Anda di halaman 1dari 12

1.

Pendahuluan
Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario (20) pada David (17) hari
Senin tanggal 20 Februari 2023 sepertinya tidak hanya memunculkan pembahasan
mengenai kekerasan remaja. Karena keberadaan orang-orang penting dalam
hubungan kedua remaja ini, maka isu tersebut seolah membentuk cabang dan
berhubungan dengan masalah lainnya terkait kekayaan ayah Mario, Rafael Alun
Trisambodo, Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan II. Salah satu itu yang utama kemudian mengemuka
adalah asal muasal harta kekayaan 56 M Rafael dan kepemilikan Jeep Wrangler
Rubicon yang tidak terdaftar di LHKPN KPK dengan status saat ini “masa pajak
habis.”
Terlepas dari flexing atau tindakan mempertontonkan kekayaan yang
sering dilakukan Mario dalam akun media sosialnya, yang tentunya menimbulkan
sentimen tersendiri bagi publik, isu kekayaan Rafael sebenarnya dapat dianggap
kurang relevan dengan kasus penganiayaan yang terjadi. Namun, respon lanjutan
itu tentunya menjadi konsekuensi logis dari sebuah tindakan yang menyimpang
dari norma hukum dan sosial yang diakui. Dalam peristiwa ini, keberadaan media
yang menguatkan nuansa “trial by the press,” menjadikan pemberitaan sebagai
sarana kritik rakyat. Pemberitaan yang diangkat tidak hanya bertujuan untuk
mengangkat gosip baru sebagai buah bibir masyarakat, tapi juga berfungsi untuk
menjadi faktor pendorong maksimalisasi kerja sistem peradilan pidana (SPP) dan
negara untuk mengatasi kasus Mario-David dan masalah lain yang terkait. Walau
masih jauh dari penarikan kesimpulan atau penjatuhan putusan, secara
kriminologis, penulis melihat bahwa tindakan Mario dapat dikategorikan sebagai
kejahatan kekerasan.

2. Uraian Kasus
Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (MDS)
berbuntut panjang. Kasus ini sendiri menarik perhatian publik karena beberapa
alasan. Pertama, Mario Dandy (20) merupakan anak dari pejabat pajak. Setelah
ditelusuri, laporan harta kekayaan pejabat pajak bernama Rafael Alun Trisambodo
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu, Rafael Alun juga memiliki

1
harta kekayaan fantastis, hanya berjarak sedikit dengan Menteri Keuangan Sri
Mulyani. Mario Dandy juga diketahui sering memamerkan harta kekayaannya di
media sosial. Kedua, korban yang bernama David (17) adalah putra dari pengurus
pusat GP Ansor, organisasi pemuda yang berada di bawah Nahdlatul Ulama (NU).
Ketiga, kasus ini mendapat atensi nasional karena para menteri turut berkomentar,
yaitu Menkeu sendiri, selaku "bos" dari Rafael Alun dan Menteri Agama Yaqut
Cholil Qoumas. Menag Yaqut telah memberikan tanggapan mengenai kasus ini
dengan mengunggah foto David yang sedang dalam perawatan karena koma usai
dianiaya.
Kronologi Penganiayaan David Kasus berawal dari penganiayaan yang
dilakukan Mario Dandy terhadap David pada malam tanggal 20 Februari 2023.
Menurut keterangan saksi, David sedang berada di rumah temannya ketika ia
mendapat WhatsApp dari mantan kekasihnya berinisial A (15). Perempuan yang
diketahui bernama Agnes itu menghubungi David dengan dalih hendak
mengembalikan kartu pelajar. Rupanya ketika David keluar dari rumah temannya,
Dandy bersama rekan-rekannya sudah menunggu David dengan mobil Jeep
Wrangler Rubicon. Dandy meminta David untuk masuk ke mobil tersebut dan
membawanya ke sebuah gang gelap. Di gang inilah penganiayaan terhadap David
terjadi. Dari video penganiayaan yang beredar, David sudah terkapar tak berdaya
dan Dandy masih memukuli bagian kepala dan muka David. Ketika memukuli
David terdengar suara-suara seolah mereka melakukan "selebrasi" terhadap
tindakannya terhadap David. Terdengar pula kata-kata bahwa mereka tidak takut
dilaporkan atas tindakannya. Video itu kini beredar luas di media sosial. Warganet
yang mendapat sebaran video tersebut diminta untuk berhenti
menyebarluaskannya karena video itu menunjukkan kekerasan terhadap anak di
bawah umur.
Kasus Mario Dandy Ditangani Kepolisian Polres Metro Jakarta Selatan
pada Rabu, 22 Februari 2023 kemudian merilis penangkapan seorang pria
berinisial MD (Mario Dandy). Ia diduga telah melakukan penganiayaan kepada
pria lain berinisial D di kawasan Ulujami, Pesanggrahan. Selain menangkap
Dandy, Polres Metro Jakarta Selatan juga mengungkap pelat nomor polisi mobil
yang dibawa tersangka Dandy itu sempat diubah dan tak sesuai izin. Pelat nomor

