Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS PENDAPATAN OLAHAN PISANG (KERIPIK PISANG DAN

SALE PISANG) PASCA PANDEMI COVID-19


(STUDI KASUS DI UD SAAS, KECAMATAN SUMBERSUKO,
KABUPATEN LUMAJANG)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:
Maulana Ishaq Ashari
NIM 1954201709

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LUMAJANG
2023
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting
dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama
dalam sumbangan terhadap PDB, Penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan
dalam negeri. (Julius R Latumaresa, 2015). Pertanian adalah kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia mengahasilkan bahan
pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidup. Oleh karenanya sektor pertanian adalah sektor yang paling
dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-
sektor lainnya seperti subsektor perikanan, subsektor perkebunan, subsektor
perternakan. (Iskandar Putong, 2005).
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus yang berarti kebun dan
colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu
medium buatan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan tanaman kebun tetapi, pada umumnya para pakar mendefinisikan
hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budi daya tanaman sayuran, buah-
buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. Hortikultura merupakan cabang
pertanian yang berurusan dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk
bahan pangan manusia obat-obatan dan pemenuhan kepuasan. (Zulkarnain, 2009).
Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat dunia,
disamping rasanya enak, mudah didapatkan, serta nilai gizinya cukup baik karena
mengandung tiga gula alami yaitu, sukrosa, fruktosa dan glukosa serta serat yang
memberikan energi untuk pembakaran selama 90 menit. Adapun manfaat dari
mengkonsumsi buah pisang antara lain mengobati tekanan darah tinggi, mampu
meningkatkan konsentrasi, dapat mengobati sembelit, mencegah mual pada ibu
hamil, mengobati maag dan luka usus, mengendalikan suhu tubuh dan membantu
untuk berhenti merokok. (Kantor Deputi Menegristek, 2012).
Di Indonesia, pisang adalah buah-buahan yang sangat dekat dengan
masyarakat karena pisang dapat ditemukan di mana saja. Pisang memiliki tingkat
popularitas yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan kegiatan sosial budaya di
kebanyakan tempat di Indonesia sering disimbolkan dengan pisang. Ada banyak
jenis pisang yang terdapat di Indonesia dan pemanfaatanya sangat beragam.
Karena pisang dapat tumbuh dengan mudah, tahan segala musim dan mudah
dibudidayakan membuat pisang menjadi buah-buahan yang paling banyak
diproduksi di Indonesia.
Tabel 1.1 Pisang Indonesia di 2021
Sumber Data : BPS, 2022
Pisang Indonesia di 2021
Produksi Pisang di Indonesia 8,74 juta ton
Konsumsi Pisang oleh Rumah Tangga di 2,38 juta ton
Indonesia
Nilai Ekspor Pisang Indonesia US$ 6,09 juta
Pohon Pisang yang Berproduksi di Indonesia 115,91 juta
Di Lumajang, pisang adalah komoditas hortikultura unggulan. Menurut
BPS Jatim (2019), produksi pisang di Lumajang yaitu sebesar 1,04 juta kuintal,
hal ini membuat pisang sebagai komoditas buah-buahan yang paling banyak
diproduksi di Lumajang. Pisang di Lumajang biasanya dijual secara segar, namun
seiring dengan perkembangan zaman dan tingginya kreativitas masyarakat
Lumajang menjadikan pisang tidak hanya dijual secara segar tetapi juga dibuat
produk olahannya secara unik dan menarik seperti rambak pisang, sale pisang,
kripik pisang dan dodol pisang. Banyaknya keragaman dalam menjual produk
olahan pisang di Lumajang, memberikan peluang bagi para pelaku agroindustri
untuk memanfaatkan potensi pasar yang besar.
Agroindustri di Lumajang adalah sektor yang memberikan kontribusi besar
dalam pengembangan struktur perekonomian di Lumajang. Berdasarkan dari data
Bappeda (2020), sektor industri pengolahan di Lumajang memberikan kontribusi
sebesar 20,26% pada PDRB Lumajang berdasarkan lapangan usaha, hal ini
membuktikan sektor industri pengolahan memiliki kontribusi yang besar dan
salah satu industrinya adalah industri pengolahan pertanian pisang.
Fenomena dari agroindustri pisang di Lumajang adalah melimpahnya
produksi pisang di Lumajang sehingga ketersediaan bahan baku mudah diperoleh.
Di Lumajang pisang memiliki popularitas yang sangat tinggi, menjadi primadona
