PRODI S1 PENDIDIKAN
EKONOMI- FE
Skor Nilai :
Pembelajaran Daring (dalam jaringan) jadi trending topik akhir-akhir ini dalam
dunia pendidikan negeri ini, sebagai konsekuensi dari maraknya wabah pandemi
Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda berbagai wilayah. Hal ini diperkuat
Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada
Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara
Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19).
Sejumlah aplikasi digunakan dalam proses pembelajaran, seperti Google Classroom,
Zoom, Microsoft Teams hingga WhatsApp (WA). Melalui daring ini, interaksi guru dan
siswa dilakukan secara online.
Di samping itu, pembelajaran daring ini juga tidak semua cocok untuk siswa
karena setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Secara umum, gaya belajar
yakni visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang cenderung belajarnya secara visual
lebih mudah menerima pelajaran dengan melihat atau mengamati terlebih dahulu
sebelum belajar hal yang baru. Siswa yang gaya belajarnya auditori, maka dia harus
mendengarkan penjelasan terlebih dahulu untuk mudah memahami pelajaran.
Sementara siswa yang gaya belajarnya kinestetik dia selalu ingin bergerak dan lebih
tertarik mencari sendiri tanpa harus selalu membaca.
i
guru dalam mengelola pembajaran daring, yaitu manajemen waktu, manajemen kelas
dan manajemen pembelajaran.
Kedua, manajemen kelas, yakni kegiatan guru dalam mengatur kegiatan belajar
siswa di masing-masing kelas. Guru yang mengajar lebih dari satu kelas untuk satu
mata pelajaran, maka melalui media daring, guru membuat forum kelas sejumlah
kelasnya dan mata pelajaran yang diampunya, sementara dapat pula bagi guru yang
menggunakan WhatsApp group (WAG), anggota kelas dapat dijadikan satu dalam WAG
kelasnya untuk satu mata pelajaran.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
“MINI RISET”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu
“PROFESI PENDIDIKAN”. Tugas mini riset ini disusun dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam hal hal “Analisis
Perilaku Manajemen Pembelajaran Daring Yang Dilakukan Guru Selama Work
From Home (Bekerja Dari Rumah)”.Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari
kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih
terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman kami yang belum seberapa.
Terima kasih kepada Bapak Dosen kami Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd yang
telah memberikan kami tugas mini riset ini sebagai pembelajaran awal kami dan
untuk memenuhi nilai tugas kkni. Kami sangat menantikan saran dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. kami
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami
khususnya, atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
Halaman
EXCECUTIVE SUMMARY ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 2
C. Batasan Masalah ...................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
E. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
F. Manfaat Survey ......................................................................................................... 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Guru, siswa, bahkan orang tua dipaksa untuk beradaptasi secara cepat dengan
metode ini. Memang, di tengah situasi yang seperti ini, metode daring dirasa solusi yang
paling tepat untuk dilakukan. Meski sekolah diliburkan, tetapi tuntutan dalam proses
pembelajaran masih dapat terlaksana dan tercapai. Namun, jika dalam kondisi normal,
banyak celah kekurangan dari metode daring ini. Minimnya pengetahuan teknologi
guru, siswa dan orang tua menjadi salah satu permasalahan pengaplikasian metode
daring ini. Meskipun sebagai guru harus selalu memperkaya dan mengupgrade
keilmuan, tetapi diminta untuk beradaptasi dan menguasai berbagai aplikasi yang
mendukung pembelajaran daring dengan cepat tidaklah mudah.
Tidak hanya guru, siswapun demikian. Mungkin untuk siswa-siswa SMP, SMA atau
SMK, mempelajari dan menguasai aplikasi daring ini dengan cepat, dapat dilakukan.
Tetapi untuk para siswa SD, hal ini dirasa cukup sulit dilakukan. Akhirnya, mau tidak
mau orang tua diminta untuk terlibat dalam pembelajaran daring ini.
Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan mudah beradaptasi.
Sementara orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah, akan pasrah-pasrah saja
jika putra putrinya selama berminggu-minggu tidak dapat mengikuti proses
pembelajaran, bahkan tidak mendapat nilai. Bagaimana tidak, mereka mungkin tidak
hanya gagap akan teknologi, bahkan bisa sampai buta teknologi. Bahkan ada pula siswa
yang terkendala tidak memiliki alat komunikasi yang memadai dikarenakan kondisi
ekonomi keluarga yang kurang mampu.Lebih lanjut, lemahnya jaringan internet juga
dirasa menjadi kendala yang sering dialami oleh para guru. Hal ini terutama bagi guru
dan siswa yang tinggal di daerah pedesaan atau pedalaman, akan sangat sulit untuk
mendapatkan akses internet. Padahal, ini merupakan salah satu faktor penting
terlaksananya pembelajaran daring.
1
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang siswa juga perlu diperhatikan sebelum diberlakukannya metode
daring ini. Tidak semua siswa berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik-baik saja.
Terdapat siswa yang berasal dari anak-anak broken home, lingkungan tempat tinggal
yang sangat tidak mendukung (sebagai contoh tinggal di pemukiman yang banyak
preman, banyak peminum), serta anak-anak dari keluarga yang kurang mendukung
kegiatan pendidikan.
Hal ini akan menjadi tantangan sangat berat bagi guru jika ingin mengaplikasikan
metode daring ini. Tentunya guru akan bekerja ekstra keras agar siswa mau mengikuti
model kelas daring ini. Padahal saat pembelajaran konvensional saja, tidak banyak dari
siswa spesial ini yang mau memperhatikan dan berkontribusi saat pembelajaran,
mereka sudah mau bersekolah saja, sudah sangat bersyukur.
Meskipun ada banyak aspek yang perlu diperhatikan pada saat penerapan metode
daring, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya guru dan siswa akan
semakin melek teknologi dan mengikuti perkembangan jaman, kegiatan pembelajaran
tidak terbatas pada waktu dan tempat, sumber pembelajaran juga tidak terbatas hanya
pada guru tetapi dari sumber lain, kreativitas dan kekritisan siswa akan semakin keluar,
guru akan semakin kreatif menggabungkan berbagai macam media ajar online, guru
tidak lagi terbebani dengan koreksi tugas siswa secara manual, serta penggunaan kertas
akan semakin berkurang karena teralihkan melalui aplikasi online.
2
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ditetapkan pada laporan Mini Riset ini adalah sebagai
berikut :
1. Sistem daring memudahkan pembelajaran karena tidak terikat akan tempat dan
waktu, tetapi perlu persiapan jauh hari semua perangkat dan bahan, termasuk
kurikulumnya. Sementara persiapan itu selama ini tidak pernah ada, bahkan
pembelajaran daring hanya diperuntukkan pendidikan guru dalam jabatan, sehingga
baik guru (termasuk dosen) maupun masyarakat mengalami guncangan teknologi.
2. Pembelajaran sistem daring yang memerlukan perangkat teknologi gadget menjadi
persoalan jika satu keluarga memiliki sejumlah anak yang tersebar di semua jenjang
pendidikan, sementara penghasilan keluarga terbatas. Maka itu, tentu sistem daring
akan sangat memberatkan. Subsidi melalui bebas kuota bagi keluarga seperti ini
sangat membantu mereka. Apalagi, bagi mahasiswa yang tidak mampu untuk
membeli peranti teknologi, karena mereka masuk perguruan tinggi saja melalui jalur
“bagi yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi”. Bahkan, ada mahasiswa yang
harus ngenger kepada dosennya untuk sekadar numpang hidup bisa mondok gratis,
walau dibayar harus menjadi “pramuwisma” di rumah sang majikan. Jumlah mereka
ini sepuluh persen di masing-masing program studi dan banyak dosen/guru menjadi
“juru selamat” anak-anak bangsa seperti ini.
3. Kurikulum yang ada secara nasional disiapkan untuk sistem pembelajaran
konvensional. Dengan diberlakukannya sistem daring secara mendadak, tentu
banyak persoalan yang menyertai keberlakuan sistem ini. Guru TIK, yang semula ada
di sekolah dengan keberlakuan kurikulum 13, kini mapel ini ditiadakan.
4. Dengan kasus corona, ternyata menghilangkan TIK di sekolah adalah kurang
tepat.Justru guru TIK harus diberi beban membuat transformasi bahan dari disajikan
secara konvensional menjadi sistem daring, sehingga anak atau siswa yang
berhalangan hadir ke sekolah karena alasan tertentu, mereka masih dapat belajar
dengan mengakses melalui program daring. Termasuk jika terjadi kondisi darurat
seperti sekarang, tidak perlu kita harus pusing memikirkannya.
5. Penguasaan teknologi yang belum merata. Ini harus kita akui secara jujur dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Belum semua mereka menguasai aplikasi
program yang diperlukan untuk mengembangkan daring. Bisa jadi secara teknis
mereka menguasai, tetapi jika mereka sebagai “tenaga kontrak” yang gajinya saja
tidak cukup untuk makan, mereka yang harus membeli kuota demi menyelamatkan
kariernya adalah kurang manusiawi.
3
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami tuliskan dari laporan Mini Riset ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku manajemen pembelajaran daring yang dilakukan guru selama
work from home?
2. Apakah pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru selama work from home
sudah efektif atau belum?
3. Bagaimana dampak positif dan dampak negatif pada pembelajaran daring yang
dilakukan guru selama work from home?
E. Tujuan Survey
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka beberapa tujuan
yang akan dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
F. Manfaat Survey
Penelitian ini diharapkan dapat untuk mengetahui dan memperjelas mengenai
pengaruh pembelajaran daring yang dilakukan guru selama work from home.
Diharapkan hasil penenlitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan serta
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yangbermaksud mengadakan
penelitian yang sama atau untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini
merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh sehingga
dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan perbaikan agar tetap
berguna. “Perencanaan kembali” kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci
agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat
mungkin.
Ada beberapa manfaat perencanaan antara lain:
1) Membantu manajemen dalam menyesuaikan diri denganperubahanperubahan
lingkungan
2) Perencanaan terkadang cenderung menunda kegiatan
3) Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif
danberinovasi. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh
penyelesaian situasi individu dan penanganan setiap masalah pada saat
masalah tersebut terjadi.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses
susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi adalah pengelompokkan kegiatankegiatan kerja
organisasi agar kegiatankegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan
bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan
tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah
perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung
jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan
dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
c. Actuating (penggerakan)
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan
yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks
karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah
laku dan manusiamanusia itu sendiri.
d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-
tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan
6
perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan tujuan perencanaan,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyipangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya lembaga dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi
dalam pencapaian tujuan-tujuan lembaga.
7
penggunaan anggaran, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan.
f. Pengelolaan Layanan Khusus: berkaitan dengan suatu usaha yang tidak secara
langsung berhubungan dengan proses belajar-mengajar di kelas, tetapi secara
khusus diberikan kepada pesera didik oleh lembaga pendidikan agar mereka
lebih ptimal dalam melaksankan kegiatan belajarnya, seperti pusat sumber
belajar, perpustakaan, laboratorium, UKS dn kantin sekolah.
8
8. Guru sebagai Pribadi 17. Guru Sebagai Emansipator
9. Guru sebagai Pembawa Cerita 18. Guru sebagai Evaluator
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan di mana terjadi
penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada peserta didik
yang dimilikinya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal
1 ayat 20 Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Menurut Komalasari
Kokom (2013, h.3) Pembelajaran merupakan suatu sistem atau protes membelajarkan
pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
pembelajaran dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Zaenal Arifin (2012, h. 17) Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan sistematik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik
(guru) dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi
yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa.
9
BAB III
METODE SURVEI
B. Subject Survei
Subject survei yang digunakan ialah mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran
daring (online learning).
D. Instrumen Survei
- Instrumen yang digunakan membagi-bagi angket atau kuesioner
- Instrumen yang digunakan dengan melakukan observasi di tempat penelitian.
10
Tabel 1
DEMOGRAFI RESPONDEN
2. Analisis Statistik
Analisis statistik menggunakan Structural Equation Modelling dengan metode
Partial Least Squares (SEM-PLS). Terdapat dua tahapan evaluasi model dalam
PLSSEM, yaitu evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model
struktural (inner model). Setelah melewati tahap evaluasi model, selanjutnya akan
dilakukan uji hipotesa terhadap model yang digunakan dalam penelitian.
11
yang diharapkan lebih dari 0,6 dengan AVE lebih dari 0,5. 2) Discriminant validity
Nilai Discriminant validity dapat dianalisa melalui cross loading factor yang
berguna untuk mengetahui apakah konstruk peubah laten memiliki diskriminan
yang memadai, yaitu dengan membandingkan nilai loading pada konstruk yang
dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang
lain. 3) Unidimensionality Analisa unidimensionality dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator composite reliability. Nilai composite reliability yang
diharapkan adalah lebih dari 0,7.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Dalam hal mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan
pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari
perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran sehingga tercapainya
tujuan pembelajaran yang diinginkan ditengah situasi pandemi Covid-19 ini.
13
baik dan tetap memelihara motivasi belajar daring mahasiswa dalam situasi covid-19.
Oleh karena agar kesulitannya tidak bertambah, baik segi teknis, terutama psikologis,
maka diperlukan nilai empati dari dosen sebagai basis pembelajaran daring, setidaknya
akan meringankan beban psikologis mahasiswa. Empati dalam arti seperti menurut
Heinz Kohut, yaitu kapasitas berpikir dan merasakan diri sendiri ke dalam kehidupan
orang lain. Sikap memposisikan diri pada orang lain itu dilakukan secara bersahaja dan
ikhlas (Danim, 2011, pp. 241–242).
Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi dasar, bahwa
sikap empati dosen untuk memahami yang dirasakan oleh dirinya dan mahasiswa akan
mewujudkan sebuah model pembelajaran daring yang efektif, setidaknya untuk
memelihara motivasi belajar dalam situasi wabah covid-19.Empati yang menjadi basis
pada pembelajaran daring dapat diukur dengan empat hal utama, yaitu: melihat dunia
mereka, memahami perasaannya, menghargai sisi manusiawinya, menyampaikan
bahwa kita mengerti apa yang dirasakan (Supriyadi, n.d.). Hal ini yang menjadi bahan
eksplorasi dalam kajian kualitatif manajemen pembelajaran daring berbasis empati.
Bagaimana hal tersebut dikelola secara baik, sebagai alat sistematisasi digunakan fungsi
manajemen menurut Terry, seperti dikutip Arifin meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan pelaksanaan, dan pengendalian (Arifin & Rusdiana, 2014,
p. 22).
Bentuk yang dominan dalam rangka empati terhadap mahasiswa pada umumnya
memberi banyak kelonggaran dan pernyataan sikap memahami kesulitan yang dihadapi
mahasiswa dalam hal pembelajaran daring. Dari kajian manajemen pembelajaran,
sebagian besar pembelajaran berbasis empati tertata manajemennya pada perencanaan,
pengorganisasian serta pelaksanaan dan pengendalian. Menurut pengakuan para dosen,
respon mahasiswa terhadap sikap empati dosen dalam penelitian ini dengan cara
memahami dan memberi banyak kelonggaran, disambut baik oleh mahasiswa.
Sedangkan menurut seminar yang diselenggarakan oleh Tanoto foundation (12 Mei
2020 ) melalui webinar guru terkaitdengan topik Manajemen Pembelajaran Daring
untuk sekolah pedesaan. Dimana di dalam webinar ini mebagikan contoh praktik baik
manajemen pembelajaran daring di sekolah pedesaan.Meskipun begitu dalam sesi
webinar ini memiliki relevansi yang cukup kuat tidak hanya bagi sekolah pedesaan.
Menurut seminar ini mengunngkapkan bagaimana cara mengelola pembelajaran jarak
jauh dengan cara sederhana dengan istilah “MAU”. MAU tersebut merupakan singkatan
dari Mengkondisikan, Mengaktifkan, dan Melakukan Umpan balik.
14
• Mengaktifkan ( output = Pembelajaran aktif )
Para pendidik harus merancang kegiatan yang merupakan pembelajaran aktif dengan
unsur MIKIR ( Mengalami, Interaksi,komunikasi, dan Refleksi )
Anak memahami cara menggunakan aplikasi, apabila tidak paham maka guru
seharusnya membagikan video tutorial untuk membimbing anak mengunakan
aplikasi tersebut.
Menejelaskan aturan belajar misalnya jika ingin berpendapat tuliskan di live chat.
Memberikan penjelasan kegiatan pada hari itu.
• Mengaktifkan
Yaitu menerapkan proses pembelajaran dengan pendekatan Mikir ( mengalami atau
melakukan pengamatan, interaksi, komunikasi dan refleksi). Dalam hal ini para guru
dapat memberikan tugas siswa untuk mengamati video tayangan di youtube, melakukan
interaksi di ruang live chat video comference, dan memberikan refleksi yang dilakukan
melalui beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru di akhir pemodelan. Berkaitan
dengan pemberian refleksi juga ditegaskan kembali di penelitian lilik dan wawan (2019)
yang terdapat didalam jurnalnya yang berjudul “Menumbuhkan Motivasi belajar dari
aspek value, expectancy dan self regulated learning” mengungkapkanBerilah Siswa
15
Peluang Untuk Melakukan Refleksi. Penting untuk memberi siswa kesempatan untuk
merefleksikan proses belajar yang mereka ikuti. Memfasilitasi refleksi kepada mereka
dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan spesifik yang dapat mendukung
motivasi mereka. Misalnya, bertanya kepada siswa “Apa yang kalian pelajari dari tugas
ini?” Atau “Apa hal yang paling berharga yang kalian dapat setelah mengikuti proses
belajar/mengerjakan tugas/menyelesaikan proyek ini?”.
C. Temuan Lapangan
Jika dikaitan dengan tahapan pengelolaan (manajemen) pembelajaran yang meliputi
tiga tahapan kegiatan yaitu : (1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) melakukan
proses pembelajaran, dan (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran. Maka jika dilihat
dalam kehidupan nyata manajemen pembelajaran daring memiliki tahapan-tahapan
dengan menggunakan media pembelajaran e-learning, seperti yang dipaparkan berikut
ini :
1. Perencanaan pembelajaran
Guru memberikan/mengirim jadwal kegiatan pembelajaran , memberikan panduan.
Selain itu dalam perencanaan pembelajaran daring ini pada umumnya guru memiliki
skenario pembelajaran sendiri, tidak terikat dengan rpp pembelajaran tatap muka
yang ada disesuaikan dengan kondisi di tengah pandemi saat ini.
16
terlihat pada saat guru mengintsruksikan kepada siswa agar terus menjaga kesehatan
di tengah wabah penyakit covid-19.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data demografi dan analisis diskriptif, fasilitas e-learning banyak
digunakan untuk mengunggah/mengunduh file (94,41%), sedangkan fasilitas link ke
sumber daya lain masih kecil (39,16%). Penggunaan fasilitas forum diskusi (58,04%),
quiz (48,25%) dan assignment (74,13%) sebagai pengganti pertemuan perkuliahan
melalui e-learning. Tanggapan responden terhadap peubahelearning self
effectiveness, perceived ease to use, perceived usefullness, attitude towards using,
behavioral intention to use adalah setuju.
B. Saran
Obyek dalam penelitian ini adalah pengguna e-learning pada satu perguruan
tinggi saja. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat
menggunakan beberapa perguruan tinggi sebagai obyek penelitiannya. Dengan
adanya beberapa perguruan tinggi penelitian, maka analisis penelitian dapat
menggunakan perbandingan penggunaan media elearning.
18
DAFTAR PUSTAKA
Danarwati, Yanti Sri. 2013. Manajemen Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Pendidikan. Vol 6(13): 1-9
Nasution, N.A. 2019. Peranan Guru dalam Manjemen Pendidikan bagi Siswa di Sekolah.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 1-9
Suryana, Yaya, dkk. 2020. Manajemen Pembelajaran Daring Berbasis Empati untuk
Pemeliharaan Motivasi Belajar Daring Mahasiswa dalam Situasi Wabah Covid-19. KTI
Tahmedatien,Lilik dan Wawan Krismanto. Menumbuhkan Motivasi Belajar Dari Aspek Value,
Expentancy dan Self Regulated Learning. Jurnal Publikasi Pendidikan. Vol 9(1) :87-97
19