2
polisi mobil merek Rubicon ini semula menggunakan B 120 DEN, padahal
aslinya menggunakan nomor B 2571 PBP. Polisi kemudian mendalami bukti
pajak kendaraan mobil yang ternyata bukan kepemilikan atas nama Dandy kepada
instansi-instansi terkait. Mengenai motif penganiayaan, Ary menyebutkan adanya
emosi pelaku usai mendengar informasi dari teman wanitanya yang berusia 15
tahun berinisial A. "A mengalami suatu perbuatan tidak baik sehingga tersangka
melampiaskan amarah kepada korban mulai dari memukul hingga menendang,"
terangnya. Tersangka MDS disangkakan pasal 76c Juncto Pasal 80 UU Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dengan ancaman pidana maksimal lima tahun subsider dan
Pasal 351 ayat 2 tentang Penganiayaan Berat dengan ancaman pidana maksimal
lima tahun. Selain Dandy, polisi juga telah menetapkan tersangka terhadap teman
Dandy yang ikut serta dan mengetahui penganiayaan tersebut yakni S atau SLRPL
(19). Polisi menerangkan sejumlah peran dari teman MDS yang turut menjadi
tersangka yakni menyetujui ajakan MDS menemaninya untuk memukuli korban.
Kemudian memberikan pendapat kepada MDS untuk menganiaya korban,
merekam tindakan dengan telepon genggam hingga membiarkan terjadi kekerasan
dan tidak mencegahnya.
Kecurigaan KPK pada Harta Kekayaan Rafael Sebelum terendus
Kemenkeu dan KPK, publik lebih dahulu menilik harta kekayaan Rafael yang
"mencurigakan". Rafael memiliki harta kekayaan yang fantastis untuk ukuran
pejabat kantor pajak. Publik juga kemudian menyoroti gaya hidup mewah Mario
yang kerap pamer kemewahan di media sosial. KPK mengungkapkan harta
pejabat Dirjen Pajak Rafael Alun Trisambodo yang mencapai sekitar Rp56 miliar,
tidak sesuai dengan profil kekayaannya. Deputi Pencegahan KPK Pahala
Nainggolan menegaskan tidak ada larangan bagi pejabat untuk mempunyai aset
atau harta kekayaan dalam jumlah besar, asalkan profilnya sesuai. Pahala harta
kekayaan dan aset Rafael tidak sesuai dengan profilnya sebagai pejabat eselon III.
Ayah Dandy Dipecat dari DJP oleh Menkeu Sebelumnya, Menteri
Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengecam tindakan kekerasan dan
penganiayaan oleh salah satu keluarga Kemenkeu, usai mendapat laporan
mengenai kejadian tersebut yang ramai beredar di media sosial. Selain tindakan

3
kekerasan dan penganiayaan, Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu turut
mengecam gaya hidup mewah yang dilakukan oleh keluarga dari jajaran
Kemenkeu. Gaya hidup mewah tersebut menimbulkan erosi kepercayaan terhadap
integritas Kemenkeu serta menciptakan reputasi negatif kepada seluruh jajaran
Kemenkeu yang telah dan terus bekerja secara jujur, bersih, dan profesional.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati meminta agar Rafael Alun (RAT)
dicopot dari tugas dan jabatan sebagai Kepala Bagian Umum Kanwil DJP
Kemenkeu Jakarta Selatan II. Pencopotan ini merupakan buntut dari kasus
penganiayaan dilakukan putranya terhadap David disertai dengan gaya hidup
mewah. Dasar pencopotan dari jabatan struktural adalah pasal 31 ayat 1 PP
Nomor 94 tahun 2021 mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kasus
penganiayaan dilakukan oleh salah satu putra dari jajaran Kemenkeu DJP tersebut
adalah masalah pribadi namun menimbulkan dampak besar terhadap prespesi
Kemenkeu dan DJP.

