnal
Education, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2 No. 2, 2016
11
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Pustaka Indo Blog, hal. 239
11
orang lain, dari ketegasannya itu memberi pembuktian pada orang lain bahwa
dirinya mempunyai value dalam bertanggung jawab, serta mampu
mengendalikan perasaan sehingga tidak ada keterpaksaan dalam melakukan
suatu tindakan. Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang hanya bisa
dirasakan oleh sang empunya, mencintai diri sendiri sangat penting untuk
menyadari diri kita ini mampu, dengan mempunyai pemahaman diri ia akan
mampu mengendalikan kepercayaan diri dalam segala kondisi, dan dengan
berfikir positif akan membawa hal positif juga untuk diri. 12
Kepercayan diri seseorang berbeda tingkatannya, dari setiap situasi dan
keadaan tertentu, maka dari itu tidak heran kadang kadang seseorang merasa
minder pada event tertentu. Maka dari itu kepercayaan diri seseorang bisa
disandingkan layaknya iman yang tidak tetap ukurannya, kadang tinggi kadang
rendah. Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan diri seseorang bisa diukur dari
beberapa aspek kepercayaan diri. Memiliki keyakinan, kemandirian, ambisi serta
berani berpendapat akan terbangun interaksi sosial yang positif yang itu akan
terbangun konsep diri yang matang, karena konsep diri merupakan segala bentuk
perasaan yang kita yakini dan amini kalau itu ada. Konsep diri ini berarti seluruh
gambaran, pandangan atau seluruh persepsi tentang siapakah diri kita
sebenarnya.
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri datang pada konsep diri yang
positif dengan cara pandang positif terhadap diri dengan mengaktualisasikan
pada kehidupan sosial.
12
Amanda Uzilla Deni, Ifdil, Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri, ... ... , hal
48-49
12
penciptaan. Sering pula dikenal sebagai teori non-direktif yang tidak memiliki
poros dalam tekniknya, kecakapan klien dalam memecahkan masalah sebagai
bentuk pertumbuhan perwujudan diri. Dan konsep dasar diri dipandang sebagai
bentuk konfigurasi persepsi tentang diri yang terorganisasikan akan membawa
kesadaran terhadap karakteristik kecakapan yang khas seseorang pada
penyikapan peristiwa nyata.13
13
Ulfa Danni Rosada, Model Pendekatan Konseling Client Centered dan
Penerapannya Dalam Praktik, e-Journal Universitas PGRI,, Jurnal Bimbingan dan
Konseling, hal. 16-17
14
Kusuma Ratih, dkk, Peran Konseling Client Centered dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa, Jurnal Advice, Vol. 2 No. 1, Juni; 2020
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Cyberbullying
a. Pengertian Cyberbullying
Menurut para ahli cyberbullying adalah tindakan perundungan
dengan jenis kelompok tindakan terbagi menjadi 2 jenis kelompok besar yaitu
traditional bullying dan cyberbullying. Mereka memberikan perbedaan
dengan keunikan masing-masing walaupun tindakan ini memiliki tujuan yang
sama. Traditional bullying merupakan bentuk perundungan secara langsung
dengan melukai orang secara fisik yang menimbulkan luka badan dan,
sementara cyberbullying merupakan tindakan empirik dengan tujuan dan
maksud menyerupai traditional bullying hanya saja yang membedakan adalah
cara yang dilakukan melalui media sosial.15
Kata cyberbullying sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu cyber
yang berarti siber atau sistem komputer dan informasi. Sedangkan bull yang
berarti banteng dengan artian dia yang senang merunduk kesana kemari
dengan tindakan berupa gertakan, dilakukan dengan keberanian untuk
mengganggu individu orang yang lemah tindakan negatif ini selalu terjadi
pada setiap kalangan dengan rentanisasi tertinggi pada anak-anak usia remaja.
Menurut KBBI, Cyberbullying merupakan bentuk tindakan
perundungan berbasis online yang menjadi hal baru dengan adanya
perkembangan teknologi. Cyberbullying merupakan salah satu tindakan
kejahatan dari beberapa perilaku menyeluruh bullying dengan karakteristik
dan akibat yang sama dengan bantuan teknologi yang menjadi jalan dalam
melancarkan tindakan.16
15
Binahayati Rusyidi. Memahami Cyberbullying di Kalangan Remaja, Jurnal
Kolaborasi Resolusi Konflik, Vol. 2 No. 2 hal.102
16
Zahro Malihah, Alfiasar, Perilaku Cyberbullying Pada remaja Dan Kaitannya
Dengan Kontrol Diri Dan Komunikasi Orang Tua, 2018 Vol. 11, No.2, hal.146
14
17
Anastasia Siwi Fatma Utami, Nur Baiti, Pengaruh Media Sosial Terhadap
Perilaku Cyberbullying Pada Kalangan Remaja, 2018, hal.258
15
18
Mira Marleni Pandie, Ivan Th, J. Weismann, Pengaruh Cyberbullying Di Media
Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban Cyberbullying
Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar 2016, hal.44
16
19
Dina Satalina, Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Ditinjau dari Tipe
Kepribadian Ekstrovert dan Introvert, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 2 No. 2, 2014,
hal. 295-296
20
Fitria Aulia, dkk, Pencegahan Kasus Cyberbullying Bagi Remaja Pengguna
Sosial Media, Jurnal Social work Services, Vol. 2 No. 1, 2021 hal. 81
17
21
Rani Nirwana Sari, Therapy Self Hater Healing, Surabaya; Scopindo, 2020,
hal.1-10
22
Novita Maulidya Jalal, Miftah Idris, Muliana, Faktor-Faktor Cyberbullying Pada
Remaja, Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 2021, hal.149
19
yang selalu mendapat kedudukan istimewa dalam segala hal kehidupan, selain
faktor orang tua yang belum bisa sepenuhnya memberikan perlindungan yang
cukup sehingga terjadinya cyberbullying yang justru memberikan tindakan
bullying kepada anaknya, teman dekat akan mempengaruhi sikap agresif
negatif yang memicu terjadinya kasus ini.
23
Tito Adam, “Melihat Data Cyberbullying 2021 Pada Anak di Sosial Media, Serta
Dampak Bahayanya” https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/ (diakses pada
30 Maret 2022)
24
Sartana & Nelia Afriyeni, Prundungan Maya (Cyberbullying) Pada Remaja
Awal, 2017, hal. 27
20
blokir akun pelaku cyberbullying dan privasi akun media sosial kamu untuk
menutup akses pelaku lainnya, jangan lupa aktifkan fitur mode filter komentar
agar tidak ada kata-kata kasar di kolom komentar akun media sosial kamu.
