Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

KONSELING BEHAVIORAL UNTUK MENINGKATKAN RASA


PERCAYA DIRI SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 WAINGAPU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh

Nama : M. Nurhikmah, S.Pd


NIP : 19780324200903 1 002
Sekolah : SMK Negeri 1 Waingapu

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


UNIT PELAKSANA TEKNIS KABUPATEN SUMBA TIMUR
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 1 WAINGAPU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini
dapat terselesaikan pada waktunya. Karya ilmiah yang berjudul “KONSELING
BEHAVIORAL UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA
KELAS X SMK NEGERI 1 WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2020/2021” ini disusun untuk memenuhi persyaratan
kenaikan golongan profesi guru.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yth. Kepala SMK Negeri 1 Waingapu
2. Yth. Kepala-kepala Program kejuruan SMK Negeri 1 Waingapu
3. Yth. Rekan-rekan Guru SMK Negeri 1 Waingapu
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan
demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.

Waingapu, November 2020

Peneliti

ii PTBK- 2020/2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan masalah.......................................................................... 2
C.Tujuan Penelitian............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 3
E. Hipotesa Penelitian......................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................... 5


A. .Percaya Diri.................................................................................. 5
B. Hipotesa Penelitian........................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN


A.Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................22
B.Populasi Dan Samplel.....................................................................22
D,Prosedur Penelitian.........................................................................23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Siklus 1.................................................................................23
B. Hasil Siklus 2.................................................................................27
C. .Pembahasan...................................................................................28
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan .Saran.......................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

iii PTBK- 2020/2021


BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rasa percaya diri pada usia remaja merupakan hal yang penting,
karena pada usia itu siswa seharusnya sudah tidak mudah terpengaruh. Yakin
akan pendapatnya, tidak tergantung pada orang lain, benar akan segala
tindakannya, yakin setiap mengambil keputusan, dan yakin kepada
kemampuannya. Tanpa percaya pada kemampuan diri sendiri mustahil dapat
meraih apa yang dicita- citakannya, dan akan selalu tergantung pada orang
lain. Akibatnya siswa tidak merasa yakin bahwa siswa mampu mengerjakan
suatu pekerjaan. Sebab pekerjaan yang ringan sekalipun akan terasa berat dan
sukar dilaksanakan bila tak percaya pada diri sendiri. Karena itu sebelum
mengerjakan sesuatu yang berat, yakinlah pada diri sendiri bahwa kita
sanggup melakukannya. Dr. Gle Carnigie yang menulis buku Psikologi
Terapan berkata, "kebanyakan orang yang menjadi maju karena mereka
mempunyai rasa percaya diri yang sangat tinggi." Nana Syaodih Sukmadinata
dan Juntika Nurihsan, (2001:17). Karena itu yakinkan sebelun bertindak
bahwa kita dapat mengerjakan apa yang akan kita kerjakan. Ada pepatah
mengatakan Ora Et Labora artinya berdoa sambil bekerja, pepatah ini
memang sangat klasik, tapi prinsip berdoa dapat memacu rasa percaya diri dan
sekaligus melenyapkan keragu-raguan.
Siswa SMK pada prinsipnya harus sudah berani berbicara,
mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab atau menyanggah pernyataan
lingkungan. Karena beberapa hal ada sebagian kecil, siswa yang pada usianya
tidak dapat atau bahkan sangat sulit melakukan hal tersebut diatas. Sebelum
siswa bisa menjawab ataupun mempunyai opini, tetapi mereka lebih memilih
diam, karena berbagai alasan, takut salah, merasa malu, rasa takut
ditertawakan dan sebagainya.

iv PTBK- 2020/2021
Untuk membantu siswa tersebut dapat dilakukan penanganan melalui
Konseling Behavioral yaitu proses perubahan tingkah laku sebagai upaya
alternatif memperbaiki dan merubah sikap siswa yang belum mempunyai rasa
percaya diri dalam berbicara menjadi mampu menghargai orang lain, berani
mengemukakan pendapat, berani menjalin persahabatan dan perasaannya,
berani menghadapi situasi ketidaknyamanan belajar, dan berani bertindak.
Sesuai dengan konsep behavioral, "prilaku manusia merupakan hasil
belajar sehingga dapat dirubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-
kondisi dalam belajar." (Mohamad Surya, 2003:25).
Tatkala rasa percaya dm siswa terganggu maka siswa akan mengalami
hambatan termasuk dalam perkembangan sosial, emosi, moral, agama dan
mudah kecewa, panik dan putus asa. Salah satu penyebab kemungkinan dari
faktor pendidikan di rumah maupun di sekolah. Pada umumnya orang dewasa
atau orang tua maupun guru lebih mudah memperlakukan anak dengan cara
yang mengatur, mengarahkan, dan menentukan, dibandingkan memberikan
kebebasan baik dalam bertanya, menjawab, berpendapat maupun untuk
menentukan sendiri apa yang dilakukan anak, contohnya siswa tidak diberi
kebebasan untuk memberikan jawaban atau alasan yang tepat baik pada orang
tua maupun kepada guru jika siswa dianggap mempunyai kesalahan. Hal ini
menjadikan siswa yang yang kurang memiliki rasa percaya diri beranggapan
bahwa yang berhak berbicara hanyalah orang dewasa dan orang tua.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka disusun rumusan masalah
sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan rasa percaya diri siswa SMK Kelas
X ? Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian
berikut:
1. Bagaimana tingkat rasa percaya diri siswa Kelas X ?
2. Bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri siswa terutama dalam
berbicara ?
3. Apakah konseling behavioral dapat meningkatkan rasa percaya diri ?
v PTBK- 2020/2021
4. Bagamana langkah konseling behavioral untuk meningkatkan rasa percaya
diri siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Menemukan cara perlakuan untuk meningkat rasa percaya diri siswa Kelas
X. Secara operasional tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat rasa percaya diri dalam berbicara,
sebelum dilaksanakan konseling behavioral.
2. Untuk memperolah gambaran rasa percaya diri dalam berbicara sesudah
tindakan konseling behavioral.
3. Membandingkan tingkat rasa percaya diri dalam berbicara sebelum dan
sesudah pelaksanaan konseling behavioral.
4. Memperoleh gambaran tentang langkah konseling behavioral untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa di SMK Negeri 1 Waingapu?

D. Manfaat Penelitian
1. Mempertegas manfaat penggunaan konseling behavioral dalam
pengembangan rasa peraya diri siswa.
2. Memperkaya pengalaman guru Bimbingan Konseling dalam
melaksanakan pendekatan konseling behavioral terhadap siswa yang
bermasalah.
3. Mempererat kerja sama guru bimbingan konseling dengan guru bidang
studi dan kepala sekolah.
4. Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan konseling selanjutnya.