3. Teori Kriminologi Yang Digunakan


a. Teori Kekuasaan Max Weber
Dalam teorinya, Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kesempatan
yang ada pada individu atau sejumlah orang untuk dapat mencapai kehendaknya
dalam suatu tindakan sosial, meski pun mendapat perlawanan dari orang lain yang
terlibat dalam tindakan itu. Terkait dengan itu, Etzioni menyatakan bahwa
kekuasaan adalah kemampuan untuk mengatasi sebagian atau semua perlawanan,
untuk merubah para pihak yang menempatkan diri sebagai oposisi).1
Dalam pandangan Weber, kesempatan (chance atau probability)
merupakan konsep inti. Kesempatan dapat dimiliki karena adanya faktor ekonomi,
kehormatan, kekuatan partai politik, atau apa saja yang menjadi sumber
kekuasaan individu. Kesempatan bagi individu dari kelas tinggi tentunya lebih
besar dibanding individu dari kelas yang lebih rendah. Selanjutnya, Etzioni
melihat bahwa asset/milik/modal yang dimiliki seseorang (misalnya uang, benda
berharga, kekuatan fisik, dan pengetahuan) dapat digunakan oleh pemiliknya
untuk menunjang kekuasaan. Aset juga sering disebut sebagai kekuatan potensial

1
Santoso, T. (2002). Teori-Teori Kekerasan. Ghalia Indonesia.

4
atau sumber kekuasaan. Sifat aset kurang lebih stabil. Sedangkan sifat kekuasaan
dinamis atau prosesual (proses yang berkesinambungan). Maksudnya, walau pun
aset yang dipunyai individu tidak berkurang, kekuasaan yang dimilikinya dapat
berubah karena hal-hal tertentu.2 Karena itu, kekuasaan tidak selalu bertahan
karena ada saatnya masyarakat tidak setuju atau melakukan perlawanan, baik
secara terbuka atau terselubung.3
b. Teori Social Bonding Hirschi
Hirschi menyatakan bahwa “semakin kuat ikatan seseorang dengan
anggota masyarakat lainnya, semakin percaya mereka pada nilai-nilai masyarakat
konvensional; dan semakin banyak mereka menyumbang dan terlibat dalam jalur
kegiatan konvensional, semakin kecil pula kemungkinan bagi mereka untuk
menyimpang.” Hirschi melihat bahwa “nilai-nilai pribadi dan kepekaan kolektif”
tersebut ditunjukkan melalui empat elemen kontrol sosial informal, yaitu
keterikatan (attachment), komitmen (commitment), keterlibatan (involvement),
dan kepercayaan (belief). Keempat elemen tersebut bersifat fundamental karena
dapat mempengaruhi karakteristik dan perilaku individu lainnya. Keempat elemen
tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu.4

4. Permasalahan
Dalam kasus Mario-David, tindakan yang dilakukan Mario jelas
merupakan kejahatan kekerasan dan berarti pula kejahatan jalanan karena
melibatkan penganiayaan. Dalam hal ini, kejahatan jalanan yang dilakukan
bersifat predatory. Namun, walau pun hubungan pelaku-korban dalam kejahatan
jalanan ini telah sesuai dengan pernyataan OESD, bahwa terdapat perbedaan
kekuatan antara Mario dan David. Muncul pertanyaan, mengapa kekerasan ini
justru dilakukan oleh individu dari kelas atas? Hal ini tentunya berbeda dengan
penjelasan mengenai karakteristik pelaku kejahatan kekerasan atau kejahatan
jalanan tersebut. Apakah teori kriminologi yang tepat untuk memandang masalah
tersebut?

2
Ibid.
3
Santoso, T. (2002). Teori-Teori Kekerasan. Ghalia Indonesia.
4
Chriss, J. J. (2007). The Functions of the Social Bond. Cleveland State University.

