Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PROFESI
KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
BISNIS

PROFESIONALISASI GURU DALAM MENANGULANGGI DAN


MEMINIMALISIR KASUS MENYONTEK DALAM
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU : Drs. Daitin Tarigan,M.Pd

MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

Disusun Oleh :

1. Azahra Salwa Amani :7223143027

2. Benget Marcelino Sitinjak : 7223143010

3. Olivia Theresia Manurung :7223343018

4. Sylvia Amanda :7223143026

5. Yolanda Br. Sihaloho :7222443007

6. Yulie Aisyah Binrany :7223143008

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
dalam menyelesaikan makalah rekayasa ide kasus yang terjadi di sekolah dengan kasus
identifikasi menyontek dalam pembelajaran di sekolah mata kuliah profesi
kependidikan. Makalah ini bertujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kasus yang terjadi di sekolah yaitu menyontek dalam pembelajaran di sekolah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Daitin Tarigan,M.Pd


selaku dosen pengampu atas bimbingan dan arahan dalam mengerjakan tugas ini. Kami
menyadari makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, demi
kesempurnaan makalah ini, kami selaku penulis menerima kritik yang sifatnya
membangun agar laporan ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca maupun penulis sendiri. Sekian dan terima kasih.

Medan, 11 Mei 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Rasionalisasi Tugas Rekayasa Ide ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Tugas Rekayasa Ide ................................................................................ 1
1.3 Manfaat Tugas Rekayasa Ide .............................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN .......................................................................... 2
2.1 Kasus Kenakalan yang terjadi di sekolah ............................................................ 2
2.2 Identifikasi Permasalahan ................................................................................... 2
BAB III ......................................................................................................................... 7
SOLUSI DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 7
3.1 Solusi Dan Pembahasan Permasalahan ............................................................... 7
BAB IV ....................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 13
4.2 Rekomendasi ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Tugas Rekayasa Ide
Melakukan Rekayasa Ide pada Tugas Mini Riset dengan mencari solusi dari
jurnal yang didapat atau dari sumber yang lain sangat penting untuk dilakukan, dari
kegiatan ini kita dapat membuat ide-ide Mahasiswa dari pengumpulan sumber
informasi dari berbagai macam cara. Hal tersebut lah yang nantinya akan menjadi
gagasan atau ide yang akan dikeluarkan Mahasiswa.

1.2 Tujuan Tugas Rekayasa Ide


Kami menulis Tugas Rekayasa Ide ini guna untuk memenuhi salah satu tugas
dalam MataKuliah Profesi Kependidikan, mengulas beberapa isi jurnal, mencari
dan menentukan permasalahan yang dapat dijadikan pedoman dalam membuat
pemikiran ataupun ide baru, melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari
informasi yang diberikan dari jurnal dan mengetahui solusi dari permasalahan
yang terjadi dalam kenakalan yang terjadi disekolah diIndonesia.

1.3 Manfaat Tugas Rekayasa Ide


Adapun manfaat ketika membaca Tugas Rekayasa Ide ini ialah untuk
mengetahui bagaimanakah kasus kenakalan yang terjadi disekolah yang muncul
dan sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, arah manajemen mutu pendidikan
yang terjadi juga kinerja guru dalam mengembangkan sumber daya manusia
disekolah.
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Kasus Kenakalan yang terjadi di sekolah


Sekolah merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan
kemampuan siswa dari lahir maupun batinnya, agar bisa melahirkan suatu penerus
bangsa yang berbudi pekerti baik. Peran penting sekolah dalam salam pendidikan
adalah terciptanya kondisi yang nyaman di sekolah, dimana siswa belajar dengan
baik dan tidak adanya perkelahian, serta perilaku kenakalan siswa di sekolah.

Namun masih tetap saja ada beberapa penyimpangan atau permasalahan


yang timbul disekolah. Permasalahan yang sering menjadi bahan keluhan bagi
kebanyakan orang tua dan pendidik adalah penentangan dan pembangkangan pada
anak atau siswa. Padahal orang tua dan pendidik menetapkan peraturan bagi anak
atau siswa tidak lain demi kebahagiaan dan kebaikan mereka sendiri, tetapi
kebanyakan mereka malah bersikap menentang setiap peraturan yang ditetapkan
oleh orang tua atau pendidik. Anak atau siswa yang membangkang memiliki
kecenderungan untuk pergi atau menghindar dari linkungan tempat tinggal atau
sekolah.