E. Hipotesis Tindakan
Bahwa dengan pendekatan konseling behavioral akan mengubah
prilaku psikologis untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
berbicara. Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

vi PTBK- 2020/2021
"Terdapat perbedaan yang berarti antara prilaku siswa sebelum ditangani
dengan konseling behavioral dan sesudah penanganan konseling
behavioral".

vii PTBK- 2020/2021


BAB II
RASA PERCAYA DIRI DAN KONSELING BEHAVIORAL
A. Percaya Diri (Self Confidence)
1. Percaya Diri
Percaya Diri atau Self Confidence adalah sebuah sikap mental individu
berkenaan dengan keyakinan dan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991:217), bahwa "percaya pada diri sendiri adalah yakin benar atau
memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang." Pengertian ini
diperkuat pula dalam The World Book Dictionary yang dikutip oleh
Rahmawati, dkk. (2005:6) bahwa self confident adalah" Belief in one own
ability power and judgment." Yaitu kepercayaan atau keyakinan pada
kemampuan sendiri, kekuatan atau penilaian diri sendiri.. Yani Rahmawati
dkk, ( 2005:6), bahwa "prilaku percaya diri dapat dilihat melalui keberanian
anak dalam mengekspresikan diri dan kemampuannya. Berani bertanya, berani
mengemukakan pendapat, ide dan pikiran, beran mencoba hal-hai yang baru
dan merasa tidak takut salah, memilih rasa aman yang tinggi serta percaya
terhadap lingkungannya.
Bagaimana caranya supaya diri kita selalu dikelilingi oleh energi positif
yang maksimum, dilakukan dengan kiat-kiat berikut ini :
1) Menghilangkan pengaruh negatif.
Sejak lahir dan sepanjang hidup kita mengalami rangsangan positif dan
negatif dari lingkungan silih berganti. Orang yang sepanjang hidupnya
menerima rangsangan negatif relatif akan memiliki kadar percaya diri
yang rendah. Rangsangan negatif dapat berasal dari lingkungan keluarga,
masyarakat sekitar, kantor atau lingkungan pekerjaan, sekolah dan
sebagainya. Apabila kita terperangkap dalam suatu kondisi hubungan antar
manusia yang sangat buruk, segera cari solusi. Cara pertama adalah
dengan berdamai atau berkompromi dengan lingkungan. Terima kondisi
dengan ikhlas. Tapi kalau tidak membawa hasil positif, lebih baik keluar
saja dari lingkungan tersebut apapun resikonya.
viii PTBK- 2020/2021
2) Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan orang lain terhadap keberadaan, perbuatan
atau prestasi kita, akan sangat meningkatkan rasa percaya diri. Masalahnya
tidak banyak orang lain yang melakukan hal itu. Hanya orang-orang
positif yang mau melakukan hal itu. Solusinya adalah bergabunglah
dengan kelompok orang-orang yang positif. Cara lain, kita bisa memulai
dengan melakukan pengakuan dan penghargaan pada diri kita sendiri.
Sekecil apapun perbuatan positif yang kita lakukan, akui dalam diri kita,
atau beri hadiah kecil-kecilan
3) Pujian
Sama seperti halnya pengakuan, pujian dapat meningkatkan rasa percaya
diri kita. Siapa yang tidak senang kalau ada yang memuji penampilan,
kepintaran atau keahlian kita. Pujian pun jarang diberikan pada lingkungan
orang yang mayoritas berpikiran negatif.
4) Memanjakan diri
Memanjakan diri itu penting dan perlu. Karena dengan begitu, kita akan
merasa sebagai manusia yang berharga dan bisa menghargai orang lain.
5) Beranggapan baik terhadap diri sendiri
Ini cara yang paling mudah untuk meningkatkan percaya diri kita, karena
dapat dtlakukan kapan saja dan di mana saja.
6) Dapatkan input positif melalui panca indra
Input positif dapat diperoleh lewat kisah-kisah heroik, kisah sukses, kisah
yang motivatif dan emosional dari tokoh atau pebisnis yang sukses. Kisah-
kisah tersebut dapat memotivasi kita untuk berpikir dan bertindak positif.
Rita bisa mendapatkan input tersebut dari buku, kaset, dan tv.
7) Biasakan bersikap positif
Mulailah bersikap positif dari diri sendiri dengan melakukannya pada
kehidupan sehari-hari. Pastikan memori kita hanya menyimpan peristiwa
positif. Pandang orang lain secara imbang dengan diri kita, Selalu berbuat
jujur. Dan tunjukkan bahwa kita memang punya rasa percaya diri.

ix PTBK- 2020/2021
Kiat Meningkatkan Percaya Diri
Setiap orang terlahir dengan segala keiebihan dan kekurangan. Jika Anda
terlahir cakep, syukurilah, namun jika Anda terlahir jelek, syukurilah juga,
karena masih ada banyak kelebihan di balik kejelekan paras Anda. Berikut
delapan kiat meningkatkan rasa percaya diri bagi yang merasa dirinya jelek:
- DON'T JUDGE THE BOOK BY THE COVER (jangan menilai buku
dari cavernya)
Jangan putus asa, tidak semua orang menilai manusia dari fisiknya, siapa
tahu bisa dari rumahnya, mobilnya, pekerjaannya, atau tabungannya
- LIKE FATHER LIKE SON ( anak gimana ayah )
Jangan salahkan diri kamu kalau kamu jelek, salahkanlah orangtuanya,
karena jelek itu keturunan... iya kan??
- THE BEAUTY IS UNDER THE SKIN (kecantikan ada dibawah
kulit)
Perbaiki inner beauty kamu, itu kalau ngerasa sisi luar kamu udah ancur
gak ketolong lagi...
- NO GAIN WITHOUT PAIN (Tiada sukses tanpa pengorbanan)
Maknanya: Jangan sakit hati kalo dikatain jelek, cuek aja, inget film
Beauty and The Beast kan?
- JUST BE YOUR SELF (Jadilah diri kamu sendiri)
Jadilah diri kamu sendiri, kalau kamu jelek syukurilah soalnya kalo kamu
ganteng pasti kamu bakal banyak dosanya hehehe...
- THE TRUTH IS OUT THERE (Kebenaran ada diluar sana)
Kalau orang lain menilai kamu jelek, jangan diambil hati, penilaian
manusia tidak selalu benar (maksudnya kamu sebenarnya lebih jelek lagi)
- THE RIGHT MAN IN THE WRONG PLACE (orang yang cakep ada
ditempat yang salah)
Cakep-jelek itu tergantung lingkungan, misalnya kamu di sini jelek tapi di
Afrika bisa paling ganteng Iho, makanya pindah ke sono aja hehehe...

