Anda di halaman 1dari 170

Curah Pikir

Mahasiswa Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin
dalam Lomba Artikel Ilmiah Populer

peternakan
Tahun 2020

& pandemi
covid-19
Jasmal A Syamsu
Editor
Peternakan & Pandemi Covid-19

Jasmal A Syamsu
Editor
Peternakan & Pandemi Covid-19

Editor
Jasmal A Syamsu

Layout/Desain Sampul
Fadhlirrahman Latief

Penerbit Indicus
Lembaga Pengembangan Sumberdaya Peternakan
Institute for Development of Livestock Resources
(INDICUS)
Jl. Sastra I Blok A No.35B Kompleks Unhas Antang,
Makassar-Indonesia

Cetakan Pertama, Oktober 2020

ISBN 978-623-95090-0-2
14,8 x 21 cm ; viii+160 halaman

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar

Sambutan Dekan Fakultas Peternakan Universitas


Hasanuddin

Bagian Pertama :
Peternakan di Masa Pandemi Covid-19

1. Corona Menyerang, Peternak Menjerit


(Husnul Qhatimah)… 3
2. Di Masa Pandemi Covid-19, Peternak Itik Semakin
Terpinggirkan
(Putri Indrasari)… 9
3. Mengonsumsi Susu untuk Meningkatkan Imun Tubuh
Dimasa Pandemi Covid-19
(Muh. Alfian H)… 15
4. Optimalisasi Produktivitas Ternak Unggas Dimasa
Pandemi Covid-19
(Yuliani)… 21
5. Akibat Pandemi Covid-19 Peternak Ayam Mandiri
Murung Hingga Gulung Tikar
(Nurjanna)… 27
6. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peternakan Ayam
Pedaging
(Muhammad Alwi Akbar)… 33
7. Peran Peternakan dalam Pencegahan Stunting dan
Pemenuhan Gizi di Tengah Pandemi Covid-19
(Munawwara Ildana) … 39
8. Beternak Puyuh Skala Rumahan di Tengah Wabah Covid-
19
(Syamratul Qalbih) … 47

iii
Bagian Kedua :
Peternakan Rakyat dan Protein Hewani

1. Whey : Sisa Pengolahan Dangke menjadi Bioetanol


(Nurfauzan) … 59
2. Melirik Peluang Usaha Beternak Belibis
(Relli)… 65
3. Indigofera : Pakan Hijauan Kaya Protein
(Zulfiqih Matra Palompai)… 73
4. Integrasi Analisis Metagenomik dan Metatranskriptomik :
Strategi Pengolahan Pakan di Era Modern
(Ashariah Hapila) … 81
5. Teknologi Proses Produksi Telur Asin Berbasis Dehidrasi
Osmosis (Asrullah As) … 87
6. Artificial Fields : Solusi Lahan Tanaman Pakan
(Richard Halldy Maonang C) … 95

Bagian Ketiga :
Kebijakan Pengembangan Peternakan

1. Regulasi Omnibus Law : Mau Ke Mana Peternak Rakyat?


(Aan Darmawan Saputra) … 103
2. Peluang Daerah Penyangga Ibukota Negara Baru dalam
Penyediaan Daging Sapi
(Muhammad Fajar Amrullah) … 113
3. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri
Perunggasan
(Muh. Akram) … 121
4. Pentingnya Komitmen Menyelesaikan Isu Peternakan
yang Semakin Terpuruk
(Reski Amalia) … 131
5. Membangun Peternakan Rakyat yang Berdaya Saing
(Sarah Karuru) … 137
6. Kendalikan Penyakit Ternak Melalui Inovasi Program
Terbaru (Ichlasul Amal)… 143

iv
7. Menjawab Tantangan Sulawesi Selatan Menuju Lumbung
Sapi Potong Indonesia
(Wahyu Jaelani S) … 149
8. IA-CEPA : Melemahkan Asa Peternak Rakyat?
(Fadhil Muharram) … 155

v
Kata Pengantar

Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat intelektual memiliki


tanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Mahasiswa diharapkan mampu menyebarkan
ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai bidangnya kepada
masyarakat.

