TUGAS MATA KULIAH INDUSTRIALISASI PANGAN LOKAL UNGGULAN
OLEH NOVITA KARTIKA SARI NIM 191720101006
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER 2020 Tema Seminar: SINGKONG : PANGAN STRATEGIS SAAT PANDEMI COVID-19 DAN "THE NEW NORMAL". Narasumber: Ir. Arifin Lambaga, M.S.E., Ketua umum MSI, Presdir PT Mutu Agung Lestari. Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim. MPH. Sp. GK, Ketua Umum PP-PDGKI Universitas Hasanudin. Prof. Dr. Ahmad Subagio, Wk. Ketum Bidang Industri dan Teknologi MSI, Mocav Inventor, Ketua LP2M UNEJ. Prof. Dr. Enny Sudarmonowati, Dewan Pakar MSI. Tempat: MSI Webinar pada aplikasi ZOOM pada tanggal 16 Mei 2020 Tamu: Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng, Kepala Badan Ketahanan Pangan Poin-Poin Penting Yang Mengemuka Dalam Webinar MSI Kepala Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng menjelaskan tantangan ketahanan pangan dimasa dan pasca pandemi covid 19 adalah ketimpangan jumlah produksi dibandingkan preferensi konsumen, konsumsi (kualitas dan kuantitas), distribusi antar propinsi dan pulau, harga cenderung tidak berpola, dan kekeringan. Langkah antisipasif yang pelu dilakukan yaitu dengan menjamin ketersediaan pangan nasional, perbaikan distribusi dan sistem logistik pangan nasional, penguatan cadangan pangan dan lumbung pangan masyarakat, percepatan realisasi bantuan pemerintah, percepatan tanam, ekstensifikasi lahan rawa, dan pengembangan dan pemanfaatan pangan lokal. Potensi ubi kayu dan olahannya terus mengalami penurunan. Sasaran pengembangan industri pangan lokal dengan cara meningkatkan nilai tambah pangan lokal, menurunkan penyusutan hasil panen, menumbuhkan kemitraan dalam produksi dan pemasaran pangan lokal, dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pemberdayaan UMKM sektor pangan lokal. Potensi tepung ubi kayu untuk mensubtitusi tepung terigu sangatlah besar. Dengan subtitusi 1% dari tepung ubi kayu pada tepung terigu dapat menghemat anggaran 2,4 T. Kekurangan produk pangan indonesia adalah pada branding. Narasumber pertama adalah Ir. Arifin Lambaga, M.S.E. yang mengangkat tema “Posisi singkong sebagai bahan pangan di Indonesia”. Variasi produk berbahan singkong sudah sangat beragam. Fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Indonesia mengalami krisis pangan yaitu defisit pangan, potensi lahan yang tidak digunakan tinggi, impor bahan pangan yang besar, teknologi pengolahan pangan cukup tersedia, diversifikasi pangan stagnan, dan singkong sebagai sumber pangan potensial yang belum dimaksimalkan. Masalah yang muncul adalah singkong sudah ada dari dulu tetapi mengapa tidak menjadi pangan utama. MSI memberikan solusi dengan merubah mindset masyarakat, membuat gerakan-gerakan untuk mendorong singkong menjadi pangan utama, mendorong pemerintah untuk turut andil dalam pengembangan singkong, melakukan sosialisasi agar produk singkong semakin dikenal. Narasumber kedua adalah Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim. MPH. Sp. GK,., yang mengangkat tema “Singkong sebagai sumber pangan dan nutrisi”. Singkong adalah bahan panga luarbiasa ke 3 setelah beras dan jagung. Seluruh bagian singkong memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan manusia. kandungan nutrisi singkong sangat bergantung pada varietas dan wilayah penanamannya. Indonesia menempati posisi ke 3 produksi singkong terbesar di dunia. Penggunaan umbi singkong yang belum maksimum menjadi permasalahan karena singkong hanya digunakan untuk makanan selingan. Beberapa kelebihan dari umbi singkong seharusnya dapat menjadikan singkong sebagai bahan pangan utama pada pendemi covid 19. Nutrisi makro dari singkong tidak kalah dengan beras, namun kekurangannya singkong miskin mikro nutrisi, kandungan lemaknya sangat