5
5. Pembahasan
Kejahatan kekerasan adalah tindak pidana di mana kekerasan pribadi
menjadi modus operandi, sebagai cara untuk mencapai tujuan kriminal dan
sebagai unsur motivasi. Kejahatan kekerasan dikategorikan sebagai tindak pidana
ketika memenuhi kriteria tertentu seperti modus operandi pelakunya (adanya
kekerasan fisik, percobaan kekerasan fisik, atau ancaman penggunaan kekerasan
fisik); adanya unsur kesengajaan, dan; adanya korban yang menjadi sasaran.5
Dalam semua kejahatan kekerasan, pelaku melakukan penolakan tegas
untuk memedulikan kepentingan korbannya, baik nyawa, kesehatan, atau
integritasnya. Kejahatan kekerasan juga adalah bagian dari kejahatan jalanan
(street crime). Kejahatan jalanan adalah tindakan yang dapat terjadi baik di ruang
publik mau pun privat dan, termasuk di dalamnya, adalah kekerasan interpersonal
dan kejahatan properti.6 Kejahatan jalanan didominasi oleh kejahatan terhadap
tubuh dan nyawa, kejahatan terhadap harta benda, kejahatan terhadap keamanan
dan ketertiban umum, kejahatan terhadap kesusilaan, dan kejahatan narkotika.
Karena bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, setiap peningkatan
tren kejahatan ini memiliki dampak langsung pada masyarakat sehingga
menimbulkan keresahan.7 Berdasarkan tindakannya, kejahatan jalanan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu: 1) kejahatan yang melibatkan kekerasan, seperti
pembunuhan, perkosaan, penyerangan/penganiayaan, perampokan, dan
penculikan (predatory street crime), dan; 2) kejahatan terhadap harta benda dan
tanpa kekerasan, seperti kejahatan narkoba (nonpredatory street crime).
Studi menemukan bahwa kejahatan jalanan didominasi oleh masyarakat
kelas bawah. OESD (n. d.) mendefinisikan kejahatan jalanan sebagai kejahatan
yang dilakukan secara tidak proporsional (artinya, kekuatan pelaku dan korban
tidak seimbang), dilakukan oleh dan terhadap orang-orang di kelas bawah, dan
biasanya terjadi di ruang publik. Statistik jumlah penangkapan dan jumlah studi
5
Teivāns-Treinovskis, J. et al. (2016). Country’s Development and Safety: Violent Crimes in
Crime Structure. Journal of Security and Sustainability Issues, 6(2), 227-233.
http://dx.doi.org/10.9770/jssi.2016.6.2(3).
6
Sanchez, S. (2019). Street Crime, Corporate Crime, and White-Collar Crime. In Burke, et.al.
(Ed.), SOU-CCJ230 Introduction to the American Criminal Justice System (p. 51-54). Open
Oregon Educational Resources.
7
Hasan, I. et al. (2020). Street Crime during Covid-19 Pandemic in Perspective of Routine
Activity Law Theory and it Influence on Indonesian Criminal Law. International Journal of
Science, Technology & Management, 46-54.

6
mengenai kejahatan jalanan menunjukkan bahwa individu dari kelas bawah jauh
lebih mungkin melakukan kejahatan jalanan daripada individu dari kelas atas. Hal
ini berkaitan dengan efek kemiskinan yang di dalamnya menghasilkan kemarahan,
frustrasi, kebutuhan ekonomi, dan kebutuhan untuk dihormati.8
Dengan pola asuh yang buruk dan ditambah oleh masalah lainnya, anak-
anak dari kelas sosial yang lebih rendah cenderung mudah terlibat dalam perilaku
menyimpang atau pelanggaran hukum ketika remaja dan dewasa. Untuk
menjawab pertanyaan dalam permasalahan di atas, penulis mencoba mengajukan
dua teori yang sekiranya dapat menjelaskan kasus ini. Pertama, teori kekuasaan
Max Weber yang dipadu dengan beberapa pandangan ahli lain. Teori ini penulis
gunakan untuk menjelaskan kejahatan yang terjadi. Kedua, teori social bonding
(ikatan sosial).
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan
terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup
kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga memberi
keputusan- keputusan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lainnya. Max Weber menyatakan bahawa kekuasaan
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan- golongan
tertentu.9
Dapat dilihat bahwa teori kekuasaan dapat digunakan untuk memandang
kasus penganiayaan Mario terhadap David. Dalam hal kekuatan, dapat kita lihat
adanya indikasi dimana Mario merasa memiliki kekuasaan yang membuatnya
superior atas David, yaitu kekuatan fisik, ekonomi, sosial, dan politik.
Superioritas ini tidaklah baru muncul ketika penganiayaan terjadi, namun diawali
dengan berbagai perilaku yang mengarah pada pertunjukan kekuatan, seperti
flexing di media sosial. Sebenarnya, selain kekuatan fisik, sumber kekuasaan
lainnya tidak dimiliki Mario secara langsung, namun milik ayahnya. Namun,

8
Barkan, S. E. (2020). Social Problems: Continuity and Change. FlatWorld.
9
Max Weber, Essay in Sociology, Oxford Univercity Press, 1946, hal.180, yang diterjemahkan
oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea, Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006

7
bagaimana pun, hal inilah yang membuatnya melihat korban sebagai pihak yang
lebih subordinat sehingga ia memiliki kesempatan untuk melakukan penekanan
tanpa perlawanan yang berarti. Ditambah pula, Mario merasa memiliki
kemampuan untuk mengatasi perlawanan dan membuat pihak yang tidak setuju
dengannya (saksi-saksi yang ingin menolong Mario) tidak dapat berbuat apa-apa.
Walau pun proses penyidikan masih berlangsung, untuk memahami
beberapa hal, seperti: apakah isi aduan Agnes (15) pada Mario?; perilaku
semacam apa yang menjadi masalah dalam hubungan Agnes dan David?; atau
bagaimana proses emosional yang dialami Mario karena pesan dan panggilannya
tidak digubris oleh David dalam jangka waktu tertentu, sikap Mario telah
memperlihatkan bahwa ia memiliki intensi yang tidak baik sejak kedatangannya
di depan rumah teman David. Selanjutnya, ketika pada akhirnya peristiwa
pemukulan terjadi, terdapat pengabaian pada hak kesehatan, nyawa, dan integritas
korban. Hal ini dapat dilihat dengan berlanjutnya penganiayaan yang dilakukan,
dan semakin keras ketika korban sudah tidak berdaya. Adanya permohonan saksi
yang mengingatkan Mario untuk memedulikan nyawa David pun tidak
digubrisnya. Bahkan dalam pemberitaan, mengemuka bahwa pelaku menantang
siapa pun yang ingin melaporkannya kepada pihak berwajib.
Tetapi, sesuai dengan pandangan Scott (dalam Santoso, 2002), seberapa
besar pun kuatnya kekuasaan yang dimiliki individu, perlawanan muncul dan
memiliki dampak yang serius bagi Mario dan keluarganya. Perlawanan ini tidak
hanya datang dari relasi korban, namun juga dari masyarakat luas yang dipandu
oleh media massa. Berbagai pemberitaan dan laporan media atas kasus ini telah
menjadi penguat akan adanya kritik masyarakat sehingga menjadi unsur
pendorong bagi maksimalisasi kinerja aparat peradilan pidana, terutama
kepolisian, untuk segera menindak tegas kejahatan ini.
Selain itu, perlawanan masyarakat juga memberikan tekanan bagi negara
untuk melakukan tindakan lanjut karena kasus ini telah melibatkan pejabat negara.
Hal ini, salah satunya, dapat saja disebabkan oleh tangkapan publik terhadap
flexing yang dilakukan Mario. Dalam hal ini, perilakunya yang arogan menjadi
bumerang bagi dirinya dan keluarganya. Sebagai lanjutan, perlawanan tersebut
menghasilkan rentetan keputusan dari beberapa lembaga yang terkait dengan