Jika dirasa sudah melewati batas kenyamanan korban segera melapor ke pihak
berwajib untuk menyelesaikan masalah ini untuk memberi efek jera pelaku
dan calon pelaku cyberbullying.25
2. Kepercayaan Diri
a. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimiliki dirinya dengan keyakinan untuk merasa mampu bisa
mencapai goals dari berbagai tujuan hidup. Kepercayaan diri menurut bahasa
inggris “self-confidence” yang berarti percaya pada diri sendiri untuk
mencapai ekspektasi pada pencapaian yang dilakukan berdasarkan evaluasi
dan kemampuan atas dirinya sendiri. Kepercayaan diri adalah keyakinan diri
seseorang bahwa ia mampu menanggulangi permasalahan dengan situasi
terbaik dirinya dengan memberikan situasi tenang terhadap orang lain.26
Karena kepercayaan dirinya ia mampu memberikan penanganan yang tepat
apa yang dibutuhkan dirinya sehingga hal itu bisa menjadi situasi terbaik
untuk kehidupan dirinya.
Aspek yang bersifat optimis, objektif, bertanggung jawab, dan yakin
atas kemampuan dirinya, serta memiliki jiwa rasionalis dan realistis dalam
hidupnya. Selanjutnya kepercayaan diri merupakan bentuk sikap mental diri
dalam menilai yang bersifat objektif di sekitarnya dengan menunjukan nilai
diri yang kuat tentang harga diri.
Kepercayaan diri dalam bahasa sehari-sehari yang kerap kali dikenal
dengan sebutan “pede”. Ini merupakan kata hasil dari pencampuran antara
pikiran dan ekspektasi seseorang, dengan rasa yakin yang mendominasi dari
25
Chodijah Febriyani, 5 Cara Mengatasi Cyberbullying,
https://m.industry.co.id/read/ (diakses 30 Maret 2022)
26
Gufron, Nur, dan Risnawita Rini, Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011, Hal. 34
21
pikiran dan ekspektasi akan suatu hal membentuk rasa kesiapan diri menerima
hasilnya. Dan kepercayaan diri akan muncul tinggi ketika pikiran kita sudah
menyatu dengan ekspektasi sehingga tidak adanya rasa cemas dan takut dalam
menghadapi situasi yang belum terjadi (ilusi).
Sama halnya dengan pengertian Hurlock yang menjelaskan
kepercayaan diri seseorang dinilai tinggi ketika ia mampu memberikan
tanggapan positif terhadap dirinya, mau mengejar harapan yang dibuat dan
mampu menghargai pencapaian yang dilakukan terjadi atau tidaknya yang
membuat sukses sehingga tidak membandingkan pencapaian yang
dimilikinya disaat orang lain menilai pencapaiannya melebihi value kita. 27
Sejalan dengan adanya rasa kepercayaan diri dan pengertian dari
Hurlock, seseorang akan mengawali dirinya dengan adanya perkembangan
konsep diri dengan ekspektasi tinggi untuk mencapai tanggapan positif.
Konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam
memilih circle pergaulan yang positif untuk perkembangan diri, dengan
konsep diri yang dimiliki akan lebih mudah mengatur dan beradaptasi dalam
memposisikan dirinya sebagaimana dia dalam lingkup pergaulan. Dan
kepercayaan diri ini adalah suatu bentuk kondisi mental dan psikologis
seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Maka dari itu kepercayaan diri seseorang layaknya iman yang tidak
tetap kadang tinggi kadang rendah. Dan ketika kepercayaan diri sedang
menurun ingat dalil Allah pada Ali Imran ayat 139.
ََو ََل ت َ ِهنُ ْوا َو ََل تَحْ زَ نُ ْوا َوا َ ْنت ُ ُم ْاَلَ ْعلَ ْونَ ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِ ِنيْن
Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman.”28
Sudah jelas firman-Nya tentang kepercayaan diri yang merupakan
suatu keyakinan dari sikap seseorang terhadap kemampuan dirinya yang
27
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Pustaka Indo Blog, hal. 239
28
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al
Qur'an dan Terjemahannya (Semarang: Diponegoro: 2012)
22
menerima dirinya sendiri dalam berbagai hal positif maupun negatif. Karena
sudah mengetahui bahwa di dalam dirinya merupakan hasil proses belajar di
kehidupan nyata dengan tujuan kebahagiaan dirinya sendiri. Pengertian ini
sejalan dengan konsep diri seseorang yang memandang dirinya berharga.
b. Aspek Kepercayaan Diri
Orang-orang yang memiliki karakteristik kepercayaan diri dapat
dengan mudah mengerti tujuannya, menurut Lauster ada beberapa aspek
kepercayaan diri yang memiliki orang dengan ciri-ciri, seperti berikut:
29
Syaipul Amri, Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis
Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMAN 6 Kota
Bengkulu, Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 1 No. 2, 2018, hal. 161
30
Amandha Uzilla Deni, Ifdil, Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri, Jurnal
Educatio, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2 No. 2, 2016
24
anak dan teman sebaya. Namun lagi-lagi “rakyat good looking adalah ratu”
benar adanya, berdasarkan riset dari penelitian Meilan Anggraini dengan
adanya hubungan antara citra tubuh dengan kepercayaan diri, memberikan
hasil penelitian bahwa semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki oleh
seseorang maka akan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan dirinya.31 Dan
ini sesuai dengan pendapat Santrock yang menjelaskan bahwa kondisi fisik
penampilan fisik itu sangat erat dengan cita-cita, sikap hati-hati, pengalaman,
lingkungan keluarga, pendidikan formal-nonformal.
d. Langkah-Langkah Meningkatkan Kepercayaan Diri
Banyaknya kasus korban dengan kepercayaan diri, mereka akan
menarik diri dari lingkungan sekitar karena merasa insecure pada dirinya
sendiri. Nah, sekarang bagaimana langkah-langkah untuk meningkatkan
kepercayaan diri pada korban? Langkah utama yang paling penting adalah
belajar menerima dan memahami diri sendiri, sehingga kita bisa mengetahui
apa yang salah pada diri kita sehingga rasa rendah diri ini muncul.
Kerap kali orang lain salah mengartikan rendah diri dan rendah hati,
sehingga jika ada seseorang yang mengalami insecure atau yang biasa kita
artikan sebagai rasa kurang percaya diri mereka. Jika ada yang salah
mengartikan, perlu diingat rendah diri dengan rendah hati sangat jauh
berbeda. Rendah hati adalah kebaikan hati yang dimiliki seseorang untuk
tetap tawakal kepada tuhan-Nya. Sedangkan rendah diri adalah memandang
dirinya rendah yang tidak mempunyai value/ nilai plus yang bisa disanjung,
inilah yang menjadikan halangan korban yang kehilangan rasa percaya diri.