Terdapat dua puluh dua tulisan Mahasiswa Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin yang tersaji dalam buku Peternakan &
Pandemi Covid-19. Tulisan tersebut merupakan artikel
mahasiswa yang telah menuangkan ide dan gagasannya dalam
bentuk tulisan sebagai peserta Lomba Artikel Ilmiah Populer
Tahun 2020.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, mahasiswa telah


menunjukkan kemampuannya dalam menulis artikel. Buku ini
memuat tiga bagian bahasan yaitu bagian pertama adalah
peternakan di masa pandemic covid-19 (8 artikel), bagian kedua
adalah peternakan rakyat dan protein hewani (6 artikel), serta
bagian ketiga adalah kebijakan pengembangan peternakan (8
artikel).

Adakah buku ini komprehensif atau tidak, bukanlah hal yang


patut diperdebatkan, karena buku ini adalah wadah proses
pembelajaran bagi mahasiswa. Semoga buku ini sebagai pemicu
tumbuhnya semangat dan kemauan mahasiswa dalam mengasah
kemampuan dalam menulis.

Makassar, Oktober 2020

Jasmal A Syamsu
Editor

vi
Sambutan
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas


limpahan rahmat dan taufiq-Nya sehingga buku dengan judul
Peternakan & Pandemi Covid-19 dapat diterbitkan. Buku ini
merupakan kumpulan artikel peserta Lomba Artikel Ilmiah
Populer Tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.

Melalui Lomba Artikel Ilmiah Populer Tahun 2020, mahasiswa


mendapatkan wadah untuk menyalurkan dan meningkatkan
kemampuan dan kapasitasnya dalam literasi dengan
menuangkan ide dan gagasannya dalam sebuah artikel ilmiah
populer.

Rasa bangga, apresiasi yang tinggi serta terima kasih


disampaikan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin yang telah berkontribusi sebagai
penulis dalam buku ini. Semoga di masa mendatang, kegiatan
seperti ini terus ditingkatkan dalam rangka pengembangan
kemahasiswaan melalui penalaran ilmiah.

Semoga buku ini memberi manfaat kepada seluruh pembaca


dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Aamiin

Makassar, Oktober 2020


Dekan

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc., IPU

vii
viii
BAGIAN PERTAMA

Peternakan di Masa
Pandemi Covid-19

1
2
Corona Menyerang,
Peternak Menjerit
Husnul Qhatimah (I011181402)

Tahun 2020 diawali dengan sesuatu yang berbeda dari tahun-


tahun sebelumnya. Siapa sangka di tahun ini dunia dikejutkan
dengan wabah virus corona (Covid-19) yang menginfeksi
hampir seluruh negara di dunia. Terhitung sejak 30 Januari 2020,
WHO telah menetapkan wabah virus ini sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) atau yang lebih dikenal
dengan situasi darurat global. Penyebarannya yang sulit
dikendalikan mengakibatkan kasus meningkat secara signifikan
di tiap harinya. Di Indonesia sendiri, BNPB telah mengeluarkan
Surat Keputusan darurat bencana yang berlaku selama 91 hari
terhitung sejak tanggal 29 Februari – 29 Mei 2020.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah demi memutus mata


rantai penyebaran Covid-19 ini, salah satunya dengan
menerapkan Physical Distancing. Konsep yang mengharuskan
seseorang menjaga jarak dengan manusia lainnya dan tidak
melakukan kontak langsung dengan orang lain, serta

3
menghindari perkumpulan. Namun yang menjadi permasalahan,
kebijakan ini ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan
masyarakat tetapi juga berimbas buruk pada perekonomian
masyarakat yang semakin menurun. Salah satu kalangan
masyarakat yang terdampak adalah pekerja di sektor informal
seperti peternak. Banyak peternak, yang mengalami kerugian
akibat terganggunya kegiatan produksi dan distribusi pemasaran
produk pangan peternakan di seluruh wilayah Indonesia.
Kondisi ini sebagai akibat dari pembatasan aktivitas fisik yang
menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk pangan
hewani seperti daging, susu, dan telur.

