Anda di halaman 1dari 9

Dampak Positif dan Negatif Bidang Peternakan terhadap Lingkungan

Kelompok :
Ariz Zahidi
Syafikri

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk


mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan di
antaranya sapi, ayam. kambing, domba, dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu,
telur, dan bahan pakaian

Sumber : Wikipedia
Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Para peneliti percaya, emisi gas rumah kaca dari sektor
peternakan sapi ikut menyumbang 65% berupa gas metana. Ternak berkakiempat atau istilahnya
ruminansia (sapi, kambing, domba) menghasilkan gas metana yang keluar dari sendawa, kentut, dan
kotoran hewan ternak.

Sebagaimana dikutip dari tulisan berjudul Animal Agriculture's Impact on Climate Change, gas metana
menyumbang 16% dari total efek pemanasan global. Potensi pemanasan global mencapai 28 hingga 36
kali lipat, yang berujung menghasilkan karbon dioksida.

Ketika dampak perubahan iklim semakin mengkhawatirkan, gerakan mengurangi makan daging menjadi
gerakan yang populer. Para aktivis lingkungan mendesak masyarakat untuk mengurangi makan daging
untuk menyelamatkan lingkungan. Beberapa aktivis telah menyerukan pemberlakuan pajak atas daging
untuk mengurangi konsumsi daging.

Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menerbitkan
sebuah penelitian berjudul "Bayangan Panjang Peternakan (Livestock’s Long Shadow),” yang mendapat
perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi sebesar 18% emisi gas
rumah kaca dunia. FAO menarik kesimpulan yang mengejutkan: Peternakan memberikan kontribusi
yang lebih banyak dalam kerusakan lingkungan dibanding semua moda transportasi digabung. Hal itu
mendorong setiap negara untuk memiliki kebijakan yang focus pada masalah degradasi lahan, perubahan
iklim dan polusi udara, kekurangan air dan polusinya, serta berkurangnya biodiversitas.

Memperhatikan permasalahan tersebut, dan mempertimbangkan pentingnya peternakan bagi


penghidupan masyarakat di tingkat lokal, nasional, maupun global, serta mengingat perannya dalam
aspek sosial, ekonomi dan ketahanan pangan, maka kita harus secara jeli dan berhati-hati mengambil
sikap terkait kondisi ini. Terlebih, skala masalah akibat sektor peternakan di Indonesia mungkin tidak
semasif permasalahan di negara-negara yang sektor peternakannya jauh lebih besar dan maju.

Atas hal itu, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) sebagai organisasi yang menaungi para sarjana
peternakan, memiliki kewajiban dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai basis utama dalam
kegiatan peternakan, baik itu dalam kebijakan ataupun usaha komersil. Dalam seminar pada hari ini
(27/1) di Jakarta yang mengambil Tema “Dampak peternakan sapi bagi Lingkungan” adalah sebuah
tema yang akan menjadi isu serius untuk kita perdalam dan pelajari.

Sustain and suistainability adalah merupakan wajah peternakan kita di masa depan, oleh karena itu
diskusi diskusi seperti hari ini yang kemudian ditindaklanjuti dalam penelitian serta implentasi lapangan
adalah tugas sarjana peternakan.

Pebi Purwosuseno selaku perwakilan Dirjen PKH Kementan mengatakan bahwa sektor peternakan
muncul sebagai salah satu kontributor bagi masalah lingkungan. Temuan ini mendorong setiap Negara
untuk memiliki kebijakan yang fokus pada masalah degradasi lahan, perubahan iklim dan polusi udara,
kekurangan air dan polusinya, serta berkurangnya biodiversitas.

Memperhatikan permasalahan tersebut, lanjut Pebi, perlu mempertimbangkan pula pentingnya


peternakan bagi penghidupan masyarakat di tingkat lokal, nasional, maupun global, serta mengingat
perannya dalam aspek sosial, ekonomi dan ketahanan pangan, maka kita harus secara jeli dan berhati-
hati mengambil sikap terkait kondisi ini. Terlebih, skala masalah akibat sektor peternakan di Indonesia
mungkin tidak semasif permasalahan di negara-negara yang sektor peternakannya jauh lebih besar dan
maju.