Jika rendah diri di dalam diri korban sudah hilang maka tidak ada
lagi kata insecure. Untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri harus bisa
lebih melihat sisi positif dalam dirinya dibandingkan sisi negatif. Ini
menjadi konsep dasar pendekatan Client Centered Counselling bahasa
manusia memiliki sisi positifnya sendiri. Terlebih konsep diri menjadi tugas
31
Meilan Anggraini, Hubungan Antara Citra Tubuh Dan Kepercayaan Diri Pada
Wanita Bertubuh Besar, Universitas Sanata Darma, Yogyakarta, 2019, hal.81-82
25
perkembangan diri pada setiap individu yang harus diikuti setiap tahapan di
usianya hingga dewasa.
Setiap tahapan memberikan kedewasaan dalam mengatur
32
kepercayaan diri sebagai berikut; Pertama, lakukan suatu hal apapun yang
bermanfaat, berdiam diri tanpa melakukan hal apapun disaat semua
memiliki kegiatan rutin itu akan memunculkan pikiran negatif “kenapa dia
yang disorot?” “Kenapa dia bisa sukses?” “kenapa dia...?” pikiran-pikiran
ini seharusnya tidak keluar dari pikiran kita.
Kedua, ambil keputusan dengan bijak merupakan sikap kebijakan
akan sangat mudah dihargai orang lain dan diakui integritas nya di
lingkungannya. Karena jika sudah mampu mengambil keputusan dengan
bijak sudah mengetahui resiko baik buruk setelahnya.
Keenam, membuat goals point adalah hal yang penting ketika kita
ingin mencoba meningkatkan kepercayaan diri, karena dari situ kita bisa
32
Tri. S Mildawani, Membangun Kepercayaan Diri, Jakarta Timur; Lestari
Kiranatama, 2014
26
melihat sudah sejauh mana kita melangkah untuk maju dengan harapan yang
sukses.
33
Jenny Harianto. dkk, Hubungan Antara Pendekatan Konseling Berpusat Pada
Anak(Pendekatan Client Centered) Dengan Efektivitas Konseling Individual Pada Siswa
SMA (Studi Kasus Di SMA Dhammasavama, SMA Dharma Suci, dan SMA Triratna), Jurnal
Hammavicaya, Vol. 06 No. 1, hal. 10
27
34
Emma Lusiana. dkk, “Penggunaan Konseling Client Centered dalam
Meningkatkan Konsep Diri Positif Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas X)”, Jurnal Bimbingan
Konseling, Vol. 5 No. 4 (2017), h. 23
28
Hal ini menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari klien dengan
konselor membuka komunikasi yang baik sehingga klien percaya kepada
konselor. Kepercayaan yang dibangun konselor akan mempermudahkan
dalam proses konseling berjalan dengan baik.
35
Ulfiah, Psikologi Konseling Teori dan Implementasi, Jakarta : Kencana, 2020,
hal. 9
30
B. Kerangka Berpikir
Teknologi dinilai sangat bermanfaat bagi manusia dari berbagai bidang di
kehidupan manusia sebagai sarana pendukung kehidupan agar lebih meningkat,
yang dijadikan sebagai ilmu pengetahuan untuk dipraktikkan dalam
kemasyarakatan, dan sebagai alat komunikasi tentunya karena bisa membantu
menjangkau komunikasi interaksi jarak jauh.
Luasnya media sosial menjadikan 2 titik balik kepada penggunanya baik
dari sisi positif maupun sisi negatif, setelah mengetahui pentingnya teknologi bagi
kehidupan tidak bisa dipungkiri teknologi juga memiliki dark side yang tidak
disangka bahayanya bisa seserius itu. Seperti halnya kasus yang kerap muncul
penipuan, perampokan, sampai perundungan (cyberbullying) yang biasa
ditemukan di kehidupan nyata kini mengikuti perkembangan teknologi kejahatan
itu bisa berjalan lancar di dunia maya melalui media sosial.
Dampak dari pada kasus cyberbullying banyak memberikan efek negatif
pada perkembangan dan psikologis korban pada anak remaja dengan persentase
40% mengalami kecemasan sosial, 35% menyebabkan depresi, dan 25%
mengakhiri hidupnya. Dari kasus yang sering ditemukan adalah hilangnya rasa
percaya diri terhadap lingkungan sosial di dunia nyata, pada perkembangan anak
di usia remaja dengan indeks kematangan remaja adalah mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan secara baik dan kondusif kehilangan rasa percaya diri ini
36
Ulfa Dani Rosida, Jurnal, Model Pendekatan Konseling Client Centered dan
Penerapan Dalam Praktiknya, (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2016) hal. 6
31
sangat mengganggu kematangan pola pikir dan konsep diri yang akan
mempengaruhi kehidupan sosialnya..37
Konsep diri yang positif akan membangun kepercayaan diri yang positif,
adanya kepercayaan diri berawal dari pola pikir positif terhadap diri sehingga
bertemu dengan persepsi, pikiran serta perasaan positif dalam berhubungan sosial.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri diperlukan proses bantuan layanan
konseling client centered merupakan proses yang diyakini mampu meningkatkan
rasa kepercayaan diri, konsep dasar yang dipercaya dari pendekatan ini seperti
pandangan Carl Rogers yang memandang manusia itu makhluk yang positif ia
memandang setiap manusia mempunyai integritasnya sendiri sehingga mampu
mengatasi masalah personal yang terjadi pada dirinya, karena sejatinya manusia
merupakan makhluk sempurna yang berakal, tentu saja mengetahui
kemampuannya dalam mengatasi permasalahan.
Konsep dasar yang diberikan Carl Rogers bergerak mengikuti kodratnya
manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai konsep diri positif, dengan sikap
diri kooperatif dan konstruksi kemampuannya yang mampu mengatasi
kecenderungan perilaku negatif sehingga mampu mengendalikan konsep diri yang
positif terhadap masalah dan mampu meningkatkan kepercayaan diri dengan
konsep diri yang positif.
Metode psikis yang digunakan untuk tercapai gambaran yang serasi antara
ideal self dengan actual self dilakukan dengan alur yang berlaku dalam terapi client
centered, dan menciptakan suasana yang kondusif guna tercapai tujuan terapi ini.