sedikit. protein dan asam amino singkong dalam kondisi segar lebih rendah dari pada singkong yang sudah diolah seperti tepung singkong. Cassava analog rice memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan beras. singkong memiliki kekurangan yaitu adanya kandungan sianida. Nara sumber juga mencontohkan makanan-makanan lokal berbahan baku singkong seperti thiwul, kasoami, oyek, dll. Kesimpulannya singkong dapat digunakan sebagai bahan subtitusi beras; keuntungan lain dari singkong kandungan glikemik rendah, tinggi serat, dan tinggi kandungan nutrisinya; seluruh bagian dari singkong dapat digunakan di berbagai sektor. Prof. Ahmad subagio sebagai narasumber ke tiga mengusung tema “Teknologi dan industrialisasi singkong sebagai bahan pangan strategis menghadapi masa pandemi covid 19 dan “the new normal”. Nara sumber menyatakan berdasarkan join statemen covid 19 oleh FAO bahwa pada masa pandemi covid 19 seperti ini akan berdampak pada pasokan logistik. Logistik sangat penting sekali pada ketahanan pangan. Jika pasokan logistik terhambat dikarenakan proses pembatasan akses maka akan menjadi masalah pangan bagi beberapa wilayah. Permasalahan lain adalah terganggunya rantai pasok bahan pertanian seperti pupuk dan kemudian barulah menyebabkan ketersediaan akan bahan pangan menjadi terganggu. Narasumber juga menyatakan setuju dengan pendapat dari nara sumber yang lain bahwa dengan adanya Covid 19 akan memberikan dampak luar biasa apabila tidak menyiapkan diri. Pandemi covid 19 bisa menjadi sebuah kesempatan dan kesuksesan apabila bisa berinovasi khususnya dalam hal pangan (singkong). Adanya the new normal akibat adanya covid membuat orang berubah cara berfikirnya terhadap pangan. Adanya covid mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang lebih beragam. Ada 6 item pangan yang akan berkembang pada The new normal setelah Covid 19 yaitu: Functional ingredient, makanan-makanan yang penting bagi kesehatan semakin dicari oleh konsumen; Accelerating online delivery, penjualan online pesan antar akan meningkat; Local sourcing get consumer backing, sumber daya lokal menjadi terangkat karena kecepatan akses; Affordable packaging solutions, mencari kemasan produk yang lebih murah (berasal dari alam); Food hygiene is imperative (kebersihan makanan); serta Agricultural technology for supply chain efficiency, terciptanya teknologi untuk meningkatkan efisiensi. Pembatasan akses barang dan manusia akan membuat permintaan makanan-makanan lokal semakin meningkat. gerakan untuk memaksimalkan makanan lokal dikenal sebagai ‘locavore’. Beberapa contoh locavore adalah ada sebuah warung makan dimana bahan baku dan proses pengolahan masakannya semua berasal dari daerah tersebut. Contoh lainnya adalah penggantian kedelai (impor) pada tempe dengan kacang-kacangan lokal. Makanan lokal tidak hanya diartikan sebagai makanan asli daerah tetapi juga makanan yang bergerak tidak terlalu jauh dari wilayah asalnya. Prof. Ahmad Subagio sepakat dengan narasumber yang lain bahwa singkong memiliki kandungan yang sangat penting dari daun hingga akar. Namun beliau menolak apabila singkong dikatakan sebagai tanaman yang rakus unsur hara. Singkong membutuhkan unsur hara lebih sedikit daripada tanaman pangan yang lain. Singkong juga dapat diolah menjadi beberapa produk makanan saja tetapi juga industri-industri yang lain yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Narasumber mencotohkan negara Nigeria yang memiliki slogan “no casava no power”. Makanan pokok warga nigeria berasal dari singkong. singkong sebagian besar diolah menjadi “Garri dan fufu” oleh industri kecil. Dari dalam negeri narasumber mencontohkan enbal dari Maluku Barat Daya. Pada kegiatan industri singkong baik itu skala kecil maupun besar perlu diperhatikan rantai agrobisnisnya. Beberapa permasalahan yang muncul pada industri pengolahan singkong seperti breeding technology yang dimulai dari penentuan varietas singkong yang akan ditanam dan teknologi eliminasi sianida. Teknologi singkong skala kecil yang perlu dikembangkan saat pandemi covid 19 dan the new normal terdiri dari bersifat lokal bahkan subsistence, sederhana tapi tepat guna, tailor made (sesuai pesanan), bersifat costumer awareness. Hal ini dicontohkan dengan penanaman singkong dalam pot, penyediaan pupuk organik dari sampah rumah tangga, pengolahan singkong disawut jadi beras “singsaras”, frozen casava, pengolahan thiwul, mie mojang (mocaf jagung), dan projek ‘caping basunanda’. Pada industri besar perlu dikembangkan orientasi keuntungan, skala ekonomi dengan volume tinggi, down stream untuk supply chain, manageable and controllable, mekanisasi, dan nilai tambah tinggi. Industri besar perlu juga meningkatkan teknologi pengolahan kebun singkong dengan pengembangan inti plasma, penjadwalan, dan manajemen kebun, pengembangan otomasi dan mekanisasi pengelolaan kebun singkong seperti mesin penanam singkong, mesin industri pengolahan singkong. Narasumber ke empat adalah Prof. Dr. Enny Sudarmonowati yang mengangkat tema “Singkong sebagai pangan berkualitas andalan saat dan pasca pandemi covid 19: status penelitian dan pengembangan di Indonesia”. Pangan pada masa pandemi covid 19 haruslah berkualitas, kuantitas mencukupi dan mudah dijangkau. Pangan berkualitas yang dapat meningkatkan imunitas secara alami tidak ungkin dimiliki oleh singkong secara alami, namun bisa didapatkan dari hasil seleksi, perbaikan genetik dan modifikasi pati. Kuantitas pangan haruslah memiliki kepastian jumlah yang didapatkan dari penanaman masal lewat komunitas, strategi cluster, memiliki sifat lebih resisten terhadap iklim ekstrim. Keterjangkauan pangan ditunjukkan dari harga, tata niaga dan akses pemasaran. Narasumber menyatakan bahwa produktifitas singkong lebih tinggi daripada padi jagung dan kedelai akan tetapi luas lahan justru semakin menurun. Beberapa topik riset yang sedang berjalan dan sudah sukses adalah perakitan bibit unggul dan perbanyakan bibit (rekayasa genetika, seleksi koleksi, dll) dan pengolahan pasca panen (misal: mocaf dan pati resisten). Potensi peningkatan nutrisi pada ubi kayu melalui pemuliaan tanaman adalah dengan penambahan beta karoten, pati resisten, zinc dan protein. Tanaman ubi kayu pelu dilakukan pemuliaan tanaman/ perbaikan genetik yang dilakukan secara bioteknologi sehingga menghasilkan pangan untuk kesehatan. Penelitian dan pengembangan ubi kayu kaya/tinggi beta karoten (KBK) jika diolah maka dapat menghasilkan mocaf KBK dan mocaf KBK pati resisten. Hasil penelitian sudah ditemukan beberapa varietas ubi kayu yang memiliki pati resistan dan beta karoten. Selain menghasilkan varietas unggul penelitian yang dilakukan juga mengusahakan agar ubi kayu yang dipanen tidak mudah busuk. Penelitian hilir dilakukan pada produk olahan ubi kayu seperti daya mengembang, ukuran granula pati, produk berbasis tepung ubi kayu, dan uji pasar produk berbasis mocaf. Singkong dapat diandalkan disaat dan pasca pandemi covid 19. Ada dua pertanyaan dari audiens yang dibahas pada webinar yaitu bagaimana cara menghadapi politik dumping dan bagaimana caranya agar dapat bersinergi dengan MSI serta cara agar singkong sejajar dengan panjale. Cara agar dapat bersinergi dengan MSI adalah dengan memilih produk lokal yang tepat dikembangkan di suatu wilayah. Produk tidak dalam bentuk bahan mentah tetapi bahan setengah jadi atau produk siap pakai. Promosikan produk dari sisi kesehatannya. Peran pemerintah dan melibatkan industri besar pada pengolahan sangatlah penting untuk menghindari politik dumping.