masyarakat dan dari segi permintaan tinggi. Hal ini menjadikan langkah awal
Masyarakat Lumajang untuk melakukan industri pengolahan pisang (agroindustri
pisang). Dengan adanya kemauan untuk berwirausaha agroindustri pisang,
ketersediaan bahan baku, dan dari segi permintaan tinggi, maka dapat menunjang
berdirinya banyak toko yang memproduksi dan menjual hasil olahan pisang.
UD SAAS yang merupakan usaha dagang yang bergerak di bidang industri
pengolahan pertanian (agroindustri). UD SAAS terletak di Jl. Semeru,
RT.2/RW.1, Dusun Srebet, Desa Purwosono, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur 67316. Ada banyak hasil olahan pertanian yang diolah
oleh UD SAAS yaitu pisang, talas, jagung, tela, sukun dan singkong, yang nanti
semuanya akan diolah menjadi aneka keripik. Produk unggulan dari UD SAAS
adalah olahan pisangnya yaitu keripik pisang dan sale pisang.
Indonesia dilanda pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang berimbas pada
perekonomian di Indonesia. Khususnya dari sisi pariwisata, investasi,
perdagangan serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebanyak 1.785
koperasi dan 163.713 pelaku usaha mikro kecil dan menengah terdampak pandemi
Covid-19. Kebanyakan koperasi dan perdagangan yang terkena dampak pandemi
Covid-19 bergerak pada bidang kebutuhan sehari-hari, sedangkan sektor UMKM
yang paling terdampak yakni makanan dan minuman. Para pengelola koperasi dan
perdagangan merasakan turunnya penjualan, kekurangan modal dan terhambatnya
distribusi. Sementara itu, sektor UMKM yang terguncang selama pandemi Covid-
19, selain makanan dan minuman, adalah industri kreatif dan pertanian. (Putra A.
Resky, 2022).
Pandemi Covid-19 juga berimbas dengan pendapatan UD SAAS secara
keseluruhan baik pendapatan dari olahan pisang (keripik pisang dan sale pisang)
maupun non-olahan pisang. Pendapatan UD SAAS pada saat pandemi covid-19
(2020) adalah sebesar (Rp.........), sedangkan pendapatan olahan pisang (keripik
pisang dan sale pisang) adalah sebesar (Rp........).
Pada tahun 2021 adanya kelonggaran kebijakan dari PSBB darurat ke
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro yang
mengacu pada instruksi menteri dalam negeri No. 3 Tahun 2021. Adanya
kelonggaran kebijakan pada saat diterapkannya PPKM Mikro membuat ekonomi
Indonesia perlahan mulai pulih, dimana kegiatan sekolah, kegiatan keagamaan,
fasilitas umum serta moda transportasi. (Mandavani A. Tufahati, 2022). Hal ini
memberikan angin segar bagi dunia usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
untuk memulihkan penjualan dan pendapatan pasca pandemi Covid-19, termasuk
diantaranya UD SAAS selaku produsen aneka produk keripik dan sale pisang.
Pendapatan yang pulih pasca pandemi Covid-19 selalu diharapkan oleh
semua jenis usaha agroindustri dalam menghasilkan produknya. Untuk
mendapatkan memulihkan pendapatan UD SAAS pasca pandemi Covid-19 adalah
harus dapat menekan biaya produksi dan berkreatif dalam pemasaran produk.
Oleh karena itu UD SAAS diharapkan mampu menekan biaya produksi
semaksimal mungkin dan sekreatif mungkin dalam pemasaran produk terutama
olahan pisang (keripik pisang dan sale pisang) guna untuk memulihkan
pendapatan pasca pandemi Covid-19. Berdasarkan penjelasan latar belakang di
atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “ANALISIS
PENDAPATAN OLAHAN PISANG PASCA PANDEMI COVID-19 (STUDI
KASUS DI UD SAAS, KECAMATAN SUMBERSUKO, KABUPATEN
LUMAJANG”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Berapa penerimaan dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di UD SAAS?
2. Berapa biaya produksi dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di UD
SAAS?
3. Berapa pendapatan dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di UD SAAS?
4. Berapa R/C Ratio dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di UD SAAS?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari identifikasi masalah di atas, maka tujuan penilitian adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui penerimaan dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di
UD SAAS
2. Untuk menhetahui biaya produksi dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19
di UD SAAS
3. Untuk mengetahui pendapatan dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di
UD SAAS
4. Untuk mengetahui R/C Ratio dari olahan pisang pasca pandemi Covid-19 di
UD SAAS