Tercapai perkembangan diri secara positif diterima oleh orang lain dalam
berinteraksi dan memiliki cinta dari lingkungan. Sejalan dengan penelitian lainnya,
peneliti menyajikan kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran ini berguna untuk
menentukan alur penelitian, hal ini bertujuan dalam memfokuskan lingkup
pembahasan dalam penelitian kedepan. Kerangka pemikiran yang penulis sajikan
sebagai berikut;
37
Tito Adam, “Melihat Data Cyberbullying 2021 Pada Anak di Sosial Media, Serta
Dampak Bahayanya”, https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/ (diakses pada
30 Maret 2022)
32
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Korban Korban
Penerapan cyberbullying
cyberbullying
Client mampu
memiliki konsep
Centered mengubah konsep
diri negatif yang
Counselling diri yang juga
mengakibatkan
menurunnya meningkatkan
kepercayaan diri kepercayaan diri
Kerangka berpikir ini menjadi acuan untuk riset penelitian yang akan berjalan
selanjutnya, menjelaskan langkah-langkah alur dalam penelitian, jelasnya Basri
menyimpulkan tentang penelitian kualitatif ini berfokus pada prosesnya dan
pemaknaan dari hasil penelitian, wawancara, identifikasi masalah, menentukan tujuan
adalah tahap penelitian yang tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi serta
hubungan dan interaksi antar elemen dalam setiap peristiwa dan perilaku manusia
yang menumbuhkan hubungan timbal balik antara keduanya. Tahapan penelitian ini
menjadi perwakilan paradigma peneliti dalam sudut pandang realitas.38
38
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; Rosda Karya, 2012)
33
39
Budi Andayani, dan Tina Afiatin, Konsep Diri, Harga Diri, Dan Kepercayaan
Diri Remaja, Jurnal Psikologi, Vol. 23 No. 2, hal. 25
34
40
Hadi Pranoto, Upaya Meningkatkan Percaya Diri Siswa Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Di SMA Negeri 1 Sungkat Utara Lampung Utara, Jurnal Lentera
Pendidikan LPPM UM METRO, Vol. 1 No. 1, 2016
35
41
Siti Ulfah Maria, “Penerapan Client Centered Therapy (CCT) Untuk Mengatasi Stres
Pada Penderita Diabetes Mellitus Pasca Amputasi di Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak”,
Serang 2018
42
Ni Putu Wahyu Damayanthi, “Penerapan Konseling Client Centered Dengan
Teknik Self Understanding Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII B2
SMP Negeri 2 Sawan” , Bali, 2014
36
Penulis,
N Pendekatan Hasil Sumber Persamaan/
Tahun/Jud
o , Metode Penelitian Data Perbedaan
ul
Pendekatan Persamaan:
Client 1.
Centered Menggunaka
Siti Ulfah
Therapy. Hasil dari n Pendekatan
Mariah.
penelitian ini Client
(2018)
menggambar Wawancara Centered
kan tingkat dan Therapy
Penerapan
stress pada Observasi
Client
penderita dengan Perbedaan:
Centered
Metode Diabetes para pasien 1. Objek
Therapy
Penelitian Melitus, dan Diabetes penelitian
1 (CCT)
Kualitatif adanya Melitus 2. Tujuan
Untuk
dengan perubahan serta penelitian
Mengatasi
Menggamb setelah keluarga lebih kepada
Stres Pada
arkan diberikan dan meningkatka
Penderita
Keadaan layanan masyarakat n
Diabetes
Responden Client Kec. Sajira kepercayaan
Mellitus
Centered diri
Pasca
Therapy 3. Penelitian
Amputasi
eksperimen
yang
dilakukan
Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X SMK N 1 Jambu”, Semarang 2011
37
Ni Putu Pendekatan
Wahyu Konseling
Damayant Client Persamaan:
hi, dkk. Centered 1.
Hasil
(2014) dengan Menggunaka
penelitian ini
teknik Self n konseling
menunjukan
Penerapan Understand Client
terjadinya
Konseling ing Kuesioner Centered
peningkatan
Client Observasi,
kemandirian
Centered dan Perbedaan:
belajar siswa
Dengan Wawancara 1. Metode
dengan
Teknik pada penelitian
2 menerapkan
Self seluruh yang
konseling
Understan siswa kelas digunakan
client
ding Untuk VIII B2 2. Tujuan
centered
Meningkat SMPN 2 Penelitian
dengan
kan Sawan lebih kepada
teknik Self
Kemandiri kemandirian
Understandi
an Belajar Metode belajar siswa
ng sebesar
Siswa Penelitian 3. Sumber
24,23%
Kelas VIII kuantitatif data yang
B2 SMP menggunak digunakan
Negeri 2 an analisis
Sawan deskriptif
Mengguna Persamaan:
Nidawati kan Hasil 1. Tujuan
wahyu layanan penelitian penelitian
Pinasti, bimbingan melalui hasil untuk
(2011) kelompok uji wilcoxom meningkatka
menunjukan Skala n
Upaya tingkat psikologi kepercayaan
Meningkat kepercayaan dengan alat diri
kan diri siswa skala
Kepercaya Metode memiliki kepercayaa Perbedaan:
an diri yang perbedaan n diri 1. Metode
Melalui digunakan sebelum dan menggunak penelitian
Layanan kuantitatif sesudah an teknik 2.
Bimbingan dengan memperoleh statistik Pendekatan
Kelompok menggunak layanan non yang
Pada Siswa an teknik bimbingan parametrik digunakan
Kelas X purposive kelompok dengan 3. Sumber
SMK N 1 random sebesar rumus data yang
3 Jambu sampling 3,65% wilcoxom dipakai
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan tahapan
penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dimana penelitian
kualitatif sebagai metode ilmiah penelitian dengan memperkaya hasil untuk
membangun pengetahuan dengan menggambarkan keadaan yang ada secara
sistematis dan rasional serta memberikan pusat perhatian terhadap masalah-masalah
yang ada pada saat penelitian berlangsung.
Peneliti sebagai kunci dari instrumen penelitian skripsi dalam
mengumpulkan data dan melakukan pengamatan terhadap manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, interaksi tersebut sebagai subjek penelitian yang
dapat memberikan gambaran terhadap fakta-fakta yang terjadi dengan cara
menjelaskan keadaan objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang diperoleh
untuk memberikan kebenaran sebenar-benarnya. Penelitian ini sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata (baik tertulis maupun
lisan) yang menurut Sugiyono (2016) metode ini merupakan metode penelitian yang
memiliki pandangan secara filsafat digunakan sebagai penelitian untuk mencari
jawaban pada kondisi objek yang alami sebagai hubungan langsung yang responsif
antara peneliti dan responden untuk mendapatkan pola-pola nilai yang dihadapi.