8
kehidupan Mario dan ayahnya, seperti di-DO-nya Mario dari Program Studi
Ekonomi Universitas Prasetya Mulya, dipecatnya Rafael dari jabatan yang
dipegangnya, dan diperiksanya kekayaan Rafael oleh KPK karena terindikasi
melakukan pencucian uang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Etzioni mengenai
sifat kekuasaan yang dinamis, dimana perubahan kekuasaan dapat terjadi walau
aset yang dimiliki tidak berubah. Terkait kondisi finansial dan material Rafael saat
ini, walau pun tidak atau belum terjadi perubahan secara signifikan, kekuasaan
yang dimilikinya telah menurun secara drastis.
Teori yang juga cocok dikenakan kepada kasus ini adalah teori Social
Bonding (ikatan sosial) yang diajukan Hirschi pada 1969. Teori ini digunakan
untuk menjelaskan pencegahan kejahatan. Ikatan sosial dapat digambarkan
sebagai keberhasilan lembaga sosial dan profesional dalam mencegah atau
menghalangi individu untuk melakukan tindakan ilegal. Dalam hal ini, ikatan
sosial memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perilaku individu. Karena itu,
orang bertindak “taat hukum atas dasar kesadaran bahwa jika ia melakukan hal
yang sebaliknya (melanggar hukum), ia akan melanggar nilai-nilai pribadi dan
kepekaan kolektif”.10
Keterikatan memiliki fungsi integrasi. Keterikatan merupakan aspek
afektif atau emosional dari ikatan sosial. Dalam pengertian ini, keterikatan bersifat
mempersatukan ikatan sosial individu secara umum. Ikatan yang kuat antara anak
dan keluarga atau pertemanan (yang tidak merepresentasikan norma
penyimpangan) dapat mencegah penyimpangan.11
Selanjutnya, komitmen memiliki fungsi penting dalam pencapaian tujuan
bersama. Individu yang telah menginvestasikan sumber daya, waktu dan energi
dalam mencapai tujuan (yang diterima secara sosial) akan merasa lebih merugi
jika ia melakukan perilaku menyimpang dibandingkan dengan individu yang
menginvestasikan sedikit pengabdian dalam mengejar tujuan tersebut. Contohnya,
anak yang rajin belajar akan merasa lebih merugi ketika ia mencontek dibanding
anak yang tidak belajar.12 Unsur keterlibatan berfungsi dalam membangun

10
Chen, S. (2021). Extending Social Bond Theory to Occupational Crimes: Assessing the Role of
Opportunity. University of Maryland.
11
Chriss, J. J. (2007). The Functions of the Social Bond. Cleveland State University.
12
Wickert, C. (2022, April 18). Social bonds theory (Hirschi). https://soztheo.de/theories-of-
crime/control/social-bonds-theory-hirschi/?lang=en#attachment.

9
kemampuan beradaptasi setiap anggota kelompok. Individu yang secara intensif
terlibat dalam kegiatan konvensional (seperti sekolah atau bekerja) memiliki
sedikit waktu dan kesempatan untuk terlibat dalam perilaku menyimpang.
Aktivitas tersebut juga memperkuat disiplin diri yang diperlukan untuk melawan
dorongan perilaku menyimpang.13
Terakhir, unsur kepercayaan dalam hubungan sosial. Hal ini mengacu pada
kepercayaan dan validitas nilai dan norma masyarakat umum (mainstream).
Semakin banyak nilai dan norma ini diinternalisasi, semakin sulit untuk
dilanggar.14 Hasilnya, bisa dicontohkan dengan keadaan dimana anak yang
percaya dengan ikatan sosialnya memiliki kesadaran untuk tidak melakukan
pelanggaran atau penyimpangan, bahkan, ketika orang tuanya jauh secara fisik di
saat dorongan itu muncul.15
Dalam permasalahan dimana anak melakukan pelanggaran hukum, Hirschi
percaya adanya krisis dalam hubungan antara anak dengan lingkungan sosial
terdekatnya hingga ia tidak lagi memiliki kesadaran untuk menjaga kepercayaan
kelompok dengan mempertahankan sikap yang diterima secara sosial. Ini
disebabkan ketidakmampuan keempat elemen yang ada, mengikatnya secara
sosial dengan perilaku normatif.
Dalam kasus Mario, walau pun baru merupakan asumsi, perilaku yang
bersangkutan memperlihatkan adanya kemungkinan putusnya ikatan sosial yang
seharusnya dapat mencegahnya dari perbuatan melanggar hukum. Jika saja
keempat elemen ikatan sosial tersebut dapat memberikan kesadaran internal
padanya untuk tidak melakukan penyimpangan bahkan ketika dirinya tidak
diawasi oleh lingkup sosial primernya, mungkin saja peristiwa penganiayaan itu
tidak terjadi. Bahkan, lebih jauh lagi, jika norma sosial yang berlaku dalam
kehidupan Mario adalah, termasuk di dalamnya, pengajaran bahwa
mempertontonkan kekayaan adalah sebuah perilaku yang tidak disetujui, mungkin
saja Mario tumbuh sebagai pribadi yang tidak arogan.

