Anda di halaman 1dari 2

Aku anak seorang budak

(Beato Francisco de Paula Victor)

Namaku Franscisco de Paula Victor. Panggilanku Victor. Ibuku seorang budak negro
bernama Lourenca Justiniana de Jesus. Menjadi anak budak negro membuatku sedih. Aku
sulit mendapat teman dan sering dikucilkan. Ibuku sangat baik dan selalu menghiburku.
Setiap malam kami selalu berdoa bersama.
“Victor anakku, kamu tidak boleh putus asa.”, sambil membuat tanda salib dikeningku.
"Ibu, aku ingin sekolah. Aku ingin menjadi Imam!”, kataku suatu hari.
"Oh ya?Aku sangat senang dan bangga. Tetapi ini sangat sulit Victor. Kamu itu negro dan
anak seorang budak.", jawab ibuku sambil memelukku.
“Kan ada Tuhan Yesus? Ia pasti mendengar doa kita..”, kami lalu berdoa bersama.
Pagi harinya Ibu dipanggil majikan kami. Namanya Marianna. Ia sangat baik sehingga Ibu
bercerita kepadanya. Nyonya Marianna sangat gembira dan berjanji menolong. Akhirnya aku
bisa sekolah. Dibiayai nyonya Marianna.
Semangat dan usaha kerasku tidak sia-sia. Akhirnya tibalah hari bahagia. Aku
ditahbiskan menjadi Pastor. Pastor Francisco de Paula Victor. Anak seorang budak
perempuan kulit hitam.
Aku ditugaskan di Paroki Tres Pontas, Minas Gerais-Brasil Selatan. Sayangnya umat
paroki tidak menyukai orang negro. Kebanyakan mereka berkulit putih. Mereka menjadi
malas ke gereja dihari Minggu. Mereka tidak mau menyambut komuni seorang Pastur Negro.
Aku sangat sedih. Gereja menjadi sepi. Aku berdoa kepada Yesus semoga umat menerima
aku.
Suatu hari, seorang umat menemuiku. Dia bercerita tentang keadaan gereja dan
kehidupan umat. Paroki ini belum pernah dipimpin Pastor kulit hitam. Warga kulit hitam
adalah budak mereka. Kehadiranku membuat mereka kecewa. Mereka percaya bahwa orang
kulit hitam akan membawa malapetaka. Aku hanya diam dan berdoa dalam hati.
"Saya bercerita supaya pastur mengerti.", katanya menutup cerita.
“Terima kasih, saya senang mendengarnya. Cerita ini menguatkan panggilanku sebagai
imam.", jawabku.
“Ah, Pastur bisa saja.”, jawabnya.
“Lho, aku kesini oleh Kehendak Tuhan. Bukan kemauanku.” Aku mencoba meyakinkan.
Ia mulai mengerti. Ia pamit pulang setelah minta berkat dariku. Aku menjadi tenang. Tuhan
Yesus pasti menjawab doaku.
Sejak peristiwa itu suasana gereja mulai berubah. Umat mulai rajin ikut misa hari
Minggu. Oh ya, jarak gereja ke pastoran lumayan jauh. Aku senang berjalan kaki sambil
keliling desa. Sambil menikmati keindahan alam aku lebih mengenal umat. Baik orang tua,
pemuda dan anak-anak. Gereja menjadi meriah dan Anak-anak mulai senang disini.
Beberapa orang sakit mulai berdatangan untuk berobat. Semakin hari semakin
bertambah, terutama penderita kusta. Aku berdoa untuk mereka dan mereka jadi sembuh.
Banyak umat datang untuk membantu. Aku senang menjadi tumbuh dan berkembang.
Beberapa tahun kemudian pastoran berubah menjadi rumah sakit. Orang mengenalnya rumah
sakit Sagrada Familia. Artinya Keluarga Kudus. Aku sangat bangga. Umat mengenang dan
menyebutku Padre Absoluta Nigra.
====================================diceritakan kembali oleh Arif Nurcahyo
Pesan iman dari Beato Francisco de Paula Victor    :   
 Menerima perbedaan sebagai anugerah Tuhan. 
 Menghormati dan mencintai Ibu sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
 Tidak putus asa dan rendah hati.

Beato Francisco de Paula Victor (Gereja merayakan setiap tanggal 23 September)


Lahir 12 April 1827 di Minas Gerais, Brasil
Wafat 23 September 1905
14 November 2015 diberi gelar Beato oleh Paus Fransiskus

Anda mungkin juga menyukai