"Terwujudnya produk peternakan Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan, dan ini telah secara
eksplisit diterjemahkan ke dalam startegi utama yang selalu mengedepankan konsep keberlanjutan
dalam langkah-langkah operasionalnya," kata Pebi.

Acara diselenggarakan oleh Northern Territory Cattlemen's Association (NTCA) dan Red Meat and
Cattle Partnership yang sudah bekerja sama dengan ISPI selama ini. Hadir dalam acara itu Pebi
Purwosuseno mewakili Ditjen PKH, Panjono (dosen Fapet UGM), CEO NTCA Ashley Manicaroos,
Kieran Mc Cooskeed (Department Primary Industry, Northern Theritory Government) dan M Pribadie
Nugraha dari Meat & Livestock Australia (MLA).

Sumber : troboslivestock.com

Keberadaan peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung


telah memberikan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat. Dampak positif yang
ditimbulkan yaitu Kotoran ayam dapat dijadikan pupuk oleh masyarakat, menambah lowongan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar peternakan dan dampak negatif yang ditimbulkan antara
lain bau yang tidak sedap dari peternakan, banyak lalat di rumah-rumah warga sekitar
peternakan. Hal yang paling mengganggu masyarakat sekitar yaitu pada musim hujan tiba,
karena kotoran ayam menjadi basah dan baunya menyengat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuhi dampak negatif keberadaan peternakan , mengetahui dampak positif keberadaan
peternakan, mengetahui cara mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dengan keberadaan
peternakan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey. Jumlah populasi dalam penelitian ini
sejumlah 11197 KK. Sampel yang digunakan dengan metode proposional sampling adalah
190 KK, yang terdiri dari 134 pemilik peternakan dan 56 warga sekitar peternakan. Data dalam
penelitian ini diperoleh menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian data ini adalah menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian yang dapat dideskripsikan sebagai berikut (1) Usaha peternakan ayam ras
petelur sebagai pekerjaan utama sebesar 68% sedangkang sebagai sambilan 32% (2)
Penyerapan tenaga kerja dari dalam desa sebesar 61% dari luar desa 23%. (3) Tingkat
pendidikan anak pemilik peternak ayam ras petelur SD sebesar 18%, SMP 16%, SMA 17%
dan yang menempuh perguruan tinggi 23% (4) Akibat adanya peternakan disekitar rumah
warga mengalami sakit 16%, seperti batuk, sesak nafas dan gatal-gatal. (5) Upaya yang
dilakukan para peternak untuk mengurangi dampak negatif dengan cara menyemprotkan obat
di area kandang untuk mengurangi bau 89%, obat tersebut bisa berupa air gamping maupun
obat pembunuh hama pari dan membersihkan secara rutin 11%, kemudian upaya sebagian kecil
masyarakat untuk mengurangi bau menyengat dan lalat akibat kotoran ayam dengan cara
memasang pengharum ruangan 16% dan perekat lalat 23% yang lain tidak ada upaya untuk
mengurangi bau maupun lalat 61%. Pemahaman dampak negatif masih kurang, masyarakat
mengabaikan begitu saja tentang bahaya dampak negatif tersebut.