Meskipun pemerintah telah merevisi regulasi harga acuan


daging ayam ras dan telur melalui Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 yang mulanya
harga acuan pembelian daging dan telur ayam ras di petani
berkisar Rp. 18.000 – Rp. 20.000 per kilogram meningkat
menjadi Rp. 19.000 – Rp. 21.000 per kilogram dan harga acuan
penjualan di konsumen dari Rp. 34.000/kg menjadi Rp.
35.000/kg untuk daging ayam sedangkan untuk telur sendiri
memiliki harga acuan penjualan di konsumen dari Rp.
23.000/kg menjadi Rp. 24.000/kg, tetapi hal ini justru tidak
membuat para peternak tersenyum melainkan menjerit akibat
kurangnya permintaan pasar yang berbanding terbalik dengan
hasil panen yang melimpah. Rendahnya permintaaan pasar
disebabkan banyak sektor ekonomi seperti rumah makan,
warung, restoran, usaha catering dan usaha lainnya yang
memanfaatkan pengolahan daging ayam tidak beroperasi.
Untuk mengatasi masalah ini, para peternak ayam mengambil
langkah yang tidak biasa yakni dengan menjual ayamnya
dibawah harga acuan.

Kerugian yang diperoleh tentu saja sangat besar mengingat


biaya produksi yang tidak sedikit. Tingginya biaya produksi tak
lain disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku

4
pembuatan pakan yang disebabkan sebagian besar berasal dari
luar dan kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar
Amerika Serikat. I Ketut Diarmita, Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) berpendapat
bahwa diperlukan adanya pengembangan usaha produksi pakan
mandiri yang dikelola langsung oleh masyarakat secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan pakan lokal
sehingga pakan unggas dapat disediakan secara mandiri tanpa
melakukan impor lagi.

Disisi lain, peternak rakyat yang mengelola dan memasarkan


produk hasil ternaknya secara mandiri mengalami kesulitan
dalam hal pemasaran produk. Hal ini dikarenakan selama ini
mereka melakukan pemasaran produk secara konvensional
dimana memerlukan adanya tatap muka antara penjual dan
pembeli. Namun dengan adanya pandemi Covid-19
memberikan batasan terhadap ruang aktivitas manusia. Secara
tidak langsung pandemi ini memaksa kita memutar otak dan
menemukan cara untuk menyelamatkan produk hasil
peternakan. Salah satunya yaitu dengan menerapkan digitalisasi
dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek ekonomi.
Perangkat digital dapat dijadikan sebagai wadah dalam
memasarkan produk peternakan misalnya melalui iklan di media
sosial untuk menarik pembeli. Kemudahan transaksi jual beli
menajdi nilai plus dalam penerapannya. Selain itu, pemanfaatan
media online untuk memasarkan produk peternakan juga telah
mampu memperpendek rantai pasok produk peternakaan.

Pola usaha ternak ayam pedaging terbagi menjadi dua yakni pola
usaha peternak mandiri dan pola usaha peternak kemitraan.
Pola usaha peternak mandiri memiliki keterbatasan dalam hal
sumber daya manusia dan sumber daya modal serta usaha yang
bergantung pada situasi. Oleh karena itu, peternak mandiri
menjadi salah satu yang rentan merasakan dampak dari adanya
wabah covid-19 ini. Terlebih lagi kemampuan memasarkan hasil

5
panen yang masih dilakukan secara konvensional. Namun tidak
menutup kemungkinan peternak kemitraan juga merasakan
dampak dari pandemi ini yakni berimbas pada penurunan
produksi bahkan bisa saja penghentian operasional untuk
sementara waktu oleh pihak mitra.

Jauh sebelum corona menyerang, peternak juga kerap kali


mengalami kesulitan terkait jatuhnya harga ayam hingga jauh di
bawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Faktor penyebab
utamanya yaitu oversupply. Hanya saja kali ini diperparah
dengan adanya pembatasan sosial terkait pandemi sekaligus
penurunan daya beli yang mempengaruhi penurunan
permintaan daging ayam.