x PTBK- 2020/2021
a. Pentingnya Kepercayaan Diri yang Sehat Bagi Siswa
Kepercayaan diri merupakan hal yang penting dalam perkembangan
kepribadian seorang individu. Sikap mental itu sangat mewarnai
keseluruhan aktivitas dan prilaku individu. Ketika seorang individu yakin
dan percayan pada kemampuan dirinya, maka ia dapat mengerjakan
banyak hal yang mampu ia lakukan. Jika ada sesuatu yang baru ia juga
tidak akan ragu untuk mencoba dan mengukur kemampuannya. Berbeda
dengan individu yang tidak memiliki kepercayaan diri, ia akan terhambat
dalam melakukan berbagai kegiatan yang mampu ia lakukan dan siswapun
tidak akan berani mencoba hal yang baru yang belum siswa ketahui. Jika
anak dibesarkan dengan pondasi mental yang baik sehingga dapat
memiliki kepercayaan diri yang sehat, maka peluang anak untuk
mengembangkan potensi lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak
memiliki kepercayaan diri. Jika permasalahan kepercayaan diri ini tidak
segera ditanggulangi maka sikap mental anak akan terbawa hingga tumbuh
dewasa.
Contoh Pentingnya rasa percaya diri :
Ada satu kisah yang menceritakan tentang seorang gadis buta. Suatu hari
ia bertemu seorang pesulap yang kemudian mengajaknya bermain sulap.
Ajaib sekali bahwa sang gadis bisa menebak seluruh kartu yang diberikan
sang pesulap. Kok bisa?
Ternyata rahasianya ada pada kecerdikan sang pesulap. Dengan
menggunakan beberapa tipuan, ia berhasil mengeluarkan potensi sang
gadis untuk bermain sulap bersamanya. Tanpa ragu sang pesulap
mengajak sang gadis bermain di hadapan keluarganya, di hadapan orang
banyak. Kepercayaan diri sang pesulap yang begitu tinggi menular pada
sang gadis buta. Sejak saat itu sang gadis merasa telah menjadi seorang
bintang di rumahnya. Ini terjadi hanya karena ada orang yang memberinya
kesempatan untuk bersinar sejenak dan merasa istimewa di depan
keluarganya. Ia yang selama ini merasa menjadi beban dalam keluarganya
kini merasa sejajar dengan mereka karena peristiwa itu.
xi PTBK- 2020/2021
Cerita tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya rasa percaya
diri (PD). Tapi, sebenarnya kita perlu tahu dulu kenapa ada orang, ada
teman kita yang sepertinya sangat tidak percaya kepada dirinya sendiri?
Coba analisis juga, kira-kira hal apa sih yang membuat kita jadi enggak
minder? Apa sih yang menghambat diri untuk maju dan mengeluarkan
seluruh potensi diri kita? Kenapa harus ada rasa ragu tiap kali ada
keinginan untuk melakukan sesuatu?
b. Pengaruh lingkungan
Ternyata sikap tidak percaya diri ini muncul akibat kebiasaan-
kebiasaan kita mengembangkan sikap dan pendapat negatif tentang diri
kita. Mungkin juga sikap tidak percaya diri ini muncul sebagai akibat dari
pengaruh lingkungan kita. Pengaruh yang seperti apa? Antara lain sikap
lingkungan yang membuat kita takut untuk mencoba. Takut untuk berbuat
salah. Semua harus seperti yang sudah ditentukan.
Karena ada rasa takut dimarahi ini, kita jadi malas untuk melakukan
hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan. Mau tunjuk tangan waktu
guru melemparkan pertanyaan di dalam kelas... takut! Kadang malah mau
jalan di hadapan orang banyak saja, malu setengah mati! Apalagi mau
mengajak orang kenalan, mau say no to others, mau ikutan kursus,
bergaul... takut! Wah... kalau serba takut, serba ragu, serba malas begini,
apa jadinya kita nanti?
Sebelum terlalu jauh, tentu kita tahu berapa kali Thomas Alva Edison
melakukan kesalahan sebelum akhirnya berhasil menemukan formula
hebat untuk membuat lampu pijar. Dia kan tidak langsung berhasil ketika
pertama kali mencoba, ya enggak ?
So, what's the point ? Mungkin perlu ratusan kali gagal sebelum
mencapai satu keberhasilan. Kesalahan bukan akhir hidup kita. Kesalahan
sebenarnya hanya merupakan langkah menuju keberhasilan. Setiap
kesalahan membawa kita semakin dekat dengan keberhasilan. Kalau kita
meyakini hal ini, pastinya percaya diri kita juga enggak gampang
terpengaruh oleh pandangan atau sikap negatif dari lingkungan kita.
xii PTBK- 2020/2021
Sebenarnya ada banyak cara untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri
kita. Apa saja? Yang paling penting adalah banyak berhubungan sama
orang-orang yang kita nilai punya percaya diri yang oke banget. Percaya
diri ini bisa menular, Iho! Kok bisa begitu? Ya, ternyata banyak-banyak
bergaul dengan orang-orang yang pede bisa kita jadikan contoh buat
kehidupan kita sehari-hari. Coba saja, kalau sehari-hari kita gaul sama
mereka yang percaya dirinya tinggi, kita jadi tahu bagaimana ia bicara,
bagaimana ia mengambil keputusan, dan perilaku-perilaku lain yang
membuat ia tampak begitu meyakinkan. Kalau kita enggak gaul sama
mereka, bagaimana kita tahu aturannya? Bagaimana kita bisa dapat contoh
untuk bersikap? Jadi kerasa banget kan kalau sebenarnya kita perlu banget
bergaul dengan orang-orang yang PD kalau kita merasa perlu
meningkatkan rasa percaya diri kita.
Sayangnya, banyak banget di antara kita yang enggak bisa bangkit,
atau merasa sudah cukup puas dengan dirinya saat ini. Padahal, rasanya
dia punya potensi yang jauh lebih besar andai saja ia berani berubah.
Alasannya enggak beda jauh sama yang sebelumnya: ada faktor
lingkungan yang berperan cukup besar di sana. Coba deh kita perhatikan,
biasanya sikap ini muncul karena ia berada dalam satu lingkungan yang
sepertinya enggak merasa percaca diri.
Meski begitu, cara yang paling utama untuk bisa meningkatkan
kepercayaan diri kita adalah kemauan untuk mengubah diri kita yang
muncul tanpa ada paksaan. Fight to our live! Hanya kita yang bisa
mengubah diri kita. Kalau kita mau meningkatkan percaya diri, coba
bangkit dan keluarkan semua potensi diri kita. Yang penting, mau
Berikutnya dan lingkungan yang kondusif. Sama persis seperti cerita di
atas bahwa yang kemudian bisa membantu kita meningkatkan rasa percaya
diri adalah bantuan orang lain. Coba bayangkan, seandainya sang gadis
enggak ketemu tukang sulap, mungkin dia akan selamanya merasa bahwa
dirinya adalah beban buat keluarganya. Padahal, keluarganya kan enggak
merasa begitu. Karena ada bantuan orang lain, ia jadi tahu bahwa ia juga
xiii PTBK- 2020/2021
punya kemampuan berharga buat keluarganya. Jadi, kalau kita memang
ingin mendapatkan sesuatu, kenapa harus ditunda ? Mulai aja dari
sekarang.
c. Faktor Penghambat Pembentukan Kepercayaan Diri yang Sehat
Terbangunnya kepercayaan diri pada siswa saat ditentukan oleh kesan
anak terhadap iklim dan kondisi lingkungan. Pada proses awat
pembentukan kepercayaan diri diawali oleh rasa aman dan kepercayaan
dia terhadap lingkungan. Pada tahap berikut anak belajar menilai sejauh
mana orang lan percaya terhadap diri dan kemampuannya. Beberapa sikap
dan prilaku lingkungan yang dapat menghambat kepercayaan diri anak
diantaranya:
1) Pola pendidikan otoriter dirumah atau disekolah
Pola pendidikan keluarga ataupun guru di sekolah merupakan hal yang
sangat penting menentukan dalam membentuk kepercayaan diri
seorang anak. Jika anak dibesarkan dalam iklim otoriter, maka ia akan
tumbuh menjadi orang yang tidak pernah mengeksplorasi
kemampuannya sendiri, pada saat anak melakukan sesuai rencananya,
lingkungan otoriter menganggapnya sebuah kesalahan besar.
Munandar (1994) mengutarakan dalam suatu studi di sekolahpun
tingkat motivasi intrinsik siswa terlihat lebih rendah jika guru terlalu
banyak mengontrol murid, sebaliknya motivasi akan lebih tinggi jika
guru memberikan lebih banyak otonomi pada murid.
2) Kurangnya Kepercayaan dan Pemberian Kesempatan
Sikap terlalu melindungi, mengatur dan menentukan segala keperluan
anak kurang menguntungkan dalam mengembangkan kepercayaan diri
pada siswa. Ada kalanya orang dewasa rnerasa lebih repot jika
memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan sendiri
masalah yang dihadapinya. Padahal secara natural siswa sangat
menginginkan.