Pemilihan metode kualitatif ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan,
pertama perlu adanya penyesuaian dalam penelitian sehingga metode kualitatif
dianggap lebih tepat apabila berhadapan dengan kenyataan yang memiliki 2 atau
lebih kemungkinan. Alasan kedua, metode ini digunakan peneliti dalam penelitian
karena mampu menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan
responden. Ketiga, metode ini digunakan dalam penelitian skripsi karena lebih peka
39
dan lebih tepat untuk menyesuaikan diri dengan banyaknya penajaman pengaruh
yang ada bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.44
B. Setting Penelitian
Penelitian ini tentang penerapan terapi Client Centered Counselling untuk
meningkatkan kepercayaan diri korban cyberbullying, penelitian yang dilakukan
mulai dari bulan Maret melalui beberapa tahapan mulai dari proses observasi sampai
berlangsungnya proses konseling kurang lebih 5 bulan. Beberapa tahapan ini menjadi
proses yang ditunggu akan keberhasilan dalam proses layanan yang dilakukan
dengan subjek penelitian yang ditujukan kepada 10 orang remaja yang menjadi
korban cyberbullying sebagai siswi sekolah SMAN 1 Cikande. Mengapa tempat yang
dipilih untuk penelitian ini adalah SMAN 1 Cikande? karena SMAN 1 Cikande
dinilai kredibel pada fokus penelitian ini yang menjadi fokus subjek penelitian ada
pada masa remaja dengan rentan usia 12-21 yang mengalami permasalahan pada
kepercayaan diri yang dialami pada korban cyberbullying sehingga mengganggu
tugas perkembangan pada usia nya. Kematangan usia remaja dengan kematangan
konsep diri yang menjadi fokus peneliti untuk mengubah pola pikir korban yang lebih
positif sehingga relevan dengan meningkatnya kepercayaan diri korban.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen yang paling utama dalam
pengumpulan data yaitu manusia itu sendiri dengan cara melakukan pengamatan
44
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), cet. 18, hal. 5
40
secara langsung, namun untuk mendapatkan data yang valid itu perlu adanya bantuan
dalam penelitian yaitu instrumen penelitian sehingga tidak sembarang narasumber
yang diwawancarai dalam mendapatkan data yang valid. Instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.45
1. Observasi
Pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dengan
melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yaitu sekolah SMAN 1
Cikande dengan ditemani oleh guru BK terhadap subjek yang akan dijadikan data
penelitian dan selanjutnya melakukan pencatatan seperlunya terkait informasi
yang ditemukan oleh subjek penelitian. Sebelum melakukan observasi ada
beberapa kategori pengamatan yang sejalur yang menjadi topik penelitian ini,
adapun indikator yang menjadi perhatian dalam penelitian ini sebagai berikut.
Tabel 3.1
Indikator Pengamatan
No Indikator Pengamatan
45
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Edisi
Revisi VI, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006)
41
2. Wawancara
Melalui metode wawancara terstruktur sebagai bentuk upaya dalam
memperoleh data untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. adapun
pedoman untuk pelaksanaan wawancara yang disifatkan secara general karena
adanya keterkaitan di antara variabel sehingga beberapa indikator yang ditujukan
ke beberapa responden yang berbeda.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
Komponen/
No Indikator Substansi Pertanyaan
Sub komponen
1. Berapa usia Anda saat ini?
Semua yang 2. Apa aktivitas utama Anda
Gambaran berkaitan di luar sekolah?
1
Umum dengan 3. Apakah Anda nyaman
masalah umum dengan keadaan/ aktivitas di
sekolah?
Semua yang
berkaitan
dengan pikiran
1. Apa yang Anda percaya
yang
diri jika berada di lingkungan
disebabkan
ramai?
oleh
cyberbullying,
seperti:
2. Apakah Anda memiliki
2 Kognitif 1. Kehilangan
kekurangan fisik? Jika ada,
kepercayaan
apakah anda menerima
diri
kekurangan itu?
3. Apakah Anda memiliki
2. Berpikir
motivasi untuk mencapai
irasional
goals sendiri?
4. Jika goals itu tidak tercapai
3. Kehilangan
apa yang akan Anda lakukan
motivasi diri
selanjutnya?
42
dan mudah
pesimis
5. Mampukah Anda berteman
4. Tidak bisa
dengan siapa saja dan
berpikir
menjalin hubungan
objektif
pertemanan yang baik?
6. Apakah anda memiliki
5.
keyakinan dengan
Merendahkan
kemampuan diri yang anda
diri sendiri
miliki?
Semua yang
berkaitan
dengan fisik
yang 1. Apakah Anda memiliki
disebabkan jadwal tidur yang teratur?
oleh
cyberbullying,
seperti;
2. Apakah Anda memiliki
3 Psikomotorik 1. Mengalami
fokus yang baik pada suatu
insomnia
pekerjaan?
3. Apakah Anda merasa
2. Sulit untuk
gelisah berlebihan ketika
fokus pada
bertemu dengan banyak
suatu pekerjaan
orang?
3. Mengalami 4. Apakah Anda mengalami
penurunan penurunan kesehatan
kesehatan belakangan ini?
Semua yang
berkaitan
dengan
perasaan(emosi 1. Apakah Anda merupakan
) yang orang yang bisa mengambil
disebabkan keputusan dengan cepat?
oleh
cyberbullying,
4 Afektif
seperti;
1. Merasa
2 Bagaimana perasaan Anda
bimbang dalam
jika berada di lingkungan
menentukan
yang tidak dikenal?
suatu pilihan
2. Merasa
3. Dapatkah Anda berinteraksi
gelisah saat
dengan banyak orang?
bertemu
43
dengan orang
banyak
3. Mengalami
4. Lantas apakah Anda orang
perubahan
yang mampu mengatur emosi
emosi secara
dengan baik?
drastis
4. Menarik diri 5. Lantas bagaimana Anda
dalam jika menghadapi situasi yang
bersosialisasi tidak menyenangkan?
D. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah sumber data yang menjadi elemen penting
penelitian untuk dijadikan dasar pertimbangan berupa subjek penelitian dari mana
data itu diperoleh. Secara sederhananya data yang diperoleh dari sumber data adalah
sekumpulan fakta-fakta yang dijadikan gambaran luas, ada beberapa jenis sumber
data penelitian yang didapatkan yaitu sumber data primer berupa sumber data
deskriptif tertulis maupun tidak tertulis yang bisa diperoleh langsung dari peneliti,
sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari pihak kedua
ataupun pihak ketiga yang menjadi sumber data utama atau informan.46
Bagan 3.1
Sumber Data
Sumber Data
Guru
Keluarga/kerabat terdekat
46
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”.......... hal.
29
44
1. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja panca indera, dalam penelitian ini observasi
berperan serta (participant observation) dalam pelaksanaannya, peneliti akan
melihat, mendampingi serta berperan dalam membantu menangani kasus siswa
yang menjadi korban cyberbullying melalui layanan konseling. Kemampuan
peneliti dalam mendapatkan data dengan cara mengamati secara langsung
keadaan korban tentang persoalan apa saja terkait permasalahan terjadinya
cyberbullying yang mengganggu kepercayaan diri korban.
Observasi merupakan dasar ilmu pengetahuan yang dapat bekerja
berdasarkan data yang valid, fakta yang ada pada kehidupan nyata bisa diperoleh
melalui observasi dengan menggunakan indera penglihatan yang tanpa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.47 Untuk mengetahui permasalahan masing-
masing klien dalam penelitian ini, peneliti mengadakan observasi dengan
pengamatan secara langsung dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
psikologisnya sampai mengganggu kepercayaan diri masing-masing.