Selain itu masih banyak lagi bentuk kenakalan siswa yang sering terjadi
seperti ngobrol/ramai, membuat masalah, tidak mengerjakan PR, mengganggu
siswa lainnya, menyontek, membangkang, membully, merokok dan ada juga kasus
di beberapa sekolah yang mendapati siswanya terlibat dalam perjudian serta ikut
geng motor.

2.2 Identifikasi Permasalahan


Pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat
mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Juga, setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Dalam kegiatan belajar-mengajar atau
kegiatan pembelajaran, evaluasi merupakan pemberian pertimbangan, nilai dan arti
terhadap data atau informasi yang dikumpulkan melalui pengukuran assesmen
dengan standar sehingga melahirkan keputusan.

Identifikasi permasalahan yang kami ambil adalah mengidentifikasi kasus


kenakalan yang terjadi disekolah yaitu mencontek. Kebiasaan menyontek lahir dari
adanya kehawatiran anak terhadap hasil ujian yang rendah sehingga anak akan
berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh nilai yang baik walaupun
dilakukan dengancara yang tidak jujur yaitu menyontek. Secara psikologis
sebenarnya anak yang terbiasa menyontek disebabkan karena hilangnya

2
kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Hal ini sangat beralasan karena fungsi
kepercayaan diri dalam pembelajaran yaitu membangunkomitmen yang kuat,
mendorong untuk melakukan tindakantindakan terencana untuk meraih cita-cita,
memicu keberanian menghadapi tantangan dan konsekuensi yang akan dihadapi
dalam proses meraih cita-cita, dan menghindarkan anak dari sikap yang akan
menggagalkan cita-cita.

Berdasarkan hasil observasi dan informasi, ada dua bentuk kebiasaan menyontek
yang dilakukan siswa, yaitu:

a. Menyontek dengan usaha sendiri, Usaha sendiri disini dilakukan dengan


mendesain catatan sendiri, membuka buku, membuat catatan kecil, menulis di
tangan, bisa juga mencuri jawaban dari teman, diselipkan pada kaos kaki, pada
kotak pensil, diselipkan pada kalkulator, dan menyontek lewat HP.

b. Menyontek secara bersama-sama, Kerja sama kadangkala dapat terbentuk karena


adanya kekuatan persepsi bersama untuk memperoleh nilai dengan cara menyontek.
Kesepakatan terlebih dahulu dibentuk dengan membuat kode-kode tertentu untuk
meminta jawaban dari teman misalnya jawaban A dengan memegang jidat, jawaban
B dengan garuk-garuk hidung, jawaban C dengan memegang kuping, dan jawaban
D dengan memegang dagu. Hal ini sangat bergantung pada kesepakatan bersama.

Dari teori-teori motivasi, diketahui bahwa menyontek dapat terjadi apabila


seseorang berada dalam kondisi tertekan (underpressure) atau apabila dorongan
atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar daripada potensi yang dimiliki maka
makin besar hasrat untuk menyontek. Dalam hal ini perilaku menyontek tinggal
menunggu kesempatan. Media-media yang tidak mendidikpun turut mendukung
proses tumbuhnya kebiasaan menyontek, utamanya media internet.

Perilaku menyontek dapat terjadi karena adanya kesempatan. Lemahnya


pengendalian diri, tanggung jawab yang lemah, disiplin yang kurang dan motivasi
yang rendah dapat menunjang perilaku tersebut. Begitu pula dengan alasan
mengapa siswa dapat menyontek. Misalnya saja seperti lemahnya kontrol guru saat
kegiatan belajar mengajar, ketidaksiapan siswa untuk menghadapi ujian, siswa
kurang mengerti terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Contohnya sebagai
berikut :

1. Mewakili seseorang dalam mewakili ujian (joki).


2. Menyalin atau memberi informasi jawaban soal pada saat ujian
berlangsung.
3. Menggunakan alat-alat bantu (misalnya buku, kertas, dan catatan) yang
tidak diperbolehkan saat ujian.
4. Melihat soal-soal ujian sebelum ujian tes dilakukan.
5. Melakukan kerjasama dengan sesama peserta didik dalam ujian

3
Berikut hasil perumusan mengenai alasan atau faktor mengapa seseorang
menyontek:

1. Faktor Internal

Pada dasarnya, faktor internal ini merupakan faktor yang saling terkait satu sama
lain, karena berasal dari dalam diri sendiri.

a. Gak Mampu

Perasaan tidak mampu, merupakan perasaan yang sangat umum dialami


oleh para peserta ujian. Hal ini biasanya dikarenakan pembelajaran atau
pemahaman yang kurang terhadap suatu pelajaran.

b. Gak Suka

Persoalan ini biasanya merupakan sentiment pribadi entah terhadap mata


pelajaran atau mata kuliah ataupun pendidik (guru/dosen) yang terkait.
Membuat, siswa atau mahasiswa menjadi acuh atau tidak peduli terhadap
pelajaran atau mata kuliah tersebut, sehingga ketika ujian berlangsung
mereka menyontek supaya asal lulus.

c. Asal Lulus

Faktor yang satu ini, bisa jadi karena merasa tidak mampu atau justru tidak
suka sehingga berpikir “yang penting lulus” alias asal lulus, jangankan
memikirkan nilai, faktor ini membuat pelajar berpikir mencari jalan cepat
supaya lulus yaitu dengan menyontek.

d. Gak PeDe

Sesungguhnya, faktor ini adalah faktor utama mengapa seseorang merasa


tidak mampu, yaitu karena merasa tidak percaya diri. Sebenarnya mampu,
tapi karena perasaan tidak percaya diri sehingga dia merasa tidak mampu
dan lebih percaya kepada kemampuan orang lain, itulah mengapa akhirnya
ia menyontek.

e. Takut

Perasaan takut ini biasanya terbentuk dari luar, karena takut nilainya jelek,
karena takut tidak naik kelas, karena takut dimarahi orang tua, karena takut
diledek teman-teman, karena takut dihukum guru, dan rasa takut lainnya
membuat seseorang menyontek supaya bisa lepas dari rasa takut tersebut.

f. Khawatir

4
Perasaan yang satu ini tidak jelas apa objeknya, biasanya ditandai dengan
kegelisahan atau kegalauan, bukan takut terhadap sesuatu, tapi karena
perasaan yang tidak jelas atau bisa disebut khawatir makan seseorang
menyontek, biasanya ditandai dengan istilah “ya pengen aja”, “ya nyontek
aja”, “semua orang nyontek jadi ya nyontek aja”, semacam ikut-ikutan.

g. Malas

Ini adalah faktor yang ada pada setiap orang, namun tiap orang berbeda-
beda dalam mengendalikan kemalasannya, biasanya seseorang menyontek
karena tidak dapat mengendalikan rasa malas belajar.

h. Butuh Pujian

Faktor yang satu ini biasanya dialami oleh orang-orang yang biasanya
berprestasi, biasa dipuji karena prestasinya namun ketika berada pada masa
dimana merasa tidak mampu, tidak percaya diri, dan takut tidak lagi
berprestasi, maka ia memutuskan menyontek untuk mempertahankan nilai
atau prestasinya.

2. Faktor Eksternal

Ini adalah faktor dari luar yang dapat menimbukan faktor internal.

a. Susah

Karena soal yang susah, atau pelajaran yang susah dipahami biasanya
menimbulkan perasaan-perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, tidak
suka, dan takut. Sehingga, memutuskan untuk menyontek.

b. Pertemanan

Ini adalah faktor yang cukup berbahaya, karena biasanya menimbulkan


kekhawatiran. Selingkungan dengan para penyontek bisa membuat
seseorang belajar untuk menyontek, berteman dengan penyontek biasanya
membuat seseorang ingin ‘membantu’ atau juga ikut menyontek.

c. Keadaan

Soal yang susah, pelajaran yang susah dipahami, atau demi pertemanan
adalah beberapa keadaan dari sekian banyak keadaan yang membuat orang
ingin menyontek, bisa jadi tidak berada pada lingkungan penyontek tapi
dalam keadaan tertentu seseorang menjadi penyontek.

d. Pengawas

5
Kekurangdisiplinan pengawas bisa menjadi penyebab mengapa seseorang
menyontek, biasanya peserta ujian justru merasa punya kesempatan
menyontek jika bertemu pengawas yang acuh, jika pengawas ketat biasanya
para penyontek berpikir ulang untuk menyontek atau tidak, dengan
demikian dalam logika para penyontek melahirkan pendapat bahwa ada
pengawas yang asik dan tidak asik”.

e. Tekanan

Soal yang terlalu banyak dan susah dengan waktu yang sangat sempit
biasanya menjadi tekanan tersendiri bagi para peserta ujian, kondisi ini
membuat mereka menyontek, padahal sebenarnya mereka mampu
menyelesaikan soal-soal tersebut jikalau diberi waktu lebih.

f. Tuntutan

Faktor yang satu ini biasanya datang dari keluarga, apakah ibu atau ayah
atau bahkan nenek kakek dan keluarga lainnya menuntut untuk siswa atau
mahasiswa memiliki nilai bagus, dapat ranking, masuk ke sekolah atau
perguruan tinggi favorit dan lain sebagainya menjadi alasan untuk
menyontek.

Dengan pendidikan karakter, yang dicanangkan oleh pemerintah, khususnya


Kementerian Pendidikan Nasional, menjadi seperti tak berarti. Bahkan ditemukan
adanya kecurangan UN terjadi secara masal, serta melibatkan peran tim sukses yang
terdiri dari guru, kepala sekolah, dan juga pengawas. Keikutsertaan guru dan kepala
sekolah dalam mendukung siswa melakukan perilaku menyontek sudah menjadi
rahasia umum bagi masyarakat saat ini. Aktivitas menyontek yang dilakukan oleh
sebagian siswa, biasanya terjadi pada saat menghadapi ujian akhir semester. Pada
saat ini perilaku menyontek pada saat ujian sepertinya bukan hal yang tabu lagi bagi
sebagian kalangan siswa. Dengan berbagai cara dan strategi, mulai dari yang
sederhana hingga tercanggih, dilakukan untuk mendapatkan jawaban. Salah
satunya adalah bertanya pada teman, bahkan saling tukar lembar jawaban, hingga
melihat catatan kecil di kertas atau di handphone yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

6
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi Dan Pembahasan Permasalahan


Perilaku menyontek merupakan tindakan seseorang yang berusaha
menyalin jawaban dari orang lain dengan cara- cara tidak sah dan mengaku jawaban
itu dari diri sendiri atau dapat dikatakan tidak jujur. Perilaku jujur merupakan kunci
untuk pendidikan yang lebih baik. Dalam hal ini pendidikan seakan tutup telinga
menanggapi berbagai permasalahan terkait permasalahan jujur tersebut. Untuk itu
diperlukan sebuah solusi untuk meminimalisirnya. Solusi yang strategis untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan dilakukakkannya pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar. Dalam hal ini, pembelajaran
Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar penting untuk diselenggarakan
karena akan membentuk sikap yang berkarakter bagi peserta didik. Jujur
merupakan perilaku yang baik, namun saat ini sulit untuk ditemui dalam dunia
pendidikan. semua seakan-akan lupa bahwa esensi pendidikan sesungguhnya
adalah bagaimana penerapan pendidikan karakter salah satunya berperilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Daviq Chairilsyah hal yang paling
fundamental dalam kehidupan adalah nilai kejujuran. Nilai kejujuran harus
diajarkan sedini mungkin. Tanamkan pemikiran bahwa jujur itu adalah di atas
segalanya. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan pendidik untuk menerapkan
perilaku jujur kepada peserta didik:

1. Tanamkan Perilaku Jujur secara sederhana

Dalam hal ini pendidik bisa memberi contoh kepada peserta didik mengenai
perilaku jujur. Misalnya jujur kepada diri sendiri bahwa sudah melakukkan ibadah
tepat waktu, jujur ketika berbicara kepada kedua orang tua, jujur di kalangan
masyarakat. Pendidik harus merasakan dan berdialog dengan peserta didik dan
tanamkan nilai religius yang kuat kepada peserta didik.

2. Berikan pemahaman bahwa nilai bukan segalanya

Dalam hal ini pendidik bisa memotivasi siswa dengan cara mengatakan bahwa
berperilaku jujur itu di atas segalanya. Dalam penerapannya peserta didik tidak
akan mendewakan nilai dan mengejar nilai tanpa memerhatikan kejujuran yang ada.
penanaman pemahaman ini akan menjadikan peserta didik percaya dan yakin
kepada dirinya sendiri.

3. Berikan Pujian

7
Ketika peserta didik sudah melakukkan sikap hidup jujur dalam kehidupannya,
pendidik jangan sampai lupa memberikan sebuah pujian agar peserta didik dapat
melakukkan hal baik tersebut secara terus menerus.

Pengajaran ini, merupakan hal dasar yang wajib diberikan kepada siswa. Muatan
pembelajaran dasar termuat berbagai macam konsep, proses, dan kegiatan untuk
mencapai tujuan pendidikan sesungguhnya. Pendidikan karakter adalah salah satu
wujud nyata adanya mata pelajaran PKn di SD. Dengan mempelajari hal tersebut,
maka dapat mengatasi permasalahan yang ada pada dunia pendidikan. Adapun
manfaat pengajaran PKn:

1. Menjadikkan siswa sebagai masyarakat baik

Tujuan utama pembelajaran merupakan menciptakan siswa yang memiliki


berkarakter. Peserta didik harus senantiasa berkontribusi untuk kemajuan
bangsanya. Dalam pembelajaran ini, siswa diperkenalkan bagaimana dapat
bertoleransi dan tenggang rasa kepada orang lain serta berkontribusi secara aktif
untuk kemajuan bangsanya.

2. Memunculkan kesadaran akan pentingnya hak dan kewajiban warga negara

Pembelajaran telah dilakukan diberbagai tingkatan kelas, misalnya menghormati


hak orang lain, mendapatkan haknya, serta harus menjalankan kewajiban sebagai
warga negara, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa peserta didik diharapkan setelah mempelajari PKn di sekolah dasar dapat
menjalankan hak dan kewajiban secara benar.

3. Membentuk jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi

Manfaat pendidikan kewarganegaraan diajarkan sedini mungkin adalah untuk


menumbuhkan rasa jiwa nasionalisme kebangsaan. Dalam hakikatnya,
nasionalisme merupakan wujud dari penerapan pembelajaran PKn yang dilakukkan
dengan efektif. Pembelajaran PKn dengan mengenal lambang pancasila dan
menyanyikan lagu nasional bisa dilakukkan guru untuk memupuk jiwa
nasionalisme di sekolah dasar kelas awal.

4. Menerapkan perilaku hidup jujur

Manfaat yang paling terasa dari implementasi pembelajaran Pendidikan


kewarganegaraan di sekolah dasar adalah peserta didik mengaplikasikan hidup
jujur dimanapun dan kapanpun. Pendidikan karakter yang di dalamnya terdiri dari
nilai kejujuran dapat mengendalikan peserta didik untuk termotivasi untuk
melakukkan tindakan perilaku hidup jujur tersebut. Menurut Sukadi (2013) perlu
dikembangkan nilai relugius taat kepada tuhan agar mampu mengendalikan dirinya
agar terhindar dari perilaku buruk. Dalam Pendidikan kewarganegaraan nilai

8
spiritual merupakan materi pemahaman yang menjadi cita-cita pendidikan nasional.
Selain itu, membuat Layanan Bimbingan Kelompok. Bimbingan konseling
merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memiliki fungsi
pencegahan. Adapun fungsi pencegahan yang dapat diimplementasikan oleh guru
BK dalam layanan bimbingan kelompok adalah meminimalisir perilaku menyontek
pada siswa, dengan meningkatkan self efficacy pada siswa.

Tahap yang dilakukan dalam layanan bimbingan kelompok sebagai berikut:

A. Tahap Pembentukan

Pemimpin kelompok (guru) mengucapkan salam, menanyakan kabar AK, lalu


mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok atas kehadirannya di
bimbingan kelompok dan menanyakan kepada AK tentang keadaannya. Sebelum
BKP dimulai, diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok.
Pemimpin kelompok (guru) menjelaskan pengertian BKp; Bimbingan kelompok
adalah layanan yang diberikan kepada siswa secara berkelompok yang berjumlah 8
sampai 15 orang. PK menjelaskan kepada AK bahwa dalam bimbingan kelompok
ada beberapa asas yang harus diketahui oleh AK, apakah AK ikhlas mengikuti
bimbingan kelompok ini? Ya bu. Ini disebut asas kesukarelaan, lalu asas
keterbukaan yakni semua AK harus terbuka dalam mengungkapkan masalahnya,
asas kenormatifan yaitu jika ada teman yang sedang bicara harus didengarkan dan
dalam berpendapat secara bergantian, dengan bahasa yang bagus. Asas kekinian
yaitu topik yang akan dibahas topik yang terbaru. Terakhir asas kerahasiaan yaitu
apa yang bahas di kelompok ini hanya kelompok ini saja yang tahu. Pemimpin
kelompok (guru) memperkenalkan diri dan dilanjutkan oleh AK, PK
mempersilakan kepada AK secara bergantian untuk memperkenalkan diri.
Pemimpin kelompok (guru) mengajak anggota kelompok untuk mengikuti
permainan rangkaian nama, permainan rangkaian nama dimulai dari AK yang
sesuai dengan urutan nama saat perkenalan nama. PK mengajak AK untuk
mengikuti permainan lawan kata yang sudah disebutkan oleh PK.

