Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA

Diajukan untuk memenuhi syarat pendaftaran calon perserta TKG non PNS
Tahun Ajaran 2023

MAKALAH

ORIQO
TH T
O

UL
AZZAHR

HUDA

Disusun Oleh :
NAMA : ROYANIH, S.Sos.I

MTsS Azzahro Thoriqotul Huda


Jl. Raya Serang KM.13 Kp.Cirewed Rt.002/02 Ds.Sukadamai Kecamatan
Cikupa Kabupaten Tangerang Banten 15710
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji serta syukur hanya milik Allah semata, ya Allah kami
umat-Mu memuji atas kebesaran dan keagungan-Mu. Kaulah sang pencipta,
kau tempatku berlindung, meminta dan memohon kepada-Mu atas dosa-
dosa dan kekhilfan kami yang pernah lupa, lalai dan malas bermunajat
kepada-Mu, namun itu tidak mengubah rasa cinta-Mu kepada kami. Ribuan
bahkan jutaan nikmat yang Kau limpahkan kepada kami. Shalawat dan
salamku tercurahkan untukkekasih hati-Mu Muhammad SAW. Perjuangan
dan perjalanan hidupnya yang menjadikan tauladan, motivasi untuk kami,
serta menjadikan kami belajar dengan ayat ayat-Mu dan sunnah-sunnahnya.

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis telah menyelesaikan sebuah


penulisan makalah yang berjudul “Implementasi Moderasi Beragama”.
Kami menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu
dengan segala kekurangan, penulis menerima segala kritik dan saran dari
pembaca, agar penulis dapat memperbaiki makalah ini dengan lebih baik
lagi. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
mengispirasi para pembaca.

Cikupa 23 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Moderasi Beragama ................................................ 3
B. Madrasah .............................................................................. 6
C. Implementasi Moderasi Beragama di Madrasah .................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 9
B. Saran..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran Islam sebagai agama adalah untuk menarik manusia dari sikap
ekstrim yang berlebihan dan memposisikannya pada posisi yang seimbang. Maka
dalam ajaran-ajaran Islam terdapat unsur rabbaniyyah (ketuhanan) dan Insaniyyah
(kemanusiaan), mengkombinasi antara Maddiyyah (materialisme) dan ruhiyyah
(spiritualisme), menggabungkan antara wahyu (revelation) dan akal (reason),
antara maslahah ammah (al-jamaaiyyah) dan maslahah individu (al-fardiyyah), dan
lain-lain sebagainya. Konsekuensi dari moderasi Islam yaitu sebagai agama, maka
tidak satupun unsur atau hakikat-hakikat yang disebutkan diatas dirugikan.1
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem yang secara konsep, metode maupun
sebagai spirit telah di implementasikan di Madrasah, Pesantren dan Institusi
Pendidikan Islam lainnya, adalah sebuah keniscayaan jika Lembaga Pendidikan
Islam berusaha melakukan berbagai inovasi dan pembaharuan secara menyeluruh
dalam rangka meningkatkan kualitasnya.2 Tidak terkecuali dalam peningkatan
moderasi beragama di lingkungan Madrasah,
Moderasi beragama merupakan sesuatu yang harus ditanamkan dalam diri
peserta didik. Dalam lingkungan Madrasah moderasi lebih terkhusus pada corak
agama Islam dari masing-masing individu. Seperti yang kita ketahui dalam Islam
terdapat 4 madhzab yang masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Di sinilah
peran moderasi sangat diperlukan agar antar tidak terjadinya perdebatan atau konflik
antar umat Islam khususnya dalam lingkungan Madrasah.

1
A Ilyas Ismail, Abuddin Nata, dkk, Konstruksi Moderasi Beragama (Banten: PPIM UIN
Jakarta, 2021), 65.
2
Kharisul Wathoni, ‘Implementasi Pendidikan Inklusi Dalam Pendidikan Islam’, Ta’allum,
Volume 01, (2013) <https://doi.org/https://doi.org/10.21274/taalum.2013.1.1.99-109>.

1
Maka dari itu, perlulah kita membahas tentang penanaman dan pengembangan
moderasi beragama khususnya agama Islam di Madrasah. Dalam kesempatan kali
ini kita akan membahas tentang “Impementasi Moderasi Beragama di Madrasah”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini terfokus pada:
1. Bagaimana Penjabaran tentang konsep moderasi beragama?
2. Bagaimana gambaran madrasah di Indonesia?
3. Bagaimana implementasi moderasi beragama di Madrasah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
1. Konsep moderasi beragama.
2. Madrasah
3. Implementasi moderasi beragama di Madrasah.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan antara lain :
1. Bagi Penulis
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat mendapatkan khazanah ilmu
pengetahuan tentang modesasi pada madrasah dan dapat mengaplikasikan
dalam perspektif kehidupan dalam dunia pendidikan.
2. Bagi Pembaca
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
menambah pengetahuan kemoderasian pada lembaga pendidikan khususnya
pada madrasah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MODERASI BERAGAMA

Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke


sedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan
diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan
kekerasan, dan 2. penghindaran ke ekstreman. Jika dika dikonsepkan pada manusia
bisa dikatakan sebagai, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa
orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.3
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian
average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak).
Secara umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal
keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai
individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara.4
Moderasi dalam bahasa arab dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
keduanya memiliki persamaan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah),
I’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip
wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah bisa
diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai, semuanya
menyiratkan satu makna yang sama, yaitu adil, yang dalam konteks ini berarti
memilih posisi jalan tengah diantara berbagai pilihan ekstrem.5
Kalau dianalogikan, moderasi dapat diibarat gerak dari pinggir yang selalu
cenderung menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah
gerak sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem
(centrifugal).6

3
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2019), 15.
4
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, 15.
5
A Ilyas Ismail, Abuddin Nata, dkk, Konstruksi Moderasi Beragama , 67.
6
Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, 17.

3
Sedangkan Muhammad Qasim berpendapat Moderasi beragama merupakan
sikap berimbang dalam mengimpelementasikan ajaran agama. Menumbuhkan
sikap moderasi tidak langsung hadir begitu saja namun melalui konstruksi
pemahaman yang mapan dan pengimplementasian ilmu pengetahuan sesuai
dengan tuntunan agama. 7
Jadi, dapat kita ketahui moderasi beragama secara istilah bisa diartikan
sebagai cara beragama terbaik untuk kemaslahatan umat manusia. Karena agama
diperuntukan untuk kebaikan manusia, maka wujud kebaikan dari semua ajaran
agama harus dibermanfaatkan kepada sesama manusia.8 Selain itu moderasi
beragama juga dapat dipahami sebagai cara pandang, selalu bertindak adil, dan
tidak ekstrem dalam beragama.9Adapun beberapa ciri pemahaman dan praktik
amaliyah keagamaan moderasi Islam yaitu:
1. Tawassut (mengambil jalan tengah)
2. Tawazun (berkeseimbangan)
3. I’tidal (lurus dan tegas)
4. Tasamuh (toleransi)
5. Musawah (egaliter)
6. Syura (musyawarah)
7. Ishlah (reformasi)
8. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)
9. Tatawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif)
10. Tahadhdhur (berkeadaban)
11. Qudwatiyah10

7
Muhammad. Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan,
(Gowa: Alauddin University Press, 2020), 40.
8
Aptiani Nur Jannah, Bobby Suwandi, dkk, Tanya Jawab Moderasi Beragama (Jakarta:
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta , 2022), 9.
9
Kementrian Agama RI. Moderasi Beragama. 17-18.
10
Muhamad Syaikhul Alim dan Achmad Munib, “Aktualisasi Pendidikan Moderasi Beragama
Di Madrasah”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, Volume 9, No. 2,
(Desember 2021), 272-273.

4
Moderasi beragama sangat dibutuhkan, utamanya oleh masyarakat yang
heterogen. Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya,
bahasa, dan agama yang nyaris tiada tandingannya di dunia.11
Salah satu manfaat dari moderasi tersebut adalah untuk menjaga kedamaian
dan kerukunan umat beragama ditengah-tengah heterogenitas umat beragama.
Dengan adanya moderasi beragama hal ini mampu menjaga dan menjalin kerja
sama sosial antar umat beragama. Hal ini searah dengan firman Allah SWT pada
Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:12

‫س َٰٓى أَن‬َ ‫ع‬َ ٍ‫سآَٰء‬َ ِ‫سا َٰٓ ٌء ِمن ن‬ ۟ ُ‫س َٰٓى أَن يَ ُكون‬
َ ِ‫وا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو ََل ن‬ َ ‫ع‬ َ ‫وا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِمن قَ ْو ٍم‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
ْ‫ٱْلي َم ِن ۚ َو َمن َّل ْم َيتُب‬
ِ ْ َ‫سوقُ َب ْعد‬ ُ ُ‫س ٱِلِ ْس ُم ْٱلف‬ ۟ ‫س ُك ْم َو ََل تَنَا َب ُز‬
ِ َ‫وا ِب ْٱْل َ ْلق‬
َ ْ‫ب ۖ ِبئ‬ َ ُ‫َي ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن ۖ َو ََل ت َْلمِ ُز َٰٓو ۟ا أَنف‬
َّ ‫فَأ ُ ۟ولََٰٓئِكَ ُه ُم ٱل‬
َ‫ظ ِل ُمون‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Hujurat: 11)13

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa umat Islam harus


menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan persamaan hak demi
meratanya kesejahteraan yaitu rahmat bagi sekalian alam (rahmatan li al- ‘alamin).
Buah dari moderasi beragama adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan antar
sesama manusia. Artinya adanya suatu hubungan yang baik antar sesama makhluk
hidup dan sekitarnya, maupun hubungan baik kepada Allah SWT Sehingga apa

11
Aziz Awaludin, Faiqoh , dkk, Pedoman Penguatan Moderasi Beragama di Masjid (Jakarta:
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, 2020), 19.
12
M. Redha Anshari, Buku Monograf : Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren
(Yogyakarta: K-Media, 2021), 29.
13
Departemen agama RI, Al Qur’an dan Terjemah (Bandung: CV Penerbit, 2005), 516.

5
yang dijanjikan oleh Allah akan kebahagian dan keselamatan baik di dunia
maupun di akhirat dapat dicapai.14
Sebagai sebuah konsep yang seringnya bersifat abstrak, moderasi beragama
memiliki ukuran atau indikator dalam melihat tingkat pengamalan ajaran agama
yang berlandaskan moderasi. Berikut indikator moderasi beragama yang tentunya
telah disesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia yang beragama.15
Dalam buku Moderasi Beragama, ada tiga alasan utama mengapa moderasi
beragama diperlukan.
1. Moderasi beragama penting untuk mengembalikan praktik beragama agar
sesuai dengan esensinya dan berfungsi menjaga harkat dan martabat
manusia
2. Moderasi beragama penting untuk meredam konflik yang disebabkan
fanatisme dan yang menyebabkan musnahnya peradaban manusia.
3. Moderasi beragama penting sebagai strategi kebudayaan dalam merawat
keindonesiaan dengan memadukan nilai-nilai agama dan kearifan local.

B. MADRASAH

Kiprah madrasah dalam membangun karakter bangsa dengan penanaman


nilai-nilai agama sebagai bagian dalam penyelenggaraan pendidikan disamping
pemberian ilmu pengetahuan umum perlu menjadi perhatian. Karena
penyeleggaraan pendidikan madrasah telah mendorong pendidikan di Indonesia
semakin besar. Membantu pencapaian wajib belajar, serta meningkatkan angka
partisipasi sekolah di Indonesia. Sebagai bagian integral dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas).16
Eksistensi madrasah sebagai Lembaga pendidikan khusus yang memiliki
derajat sama dengan sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Departemen
Pendidikan pada saat itu mulai diakui pada tanggal 25 Maret 1975, yaitu dengan

14
M. Redha Anshari, Buku Monograf : Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren, 30
15
Aziz Awaludin, Faiqoh , dkk, Pedoman Penguatan Moderasi Beragama di Masjid , 22.
16
Faridah Alawiyah, “Pendidikan Madrasah Di Indonesia”,
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/449/346, Aspirasi Vol. 5 No. 1, (Juni
2014), 52

6
lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri. SKB tiga menteri ini
mengatur dan memperjelas fungsi madrasah yang disejajarkan dengan sekolah
umum. Madrasah memiliki tingkat yang sama dengan sekolah umum yang
setingkat yaitu sebagai berikut:

1. Raudhatul Athfal (RA)


Raudhatul Athfal (RA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak yang berusia
4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam).17

2. Madrasah Ibtidaiyah (MI)


Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang
terdiri dari 6 (tingkat) pada jenjang pendidikan dasar.

3. Madrasah Tsanawiyah (MTs)


Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkat.

4. Madrasah Aliyah (MA)


Madrasah Aliyah (MA) setingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA)
MA (Madrasah Aliyah) adalah pendidikan pada jenjang menengahyang
setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).
Madrasah memiliki peran penting dalam proses transmisi ilmu dan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di madrasah yang memadukan
kehidupan akademik dengan kehidupan social dengan bekal pendidikan agama
yang lebih dari pendidikan umum dari orang yang tinggal di lingkungannya. Hal
ini menjadi nilai lebih dimana madrasah tidak hanya menawarkan peserta didiknya
memiliki kematangan intelektual semata melainkan juga memiliki kematangan

17
Muhammad Rouf, “Memahami Tipologi Pesantren dan Madrasah sebagai Lembaga
Pendidikan Islam Indonesia”, Vol 5, No 1 (2016), (DOI: http://dx.doi.org/10.30651/td.v5i1.345), 85.

7
mental dan spiritual. Pendidikan di madrasah secara intensif dibekali dengan
pendidikan keagamaan baik secara teori maupun praktik sehingga madrasah dapat
menjadi alternatif pendidikan ditengah runtuhnya nilai dan norma agama yang
terjadi di masyarakat.

C. Implementasi Moderasi Beragama Di Madrasah

Merujuk pada surat yang dikeluarkan Kementrian Agama pada keputusan


menteri agama Nomor 184 Tahun 2019 memuat pedoman ”Implementasi
Moderasi Beragama sebagai berikut;

1. Setiap guru mata pelajaran wajib menanamkan nilai moderasi beragama

2. Penanaman nilai moderasi beragama, pembudayaan, dan pemberdayaan


dalam kehidupan sehari-hari.

3. Implementasi penanaman nilai moderasi beragama kepada peserta didik tidak


harus tertuang dalam administrasi pembelajaran, namun guru wajib
mengkondisikan suasana kelas dan melakikan pembiasaan yang
memungkinkan terbentuknya budaya berfikir moderat dalam beragama serta
menyampaikan pesan moral kepada peserta didik.

4. Serta mengaturnya dalam tata tertib sekolah dan memberikan pengertian


kepada siswanya.

Jadi, menurut Buku Saku Moderasi Beragama yang diterbitkan Kemenag RI


moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran
agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau
berlebih-lebihan saat mengimplentasikannya.

Oleh karena itu marilah kenali dan juga mengimplementasikan moderasi


beragama ini bukan hanya di Madrasah, melainkan juga perlu di
implementasikan di setiap dini kehidupan baik sebagai siswa, maupun guru
serta berperan sebagai masyarakat umum guna mengkukuhkan kesatuan
NKRI.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Moderasi beragama adalah upaya sadar dalam memahami, menanamkan


dan menumbuhkan pemahaman atas keberagaman agama, etnis, ras dan
budaya melalui berbagai macam pendekatan, strategi dan metode yang tepat
sehingga tumbuh sikap dan perilaku moderat yang tercermin dalam nilainilai
moderasi beragama antara lain, penghargaan terhadap keragaman, toleransi,
moderat, keseimbangan, dan keadilan pada diri setiap peserta didik.

2. Madrasah di Indonesia memiliki derajat sama dengan sekolah-sekolah yang


bernaung di bawah Departemen Pendidikan. Munculnya SKB tiga menteri
mengatur dan memperjelas fungsi madrasah yang disejajarkan dengan
sekolah umum, sekaligus menghindari adanya tumpang tindih peraturan
antara Kemenag dan Kemendikbud. Tingkat/jenjang madrasah yang
disetarakan dengan sekolah umum yaitu, Raudhatul Athfal (RA), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA)

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas sebaiknya moderasi beragama pada madrasah
pada satuan pendidikan dari tingkat RA sampai Aliyah memiliki derajat yang
sama, dengan munculnya SKB tiga mentri yang mengatur dan memperjelas
fungsi madrasah yang disejajarkan dengan sekolah umum. Serta menghindari
ketidaksamaan dalam system Pendidikan dengan sekolah umum.

9
DAFTAR PUSTAKA

A Ilyas Ismail, Abuddin Nata, dkk. Konstruksi Moderasi Beragama. Banten:PPIM


UIN Jakarta, 2021.
Achmad Munib dan Muhamad Syaikhul Alim. “Aktualisasi Pendidikan Moderasi
Beragama Di Madrasah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas
Wahid Hasyim. Volume 9, No. 2. Desember 2021.
Anshari, M. Redha. Buku Monograf : Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren.
Yogyakarta: K-Media, 2021.
Aptiani Nur Jannah, Bobby Suwandi, dkk. Tanya Jawab Moderasi Beragama.
Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta ,
2022.
Aziz Awaludin, Faiqoh , dkk. Pedoman Penguatan Moderasi Beragama di Masjid.
Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta,
2020.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemah. Bandung: CV Penerbit, 2005.
Kementerian Agama RI. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2019.
Lukman Hakim Saifuddin, Azyumardi Azra, dkk. Membincang Moderasi
Beragama: Sebuah Intisari Serial Webinar (Ciputat: PPIM UIN Jakarta,
2021.
Nurdin, Fauziah. ‘Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist’, Jurnal
Ilmiah Al Mu’ashirah, Vol. 18, N (2021), 62
<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/jim.v18i1.10525>.
Qasim, Muhammad. Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi
Keilmuan. Gowa: Alauddin University Press, 2020.
Wathoni, Kharisul. ‘Implementasi Pendidikan Inklusi Dalam Pendidikan Islam’,
Ta’allum, Volume 01, (2013)
<https://doi.org/https://doi.org/10.21274/taalum.2013.1.1.99-109>.

10

Anda mungkin juga menyukai