xiv PTBK- 2020/2021


3) Kurangnya Sikap Toleransi Terhadap Kegagalan
Kegagalan mempunyai dampak yang nyata terhadap motivasi intrinsic
dan kretivitasnya. Kita tidak dapat menghindar sepenuhnya suatu
kegagalan. Yang paling penting adalah cara guru membantu siswa
memahami dan menafsirkan kegagalan. Jika para pendidik merespon
kegagalan sehingga tidak berani untuk mencoba, selain itu sikap
negatif terhadap kegagalan juga menimbulkan ketidakpercayaan pada
kemampuan dirinya sendiri.
2. Mengatasi Takut Berbicara
Dalam istilah psikologi, urusan berterus terang dengan sopan ini
berkaitan dengan sikap dan prilaku Asertif. Seseorang dikatakan Asertif
apabila dia dapat menyatakan isi hatinya, baik yang positif maupun yang
negatif tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Selain itu orang yang asertif dapat mengungkapkan penolakan tanpa
membuat orang tersebut marah atau kecewa. Memang tidak mudah untuk
mengubah menjadi sikap asertif dalam waktu yang singkat. Beberapa kiat
asertif diantaranya:
a) Berani Mengutarakan Pendapat
Kita bisa memulai dari orang-orang terdekat dulu, seperri ayah, ibu,
saudara atau sahabat, lalu secara perlahan-lahan kita mula mencoba
untuk selalu memiliki pendapat sendir, jangan selalu menjadi
pendengar terus, biasakan mengutarakan pendapat sendiri meskipun
berbeda dengan orang lain, tidak semua pendapat harus sama.
b) Jangan Mudah Terpengaruh
Jika sebelumnya ikut-ikutan dan iya-iya saja dengan orang lain,
mulailah untuk menentukan sikap. Misalnya mengapa kita harus
bermusuhan dengan orang lain tanpa sebab dan tidak mempunyai
masalah dengan yang bersangkutan. Tunjukan sikap kita tanpa harus
takut dimusuhi oleh orang yang mempengaruhi kita.

xv PTBK- 2020/2021
c) Biasakan Berbicara Sesuai Dengan Kata Hati
Jangan ragu untuk mengatakan jika kita ingin menolak ajakan.
Katakan alasan yang sejujurnya tanpa harus menutup-nutupi dan
menyinggung perasaan yang mengajak.
d) Jika sulit Berbicara
Jika masih sulit berbicara, sebagai latihan kita bisa menuliskan kata-
kata yang ingin kita sampaikan, ialu berdirilah di depan cermin dan
mengucapkan kata-kata yang ingin disampaikan. Pada ahirnya kita
akan mengetahui gaya berbicara yang paling baik untuk
mengungkapkan pendapat kita tanpa membuat orang lain tersinggung.

3. Konseling Behavior
Konsep Pokok
Konseling Behavioral membatasi prilaku sebagai fungsi pembawaan dan
lingkungan. Prilaku yang dapat diamati merupakan suatu keperdulian dari
pada konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut
pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang
dikemukakan Sigmun Freud.
Dalam konsep behavioral, prilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Thoresen (Shertzer & Stone, 1990: 188) memberi ciri konseling
sebagai berikut:
a. Kebanyakan prilaku manusia dipelajari dan karena itu dapat diubah.
b. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individu dapat
membantu dalam mengubah prilaku-prifaku yang relevan.
c. Prinsip-prinsip belajar seperti "reinforcement" dan "Social modeling"
dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling
d. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan dalam
prilaku-prilaku khusus di luar wawancara prosedur-prosedur konseling.

xvi PTBK- 2020/2021


e. Prosedur-prosedur konseling tidak statis, tetap atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didesain untuk membantu klien
dalam memecahkan masalah.
Hal yang mendasar dalam konseling behavioral adalah penguatan
(reinforcement) sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau
mendukung suatu prilaku yang dikehendaki. Konsep penguatan ini berasal
dari teori Pavlov (Teori Classical Conditioning ) dan Skinner (Teori
Instrumental Conditioning). Ada tiga macam hal yang dapat memberi
penguatan yaitu (1) positif reinvorcer. (2) negatif reinvorcer, dan (3) no
consequence and neutral stimuli.
Mengenai hakekat manusia, teori menganggap bahwa pada dasarnya
bahwa manusia bersifat mekanistik atau merespon pada lingkungan dengan
kontrol yang terbatas hidup dalam aJani deterministic, dan sedikit peran
aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan
memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima
dalam situasi hidupnya.
4. Proses Konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresen, Konseling behavioral merupakan suatu
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal
emosional dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian
ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang (klien) belajar
atau mengubah perilaku. Konselor berperan membantu dalam proses belajar
dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat
mengubah perilakunya serta serta memecahkan masalahnya.
Menurut Krumboltz dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan
tetapi tidak mutlak karena yang penting adalah klien harus belajar untuk
menyelesaikan kesulitannya dan pemahaman hanya diperlukan pada saat
membentuk pengalaman belajar.

xvii PTBK- 2020/2021


Tujuan Konseling menurut Krumboltz harus memperhatikan kriteria
berikut: (1) Tujuan harus diinginkan oleh klien, (2) Konselor harus
berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan, (3) Tujuan harus
mempunyai keinginan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien. Tujuan
Konseling dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: memperbaiki prilaku salah
sesuai, belajar tentang proses pembuatan keputusan, dan pencegahan
timbulnya masalah-masalah. Menurut Corey, (1986, 178) ada tiga fiingsi
tujuan dalam konseling behavioral yaitu (1) sebagai refleksi masalah klien dan
dengan demikian sebagai arah sebagai konseling, (2) sebagai dasar
pemeliharaan dan penggunaan strategi konseling, dan (3) sebagai kerangka
untuk menilai hasil konseling. Sebagai salah bentuk bentuk kerja sama antara
konselor dengan klien, adalah sebagai berikut:
a. Konselor menjelaskan maksud tujuan.
b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling.
c. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah
merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien.
d. Bersama-sama menjajaki apakah tujuan-tujuan itu realistic,
e. Mereka mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat tujuan
f. Mereka mendiskusikan kemungkinan kerugian-kerugian tujuan.
g. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan
klien membuat salah satu keputusan berikut: untuk melanjutkan konseling,
atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referral.