B. Tahap Peralihan

Pemimpin kelompok (guru) memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk


bertanya tentang penjelasan pemimpin kelompok. Pada Tahap pembentukan,
Pemimpin kelompok (guru) memberi tahu kepada anggota kelompok bahwa dalam
bimbingan kelompok ini semua anggota kelompok harus aktif dalam berpendapat
dan bertanya jika ada hal yang belum dimengerti dan mengajak AK untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya. Pemimpin kelompok (guru) bertanya kepada
anggota kelompok. Apakah semua AK sudah siap untuk mengikuti kegiatan BKP
ini? AK menjawab sudah siap bu. PK memberitahukan kepada AK bahwa hari ini
kita akan membahas topik bebas yang nanti akan disampaikan oleh semua anggota
kelompok. Di mana topik tersebut merupakan topik yang terjadi di luar AK bisa

9
dari media massa atau topik yang terjadi di lingkungan, misalnya penangkapan para
koruptor. Pemimpin kelompok memberi motivasi kepada anggota kelompok untuk
mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan ini, dan PK memberitahukan jika AK
berpendapat tidak ada yang menyalahkan karena kita semua sama-sama membahas
topik untuk tujuan bersama. Pemimpin kelompok (guru) menjelaskan kembali asas
BK, tujuan BKp, dan memberi kesempatan kepada AK untuk bertanya, jika ada hal
yang belum di pahami.

C. Tahap Kegiatan

PK Bersama dengan para AK melakukan musyawarah mufakat untuk melakukan


pemilihan topik apa yang akan dibahas pada pertemuan pertama ini. Setelah
melakukan proses voting, akhirnya dicapai kesepakatan dengan topik AK 3 yang
akan dibahas terlebih dahulu. PK mempersilahkan AK 3 untuk menceritakan
tentang topik yang diajukannya. Adapun fenomena yang ditemukan oleh AK4
terkait perilaku menyontek adalah berupa catatan-catatan di kopelan-kopelan atau
di tangan, selanjutnya AK3 mengungkapkan bentuk perilaku yang dilakukan
dengan lembaran dioper-oper dalam proses ujian. AK5 menggemukkan salah satu
bentuknya perilaku menyontek adalah dengan membawa hp kemudian searching di
Google. AK2 juga mengemukakan bentuk dari perilaku menyontek adalah dengan
melirik-lirik jawaban teman, untuk mengisi jawaban. AK8juga berpendapat
perilaku menyontek ditunjukkan dengan menulis catatan-catatan kecil kemudian
diselipkan di mana saja. AK6 berpendapat bahwa kecurangan itu bisa berupa kerja
sama. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh AK terkait pengalaman
berperilaku menyontek dapat disimpulkan bentuk menyontek beragam dari yang
berbentuk canggih dengan menggunakan hendphone dan juga manual. Membahas
permasalahan bagaimana cara siswa melakukan aksi contek-menyontek dan juga
apa saja faktor penyebab siswa berperilaku menyontek, tentunya perilaku
menyontek adalah perbuatan yang tidak baik dan sangat di haramkan dalam Islam.
Dalam pemecahan masalah tersebut, tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru
BK karena tugas dari seorang guru BK adalah membimbing siswa secara individual
sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara
menyeluruh.

Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya self efficacy pada diri
Individu adalah lingkungan sosial Kisti, H. H., & Fardana, N. A. Masalah cukup
serius bisa terjadi jika seseorang merasa terlalu banyak kelemahan dan tidak
memiliki kelebihan sama sekali. Kelemahan pribadi memiliki aspek yang sangat
luas dan berkaitan dengan kehidupan dimasa lalu. Rasa tidak percaya diri akan
menghambat seseorang dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya seperti
mendapatkan pasangan hidup atau mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Hal ini
akan mengakibatkan seseorang mengalami perasaan staknasi atau kemacetan yang
mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri. Kemampuan ini yang menentukan

10
ketahanan dan keuletan individu dalam usaha. Keyakinan bahwa tindakan yang
dilakukan akan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Fase
perkembangan juga menjadi faktor dominannya mahasiswa mempunyai self
efficacy. Self Efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat
berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang berusia dewasa cenderung
memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu
hal yang terjadi dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Selain itu juga,
individu yang berusia lebih tua sudah lebih matang dalam mengontrol tingkah
lakunya.

Selanjutnya bentuk evaluasi yang diberi oleh PK sebelum mengakhiri sesi


bimbingan kelompok adalah dengan ber BMB3 yang dirangkum sebagai berikut:

1. Berpikir: Mengarahkan persepsi AK dengan mengajak berpikir baik


buruknya melakukan kecurangan dalam ujian atau menyontek itu. Dan
menyadari bahwa self efficacy sangat penting.
2. Merasa: Merasa bahwa perilaku menyontek itu akan berdampak buruk
dikemudian hari dan tidak baik bagi diri sendiri serta merugikan orang lain.
3. Bersikap: mencari teman yang baik, sehingga senantiasa berada dalam
lingkungan pergaulan baik, serta berani mempertahankan diri untuk tidak
ikut-ikutan
4. Bertindak: Senantiasa tidak menunda-nunda pekerjaan dan belajar dengan
giat
5. Bertanggung Jawab: Bertanggung jawab dengan kewajiban belajar dan
tidak melakukan perbuatan menyontek.

Self efficacy merupakan suatu kemampuan individu dari kehidupan yang


unik dan berharga. Ada orang yang menganggap diri mereka penuh Self efficacy
tiba-tiba merasa kepercayaan diri mereka tak sebesar apa yang selama ini mereka
duga, sehingga mereka kurang self efficacy di mana baginya dunia terasa sebagai
tempat yang tidak aman dan menyulitkan. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki
diharapkan ketika menyelesaikan tugas atau ujian di sekolah, siswa akan percaya
pada kemampuan yang dimiliki sehingga perilaku menyontek dapat dihindari.
Dengan self efficacy yang tinggi maka akan membiasakan siswa untuk bersikap
positif terhadap kemampuannya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Selain dua hal diatas, sebagai seorang guru banyak hal sederhana lainnya
yang dapat dilakukan untuk mencegah murid menyontek, yaitu:

1. Beri semangat dan motivasi belajar yang positif

Sebagai guru kita harus terus memberi semangat serta motivasi yang penuh agar
murid tetap terus semangat dan perlu dukungan serta bantuan dari rumah juga.
Sebagai orangtua bisa memberikan semangat dan motivasi belajar agar anak tetap

11
melaksanakan kewajibannya untuk belajar. Jika siswa belajar tentu siap
menghadapi ulangan maupun ujian yang akan diikuti.

2. Jaga kepercayaan diri anak

Memiliki rasa percaya diri memang penting dimiliki siswa. Tidak hanya saat harus
tampil di depan umum, tetapi juga saat mengerjakan ulangan harian atau ujian. Jika
siswa sudah belajar optimal dan percaya diri dengan kemampuannya, tentu tidak
akan menyontek saat mengerjakan ulangan harian atau ujian. Orangtua sebaiknya
menjaga kepercayaan diri anaknya dan memotivasi mereka tetap melakukan yang
terbaik tanpa memaksakan keinginan sendiri serta selalu mengapresiasi hal positif
yang dilakukan anak.

3. Tidak membandingkan anak lain

Orangtua jangan membandingkan anaknya dengan anak lain. Baik itu saudara
kandung, sepupu atau teman sekolah. Perlu diketahui bahwa setiap anak
mempunyai karakternya sendiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain.

12
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku menyontek merupakan tindakan seseorang yang berusaha
menyalin jawaban dari orang lain dengan cara- cara tidak sah dan mengaku jawaban
itu dari diri sendiri, seperti menggunakan catatan kecil yang tidak sah, atau
membantu orang lain curang pada tes atau ujian. Kebiasaan menyontek lahir karena
adanya dorongan dari dalam diri siswa. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan yang
ada pada siswa bahwa nilai ujian harus maksimal sehingga mendorong siswa
melakukan apapun agar nilainya baik walaupun di peroleh dengan cara yang tidak
jujur. Media-media yang tidak mendidikpun turut mendukung proses tumbuhnya
kebiasaan menyontek, utamanya media internet.

Banyaknya perilaku menyontek pada berbagai kalangan usia di Indonesia


dan bahkan sudah dianggap biasa –dan menjadi kebiasaan kemudian– atau tidak
tabu lagi menjadi hal yang banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak ataupun
instansi. Selain itu, tidak adanya hukum ketat yang mengatur serta mengurangi
perbuatan menyontek dan masih kurangnya pemahaman terhadap jenis-jenis
menyontek yang selama ini terjadi, sementara dampak dari menyontek sudah makin
kentara dan kasat mata. Sudah banyak literatur yang meneliti mengenai perilaku
menyontek, dari banyak literatur, disepakati bahwa jelas menyontek itu adalah
perilaku menyimpang dari proses belajar.

Tumbuhnya kebiasaan menyontek akan membentuk generasi yang tidak


jujur, tidak ada keuletan dalam mencapai sesuatu dan pandai dalam memanipulasi
sesuatu. Tindakan menyontek dapat menyebabkan peserta didik kehilangan rasa
percaya dirinya keran hanya mengandalkan jawaban dari orang lain.Tindakan
menyontek ini dapat menghilangkan peluanganya untuk mengembangkan
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas atau ujian secara mandiri.

4.2 Rekomendasi
Dengan demikian, pada akhirnya untuk menanggulangi kondisi ini, kita
tidak hanya butuh literatur sebagai bahan bacaan, namun juga bentuk visual yang
lebih mudah dipahami dan menarik dalam rangka mengampanyekan gerakan setop
menyontek di kalangan pelajar khususnya. Saran bagi pemerintah adalah penerapan
dan pengembangan kurikulum harus sangat memerhatikan situasi dan kondisi yang
ada pada dunia pendidikan, pemerintah harus menciptakan sebuah regulasi tentang
penerapan penerapan perilaku hidup jujur di lingkungan masyarakat khususnya di
lingkungan sekolah. saran bagi Pendidik dalam hal ini harus terus memberikan
pemahaman untuk siswa agar senantiasa berperilaku hidup jujur dan jangan jadikan
nilai menjadi tolak ukur kecerdasan peserta didik. saram bagi peserta didik adalah

13
dalam jiwa peserta didik harus ditanamkan pemikiran bahwa jujur harus di atas
segalanya. Jujur pada diri sendirilah yang menjadikan kunci bagi kesuksesan
kehidupan, setelah mampu jujur kepada diri sendiri, peserta didik dapat
mengimpementasikan pikirannya untuk melakukan sikap jujur karena sejatinya
jujur itu sebuah perbuatan yang indah.
Untuk mendukung hilangnya kebisaan menyontek maka sesara sosial,
masyarakat dan orangtua juga harus menyadarkan anak bahwa tindakan tersebut
keliru. Secara tidak langsung bentuk dukungan langsung masyarakat terhadap
tindakan menyontek ini yaitu sikap tidak peduli dan pembiaran terhadap anak
terhadap kebiasaan menyontek. Membangun diri dapat dilakukan secara integral
bersama proses pembelajaran. Guru perlu menyadari dengan baik bahwa setiap
anak memiliki sisi potensi untuk berkembang serta sisi potensi untuk gagal, dengan
hal itu dapat mengembangkan kepercayaan diri peserta didik. Pendidik dan peserta
didik bisa bekerja sama menciptakan peluang untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Guru memberi peluang harus diberikan secara merata agar anak yang
merasa minder dapat bangkit kepercayaan dirinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Awalia Marwah Suhandi, Dinie Anggraeni Dew, & Yayang Furi Furnamasari.
(2022). PENERAPAN PERILAKU JUJUR MELALUI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN. AoEJ: Academy of Education
Journal, 40-50.

Daria Hanum, & Yeni Karneli. (2021). Implementasi Layanan Bimbingan


Kelompok Untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Yang Berperilaku
Menyontek. Prophetic Guidance and Counseling Journal, 61-70.

DasopangPane dan Muhammad DarwisAprida. (2017). BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, 333-352.

J.Moch., S. H. (2020). Hubungan Kepercayaan Diri Dan Kecemasan Dengan


Perilaku Menyontek Saat Menghadapi Ujian Nasional. Jurnal IKRA-ITH
Humaniora, 87-97.

MitaDhiniaty, I. d. (2022). Kenakalan siswa di sekolah dasar. Jurnal.

Muhammad Hakkidan Radinal Fadli, S. (2021). Profesi Kependidikan. Jakarta:


CV. Pena Persada.

Puri KurniasihGalasro Limbong, & Dian HandayaniEdo. (2019). INFOGRAFIS


ALASAN MENYONTEK DAN TIPE-TIPE PENYONTEK:
PANDANGAN ETIKA MENGENAI PERILAKU MENYONTEK.
Jurnal Desain, 112-129.

Sinta Huri AmeliaTanjung, d. (2016). PERILAKU MENYONTEK DAN UPAYA


PENANGGULANGANNYA. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 1-
9.

15

Anda mungkin juga menyukai