Observasi yang dilakukan akan mendapatkan data hasil berupa benda,
gerak atau proses tertentu, dilakukan observasi awal terdapat 10 orang yang
menjadi korban cyberbullying bersedia untuk dijadikan subjek penelitian.
Setelah dilakukan wawancara sederhana 5 diantaranya mengalami trauma dan
kehilangan kepercayaan diri dan merupakan dampak dan kasus terparah dari 10
responden sebelumnya. Untuk memberikan layanan konseling diperlukan
informasi lengkap lainnya terkait korban, dan informasi tambahan penelitian
peneliti mendapat informasi dari teman-teman serta kerabat terdekat dan orang
tua terkait permasalahan pada ke 5 responden.
47
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 69
45
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk
mendapatkan informasi dengan sistem tanya jawab yang dapat dikonstruksikan
maknanya dalam suatu topik tertentu. Proses wawancara ini merupakan metode
penelitian dalam pengumpulan data yang akan menjadi informasi tambahan
dalam penelitian, untuk mengetahui permasalahan korban cyberbullying perlu
adanya data yang digali permasalahan lanjutan yang mengenai psikologi korban
cyberbullying. Data tentang peserta didik sebagai korban dan guru BK secara
langsung sebagai informan (face to face relation) yang dilakukan dengan tanya
jawab tentang pokok persoalan yang dikehendaki. Subjek wawancara adalah
koordinator guru BK menangani peserta didik di SMAN 1 Cikande. Wawancara
dilaksanakan di SMAN 1 Cikande, pewawancara atau peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada guru BK mengenai penanganan kasus
cyberbullying melalui layanan.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap yang sah punya sendiri dan bukan
berdasarkan perkiraan (Hoax). Dokumentasi dalam bentuk tulisan dapat berupa
catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan sebagai
hasil pengamatan pendukung yang berbentuk gambar seperti foto atupun lukisan.
Sedang dokumentasi yang diperoleh dalam bentuk karya film dokumenter selama
penelitian berlangsung. Karena hasil penelitian dari observasi dan wawancara
akan lebih dapat dipercaya (kredibel) jika didukung oleh hasil dokumentasi yang
telah ada. Adapun bentuk dokumentasi pada penelitian ini yaitu berupa hasil foto
dan rekaman kegiatan selama proses penelitian sampai proses konseling
berlangsung.
atau cerita yang dibuat kemudian dikomunikasikan kepada seluruh bagian terkait
dalam penelitian ini sehingga informasi yang didapat dapat dilukiskan secara
sistematis secara fakta dan berkarakteristik di bidang-bidang tertentu secara faktual
dan cermat dengan penggambaran keadaan dan struktur fenomena yang ada.48
48
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”........hal.
243
49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian.........h. 103
47
50
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D “ (Bandung,
Alfabeta: 2007) hal. 247
48
Adapun uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi yang menjadi metode dalam uji keabsahan data yang digunakan, dengan
mengukur dan meningkatkan validitas penelitian dengan cara menganalisis
pertanyaan penelitian dari berbagai sudut pandang. Triangulasi dalam pengujian
51
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D “ .... hal. 252
52
Moleong Lexy J, “Metode Penelitian Kualitatif” (Bandung, Rosdakarya:2007) hal. 320
49
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung;PT Alfabeta)
2017, hal.273-275
50
Bagan 3.2
Alur Penelitian
Kebutuhan Informasi
ketidakpercayaan diri Siswi korban
cyberbullying di SMAN 1 Cikande
Pengumpulan Data
Hasil Penelitian
Uji Kredibilitas
51
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada peserta didik kelas xii yang menjadi
korban cyberbullying, dijadikan tempat penelitian karena sekolah yang menjadi
tempat anak remaja yang bisa mengeksplor kemampuan dirinya untuk
mempersiapkan kematangan pola pikir dalam mencari jati diri menuju dewasa
kesiapannya itu dibuat untuk menyambut kehidupan yang lebih luas lagi setelah
masa SMA nya. Dan cyberbullying menjadi kasus terbanyak yang
menghancurkan pola pikir seseorang dan mengganggu tumbuh kembang pada
masa remaja. Setelah dilakukan penelitian secara langsung dengan melakukan
observasi dan wawancara didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Profil Responden AA
nya dalam menari menjadi bahan gunjingan untuk teman sebayanya karena
sebagai seorang laki-laki dalam stereotip gender dinilai melenceng sebagai
kodrat laki-laki dengan maskulinitas. AA yang sudah nyaman serta mahir di
dunia tari kerap kali mengupload video kegiatan saat AA sedang latihan dan
berada di panggung event itu ternyata memberikan peluang untuk pelaku
melakukan cyberbullying. AA mendapat serangan komentar negatif pada
setiap video tentang tari dan di setiap kegiatan hinaan serta fitnahan-fitnahan
terus didapat sampai di kehidupan sehari-hari terus mendapat pandangan
negatif hingga merusak reputasi yang membuatnya dikeluarkan dari sanggar
tari karena dinilai merusak nama baik sanggar.54
b. Profil Responden SS
54
AA, Responden, di Sekolah, Wawancara dengan Zirli, tanggal 13 Juli 2022,
Pukul 08.30 WIB
53
c. Profil Responden NE
55
SS, Responden, di Sekolah, Wawancara dengan Zirli, tanggal 13 Juli 2022, Pukul
09.00 WIB
54
dengan orang banyak dan merasa tidak percaya diri, semua itu diakibatkan
oleh kasus cyberbullying yang dialami 1 tahun belakang ini, NE yang
memiliki badan plus size dari teman sebayanya itu menjadi alasan sebagai
bahan bullying Sejak SMP di sekolahnya. Namun keadaan 1 tahun belakang
ini bullying ini semakin menjadi karena menyerang ke semua media sosial
yang dipunya, NE mendapat verbal abusement dan body shaming dari
lingkungan sekitar tetangga bahkan saudara melakukan itu semua yang
membuat NE semakin tidak percaya diri. Disaat NE berusaha menerima
keadaan diri dan mencari kenyamanan di media sosial berharap mendapat
dukungan positif dari kasus yang didapat di kehidupan nyata namun
sebaliknya yang didapat
d. Profil Responden V
56
NE, Responden, di Sekolah, Wawancara dengan Zirli, tanggal 13 Juli 2022,
Pukul 09. 30 WIB
55
e. Profil Responden F
57
V, Responden, di Sekolah, Wawancara dengan Zirli, tanggal 13 Juli 2022, Pukul
10.00 WIB
56
sepanjang waktu ketika hari libur pun F habiskan waktu di rumah tanpa
liburan dengan teman-teman. F memiliki kejadian yang membuat dirinya
mengurung diri tanpa bertemu dengan orang lain sekalipun teman dekat, F
mengalami cyberbullying karena memiliki wajah yang tidak cantik dari
temannya yang lain, dengan kenyataan yang pahit ternyata cyberbullying
yang dialami F berawal dari pertemanan dengan teman di rumah yang
berlanjut di sekolah yang sama.
