Contoh kasus
Koalisi Pemantau Peradilan menganggap dalih Komisi Pemberantasan Korupsi untuk
melimpahkan penanganan perkara Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung
mengada-ada. Untuk pertama kalinya sejak didirikan, KPK dinilai berkompromi dalam mengusut
kasus korupsi. “Belum apa-apa, upaya hukum lewat kasasi belum selesai, kok sudah menyerah
dan mengibarkan bendera putih,” kata Dio dari Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia
(MaPPI), salah satu lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Pemantau
Peradilan.
Terkait pernyataan pimpinan KPK bahwa pelimpahan perkara Budi Gunawan dilakukan
karena lembaga penegak hukum tak diperkenankan mengajukan peninjauan kembali (PK),
Koalisi Pemantau Peradilan tak sepakat.
“Alasan! PK itu dasarnya kuat. Tahun 2013 di Mahkamah Agung ada keputusan rapat pleno kamar pidana bahwa
penyelundupan hukum bisa PK,” ujar Dio kepada CNN Indonesia, Selasa (3/3). Penyelundupan hukum yang ia
maksud yakni putusan praperadilan yang melampaui kewenangan. “Kejaksaan Agung juga pernah mengajukan PK
atas kasus kematian Munir, dan itu disetujui MA,” kata Dio. PK Kejaksaan ketika itu dikabulkan MA, membuat
terpidana pembunuh Munir, pilot Pollycarpus, dihukum 20 tahun penjara –sebelum Pollycarpus mengajukan PK di
atas PK Kejaksaan tersebut yang juga dikabulkan oleh MA.
Berkaca pada kasus PK yang diajukan Kejaksaan Agung tersebut, Koalisi Pemantau Peradilan yang terdiri dari
Indonesia Corruption Watch (ICW), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Transparency International
Indonesia (TII), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), dan lain-lain berpendapat langkah hukum KPK
atas hasil sidang praperadilan yang memutus penetapan tersangka terhadap BG oleh KPK tak sah, sesungguhnya
belum mentok.
Koalisi Pemantau Peradilan menuding pimpinan baru KPK tak punya semangat melawan korupsi. “Tak ada
perjuangannya. Pada praktiknya PK bisa dilakuan. Jangan cari alasan,” kata Dio. Ia khawatir ke depannya perkara-
perkara korupsi lain yang ditangani KPK juga bakal dilimpahkan ke lembaga penegak hukum lain. Kecemasan ini
pula yang disuarakan seratusan pegawai KPK dalam aksi unjuk rasa mereka menentang putusan pimpinan KPK
melimpahkan kasus Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung.
Para pegawai KPK itu menandatangani petisi di atas kain putih sepanjang 20 meter yang berisi tiga
tuntutan, yakni menolak putusan pimpinan KPK yang melimpahkan kasus BG ke Kejaksaan, meminta pimpinan KPK
megajukan upaya hukum Peninjauan Kembali atas putusan praperadilan kasus BG, dan meminta pimpinan
menjelaskan secara terbuka strategi pemberantasan korupsi KPK kepada mereka.
Contoh kasus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Corruption Watch (ICW) menunggu sikap ketegasan
Presiden Joko Widodo dalam menangani perseteruan instansi Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kita sayangkan itu kemana Jokowi sampai membiarkan kriminalisasi KPK ini berkembang terus sampai sekarang,"
kata Koordinator Bidang Hukum Indonesia ICW, Emerson Juntho di kantor Kontras, Jakarta, Jumat (1/5/2015).
Emerson memperkirakan, jika hal ini terus dibiarkan berlarut-larut oleh Jokowi maka akan berdampak
semakin melebar. Bahkan, ketika ada pihak-pihak yang ingin memberantas korupsi di Kepolisian, maka ke depannya
akan terkena balas dendam dari oknum di Kepolisian. "Jangan-jangan setelah kasus ini tidak berhenti di Novel saja.
Jangan-jangan ada kasus yang berpotensi dikriminalisasi lagi," ucapnya.Emerson pun menyayangkan,
kepemimpinan Badrodin Haiti yang tidak bisa membawa instansi Kepolisian lebih baik dan tidak mampu
mengendalikan anak buahnya dalam menjaga citra Kepolisian. "Belum genap sebulan Badrodin Haiti menjabat, tapi
anak buahnya sudah memalukan Kepolisian. Ini yang jelak bukan hanya polisi tapi juga Presiden. Intinya dalam
mengatasi persoalan ini, kuncinya ada di Jokowi, kalau bisa menghentikan ini (kriminalisasi), kita akan memberikan
acungan jempol," tutur Emerson.
CONTOH KASUS
Puluhan massa aksi Indonesia Fight Corruption menggelar aksi demonstrasi di Gedung
KPK, Rabu (21/01/2015).
BERITABEKASI.CO.ID, BEKASI SELATAN – Praktisi Hukum Kota Bekasi Naupal
Alrasyid menilai aksi demonstrasi yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) IFC
(Indonesia Fight Corruption) di gedung KPK pada Rabu kemarin (21/01/2015) tidak tepat
sasaran dan juga tidak fokus dalam arah pelaporan yang dimaksud, karena apapun pelaporan itu
menurutnya dapat disampaikan ke publik agar publik pun harus tahu kasus apa yang dilaporkan
IFC ke KPK saat itu.
“Apa yang dilaporkan mereka itu tidak disebutkan, jadi menurut saya poin nya itu kabur apa yang sudah dimuat di
media kemarin,” ungkap Naupal, Kamis (22/01/2015). Dicontohkan Naupal, pada saat LSM ataupun organisasi
melaporkan setiap kasus korupsi kepada penegak hukum itu biasanya dipublikasikan pada publik tentang kasus apa
yang dilaporkannya. “Contoh ICW, setiap kasus yang dilaporkan ke KPK itu selalu dipublikasikan, contoh kasus
rekening gendut,” ujarnya. Lebih lanjut Naupal menyayangkan jika apa yang dilakukan LSM IFC itu dapat berimbas
hukum, jika Walikota Bekasi Rahmat Effendi melaporkan persoalan tersebut atas tuduhan pencemaran nama
baiknya. “Karena objek yang dilaporkan IFC ini apa – apa saja itukan tidak dipublikasikan, jadi menurut saya aksi itu
dapat dijadikan pelanggaran hukum, jika itu bentuk laporan palsu, kan bisa pidana,” tambahnya. Selain laporan yang
tidak dipublikasikan, Naupal juga menganggap aksi demonstrasi yang dilakukan oleh IFC salah alamat. Jika memang
Kejaksaan Negeri (Kejari) Bekasi yang dituding tidak bekerja maksimal, seharusnya mereka melaporkan dugaan –
dugaan korupsi yang dimaksudnya serta menggelar aksinya ke Kejaksaan Agung. “Kan yang dipersoalkan kasus-
kasus yang sudah ditangani Kejaksaan, sedangkan IFC meminta KPK panggil walikota, itu sama saja sudah masuk
pada pencemaran nama baik walikota itu sendiri,” pungkasnya. (wok)
E. SORAK ACEH
SoRAK adalah singkatan dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi. Sebuah Organisasi Non
Pemerintah (NGO) yang dibentuk pada tahun 2002 oleh beberapa anak muda yang merasa
prihatin dengan kondisi korupsi di Indonesia terutama Aceh. Pada saat itu tidak banyak orang
atau aktivis di Aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam Isu anti korupsi di Aceh.
Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan terhadap korupsi serta
pemberdayaan masyarakat, SoRAK Aceh telah mendorong terbentuknya lembaga serupa baik
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran. Seperti JARAK,
Mataraja, GeRAK Aceh, SuAK, MaTA dan sebagainya. Lembaga maupun perkumpulan yang
terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi dan semangat yang diusung oleh SoRAK.
Namun lembaga maupun perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi nirlaba internasional yang fokus dalam pemberantasan korupsi,
TransparencyInternational, tidak dapat semudah membalikan telapak tangan dalam mengerjakan
tugasnya agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien, perlu adanya manajemen dalam setiap
tindakan yangakan dilakukan organisasi yang mendapatkan penghargaan sebagai European
Public Affairs(EPA) award dalam kategori NGO of the year pada tahun 2012 lalu. Perlu juga
adanyamanajemen perubahan dalam hal organisasi ini agar dapat terus bertahan tidak dimakan
waktudan dapat mewujudkan visinya yaitu “A world in which government, politics, business,
civilsociety and the daily lives of people are free of corruption”
DAFTAR PUSTAKA
http://martohaprpm.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://www.academia.edu/3766891/Transparency_International_management
https://gibranhuzaifah.wordpress.com/2009/12/17/gerakan-anti-korupsi-mahasiswa/
Home. (2012, Juni 6). Diambil dari Transparency International Indonesia: http://www.ti.or.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Corruption_Watch