Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AUDIT SISTEM INFORMASI

KONSEP CAATT UNTUK EKSTRAKSI DAN ANALISIS DATA

Dosen:
Rita Yuniarti, Dr., S.E., M.M., Ak., CA

Disusun Oleh:

Kelompok 3
1. Iman Budiman (1619204020)
2. Novi Kusumaningsih (1620104045)
3. Dian Subekti (1620204033)

Kelas F – Reguler B

SEKOLAH PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2021
BAB I
KONSEP CAATT UNTUK EKSTRAKSI DAN ANALISIS DATA

1.1. CAATT
Auditor sering menggunakan alat ini dalam mengumpulkan data akuntansi
untuk menguji pengendalian aplikasi dan dalam melakukan uji substantif. Salah satu
manfaat CAATT dapat digunakan untuk menguji pengendalian aplikasi secara
langsung. Alat ekstraksi data yang dibahas dalam bab ini digunakan untuk
menganalisis data yang diproses oleh suatu aplikasi, bukan untuk menganalisis
aplikasi itu sendiri. Dengan menganalisis data yang ditelusuri dari file komputer,
auditor bisa menarik kesimpulan mengenai keberadaan dan fungsionalitas
pengendalian dalam aplikasi yang memproses data.
Penggunaan penting lainnya dari peranti lunak ekstraksi data adalah dalam
pelaksanaan uji substantif. Kebanyakan pengujian audit terjadi dalam tahap
pengujian substantif dari audit. Prosedur-prosedur ini disebut uji substantif karena
digunakan untuk, namun tidak terbatas pada, berikut ini:
1. Menentukan nilai yang tepat dari persediaan
2. Menentukan keakuratan dari prapembayaran dan akrual
3. Mengonfirmasikan piutang usaha dengan pelanggan
4. Mencari kewajiban yang tidak tercatat
Dalam lingkungan TI, record yang dibutuhkan untuk melakukan uji semacam
ini disimpan dalam file komputer dan basis data. Sebelum uji substantif
dilaksanakan, data perlu diekstraksi dari sistem host dan disajikan ke auditor dalam
format yang mudah digunakan.
Pembahasan meliputi struktur data, yaitu susunan data secara fisik dan logis
dalam file dan basis data. Pemahaman mengenai cara mengatur dan mengakses data
merupakan hal penting dalam menggunakan alat ekstraksi data. Peranti lunak
ekstraksi data terdiri atas dua kategori umum, yaitu: modul audit melekat dan peranti
lunak audit umum. Deskripsi fitur, keunggulan dan kerugian dari pendekatan modul
audit melekat atau embedded audit module (EAM). Fungsi dari penggunaan peranti
lunak audit yang digeneralisasi atau generalized audit software (GAS). Fitur-fitur

1
utama dari bahasa perintah audit (audit command language – ACL), produk utama
dalam pasar GAS.
1.2. Struktur Data
Struktur data (data structure) memiliki dua komponen dasar: organisasi dan
metode akses. Organisasi mengacu pada cara record disusun secara fisik pada
peralatan penyimpanan sekunder. Ini bisa bersifat berurutan atau acak. Record dalam
file berurutan disimpan di lokasi yang berdekatan yang menempati area tertentu pada
disk. Record dalam file acak disimpan tanpa mempertimbangkan hubungan fisiknya
dengan record lainnya dari file yang sama. File acak bisa memiliki record yang
terdistribusi diseluruh bagian disk. Metode akses (access method) adalah teknik yang
digunakan untuk menemukan lokasi record dan bernavigasi di basis data atau file.
Ada beberapa teknik khusus yang bisa digunakan, namun secara umum, bisa
diklasifikasikan sebagai metode akses langsung atau metode akses berurutan.
Oleh karena tidak ada satu struktur tertentu yang paling baik untuk semua
tugas pemrosesan, berbagai struktur digunakan untuk menyimpan data akuntansi
yang jenisnya berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemilihan struktur melibatkan
pertukaran antara fitur-fitur yang diinginkan.

1.3. Struktur File Datar


Model file datar mendeskripsikan suatu lingkungan dimana dile data
individual tidak diintegrasikan dengan file lainnya. Pengguna akhir dalam
lingkungan ini memiliki file data mereka masing-masing dan tidak membaginya
dengan pengguna lainnya. Oleh sebab itu, pemrosesan data dilakukan oleh aplikasi
tersendiri, bukan sebagai sistem yang terintegrasi. Pendekatan file datar adalah
model tampilan tunggal yang merupakan karakteristik dari sistem warisan. File data
disusun, diformat, dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan kenutuhan khusus
dari pemilik atau pengguna utamanya. Akan tetapi, struktur semacam ini dapat
menghilangkan atau mengorupsi atribut data yang penting bagi pengguna yang lain,
sehingga menghalangi integrasi yang sukses dari sistem di lintas organisasi.
1. Struktur Berurutan
Semua record dalam file berada dalam lokasi penyimpanan yang berdekatan
dengan urutan tertentu berdasarkan kunci primernya, dimana semua record dalam

2
file berada dalam lokasi penyimpanan yang berdekatan dengan urutan tertentu
(menaik atau menurun) berdasarkan kunci primernya.
File berurutan sederhana dan mudah diproses. Apikasi dimulai pada awal file dan
memproses setiap record secara berurutan.
Contohnya adalah pemrosesan penggajian, dimana 100 persen dari record
karyawan di file penggajian harus diproses setiap periode penggajian. Akan
tetapi, jika hanya sebagian kecil file (atau hanya satu record) yang diproses,
pendekatan ini tidak efisien. Struktur berurutan bukanlah pilihan yang praktis
untuk operasi-operasi lainnya. Misalnya, penelusuran record tunggal dari file
berurutan memerlukan pembacaan semua record yang mendahului record
tersebut. Hal ini berarti membaca separuh file setiap kali satu record ditelusuri.
Metode akses berurutan tidak mengizinkan akses ke suatu record secara
langsung. File yang memerlukan operasi akses langsung memerlukan struktur
data yang berbeda. Struktur data berikut ini menjawab kebutuhan tersebut.
2. Struktur Berindeks
Struktur ini disebut file data actual dan terdapat indeks terpisah yang juga
merupakan file alamat record. Indeks ini berisi numeric dari lokasi penyimpanan
disk fisik untuk setiap record dalam file data terkait. File ini bisa diatur secara
acak dan berurutan. Struktur berindeks (indexed structure) karena selain file data
actual, terdapat indeks terpisah yang juga merupakan file alamat record. Indeks
ini berisi nilai numerik dari lokasi penyimpanan disk fisik (silinder, permukaan,
dan blok record) untuk setiap record dalam file data terkait. File data itu sendiri
bisa diatur secara berurutan atau acak.
Record dalam file acak berindeks (indexed random file) tersebar diseluruh disk
tanpa mempertimbangkan kedekatan fisiknya dengan record lain yang berkaitan.
Bahkan, record dari file yang sama bisa berada dalam disk yang berbeda. Lokasi
fisik record tidaklah penting asalkan peranti lunak operasi dapat menemukannya
ketika dibutuhkan. Pencarian lokasi ini dilakukan dengan mencari indeks dan
nilai kunci yang diinginkan, membaca lokasi penyimpan yang sesuai (alamat),
dan kemudian memindahkan read-write head dari disk ke lokasi alamt. Ketika
satu record baru ditambahkan ke file, peranti lunak manajemen data memilih

3
lokasi disk yang kosong, menyimpan record, dan menambahkan alamat baru ke
indeks.
Organisasi fisik dari indeks itu sendiri bisa bersifat berurutan (berdasarkan nilai
kunci) atau acak. Indeks acak lebih mudah dipelihara, dalam hal penambahan
record, karena record kunci yang baru dapat ditambahkan langsung ke akhir
indeks tanpa memerhatikan urutannya. Indeks yang berurutan lebih sulit
dipelihara karena kunci record yang baru harus disisipkan antara kunci-kunci
yang ada. Satu keunggulan dari indeks berurutan adalah kemampuannya untuk
dicari dengan cepat. Oleh karena urutannya yang logis, algoritme bisa digunakan
untuk mempercepat pencarian pada indeks untuk menemukan nilai kunci.
Keunggulan ini menjadi penting untuk file data yang besar dengan indeks yang
besar juga.
Keunggulan utama dari file acak berindeks adalah dalam operasi yang melibatkan
pemrosesan record individual. Keunggulan lainnya adalah penggunaan
penyimpanan disk yang efisien. Record bisa ditempatkan dimana saja yang
kosong tanpa harus memperhatikan urutannya. Akan tetapi, file acak bukanlah
struktur yang efisien untuk operasi yang melibatkan pemrosesan bagian file yang
besar. Waktu akses yang dibutuhkan akan sangat banyak untuk mengakses
seluruh file record yang tersebar secara acak dalam peralatan penyimpanan. File
berurutan lebih efisien untuk tujuan ini.

1.4. Struktur File Datar


Struktur metode akses berurutan berindeks atau indexed sequential access
method (ISAM) digunakan untuk file yang sangat besar yang memerlukan
pemrosesan batch secara rutin dan tingkat pemrosesan record individual yang tidak
terlalu tinggi. Misalnya, file pelanggan pada perusahaan fasilitas umum akan
diproses secara batch untuk tujuan penagihan dan diakses secara langsung untuk
merespons permintaan pelanggan indual. Oleh karena pengaturannya yang berurutan,
struktur ISAM dapat dicari secara berurutan sehingga pemrosesan batch lebih efisien.
Struktur ISAM digunakan untuk file yang sering menempati beberapa silinder
dari penyimpanan yang berdekatan dalam disk. Untuk menemukan lokasi record
tertentu, file ISAM menggunakan sejumlah indeks yang mendeskripsikan dalam

4
bentuk ringkasan dari isi setiap silinder. Misalnya, kita mencari record dengan nilai
kunci 2546. Metode akses pertama-tama ke indeks file secara keseluruhan, yang
hanya berisi nilai kunci yang tertinggi untuk setiap silinder dalam file, dan
menentukan bahwa Record 2546 berada di Silinder 99. Pemindaian cepat pada
indeks permukaan untuk Silinder 99 menunjukkan bahwa record berada di
Permukaan 3 dari Silinder 99.
Indeks ISAM tidak menyediakan alamat fisik yang tepat untuk suatu record.
Akan tetapi, indeks ini mengidentifikasi jejak dimana record tersebut berada.
Langkah terakhir adalah mencari jejak yang teridentifikasi secara berurutan untuk
menemukan record dengan kunci 2546. Struktur ISAM cukup efektif karena ISAM
harus membaca berbagai indeks dan mencari jejak secara berurutan, rata-rata waktu
akses yang dibutuhkan untuk setiap record lebih lambat daripada struktur acak
berindeks atau struktur berurutan berindeks. Kecepatan akses langsung dikorbankan
untuk mencapai kinerja yang sangat efisien.
Kerugian terbesar dari struktur ISAM adalah operasi penyisipan record tidak
dilakukan secara efisien. Oleh karena file ISAM disusun berurutan, penyisipan
record baru ke file memerlukan relokasi fisik dari semua record yang berada di luar
titik penyisipan. sehingga, indeks yang mendeskripsikan susunan fisik ini harus
diperbarui setiap kali penyisipan. Hal ini memerlukan banyak waktu dan
mengganggu operasi. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah
menyimpan record baru dalam area luapan (overflow) yang terpisah secara fisik dari
record data lainnya dalam file.
File ISAM memiliki tiga komponen fisik: indeks, area penyimpanan data
utama, dan area luapan. Alih-alih menyisipkan record baru secara langsung ke area
utama, peranti lunak manajemen data menempatkannya ke dalam lokasi terpilih
secara acak di area luapan. Ini kemudian mencatat alamat lokasi tersebut di field
khusus (yang disebut pointer) di area utama. Nantinya, ketika mencari record
tersebut, indeks mengarahkan metode akses ke lokasi jejak dimana record tersebut
seharusnya berada. Pointer di lokasi tersebut menunjukkan lokasi aktual record di
area luapan. Jadi, akses ke record dapat mencakup pencarian indeks, pencarian jejak
dalam area data utama, dan akhirnya pencarian dia rea luapan. Hal ini memperlambat
waktu akses data, baik dalam akses langsung maupun dalam pemrosesan batch.

5
Secara berkala, file ISAM harus disusun ulang dengan mengintegrasikan
record luapan ke dalam area utama dan kemudian merekonstruksi indeks. Proses ini
memerlukan waktu, biaya, dan menyebabkan gangguan terhadap operasi. Oleh sebab
itu, jika file sangat cepat berubah (ditambah dan dihapus), beban pemeliharaan yang
berkaitan dengan pendekatan ISAM akan dipandang tidak praktis. Akan tetapi, untuk
file yang besar dan stabil, yang memerlukan akses langsung dan pemrosesan batch,
struktur ISAM merupakan pilihan yang popular.
BAB II
KAJIAN JURNAL
EFEKTIFITAS PERAN BPKP DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH (SIMDA)
(Arif Fajar Wibisono, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta)

2.1. Fenomena penelitian


Fenomena penelitian berlatar belakang peran Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) sebagai salah satu lembaga pengawas internal pemerintah
yang berperan untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas
dalam mentransformasikan manajemen pemerintahan menuju pemerintahan yang
baik dan bersih. Berdasarkan amanat PP No. 60 tahun 2008 pasal 59 ayat (2) dan
Inpres No. 4 Tahun 2011, memandang perlu untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah
dalam mempersiapkan aparatnya menghadapi perubahan, mendorong pelaksanaan
tata kelola keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif,
transparan, akuntabel, dan auditabel.
Hal ini penting guna meningkatkan kualitas Laporan Keuangan pemerintah
daerah menuju terwujudnya good governance, dimana pemerintah daerah saat ini
diwajibkan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah
No.71 Tahun 2010. Peraturan Pemerintah ini menjadi dasar penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah dengan disempurkanan melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 yang mengatur secara teknis pembuatan laporan
keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan basis akrual.
Tujuan diterapkannya hal tersebut adalah peningkatan kualitas informasi
laporan keuangan. Peningkatan kualitas informasi melalui perbaikan dari sisi

6
transparansi dan akuntabilitas merupakan perhatian utama auditor terhadap risiko
terkait laporan keuangan, sehingga membantu auditor dalam memberikan opini atas
Laporan Keuangan.
Dalam rangka mendukung dan mengoptimalisasi manajemen daerah pada
implementasi standar akuntansi berbasi akrual, BPKP telah mengembangkan aplikasi
komputer berupa Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), meliputi SIMDA
Keuangan, Barang, Gaji, dan Pendapatan.
Tantangan yang dihadapi BPKP adalah efektifitas perannya sebagai lembaga
negara dalam memaksimalkan kewajibannya dalam upaya mencapai tujuan negara
yang akan dicapai, khususnya implementasi SIMDA sebagai upaya pemerintah
menciptakan laporan pertanggungjawaban yang akuntanbel dan transparan. Tujuan
penelitian untuk menggambarkan peran BPKP khususnya dalam mengawal
implementasi SIMDA.

2.2. Kajian Teori


Kemampuan mengelola informasi secara efektif dalam sebuah organisasi
sangat penting karena dapat menjadi dasar untuk memperoleh keunggulan
kompetitif. Begitu juga dalam pemerintahan, informasi telah menjadi aktiva tidak
berwujud, yang jika dikelola dengan baik dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah sudah mulai mengembangkan dan
memberi perhatian khusus pada tekonologi informasi sebagai sumber yang
memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan informasi secara efektif. Salah satu
bentuk perhatian ini adalah penggunaan aplikasi sistem informasi keuangan berbasis
komputer yang dikembangkan oleh BPKP yaitu Aplikasi SIMDA yang bertujuan
untuk untuk membantu dalam penyusunan LKPD.
Secara umum, Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan suatu sistem
yang dapat membantu manajemen di dalam pengumpulan data, pengolahan serta
analisis evaluasi data dan menyajikan ke dalam batas informasi yang bernilai dan
akhirnya sampai pada pengambilan keputusan di mana informasi ini berguna untuk
mendukung fungsi operasi manajemen (Machmud 2013).
Aplikasi SIMDA merupakan salah satu produk dari teknologi sistem
informasi yang digunakan oleh banyak pemerintah daerah di Indonesia dalam

7
menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerahnya. (Djadja 2009) mendefiniskan
Aplikasi SIMDA sebagai aplikasi yang dikembangkan oleh BPKP yang bertujuan
untuk mempercepat proses reformasi pengelolaan keuangan daerah.
Hal ini dilatar belakangi oleh langkanya sumber daya manusia di
pemerintahan daerah yang memiliki latarbelakang akuntansi, sehingga pemerintah
daerah mengalami kesulitan dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Aplikasi SIMDA merupakan aplikasi database yang bertujuan untuk
mempermudah pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Aplikasi SIMDA dikembangkan dengan memperhatikan dan
mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Oleh sebab
itu pengendalian terhadap aplikasi menjadi suatu keharusan untuk menjadi pedoman
bagi pemerintah daerah dalam mengimplementasikan Aplikasi SIMDA untuk
menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) (Josvidar 2017).
Aplikasi SIMDA telah terintegrasi mulai fungsi penganggaran, penatausahaan
keuangan daerah, sampai akuntansi dan pelaporan. Sehingga ditunjuk pihak yang
berperan sebagai administrator untuk mengelola database, aplikasi (sotfware) dan
hardware. Pada setiap SKPD yang menjadi administrator adalah Pengguna Anggaran,
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat
Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) sebagai pengguna akhir (end users) dari Aplikasi
SIMDA. Akselerasi reformasi pengelolaan keuangan daerah dapat berjalan efektif
apabila fungsi-fungsi pengelolaan keuangan berjalan secara terintegrasi. Fungsi-
fungsi tersebut adalah perencanaan, penganggaran, penatausahaan, serta
pertanggungjawaban dan pelaporan (Halim 2002).

2.3. Metodologi Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
untuk mengetahui bagaimana eksistensi BPKP dalam mengawasi dan mengarahkan
implementasi SIMDA agar tepat sasaran seperti yang diharapkan. Berdasarkan tujuan
penelitian, jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang menyajikan
gambaran tentang peran BPKP dalam pengawasan implementasi SIMDA, dan
pendampingan implementasi SIMDA.

8
Sumber data primer berupa hasil wawancara dengan pihak terkait, dhi.
auditor senior pada bagian Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen
Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan merupakan
telaah literatur-literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Selain itu, sebagai
obyeknya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.
Pemerintah daerah tersebut merupakan wilayah kerja dari Kantor BPKP Wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Literatur yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa jurnal penelitian,
buku dan berbagai literatur lainnya. Kemudian literatur tersebut dipahami dan
ditelaah untuk menarik kesimpulan awal. Setelah data dikumpulkan kemudian
dilakukan wawancara untuk memperoleh data dari catatan hasil wawancara.
Kemudian ditelaah dan diverifikasi kembali agar sesuai dengan konteks yang
sebenarnya.
Tahap terakhir data yang telah diurai sudah memberikan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang diteliti kemudian didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat penelitian dilakukan di lapangan. Setelah itu dapat dilakukan
pengambilan kesimpulan yang digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan.
Menurut (Emzir 2010) aktivitas analisis dan pengumpulan data tersebut akan
membentuk siklus interaktif sebagai berikut:

2.4. Hasil Penelitian


2.4.1. Permasalahan
Hingga tahun 2016 Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen masih
menggunakan dua SIMDA, yaitu SIMDA Keuangan dan SIMDA BMD.
1. Permasalahan SIMDA Keuangan
a. Terjadinya perbedaaan kas di neraca dan BKU pada beberapa SKPD. Hal ini
terjadi karena saat pengeluaran kas oleh Bendahara Pengeluaran melalui

9
menu Bukti Pengeluaran, tidak terbentuk jurnal Uang Muka operasional pada
Kas di Bendahara Pengeluaran, sehingga uang sudah keluar di BKU namun
belum di kredit pada Buku Besar Kas Bendahara Pengeluaran.
b. Adanya duplikasi bukti tagihan SPP di beberapa SKPD (nomor bukti tagihan
yang sama dipakai pada beberapa SKPD). Akibatnya bukti tagihan dengan
nomor sama yang terakhir diinput ke aplikasi SIMDA Keuangan, tidak
terbentuk jurnal akrual.
c. Terjadinya kesalahan pemilihan jenis tagihan belanja saat pembuatan SPP-
LS. Belanja modal menggunakan jenis tagihan operasional atau pembiayaan
dan belanja operasional menggunakan jenis tagihan belanja modal atau
pembiayaan, hal ini mengakibatkan jenis beban tidak sesuai dengan jenis
belanjanya dan mengakibatkan laporan operasional (LO) tidak menyajikan
angka yang akurat.
2. Permasalahan SIMDA Barang Milik Daerah (BMD)
a. Kebijakan akuntansi pada SIMDA BMD tidak berjalan sesuai ketentuan,
diantaranya terdapat barang di bawah nilai batas kapitalisasi dan barang
dengan kondisi rusak berat yang masih tercatat di buku intrakomptable dan
tercatat sebagai Aset Tetap di Neraca.
b. Belum lengkapnya menu pencatatan penyusutan barang pada SIMDA BMD
menjadi temuan permasalahan pada Kabupaten Kebumen khusunya
permasalahan pengakuan penyusutan barang.
c. Belum dibuat SOP atas penghapusan sebagian aset tetap yang melibatkan
SKPD teknis dan atribusi biaya perolehan aset tetap, khususnya pada SKPD
yang memiliki UPT.
3. Peran Perwakilan BPKP DIY
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh pihak BPKP perwakilan DIY
pada Pemerintah Kabupaten Kebumen, maka BPKP perwakilan DIY melakukan
pendampingan yang mencakup kegiatan pemberian materi, kegiatan diskusi dan
pembimbingan aplikasi SIMDA keuangan sebagai berikut:
a. Bimbingan Teknis berupa pendampingan kepada SKPD serta Bidang Aset
dan Akuntansi DPKAD meliputi pencatatan jurnal balik, penerapan buletin
teknis SAP No 13 dan14 terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

10
dan pendampingan perhitungan penyusutan aset tetap melalui aplikasi
SIMDA BMD versi 2.6.9 2.
b. Penggabungan data Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) khususnya Pajak
Reklame dan Pajak Air Tanah yang diterbitkan dari aplikasi pendapatan
daerah (MAPADA) dengan aplikasi SIMDA keuangan versi 2.7.0.7.
Penggabungan dilakukan dengan cara mengolah output aplikasi MAPADA
dan menstrukturkan output tersebut sesuai database SIMDA Keuangan,
kemudian melakukan rebuild agar dihasilkan jurnal–jurnal akuntansi
pembentuk piutang pendapatan dan pendapatan-LO.
c. Melakukan beberapa revisi tentang informasi akuntansi berupa:
- Memperbaiki rincian nilai SPP pada database SIMDA Keuangan
- Merubah nomor tagihan pada database SIMDA Keuangan
- Melaksanakan rebuild atas nomor bukti pengeluaran yang belum
terbentuk jurnalnya.
- Merubah jenis tagihan pada database SIMDA Keuangan
d. Pembuatan laporan terhadap hasil pendampingan di Pemerintah Kabupaten
Kebumen serta melakukan pendampingan proses migrasi dan updating
database SIMDA Keuangan versi 2.7.0.5 menjadi SIMDA Keuangan 2.7.0.7.

2.4.2. Analisis
Permasalahan yang dihadapi BPKP dalam upaya implemantasi SIMDA
adalah:
1. Kurang maksimalnya penggunaan beberapa aplikasi SIMDA. Kabupaten
Kebumen sebagai pengguna aplikasi SIMDA belum sepenuhnya menggunakan
secara optimal, mereka hanya menggunakan dua aplikasi SIMDA yaitu SIMDA
Keuangan dan SIMDA BMD.
2. Kurangnya kesiapan menerima dan mengaplikasikan software terintegrasi untuk
melakukan prosedur akuntansi, serta para personel yang terlibat dalam
implementasi SIMDA dianggap masih kurang kompeten.
3. Menurut BPKP kemampuan penguasaan pengoperasian SIMDA yang belum
merata di setiap SKPD, software ini menuntut penggunanya tidak hanya fasih
dalam akuntansi tetapi juga dalam penggunaan komputer.

11
4. Keterbatasan kompetensi sumber daya manusianya sehingga masih banyak
ditemukan pegawai yang lebih memilih menggunakan kertas kerja manual atau
dengan Excell untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dirasa lebih mudah
daripada menggunakan SIMDA.
BPKP wilayah DIY telah melakukan berbagai upaya sebagai berikut:
1. BPKP wilayah DIY telah melakukan sosialisasi, asistensi, evaluasi serta
bimbingan teknis terhadap pengelola SIMDA SKPD Kebumen
2. Adanya beberapa hambatan dalam pengawasan dimulai dari SDM, anggaran
untuk melakukan pengawasan, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
melakukan pengawasan, serta metode kerja dalam proses pengawasan dan
evaluasi.
3. Keterbatasan jumlah SDM di BPKP mengakibatkan terlaksananya kegiatan
monitoring dan evaluasi program-program BPKP hanya dilakukan terkonsentrasi
di beberapa daerah dan di beberapa program saja, sehingga pelaksanaan
pengawasan dan evaluasi belum merata di seluruh daerah dan di seluruh
program-program BPKP.
4. Perubahan metode kerja menjadi salah satu penghambat efektifitas kinerja
pegawai BPKP dalam proses pengawasan dan pembinaan di daerah-daaerah.
Beberapa aparat-aparat yang sudah terbiasa dengan tempat nyaman dan pola pola
kerja yang sudah terbiasa dan membudaya tidak ingin pindah dan berganti pola
kerja. Padahal dengan tuntutan pekerjaan yang lebih maju sangat mempengaruhi
kinerja karyawan BPKP. Metodekerja yang sekarang diterapkan oleh BPKP
adalah metode kerja yang menuntut SDM tidak hanya memiliki keahlian di
dalam satu bagian saja, melainkan dibutuhkan integritas dari SDM untuk
memahami tuntutan zaman.

12
BAB III
SIMPULAN

Dalam proses implementasi SIMDA di Pemda Kebumen ternyata terdapat


permasalahan yang cukup banyak. Sehingga BPKP perwakilan DIY melakukan
beberapa aktivitas pengawasan dan pembinaan terhadap proses implementasi aplikasi
SIMDA. Aktivitas tersebut adalah sosialisasi dan bimbingan, pengawasan,
pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Namun terdapat beberapa
permasalahan yang mengurangi efektifitas proses pengawasan BPKP, yaitu (1)
Permasalahan SDM yang dimiliki Kantor Perwakilan BPKP DIY. Jumlah SDM yang
ada tidak sebanding dengan jumlah program-program di daerah, hal ini sedikit
mempengaruhi efektifitas kinerja pengawassan BPKP. (2) Permasalahan anggaran,
anggaran yang ada saat ini dirasa kurang mendukung proses pengawasan dan
evaluasi program-program BPKP.
Adanya permasalahan tersebut mengindikasikan adanya pengaruh efektifitas
pengawasan BPKP terhadap proses pengawasan dan evaluasi aplikasi SIMDA.
Beberapa SDM yang ada di BPKP ternyata sulit untuk melakukan perubahan
terhadap pola kerja baru. Dalam proses implementasi SIMDA tuntutan untuk
melakukan perubahan pola kerja sangat dianjurkan, karena SIMDA selain merubah
pola kerja SDM di daerah-daerah juga merubah pola kerja dan pola pikir karyawan
dan auditor BPKP.
Simpulannya adalah kinerja BPKP Kantor Wilayah DIY dalam melakukan
pengawasan dan evaluasi SIDMA di Pemda Kebumen. Hasilnya cukup efektif
meskipun terdapat beberapa kendala dalam proses pengawasan tersebut. Namun

13
dalam penelitian ini masih perlu dukungan dari penelitian lain yang bertujuan untuk
menilai efektifitas kinerja BPKP di beberapa wilayah yang lain untuk memberikan
gambaran menyeluruh bagi kinerja BPKP di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

AAIP, Asosiasi Auditor Intern Pemerintah., 2013. Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia,

Alfian, M., 2015. Faktor pendukung implemetasi simda dan pengaruhnya terhadap
kualitas laporan keuangan pada skpd kabupaten kulon progo. 3rd
Economics & Business Research Festival UKSW, XVIII (3), pp.119–131.

BPKP, Pengenalan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Available at:


http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp.

Josvidar, N., 2017. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap


Efektivitas Sistem Informasi Manajemen Daerah (Simda) Keuangan
(Survey Pada SKPD

14

Anda mungkin juga menyukai