5. Teori Pembelajaran Behavioral


Behavioral berpendapat bahwa prilaku terbentuk melalui perkaitan antara
rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respons). Menurut pendekatan ini,
prilaku adalah sesuatu yang dapat diamati dengan alat, Pembelajaran
merupakan proses pembentukan perkaitan antara rangsangan dan tindak balas
atau stimulus-respon. Dengan demikian, maka perubahan prilaku itu lebih

xviii PTBK- 2020/2021


banyak karena pengaruh lingkungan. Teori pembelajaran behavioral
dibedakan antara teori :
(1) Teori Pelaziman Klasik
Teori pelaziman klasik dipelopori oleh IP Pavlov seorang ahli fiologi
dari Rusia. la melakukan percobaannya dengan seekor anjing, untuk
melihat hubungan antara rangsangan dengan tindak balas. Dalam
percobaan Pavlov mengkaji keterkaitan antara rangsangan tak terlazim
(tindak balas alam), kemudian melihat keterkaitan antara rangsangan
terlazim (conditioned Stimulus) dengan tindak balas tertentu. Dalam
percobaan itu Pavlov menunjukan makanan kepada anjing, dan mengamati
tindak balas anjing itu. Yang berupa keluarnya cairan (air liur) dari
mulutnya. Setiap diperlihatkan makanan dipasangkan bersamaan dengan
keluar cahaya merah. Seperti biasa air liur anjngpun keluar. Setelah
dilakukan berulang-ulang dicobanya memberi cahaya merah tanpa
makanan dan ternyata air liur anjingpun keluar.
Percobaan ini membuktikan bahwa suatu rangsangan tertentu (cahaya
merah) akan mengakibatkan suatu tindak balas tak terlazim (alami) yaitu
makanan. Proses memasangkan antara makanan dengan cahaya merah
disebut pelaziman.
(2) Teori Pelaziman Operan dari
Thorndike
Sebagai pelanjut dari kajian Pavlov ialah Edward Thorndike. Seperti
halnya kajian Pavlov, Thorndike melakukan kajian yang menuntut reaksi
perilaku dari subjek percobaannya. Perbedaannya ialah bahwa perilaku
yang dikaji oleh Thorndike tidak pada reflex tetapi pada perilaku.
Percobaan yang dilakukan oleh Throndike ialah terhadap hewan (kucing)
lapar yang ditempatkan dalam suatu kandang dan diperiihatkan adanya
makanan di luar kandang itu. Apabila bila kucing itu melihai makanan
maka ia akan berusaha mencari jalan untuk keluar dari kandang agar
mendapatkan makanan. Dalam usaha mencari jalan keluar, kucing
menunjukkan berbagai perilaku yang pada suatu waktu ia menyentuh
xix PTBK- 2020/2021
sebuah tombol yang menyebabkan pintu terbuka. Dalam kondisi yang
sama, percobaan itu dilakukan berulang-ulang. Ternyata bahwa waktu
yang diperlukan oleh kucing mulai dari melihat makanan sampai berhasil
membuka pintu, terjadi penurunan mulai dari cobaan pertama, kedua, dan
selanjutnya. Percobaan ini membuktikan bahwa apabila suatu tindak balas
itu akan diulanginya kembali. Dalam hal ini ialah kucing menemukan
tombol yang ternyata memberikan hasil memuaskan yaitu pintu terbuka
dan mendapatkan makanan. Perbuatan itu dilakukan lagi karena
memberikan hasil.
(3) Teori Pelaziman Operan dari Skinner
Skinner melanjutkan teori pelaziman operan sebagaimana yang telah
dikembangkan oleh Pavlov, Thorndike, Watsin, dan Guthrie. Asumsi dasar
teori Skinner ialah bahwa perubahan perilaku itu adalah fungsi daripada
kondisi dan peristiwa lingkungan. Skinner berpendapat bahwa terjadinya
tindak balas (respon) individu tidak hanya terjadi karena adanya
rangsangan dari lingkungan, akan tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu
di lingkungan yang tidak diketahui atau tidak disadari.

Penerapan reinforcement (Rewad dan Panisment) dalam Proses Belajar


Agama. (Syamsu Yusuf, 2003 : 93)
Menurut para penganut teori behavioristik, reward merupakan pendorong
dalam proses belajar. Reward dapat berdampak positif bagi anak, yaitu (1)
menimbulkan respon positif, (2) menciptakan kebiasaan yang relative kokoh
didalam dirinya, (3) menimbulkan rasa perasaan senang dalam melakukan suatu
pekerjaan yang mendapat imbalan, (4) menimbulkan antusiasme, semangat untuk
terus melakukan pekerjaan dan (5) semangkin percaya diri. Walberg ( Ornstein
Allan C. 1990:13) mengemukakan bahwa pemberian reinformant yang berbentuk
penghargaan (reward) terhadap prilaku atau untuk belajar siswa yang baik
merupakan faktor yang mempunyai pengaruh atau dampak yang sangat besar
terhadap prestasi belajar siswa. Sementara itu Utami Munandar (1990:163)
mengemukakan, bahwa pemberian hadiah untuk pekerjaan yang dilakukan

xx PTBK- 2020/2021
dengan baik, tidak harus berupa materi. kata penghargaan, kesempatan untuk
menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan sendiri, Hadiah yang diberikan
hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya mendeklamasikan sajak
yang dibuat, atau membacakan di depan kelas karangan yang dibuat dengan baik,
sehingga meningkatkan motivasi intrinsik dan kreatifitas. (Mohamad Surya,
2003:33)

6. Komunikasi Dalam Konseling


Menurut, Mohamad Surya (2003:117). Konseling pada dasarnya
melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu konselor dan klien (konseli)
yang berlangsung dalam konseling. Keberhasilan konseling sangat ditentukan
oleh keefektifan komunkasi diantara partisipan konseling, yaitu konselor,
konseli, dan pihak lain yang terkait. Dalam hubungan ini konselor dituntut
untuk mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksanaan
konseling.
Untuk terlaksananya komunikasai konseling yang dialogis, dengan
mengajak klien berpartisifasi secara aktif, selain memahami karakter klien
adalah menguasai materi bahasa dan menguasai keterampilan dialogis. Tujuh
keterampilan dialogis yang harus dikuasai, yaitu:
1) Keterampilan Penghampiran
Penghampiran (attending), merupakan keterampilan dasar dalam setiap
proses komunikasi yang bersifat dialogis. Keterampilan penghampiran
dapat dikembangkan melalui berbagai cara, seperti:
- Ungkapan salam sapaan yang penuh sopan, dengan
nada suara yang baik.
- Gerakan fisik yang disertai dengan perhatian secara
menyeluruh.
- Pengakuan dan kontak fisik yang sederhana dan
penuh perhatian.
- Memelihara kontak mata secara menyeluruh dan
tepat sesuai dengan situasi bahasan.

xxi PTBK- 2020/2021


- Mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian

2) Keterampilan Empati
Keterampilan empati dapat dilakukan dengan memberikan respon dalam
bentuk :
- Sikap menerima dan memahami ungkapan klien,
misamya dengan gerak mata, anggukan, gerak tangan, air muka, dsb.
- Memberikan perhatian yang mendalam terhadap
ungkapan klien,
- Pernyataan yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yang
diungkapkan,
- Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.
3) Keterampilan Merangkum
Keterampilan merangkumkan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti :
- Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menyampaikan ungkapannya secara lengkap,
- Menunjukkan sikap memberikan perhatian dan
menyimaknya dengan penuh perhatian,
- Membuat catatan-catatan seperlunya untuk
merangkum pembicaraan,
- Pada akhir klien menyampaikan ungkapannya,
konselor memberikan respon dalam bentuk menyampaikan rangkuman
pembicaraan
4) Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
- Perhatikan suasana konseling dan klien,
- Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaam,
- Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan
terarah, serta tidak keluar dari topic pembahasan,

xxii PTBK- 2020/2021


- Segera berikan respon balikan terhadap jawaban
pertanyaan yang diajukan, dengan sikap yang baik dan empatik
5) Keterampilan Kejujuran
Untuk mengembangkan keterampilan kejujuran ada empat kondisi yang
harus diperhatikan yaitu:
- Ungkapan perasaan yang sebenarnya,
- Kejadian tertentu yang membuat perasaan itu,
- Alasan mengapa berperasaan seperti itu,
- Pengaruh perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya.

6) Keterampilan Asertif
Asersi adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan
orang lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang
mendasar, tanpa melanggar hak azasi orang lain yang mendasar. Dengan
Asertif, seseorang akan mampu mengakui hak azasi orang lain dan mampu
bersikap secara tepat tanpa mengurangi hak asasi sendiri. Dalam
komunikasi konseling, keterampilan untuk bersikap asertif diperlukan
dalam menerima respon klien dan memberikan respon kembali dengan
cara yang sedemikian rupa, sehingga klien merasa hak azasinya tidak
terganggu. Misalnya cara Anda dengan sopan dalam menghentikan
seorang klien yang melakukan perbuatan tertentu yang kurang tepat
misalnya membuka sepatu, membuka tas, menerima terima telepon, dsb.

7) Keterampilan Konfrontasi
Dalam komunikasi konseling, keterampilan konfrontasi merupakan cara
konselor untuk membetulkan titik perbedaan atau pertentangan dalam
situasi sebagai berikut:
- Perbedaan antara apa yang dikatakan dan apa yang
dilakukan klien misalnya: "Anda mengatakan bahwa Anda selalu
membaca koran setiap hari, tetapi ternyata hari ini anda tidak
melakukan hal itu "

xxiii PTBK- 2020/2021


- Perbedaan antara apa yang teiah dikatakan
seseorang dengan apa yang dilaporkan orang lain tentang dia,
misalnya: "Anda mengatakan bahwa Anda adalah orang miskin dan
tidak mampu, akan tetapi tetangga Anda mengatakan bahwa anda baru
saja membeli mobil barn dan TV berwarna"
- Perbedaan antara apa yang dikatakan dengan apa yang nampak,
misalnya: "Anda mengatakan tidak marah, akan tetapi suara dan
perbuatan anda menunjukkan kemarahan ".

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian di lakukan oleh Drs.H.Daryanto dalam bentuk skripsi
dengan judul 'Kontribusi Kesetabilan Emosi Siswa Terhadap Prestasi Belajar
tahun ajaran 2010/2011 populasi dan sample kelas X.
Rasa percaya diri dan kestabilan emosi siswa sangat berkaitan satu
sama lain saling mendukung dan sangat penting bagi siswa remaja untuk
dikembangkan. Hasil temuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kestabilan emosi siswa Kelas X SMK Negeri 1 Waingapu tahun 2020/2021
secara umum dalam kategori tinggi di tandai oleh index 66,63, kategori
sedang 36,36, kategori rendah 7,28.
2. Prestasi belajar yang dimiliki siswa Kelas X SMK Negeri 1 Waingapu tahun
2020/2021 berada dalam kategori tinggi ditandai dengan index 63,63,
kategori sedang 30, kategori rendah 6,3 7.
3. Terdapat hubungan yang positif antara variabel kesetabilan emosi siwa dan
preslasi belajar sebesar 0,169.
4. Koefisien determinasi menunjukan bahwa variable kesetabilan emosi siswa
turut menentukan terhadap variable motivasi belajar siswa sebesar 2,8.

C. Kerangka Berpikir
Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh
oleh argumentasi yang rasional. Maka untuk membangun percaya diri

xxiv PTBK- 2020/2021


diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi,
perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri.
Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa
percaya diri
Semakin sering diberikan konseling behavioral semangkin tumbuh rasa
percaya diri siswa melalui emosi yang stabil, imajinasi yang memadai. Begitu
juga sebaliknya semangkin kurang konseling behavioral diberikan maka dapat
menimbulkan ketidak stabilan emosi perasaan negatif dan daya imajinasi yang
rendah.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Peneliatian


Waktu pelaksanaan kegiatan bulan September akhir 2020 sampai dengan
November akhir 2020. Tempat penelitian di SMK Negeri 1 Waingapu Alamat
Sumba Timur Nusa Tenggara Timur.
B. Populasi Dan Sampel
Penelitian tindakan kelas ini mengawasi siswa Kelas X SMK Negeri 1
Waingapu. Di kelas ini peneliti melaksanakan layananan bimbingan secara
klasikal dan konseling kelompok, konseling individu diadakan di ruang
bimbing konseling.
C. Prosedur Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif, observasi, wawancara
dan analisis, metoda ini dipilih karena peneliti bermaksud mendeskripsikan,
mengalisa dan mengambil suatu generalisasi dan pengamatan mengenai rasa
percaya diri siswa dalam berbicara.
Bentuk penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas. Peneliti
melibatkan guru BK dan wali kelas dengan tujuan dapat membantu
memecahkan masalah yang dihadapi siswa unuk meningkatkan rasa percaya
diri dalam berbicara. Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini di

xxv PTBK- 2020/2021


rancang alur kegiatan yang menggambarkan siklus-siklus tindakan. Skema
alur siklus tindakan pembelajaran di sajikan sebagai berikut:
Siklus 1
Perencanaan, pelaksanaan /tindakan, refleksi, dan hipotesis
Siklus II
Perencanaan, pelaksanaan / tindakan, refleksi dan hipotesis

xxvi PTBK- 2020/2021


BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Penelitian
Perencanaan penelitian tindakan kelas, terlebih dulu meneliti
mengadakan diskusi untuk saling bertukar pikiran, dan gagasan rancangan
pembelajaran, dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
berbicara, yang meliputi satuan layanan, alat bantu, membuat instrument,
dan rancang evaluasi, yang sesuai dengan pokok bahasan. Misalnya jenis
angket, jenis pertanyaan lisan atau tertulis. Semua kebutuhan untuk
melaksanakan tindakan pembelajaran di pertimbangkan dan di putuskan
secara bersama dengan guru bimbingan konseling lainnya. Sehingga setiap
hasil pembelajaran dapat di refleksi.
Dalam penelitian tindakan kelas terlebih dahulu menjelaskan secara
rinci tentang maksud dan tujuan kehadiran di kelas dengan observer di
dalam lingkungan kelas untuk menjalin interaksi peneliti dengan siswa.
Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian diharapkan dapat
berlangsung mencapai tujuan yaitu membentuk siswa untuk meningkatkan
rasa percaya diri dalam berbicara.
Kondisi siswa Kelas X di ungkap melalui pelaksanaan pre-test uji
coba anget yag telah di persiapkan, sisiwa di uji untuk memahami
pernyataan-pernyataan yang di tulis terdiri dari pernyataan positif 25 Soal
dan pernyataan negatif 25 Soal, dari jumlah siswa 44 orang terdapat
beberapa siswa yang memiliki rasa percaya diri.
xxvii PTBK- 2020/2021
2. Implementasi Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas di rancang sebanyak 2 siklus.
Pada siklus I di rancang 2 kali tindakan Konseling Behavioral. Siklus II
dilaksanakan 2 kali tindakan Konseling Behavioral, dalam setiap kali
tindakan di awasi oleh Observer terdiri dari guru BK.
1) Tindakan Pembelajaran Pada Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I meliputi Sub pokok bahasan :
 Menjelaskan Devinisi rasa percaya diri
 Menjelaskan Aspek-aspek rasa percaya diri.
Pembelajaran I
Deskripsi umum kegiatan guru dan siswa
Kegiatan utama pada tahap ini adalah memacu siswa agar
memahami dan merasakan manfaat dari rasa percaya diri dalam
berbicara.
Tindakan Guru dan Siswa
 Guru menyajikan fenomena problem sehari-hari yang di alami
siswa mengenai rasa percaya diri.
 Siswa di minta mengajukan beberapa contoh aspek rasa
percaya diri yang di sertai dengan pertanyaan serta memberika
alasan.
 Memberikan pre - tes dan post - tes
Refleksi Terhadap Pembelajaran I
Dari hasii kegiatan pembelajaran I di peroleh temuan-temuan sabagai
berikut:
 Menafsirkan hasil pos tes
 Siswa yang mampu memberikan contoh aspek percaya diri ada
22 orang (50%) dan siswa yang belum memahami aspek percaya
diri ada 22 orang (50%)
 Perlakuan Konseling Bihavioral (KB)
Hipotesis Tindakan Selanjutnya

xxviii PTBK- 2020/2021


Terdapat perbedaan yang berarti antara prolaku siswa sebelum
penangganan konseling behavioral.
Pembelajaran II
Kegiatan dalam pembelajaran 2 yaitu sepintas mengulang kembali
materi pembelajaran pertama sebelum diberikan pre-test kepada siswa
lalu guru menjelaskan kembali sub pokok bahasan berikutnya
mengenai perbedaan rasa percaya diri yang positif dan rasa percaya
diri yang negatif. Setelah guru memberikan atau menyampaikan meteri
siswa diberikan test akhir (Post-Test).
Tindakan Guru dan Siswa
 Guru meminta siswa untuk bertanya dan
menjawab secara lisan setiap pertanyaan yang diajukan guru dari
materi yang baru di sampaikan.
 Siswa bertanya dan menjawab apa yang
diajukan oleh guru.
 Guru mengadakan proses konseling
dengan siswa yang belum memiliki rasa percaya diri di kelas
maupun di ruang BK dengan mengadakan diskusi kelompok kecil.
Refleksi Pembelajaran II
Dari hasil tindakan pembelajaran II, di peroleh temuan-temuan sebagai
berikut:
 Pada umumnya siswa sudah mulai
memahami pentingnya rasa percaya diri khususnya dalam
berbicara. Dari 44 siswa ditemukan 41 siswa termasuk kategori
baik dan tiga (3) orang siswa termasuk kategori kurang.
 Ketiga orang siswa yang belum
berkembang rasa percaya dirinya perlu pendekatan Konseling
Behavioral secara berkelanjutan sampai mereka menemukan rasa
percaya diri..
Hipotesis Tindakan Selanjutnya

xxix PTBK- 2020/2021


Berdasarkan hasil Refleksi, dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut. "Terdapat perbedaan yang berarti antara prilaku siswa sebelum
dan sesudah penanganan konseling behavioral".

3. Hasil Dan Evaluasi Keseluruhan Tindakan Pembelajaran


Dalam rangkaian situs I dan siklus II dilaksanakan beberapa kali test,
yang selanjutnya test- I (T 1 = Test awal) dan test 2 (T 2 = Test setelah
tindakan) ini dikatakan test periode pertama (P 1) kemudian Test 3 (T 3 -
test awal) dan test 4 (T 4 = setelah tindakan) dikatakan sebagai periode
yang ke 2 (P2). Hasil test tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Kategori skor maksimal 50, pada pos test siklus I maupun pada post-
test siklus II, yaitu:
0 – 25 = kategori kurang (K)
26 – 50 = kategori Baik (B)
Penafsiran hasil tindakan pada siklus I yaitu siswa yang sudah memiliki
rasa percaya diri ada 22 orang (50%) dan siswa yang belum memiliki rasa
percaya diri ada 22 orang (50%). Sedangkan penafsiran hasil tindakan
pada siklus II yaitu siswa yang sudah memiliki rasa percacaya diri ada 41
orang (92,3%) dan siswa yang belum memiliki rasa percaya diri ada 3 rang
(6,8 %). Dari seluruh jumlah siswa 44 orang. Hal ini terlihat dari adanya
peningkatan prosentase konseling Bihaviral untuk meningkatkankan rasa
percaya diri dari tindakan I ke tindakan II

Grafik hasil tindakan (Post Test) Siklus I dan Siklus II disajikan sebagai
berikut :

xxx PTBK- 2020/2021


TABEL
PRE-TEST DAN POST-TEST RASA PERCAYA DIRI SIKLUS I DAN
SIKLUS II
Skor
No. Siswa Ket.
T1/X1 T2/X2 T3/Y1 T4/Y2
1 SI 21 21 26 31 Baik
2 S2 30 36 45 50 Baik
3 S3 36 39 42 50 Baik
4 S4 36 36 40 45 Baik
5 S5 27 25 26 31 Baik
6 S6 21 30 37 41 Baik
7 S7 30 30 32 45 Baik
8 S8 21 30 33 45 Baik
9 S9 21 30 40 45 Baik
10 S10 27 30 40 42 Baik
11 S11 27 24 26 31 Baik
12 S12 30 30 32 45 Baik
13 S13 24 36 41 45 Baik
14 S14 21 24 41 47 Baik
15 S15 18 25 39 45 Baik
16 S16 42 36 37 45 Baik
17 S17 30 27 38 43 Baik
18 S18 30 30 40 50 Baik
19 S19 30 30 35 45 Baik
20 S20 15 18 28 42 Baik
21 S21 15 9 19 23 Kurang
22 S22 30 30 38 48 Baik
23 S23 24 24 24 45 Baik
24 S24 21 18 33 42 Baik
25 S25 34 21 38 45 Baik

xxxi PTBK- 2020/2021


Skor
No. Siswa Ket.
T1/X1 T2/X2 T3/Y1 T4/Y2
26 S26 30 24 41 50 Baik
27 S27 12 15 20 25 Kurang
28 S28 15 24 26 30 Baik
29 S29 30 33 36 45 Baik
30 S30 15 21 22 27 Baik
31 S31 21 18 27 32 Baik
32 S32 21 24 20 30 Baik
33 S33 18 8 20 30 Baik
34 S34 24 30 20 30 Baik
35 S35 24 15 42 50 Baik
36 S36 21 24 23 27 Baik
37 S37 27 38 25 30 Baik
38 S38 27 18 40 45 Baik
39 S39 35 33 22 27 Baik
40 S40 36 36 35 44 Baik
41 S41 15 12 28 34 Baik
42 S42 15 19 18 24 Kurang
43 S43 33 33 38 50 Baik
44 S44 30 30 42 50 Baik
Jumlah 1110 1144 1415 1746
Rata rata 25,23 26 32,16 39,68
Simpangan baku 7,12 7,28 8,14 8,75

Pengujian Hipotesis
Menguji persamaan dua rata-rata test dua pihak (Sujana, 1975 : 237)

I. Rumus Mean =

Mencari mean rata-rata

xxxii PTBK- 2020/2021


II. Standar Deviasi (simpan baku)

Standar Deviasi

Standar Deviasi X1 = 7,12


X2 = 7,28
Y3 = 8,14
Y4 = 8,75
III. Perbandingan hasil X1 dan X2
Y3 dan Y4
X1 dan X4

Siklus I
Perbandingan X1 dan X2

xxxiii PTBK- 2020/2021


<
hasil analisis statistik siklus pertama menunjukan t Hitung ttabel = 0,30<2,02 yang
artinya konseling behavioral tidak berkontribusi secara signifikan untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Siklus II
Perbandingan Y3 dan Y4

Hasil analisis statistik menunjukan siklus II t hitung > t Tabel = 2,31-2,02 dapat
disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara konseling
behavioral dengan tingkat percaya diri siswa, dan niengindikasikan bahwa
konseling behavioral efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Perbandingan X1 dan Y4

behavioral efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Tetapi secara
individual masih terdapat 3 (tiga) orang siswa yang belum meningkatkan rasa
percaya diri.

Kesimpulan Secara Umum


Berdasarkan analisis secara kelompok konseling behavior dapat membantu
meningkatkan dan mengembangakan rasa percaya diri siswa dalam berbicara.
Secara individual siswa yang belum dapat mengembangkan rasa percaya dirinya
harus dilanjutkan dengan perlakuan khusus. Misalnya konselor harus membuat

xxxiv PTBK- 2020/2021


persetujuan atau perjanjian dengan siswa sebelum konseling dilaksanakan. Siswa
ada keinginan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya khususnya dalam
berbicara agar tujuan tercapai sebagai bentuk kerjasama. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986, 178) sebagai salah satu
bentuk kerja sama antara konselor dengan klien, adalah sebagai berikut:
1. Konselor menjelaskan maksud tujuan
2. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling.
3. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah
merupakan perubahan yang dimiliki klien.
4. Bersama-sama menjajagi apakah tujuan-tujuan itu realistik.
5. Mereka mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat tujuan.
6. Mereka mendiskusikan kemungkinan kerugian-kerugian tujuan.
7. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan klien
membuat salah satu keputusan berikut : untuk melanjutkan konseling, atau
mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.
Tujuan konseling menurut Krumboltz harus memperhatikan kriteria berikut : (1)
tujuan harus diinginkan oleh klien, (2) konselor harus berkeinginan untuk
membantu klien mencapai tujuan, dan (3) tujuan harus mempunyai kemungkinan
untuk dinilai pencapaiannya oleh klien.Menurut Corey, (1986, 178) ada tiga
fungsi tujuan dalam konseling behavioral yaitu (1) sebagai refleksi masalah klien
dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling, (2) sebagai dasar pemilihan
dan penggunaan strategi konseling, dan (3) sebagai kerangka untuk menilai hasil
konseling.

xxxv PTBK- 2020/2021


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) di SMK Negeri 1
Waingapu selesai dilaksanakan, maka disimpulkan beberapa perolehan yang
bermanfaat untuk dikembangkan dalam bimbingan konseling khususnya di
sekolah. Beberapa perolehan itu dapat diuraikan dalam butir-butir kesimpulan
berikut ini :
1. Siswa SMK Negeri 1 Waingapu 9 Kelas X ternyata masih ada beberapa
siswa yang belum meningkatkan rasa percaya diri terutama dalam berbicara.
Untuk memperbaiki rasa percaya diri tersebut melalui konseling behavioral
siswa dapat membentuk dirinya dan mengembangkan rasa percaya diri dalam
berbicara (bertanya atau menjawab), dengan cara ini siswa pelan-pelan
membiasakari diri untuk berbicara baik di kelas maupun di luar kelas.
2. Secara keseluruhan Konseling behavioral yang menekankan pada
pembiasaan dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa.
3. Pada umumnya siswa Kelas X, sudah mempunyai rasa percaya diri dalam
berbicara seperti berani bertanya, berani menjawab, berani mengungkapkan
pendapat, berani menyanggah, berani bertindak dan mengambil keputusan.
4. Berdasarkan hasil analisis secara kelompok, konseling behavioral dapat
membantu mengembangkan rasa percaya diri siswa. Secara individual masih
ada tiga orang siswa yang perlu diberikan perlakuan konseling behavioral
secara khusus.

B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengalaman pelaksanaan penelitian
tindakan kelas (PTK) terdapat beberapa temuan yang dapat disampaikan
dalam ruang yang terbatas ini, yang mungkin dapat berguna bagi
perkembangan konseling behavioral di sekolah.
xxxvi PTBK- 2020/2021
1. Kepada guru-guru bimbingan konseling dan guru-guru bidang studi
hendaknya mempeiajari dan menggunakan PTK, karena jenis penelitian
praktis ini cukup efektif dan efesien dalam meningkatkan proses
pembelajaran maupun proses konseling.
2. Konseling Behavioral lebih tepat digunakan untuk menangani masalah
percaya din siswa secara kelompok, oleh karena itu penggunaan konseling
behavioral berdasarkan hasil penelitian ini harus diikuti dengan perlakuan
konseling behavioral secara individual.
3. Untuk mencapai tujuan penelitian konseling behavioral dalam
meningkatkan rasa percaya diri disarankan waktunya tidak dibatasi, harus
berulang-ulang dan berkali-kali karena masalah psikis.

xxxvii PTBK- 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Surya, (2003:33), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yayasan


Bhakti Winaya Jakarta.

Muhammad Surya, (2003:117), Psikologi Konseling, Pustaka Bani Quraisy

Muhammad Surya, (2003:25), Teori – teori Konseling, Pustaka Bani Quraisy.

Nana Syaodih Sukmadinata dan Juntika Nurihsan, (2001:23), Materi Bimbingan


dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP.

Sudjana, (1975: 89-236), Metode Statistika, Tarsito Jakarta.

Syamsu Yusuf, (2004:93), Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar


Bahasa Indonesia. (1991:753) Jakarta: Balai Pusaka, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan

Tita Lestari, (2006:19) Etika Masalah dan Pemecahannya Pada Penelitian


Tindakan Kelas, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Pendidikan dengan Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan
Indonesia.

www.e-psikologi.com

Yeni Rahmawati dkk, (2005:6), Pengasuh Kegiatan Melukis Kreatif Terhadap


Peningkatan Motivasi Belajar dan Kepercayaan Diri, Fakultas Ulmu
Pendidikan, UPI.

xxxviii PTBK- 2020/2021


HALAMAN PENGESAHAN

Judul: Konseling Behavioral Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri


Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Waingapu Kabupaten Sumba
Timur - Tahun Pelajaran 2020/2021

Peneliti Utama
Nama Lengkap : M. Nurhikmah, S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 197803242000903 1 002
Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIc
Jabatan : Guru Muda
Sekolah : SMK Negeri 1 Waingapu - Kabupaten Sumba Timur
Jumlah Tim Peneliti : 1 Orang
Lama Penelitian : 3 Bulan
Bulan : September 2020 - November 2020
BiayaPenelitian : Swadana

Waingapu, November 2020


Telah didokumentasikan pada Yang membuat
Perpustakaan Sekolah
Kepala Perpustakaan
M.Nurhikmah, S.Pd
NIP. 19780324 200903 1 002

Afliana Pulung Tana,S.Pd


NIP.19730419 2001212 2 001

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Waingapu

Drs. Stefanus Djaja Kitu


NIP. 19601216 198503 1 015

Anda mungkin juga menyukai