1.4 Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
2. Bagi mahasiswa sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dalam pelaksanaan penelitian yang berkelanjutan.
3. Bagi pengusaha sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan keuangan
olahan sale pisang guna mengembangkan bisnisnya usahanya.
4. Bagi pemerintah sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam membuat
kebijakan iklim usaha agroindustri dan agribisnis.
5. Bagi masyarakat sebagai tambahan wawasan dan informasi

1.5 Kebaruan Penelitian


Penelitian ini mengungkapkan keuangan bagian pendapatan pasca
pandemi Covid-19 di lokasi penelitian yaitu UD SAAS Lumajang tentang olahan
pisang (keripik pisang dan sale pisang) yang belum tersentuh oleh peneliti
lainnya, kebanyakan membahas tentang strategi pengembangan, analisis
kelayakan finansial dan bersetting sebelum pandemi Covid-19. Penelitian
mengenai UD SAAS sudah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu,
antara lain Strategi Pengembangan Modal Usaha Home Industry Kripik Pisang
UD SAAS di Desa Purwosono Kabupaten Lumajang di tahun 2016 oleh Nila
Erpina dan Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Usaha
Keripik Pisang dengan Mesin Perajang dan Vacuum Frying (Studi Kasus di UD
SAAS, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang) di tahun 2013 oleh Popi
Evangelin Marvella. Namun, kajian secara keuangan terutama bagian penerimaan,
biaya produksi, pendapatan dan R/C ratio pasca pandemi Covid-19 dan mengenai
produk olahan pisang (keripik pisang dan sale pisang) UD SAAS belum pernah
dilakukan oleh peneliti lain atau belum pernah dipublikasikan secara ilmiah. Oleh
karena itu, peneliti diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan baik
kepada masyarakat umum maupun peneliti lain sebagai kajian awal sebelum
dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya terkait analisis pendapatan dari olahan
pisang (keripik pisang dan sale pisang) di UD SAAS.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Sejarah Singkat Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di
Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut
dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Astuti, 1989).
Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni
meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur
melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke
barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kenari, sampai Benua Amerika.
melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kenari, sampai Benua Amerika. Pisang
yang dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu
Musa acuminata dan Musa balbisiana (Firmansyah, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Pisang


Kedudukan pisang dalam taksonomi tumbuhan menurut Suprapti (2005)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae (Suku pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.

2.1.3 Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)

Gambar 2.1.3 Morfologi Pisang


Sumber Data: IPGRI Banana, 1996
1. Akar
Akar pisang memiliki akar serabut, akar berpangkal pada umbi batang.
Akar terbanyak terdapat di bagian bawah akar ini tumbuh menuju bawah sampai
kedalam 75-150 cm. Sedangkan akar yang berada di bagian samping bisa
mencapai 4-5 meter (Haryani, 2017).
2. Batang
Batang terletak didalam tanah berupa umbi batang, di bagian umbi batang
terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh
bunga pisang (jantung). Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah yang biasa
dianggap batang itu adalah batang semu. Batang semu tanaman pisang ini
terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling melengkup menutupi dengan
kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi
batang semu sekitar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya. Batang semu tanaman
pisang bersifat lunak dan banyak mengandung air (Haryani, 2017).
3. Daun
Daun pisang letaknya tersebar helaian daun berbentuk lanset memanjang.
Pada bagian bawahnya berlilin. Daun diperkuat oleh tangkai daun yang
panjangnya antara 30-40 cm. Daun tanaman pisang mudah sekali robek atau
terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang
pinggir yang menguatkan lembaran daun (Haryani, 2017).

4. Bunga
Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang keluar dari
ujung batang. Susunan bunga tersusun atas daun-daun pelindung yang saling
menutupi dan bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung
dan membentuk sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu, letak bunga
betina di bagian pangkal, sedangkan letak bunga jantan berada di tengah. Bunga
sempurna yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina berada di bagian ujung
(Suyanti dan Supriyadi, 2008).
5. Buah
Buah pisang tersusun dalam tandan tiap tandan terdiri atas beberapa sisir
dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya. Buah pisang
umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid, kecuali pada pisang kluthuk yang
bersifat diploid dan memiliki biji. Proses pembuahan tanpa adanya biji disebut
dengan partenokarpi. Ukuran buah pisang bervariasi tergantung pada varietasnya.
Panjang antara 10-18 cm dengan ukuran diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah
berlinggir 3,5 alur, bengkok dengan ujung meruncing atau membentuk leher
botol. Daging buah tebal dan lunak, kulit buah yang masih muda berwarna hijau
dan ketika tua berubah menjadi kuning dan strukturnya bisa tebal dan tipis juga
tergantung dari varitas pisangnya (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

2.1.4 Syarat Tumbuh Pisang


Pisang dapat tumbuh pada daerah tropis yang hangat dan lembab. Pisang
adalah tanaman pionir yang dapat tumbuh di berbagai jenis lingkungan termasuk
lingkungan yang ekstrim mulai dari lingkungan dengan tanah berpasir hingga
tanah liat berkapur (Hapsari dkk, 2015). Pisang dapat ditemukan tumbuh pada
dataran dengan ketinggian 100-1200 mdpl (Ritung dkk, 2011). Suhu ideal untuk
pertumbuhan pisang adalah 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C, dengan
keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman pisang berkisar antara 2000-2500 mm/tahun atau paling baik 100
mm/bulan (Marga, 2016).

2.1.5 Manfaat Pisang


Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang
mengandung makanan yang bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas
Johns Hopkins di Amerika Serikat bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat
membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga
akan cepat menurunkan tekanan darah (Mulyati, 2005). Kandungan yang terdapat
dalam pisang antara lain vitamin A, vitamin B (Thiamine, Riboflavin, Niacin,
vitamin B6, Folic Acid), vitamin C, Kalsium, Magnesium, Besi, dan Seng.
Dengan demikian pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu
meningkatkan gizi masyarakat (Kasijadi, 2006).

2.1.6 Keripik Pisang


Keripik pisang merupakan salah satu diversifikasi hasil olahan pisang.
Produk ini berbentuk irisan tipis dari buah pisang yang digoreng dengan minyak
sehingga menjadi produk dengan kadar air yang rendah. Keripik pisang
mempunyai daya simpan yang lama. Produk ini dapat dibuat dari semua jenis
pisang khususnya pisang yang mempunyai nilai ekonomi yang rendah dan tidak
dimanfaatkan sebagai buah pencuci mulut seperti buah pisang raja nangka dan 17
pisang kepok. Oleh karena itu, keripik ini dapat dikonsumsi oleh semua kalangan
masyarakat dan merupakan produk yang dapat dipasarkan setiap waktu serta dapat
diproduksi setiap saat. Keripik pisang biasanya dibuat dari pisang mentah karena
pisang masak tidak dapat dibuat keripik dengan menggunakan penggoreng biasa.
Menurut Suhardiman (1997), jenis pisang yang digunakan biasanya jenis pisang
ambon, raja bulu, dan kepok. Bahan yang digunakan untuk menghasilkan keripik
pisang yaitu pisang, garam halus, dan minyak goreng. (Zainuddin Hariadi, 2020).
2.1.6 Sale Pisang
Sale pisang adalah makanan hasil olahan dari buah pisang matang yang
disisir tipis kemudian diawetkan dengan cara pengeringan hingga kadar airnya
mencapai 15-20% sehingga sale pisang dapat tahan lebih lama. Sale pisang bisa
langsung dimakan atau digoreng dengan tepung. Sifat-sifat penting yang sangat
menentukan mutu sale pisang adalah warna, rasa, bau, kekenyalan, dan ketahanan
simpannya. Sifat tersebut banyak dipengaruhi oleh cara pengolahan, pengepakan,
penyimpanan produk serta jenis pisang yang digunakan. Pada dasarnya, semua
jenis pisang dapat diolah menjadi sale pisang, namun tidak semua jenis pisang
menghasilkan sale pisang dengan cita rasa yang enak (Nico dan Faradhita, 2016).

2.1.7 Konsep Agroindustri


Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti
suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya
atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai
sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan
sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan
demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk,
pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian (Udayana,
2011). Agroindustri dalam arti luas adalah kegiatan industri yang mengolah hasil-
hasil pertanian dengan pendekatan nilai tambah dan berorientasi mutu (quality
oriented). Tujuannya untuk memberi nilai tambah dari hasil–hasil pertanian
tersebut (dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba) (Dwiyono, Kisroh, 2019).
2.1.8 Konsep Penerimaan
Penerimaan adalah total pamasukan yang diterima oleh produsen dari
kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah menghasilkan uang yang
belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi (Husni, dkk,
2014). Sedangkan menurut Ambarsari dkk. (2014) penerimaan adalah hasil
perkalian antara hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi
dengan harga jual produk. Penerimaan usahatani dipengaruhi dituliskan sebagai
berikut :
R=PxQ
Keterangan :
R = penerimaan
P = harga jual per unit
Q = jumlah produk yang dijual

