Anda di halaman 1dari 2

1.

Rumus BEA Masuk ( BM )

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, Bea Masuk adalah pungutan
negara berdasarkan UU yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Atau dalam arti lain Bea Masuk
adalah pajak lalu lintas barang yang dipungut atas pemasukan barang dari luar daerah pabean ke dalam
daerah pabean dan Bea Masuk dihimpun oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

Rumus Bea Masuk dikategorikan menjadi 2 yaitu :

- Tarif spesifik

Yaitu tarif yang dikenakan berdasarkan satuan barang. Dimana perhitungan dalam tarif ini dilakukan
dengan mengalikan jumlah satuan barang dengan tarif pembebanan Bea Masuk.

Jika ditulis dalam bentuk rumus yaitu :

Bea Masuk = Jumlah satuan barang x pembebanan Bea masuk.

- Tarif Ad Valorem

Yaitu pungutan Bea Masuk berdasarkan persentase tarif tertentu dari harga barang. Menurut Pasal 12
UU Kepabeanan, tarif advalorum paling tinggi ditetapkan sebesar 40 persen.

Jika dituliskan dalam rumus :

Bea Masuk = Tarif Bea Masuk ( persen) x nilai pabean.

= Tarif Bea Masuk x (CIF) x NDPBM).

2. Perkembangan perdagangan internasional pemungutan Bea Masuk cenderung ke arah zero


tariff atau tarif nol. Jelaskan hal ini!

Hal ini terjadi karena Arus liberalisasi dan globalisasi ekonomi sebagai konsekuensi dari kesepakatan
GATT/WTO (General Agreement on Tariff and Trade/World Trade Organization), yang ditopang oleh
revolusi teknologi transportasi, telekomunikasi dan informasi telah membuat perekonomian setiap
negara terintegrasi secara global. Dengan begitu memaksa setiap negara membuka segala rintangan dan
investasi internasional serta menghapus segala proteksi dan subsidi bagi perekonomian domestiknya.

Sekarang ini Perekonomian Indonesia dalam dunia global menyebabkan kita terikat dengan aturan
World Trade Organization (WTO), diantaranya yaitu; (1) Menghilangkan tariff surchange pada tahun
2004; (2) menghilangkan seluruh hambatan non-tarif (NTB / non-tariff barrier) pada tahun 2004; (3)
Menjaga tarif yang berlaku dibawah batas maksimum yang ditetapkan dalam komitmen WTO; (4)
Mengurangi tarif untuk produk-produk teknologi informasi sampai dengan 0%.

Jadi terdapat kecenderungan yang semakin tidak mudah bagi pemerintah untuk menentukan tarif
impor. Karena itu dibutuhkan kebijakan perdagangan internasional yang tepat dan didukung lingkungan
makro dan mikro ekonomi yang kondusif agar dapat meningkatkan posisi kompetitif di pasar
internasional. Dimana sifat perekonomian Indonesia yang terbuka mengharuskan untuk diperkuatnya
home front agar dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari peluang yang tercipta di
tengah persaingan yang semakin ketat. Dengan begitu seluruh potensi yang dimiliki harus dapat
dieksploitasi secara optimal dan tepat (Basri,1995).
Dan juga tantangan utama bagi Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan nilai ekspor sekaligus
meningkatkan penerimaan negara (persediaan devisa) dari sektor ekspor. Sehingga cenderung
menggunakan tarif nol hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi, dan di sisi lain adalah
sebagai peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri melalui pemanfatan sumberdaya yamg
masih melimpah.

Fakta ini didukung buki-bukti terus berlanjutnya upaya liberalisasi pasar. Semenjak diberlakukannya
ASEAN Free Trade Area (AFTA) melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai wujud dari
kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk kawasan bebas perdagangan,
menunjukkan bahwa pada tahun 2003 sekitar 99,07% tarif CEPT Indonesia berada antara 0-5%.
Kemudian, kesepakatan dalam AFTA selain menurunkan tarif juga menghapuskan hambatan kuantitatif
(quantitative restriction) dan hambatan nontarif (non-tarif barriers).

Sumber : https://www.pajak.com/pajak/definisi-dan-cara-perhitungan-bea-masuk-barang-impor/

ANALISIS DAMPAK TARIF IMPOR TERHADAP PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA


(Periode 1995.1 – 2005.4). Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Muhamaddiyah Malang

https://eprints.umm.ac.id/36275/24/Malik%20Wulandari%20-%20Balance%20of%20trade%20import
%20tariff%20surplus.pdf

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1969/6TAHUN~%201969PP.Htm

https://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/download/34427/21999/

Anda mungkin juga menyukai