Sumber : ejournal.unesa.ac.id

Peternakan di Indonesia menjadi salah satu penyumbang pendapatan masyarakat. Salah satu
sektor peternakan yang sangat mendukung perekonomian masyarakat yaitu peternakan ayam.
Setiap tahunnya kementrian pertanian mencatat terjadi peningkatan budidaya ayam broiler di
Indonesia. Tercatat pada tahun 2012 sebanyak 1.400.470, pada tahun 2013 sebanyak
1.497.873, pada tahun 2014 sebanyak 1.544.379, pada tahun 2015 sebanyak 1.628.307, dan
pada tahun 2016 sebanyak 1.689.584 sehingga tahun 2015 sampai tahun mengalami kenaikan
sebesar 3,76%. Desa Jambepawon adalah salah satu sektor peternakan ayam broiler di
Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Peternakan ayam broiler di Desa Jambepawon memiliki
keterbatasan lahan karena mayoritas masyarakat menggunakan 70% lahan untuk bertani.
Keterbatasan lahan tersebut memaksa pemilik peternakan mendirikan kandang yang
berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Pendirian kandang ternak di sekitar pemukiman
masyarakat dapat menyebabkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak yang timbul
bisa berupa dampak negatif maupun dampak positif. Materi penelitian adalah peternakan ayam
broiler yang diamati di Desa Jambepawon, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar sebanyak 3
peternakan dan masyarakat sekitar peternakan ayam broiler yang berjumlah 29 orang. Metode
penelitian adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif yang mengkaji masalah bersifat
sosial, ekonomi dan lingkungan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan
melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan key informan menggunakan
purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis data untuk memudahkan
penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang dan
bahan – bahan lain menggunakan tahapan – tahapan yang meliputi pengumpulan seluruh data,
reduksi data atau merangkum data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi data. Untuk
analisis data lapang yang diperoleh untuk menentukan analisis pendapatan peternakan
menggunakan rumus – rumus yang meliputi rumus biaya total, penerimaan total, pendapatan,
penyusutan dan Break Event Point(BEP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
keberadaan peternakan ayam broiler di Desa Jambepawon berdampak pada aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan. Aspek sosial yang meliputi hubungan interaksi masyarakat dan
motivasi masyarakat untuk ikut beternak. Aspek ekonomi yang meliputi peningkatan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja yang terjadi karena
adanya peternakan ayam broiler. Aspek lingkungan yang berdampak pada masyarakat sekitar
peternakan ayam broiler yang meliputi pencemaran lingkungan dan ganguan kesehatan.
Dampak adanya peternakan ayam broiler tersebut akan mempengaruhi pihak peternak,
masyarakat sekitar dan pemerintah daerah untuk melakukan upaya – upaya sehingga dampak
positif dan dampak negatif dengan keberadaan peternakan ayam broiler dapat teratasi sehingga
tidak ada yang dirugikan. Kesimpulan penelitian ini adalah dampak sosial yang terjadi pada
peternakan ayam broiler di Desa Jambepawon yaitu terjadinya interaksi yang menyebabkan
tumbuhnya solidaritas antara masyarakat dengan peternak. Rasa solidaritas ini tumbuh karena
masyarakat beranggapan bahwa peternakan juga dapat menyebabkan dampak positif seperti
penyerapan tenaga kerja dan pemberian bantuan kepada masyarakat sekitar. Dampak sosial ini
juga menimbulkan motivasi beternak masyarakat sekitar peternakan. Dampak ekonomi yang
terjadi ada pertumbuhan kesejahteraan dan penyerapan tenaga kerja. Dampak lingkungan yang
terjadi adalah bau dan serangan lalat. Gangguan kesehatan yang terjadi misalnya gangguan
pernafasan dan gangguan pencernaan. Upaya yang dilakukan oleh pihak peternak adalah
melakukan pembersihan kandang dan pemberian kompensasi. Upaya yang dilakukan
masyarakat yaitu dengan ikut bekerja dan menjaga lingkungan rumah. Sedangkan upaya
pemerintah yaitu memberikan sosialisasi tentang cara beternak yang baik sesuai dengan
peraturan dinas peternakan dan memberikan sosialisasi dan teguran jika terjadi keluhan dari
masyarakat.