2.1.9 Konsep Biaya Produksi


Biaya produksi, biaya adalah nilai dari seluruh sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi suatu barang. Biaya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu: biaya total (total cost), biaya tetap total (total fixed cost) dan
biaya variabel total (total variabel cost). Biaya total merupakan biaya keseluruhan
yang digunakan untuk menghasilkan 21 output tertentu, biaya tetap merupakan
biaya yang tidak akan berubah meskipun tingkat output berubah, sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang akan berubah apabila tingkat output berubah (Joesron,
2003:124). Secara matematis hubungan biaya total, biaya tetap, dan biaya variabel
dapat dituliskan sebagai berikut :

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = total biaya
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel (Soekartawi, 1995).
2.1.10 Konsep Pendapatan
Pendapatan menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani adalah
perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani, sedangkan pendapatan
usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan usahatani
dapat diketahui dengan menghitung selisih antara penerimaan dan pengeluaran
(Soekartawi, 2006:54). Hubungan antara pendapatan, penerimaan dan biaya dapat
ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut:
Π = TR - TC
Keterangan :
Π = pendapatan
TR = total penerimaan
TC = total biaya

2.1.11 Konsep Revenue Cost Ratio atau R/C Ratio


Revenue Cost Ratio atau R/C Ratio adalah suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui keuntungan yang relatif pada usahatani. R/C Ratio dapat dicari
dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi
yang dikeluarkan (Panjaitan dkk, 2014). Menurut Pebriantari, dkk (2016) Kriteria
kelayakan usaha pada analisis R/C Ratio yaitu:
1. Apabila hasil perhitungan R/C Ratio > 1 maka penerimaan yang diterima lebih
besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, artinya usaha tersebut layak untuk
terus dijalankan.
2. Apabila hasil perhitungan R/C Ratio < 1 maka penerimaan yang diterima lebih
kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan, artinya usaha tersebut tidak layak
untuk terus dijalankan.
3. Apabila kegiatan usaha menghasilkan R/C Ratio = 1 maka usaha tersebut dalam
keuntungan normal.
2.2 Kerangka Pemikiran

USAHA DAGANG SAAS

PROSES PRODUKSI

BIAYA PRODUKSI PENERIMAAN

REVENEU/COST RATIO

BIAYA BIAYA JUMLAH


HARGA
TETAP VARIABEL PRODUK

PENDAPATAN
Usaha dagang merupakan bentuk usaha bisnis yang melakukan jual-beli
sebuah atau beberapa produk antara produsen dan konsumen dengan tujuan
memperoleh keuntungan dari jual-beli produk tanpa merubah kondisi barang yang
dijual-belikan.
UD SAAS adalah bentuk usaha bisnis di Lumajang yang bergerak dalam
kegiatan industri memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk
membuat aneka keripik dan sale. UD SAAS merupakan sebuah usaha yang salah
satunya mengelola pisang hingga menjadi produk keripik pisang sale pisang yang
memiliki nilai jual yang tinggi.
Proses produksi sale pisang merupakan proses pengolahan dari bahan baku
pisang hingga menjadi sebuah produk keripik pisang dan sale pisang yang siap
dipasarkan. Di dalam proses produksi keripik pisang dan sale pisang, untuk
menghasilkan produk pasti akan menimbulkan biaya. Biaya tersebut biasa disebut
biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya operasional dan biaya
tenaga kerja. Setelah produk keripik pisang dan sale pisang dihasilkan, maka
ditentukan harganya dan dikalikan dengan jumlah unit produk keripik pisang dan
sale pisang yang terjual untuk dijadikan acuan dalam menghitung penerimaan.
Biaya produksi dan penerimaan merupakan komponen dari pendapatan,
yang mana pendapatan UD SAAS dari keripik pisang dan sale pisang adalah
selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan UD SAAS
dalam kegiatan produksi produknya terutama keripik pisang dan sale pisang dan
biasanya dihitung dalam 1 tahun produksi. Untuk menghitung usaha tersebut
layak untuk diteruskan atau tidak maka diperlukan analisis R/C Ratio yang
membandingkan penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

2.3 Hipotesis
Berdasarakan kerangka pemikiran, hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai beriku : “Diduga ada pengaruh yang signifikan antara penerimaan dan
biaya produksi dengan pendapatan keripik pisang dan sale pisang yang akan
berpengaruh terhadap Revenue/Cost Ratio atau R/C Ratio di UD SAAS
Lumajang”.

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada usaha agroindustri sale pisang dan
berbagai keripik UD SAAS yang beralamat di Jl. Semeru, RT.2/RW.1, Srebet,
Purwosono, Kec. Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67316.
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan,
bahwa usaha ini merupakan salah satu usaha sale pisang dan berbagai jenis
keripik yang berdiri pertama di Desa Purwosono dan merupakan salah satu usaha
agroindustri unggulan di Lumajang. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu,
yaitu 1 Juni sampai dengan 7 Juni 2023.

3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah
suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan hasilnya (Arikunto,
2006). Alasan penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif
adalah untuk menjelaskan situasi keuangan UD SAAS bagian pendapatan pasca
pandemi Covid-19 dengan dukungan data primer dan sekunder yang didapat,
sehingga memperkuat analisis pendapatan yang kemudian akan menghasilkan
kesimpulan dari penelitian ini.
3.3 Metode Pengambilan Contoh dan Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengambilan Contoh
Medote Pengambilan Contoh yang digunakan adalah Purposive Sampling,
metode ini disebut juga teknik sampel bertujuan. Teknik penarikan sampel
purposive dilakukan dengan cara menentukan kriteria khusus atau pertimbangan
karakteristik tertentu terhadap sampel atau subjek penelitian yang akan diteliti,
terutama orang-orang yang dianggap ahli di bidangnya atau paling mengetahui
suatu peristiwa tertentu dan sebagainya (Rahmadi, 2011). Alasan meggunakan
teknik purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan untuk penelitian
kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi menurut
Sugiyono (2016: 85).

3.3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan Data yang digunakan adalah (Rahmadi, 2011) :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara langsung berarti peneliti
langsung melakukan pengamatan terhadap objek penelitiannya di tempat dan
waktu terjadinya peristiwa, sementara pengamatan tidak langsung dilakukan
melalui perantaraan alat tertentu, seperti rekaman video, film, rangkaian slide dan
rangkaian photo.
Jenis observasi yang digunakan peneliti ini adalah observasi nonpartisipan.
Observasi nonpartisipan merupakan observasi yang mana peneliti tidak terlibat
secara langsung dengan kehidupan dan aktivitas orang yang diamatinya. Di sini
peneliti bertindak sebagai pengamat independen dan menjaga jarak dengan objek
pengamatannya.
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui pengajuan
sejumlah pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diwawancarai. Teknik
wawancara dapat pula diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan data dengan bertanya langsung secara bertatap muka dengan
responden atau informan yang menjadi subjek penelitian.
Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam
(in-depth interview), yaitu wawancara tidak berstruktur yang dilakukan berkali-
kali dan membutuhkan waktu lama bersama informan di lokasi penelitian, yang
mana hasil dari wawancara ini akan dijadikan data primer penelitian.

3. Dokumentasi
Teknik dokumenter atau disebut juga teknik dokumentasi merupakan
teknik pengumpulan data penelitian melalui sejumlah dokumen (informasi yang
didokumentasikan) berupa dokumen tertulis maupun dokumen terekam. Dokumen
tertulis dapat berupa arsip, catatan harian, autobiografi, memorial, kumpulan surat
pribadi, kliping, dan sebagainya. Sementara dokumen terekam dapat berupa film,
kaset rekaman, mikrofilm, foto dan sebagainya.

3.3.3 Sumber Data Penelitian


a. Data Primer
Menurut Bungin, data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Rahmadi, 2011).
Dalam Penelitian ini data primer yang dimaksud adalah berupa informasi
langsung dari pemilik UD SAAS. Data yang diambil melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi ini merupakan data yang berkaitan dengan pendapatan
olahan pisang (sale pisang dan keripik pisang) pasca pandemi Covid-19 di UD
SAAS.
b. Data Sekunder
Menurut Bungin, data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Rahmadi, 2011). Dalam
penelitian ini data sekunder yang dimaksudkan adalah data yang bersumber dari
laporan keuangan olahan pisang (sale pisang dan keripik pisang) pasca pandemi
Covid-19 UD SAAS, buku, jurnal dan dokumen lain yang berhubungan dengan
fokus penelitian.