6. Kesimpulan
13
Ibid.
14
Wickert, C. (2022, April 18). Social bonds theory (Hirschi). https://soztheo.de/theories-of-
crime/control/social-bonds-theory-hirschi/?lang=en#attachment.
15
Chriss, J. J. (2007). The Functions of the Social Bond. Cleveland State University.

10
Pada akhirnya, sebesar apa pun kekuasaan yang dimiliki individu, tetap
akan memiliki batas. Sikap superioritas yang ditunjukkan secara terbuka, hingga
sampai melanggar hukum, takkan dapat bebas tanpa ada konsekuensi yang
menyertainya. Dalam hal ini, kekuatan media massa sudah menjadi wadah bagi
dieksposnya tindakan yang melanggar batas normatif, sekaligus tempat untuk
menampung pendapat publik, yang pada akhirnya menjadi pendorong bagi SPP
dan negara untuk melakukan tindakan yang paling tepat.

7. Saran
Dalam kasus ini, diharapkan tindak lanjut yang telah dilakukan oleh SPP
dan negara tetap konsisten dalam tujuannya melakukan hal yang benar, dan sama
sekali tidak terkait dengan penal populism – sebuah kebijakan penghukuman yang
keras yang diambil berdasarkan tren sikap masyarakat untuk kepentingan politis
semata (ICJR, 2019). Karena, jika demikian adanya, terdapat kemungkinan bahwa
sikap tegas tersebut bersifat sangat relatif, dan dengan demikian, sesuai argumen
Etzioni, kekuasaan yang dimiliki pelaku (masih) memiliki kekuatan untuk
mengatasi perlawanan yang muncul saat ini, bahkan bisa saja pada akhirnya
mampu mengubah sikap para oposan.
Untuk mengatasi hal ini, konsistensi kekuatan media massa tetap
diperlukan sebagai alat untuk menyadarkan masyarakat bahwa tindak yang
sewenang-wenang tidak boleh ditolerir hanya karena pelakunya adalah orang yang
memiliki otoritas, dan dengan demikian harus diberi sanksi yang setimpal.
Mungkin saja, dengan dorongan tersebut, negara dan lembaga yang terkait dapat
melakukan tindakan terbaiknya, dan melakukan perubahan yang berarti bagi
pencegahan munculnya kasus-kasus semacam ini di masa depan.

8. Daftar Pustaka
Barkan, S. E. (2020). Social Problems: Continuity and Change. FlatWorld.
Chen, S. (2021). Extending Social Bond Theory to Occupational Crimes:
Assessing the Role of Opportunity. University of Maryland.
Chriss, J. J. (2007). The Functions of the Social Bond. Cleveland State University.

11
Hasan, I. et al. (2020). Street Crime during Covid-19 Pandemic in Perspective of
Routine Activity Law Theory and it Influence on Indonesian Criminal
Law. International Journal of Science, Technology & Management, 46-
54.
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR). (2019). Kebangkitan Penal Populism
di Indonesia. https://icjr.or.id/kebangkitan-penal-populism-di-indonesia/.

Open Education Sociology Dictionary (OESD). (n. d.). Street Crime. In


sociologydictionary.org. Retrieved November 21, 2022 from
https://sociologydictionary.org/street-crime/.
Poloma, M. M. (1979). Contemporary Sociological Theory. MacMillan
Publishing, Co.
Sanchez, S. (2019). Street Crime, Corporate Crime, and White-Collar Crime. In
Burke, et.al. (Ed.), SOU-CCJ230 Introduction to the American Criminal
Justice System (p. 51-54). Open Oregon Educational Resources.
Santoso, T. (2002). Teori-Teori Kekerasan. Ghalia Indonesia.
Teivāns-Treinovskis, J. et al. (2016). Country’s Development and Safety: Violent
Crimes in Crime Structure. Journal of Security and Sustainability Issues,
6(2), 227-233. http://dx.doi.org/10.9770/jssi.2016.6.2(3).
Max Weber, Essay in Sociology, Oxford Univercity Press, 1946, yang
diterjemahkan oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea,
Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
Wickert, C. (2022, April 18). Social bonds theory (Hirschi).
https://soztheo.de/theories-of-crime/control/social-bonds-theory-hirschi/?
lang=en#attachment.

12

Anda mungkin juga menyukai