Anda di halaman 1dari 11

ADMINISTRASI BISNIS

Kamis, 30 Maret 2017

ORGANISASI DAN GERAKAN ANTI KORUPSI DI INDONESIA


contoh kasus (PPKN)
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Korupsi merupakan suatu tindakan mencuri kekayaan suatu negara oleh individu
maupunkelompok yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya sendiri ataupun kerabat
dekatnya tanpa menghiraukan dari mana harta kekayaan itu diperoleh, korupsi biasanya
dilakukan oleh para aktor-aktor negara yang memiliki legalitas dalam suatu lembaga negara.
Korupsi merupakan hal yang sulit untuk dimusnahkan, bagaikan pohon, korupsi seperti yang
dikatakan pepatah “ patah tumbuh, hilang berganti”, maka dari itu banyak para aktivis-aktivis
maupun aktor negara yang memilikikesadaran diri untuk menggalang aksi pemberantasan
korupsi, baik dengan menyelenggarakan workshop anti korupsi, maupun dengan mendirikan
lembaga seperti Transparency International.
Transparency International merupakan sebuah Non-Governmental Organization yang
memfokuskan diri untuk memberantas praktek  praktek korupsi dan berusaha untuk membuat
dunia yang bebas dari tindakan-tindakan korupsi sehingga terciptalah dunia yang terlepas
dari dampak buruk tindakan-tindakan korupsi tersebut. Transparency International pertama kali
didirikan oleh Peter Eigen pada tahun 1993 dan berkantor pusat di Berlin, Jerman. Organisasi ini
dibentuk sebagai wujud dari realisasi pemberantasan korupsi di dunia, hal tersebut terjadi karena
adanya kesadaran tentang dampak yang terjadi karena korupsi seperti sulitnya unuk
menuntaskankemiskinan di dunia karena adanya praktek -praktek
korupsiyang dilakukan oleh oknum-oknum yang seharusnya menyalurkan dana untuk
masyarakat yang membutuhkan.
Tidak hanya di sektor ekonomi dan politik saja dampak yang terjadi karena praktek
korupsi, akan tetapi juga berdampak pada sektor lingkungan, dan juga sosial.
ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki
komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktik korupsi. ICW lahir
di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki
pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

ORGANISASI ANTI KORUPSI


A.      Transparency International Indonesia (TII)
1.    Struktur Manajemen Transparency International
Sebagai sebuah organisasi, tentu Transparency International harus memiliki
struktur organisasi agar memudahkan organisasi tersebut mencapai visi mereka yaitu “A world in
whichgovernment, politics, business, civil society and the daily lives of people are free of
corruption”. Berdasarkan data dari situs resmi organisasi tersebut, Transparency International
yang sejak 2010 lalu mendapatkan status organisasi independen sehingga dapat membuat
pemerintahan tersendiri, dalam hal pemerintahannya organisasi ini diketuai oleh tiga Executive
Board yang telah ditetapkan dalam undang-undang organisasi tersebut, tiga posisi tersebut adalah
kedudukan sebagai presiden yang sekarang dipegang oleh Miklos Maschall yang juga menjabat
sebagaidirektur deputi bagian sekretariat, dan dua wakil presiden yang sekarang dipegang oleh
CaseyKelso yang menjabat juga sebagai direktur advokasi bagian sekretariat, dan Patrick
Mahassenyang juga menjabat sebagai direktur sumberdaya bagian sekretariat, tetapi lain halnya
dalam TI-EU (Transparency International European Union) yang diduduki oleh seorang direktur
yangsekarang diambil alih oleh Jana Mittermaier yang hanya memiliki satu jabatan yaitu direktur
TI-EU. Dalam hal keuangan organisasi ini mengandalkan donator sebagai pemasukan kas
sehingga tentu ada bagian yang menangani masalah keuangan ini, donatur terbesar TI adalah
antara lain the Directorate-General Justice of the European Commission (€ 250,000) dan the
DutchAdessium Foundation.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki aktor Transparency 
International terutama para pemegang kekuasaan tertinggi memiliki jabatan rangkap, dalam
manajemen POAC.
Planning dilakukan oleh para top manager yaitu salah satunya
adalah presiden dan wakil presidennya dalam merencanakan agenda-agenda yang akan
dilakukanTransparency International dalam jangka waktu tertentu, dengan kata lain adalah
bahwa planning dirumuskan oleh Miklos Maschall, Casey Kelso, dan Patrick Mahassen, setelah
kerangkarencana dirumuskan oleh mereka maka tugas direktur (mediator) adalah
menterjemahkan kerangka rencana yang dirumuskan preisden agar dapat dilaksanakan oleh
kepala sub bagianyang langsung membawahi karyawan sehingga kerangka rencana tersebut
dapat direalisasikan oleh organisasi tersebut. 
Transparency International Indonesia (TII) merupakan salah satu chapter Transparency
International, sebuah jaringan global NGO antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan
akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil.
Bersama lebih dari 90 chapter lainnya, TII berjuang membangun dunia yang bersih dari praktik
dan dampak korupsi di seluruh dunia.
TII memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial. Sebagai think-tank TII
melakukan review kebijakan, mendorong reformasi lembaga penegak hukum, dan secara
konsisten melakukan pengukuran korupsi melalui Indeks Persepsi Korupsi, Crinis project, dan
berbagai publikasi riset lainnya. Di samping itu TII mengembangkan Pakta Integritas sebagai
sistem pencegahan korupsi di birokrasi pemerintah.
Sebagai gerakan sosial, TII aktif terlibat dalam berbagai koalisi dan inisiatif gerakan anti
korupsi di Indonesia. TII juga merangkul mitra lembaga lokal dalam melaksanakan
berbagaiPROGRAM  di daerah. Jaringan kerja ini juga diperluas dengan advokasi bahaya
korupsi kepada anak-anak muda di Jakarta.
Setelah membahas planning dan organizing, maka tahapan selanjutnya adalah
actuatingyang berarti pelaksanaan, pelaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan rencana-
rencana yang sudah ditentukan oleh top manager yang dilakukan oleh karyawan diatas perintah
lower manager yang secara langsung membawahi karyawan, dan terakhir adalah controlling,
controlling adalah perwujudan dari pengawasan atas pelaksanaan rencana yang dilakukan.