3.4 Metode Analisis Data dan Uji Keabsahan Data


3.4.1 Metode Analisis Data Penelitian
Teknik analisis data dapat dimaknai sebagai suatu proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar.
Setelah itu dilanjutkan dengan penafsiran (interpretasi) data. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa teknik analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk
melakukan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan. Yang dimaksud dengan Interpretasi data di sini adalah
memberi arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan
mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian (Rahmadi, 2011).
Metode Analisis Data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik
Deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole,
1995). Statistik Deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
(Sugiyono, 2007).
Varian Analisis Statistik Deskriptif yang digunakan:
1. Tabel
Tabel adalah daftar berisi ikhtisar dari sejumlah fakta dan informasi.
Bentuknya berupa kolom-kolom dan baris-baris. Tabel merupakan alat bantu
visual yang berfungsi menjelaskan suatu fakta atau informasi secara singkat, jelas,
dan lebih menarik daripada kata-kata. Sajian informasi yang menggunakan tabel
lebih mudah dibaca dan disimpulkan (Hasan, 2001).
2. Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah serangkaian diagram batang yang menggambarkan
frekuensi atau pengaruh dari proses atau keadaan atau masalah. Diagram diatur
mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah dari kiri ke kanan (Acmadi,
2009).
3. Grafik Garis
Grafik merupakan gambar yang terdiri atas garis dan titik-titik koordinat.
Dalam grafik terdapat dua jenis garis koordinat, yakni garis koordinat X yang
berposisi horisontal dan garis koordinat Y yang vertikal. Pertemuan antara setiap
titik X dan Y membentuk baris-baris dan kolom-kolom. Umumnya grafik
digunakan untuk membandingkan jumlah data. Selain itu, digunakan pula untuk
menunjukkan fluktuasi suatu perkembangan jumlah, misalnya dalam rentang
waktu lima tahun, enam tahun, sepuluh tahun, atau lebih. Dengan grafik,
perbandingan serta naik turunnya suatu jumlah data akan lebih jelas. Penyajian
data dalam bentuk grafik atau diagram bertujuan untuk memvisualisasikan data
secara keseluruhan dengan menonjolkan karakteristik-karakteristik tertentu dari
data tersebut. Jenis grafik atau diagram yang sering digunakan diantaranya adalah
histogram, diagram batang dan daun, diagram garis, diagram lingkaran dan
diagram kotak. (Hasan, 2001).

3.4.2 Metode Uji Keabsahan Data Penelitian


Menurut Sugiyono (2017) uji keabsahan data dalam penelitian, sering
hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif,
kriteria utama terhadap data hasil penelitian-penelitian adalah valid, reliabel dan
obyektif. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam hal
reliabilitas, Susan Stainback pada tahun 1988 yang juga dikutip dalam buku
Sugiyono (2017) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat
konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Sedangkan obyektivitas berkenaan
dengan “derajat kesepakatan” atau “interpersonal agreement” antar banyak orang
terhadap suatu data. Obyektif di sini lawannya subyektif. Data yang obyektif akan
cenderung valid, walaupun belum tentu valid.
Metode Uji Hipotesis yang digunakan adalah uji validitas dan uji
reabilitas. Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan
butir pernyataan dalam mendefinisikan variabel. Uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur kestabilan dan konsistensi respoden dalam menjawab pernyataan dalam
kuesioner.

3.5 Definisi Operasional


1. Pendapatan UD SAAS dari sale pisang adalah selisih antara penerimaan
penjualan sale pisang dan total biaya produksi sale pisang yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp/tahun).
2. Penerimaan UD SAAS dari sale pisang adalah hasil penjualan sale pisang yang
dihasilkan dari produksi sale pisang selama 1 tahun dikali dengan harga penjualan
sale pisang. Penerimaan UD SAAS dari sale pisang dihitung dengan satuan rupiah
(Rp/tahun).
3. Produksi sale pisang UD SAAS adalah besarnya jumlah produksi sale pisang
yang dihasilkan oleh UD SAAS yang datanya diambil satu tahun terakhir.
4. Harga sale pisang UD SAAS merupakan sejumlah uang yang diterima UD
SAAS dari penjualan sale pisang. Harga yang dipakai adalah harga rata-rata sale
pisang selama satu tahun. Harga sale pisang dihitung dengan rupiah per kilogram
(Rp/kg).
5. Biaya total dari produksi sale pisang UD SAAS adalah jumlah biaya variabel
dan biaya tetap UD SAAS untuk produksi sale pisang selama 1 tahun dan dihitung
dalam satuan rupiah (Rp).
6. Biaya variabel UD SAAS dalam memproduksi sale pisang adalah biaya yang
dipakai UD SAAS dalam memproduksi sale pisang dalam satu kali proses
produksi selama satu tahun. Biaya variabel dihitung dengan satuan rupiah (Rp).
10. Biaya tenaga kerja adalah sejumlah uang yang dikeluarkan UD SAAS untuk
membayar tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi sale
pisang di UD SAAS dalam satu kali proses produksi selama 1 tahun. Biaya tenaga
kerja dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
12. Biaya tetap UD SAAS dalam memproduksi sale pisang adalah biaya yang
penggunaannya tidak habis dalam satu kali proses produksi selama satu tahun dan
dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
13. Keuntungan UD SAAS dari sale pisang adalah selisih antara penerimaan
dengan seluruh biaya produksi sale pisang. Keuntungan dihitung dengan satuan
rupiah (Rp).

