Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET

MK. PROFESI PENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN
EKONOMI- FE

Skor Nilai :

“ANALISIS PERILAKU MANAJEMEN PEMBELAJARAN DARING YANG DILAKUKAN GURU


SELAMA WORK FROM HOME (Bekerja dari Rumah)”

Anisa fitria Bethlehem Efrata Diana Puspitasari


Sinaga Sitanggang

Fitry Ulinda Fransiska Adelia


Tinambunan Sinulingga

Nama mahasiswa Kelompok 2:


 Anisa fitria sinaga 7213341005
 Bethlehem Efrata Sitanggang 7213141031
 Diana Puspitasari 7213141012
 Fitry Ulinda Tinambunan 7213341014
 Fransiska Adelia Br Sinulingga 7213341004
DOSEN PENGAMPU : Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEI 2022
EXCECUTIVE SUMMARY

Pembelajaran Daring (dalam jaringan) jadi trending topik akhir-akhir ini dalam
dunia pendidikan negeri ini, sebagai konsekuensi dari maraknya wabah pandemi
Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda berbagai wilayah. Hal ini diperkuat
Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada
Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara
Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19).
Sejumlah aplikasi digunakan dalam proses pembelajaran, seperti Google Classroom,
Zoom, Microsoft Teams hingga WhatsApp (WA). Melalui daring ini, interaksi guru dan
siswa dilakukan secara online.

Pembelajaran daring sebagai solusi alternatif agar kegiatan pembelajaran tetap


berlangsung di masa pandemi covid 19 ini, sebagai hak siswa untuk mendapatkan
pendidikan. Namun demikian, hakikat belajar justru kurang di dapat melalui
pembelajaran daring ini, perubahan perilaku belajar kurang diperhatikan. Guru
memberikan materi pelajaran secara virtual maupun modul, dan dilanjutkan
penugasan dengan waktu yang ditentukan, cenderung mengukur aspek kognitif siswa
semata, sementara perkembangan siswa dalam aspek afektif dan psikomotorik, sulit
diketahui guru. Padahal, tujuan belajar tak hanya menitikberatkan pada aspek
akademik, melainkan lebih dari itu, yaitu perubahan sikap.

Di samping itu, pembelajaran daring ini juga tidak semua cocok untuk siswa
karena setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Secara umum, gaya belajar
yakni visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang cenderung belajarnya secara visual
lebih mudah menerima pelajaran dengan melihat atau mengamati terlebih dahulu
sebelum belajar hal yang baru. Siswa yang gaya belajarnya auditori, maka dia harus
mendengarkan penjelasan terlebih dahulu untuk mudah memahami pelajaran.
Sementara siswa yang gaya belajarnya kinestetik dia selalu ingin bergerak dan lebih
tertarik mencari sendiri tanpa harus selalu membaca.

Ditambah lagi persoalan tidak semua siswa memiliki perangkat android,


andaipun punya, ada pula yang bergantian dengan kakak atau adiknya maupun orang
tuanya. Begitu pula jaringan internet yang tidak semua terjangkau di plosok-plosok
desa, sehingga menjadi penghambat efektivitas dan kualitas hasil pembelajaran.
Begitupun bila ada guru dan siswa yang gagap teknologi (gaptek), pengetahuan dan
keterampilan digital kurang memadai atas perangkat teknologi pembelajaran daring
dan belum terbiasa dalam penggunaannya, tentu menjadi terhambat sehingga tujuan
pembelajaran tidak dapat tercapai.

Terlepas dari permasalahan di atas, di masa pandemi covid 19 ini pembelajaran


daring menjadi satu-satunya pilihan sehingga pembelajaran tetap berlangsung dari
rumah. Efektivitas pembelajaran daring, dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
melakukan kegiatan manajemen. Paling tidak ada tiga menajemen yang dilakukan oleh

i
guru dalam mengelola pembajaran daring, yaitu manajemen waktu, manajemen kelas
dan manajemen pembelajaran.

Pertama, manajemen waktu, yakni kegiatan guru dalam mengatur jam


pelajaran. Jam pelajaran daring tidak mesti sama dengan jam pelajaran saat tatap
muka. Jam pelajaran tatap muka antara 35-45 menit tergantung masing-masing
jenjang pendidikan. Penugasan belajar dalam pembelajaran daring diatur oleh guru
yang memungkin melebihi dari jam tatap muka, di sini ada kelonggaran waktu karena
mungkin terjadi jaringan onlinennya yang kurang bersahabat, sehingga memerlukan
waktu yang lebih dalam pengerjaan tugas.

Kedua, manajemen kelas, yakni kegiatan guru dalam mengatur kegiatan belajar
siswa di masing-masing kelas. Guru yang mengajar lebih dari satu kelas untuk satu
mata pelajaran, maka melalui media daring, guru membuat forum kelas sejumlah
kelasnya dan mata pelajaran yang diampunya, sementara dapat pula bagi guru yang
menggunakan WhatsApp group (WAG), anggota kelas dapat dijadikan satu dalam WAG
kelasnya untuk satu mata pelajaran.

Ketiga, manajemen pembelajaran yakni kegiatan guru dalam mengelola situasi


belajar siswa, melalui pembelajaran daring dengan mengerjakan quiz dan soal-soal
yang diberikan oleh guru atau pun penugasan lainnya. Guru dapat berinterasi,
menjelaskan materi secara online melalui aplikasi Zoom, melakukan diskusi, dialog
dan tanya jawab. Dalam manajemen pembelajaran ini tentu diminta kepiawaian guru
dan kebijaksanaan guru sehingga ritme tugas yang diberikan tidak membebani siswa.
Ketiga menajemen tersebut dilakukan oleh guru dalam pembelajaran daring. Terlepas
dari keterbatasan yang terdapat pada pebelajaran daring, namun ini telah menjadi
kabijakan nasional untuk diterapkan di sekolah-sekolah dalam masa pandemi Covid-
19.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
“MINI RISET”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu
“PROFESI PENDIDIKAN”. Tugas mini riset ini disusun dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam hal hal “Analisis
Perilaku Manajemen Pembelajaran Daring Yang Dilakukan Guru Selama Work
From Home (Bekerja Dari Rumah)”.Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari
kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih
terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman kami yang belum seberapa.

Terima kasih kepada Bapak Dosen kami Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd yang
telah memberikan kami tugas mini riset ini sebagai pembelajaran awal kami dan
untuk memenuhi nilai tugas kkni. Kami sangat menantikan saran dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. kami
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami
khususnya, atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Medan April 2022

Kelompok 2

iii
DAFTAR ISI

Halaman
EXCECUTIVE SUMMARY ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 2
C. Batasan Masalah ...................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
E. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
F. Manfaat Survey ......................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 5


A. Teori Manajemen Pembelajaran ...................................................................... 5
1. Konsep dasar manajemen pembelajaran ............................................ 5
2. Fungsi manajemen Pembelajaran........................................................... 5
3. Bidang tugas manajemen pembelajaran ............................................. 7
4. Peranan guru bidang studi pada manajemen pembelajaran ..... 8
B. Implementasi Peranan guru bidang studi pada pada manajemen
pembelajaran pada satuan pendidikan ........................................................ 9
C. Kerangka Berpikir ................................................................................................... 9

BAB III METODE SURVEY .................................................................................. 10


A. Tempat dan Waktu Survey ................................................................................. 10
B. Subject Survey ........................................................................................................... 10
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 10
D. Instrumen Survey .................................................................................................... 10
E. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 13


A. Gambaran Hasil Survey ........................................................................................ 13
B. Pembahasan ............................................................................................................... 13
C. Temuan Lapangan................................................................................................... 16

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 18


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
B. Saran .............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejak surat keputusan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terbit mengenai
upaya pencegahan dan penyebaran Corona, semua kegiatan pembelajaran konvensional
mulai diliburkan sementara waktu. Kegiatan pendidikan berasa mengalami lockdown.
Sistem pembelajaran konvensional yang dilaksanakan oleh sebagian guru perlahan
terkikis dan tergantikan dengan berbagai aplikasi pembelajaran daring yang dapat
memberi ruang interaksi langsung antara guru dengan siswa tanpa harus bertemu
langsung.

Guru, siswa, bahkan orang tua dipaksa untuk beradaptasi secara cepat dengan
metode ini. Memang, di tengah situasi yang seperti ini, metode daring dirasa solusi yang
paling tepat untuk dilakukan. Meski sekolah diliburkan, tetapi tuntutan dalam proses
pembelajaran masih dapat terlaksana dan tercapai. Namun, jika dalam kondisi normal,
banyak celah kekurangan dari metode daring ini. Minimnya pengetahuan teknologi
guru, siswa dan orang tua menjadi salah satu permasalahan pengaplikasian metode
daring ini. Meskipun sebagai guru harus selalu memperkaya dan mengupgrade
keilmuan, tetapi diminta untuk beradaptasi dan menguasai berbagai aplikasi yang
mendukung pembelajaran daring dengan cepat tidaklah mudah.

Tidak hanya guru, siswapun demikian. Mungkin untuk siswa-siswa SMP, SMA atau
SMK, mempelajari dan menguasai aplikasi daring ini dengan cepat, dapat dilakukan.
Tetapi untuk para siswa SD, hal ini dirasa cukup sulit dilakukan. Akhirnya, mau tidak
mau orang tua diminta untuk terlibat dalam pembelajaran daring ini.

Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan mudah beradaptasi.
Sementara orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah, akan pasrah-pasrah saja
jika putra putrinya selama berminggu-minggu tidak dapat mengikuti proses
pembelajaran, bahkan tidak mendapat nilai. Bagaimana tidak, mereka mungkin tidak
hanya gagap akan teknologi, bahkan bisa sampai buta teknologi. Bahkan ada pula siswa
yang terkendala tidak memiliki alat komunikasi yang memadai dikarenakan kondisi
ekonomi keluarga yang kurang mampu.Lebih lanjut, lemahnya jaringan internet juga
dirasa menjadi kendala yang sering dialami oleh para guru. Hal ini terutama bagi guru
dan siswa yang tinggal di daerah pedesaan atau pedalaman, akan sangat sulit untuk
mendapatkan akses internet. Padahal, ini merupakan salah satu faktor penting
terlaksananya pembelajaran daring.

1
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang siswa juga perlu diperhatikan sebelum diberlakukannya metode
daring ini. Tidak semua siswa berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik-baik saja.
Terdapat siswa yang berasal dari anak-anak broken home, lingkungan tempat tinggal
yang sangat tidak mendukung (sebagai contoh tinggal di pemukiman yang banyak
preman, banyak peminum), serta anak-anak dari keluarga yang kurang mendukung
kegiatan pendidikan.

Hal ini akan menjadi tantangan sangat berat bagi guru jika ingin mengaplikasikan
metode daring ini. Tentunya guru akan bekerja ekstra keras agar siswa mau mengikuti
model kelas daring ini. Padahal saat pembelajaran konvensional saja, tidak banyak dari
siswa spesial ini yang mau memperhatikan dan berkontribusi saat pembelajaran,
mereka sudah mau bersekolah saja, sudah sangat bersyukur.

Pembelajaran konvensional meski dirasa kuno, namun tetap memiliki kelebihan


tersendiri. Psikologi siswa akan terbentuk jika siswa bertemu langsung dengan gurunya.
Mereka bisa mengingat gaya mengajar gurunya dan akan sangat diingat di pikiran
mereka karena mengajar tidak hanya untuk mendapatkan ilmu tetapi lebih kepada
pembentukan karakter. Hubungan emosional antara guru dan siswa yang terbentuk
selama pembelajaran konvensional akan sangat membantu bagi keberhasilan siswa.

Meskipun ada banyak aspek yang perlu diperhatikan pada saat penerapan metode
daring, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya guru dan siswa akan
semakin melek teknologi dan mengikuti perkembangan jaman, kegiatan pembelajaran
tidak terbatas pada waktu dan tempat, sumber pembelajaran juga tidak terbatas hanya
pada guru tetapi dari sumber lain, kreativitas dan kekritisan siswa akan semakin keluar,
guru akan semakin kreatif menggabungkan berbagai macam media ajar online, guru
tidak lagi terbebani dengan koreksi tugas siswa secara manual, serta penggunaan kertas
akan semakin berkurang karena teralihkan melalui aplikasi online.

Pada akhirnya, di setiap metode pembelajaran memang terdapat kelebihan dan


kekurangan. Namun sudah menjadi tugas guru untuk menentukan metode, gaya
ataupun teknik mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa yang didampingi.
Karena kembali lagi, mengajar adalah sebuah seni untuk pembentukan karakter,
kreativitas, kekritisan, dan sifat kepedulian siswa. Tidak hanya terfokus pada
penyampaian ilmu saja.

2
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ditetapkan pada laporan Mini Riset ini adalah sebagai
berikut :
1. Sistem daring memudahkan pembelajaran karena tidak terikat akan tempat dan
waktu, tetapi perlu persiapan jauh hari semua perangkat dan bahan, termasuk
kurikulumnya. Sementara persiapan itu selama ini tidak pernah ada, bahkan
pembelajaran daring hanya diperuntukkan pendidikan guru dalam jabatan, sehingga
baik guru (termasuk dosen) maupun masyarakat mengalami guncangan teknologi.
2. Pembelajaran sistem daring yang memerlukan perangkat teknologi gadget menjadi
persoalan jika satu keluarga memiliki sejumlah anak yang tersebar di semua jenjang
pendidikan, sementara penghasilan keluarga terbatas. Maka itu, tentu sistem daring
akan sangat memberatkan. Subsidi melalui bebas kuota bagi keluarga seperti ini
sangat membantu mereka. Apalagi, bagi mahasiswa yang tidak mampu untuk
membeli peranti teknologi, karena mereka masuk perguruan tinggi saja melalui jalur
“bagi yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi”. Bahkan, ada mahasiswa yang
harus ngenger kepada dosennya untuk sekadar numpang hidup bisa mondok gratis,
walau dibayar harus menjadi “pramuwisma” di rumah sang majikan. Jumlah mereka
ini sepuluh persen di masing-masing program studi dan banyak dosen/guru menjadi
“juru selamat” anak-anak bangsa seperti ini.
3. Kurikulum yang ada secara nasional disiapkan untuk sistem pembelajaran
konvensional. Dengan diberlakukannya sistem daring secara mendadak, tentu
banyak persoalan yang menyertai keberlakuan sistem ini. Guru TIK, yang semula ada
di sekolah dengan keberlakuan kurikulum 13, kini mapel ini ditiadakan.
4. Dengan kasus corona, ternyata menghilangkan TIK di sekolah adalah kurang
tepat.Justru guru TIK harus diberi beban membuat transformasi bahan dari disajikan
secara konvensional menjadi sistem daring, sehingga anak atau siswa yang
berhalangan hadir ke sekolah karena alasan tertentu, mereka masih dapat belajar
dengan mengakses melalui program daring. Termasuk jika terjadi kondisi darurat
seperti sekarang, tidak perlu kita harus pusing memikirkannya.
5. Penguasaan teknologi yang belum merata. Ini harus kita akui secara jujur dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Belum semua mereka menguasai aplikasi
program yang diperlukan untuk mengembangkan daring. Bisa jadi secara teknis
mereka menguasai, tetapi jika mereka sebagai “tenaga kontrak” yang gajinya saja
tidak cukup untuk makan, mereka yang harus membeli kuota demi menyelamatkan
kariernya adalah kurang manusiawi.

3
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami tuliskan dari laporan Mini Riset ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku manajemen pembelajaran daring yang dilakukan guru selama
work from home?
2. Apakah pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru selama work from home
sudah efektif atau belum?
3. Bagaimana dampak positif dan dampak negatif pada pembelajaran daring yang
dilakukan guru selama work from home?

E. Tujuan Survey
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka beberapa tujuan
yang akan dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis perilaku manajemen pembelajaran daring yang dilakukan guru


selama work from home.
2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru selama
work from home sudah efektif atau belum.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif pada pembelajaran daring
yang dilakukan guru selama work from home.

F. Manfaat Survey
Penelitian ini diharapkan dapat untuk mengetahui dan memperjelas mengenai
pengaruh pembelajaran daring yang dilakukan guru selama work from home.
Diharapkan hasil penenlitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan serta
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yangbermaksud mengadakan
penelitian yang sama atau untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini
merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh sehingga
dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Manajemen Pembelajaran


1. Konsep dasar manajemen pembelajaran
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin
dan mengendalikan organisasi agar tujuan organisasi dapat mencapai secara efektif
dan efisien. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan tinggi,
dosen mengajar supaya mahasiswa dapat belajar dan menguasai isi materi hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang mahasiswa. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu 6 pekerjaan dosen saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa. Pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang dirancang untuk belajar. Menurut Soeharto, dkk dalam bukunya
“Teknologi Pembelajaran” mengatakan bahwa pembelajaran berarti memanipulasi
lingkungan untuk memberi kemudahan orang belajar
(http://education.blogspot.com).

Manajemen pembelajaran dapat didefinisikan sebagai usaha mengelola


(memenej) lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang belajar berprilaku
tertentu dalam kondisi tertentu. Jadi, menajemen pembelajaran terbatas pada satu
unsure manajemen sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi
seluruh komponen system pendidikan, bahkan bisa menjangkau system yang lebih
luas dan besar secara regional, nasional, bahkan internasional. Jadi proses
pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat interaksi antara guru
dengan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan belajar. Substansisubstansi pembelajaran terdiri dari guru,
murid dan kurikulum yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran tersebut.

2. Fungsi manajemen pembelajaran


Menurut Stoner (dalam Ritha f. Dalimunthe, 2003: 4. Diakses dari
http://library.usu.ac.id) fungsi manajemen antara lain terdiri dari :
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang
harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah suatu
proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan; rencana
haruslah diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan

5
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan perbaikan agar tetap
berguna. “Perencanaan kembali” kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci
agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat
mungkin.
Ada beberapa manfaat perencanaan antara lain:
1) Membantu manajemen dalam menyesuaikan diri denganperubahanperubahan
lingkungan
2) Perencanaan terkadang cenderung menunda kegiatan
3) Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif
danberinovasi. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh
penyelesaian situasi individu dan penanganan setiap masalah pada saat
masalah tersebut terjadi.

b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses
susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi adalah pengelompokkan kegiatankegiatan kerja
organisasi agar kegiatankegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan
bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan
tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah
perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung
jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan
dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif.

c. Actuating (penggerakan)
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan
yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks
karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah
laku dan manusiamanusia itu sendiri.

d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-
tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan

6
perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan tujuan perencanaan,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyipangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya lembaga dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi
dalam pencapaian tujuan-tujuan lembaga.

3. Bidang tugas manajemen pembelajaran


Bidang tugas manajemen pembelajarn di sekolah menyangkut beberapa aspek,
yaitu:
a. Pengelolaan kurikulum: berkaitan dengan bagaimana mengorganisasikan
sumber - sumber sekolah yang dapat diberdayakan dan direalisasikan isis
kurikulum oleh guru dan pengembangan kurikulum dengan mengelola
penyusunan prorgam pengajaran sebagai dasar bagi guru dalam menyusun
persiapan mengajar dalam bentuk Prota dn Prosem, SAP atau RPP.

b. Pengelolaan Peserta Didik: berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan


pengajaran dan bimbingan kepada peserta didik dan juga memberikan
pertolongan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.
c. Pengelolaan Personalia Pendidikan: berkaitan dengan proses sekaligus
sebagai seni untuk memilih dan mendayagunakan sumber daya manusia sejak
penerimaan dan pemberhentiannya. Personalia pendidikan disini maksudnya
adalah mereka yang membidangi kegiatan edukatif, yaitu pihak yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran di lembaga
pendidikan, diantaanya yaitu guru, kepala sekolah, petugas dan bimbingan
konseling dan ketatusahaan.

d. Pengelolaan Perlengkapan Pendidikan: berkaitan dengan keseluruhan proses


perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan peralatan yang
digunakan untuk menunjang penyelenggaraan sistem pendidikan agar tujuan
pendidikan yang ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

e. Pengelolaan Keuangan Pendidikan: berkaitan dengan pengelolaan keuangan


pendidikan dapat mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan, sehingga
pengurusannya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengelolaan keuangan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan dan
penyusunan anggaran biaya, pencarian dan pengusahaan sumber-sumber biaya,

7
penggunaan anggaran, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan.

f. Pengelolaan Layanan Khusus: berkaitan dengan suatu usaha yang tidak secara
langsung berhubungan dengan proses belajar-mengajar di kelas, tetapi secara
khusus diberikan kepada pesera didik oleh lembaga pendidikan agar mereka
lebih ptimal dalam melaksankan kegiatan belajarnya, seperti pusat sumber
belajar, perpustakaan, laboratorium, UKS dn kantin sekolah.

g. Pengelolaan Ketatausahaan: menyangkut segenap rangkaian pengelolaan


pencatatan dan pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu
organisasi, yang dapat beupa perencanaan, pencatatan, pengolahan,
penggandaan, penyimpanan, dan pengiriman semua keterangan yang diperlukan
dalam melakukan aktivitas-aktivitas dan atau fungsi-fungsi manajemen oleh
manajer.

h. Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat: berkaitan dengan


proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meniingkatkan
pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan
serta mendorong minat dan kerjasama dalam meningkatkan dan
mengembangkan kuantitas dan kualitas lembaga pendidikan.

4. Peranan guru bidang studi pada manajemen pembelajaran


Guru memiliki peran sebagai salah satu unsur pengelola pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan yang terlihat langsung dalam mentransfer pengetahuan kepada
siswa, harus mampu mengelola kelasnya, merumuskan tujuan pembelajaran secara
opersional, menentukan materi pembelajaran, menetapkan metode yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi
hasil belajar dan kemampuan profesional guru lainnya, agar proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peran dan
fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara
peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai Pendidik 10. Guru sebagai Pendorong Kreatifitas
2. Guru sebagai Pengajar 11. Guru sebagai pembangkit pandangan
3. Guru sebagai Pembimbing 12. Guru sebagai Pekerja Rutin
4. Guru sebagai Pelatih 13. Guru sebagai Peneliti
5. Guru sebagai Penasehat 14. Guru sebagai Pemindah kemah
6. Guru sebagai Pembaharu 15. Guru sebagai Pembawa Cerita
7. Guru sebagai Model dan Teladan 16. Guru sebagai Aktor

8
8. Guru sebagai Pribadi 17. Guru Sebagai Emansipator
9. Guru sebagai Pembawa Cerita 18. Guru sebagai Evaluator

B. Implementasi peranan guru bidang studi pada manajemen Pembelajaran pada


satuan pendidikan
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif didalam kelas,
yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrastor,
evalator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang
dimilkinya. Namun uraian kali ini kami batasi masalah proses belajar mengajar
sebagaimana telah tertuang dalam topik bahasan. Proses belajar mengajar merupakan
inti dari kegiatan pendidikan disekolah. Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang
memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia
tidak melakukan instruksiinstruksi dan tidak berdiri dibawah instruksi manusia lain
kecuali dirinya sendiri. Setelah masuk dalam situasi kelas. Jadi setelah masuk kelas tugas
guru adalah sebagai pemimpin dan bukan semata-mata mengontrol atau mengkritik.

C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan di mana terjadi
penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada peserta didik
yang dimilikinya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal
1 ayat 20 Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Menurut Komalasari
Kokom (2013, h.3) Pembelajaran merupakan suatu sistem atau protes membelajarkan
pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
pembelajaran dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Zaenal Arifin (2012, h. 17) Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan sistematik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik
(guru) dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi
yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa.

9
BAB III
METODE SURVEI

A. Tempat dan Waktu Survei


- Tempat:
Mini riset ini dilakukan pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Waktu Mini Riset:
Mini riset ini dilakukan bersamaan dengan pembelajaran daring (online learning)
oleh perguruan tinggi. Sistem pembelajaran daring (elearning) tidak dimaksudkan
untuk mengganti perkuliahan kelas konvensional/tradisonal.

B. Subject Survei
Subject survei yang digunakan ialah mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran
daring (online learning).

C. Teknik Pengembalian Data


- Tahap Observasi, pada tahap ini, penelitian mengobservasi kampus, melihat secara
langsung bagaimana proses pembelajaran daring (online learning), sikap dari
mahasiswa, dan dosen-dosen di UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Pengumpulan data, setelah hasil observasi, dokumentasi dan wawancara didapatkan
peneliti mengumpulkan semua data yang ada.
- Analisis data, data yang dikumpulkan tidak langsung jadi, namun harus dianalisis
informasi yang didapat dari hasil observasi, dokumentari dan wawancara ini sudah
sesuai atau tidak.
- Pengambilan keputusan, dari hasil analisis ini didapatlah kesimpulan.

D. Instrumen Survei
- Instrumen yang digunakan membagi-bagi angket atau kuesioner
- Instrumen yang digunakan dengan melakukan observasi di tempat penelitian.

E. Teknik Analisis Data


1. Analisis Diskriptif
Analisis deskriptif untuk menjelaskan diskripsi data responden dan diskripsi data
pertanyaan dari setiap peubah yang digunakan. Diskripsi data responden disajikan
dalam Tabel 1.

10
Tabel 1
DEMOGRAFI RESPONDEN

Jenis Kelamin Laki-laki: 85


Perempuan : 201
Usia 17 s.d. 20 tahun: 155
21 s.d. 25 tahun: 82
26 s.d. 35 tahun: 25
36 s.d. 45 tahun: 8
46 s.d. 55 tahun: 13
>55 tahun: 3
Akses e-learning dalam 1 semester 1 sd. 5 kali: 24
6 s.d. 10 kali: 40
11 s.d. 15 kali: 52
16 s.d. 20 kali: 53
>20 kali: 117
Menggunakan fasilitas unduh /unggah file Ya: 270
Tidak: 16
Menggunakan fasilitas link ke sumberdaya Ya: 112
lain Tidak: 174
Menggunakam fasilitas forum Ya: 166
Tidak: 120
Menggunakan fasilitas quiz (tes Ya: 138
multiplechoice) Tidak: 148
Menggunakan fasilitas assignment Ya: 212
Tidak: 174

2. Analisis Statistik
Analisis statistik menggunakan Structural Equation Modelling dengan metode
Partial Least Squares (SEM-PLS). Terdapat dua tahapan evaluasi model dalam
PLSSEM, yaitu evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model
struktural (inner model). Setelah melewati tahap evaluasi model, selanjutnya akan
dilakukan uji hipotesa terhadap model yang digunakan dalam penelitian.

a. Tahap Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)


Evaluasi model pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas
dari indikatorindikator pembentuk peubah laten. Pengujian validitas digunakan
untuk menguji representasi indikator terhadap peubah laten apakah valid untuk
diukur. Sedangkan reliabilitas digunakan untuk menguji apakah indikator dari
instrumen dapat mengukur dengan hasil yang akurat.
Evaluasi model pengukuran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap
(Hussein, 2015), yaitu: 1) Convergen validity Nilai convergen validity dapat
dianalisa melalu nilai loading factor pada peubah laten dengan indikator-
indikatornya dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Nilai loading factor

11
yang diharapkan lebih dari 0,6 dengan AVE lebih dari 0,5. 2) Discriminant validity
Nilai Discriminant validity dapat dianalisa melalui cross loading factor yang
berguna untuk mengetahui apakah konstruk peubah laten memiliki diskriminan
yang memadai, yaitu dengan membandingkan nilai loading pada konstruk yang
dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang
lain. 3) Unidimensionality Analisa unidimensionality dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator composite reliability. Nilai composite reliability yang
diharapkan adalah lebih dari 0,7.

b. Tahap Evaluasi Model Struktural (Inner Model)


Evaluasi model struktural dilakukan untuk memastikan bahwa model
struktural yang dibangun robust dan akurat. Dalam penelitian ini, evaluasi inner
model menggunakan Goodness of Fit Index (GoF) dengan menggunan rumus:
(Tenenhaus, 2005).
𝐺𝑜F= √𝐴𝑉 x R2

Menurut Tenenhaus (2005) dalam Ghozali (2014:106), nilai GoF dikatakan


kecil jika 0,1 s/d 0,24, sedangjika 0,25 s.d 0,35 dan besar jika >= 0,36.

c. Tahap Pengujian Hipotesa


Pengujian hipotesa dilakukan dengan melakukan proses bootstrapping di
aplikasi Smart PLS. Hasil dari proses bootstrapping dapat dilakukan analisis
terhadap output koefisien jalur (path coefficient). Informasi Original sample (O)
dari output merupakan koefisien dari hubungan antar peubah. Sedangkan
informasi tabel Tstatistik (O/STERR) merupakan Tstatistik yang akan
dibandingkan dengan Ttabel. Pengambilan kesimpulan berdasarkan
perbandingan nilai Tstatistik dengan Ttabel. Apabila Tstatistik> Ttabel maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan diantara dua peubah.
Sebaliknya Apabila Tstatistik< Ttabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan diantara dua peubah. Selanjutnya melakukan pengujian
terhadap peubah laten yang menjadi mediator bagi peubah lainnya. Pengujian
hipotesa terhadap peubah mediator dilakukan berdasarkan standard error dan
koefisien. Rumus yang digunakan untuk menghitung standard error dari
koefisien (Ghozali, 2014:252).
Sp2p3 = √32.Sp22 +p22.Sp32 +Sp22.Sp32

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey


Merespon pandemi Covid-19 para pendidik diminta untuk mampu bergerak cepat
dan beradaptasi dengan cepat. Hal ini dikarenakan dengan adanya musibah pandemi ini
telah memaksa para pendidik untuk berfikir keras bagaimana cara mengelola
pembelajaran tatap muka kini berubah menjadi pembelajaran dengan sistem daring.
Hasil pengamatan sehari-hari terlihat bahwa dalam menerapkan pembelajaran daring
ini, justru guru memiliki tantangan-tantangan tersendiri seperti kontrol guru terhadap
siswa menjadi rendah, interaksi siswa dengan siswa lainnya terbatas, ruang kelas virtual
membuat siswa tidak sedang berada dalam kelas. Dengan adanya tantangan dalam
penerapan proses pembelajaran daring tersebut membuat pendidik perlu mengelola
pembelajaran dengan baik. Hal ini sejalan dengan tugas utama seorang guru dalam
proses pembelajaran daring adalah mengelola kelas agar terjadinya peristiwa belajar
walaupun kelasnya dilakukan secara jarak jauh.
Oleh karena itu berdasarkan gambaran hasil survey diatas sangat dibutuhkan peran
guru dalam memanajemen pembelajaran daring agar tercapai tujuan pembelajaran yang
efektif yang tentunya berbeda dengan cara manajemen pembelajaran konvensional (
tatap muka ). Ciri khas pembelajaran daring yang perlu dikelola yaitu: model
pembelajaran yang berbeda; proses dan skenario pembelajaran yang berbeda;cara
melakukan dan menyampaikan pembelajaran;penggunaan alat/gadget;pemberian
tugas siswa;dan proses pelaksanaanya tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka.

B. Pembahasan
Dalam hal mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan
pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari
perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran sehingga tercapainya
tujuan pembelajaran yang diinginkan ditengah situasi pandemi Covid-19 ini.

Menurut Penelitian Suryana,dkk (2020) yang berjudul “Manajemen Pembelajaran


daring Berbasis Empati Untuk Pemeliharaan Motivasi Belajar Daring Mahasiswa dalam
Situasi Wabah Covid-19” mengungkapkan bahwa dalam melakukan manajemen dalam
pembelajaran daring, terdapat masalah yang muncul seperti; teknik operasional
menggunakan model program e-learning, model pembelajaran yang tepat untuk setiap
mata kuliah yang berbeda,ketepatan media pembelajaran agar dapat terkelola dengan

13
baik dan tetap memelihara motivasi belajar daring mahasiswa dalam situasi covid-19.
Oleh karena agar kesulitannya tidak bertambah, baik segi teknis, terutama psikologis,
maka diperlukan nilai empati dari dosen sebagai basis pembelajaran daring, setidaknya
akan meringankan beban psikologis mahasiswa. Empati dalam arti seperti menurut
Heinz Kohut, yaitu kapasitas berpikir dan merasakan diri sendiri ke dalam kehidupan
orang lain. Sikap memposisikan diri pada orang lain itu dilakukan secara bersahaja dan
ikhlas (Danim, 2011, pp. 241–242).

Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi dasar, bahwa
sikap empati dosen untuk memahami yang dirasakan oleh dirinya dan mahasiswa akan
mewujudkan sebuah model pembelajaran daring yang efektif, setidaknya untuk
memelihara motivasi belajar dalam situasi wabah covid-19.Empati yang menjadi basis
pada pembelajaran daring dapat diukur dengan empat hal utama, yaitu: melihat dunia
mereka, memahami perasaannya, menghargai sisi manusiawinya, menyampaikan
bahwa kita mengerti apa yang dirasakan (Supriyadi, n.d.). Hal ini yang menjadi bahan
eksplorasi dalam kajian kualitatif manajemen pembelajaran daring berbasis empati.
Bagaimana hal tersebut dikelola secara baik, sebagai alat sistematisasi digunakan fungsi
manajemen menurut Terry, seperti dikutip Arifin meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan pelaksanaan, dan pengendalian (Arifin & Rusdiana, 2014,
p. 22).

Bentuk yang dominan dalam rangka empati terhadap mahasiswa pada umumnya
memberi banyak kelonggaran dan pernyataan sikap memahami kesulitan yang dihadapi
mahasiswa dalam hal pembelajaran daring. Dari kajian manajemen pembelajaran,
sebagian besar pembelajaran berbasis empati tertata manajemennya pada perencanaan,
pengorganisasian serta pelaksanaan dan pengendalian. Menurut pengakuan para dosen,
respon mahasiswa terhadap sikap empati dosen dalam penelitian ini dengan cara
memahami dan memberi banyak kelonggaran, disambut baik oleh mahasiswa.

Sedangkan menurut seminar yang diselenggarakan oleh Tanoto foundation (12 Mei
2020 ) melalui webinar guru terkaitdengan topik Manajemen Pembelajaran Daring
untuk sekolah pedesaan. Dimana di dalam webinar ini mebagikan contoh praktik baik
manajemen pembelajaran daring di sekolah pedesaan.Meskipun begitu dalam sesi
webinar ini memiliki relevansi yang cukup kuat tidak hanya bagi sekolah pedesaan.
Menurut seminar ini mengunngkapkan bagaimana cara mengelola pembelajaran jarak
jauh dengan cara sederhana dengan istilah “MAU”. MAU tersebut merupakan singkatan
dari Mengkondisikan, Mengaktifkan, dan Melakukan Umpan balik.

• Mengkondisikan ( output = Anak siap belajar )


Dengan memastikan bahwa media pembelajaran e-learning yang digunakan oleh
guru, Anak siap untuk belajar dengan menggunakan aplikasi tersebut.

14
• Mengaktifkan ( output = Pembelajaran aktif )
Para pendidik harus merancang kegiatan yang merupakan pembelajaran aktif dengan
unsur MIKIR ( Mengalami, Interaksi,komunikasi, dan Refleksi )

• Melakukan umpan balik


Dalam sebuah proses belajar, tujuannya seorang guru adalah meningkatkan
kompetensi pada peserta didik dengan cara memberikan perbaikan pada hasil
belajar. Perbaikan pada hasil belajar dapat terjadi apabila guru memberikan umpan
balik.
Hal ini ditegaskan kembali di penelitian lilik dan wawan (2019) yang terdapat
didalam jurnalnya yang berjudul “Menumbuhkan Motivasi belajar dari aspek value,
expectancy dan self regulated learning” mengungkapkan bahwa sikap guru yang
memberikan umpan balik bertujuan untuk memberikan informasi tentang kemajuan
menuju tujuan yang akan dicapai atau ketercapaian kompetensi. Umpan balik
memiliki efek motivasi yang kuat dan umpan balik paling efektif adalah ketika
dilakukan tepat waktu dan bersifat konstruktif. Ketiga hal tersebut merupakan sikap
dan hal yang paling penting bagi seorang guru dalam mengelola pembelajaran daring.
Cara mengimplentasikan ketiga hal tersebut dalam mengelola pembelajaran jarak
jauh yaitu sebagai berikut :
• Mengkondisikan
Pada pembelajaran daring, para guru diminta untuk dapat menggunakan beberapa
aplikasi misalnya youtube, google classroom, zoom, dll. Oleh karena para guru harus
memastikan bahwa:

 Anak memahami cara menggunakan aplikasi, apabila tidak paham maka guru
seharusnya membagikan video tutorial untuk membimbing anak mengunakan
aplikasi tersebut.
 Menejelaskan aturan belajar misalnya jika ingin berpendapat tuliskan di live chat.
 Memberikan penjelasan kegiatan pada hari itu.

• Mengaktifkan
Yaitu menerapkan proses pembelajaran dengan pendekatan Mikir ( mengalami atau
melakukan pengamatan, interaksi, komunikasi dan refleksi). Dalam hal ini para guru
dapat memberikan tugas siswa untuk mengamati video tayangan di youtube, melakukan
interaksi di ruang live chat video comference, dan memberikan refleksi yang dilakukan
melalui beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru di akhir pemodelan. Berkaitan
dengan pemberian refleksi juga ditegaskan kembali di penelitian lilik dan wawan (2019)
yang terdapat didalam jurnalnya yang berjudul “Menumbuhkan Motivasi belajar dari
aspek value, expectancy dan self regulated learning” mengungkapkanBerilah Siswa

15
Peluang Untuk Melakukan Refleksi. Penting untuk memberi siswa kesempatan untuk
merefleksikan proses belajar yang mereka ikuti. Memfasilitasi refleksi kepada mereka
dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan spesifik yang dapat mendukung
motivasi mereka. Misalnya, bertanya kepada siswa “Apa yang kalian pelajari dari tugas
ini?” Atau “Apa hal yang paling berharga yang kalian dapat setelah mengikuti proses
belajar/mengerjakan tugas/menyelesaikan proyek ini?”.

• Memberikan Umpan balik.


Sikap guru dalam memberikan komentar terhadap hasil perkerjaan siswa, sehingga
dapat siswa merasa diperhatikan oleh guru dan menumbuhkan semangat dalam belajar.
Umpan balik dengan aplikasi zoom, pemberian umpan balik dapat dilakukan secara
langsung kepada siswa. Umpan balik dengan google classroom, dapat dilakukan dengan
cara chat di kolom komentar di tempat siswa meng-upload tugas.
Dengan 2 cara manajemen pembelajaran diatas yaitu manajemen pembelajaran
daring berbasis empati dan manajemen pembelajaran dengan kata “MAU” tentunya
dapat mengelola pembelajaran jarak jauh sehingga dapat membuat anak dapat belajar
aktif , bermakna, dan mau belajar mandiri dari rumah.

C. Temuan Lapangan
Jika dikaitan dengan tahapan pengelolaan (manajemen) pembelajaran yang meliputi
tiga tahapan kegiatan yaitu : (1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) melakukan
proses pembelajaran, dan (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran. Maka jika dilihat
dalam kehidupan nyata manajemen pembelajaran daring memiliki tahapan-tahapan
dengan menggunakan media pembelajaran e-learning, seperti yang dipaparkan berikut
ini :
1. Perencanaan pembelajaran
Guru memberikan/mengirim jadwal kegiatan pembelajaran , memberikan panduan.
Selain itu dalam perencanaan pembelajaran daring ini pada umumnya guru memiliki
skenario pembelajaran sendiri, tidak terikat dengan rpp pembelajaran tatap muka
yang ada disesuaikan dengan kondisi di tengah pandemi saat ini.

2. Melakukan proses pembelajaran


Dalam melakukan proses pembelajaran, guru harus memilki sikap bijaksana dalam
menentukan penggunaan media pembelajaran yang digunakan, mengaitkan
tugas/materi dengan situasi saat ini. Dan dalam melaksanakan proses pembelajaran
pada umumnya guru memberikan sikap empati pada siswa seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Sikap empati jika ada yang izin tidak masuk daring dikarenakan alasan
tertentu. Dan pada akhir dan awal pelaksaan pembelajaran, sikap empati guru dapat

16
terlihat pada saat guru mengintsruksikan kepada siswa agar terus menjaga kesehatan
di tengah wabah penyakit covid-19.

3. Melaksanakan Evaluasi Belajar


Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan oleh pendidiknya.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data demografi dan analisis diskriptif, fasilitas e-learning banyak
digunakan untuk mengunggah/mengunduh file (94,41%), sedangkan fasilitas link ke
sumber daya lain masih kecil (39,16%). Penggunaan fasilitas forum diskusi (58,04%),
quiz (48,25%) dan assignment (74,13%) sebagai pengganti pertemuan perkuliahan
melalui e-learning. Tanggapan responden terhadap peubahelearning self
effectiveness, perceived ease to use, perceived usefullness, attitude towards using,
behavioral intention to use adalah setuju.

Program Pembelajaran berbasis empati, bukan merupakan agenda yang


direncakanan dan diprogramkan secara terrencana oleh Jurusan MPI, melainkan seni
strategi pembelajaran yang muncul secara reaktif dan intuitif oleh Dosen dalam
rangka merespon situasi yang dihadapi. Pembelajaran daringnya saja muncul dan
terbentuk oleh situasi, terprogram bertahap sambil berjalan seiring tuntutan
kebijakan kuliah daring sebagai pengganti kuliah tatap muka yang harus dihentikan
atas alasan penangan wabah Covid-19.

B. Saran
Obyek dalam penelitian ini adalah pengguna e-learning pada satu perguruan
tinggi saja. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat
menggunakan beberapa perguruan tinggi sebagai obyek penelitiannya. Dengan
adanya beberapa perguruan tinggi penelitian, maka analisis penelitian dapat
menggunakan perbandingan penggunaan media elearning.

18
DAFTAR PUSTAKA

Danarwati, Yanti Sri. 2013. Manajemen Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Pendidikan. Vol 6(13): 1-9

Fadhli, Fadhli. 2010.Manajemen Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan


(PAKEM) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MIN Simpang IV Upah Kecamatan
Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Masters thesis, Pascasarjana IAIN Sumatera
Utara.

Nasution, N.A. 2019. Peranan Guru dalam Manjemen Pendidikan bagi Siswa di Sekolah.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 1-9

Setiawan, Nurcholid, dkk. 2018. Analisis Perilaku Penggunaan Learning Management


System. Jurnal Spirit Pro Patria. Vol 4(2) : 138-153

Suryana, Yaya, dkk. 2020. Manajemen Pembelajaran Daring Berbasis Empati untuk
Pemeliharaan Motivasi Belajar Daring Mahasiswa dalam Situasi Wabah Covid-19. KTI

Tahmedatien,Lilik dan Wawan Krismanto. Menumbuhkan Motivasi Belajar Dari Aspek Value,
Expentancy dan Self Regulated Learning. Jurnal Publikasi Pendidikan. Vol 9(1) :87-97

19

Anda mungkin juga menyukai