2.    Manajemen Perubahan Transparency International


Manajemen perubahan adalah manajemen yang dilakukan untuk merefresh dan
memperbaharui organisasi agar dapat bertahan seiring berjalannya waktu, baik dari sisi
struktur,teknis, bahkan rencana-rencana yang tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman.
Tetapi,dalam pelaksanaannya tentu banyak masalah yang akan dihadapi Transparency Int
ernational karenaakan ada pro dan kontra akan perubahan yang akan dilakukan, banyak kontra
yang dilakukankarena pada dasarnya banyak pihak yang tidak menyukai perubahan terutama
pihak yang ada diatas, disamping karena akan adanya ancaman posisi jabatan yang akan
berubah, juga adanyaketidak pastian dalam perubahan itu sendiri, sehingga terkadang sifat dari
manajemen ini adalah berupa paksaan dan sosialisasi sebagai tindakan atas kontra dalam hal ini,
tentu jika tidak adanyamanajemen perubahan dalam organisasi Transparency Intermational tidak
mungkin organisasi iniakan survive di seluruh dunia.
Dilihat dari tulisan diatas, salah satu penyebab mengapa hari ini
TransparencyInternational dapat masih dapat bertahan bahkan dapat mendunia adalah karena
adanyamanajemen perubahan dalam organisasi tersebut. Banyak negara-negara yang tertarik
akankinerja Transparency International dalam menangani kasus korupsi, bahkan negara-Negara
tersebut membuka kantor untuk organisasi ini, salah satunya adalah Indonesia yang
beraliansidengan Transparency International dalam menangani kasus korupsi, ini merupakan
perwujudandari Transparency International yang dulunya hanya ada di Jerman.

Contoh kasus
Koalisi Pemantau Peradilan menganggap dalih Komisi Pemberantasan Korupsi untuk
melimpahkan penanganan perkara Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung
mengada-ada. Untuk pertama kalinya sejak didirikan, KPK dinilai berkompromi dalam mengusut
kasus korupsi. “Belum apa-apa, upaya hukum lewat kasasi belum selesai, kok sudah menyerah
dan mengibarkan bendera putih,” kata Dio dari Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia
(MaPPI), salah satu lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Pemantau
Peradilan.
Terkait pernyataan pimpinan KPK bahwa pelimpahan perkara Budi Gunawan dilakukan
karena lembaga penegak hukum tak diperkenankan mengajukan peninjauan kembali (PK),
Koalisi Pemantau Peradilan tak sepakat.
“Alasan! PK itu dasarnya kuat. Tahun 2013 di Mahkamah Agung ada keputusan rapat pleno kamar pidana bahwa
penyelundupan hukum bisa PK,” ujar Dio kepada CNN Indonesia, Selasa (3/3). Penyelundupan hukum yang ia
maksud yakni putusan praperadilan yang melampaui kewenangan. “Kejaksaan Agung juga pernah mengajukan PK
atas kasus kematian Munir, dan itu disetujui MA,” kata Dio. PK Kejaksaan ketika itu dikabulkan MA, membuat
terpidana pembunuh Munir, pilot Pollycarpus, dihukum 20 tahun penjara –sebelum Pollycarpus mengajukan PK di
atas PK Kejaksaan tersebut yang juga dikabulkan oleh MA.
Berkaca pada kasus PK yang diajukan Kejaksaan Agung tersebut, Koalisi Pemantau Peradilan yang terdiri dari
Indonesia Corruption Watch (ICW), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Transparency International
Indonesia (TII), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), dan lain-lain berpendapat langkah hukum KPK
atas hasil sidang praperadilan yang memutus penetapan tersangka terhadap BG oleh KPK tak sah, sesungguhnya
belum mentok.
Koalisi Pemantau Peradilan menuding pimpinan baru KPK tak punya semangat melawan korupsi. “Tak ada
perjuangannya. Pada praktiknya PK bisa dilakuan. Jangan cari alasan,” kata Dio. Ia khawatir ke depannya perkara-
perkara korupsi lain yang ditangani KPK juga bakal dilimpahkan ke lembaga penegak hukum lain. Kecemasan ini
pula yang disuarakan seratusan pegawai KPK dalam aksi unjuk rasa mereka menentang putusan pimpinan KPK
melimpahkan kasus Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung. 
Para pegawai KPK itu menandatangani petisi di atas kain putih sepanjang 20 meter yang berisi tiga
tuntutan, yakni menolak putusan pimpinan KPK yang melimpahkan kasus BG ke Kejaksaan, meminta pimpinan KPK
megajukan upaya hukum Peninjauan Kembali atas putusan praperadilan kasus BG, dan meminta pimpinan
menjelaskan secara terbuka strategi pemberantasan korupsi KPK kepada mereka.

B.       Indonesia Corruption Watch (ICW)


Indonesia Corruption Watch atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi non-
pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik
mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia. Pada awal kelahirannya, ICW dipimpin
oleh Teten Masduki, bersama pengacara Todung Mulya Lubis, ekonom Faisal Basri dan lainnya.
ICW aktif mengumpulkan data-data korupsi para pejabat tinggi negara, mengumumkannya pada
masyarakat dan jika perlu, melakukan gugatan class-action terhadap para pejabat yang korup.
ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki
komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktik korupsi. ICW lahir
di Jakartapada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki
pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi.
ICW lahir karena didorong oleh berbagai latar belakang yang ditulis dalam
bentuk manifesto, yang berjudul Manifesto Gerakan Antikorupsi Indonesia Corruption
Watch.
ICW memiliki 6 divisi pendukung, diantaranya:
           Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan (Emerson Yuntho, Lalola Easter, Aradila Caesar)
           Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran (Firdaus Ilyas, Mouna Wasef, Wana Alamsyah)
           Divisi Korupsi Politik (Abdullah Dahlan, Donal Fariz, Almas Sjafrina)
           Divisi Monitoring Pelayanan Publik (Febri Hendri, Siti Juliantari, Aisy Ilfiah, Nida Zidny)
           Divisi Investigasi dan Publikasi (Tama S. Langkun, Christian Evert, Lais Abid, Sigit Wijaya,
Dewi Anggeraini, Ayu Rahmaningtias, Asri Tri Undari)
           Divisi Fundraising (Tibiko Zabar Pradano)
Koordinatornya saat ini adalah Adnan Topan Husodo.
Wakil Koordinator adalah Ade Irawan dan Agus Sunaryanto
ICW memiliki Dewan Perkumpulan yang beranggotakan:
      Ani Sutjipto
      Yanuar Rizki
      Dadang Trisasongko
      Lucky Djani
      Teten Masduki
Indonesia Corruption Watch (ICW) saat ini menjadi salah satu lembaga independen
paling lantang bersuara dalam gerakan antikorupsi. Eksistensi ICW dalam pemberantasan
korupsi sejak tahun 1998 telah diakui publik. Secara berturut-turut, tahun ini ICW mendapat 
penghargaan UII Award dari Universitas Islam Indonesia, Soegeng Sarjadi Syndicate Award,
dan penghargaan dari Dewan Pers.
Selain award dari sejumlah institusi, ICW juga mendapat penghargaan yang jauh lebih
bernilai, yakni dukungan dari masyarakat luas. Sejak membuka Divisi Kampanye Publik dan
Penggalangan Dana pada 2010 lalu, ICW telah berhasil mengumpulkan dukungan nyata berupa
barisan supporter ICW yang kini berjumlah 560 orang. Para supporter ini secara rutin
memberikan donasi untuk mendukung kerja-kerja pemberantasan korupsi.
Korupsi yang sudah sedemikian menggurita di Indonesia memang harus dilawan secara
bersama-sama. Bersama masyarakat, ICW berupaya meningkatkan kapasitas publik untuk
menuntut haknya mendapatkan fasilitas dasar yang dijamin oleh negara tanpa dikorupsi. Kontrol
masyarakat yang kuat sangat diperlukan untuk membuat perubahan. ICW juga berupaya
mendobrak kebuntuan hukum untuk lebih dapat diandalkan dalam upaya pemberantasan korupsi.

Contoh kasus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Corruption Watch (ICW) menunggu sikap ketegasan
Presiden Joko Widodo dalam menangani perseteruan instansi Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kita sayangkan itu kemana Jokowi sampai membiarkan kriminalisasi KPK ini berkembang terus sampai sekarang,"
kata Koordinator Bidang Hukum Indonesia ICW, Emerson Juntho di kantor Kontras, Jakarta, Jumat (1/5/2015).
Emerson memperkirakan, jika hal ini terus dibiarkan berlarut-larut oleh Jokowi maka akan berdampak
semakin melebar. Bahkan, ketika ada pihak-pihak yang ingin memberantas korupsi di Kepolisian, maka ke depannya
akan terkena balas dendam dari oknum di Kepolisian. "Jangan-jangan setelah kasus ini tidak berhenti di Novel saja.
Jangan-jangan ada kasus yang berpotensi dikriminalisasi lagi," ucapnya.Emerson pun menyayangkan,
kepemimpinan Badrodin Haiti yang tidak bisa membawa instansi Kepolisian lebih baik dan tidak mampu
mengendalikan anak buahnya dalam menjaga citra Kepolisian. "Belum genap sebulan Badrodin Haiti menjabat, tapi
anak buahnya sudah memalukan Kepolisian. Ini yang jelak bukan hanya polisi tapi juga Presiden. Intinya dalam
mengatasi persoalan ini, kuncinya ada di Jokowi, kalau bisa menghentikan ini (kriminalisasi), kita akan memberikan
acungan jempol," tutur Emerson.

C.      SAMAK [Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi]


SAMAK [Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi] -- adalah sebuah organisasi masyarakat
sipil yang independen, didirikan 3 November 1999, oleh aktivis Organisasi Non Pemerintah,
akademisi, tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa; yang bertujuan untuk mewujudkan
transparansi serta memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Aceh. VISI SAMAK adalah Terbangunnya gerakan sosial yang kuat dan
berpengaruh untuk membebaskan Aceh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sedangkan MISI
SAMAK adalah: melakukan penguatan partisipasi rakyat untuk terbentuknya gerakan anti
korupsi, penguatan kapasitas organisasi SAMAK menjadi oranisasi yang kuat dan efektif, serta
mendorong terjadinya perubahan kebijakan yang transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme
D.      Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (SimaK)
Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (SimaK) Di dirikan Oleh Ariawan dkk. Diantaranya
adalah Suci Raharjo, Putri Novita sari dan Novita sari. didirikan Pada tanggal 29 Januari 2011 di
Jakarta. Dan Langsung dibawah Naungan Lembaga Tinggi Negara yang bergerak di Bidang
Pemberantasan Korupsi yakni Komisi Pemberantasan Korupsi republik Indonesia ( KPK RI )
dan bekerjasama dengan Organisasi anti korupsi di 9 Kampus lainya.

GERAKAN ANTI-KORUPSI MAHASISWA


Ditulis pada Desember 17, 2009
Korupsi merupakan tindak pidana yang menimbulkan kerugian ganda: menguras harta
negara demi kepentingan pribadi/kelompok serta mencerabut hak-hak sosial masyarakat secara
meluas. Dewasa ini, tindakan korupsi semakin merajalela. Meluasnya korupsi hingga ke tatanan
struktural masyarakat yang terendah atau semakin besarnya kuantitas dana yang dikorupsi
menjadi peringatan bahwa daya perlawanan terhadap korupsi harus ditingkatkan. Beriringan
dengan itu, lembaga yang memiliki otoritas untuk memberantas korupsi secara hukum mulai
diperlemah. Kekuatan hukum untuk mengekang korupsi menjadi bias akibat pertarungan yang
justru terjadi di badan inter-pranata dalam penegakkan hukum tersebut.
Di sinilah dibutuhkan suatu daya sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga
mampu menuntut pemberantasan korupsi secara tegas dan sigap
Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda perlu dipersiapkan sebagai penerus kepemimpinan
bangsa. Karena, toh pejabat yang kini bergelimangan harta hasil korupsi bisa jadi dulunya adalah
mahasiswa yang berteriak lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan
karakter anti-korupsi harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan budaya masyarakat
muda yang secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari internalisasi kultural yang
berpengaruh hingga personal, diharapkan mampu membentuk generasi anti-korupsi yang
bertahan sejak dini hingga ketika menjabat di kepemimpinan bangsa kelak.
Gerakan Struktural dan Kultural
Dilatarbelakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan anti-korupsi bagi
mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural dan kultural.
1.        Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan melibatkan
massa dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna “struktural” diartikan sebagai satu
komponen di dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi tertentu. Jadi,
gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi atau reaksi terhadap
isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dalam
penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah: 1) memberikan pernyataan sikap pemuda, 2)
memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait, 3) menampilkan propaganda dan pencerdasan
kepada publik, dan 4) menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat perlawanan
terhadap korupsi. Salah satu bentuk dari gerakan struktural ini adalah aksi dan unjuk rasa terkait
kasus korupsi tertentu.
2.        Gerakan Kultural
Gerakan kultural bertujuan untuk: 1) memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk
nyata anti-korupsi di dalam kemahasiswaan, 2) menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini, dan
3) membentuk karakter generasi anti-korupsi. Berbeda dengan sebelumnya, gerakan kultural ini
cenderung bersifat aktif, sehingga gerakan yang dilakukan tidak bergantung terhadap isu yang
ada. Beberapa model gerakan yang dapat dilakukan pada klasifikasi kultural diantaranya:
           Propaganda Integritas Akademik
Salah satu bentuk kecil korupsi adalah kecurangan akademik. Untuk itu, sebagai pemupukan
budaya anti-korupsi, perlu ditingkatkan propaganda integritas akademik bagi mahasiswa. Upaya
ini adalah untuk mencegah bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-
kecurangan kecil yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas akademik di kemahasiswaan.
           Pemahaman Korupsi dalam Pemerintahan Mahasiswa (Student governance)
Dalam hal ini, mahasiswa diberikan pemahaman tentang definisi korupsi secara luas dan
bagaimana cara pencegahannya. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh bentuk korupsi di dalam
organisasi kemahasiswaan sebagai satu upaya pemupukan kesadaran untuk tidak melakukan
tindakan korupsi dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan pemahaman yang ada tentang jenis
korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi kemahasiswaan, diharapkan penyelenggaraan
kelembagaan yang bersih dari korupsi mulai dipraktikkan oleh mahasiswa sejak dini.
           Propaganda Anti-Korupsi Mahasiswa
Propaganda anti-korupsi mahasiswa diterapkan dengan memberikan aksentuasi pada peran
mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan. Bahwa sebagai generasi penerus yang mengharapkan
kondisi negara yang bersih, maka mahasiswa harus mampu menjaga kebersihan perilakunya dari
tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran sebagai generasi penerus serta
menumbuhkan mental anti-korupsi secara permanen.
Mekanisme pembudayaan yaitu dengan cara pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-ajang
yang melibatkan mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran utama dari gerakan ini
adalah timbulnya kesadaran untuk mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku
kuliah hingga bangku pemerintahan.

Menyelamatkan Investasi Bangsa


Memberikan kesadaran penuh kepada mahasiswa sejak dini tentang bahaya laten korupsi
merupakan agenda wajib yang perlu dilakukan. Bukan hanya sekadar pemahaman dan
demonstrasi yang hampa pemaknaan, dibutuhkan satu gerakan yang didasari oleh semangat anti-
korupsi yang tertanam sebagai satu budaya yang utuh.
Kesadaran yang tertanam kokoh dalam diri mahasiswa yang kelak akan memegang
estafet kepemimpinan bangsa merupakan satu bentuk penyelamatan investasi bangsa menuju
negara yang bersih dari segala macam bentuk korupsi.

CONTOH KASUS
Puluhan massa aksi Indonesia Fight Corruption menggelar aksi demonstrasi di Gedung
KPK, Rabu (21/01/2015).
BERITABEKASI.CO.ID, BEKASI SELATAN – Praktisi Hukum Kota Bekasi Naupal
Alrasyid menilai aksi demonstrasi yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) IFC
(Indonesia Fight Corruption) di gedung KPK pada Rabu kemarin (21/01/2015) tidak tepat
sasaran dan juga tidak fokus dalam arah pelaporan yang dimaksud, karena apapun pelaporan itu
menurutnya dapat disampaikan ke publik agar publik pun harus tahu kasus apa yang dilaporkan
IFC ke KPK saat itu.
“Apa yang dilaporkan mereka itu tidak disebutkan, jadi menurut saya poin nya itu kabur apa yang sudah dimuat di
media kemarin,” ungkap Naupal, Kamis (22/01/2015). Dicontohkan Naupal, pada saat LSM ataupun organisasi
melaporkan setiap kasus korupsi kepada penegak hukum itu biasanya dipublikasikan pada publik tentang kasus apa
yang dilaporkannya. “Contoh ICW, setiap kasus yang dilaporkan ke KPK itu selalu dipublikasikan, contoh kasus
rekening gendut,” ujarnya. Lebih lanjut Naupal menyayangkan jika apa yang dilakukan LSM IFC itu dapat berimbas
hukum, jika Walikota Bekasi Rahmat Effendi melaporkan persoalan tersebut atas tuduhan pencemaran nama
baiknya. “Karena objek yang dilaporkan IFC ini apa – apa saja itukan tidak dipublikasikan, jadi menurut saya aksi itu
dapat dijadikan pelanggaran hukum, jika itu bentuk laporan palsu, kan bisa pidana,” tambahnya. Selain laporan yang
tidak dipublikasikan, Naupal juga menganggap aksi demonstrasi yang dilakukan oleh IFC salah alamat. Jika memang
Kejaksaan Negeri (Kejari) Bekasi yang dituding tidak bekerja maksimal, seharusnya mereka melaporkan dugaan –
dugaan korupsi yang dimaksudnya serta menggelar aksinya ke Kejaksaan Agung. “Kan yang dipersoalkan kasus-
kasus yang sudah ditangani Kejaksaan, sedangkan IFC meminta KPK panggil walikota, itu sama saja sudah masuk
pada pencemaran nama baik walikota itu sendiri,” pungkasnya. (wok)
E.       SORAK ACEH
SoRAK adalah singkatan dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi. Sebuah Organisasi Non
Pemerintah (NGO) yang dibentuk pada tahun 2002 oleh beberapa anak muda yang merasa
prihatin dengan kondisi korupsi di Indonesia terutama Aceh. Pada saat itu tidak banyak orang
atau aktivis di Aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam Isu anti korupsi di Aceh.
Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan terhadap korupsi serta
pemberdayaan masyarakat, SoRAK Aceh telah mendorong terbentuknya lembaga serupa baik
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran. Seperti JARAK,
Mataraja, GeRAK Aceh, SuAK, MaTA dan sebagainya. Lembaga maupun perkumpulan yang
terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi dan semangat yang diusung oleh SoRAK.
Namun lembaga maupun perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Organisasi nirlaba internasional yang fokus dalam pemberantasan korupsi,
TransparencyInternational, tidak dapat semudah membalikan telapak tangan dalam mengerjakan
tugasnya agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien, perlu adanya manajemen dalam setiap
tindakan yangakan dilakukan organisasi yang mendapatkan penghargaan sebagai European
Public Affairs(EPA) award dalam kategori NGO of the year pada tahun 2012 lalu. Perlu juga
adanyamanajemen perubahan dalam hal organisasi ini agar dapat terus bertahan tidak dimakan
waktudan dapat mewujudkan visinya yaitu “A world in which government, politics, business,
civilsociety and the daily lives of people are free of corruption”
DAFTAR PUSTAKA
http://martohaprpm.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://www.academia.edu/3766891/Transparency_International_management
https://gibranhuzaifah.wordpress.com/2009/12/17/gerakan-anti-korupsi-mahasiswa/
Home. (2012, Juni 6). Diambil dari Transparency International Indonesia: http://www.ti.or.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Corruption_Watch

Anda mungkin juga menyukai