DAFTAR PUSTAKA

Julius R Latumaresa. 2015. Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi


Global. Jakarta: Mitra Wacana Media. Halaman: 308.

Iskandar Putong. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Halaman: 93.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman: 1.

Kantor Deputi Menegristek. 2012. Keripik Pisang. Jakarta: Kantor Deputi


Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.

Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan. 2022.

Statistik Hortikultura Statistics of Horticulture 2021. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2019. "Produksi Buah-buahan
Menurut Jenis Tanaman Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur (kuintal), 2017 dan 2018", https://jatim.bps.go.id/statictable/
2019/10/08/1599/produksi-buah-buahan-menurut-jenis-tanaman-
menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-kuintal-2017-dan-
2018.html, diakses pada 20 September 2022 pukul 14.33.

Bappeda Lumajang. 2020. Analisis Ekonomi Pembangunan Kabupaten Lumajang

2019. Lumajang: Bappeda Lumajang.

Putra A. Resky. 2022. Analisis Pendapatan Usaha Produk Kopi Sebelum dan
Saat
Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Usaha Kopi Ud. Master Kopi).
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mandavani A. Tufahati. 2022. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan


Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Pada
Saat Pandemi Covid-19 dan Saat Pemulihan Pasca Pandemi Covid
19 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.

Astuti S., 1989. Manfaat Buah Pisang. Bandung: Sinar Tani.

Firmansyah, I. 2012. Penentuan Ukuran dan Teknik Penyimpanan Benih Pisang

Kepok dari Bonggol. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suprapti, M. L. 2005. Aneka Olahan Pisang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


IPGRI. 1996. Discriptor for banana (Musa spp). Rome: International plant

genetic resources instute (IPGRI).

Haryani. 2017. Identifikasi Jenis Pisang Yang Di Budidayakan Masyarakat Di

Sekitaran Bendungan Batujai. Mataram: Universitas Islam Negeri

(UIN) Mataram.

Suyanti & Supriyadi, Ahmad. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan & Prospek

Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hapsari, L, dkk. 2015. Album Koleksi Pisang Kebun Raya Purwodadi seri 1:

2010- 2015. Purwodadi: Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi

Tumbuhan, Kebun Raya Purwodadi

Ritung, S., dkk. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian.

Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Fadila Marga Saty, M. I. 2016. Analisis Finansial Dan Resiko Investasi Teknologi

Pisang Kultur Jaringan Di Kabupaten Lampung Selatan. Lampung:


Universitas Lampung.

Mulyati, S. 2005. Aneka Olahan Pisang. Surabaya: Trubus Agrisarana.

Zainuddin Hariadi. 2020. Karakteristik dan Organoleptik Keripik Pisang (Musa


Paradisiaca) Menggunakan Vacuum Frying. Pangkajene: Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.

Tandiono, Nico dan Widiastri, Faradhita. 2016. Prarencana pabrik sale pisang

green tea kapasitas 345,6 ton/ tahun. Surabaya: Universitas Katolik

Widya Mandala.

Kasijadi, F. 2006. Penerapan Agribisnis Berbasis Pisang Spesifik Lokasi Pisang

Mas dan Agung. Surabaya: Pertanian BB2TP, BPTP Jawa Timur.

Udayana, I Gusti Bagus, M.Si. 2011. Peran Agroindustri Dalam Pembangunan

Pertanian. Singhadwal Edisi 44, Februari 2011.

Dwiyono, Kisroh. 2019. Agroindustri. Jakarta: Lembaga Penerbitan Universitas

Nasional (LPU-UNAS).

Husni, A., dkk. 2014. Analisis finansial usahatani cabai rawit (Capsicum
frutescens) di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan.

Samarinda: Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Ambarsari, W., dkk. 2014. Analisis pendapatan dan profitabilitas usahatani padi

(Oryza sativa) di Kabupaten Indramayu. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi M, 2003, Teori Ekonomi Mikro, Dilengkapi

Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta: Salemba Empat.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Panjaitan, Friska E. D., dkk. 2014. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan

Usahatani Jagung. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Pebriantari, Ni Luh Ade, dkk. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah

pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan. Kuta

Selatan: Universitas Udayana.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmadi. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT. Alfabeta.

Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: PT. Alfabeta.

Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif).

Jakarta: Bumi Aksara.

Acmadi,U. F. 2009. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

PT. Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai