Anda di halaman 1dari 3

Terjemah PR Fathul Muin: KH.

Musyafa; Bisri

1. (Tidak) dikenakan had, jika mulakukan perzinahan (dengan menduga kehalalan perbuatannya)
sebagaimana ia mendakwahkan kehalalannya serta baru saja mengenal islam atau hidup terasing
jauh dari ahli agama islam ( atau ada dikatakan halalnya oleh seorang yang bisa disebut ulama) lain
halnya (maksudnya tidak dikatakan kena had) lantaran kesubhatan wathi oleh ulama, sekalipun ia
tidak taqlid pada ulama ini, seperti diperbolehkannya nikah tanpa wali – seperti pada mazhab imam
abu hanifah – atau nikah tanpa saksi – seperti pada mazhab imam malik. Lain halnya (berarti
dikenakan had) nikah tanpa wali dan saksi sekalipun ada dinukil kebolehannya oleh imam abu dawud
dhohiry. Dan (tidak dikenakan had) seperti nikah mut’ah karena melihat perselisihan ibnu abbas,
sekalipun dilakukan oleh orang yang meng-I’tiqodkan keharamannya.

Memang benar, namun jika sang hakim telah menentykan bahwa yang diperselisihkan itu hukumnya
hukumnya batal maka pelaku dikenakan had, karena sekarang kesyubhatannya telah hilang.
Demikian dikatakan oleh al-Mawardi.

Dikenakan hukuman had (lantaran mensetubuhi) wanita yang disewa untuk dizinahi. Karena sudah
tidak adanya kesubhatan lantaran akad yang ada tidak dianggap (sah komplikasinya) dalam satu
wajah manapun.

Pendapat imam abu-hanifah bahwa hal itu syubhat adalah disingkarkan oleh adanya ijma’ yang
menyatakan bahwa hal itu (perzinaan dengan wanita sewaan) tidak menetapkan adanya nasab.
Berdasar ijma itu maka pendapat dasar imam abu hanifah lemah dan perselisihannya diabaikan.
Begitupula dihad apabila mensetubuhi wanita yang ibahah karena hukum itu ter-sia sia.

2. Ulama memberikan pemahaman bahwa apabila perzinaan tertetapkan berdasarkan bayyinah


maka tiada jalan untuk mencabut Kembali. Dan memanglah begitu. Tetapi ada jalan had menjadi
gugur dengan cara selain pencabutan Kembali, sebagaimana pendakwahan sebagai istri, sebagai
kepemilikan budak amat dan pendakwaan menduga wanita menjadi istrinya.

3. bagi suami diperbolehkan menuduh zina pada istrinya, yang telah ia ketahui telah melakukan
zina sedang sang istri masih dalam ikatan nikahnya, sekalipun berdasarkan perdugaan yang
dikuatkan dengan qorinah. Sebagaimana ia mengetahuinya berduaan di tempat yang sepi bersama
lelaki lain. Atau mengetahui lelaki lain keluar dari kamar istrinya sedang kondosinya tengah meluap
kabar di tengah para manusia bahwa orang lain itu telah berzina dengan istrinya, atau dengan berita
dari orang kepercayaan bahwa ia menyaksikan orang lain itu telah berzina dengan istrinya atau
dengan berkali-kali berduaan di tempat yang sepia tau ia keluar dari kamar istrinya.

Dan wajib mengingkari anak, jika ia yakin bahwa anak itu bukan darinya. Dan sekira tidak ada anak
yang tidak diakuinya, maka lebih utama adalah menutupi perbuatan istrinya dan mentalaknya jika ia
sudah tidak senang lagi pada istrinya. Kalau masih senang maka dipertahankan. Bersadarkan hadis
sahih:

“ bahwa sesungguhnya seorang lelaki menghadap Rasulullah, lalu ia berkata: istriku tiada menolak
tangan orang lain yang memegangnya. Lalu Rasulullah bersabda: Talak-lah dia. Dan lelaki itu berkata:
sesungguhnya saya masih senang dengannya. Rasulullah bersabda: pertahankan dia.

(Cabang Masalah) apabila seorang memaki orang lain, maka orang lain itu diperbolehkan ganti
memakinya seukuran makian kepadanya dengan tanpa mengatakan kebohongan dan tidak qazhaf.
Sebagaimana: Wahai orang lalim. Atau sebagaimana: Wahai orang tolol. Tidak diperbolehkan
memaki ayah atau ibunya.
4. pencuri bisa dipotong karena mencuri barang yang diwaqafkan pada orang lain. Dan bisa dipotong
karena mencuri harta masjid, misalnya pintu masjid, tiang masjid, dan lampu perhiasannya. (Tidak)
dipotong sebab mencuri tikar-tikar masjid dan lampu-lampu penerangannya kalau si pencuri itu
muslim, sebab barang-barang itu disediakan justru untuk diambil kemanfaatannya. Tidak dipotong
juga karena mencuri barang sedekah yakni zakat. Sedang si pencuri termasuk mustahiq. Barang
tersebut atas nama faqir atau sebagainya. Apabila tidak ada hak untuk memilikinya, seperti orang
kaya yang mencuri zakat sedang ia bukan penanggung hutang untuk biaya perdamaian orang
bercekcok dan bukan pula pejuang fi sabilillah maka bisa dilakukan pemotongan tangan karena
ketiadaan syubhat. (Dan) tidak bisa dipotong karena mencuri harta kemaslahatan, misalnya harta
Baitul mal meskipun si pencuri itu orang kaya, karena ia turut berhak untuk memilikinya. Karena hart
aitu terkadang bisa ditasarrufkan untuk keperluan masjid dan pondok-pondok, mangkanya bisa
dimanfaatkan baik oleh orang kaya atau orang faqir miskin. (Dan) tidak bisa dipotong kalau mencuri
harta sebagian miliknya. Baik itu milik orang tua atau milik anak keturunan. (dan dengan mencuri
harta milik tuannya) karena untuk semuanya ini turut ada ksyubhatan sebagai hak nafkah. (yang
lebih dzohir adalah memotong salah seorang suami istri sebab yang lainnya. Yakni bisa dipotong
tangannya dengan sebab mencuri harta tersimpan milik salah satu suami istri tersebut.

5. (Penutup) mengenai pembegal di jalan apabila imam tahu ada segolongan orang-orang yang
menakut-nakuti orang yang lewat di jalan dan mereka tidak merampas harta serta tidak melakukan
pembunuhan maka wajib imam mentakzir merekadengan cara menahan atau lainnya. Apabila
pengganggu jalan itu merampas harta tapi tidak membunuh orang, maka wajib tangan kanan atau
kaki kirinya dipotong. Jika masih mengulangi maka wajib dipotong kaki kanan dan tangan kirinya dan
jika melakukan pembunuhan maka wajib dibunuh. Sekalipun pemilik hak qawad mengampuninya.
Dan jika melakukan pembunuhan dan mengambil senisab harta maka wajib dibunuh dan setelah
dimandikan, dikafani dan disholati kemudian disalib selama tiga hari. Ada pendapat yang
menyatakan: wajib dibiarkan di tiang salib sampai hancur dan keluar air nanahnya . pendapat lain
mengatakan: disalib sebentar dalam keadaan masih hidup, kemudian diturunkan dan dibunuh.

6. boleh bagi ayah sampai ke atas untuk mentakzir. Rofi’I menyamakannya dengan ibu sampai ke
atas. (Dan orang yang diizinkan oleh ayah) yakni orang yang diberi wewenang oleh ayah untuk
mentakzir, seperti guru. (diperbolehkan mentakzir anak-anak kecil) atau orang bodoh lantaran
melakukan perbuatan yang tidak patut baginya, sebagai menghalau padanya jangan sampai
berperangai buruk. Bagi guru diperbolehkan mentakzir muridnya sendiri. boleh bagi suami untuk
mentakzir istri dalam haknya saja. Seperti nusyuz. Bukan yang menjadi hak Allah.

7. Sesuai dengan itu maka suami tidak berhak memukul istri karena meninggalkan shalat. Sebagian
ulama berfatwa bahwa suami wajib memukulnya. Yang aujah boleh memukulnya. Tuan boleh
memukul budaknya dalam hubungan hak tuan dan hak allah. Hanya saja pemukulannya harus tidak
menimbulkan luka. Maka jika tidak berguna selain dengan pukulan yang membikin luka maka tidak
perlu dilakukan. Karena pukulan itu bisa membuat rusak pada dirinya.

8. yang wajib dalam khitan lelaki adalah memotong sedikit kulit dari hasyafahnya. Sampai
hasyafahnya terbuka sepenuhnya. Al-Ardabili menukil dari imam Syafi’i. apabila seorang itu lemah
dan dikhawatirkan maka tidak perlu dikhitan. Kecuali kemungkinan besar bisa selamat.

Disunnahkan untuk mensegerakan berkhitan dari tujuh hari kelahiran sebagai ikut ikut nabi. Juga
mengakhirkan setelah itu, berarti umur 40 hari. Jika tidak maka waktu berusia 7 tahun karena pada
umur inilah seorang diperintah untuk shalat.
9. (Dan adanya amar makruf nahi mungkar yaitu memerintahkan dipenuhinya kawajiban syara dan
disingkar hal-hal yang diharamkan. Akan tetapi medannya adalah kewajiban dan keharaman yang
mujma alaih atau yang iqtikad perbuatan kewajiban itu. Yang dibebani tugas ini seluruh orang
mukallaf yang tidak khawatir mudharat semacam badan dan hartanya. Sekalipun dari kebiasaan
telah diketaui bahwa amar makruf nahi mungkar tidak berfaedahpada pelakunya. Yaitu dengan
membetulkan pelakunya lewat semua cara yang bisa ditempuh. Baik kekuatan tanga, lisan, atau
dengan meminta tolong pada orang lain. Apabila tidak mampu maka dengan pengingkaran dalam
hatinya. Hanya dengan beberapa prasangka seorang tidak boleh melakukan penelitian. Memang
benar jika diberitahukan olrah orang kepercayaan bahwa ada orang yang bersembunyi sedang
melakukan kemungkaran yang tidak bisa diketahui. Misalnya pembunuhan dan zinamaka orang yang
diberitahu wajib melakukan penelitian, pengintaian dan penyergapan.

10. disunnahkan mengirim salam buat orang ynag tiada tempat dan orang yang dititipi
menyampaikannya. Karena hal itu merupakan amanat. Kondisi diwajibkan menyaikan salam titipan
adalah apabila yang dititpi suka rela membawa amanat itu. Bila menolak maka tidak wajib. Sebagian
ulama berkata: orang yang diwasiati wajib menyampaikannya. Orang yang dikirimi salam wajib
seketika menjawab dengan lafadz yang tertulis dikirimkan atau dengan tulisan. Disunnahkan juga
menjawab salam buat yang menyampaikan titipan salam. Sebagian ulama menceritakan kesunnahan
memulai jawaban salam buat yang mengirimkan. Haram memulai ucapan salam pada orang dzimmi.
Disunnahkan bagi orang yang memasuki tempat kosong mengucapkan: assalamualaina wa ala
ibadillahisholihin.

Nama: Mahmud efendi

Id: 14341385

NO Absen: 10

Anda mungkin juga menyukai