Sumber : repository.ub.ac.id
Industri peternakan mempunyai potensi untuk dikembangkan karena tingginya permintaan dan
kebutuhan dari masyarakat terhadap produk peternakan. Industri peternakan juga merupakan
sumber pendapatan utama bagi banyak masyarakat di pedesaan di Indonesia karena peternakan
menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi. Walaupun demikian, industri peternakan
menghasilkan limbah yang menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Dikarenakan oleh hal
tesebut, seiring dengan kebijakan otonomi, maka pengembangan industri peternakan harus
memerhatikan dan n. limbah yang dihasilkan dan diawasi oleh pemerintah kabupaten/kota
untuk menjaga kenyamanan penduduk sekitar.

Industri peternakan umumnya menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Keluhan


tersebut disebabkan oleh dampak buruk dari kegiatan industri peternakan. Sebagian besar
peternak mengabaikan pentingnya penanganan limbah dari usahanya, bahkan tidak sedikit
pengusaha peternakan yang membuang limbahnya ke sungai yang menyebabkan pencemaran
dan penurunan kualitas air. Limbah dari industri peternakan yang berupa feces, urin, sisa pakan,
serta air dari pembersihan ternak dan kandang inilah yang menyebabkan pencemaran yang
membuat masyarakat tidak nyaman dan memprotesnya. Bau menyengat yang tidak enak,
keluhan gatal-gatal, warna sungai yang berubah merupakan contoh hal yang diprotes
masyarakat karena mereka masih menggunakan sungai yang tercemar oleh limbah peternakan
tersebut setiap harinya.

Limbah peternakan yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah dapat mencemari tanah,
air dan juga udara sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Ammonium, hydrogen sulfida,
CO2 dan CH4 merupakan beberapa contoh gas yang dihasilkan dari industri peternakan. Gas -
gas tersebut selain menimbulkan aroma tidak sedap dan mengganggu kesehatan manusia, gas
tersebut juga merupakan gas penyebab efek rumah kaca (Green House Gas) yang merusak
lingkungan dan atmosfer. Apabila dilihat dari sisi pencemaran tanah, limbah dari industri
peternakan ini sangat memengaruhi daya dukung tanah yang berarti menyebabkan polusi tanah.
Sedangkan dilihat dari sisi air, limbah peternakan juga menghasilkan mikroorganisme
patogenik (penyebab penyakit) yang mencemari lingkungan perairan sehingga kualitas air
menurun dan rusak. Salah satu mikroorganisme yang umum ditemukan yaitu bakteri
Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit pada pencernaan seperti diare.

Secara garis besar, inilah dampak yang ditimbulkan oleh peternakan terhadap lingkungan:

1. Penggundulan hutan. Bukti ini dapat dilihat dari data bahwa sekitar 90%
penggundulan Hutan Amazon sejak 1990-an disebabkan oleh pembebasan lahan
untuk dipergunakan sebagai tempat merumput sapi atau menanam makanan untuk
industri peternakan. Contoh lainnya adalah di Queensland, Australia, sebesar 91%
dari pembalakan seluruh pohon yang telah berlangsung selama 20 tahun terakhir
dilakukan untuk membuka lahan merumput untuk ternak.

2. Timbulnya banyak penyakit baru dari hewan ternak. Menurut penilitian, 65%
penyakit menular yang ada pada manusia awalnya ditularkan dari hewan. Kondisi
kotor dan tidak layak 7 dari pabrik-pabrik industri peternakan dan kurangnya
perhatian kepada kebersihan menjadi pusat bakteri dan virus untuk berkembang
biak seperti contohnya flu babi dan flu burung. Beberapa penyakit berbahaya
misalnya TBC, penyakit sapi gila, penyakit makanan dan mulut berasal dari
memakan daging ternak.

3. Emisi gas rumah kaca. Setidaknya sebesar 51% dari total seluruh emisi gas
rumah kaca dihasilkan dari kegiatan industri peternakan dan produknya.
Disamping itu, Hewan ternak seperti sapi dan babi merupakan penghasil gas
metana dengan persentase terbesar di dunia Metana yang hampir 100 kali lebih
berbahaya daripada CO2. Selain metana, hewan ternak juga bertanggung jawab
atas 65% gas dinitrogen oksida yang ada di dunia, gas ini adalah gas rumah kaca
dengan potensi 300 kali lebih panas daripada CO2.

