Adapun hukum bekerja pada non muslim, terdapat’ khilaf (perbedaan pendapat) anatar ulama,
namun pendapat yang paling kuat mengatakan haram secara mutlak. Sebab perbedaan
pendapat tersebut hanya dalam masalah akad saja, buka dalam masalah khidmah atau bekerja.
Namun ada juga yang memberikan perincian hukum, yaitu apabila bentuk kerjanya itu melayani
non muslim secara langsung dan terdapat unsur idzlal (penghinaan) atas seorang muslim maka
haram hukumnya. Tapi jika tidak melayani secara langsung, sebagaimana bekerja di
perusahaan milik orang non muslim dan di dalamnya juga tidak terdapat penghinaan terhadap
muslim, maka hukumnya makruh. Namun, akan lebih baiknya mengikuti pendapat pertama(yang
kuat), karena keluar dari khilaf adalah sunah. (Khasiyah al–Jamal ‘ala al–Manhaj [3]: 456,
Qulyubi [3]:670)
3. Mencintai non muslim
Cinta adalah perasaan yang sulit dimengerti, datang tanpa diundang, pergi tanpa permisi, itulah
cinta, selalu menjadi misteri yang tak terpecahkan.
Banyak kita temui di kalangan selebriti kisah asmara antar agama. Mereka selalu
mengatasnamakan cinta, bahkan mereka berani menentang orang tua yang melarangnya
karena perbedaan keyakinan. Lalu bagaimana sebenarnya hukum mencintai orang non muslim.
Dalam Al-Qur’an dan hadis banyak dijelaskan mengenai larangan mencintai non muslim. Di
antaranya adalah surat al-Mujadalah ayat 22, yang artinya:
“Kamu tidak akan menemukan kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir (dengan keberadaan)
saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasulnya.”
Memang cinta tidak akan bisa ditolak kedatangannya oleh siapapun, namun tumbuhnya
perasaan cinta itu bisa dicegah dengan menjauhi sebab-sebab tumbuhnya perasaan itu. Dan
cinta di sini, bukan hanya soal asmara, namun kecondongan terhadap non muslim karena
parasnya, kekerabatan atau tetangga dekat tanpa ada keridhaan akan keyakinan mereka.
1. Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil
berikut:
8. Sibuk dengannya tidak membuatnya lupa taat kepada Allah Ta‘ala dan lalai tidak dzikir
kepada-Nya, karena dalil-dalil berikut:
Allah Ta‘ala berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan
kalian dan mengingat Allah." (Al-Munafiqun: 9).
"Kuda terbagi ke dalam tiga jenis, seseorang mendapatkan pahala (karenanya), seseorang
mendapat pakaian (karenanya), dan seseorang mendapat dosa (karenanya). Adapun orang yang
mendapatkan pahala karena kuda ialah orang yang mengikatnya di jalan Allah dan
memperpanjang talinya di tanah lapang, atau padang rumput. Maka apa saja yang terjadi pada
kuda tersebut di tanah lapang, atau padang rumput, maka orang tersebut mendapatkan
kebaikan kebaikan. Jika orang tersebut memutus talinya, kemudian kuda tersebut berjalan cepat
satu langkah, atau dua langkah, maka jejak-jejaknya, dan kotoran-kotorannya adalah kebaikan-
kebaikan baginya, serta kuda tersebut bagi orang tersebut adalah pahala. Orang satunya
mengikatnya karena ingin memperkaya diri namun ia tidak lupa hak Allah di leher, dan tulang
punggung kudanya, maka kuda tersebut adalah pakaian untuknya. Sedang orang satunya
mengikatnya untuk sombong, riya', dan permusuhan, maka kuda tersebut adalah dosa baginya."
(Diriwayatkan Al-Bukhari).
Inilah sebagian etika yang diterapkan orang Muslim terhadap hewan karena mentaati Allah
Ta‘ala dan Rasul-Nya, dan karena mengamalkan perintah Syariat Islam yang notabene
merupakan Syariat rahmat, dan kebaikan universal bagi seluruh makhluk, manusia atau hewan.
Sumber: Al-Islamu
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
نزل نبي من األنبياء تحت شجرة فلدغته نملة: قال صلى هللا عليه وسلم:عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال
فأخرج متاعه من تحتها ثم أمر ببيتها فأحرق بالنار فأوحى هللا إليه فهال نملة واحدة.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Salah seorang Nabi berteduh di bawah pohon, lalu digigit semut, maka dia
mengeluarkan barang bawaannya dari bawah pohon. Kemudian diperintahkan untuk membakar
sarang semutnya. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi tersebut: ”Kenapa tidak satu semut
saja (yang engkau bunuh)?”
Dalam hadits di atas ada penjagaan dan perlindungan terhadap sarang semut dari kerusakan,
seandainya Nabi tersebut membunuh satu semut yang menggigitnya saja, Allah tidak akan
mencelanya. Termasuk penjagaan terhadap binatang adalah bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah melarang untuk menjadikan bintang sebagai sasaran dalam melempar
(lempar lembing, memanah, menembak dll). Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma pernah melewati
beberapa pemuda dari kalangan suku Quraisy yang menjadikan seekor burung atau ayam
sebagai sasaran tembak dan mereka membayar untuk setiap kali panahan yang meleset dari
sasaran kepada pemilik burung tersebut. Maka ketika mereka melihat Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma, mereka bercerai-berai meninggalkannya, lalu Ibnu
Umar radhiyallahu’anhuma berkata:
لعن هللا من فعل هذا أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لعن من اتخذ شيئا ً فيه الروح غرضا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat siapa saja yang menjadikan makluk yang
bernyawa sebagai sasaran. (memanah, menembak dan lain-lain).”
Dan dalam hadits ini dan hadits-hadits yang lainnya ada penjealasan tentang hak binatang
dalam penjagaannya.
Hak Pemeliharaan
Seorang wanita masuk ke dalam neraka karena dia mengurung seekor kucing sampai mati,
karena dia tidak memberi makan dan juga tidak memberinya meminum. Dan juga dia tidak
melepaskannya supaya dia memakan serangga (HR. al-Bukhari).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seekor onta yang punggungnya menempel
dengan perutnya (menunjukkan kurusnya), maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وكلوها صالحة ) رواه أبو داوود وابن خزيمه في, فاركبوها صالحة,اتقوا هللا في هذه البهائم المعجمة
قد لحق ظهره ببطنه: وقال,صحيحة.
“Bertaqwalah (takutlah) kepada Allah terhadap binatang yang kurus ini, kemudian naikilah
secara baik dan makanlah dagingnya secara baik.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dalam
Kitab Shahihnya, dia berkata:”Punggungnya telah jauh dari perutnya (gemuk)).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallamdahulu menjulurkan tempat minuman untuk kucing, maka kucing itupun meminumnya.
Hadits-hadits seperti ini dan yang semisalnya menunjukkan tentang pemeliharaan Islam
terhadap binatang. Berangkat dari perhatian terhadap hak binatang dalam masalah
pemeliharaan, sebagian kaum Muslimin telah mewakafkan sebuah tempat yang dinamakan
”Wakaf Kucing” yang mana mereka mempersiapkan makanan untuk kucing-kucing tersebut,
setiap pagi, dan sore.
Hak Kasih Sayang
Islam telah menyayangi binatang, di dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, bahwa
ada seorang laki-laki membaringkan seekor kambing untuk disembelih, dan dia
mengasah/menajamkan pisaunya di dekatnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
:” أتريد أن تميتها موتتين ؟ هال أحددت شفرتك قبل أن تضيعها ” رواه الطبري واللفظ له.
“Apakah engkau ingin membunuhnya dua kali? Kenapa tidak engkau tajamkan pisaumu
menyembelihnya (Riwayat Imam ath-Thabari)
كنا مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في سفر فانطلق لحاجته فرأينا:وعن ابن مسعود رضي هللا عنه قال
حمرة (طائر) معها فرخان فأخذنا فرخيها فجاءت الحمرة فجعلت تعرش فجاء النبي صلى هللا عليه وسلم
من فجع هذه بولديها ردوا ولديها إليها:فقال.
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata:”Kami dahulu bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah safar(perjalanan), lalu beliau pergi untuk
menunaikan hajatnya. Kemudian kami melihat Hamroh (burung) bersama dengan kedua
anaknya yang masih kecil, lalu kami mengambil kedua anaknya. Maka datanglah burung itu dan
dia kebingungan mencari anaknya. Lalu datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
beliau bersabda:”Siapakah yang membuat bingung burung ini terhadap anak-anaknya?
Kembalikanlah kedua anaknya kepadanya.”
Hak Makan dan Minum
Setiap binatang memiliki hak dalam masalah makan dan minum. Dan kita telah mengetahui
bahwa ada seorang wanita yang disiksa di Neraka karena seekor kucing yang dikurungnya dan
tidak diberi makan. Dan dari Abu Huraiorah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
( يأكل الثرى من،بينما رجل يمشي فأشتد عليه العطش فنزل بئراً فشرب منها ثم خرج فإذا هو بكلب يلهث
فمأل خفه ثم أمسكه بفيه ثم رقى فسقى الكلب فشكر هللا، لقد بلغ هذا الكلب مثل الذي بلغ بي:شدة العطش قال
في كل كبد رطبة أجرا: قال،ً وإن لنا في البهائم أجرا، يا رسول هللا:له فغفر له قالوا.
“Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan yang merasa sangat kehausan, lalu dia turun ke
dalam sumur dan meminum air dari sumur itu. Kemudian dia keluar, tiba-tiba dia melihat anjing
yang sedang menjulurkan lidahnya dan menjilati tanah yang basah, karena sangat kehausan.
Dia berkata:”Anjing ini telah kehausan sebagaimana kehausan yang aku rasakan” Maka dia
memenuhi khuff nya (sepatu kulit), lalu mengigitnya dengan mulutnya dan dia naik keluar dari
sumur, lalu memberi minum anjing tersebut. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji laki-laki
itu dan mengampuninya. Mereka (para Sahabat radhiyallahu’anhum) berkata:”Wahai Rasulullah,
(apakah) kami mendapatkan pahala ketika berbuat baik terhadap binatang? Beliau menjawab:
”Pada setiap jiwa yang bernyawa ada pahalanya”.
Hak untuk Tidak Dizalimi
Termasuk hak binatang adalah untuk tidak menzaliminya. Imam Malik berkata:”Sesungguhnya
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati seekor keledai yang membawa batu
bata mentah (tanah liat yang belum dibakar) di atas pungungnya punggungnya, maka
beliau radhiyallahu ‘anhu mengangkat dua batu bata tersebut dari punggung keledai itu. Lalu
datanglah kepadanya perempuan pemilik keledai, dan berkata: ”Wahai Umar apa urusanmu
dengan keledaiku? Apakah engkau memiliki wawanang terhadapnya? Umar menjawab: ”Tidak
ada yang menghalangiku untuk ikut campur dalam masalah ini” Dan beliau juga berkata:
”Sungguh, seandainya ada seekor keledai yang terpeleset di Iraq, pasti Umar akan ditanya
tentangnya: ”Kenapa tidak engkau baguskan (ratakan) jalan untuknya wahai Umar?
Dan Umar radhiyallahu ‘anhu pernah melihat seorang laki-laki membebankan kepada ontanya
dengan beban yang tidak mampu untuk dibawanya, maka beliau radhiyallahu ‘anhu memukulnya
dan berkata: ”Kenapa engkau membebani ontamu dengan beban yang dia tidak mampu
membawanya?
Hak Penjagaan dari Sakit
Islam telah menetapkan bagi binatang hak penjagaan dari terjangkiti penyakit-penyakit yang
menular. Yang termasuk petunjuk Islami dalam hal ini adalah sabda Nabishallallahu ‘alaihi
wasallam :