Anda di halaman 1dari 8

A.

PENDAHULUAN
Ketulusan dalam Praktek Kebidanan
Bidan adalah profesi yang mulia dan tidak ringan namun dengan profesionalisme, ketulusan
dan pengabdian seorang bidan dapat mempermudah Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya.profesi Bidan seharusnya mendapatkan penghargaan dan perhatian untuk
meningkatkan prospek kerja Bidan,dan stigma negative tentang Bidan hendaknya dihapus,tidak
adil bagi profesi dan pengabdian bidan selama ini jika kematian dikaitkan dengan banyaknya
Bidan.
Tingginya AKI dan AKB bukan sepenuhnya kesalahan Bidan,Bidan yang telah menjalankan
tugas sesuai standar profesi serta sesuai kewenanganya namun tetap teerjadi kematian mungkin
saja pengaruh komplikasi pada Bayi ataupun Ibu.Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam
tentang penyebab utama kematian itu terjadi sehingga perlu dilakukan program-program serta
inovasi baru untuk menanggulangi AKI dan AKB agar dicegah.
Tingginya angka kematian ini seharusnya menjadi pr bagi semua pihak bukan saja Bidan
tetapi nakes serta berbagai pihak. Langkah yang efektif yang dapat dilakukan bidan untuk
penurunan angka kematian diantaranyadeteksi dini kelainan ataupun masalah yang dialami oleh
ibu dan bayi melalui ANC, deteksi dini komplikasi kala 1,kala II,kala III serta kala IV adalah
manajemen yang efektif untuk mencegah serta antisipasi terjadinya komplikasi yang berpotensi
mengarah kepatologi hingga kematian Bidan masa depan yang modern yang diharapkan dapat
memberikan inovasi baru untuk menurunkan angka kematian,karena seiring perkembangan
zaman maka semakin berkembang dan kritisnya pemikiran orang,dengan berkembangnya pikiran
manusia ,diharapkan akan lahir Bidan-Bidan yang cerdas serta inovativ dalam menangani
masalah-masalah ibu dan anak.
Ketika Bidan menjadi sorotan public serta angka kematian Ibu dan Bayi yang menunjukan
angka yang sangat drastis mendorong saya untuk menjadi seorang Bidan masa depan yang dapat
menjadi ”kunci penurunan AKI dan AKB” di Indonesia yang mampu bekerja secara professional
serta dapat menurunkan angka kematian Ibu dan anak.Cita-cita tertinggi saya adalah Indonesia
yang sehat serta pada tahun 2014 AKI dan AKB di Idonesia menurun menjai 0 per 100.000
kelahiran hidup.Saya tidak ingin terkenal namun saya ingin berguna dan dapat menyelamatkan
nyawa manusia.
Banyak hal yang ingin sala lakukan ketika nanti saya menjadi Bidan di Indonesia,saya Ingin
terjun langsung kemasyarakat,mengabdi kepada masyarakat terutama untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan Ibu dan anak,agar Indonesia dapat menjadi rangking terakhir AKI dan AKB
di Dunia dan menjadi peringkat pertama dalam kategori kesehtan Ibu dan Anak dan Stigma
negative Bidan dapat diubah menjadi ”Bidan Peri penyelamat nyawa manusia”.
 Bentuk Pengamalan dari Sila-Sila Pancasila dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan
kepada Pasien (klien)

1. Ketuhanan yang maha esa


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh kerena
itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara moral negara,
moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara kebebasan hak dan asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa. Berikut bentuk pengamalan dari Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Kebidanan :
a. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b. Ikut mendo’akan pasien dalam kelancaran persalinan, nifas, dan sebagainya.
c. Memberikan kesempatan kepada pasien (klien) untuk berdoa atau sembahyang sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah melakukan tindakan asuhan
kebidanan.
d. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah masing-masing
jika antara bidan maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hakikat manusia
harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat
bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan
derajad tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Nilai-nilai tersebut
harus dijabarkan dalam segala aspek negara termasuk juga dalam berbagai kebijakan negara
sebagai realisasi pembangunan nasional. Berikut bentuk pengamalan dari nilai-nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab dalam Kebidanan :
a. Memberikan pelayanan dan yang adil tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien (klien).
b. Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dengan tidak
memperlakukan pasien dengan semena-mena.
c. Bidan merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta sikap tenggang rasa.
d. Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi pelanggaran hak-hak pasien, sehingga
pasien merasa aman dan nyaman.
e. Bidan memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut
merasakan apa yang dialami oleh pasien.
f. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasan positif dan negatif pasien dengan memberikan
waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
3. Persatuan Indonesia
Nilai Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme religius. Yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,
nasionalisme yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan. Berikut adalah pengamalan dari nilai-nilai Persatuan Indonesia dalam
Kebidanan :
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada kepentingan pribadi.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial
bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat negara adlah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kemudian nilai tersebut
dapat dikonkritisasi dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut
aspek moralitas kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-undangan.
Berikut merupakan bentuk pengamalan dari nilai-nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan :
a. Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien bidan hendaknya mengutamakan
musyawarah dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
b. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur serta
dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia merupakan tujuan negara sebagai tujuan
dalam bersama. Maka nilai keadilan tersebut harus terwujud dalam keidupan bersama
(kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan
yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Nilai keadilan merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan
untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta
melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya mencerdaskan seluruh warganya. Nilai-
nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan
prisip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia.
Berikut bentuk pengamalan dari nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia :
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban terhadap
semua pasien.
b. Perawatan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-
royongan antara pasien, keluarga pasien, bidan, dokter serta tim paramedis dan medis lainnya.

B. PROFESI BIDAN
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Definisi ini ditetapkan melalui kongres International Confederation of Midwives (ICM) pada Juli
2005 di Brisbane, Australia.

Definisi terbaru dari ICM yang dikeluarkan pada Juni 2011 menyebutkan, bidan adalah
seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara
resmi oleh negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan
ICM dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai bidan,
serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan, definisi yang terakhir ini
adalah definisi yang berlaku saat ini hingga ditinjau kembali oleh ICM pada Tahun 2017.

Dulu definisi bidan hanyalah sebagai sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus
untuk menolong perempuan saat melahirkan. Penyebutan “menolong perempuan” bukan berarti
seorang bidan dapat dipersepsikan layaknya sebagai seorang pembantu. Penolong di sini dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan pertolongan berupa layanan kesehatan yang memadai
kepada Ibu yang sedang melahirkan atau persalinan. Persalinan yang sesungguhnya adalah
menempatkan seorang Ibu sebagai pelaku utama sedangkan orang-orang yang disekitarnya
berstatus sebagai penolong, termasuk di dalamnya adalah bidan dan dokter spesialis kandungan.

Persalinan yang ditolong bidan adalah persalinan yang normal. Bila ditemui adanya kelainan
maka seorang bidan harus merujuk ke dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan
(Dokter Sp.O.G.) untuk melakukan pertolongan lanjutan dalam mengatasi kelainan tersebut.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan, bidanadalah seorang perempuan yang lulus
dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik
Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, bidan adalah tenaga
kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan, memiliki kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Di dalam keadaan tertentu yakni suatu kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta
tidak dimungkinkan untuk dirujuk maka seorang bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran
dan/atau kefarmasian di luar kewenangannya dalam batas tertentu.

Tenaga professional

Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang bertanggung-
jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasihat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Seorang bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua
serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak. Persepsi modern tentang profesi bidan memberikan penekanan bahwa di dalam
melakukan praktiknya, bidan profesional berperan dalam:

a. memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan yang hamil, bersalin, dan
juga periode setelah melahirkan (post-partum)

b. bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak, serta bagi keluarga
dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling, perawatan kehamilan, dengan terlibat
membantu secara penuh hingga periode setelah melahirkan.

c. melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih mengarahkan seluruh upaya sesuai
kompetensinya agar persalinan berjalan secara normal / alami.

d. melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang membutuhkan pertolongan dokter
SpOG.
C. TUGAS POKOK ANALISIS KEBIDANAN
Kehadiran ibu dan anak merupakan tonggak utama mencapai keluarga yang bahagia dan
sejahtera, sehingga kematian mereka menjadi bencana bagi keluarganya. Indikator penting
derajat kesehatan suatu negara antara lain adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan berhubungan sangat erat
dengan penolong persalinan. Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, maka semakin rendah AKI. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
bervariasi sangat besar antar negara seperti Afrika (39%), Asia (56%), Amerika Latin dan
Karibia (81%) serta negara maju (99%).1 Di negara berkembang, satu dari empat kematian
maternal terjadi pada proses persalinan dan 24 jam pasca persalinan.
a. Metode
Penelitian ini merupakan studi kasus di Puskesmas Alahan Panjang dengan menggunakan
pendekatan kualitatif untuk menggali informasi mendalam tentang praktek bidan dalam
pelayanan kepada ibu bersalin dan bayi baru lahir 0–7 hari pasca persalinan. Informan dalam
penelitian ini adalah semua bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang
Kecamatan Lembah Gumanti yang dibagi dalam 2 (dua) kelompok DKT kemudian dilanjutkan
dengan wawancara mendalam dengan 4 (empat) orang bidan yang terdiri dari dua orang bidan
senior dan dua orang bidan yunior. Untuk klarifikasi dan pengumpulan informasi lain yang
mendukung, dilakukan juga wawancara mendalam kepada tujuh orang informan ibu bersalin
yang persalinannya dilayani oleh bidan tersebut, pimpinan puskesmas dan pengelola Program
Kesehatan Ibu dan Anak serta telaah dokumen yang mendukung. Selain itu, dilakukan juga satu
kali pengamatan (observasi) praktek bidan yang menjadi peserta DKT dalam pelayanan terhadap
ibu bersalin dan bayi baru lahir mulai dari proses persalinan sampai 24 jam pasca persalinan.
b. Hasil
Dalam penelitian yang menjadi informan adalah bidan, ibu nifas yang melahirkan ke
bidan, secara rincinya dapat dilihat pada tabel 1. Selain itu, dikumpulkan informasi dan data
dengan cara dan karakteristik informan berikut: wawancara mendalam dengan koordinator
program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Alahan Panjang, dengan karakteristik pendidikan
D3 Kebidanan, 14 tahun bekerja sebagai Bidan di Desa ditambah 2 tahun sebagai koordinator
program KIA. Wawancara mendalam dengan Pimpinan Puskesmas Alahan Panjang, dengan
karakteristik pendidikan terakhir sarjana Kedokteran, sudah 4 tahun jadi pimpinan Puskesmas
Alahan Panjang ditambah 3 tahun masa Pegawai Tidak Tetap (PTT). Pengamatan langsung
pelaksanaan persalinan sampai 24 jam pasca persalinan dengan video recorder (handycam).
Pengamatan yang dilakukan merupakan pasien peserta DKT dengan kode a, faktor yang juga
berkontribusi kepada kematian ibu dan bayi adalah faktor keterlambatan mengambil keputusan
terutama dari pihak pasien/klien dalam merujuk sedangkan jarak rumah sakit rujukan jauh.
Tenaga bidan belum merata disetiap jorong/desa, dari 34 jorong/desa, baru 17 jorong yang ada
bidan. Dalam mengatasi kekurangan tenaga bidan tersebut, jorong yang tidak ada bidan,
dilayanai oleh bidan dari jorong terdekat. Jorong yang berada dekat atau di sekitar puskesmas
induk, dilayani oleh bidan yang bertugas di puskesmas induk.
c. Praktek kebersihan dan pencegahan infeksi
Menurut bidan, kebersihan yang berhubungan dengan proses persalinan dan pasca
persalinan, merupakan suatu keharusan karena dapat mencegah infeksi baik terhadap ibu
bersalin, neonatus maupun terhadap bidan sendiri. Kebersihan yang harus dilakukan adalah
bersih tempat, alat, penolong dan pasien yang ditolong. Bidan membersihkan alat dengan
Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT) seperti membilas semua peralatan dengan air bersih atau
clorin 0,2 % lalu direbus atau dikukus. Ibu bersalin biasanya mandi sebelum bersalin dan apabila
tidak sempat diminta berganti pakaian dengan yang bersih. Setelah persalinan, tempat langsung
disapu dan di pel dan sebelum menolong persalinan, bidan mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun lalu menggunakan sarung tangan. Akan tetapi, pada observasi ditemui sebaliknya, setelah
tali pusat bayi dipotong dan diikat kemudian, membungkus tali pusat dan membungkus bayi.
Penanganan tersebut dilakukan oleh asisten bidan tanpa menggunakan sarung tangan. Kondisi
yang sama juga ditemui sewaktu wawancara mendalam, sebagian kecil bidan ada yang
menyatakan, hanya membakar peralatan serta bak intrumen dengan menggunakan alkohol.
Sebelumnya, peralatan hanya dicuci saja dan tidak direbus atau dikukus, hal tersebut dilakukan
bila kondisi mendesak.
d. Praktek Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir
Setelah dua jam persalinan bidan mengontrol kondisi ibu bersalin dan bayi baru lahir,
memandikan bayi setelah enam jam persalinan dan mengawasi buang air kecil dan buang air
besar bayi serta mengawasi daya hisap bayi sewaktu menyusui. Bayi yang lahir sore atau malam,
dimandikan besok pagi dan bayi lahir pagi hari, dimandikan siang harinya. Yang dilakukan bidan
terhadap ibu bersalin setelah 2 jam sampai 24 jam pasca bersalin, sama dengan apa yang
dilakukan bidan terhadap ibu segera sampai 2 jam persalinan, yaitu pemeriksaan pendarahan,
tinggi fundus, keadaan umum ibu seperti denyut nadi, tekanan darah dan suhu. Dalam
pemeriksaan suhu ibu, bidan menyatakan hanya melakukan sekali sewaktu proses persalinan dan
besok harinya sebelum ibu bersalin pulang. Penyuluhan yang dilakukan oleh bidan setelah 2 jam
sampai 24 jam pasca persalinan, adalah sama dengan penyuluhan yang dilakukan kepada ibu dan
keluarga yang mendampinginya sewaktu segera setelah melahirkan sampai 2 jam pasca
persalinan, yaitu mengenai tanda bahaya ibu bersalin dan tanda bahaya bayi baru lahir. Selain
itu, bidan juga memberi penyuluhan mengenai kebersihan ibu, gizi ibu, istirahat, cara merawat
payudara dan cara merawat bayi.
e. Praktek Kunjungan Minggu Pertama Pasca Persalinan
Hasil DKT dan wawancara mendalam, bidan akan mengunjungi ibu dan bayi tergantung
pada kondisi ibu dan bayi sewaktu proses persalinan dan segera setelah lahir. Kalau kondisi ibu
dan bayi normal, bidan mengunjungi pada hari ketiga untuk pemeriksaan dan perawatan seperti
yang dilakukan sebelumnya (follow up) ditambah melihat bagaimana bayi menyusu dan pada
hari ketujuh untuk melakukan hal sama sambil melihat perkembangan ibu dan bayi. Selain itu,
ada juga bidan yang menyatakan bahwa mereka mengujungi ibu bersalin dan bayi baru lahir
setiap dua hari sekali untuk melakukan imunisasi Hepatitis B pada hari kedua atau keempat,
pemeriksaan pemberian ASI oleh ibu, pemeriksaan lochia, pola makan dan memeriksa luka
jahitan, apakah infeksi atau tidak.
D. PENERAPAN NILAI PANCASILA
Pengamalan Butir-Butir Pancasila Dalam Merawat Pasien (Klien) dalam Praktek
Kebidanan:
Menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan bahwa pelayanan perawatan
dikatakan berkualitas baik apabila perawat/bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek-aspek tersebut meliputi:
1. Aspek Penerimaan
Aspek ini meliputi sikap bidan yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa
semua pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan bidan harus
memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan yang luas.

2. Aspek Perhatian
Aspek ini meliputi sikap bidan dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sadar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada
pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap
setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
3. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi sikap bidan yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan
pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan
bidan dan adanya hubungan baik dengan keluarga pasien.
4. Aspek Kerjasama
Aspek ini meliputi sikap bidan yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
5. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap bidan yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.

Anda mungkin juga menyukai