Berikut ini profil singkat dari kelima responden yang menjadi korban
cyberbullying dan kehilangan kepercayaan diri di SMAN 1 Cikande, Kab.
Serang.
58
F, Responden, di Sekolah, Wawancara dengan Zirli, tanggal 13 Juli 2022, Pukul
10.30 WIB
57
Tabel 4.1
N Bentuk
Responden Usia Permasalahan
o Cyberbullying
1 AA 18 Dihina dan digiring Flaming
Tahun opini negatif karena
sebagai seorang dancer
laki-laki yang
dianggap melenceng
dari stereotip gender
masyarakat
2 SS 17 Dijelekkan nama Flaming
Tahun baiknya dengan opini
negatif yang dibuat
oleh sesama teman
content creator
3 NE 17 Memiliki badan plus Body Shaming
Tahun size yang dijadikan
bahan ejekan oleh
lingkungan sekitar
secara langsung
maupun di media social
4 V 16 Seorang model yang Harassment
Tahun mengalami sexual
harassment secara
langsung maupun
media social
5 F 17 Dikucilkan dengan Denigration
Tahun temannya sendiri dan
di fitnah dengan berita
hoax di media sosial
2. Hasil-Hasil Temuan
a. Tingkat Ketidakpercayaan Diri Remaja Korban Cyberbullying
1) Responden AA
2) Responden SS
3) Responden V
modeling karena trauma dengan kejadian lalu sampai takut bertemu dengan
lawan jenis. “aku gak pernah ada niat jual diri yang aku pakai pun masih
standar pakaian orang sini (Kupang)” ujarnya pada saat wawancara pada
tanggal 13 Juli 2022.
4) Responden NE
5) Responden F
konseli, sehingga dalam tahap ini proses konseling berpusat pada konseli dan
konselor bertugas memberi semangat, dukungan, serta motivasi. Tahap ketiga,
konselor membimbing konseli supaya mampu membuat tindakan dalam
perencanaan dan merealisasikan pilihannya sendiri.
1. Responden AA
pertemuan ini konseli mengerti dan berpikir untuk melakukan hal yang
membuatnya membawa kepada perubahan yang baik dengan berusaha
menumbuhkan kepercayaan diri AA
2. Responden SS
selama ini aku belum bisa melakukan itu dan berujung menghindari orang-
orang.”
3. Responden V
kedua berlangsung dalam satu kali pertemuan tahap ketiga inilah yang
menjadi jalan alternatif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang
dialami dengan caranya sendiri, dengan membuat perencanaan untuk
melakukan tindakan dan merealisasikan pilihannya. Sebelumnya sudah
diketahui permasalahan V beberapa waktu lalu dengan perasaan tidak
percaya dirinya memulai pertemanan di lingkungan baru dengan masalah
cyberbullying di lingkungan lama.
4. Responden NE
Kasus yang menimpanya ini sudah diketahui oleh orang tua NE,
namun orang tua NE tidak mau adanya pertengkaran keluarga jadi hanya
memberikan semangat dan mengingatkan kepada anaknya bahwa NE
merupakan anak yang mahir di bidang akademik, jadi tidak perlu khawatir
akan hal itu. “tidak cantik pun tidak apa-apa karena kamu pun punya
kelebihan di bidang akademik NE.” ujar orang tua NE padanya.
5. Responden F
lain menghilang dan rasa cemas berlebih yang terus muncul. Konselor
melihat keadaan ini memutuskan memberikan waktu kembali untuk
melanjutkan ke tahap selanjutnya sebelum menutup pertemuan, F
mengatakan maaf untuk pertemuan kali ini terlihat kurang berkenan “maaf
ka, aku masih trauma dan takut berbicara dengan orang lain bahkan orang
asing karena kejadian lalu itu buatku gak percaya pada siapapun”. Konselor
memeluknya sebagai bentuk empati.
B. Pembahasan
1. Faktor Penyebab Terjadinya Cyberbullying
Tingkat Ketidakpercayaan Diri Remaja Korban Cyberbullying
Dapat disimpulkan dari kelima konseli tersebut mengenai gejala-gejala
psikologis dan fisiologi menunjukan pengaruh pada tingkat kepercayaan diri
77
Kelima konseli ini jika terus menerus hanya mengambil energi negatif
yang ada pada permasalahannya dan larut dalam masalah itu tidak akan ada
perkembangan energi positif dalam diri yang akan terus jatuh dalam
keterpurukan.
a. Responden AA
Berdasarkan hasil penerapan konseling client centered yang dilakukan
dengan AA diperoleh hasil bahwa peningkatan kepercayaan dirinya bisa
meningkat dengan memberikan ruang positif bagi dirinya atas permasalahan,
dan AA sudah terlihat bodo amat dengan omongan negatif orang-orang karena
AA sadar bahwa kesenangannya tidak ada kontribusi dari orang lain. Terlebih
AA merasa omongan mereka tidak benar hanya berdasarkan stereotip
masyarakat belak. Sikap yang diambil dengan tegas oleh AA untuk
memberikan pikiran positif dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri
dengan memulai berpikir secara positif untuk dirinya tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga hobinya ini bisa terus dilakukan tanpa mengganggu
kenyamanan orang lain yang tidak merugikan orang lain dan dia pasti akan
sukses di bidang ini.
b. Responden SS
c. Responden V
positif untuk dirinya kedepan. Hasil penerapan konseling client centered yang
dilakukan dengan V diperoleh hasil bahwa peningkatan kepercayaan diri V
karena faktor keluarga juga yang memberikan ruang positif bagi diri V
dengan keputusan pindah sekolah ke Cikande.
d. Responden NE
e. Responden F
Tabel 4.2
Sebelum
Setelah Dilakukan Indikator
Responden Dilakukan
Konseling Keberhasilan
Konseling
AA mulai berfikir
Merasa tidak Berpikir
secara positif bahwa
percaya diri positif dari
hobinya ini tidak
dengan setiap
merugikan orang lain
hobinya permasalahan
dan dia pasti akan
sebagai penari nya
sukses di bidang ini
Merasa takut AA memilih untuk
dan tidak menjauhi perkumpulan
Percaya diri
percaya diri dengan teman-teman
AA meningkat
kumpul dengan yang tidak memberinya
teman-teman keuntungan
Merasa malu
terhadap AA bersikap bodo amat Mampu
pandangan atas pandangan mengambil
stereotip masyarakat, karena keputusan
masyarakat yang mereka katakan terbaik untuk
terhadap tidak ada benarnya diri sendiri
maskulinitas
Merasa tidak Kepercayaan
percaya diri SS masih merasa tidak diri SS masih
untuk tidak percaya diri untuk belum besar
bergabung gabung dengan teman namun
dengan teman yang lain memiliki
yang lain progres
Merasa cemas
dan tidak SS masih mau mencoba
Eksplorasi
percaya diri aktif kembali dan
pencapaian
SS untuk aktif lagi mencoba terlihat
baru
sebagai content percaya diri
creator tiktok
SS masih menjadi acne
Merasa fighter dan terus
menjadi pusat berusaha menerima Menerima
perhatian keadaannya untuk keadaan
karena kondisi memberikan pandangan dengan positif
acne fighter positif bagi acne fighter
lainnya
81
Merasa takut
kalau teman-
V menghapus semua
teman sekarang Berani
postingan di Instagram,
mengetahui memberikan
dan menutup akun lama
kasus sexual tindakan
guna menutup kasus itu
harassment di positif
muncul kembali
media sosial ku
saat itu
V percaya diri dengan
Merasa tidak
keadaan dirinya dan
percaya diri
merasa beruntung
dengan Kepercayaan
V pindah ke cikande
pandangan diri
karena tidak ada lagi
rasis meningkat
pandangan rasis
perempuan
terhadap kulit gelapnya
berkulit gelap
ini
Merasa tidak V mulai bergabung
percaya diri dengan teman-teman
bergabung ditambah dukungan Mengubah
dengan teman- orangtua yang senang mindset lebih
teman karena mengundang teman- positif
masih anak teman V datang ke
baru rumah
NE mengakui tidak bisa
Merasa tidak
menang dari egonya
percaya diri Menerima
menuruti standar
dengan standar keadaan
kecantikan, tapi NE
kecantikan dengan positif
sadar kalau dia unggul
yang ada
di akademik
Merasa minder NE mulai mengikuti
Memberikan
ketika perkumpulan yang ada
tindakan
berkumpul hanya saja menjaga
positif pada
dengan teman intensitas dalam
dirinya
perempuan interaksinya
NE Merasa tidak NE memang belum
percaya diri percaya diri untuk Kepercayaan
memposting memposting foto dirinya belum
foto di media pribadinya di media meningkat
sosial sosial
Merasa
NE berpikir positif dari
menjadi beban
aksi dietnya membuat Memandang
orang tua
orang tuanya sedih jadi positif dari
karena aksinya
tidak ada lagi pikiran setiap
dalam diet
untuk melakukan hal keadaan
ketat tidak
tersebut
sehat
82
Kepercayaan
Merasa takut diri
F masih membatasi
dan khawatir meningkat
interaksi dengan teman-
F untuk memulai hanya
teman untuk memulai
pertemanan memberi
pertemanan
kembali batasan dalam
interaksi
F sudah mulai memulai
obrolan dengan teman-
Merasa tidak Memberikan
teman yang lain tidak
percaya diri tindakan
dengan teman dekatnya
untuk memulai positif pada
dahulu yang menjadi
obrolan dirinya
pelaku dari kasus
cyberbullying saat itu
Merasa malu
dan sakit hati
F menutup akses
dengan teman
obrolan dengan mereka Memberikan
dekatnya
karena sudah hilang tindakan
dahulu sebagai
kepercayaannya pada positif pada
pelaku dari
mereka untuk dijadikan dirinya
kasus
teman
cyberbullying
saat itu
Konseling Responden
No Hal Yang Ingin Dicapai
Tahap
AA SS V NE F
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alyusi, Shiefti Dyah. Media Sosial, interaksi, identitas, dan modal sosial . Jakarta,
Juni 2019.
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Edisi Revisi
VI, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006)
Baiti, Nur, Anastasia Siwi Fatma Utami. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku
Cyberbullying Pada Kalangan Remaja. 2018
Gufron, Nur, dkk. Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), cet. 18
Lestari, Endang. Penggunaan Konseling Client Centered Untuk Menurunkan
Permasalahan Konseli, Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, 2021
Majid, Abdul . Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; Rosda Karya, 2012)
Prayitno dan Erman Amti Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,Jakarta: Rineka
Cipta, 2004
Priyatna, Andri. Let’s End Bullying, Gramedia. Jakarta;2010
Sari, Rani Nirwana. Therapy Self Hater Healing. Surabaya; Sucofindo. 2020.
Sobur, Alex Psikologi Umum. Pustaka Setia, Bandung; 2016
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung;PT
Alfabeta). 2017
JURNAL
Amin, Abdul Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja,
Jurnal Psikologi, Vol. 5 No. 2
88
Andiwijaya, Dessy, dkk. Pusat Pengembangan Kepercayaan Diri, Jurnal Studi, Vol.
1 No. 2, 2019
Anggraini, Meilan. Hubungan Antara Citra Tubuh Dan Kepercayaan Diri Pada
Wanita Bertubuh Besar, Universitas Sanata Darma, Yogyakarta, 2019, hal.81-
82
Baiti, Nur, dkk. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cyberbullying Pada
Kalangan Remaja, 2018. Vol. 18 No. 2
Deni, Amandha Uzilla, dkk. Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri, Jurnal
Educatio, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2 No. 2, 2016
Emma, Lusiana. dkk, “Penggunaan Konseling Client Centered dalam Meningkatkan
Konsep Diri Positif Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas X)”, Jurnal Bimbingan
Konseling, Vol. 5 No. 4 (2017).
Adam, Tito. “Melihat Data Cyberbullying 2021 Pada Anak di Sosial Media, Serta
Dampak Bahayanya”
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/ (diakses pada 30
Maret 2022)
Fadli, Rizal “Cyberbullying Bisa Sebabkan Depresi Hingga Bunuh
Diri”,https://www.halodoc.com/artikel/cyberbullying-bisa-sebabkan-
depresi-hingga-bunuh-diri (diakses 10 Desember 2021
Ricardo, 6 Siswa Meninggal dan Satu Orang Lumpuh Akibat Kekeran Sepanjang
2021, https://m.jpnn.com/news/ (diakses 30 Januari 2022)
Zafira, Anindhya Nur, “Korban “Cyberbullying” Kian Meningkat di Kalangan Anak-
anak dan Remaja, "https://www.antaranews.com/berita/2431825/korban-
cyberbullying-kian-meningkat-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja ( diakses
3 Oktober 2021 9:39)
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
Untuk melakukan observasi ada beberapa yang perlu diisi untuk memperoleh
data sebelum pelaksanaan konseling. Berikut Lembar Observasi Sikap Percaya Diri
dengan beberapa kategori pengamatan dengan tingkatan indikator (skor) yang diisi
oleh guru maupun teman kerabat sebagai responden.
No Indikator Pengamatan
Pertanyaan:
Konselor
Zirli Hayatunisa
DOKUMENTASI
Konseli AA Konseli V
Konseli NE Konseli F
Konseli SS
95