4. Krisis dan penurunan kualitas air. Menurut Stockholm International Water


Institute, 70% dari semua pemakaian air di dunia digunakan oleh pertanian yang
sebagian besar hasilnya dimanfaatkan untuk produksi daging. Untuk
memproduksi 1 kg daging sapi memerlukan lebih dari 200.000 liter air, sedangkan
untuk memproduksi 1 kg kedelai hanya memerlukan 2.000 liter air, untuk
menghasilkan gandum memerlukan 900 liter air, dan untuk menghasilkan jagung
hanya perlu 650 liter air.

5. Penghasil limbah terbesar dan juga hujan asam. Polusi dari industri peternakan
ini juga menyebabkan kerusakan lingkungan lain seperti hujan asam, hal ini
dikarenakan 64% dari seluruh ammonia di bumi berasal dari peternakan. Suatu
riset menyebutkan bahwa satu peternakan menghasilkan polusi dan limbah lebih
banyak daripada Kota Houston Texas, Amerika Serikat. Riset lainnya menyatakan
bahwa pada tahun 1996, limbah yang dihasilkan dari industri sapi, babi dan ayam
di Amerika Serikat adalah sebesat 1,4 miliar ton, angka ini 130 kali lebih besar
daripada limbah yang diproduksi oleh seluruh umat manusia di bumi kala itu.

Sumber : id.linkedin.com

Usaha peternakan ayam mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena tingginya
permintaan daging dan merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Tetapi banyak peternak
masih mengabaikan masalah lingkungan, sehingga masyarakat banyak yang mengeluhkan
keberadaan usaha peternakan tersebut. Selain menimbulkan dampak pencemaran lingkungan
seperti polusi udara (bau), banyaknya lalat yang berkeliaran di kandang dan lingkungan
sekitarnya, dan ketakutan masyarakat akan virus Avian Influenza atau flu burung (H5N1).

Untuk mengatasi dampak usaha peternakan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian
zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio
pada pada pakan sehingga kadar amonia menurun sehingga dapat mengurangi bau yang tidak
enak, untuk mengurangi keberadaan lalat bisa dengan dengan menjaga kebersihan kandang,
dan bisa diberantas dengan cara biologis, kimiawi,elektrik dan tehnik. Sedangkan untuk
mencegah terjangkitnya virus flu burung bias dilakukan dengan mengurangi kontaminasi
dengan unggas, alat dan bahan yang dicurigai tercemar virus, cuci tangan dengan sabun dan
sikat, memakai masker, menggunakan pelindung wajah, pakaian pelindung, sarung tangan, dan
sepatu boot.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada
tahap perencanaan dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam
proses AMDAL antara lain: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan atau
kesehatan. Secara umum AMDAL bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya kecil.

Akhir-akhir ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari
lingkungan, banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan
mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan
pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha
peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari
usahanya. Limbah peternakan yang berupa feses, dan sisa pakan serta air dari pembersihan
ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi
peternakan tersebut.

Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan adalah peternak dalam menjalankan usahanya
masih mengabaikan aspek-aspek AMDAL, sehinggga menimbulkan dampak pencemaran
lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya yang tepat untuk dapat mengatasi dampak pencemaran
lingkungan dari usaha peternakan ayam sehingga keberadaannya tidak mengganggu
masyarakat.

Sumber : dlh.acehjayakab.go.id

• Dampak positif dari adanya usaha peternakan yaitu sebagai mata pencaharian
penduduk sekitar, sebagai penghasil protein hewani bagi masyarakat dan tambahan
pendapatan bagi masyarakat
• Dampak negatif dari adanya usaha peternakan yaitu menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan baik itu pencemaran tanah, air dll.

Sumber : http://rrepository.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai