MK. PROFESI
KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
BISNIS
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
dalam menyelesaikan makalah rekayasa ide kasus yang terjadi di sekolah dengan kasus
identifikasi menyontek dalam pembelajaran di sekolah mata kuliah profesi
kependidikan. Makalah ini bertujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kasus yang terjadi di sekolah yaitu menyontek dalam pembelajaran di sekolah.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Tugas Rekayasa Ide
Melakukan Rekayasa Ide pada Tugas Mini Riset dengan mencari solusi dari
jurnal yang didapat atau dari sumber yang lain sangat penting untuk dilakukan, dari
kegiatan ini kita dapat membuat ide-ide Mahasiswa dari pengumpulan sumber
informasi dari berbagai macam cara. Hal tersebut lah yang nantinya akan menjadi
gagasan atau ide yang akan dikeluarkan Mahasiswa.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Selain itu masih banyak lagi bentuk kenakalan siswa yang sering terjadi
seperti ngobrol/ramai, membuat masalah, tidak mengerjakan PR, mengganggu
siswa lainnya, menyontek, membangkang, membully, merokok dan ada juga kasus
di beberapa sekolah yang mendapati siswanya terlibat dalam perjudian serta ikut
geng motor.
2
kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Hal ini sangat beralasan karena fungsi
kepercayaan diri dalam pembelajaran yaitu membangunkomitmen yang kuat,
mendorong untuk melakukan tindakantindakan terencana untuk meraih cita-cita,
memicu keberanian menghadapi tantangan dan konsekuensi yang akan dihadapi
dalam proses meraih cita-cita, dan menghindarkan anak dari sikap yang akan
menggagalkan cita-cita.
Berdasarkan hasil observasi dan informasi, ada dua bentuk kebiasaan menyontek
yang dilakukan siswa, yaitu:
3
Berikut hasil perumusan mengenai alasan atau faktor mengapa seseorang
menyontek:
1. Faktor Internal
Pada dasarnya, faktor internal ini merupakan faktor yang saling terkait satu sama
lain, karena berasal dari dalam diri sendiri.
a. Gak Mampu
b. Gak Suka
c. Asal Lulus
Faktor yang satu ini, bisa jadi karena merasa tidak mampu atau justru tidak
suka sehingga berpikir “yang penting lulus” alias asal lulus, jangankan
memikirkan nilai, faktor ini membuat pelajar berpikir mencari jalan cepat
supaya lulus yaitu dengan menyontek.
d. Gak PeDe
e. Takut
Perasaan takut ini biasanya terbentuk dari luar, karena takut nilainya jelek,
karena takut tidak naik kelas, karena takut dimarahi orang tua, karena takut
diledek teman-teman, karena takut dihukum guru, dan rasa takut lainnya
membuat seseorang menyontek supaya bisa lepas dari rasa takut tersebut.
f. Khawatir
4
Perasaan yang satu ini tidak jelas apa objeknya, biasanya ditandai dengan
kegelisahan atau kegalauan, bukan takut terhadap sesuatu, tapi karena
perasaan yang tidak jelas atau bisa disebut khawatir makan seseorang
menyontek, biasanya ditandai dengan istilah “ya pengen aja”, “ya nyontek
aja”, “semua orang nyontek jadi ya nyontek aja”, semacam ikut-ikutan.
g. Malas
Ini adalah faktor yang ada pada setiap orang, namun tiap orang berbeda-
beda dalam mengendalikan kemalasannya, biasanya seseorang menyontek
karena tidak dapat mengendalikan rasa malas belajar.
h. Butuh Pujian
Faktor yang satu ini biasanya dialami oleh orang-orang yang biasanya
berprestasi, biasa dipuji karena prestasinya namun ketika berada pada masa
dimana merasa tidak mampu, tidak percaya diri, dan takut tidak lagi
berprestasi, maka ia memutuskan menyontek untuk mempertahankan nilai
atau prestasinya.
2. Faktor Eksternal
Ini adalah faktor dari luar yang dapat menimbukan faktor internal.
a. Susah
Karena soal yang susah, atau pelajaran yang susah dipahami biasanya
menimbulkan perasaan-perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, tidak
suka, dan takut. Sehingga, memutuskan untuk menyontek.
b. Pertemanan
c. Keadaan
Soal yang susah, pelajaran yang susah dipahami, atau demi pertemanan
adalah beberapa keadaan dari sekian banyak keadaan yang membuat orang
ingin menyontek, bisa jadi tidak berada pada lingkungan penyontek tapi
dalam keadaan tertentu seseorang menjadi penyontek.
d. Pengawas
5
Kekurangdisiplinan pengawas bisa menjadi penyebab mengapa seseorang
menyontek, biasanya peserta ujian justru merasa punya kesempatan
menyontek jika bertemu pengawas yang acuh, jika pengawas ketat biasanya
para penyontek berpikir ulang untuk menyontek atau tidak, dengan
demikian dalam logika para penyontek melahirkan pendapat bahwa ada
pengawas yang asik dan tidak asik”.
e. Tekanan
Soal yang terlalu banyak dan susah dengan waktu yang sangat sempit
biasanya menjadi tekanan tersendiri bagi para peserta ujian, kondisi ini
membuat mereka menyontek, padahal sebenarnya mereka mampu
menyelesaikan soal-soal tersebut jikalau diberi waktu lebih.
f. Tuntutan
Faktor yang satu ini biasanya datang dari keluarga, apakah ibu atau ayah
atau bahkan nenek kakek dan keluarga lainnya menuntut untuk siswa atau
mahasiswa memiliki nilai bagus, dapat ranking, masuk ke sekolah atau
perguruan tinggi favorit dan lain sebagainya menjadi alasan untuk
menyontek.
6
BAB III
Dalam hal ini pendidik bisa memberi contoh kepada peserta didik mengenai
perilaku jujur. Misalnya jujur kepada diri sendiri bahwa sudah melakukkan ibadah
tepat waktu, jujur ketika berbicara kepada kedua orang tua, jujur di kalangan
masyarakat. Pendidik harus merasakan dan berdialog dengan peserta didik dan
tanamkan nilai religius yang kuat kepada peserta didik.
Dalam hal ini pendidik bisa memotivasi siswa dengan cara mengatakan bahwa
berperilaku jujur itu di atas segalanya. Dalam penerapannya peserta didik tidak
akan mendewakan nilai dan mengejar nilai tanpa memerhatikan kejujuran yang ada.
penanaman pemahaman ini akan menjadikan peserta didik percaya dan yakin
kepada dirinya sendiri.
3. Berikan Pujian
7
Ketika peserta didik sudah melakukkan sikap hidup jujur dalam kehidupannya,
pendidik jangan sampai lupa memberikan sebuah pujian agar peserta didik dapat
melakukkan hal baik tersebut secara terus menerus.
Pengajaran ini, merupakan hal dasar yang wajib diberikan kepada siswa. Muatan
pembelajaran dasar termuat berbagai macam konsep, proses, dan kegiatan untuk
mencapai tujuan pendidikan sesungguhnya. Pendidikan karakter adalah salah satu
wujud nyata adanya mata pelajaran PKn di SD. Dengan mempelajari hal tersebut,
maka dapat mengatasi permasalahan yang ada pada dunia pendidikan. Adapun
manfaat pengajaran PKn:
8
spiritual merupakan materi pemahaman yang menjadi cita-cita pendidikan nasional.
Selain itu, membuat Layanan Bimbingan Kelompok. Bimbingan konseling
merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memiliki fungsi
pencegahan. Adapun fungsi pencegahan yang dapat diimplementasikan oleh guru
BK dalam layanan bimbingan kelompok adalah meminimalisir perilaku menyontek
pada siswa, dengan meningkatkan self efficacy pada siswa.
A. Tahap Pembentukan
B. Tahap Peralihan
9
dari media massa atau topik yang terjadi di lingkungan, misalnya penangkapan para
koruptor. Pemimpin kelompok memberi motivasi kepada anggota kelompok untuk
mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan ini, dan PK memberitahukan jika AK
berpendapat tidak ada yang menyalahkan karena kita semua sama-sama membahas
topik untuk tujuan bersama. Pemimpin kelompok (guru) menjelaskan kembali asas
BK, tujuan BKp, dan memberi kesempatan kepada AK untuk bertanya, jika ada hal
yang belum di pahami.
C. Tahap Kegiatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya self efficacy pada diri
Individu adalah lingkungan sosial Kisti, H. H., & Fardana, N. A. Masalah cukup
serius bisa terjadi jika seseorang merasa terlalu banyak kelemahan dan tidak
memiliki kelebihan sama sekali. Kelemahan pribadi memiliki aspek yang sangat
luas dan berkaitan dengan kehidupan dimasa lalu. Rasa tidak percaya diri akan
menghambat seseorang dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya seperti
mendapatkan pasangan hidup atau mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Hal ini
akan mengakibatkan seseorang mengalami perasaan staknasi atau kemacetan yang
mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri. Kemampuan ini yang menentukan
10
ketahanan dan keuletan individu dalam usaha. Keyakinan bahwa tindakan yang
dilakukan akan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Fase
perkembangan juga menjadi faktor dominannya mahasiswa mempunyai self
efficacy. Self Efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat
berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang berusia dewasa cenderung
memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu
hal yang terjadi dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Selain itu juga,
individu yang berusia lebih tua sudah lebih matang dalam mengontrol tingkah
lakunya.
Selain dua hal diatas, sebagai seorang guru banyak hal sederhana lainnya
yang dapat dilakukan untuk mencegah murid menyontek, yaitu:
Sebagai guru kita harus terus memberi semangat serta motivasi yang penuh agar
murid tetap terus semangat dan perlu dukungan serta bantuan dari rumah juga.
Sebagai orangtua bisa memberikan semangat dan motivasi belajar agar anak tetap
11
melaksanakan kewajibannya untuk belajar. Jika siswa belajar tentu siap
menghadapi ulangan maupun ujian yang akan diikuti.
Memiliki rasa percaya diri memang penting dimiliki siswa. Tidak hanya saat harus
tampil di depan umum, tetapi juga saat mengerjakan ulangan harian atau ujian. Jika
siswa sudah belajar optimal dan percaya diri dengan kemampuannya, tentu tidak
akan menyontek saat mengerjakan ulangan harian atau ujian. Orangtua sebaiknya
menjaga kepercayaan diri anaknya dan memotivasi mereka tetap melakukan yang
terbaik tanpa memaksakan keinginan sendiri serta selalu mengapresiasi hal positif
yang dilakukan anak.
Orangtua jangan membandingkan anaknya dengan anak lain. Baik itu saudara
kandung, sepupu atau teman sekolah. Perlu diketahui bahwa setiap anak
mempunyai karakternya sendiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku menyontek merupakan tindakan seseorang yang berusaha
menyalin jawaban dari orang lain dengan cara- cara tidak sah dan mengaku jawaban
itu dari diri sendiri, seperti menggunakan catatan kecil yang tidak sah, atau
membantu orang lain curang pada tes atau ujian. Kebiasaan menyontek lahir karena
adanya dorongan dari dalam diri siswa. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan yang
ada pada siswa bahwa nilai ujian harus maksimal sehingga mendorong siswa
melakukan apapun agar nilainya baik walaupun di peroleh dengan cara yang tidak
jujur. Media-media yang tidak mendidikpun turut mendukung proses tumbuhnya
kebiasaan menyontek, utamanya media internet.
4.2 Rekomendasi
Dengan demikian, pada akhirnya untuk menanggulangi kondisi ini, kita
tidak hanya butuh literatur sebagai bahan bacaan, namun juga bentuk visual yang
lebih mudah dipahami dan menarik dalam rangka mengampanyekan gerakan setop
menyontek di kalangan pelajar khususnya. Saran bagi pemerintah adalah penerapan
dan pengembangan kurikulum harus sangat memerhatikan situasi dan kondisi yang
ada pada dunia pendidikan, pemerintah harus menciptakan sebuah regulasi tentang
penerapan penerapan perilaku hidup jujur di lingkungan masyarakat khususnya di
lingkungan sekolah. saran bagi Pendidik dalam hal ini harus terus memberikan
pemahaman untuk siswa agar senantiasa berperilaku hidup jujur dan jangan jadikan
nilai menjadi tolak ukur kecerdasan peserta didik. saram bagi peserta didik adalah
13
dalam jiwa peserta didik harus ditanamkan pemikiran bahwa jujur harus di atas
segalanya. Jujur pada diri sendirilah yang menjadikan kunci bagi kesuksesan
kehidupan, setelah mampu jujur kepada diri sendiri, peserta didik dapat
mengimpementasikan pikirannya untuk melakukan sikap jujur karena sejatinya
jujur itu sebuah perbuatan yang indah.
Untuk mendukung hilangnya kebisaan menyontek maka sesara sosial,
masyarakat dan orangtua juga harus menyadarkan anak bahwa tindakan tersebut
keliru. Secara tidak langsung bentuk dukungan langsung masyarakat terhadap
tindakan menyontek ini yaitu sikap tidak peduli dan pembiaran terhadap anak
terhadap kebiasaan menyontek. Membangun diri dapat dilakukan secara integral
bersama proses pembelajaran. Guru perlu menyadari dengan baik bahwa setiap
anak memiliki sisi potensi untuk berkembang serta sisi potensi untuk gagal, dengan
hal itu dapat mengembangkan kepercayaan diri peserta didik. Pendidik dan peserta
didik bisa bekerja sama menciptakan peluang untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Guru memberi peluang harus diberikan secara merata agar anak yang
merasa minder dapat bangkit kepercayaan dirinya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Awalia Marwah Suhandi, Dinie Anggraeni Dew, & Yayang Furi Furnamasari.
(2022). PENERAPAN PERILAKU JUJUR MELALUI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN. AoEJ: Academy of Education
Journal, 40-50.
15