Terkait kondisi yang seperti ini, perlu adanya perhatian


pemerintah terhadap peternak utamanya bagi peternak mandiri.
Program pasar murah dapat menjadi salah satu solusi
menanggapi permasalahan yang terjadi dimana pemerintah yang
memfasilitasi dengan membeli ayam dari peternak mandiri serta
memberi bantuan langsung pada masyarakat dalam bentuk
ayam, sebagaimana amanat Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 yang berbunyi
“Dalam hal harga di tingkat petani berada di bawah Harga
Acuan Pembelian di Tingkat Petani, Menteri dapat menugaskan
badan usaha milik negara untuk melakukan pembelian sesuai
dengan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani setelah
mendapatkan persetujuan menteri yang menyelenggarakan
urusan di bidang badan usaha milik negara”. Dalam pasal
tersebut pemerintah dalam hal ini BUMN yang ditugaskan
berkewajiban untuk melakukan pembelian dengan harga acuan
yang telah ditetapkan yakni sebesar Rp. 19.000/kg.

Namun hingga saat ini tanda-tanda realisasi janji pemerintah


untuk menyerap ayam peternak melalui BUMN belum juga
terlihat. Padahal peran pemerintah sangat diperlukan untuk

6
menyelamatkan para peternak dari kebangkrutan. Untuk itu,
diharapkan pemerintah meninjau kembali pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agrofarm. Kementan : Kemandirian Pakan Penting di Tengah


Pandemi Covid-19. https://www.agrofarm.co.id/
2020/06/24355/. (diakses 10 Juli 2020)
Annisa, D. 2020. Situasi Terkini Perkembangan Novel
Coronavirus (2019-nCoV) 31 Januari 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-
emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-
perkembangan-novel-coronavirus-2019-ncov-31-
januari 2020/#.XwjTcW1KjIV. (diakses 12 Mei 2020)
Arifin, D. 2020. Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana
Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia.
https://bnpb.go.id/berita/status-keadaan-tertentu-
darurat-bencana-wabah-penyakit-akibat-virus-corona-
di-indonesia-. (diakses 12 Mei 2020)
Menteri Perdagangan Republik Indonesia. 2018. Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 96
Tahun 2018 Tentang Harga Acuan Pembelian di
Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat
Konsumen. Berita Negara Republik Indonesia. Jakarta
Menteri Perdagangan Republik Indonesia. 2020. Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2020 Tentang Harga Acuan Pembelian di
Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat
Konsumen. Berita Negara Republik Indonesia. Jakarta

7
8
Di Masa Pandemi Covid-19,
Peternak Itik Semakin
Terpinggirkan
Putri Indrasari (I11116348)

Pertengahan bulan November 2019 perencanaan peningkatan


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sektor
peternakan mulai diperbincangkan khususnya pada
pengembangan ternak itik. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (2019) bahwa Dirtjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian menyatakan potensi ekspor itik
terbuka luas karena produksi komoditas tersebut surplus di
Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki surplus itikyang cukup
besar. Berdasarkan data pada 2018, kebutuhan nasional untuk
itik sebesar 265 ton, sedangkan produksi daging itik tahun 2019
adalah sebesar 38,04 ribu ton, sehingga masih terbuka luas
kesempatan untuk diekspor ke luar negeri.

Di Indonesia, ternak itik penghasil daging dan telur cukup


potensial disamping ayam. Kelebihan dari lebih tahan penyakit
dibandingkan ayam ras. Umumnya, itik masih dipelihara secara

9
tradisional, penggembalaan berpindah-pindah dari sawah satu
ke sawah yang lain. Semakin sempitnya areal penggembalaan,
banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida,
maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
Salah satu usaha yang mampu mengatasi adalah mengalihkan
sistem pemeliharaannya ke sistem intensif berbasis teknologi
melalui pendampingan yang dilakukan oleh berbagai stakeholder.
Hal ini dilakukan agar produktivitas itik lebih tinggi, kesehatan
dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan
lebih efisien.

Semakin meningkatnya pemeliharaan itik secara intensif serta


pendampingan yang diterapkan kepada peternak maka
pengetahuan dan keterampilan peternak juga akan semakin
meningkat. Sebelum pandemi ini beberapa perancangan
kementerian pertanian Dirtjen Peternakan dan Kesehatan
hewan mengupayakan pada program tahun 2020 peningkatan
UMKM menjadi salah satu program terbesar dibuktikan dengan
adanya penyaluran KUR bekerjasama dengan BRI. Hal ini
bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM untuk
berupaya bergerak secara mandiri.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas


pemerintah dalam mendukung UMKM dan koperasi berupa
kebijakan pemberian kredit untuk pembiayaan modal kerja atau
investasi kepada debitur, baik debitur perseorangan, badan
usaha, dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak,
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan
tambahan belum cukup. Sebagai upaya meningkatkan akses
pembiayaan untuk usaha peternakan, Pemerintah kembali
menyalurkan KUR khusus peternakan rakyat. KUR diharapkan
dapat menggerakkan perekonomian di pedesaan yang dikelola
oleh rakyat, hal ini yang menunjukkan keberpihakan Pemerintah
rakyat terutama UMKM. Dia menegaskan, Pemerintah siap
membantu rakyat untuk membuka pekerjaan sendiri, sehingga

10
generasi muda pedesaan tidak perlu mengandalkan lapangan
kerja dari pabrik atau mencari pekerjaan ke kota. Dengan KUR
dapat berwirausaha, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan
membangun desa.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bakal terus


mendorong sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) di
bidang peternakan terus berkembang. Peningkatan produksi
dan kualitas hasil ternak bakal jadi fokus dalam implementasi
strategi program di 2020. Menurutnya, rencana bisnis
peternakan perlu dipersiapkan dengan matang terutama di
tingkat daerah. Dalam waktu dekat rencananya 34 provinsi akan
diberikan indukan ternak unggulan untuk menumbuhkan
wirausahawan dan memenuhi kebutuhan daging di daerahnya
sendiri.

Peluang pasar untuk komoditas peternakan di pasar global


masih sangat terbuka. Adanya permintaan dari negara di daerah
Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia sangat
berpotensi untuk dilakukan penjajakan. Keunggulan halal dari
kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor
produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara dengan
penduduk mayoritas muslim lainnya. Termasuk dukungan
terhadap pengembangan pariwisata halal yang secara
internasional mulai berkembang pesat dewasa ini.

Berbagai perancangan dan penyusunan program telah diusung


untuk bersama dan berkolaborasi dalam peningkatan UMKM
Peternakan sektor Unggas (pengembangan itik lokal dari hulu
ke hilir), melakukan pendampingan kepada peternak dalam
peningkatan UMKM berbasis teknologi dan digitalisasi,
pengawasan pengenalan start up yang juga senantiasa untuk di
upayakan. Akan tetapi, pengaruh pandemi Covid-19 semakin
meningkat dalan salah satu sektor memiliki pengaruh besar
terletak pada sektor perekonomian dibuktikan hingga akhir

11
bulan mei 2020 korban PHK mengalami peningkatan sebesar
2% setiap minggunya, tarik ulur tiker oleh peternak baik itu
peternak yang membangun secara mandiri maupun melalui
mitra strategis, hampir mencapai 2% peningkatan terhadap
perusahaan yang mulai bangkrut dikarenakan belum memiliki
kesiapan diri menghadap pandemi tersebut.

Peternakan menjadi satu-satunya subsektor yang petaninya atau


peternaknya mengalami defisit selama pandemi Covid-19
(Februari 2020-April 2020). Hal itu bisa terlihat dari Nilai Tukar
Petani Peternakan yang berada di bawah angka 100. Sekarang
pertanyaannya adalah, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah
satu yang mungkin terjadi adalah permintaan terhadap
komoditas hasil ternak menurun. Selama pandemi konsumsi
masyarakat terhadap daging, telur, susu berkurang. Masyarakat
lebih memilih untuk mengkonsumsi tanaman obat semacam
jahe, kunyit, serai yang berfungsi penambah imun tubuh. Hal
tersebut terbukti dengan naiknya Indeks Harga yang diterima
petani tanaman obat dari Februari 2020 Maret 2020 mencapai
2,77%, dan dari Maret 2020-April 2020 mencapai 2,65%. Dalam
posisi ini, peternak khususnya komoditas hasil ternak harus
cerdas mengambil peluang yang ada. Dalam kondisi
#Dirumahaja, pemanfaatan media sosial dalam memasarkan
produknya dapat menjadi alternatif. Apalagi ditambah dengan
fasilitas gratis ongkos kirim bagi konsumen jarak dekat.

Dari berbagai permasalahan dan rangkaian diatas maka perlu


pengoptimalan usaha dan kerja keras serta kolaborasi antara
pemerintah, Stakeholder, dan industri peternakan untuk
membantu meningkatkan pengembangan peternakan itik atau
pelaku UMKM yang berkelanjutan di Indonesia. Beberapa hal
berikut yang perlu diupayakan sebagai berikut.
1. Perbaikan dan peningkatan mutu sumber daya manusia
(SDM) peternakan. SDM peternakan meliputi
peternak/kelompok peternak, pengusaha atau asosiasi di

12
bidang peternakan, instansi pemerintah, lembaga penelitian,
perguruan tinggi dan masyarakat pemerhati perlu
diwujudkan dalam satu wadah konsorsium atau forum
untuk berkolaborasi memecahkan sebuah permasalahan
dan menciptakan solusi yang tidak hanya terhenti pada
konsep dan ide tetapi bergerak untuk melakukan perubahan.
2. Perbaikan dan perkembangan organisasi peternak dan
sektor peternakan ini perlu dirativikasi kembali dengan baik.
3. Pengadaan bahan pakan ternak juga perlu mendapatkan
perhatian serius.
4. Pengawasan perbibitan dan mutu genetik ternak. Jenis atau
bangsa ternak yang perlu mendapat perhatian besar adalah
jenis ternak lokal dengan pertimbangan bahwa ternak
tersebut telah beradaptasi dengan lingkungan.
5. Peningkatan mutu budidaya ternak itik. Perlu adanya
konsolidasi forum untuk melakukan pendampingan
peternakan itik dari hulu ke hilir bukan hanya sebagai
budidaya ternak sampingan dari ayam.
6. Peningkatan kondisi pemasaran ternak. Secara individu
peternak tidak memiliki posisi tawar yang melindungi
peternak pada transaksi jual ternak di pasar hewan. Banyak
kejadian peternak memasarkan ternaknya mendapatkan
dampak negatif terutama tentang penentuan harga transaksi,
penaksiran bobot badan dan berat daging bersih oleh
pedagang perantara yang akibatnya merugikan peternak dan
berada pada posisi yang kurang berdaya.

Untuk perancangan beberapa tahun kedepan melihat


peternakan Indonesia yang berkelanjutan maka perlu adanya
kolaborasi dari peternak, asosiasi penggerak peternakan dan
lembaga pemerintahan, kebijakan oleh lembaga independen dan
hasilnya menjadi kebijakan dalam penyusunan program
beberapa tahun kedepan dengan harapan setiap tahunnya dapat
direncanakan suatu kegiatan yang tepat sasaran dan efektif

13
sebagai pemacu terhadap pelaksanaan pembangunan
peternakan yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Peternakan Itik.


Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. Bank Indonesia
Gayati., M. 2019. Kementan sebut potensi ekspor itik dan pakan
ternak terbuka luas.
https://www.antaranews.com/berita/1030218/kemen
tan-sebut-potensi-ekspor-itik-dan-pakanternak-
terbuka-luas Diakses pada tanggal 23 Januari 2019.
Leksono., T., F. 2015. Analisis Strategi Pelaku UMKM Dalam
Mengembangkan Usaha Pada Perekonomian Daerah.
JESP No. 2:7.
Murfiani., F. 2019. Selama 4 tahun, KUR Peternakan Mencapai
Rp. 14,4 Trilliun.
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/selama-4-tahun-kur-
peternakan-mencapai-rp-14-4-triliun-untuk-687897-
debitur. Kementan RI. Diakses pada tanggal 09 Februari
2019.
Syafriadi., A. 2020. Sektor Peternakan dituntuk lebih
berkelanjutan. https://akurat.co/ekonomi/id980149-
read-sektor-peternakan-dituntut-lebih-berkelanjutan.
Akurat.co. diakses pada tanggal 27 Januari 2020.

14
Mengonsumsi Susu untuk
Meningkatkan Imun Tubuh
Dimasa Pandemi Covid-19
Muh. Alfian H (I011171024)

Virus yang menyebar pada tahun 2019 dan puncak penyebaran


pada tahun 2020 telah menyebabkan berbagai kerugian di muka
bumi ini banyak yang mengalami kerugian dari segi ekonomi
maupun dari segi sosial, seluruh masyarakat dihimbau agar tetap
dirumah untuk menghindari Covid-19 (Coronavirus Diesease) yang
telah merenggut banyak nyawa di muka bumi ini. Seluruh
aktivitas seperti pekerjaan, pendidikan dan aktivitas lainnya
dihimbau agar bekerja dari rumah saja, semakin hari jumlah
korban jiwa dari virus ini semakin meningkat, segala upaya telah
dilakukan oleh pemerintah seperti PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) namun virus juga semakin menyerang,
pemerintah menghimbau kepada masyarakat agar terus menjaga
kesehatan dan meningkatkan imun tubuh agar bisa terhindar
dari Covid-19 upaya yang dapat dilakukan agar terhindar dari
Covid-19 yaitu mencuci tangan dengan benar , menggunakan
APD seperti masker, menerapkan Physical Distancing dengan
orang lain, dan menjaga daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh

15
sangat mempengaruhi kesehatan tubuh karna apabila daya tahan
tubuh yang dimiliki turun, penyakit akan dengan mudahnya
masuk kedalam tubuh oleh sebab itu kita diperlukan untuk terus
menjaga daya tahan tubuh seperti mengomsumsi buah-buahan
dan susu tetapi sayangnya banyak masyarakat terutama
Indonesia masih kurang dalam mengomsumsi buah-buahan dan
susu.

Konsumsi susu di indonesia masih dalam kondisi yang minim


yaitu 16,53 liter kapita/tahun dibandingkan dengan sejumlah
negara yang berada di wilayah ASEAN, tentu hal ini menjadi
tantangan bagi pemerintah khususnya instansi yang terkait
untuk mengatasi permasalahan tersebut (Badan Pusat Statistik,
2017). Dan terkait fakta diatas, maka gizi menjadi salah satu
faktor penting yang berperan dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia. Tentunya gizi diperlukan bukan hanya
bagi pertumbuhan namun juga bagi kesehatan setiap manusia.
Sejak manusia berada dalam kandungan sampai mencapai usia
lanjut maka gizi yang baik sangat diperlukan bukan hanya untuk
bertahan hidup namun juga untuk mencapai produktivitas yang
optimal.

Gizi sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.


Gizi yang baik akan mempengaruhi perkembangan tubuh dari
sejak usia kandungan sampai usia tua. Bukan hanya faktor fisik
namun juga mental dan kemampuan berpikir akan dipengaruhi
oleh konsumsi gizi. Dalam membahas persoalan gizi, maka salah
satu elemen penting didalamnya adalah susu. apa lagi susu ini
merupakan produk yang dihasilkan asal ternak yang memiliki
fungsi sebagai sumber energy untuk metabolism tubuh karena
memiliki gizi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Selain itu susu juga mempunyai zat
antibody yaitu immunoglobulin yang baik untuk daya tahan
tubuh anak yang sedang tumbuh (Saleh, 2004). Tentunya dari
zat dimiliki susu yang berpengaruh langsung dengan tubuh

16
manusia membuat orang-orang hampir setiap hari
mengkonsumsinya. Apa lagi pada pandemi Covid-19 ini
meningkatkan kesadaran hidup sehat banyak orang. salah satu
yang menjadi concern adalah pemenuhan gizi sebagai modal
utama membangun imunitas tubuh. Salah satu cara yang bisa
dilakukan dalam pemenuhan gizi, yaitu dengan meminum susu
setiap hari. Hal itu pernah disampaikan oleh ketua umum
Pergizi Pangan Indonesia Prof. Hardiansyah menjelaskan
bahwa susu merupakan pelengkap pemenuhan kebutuhan gizi
bagi semua orang yang bisa mengonsumsinya.

Banyak yang beranggapan, susu hanya baik dikonsumsi oleh


anak, namun alangkah lebih baiknya susu juga dikonsumsi setiap
hari oleh remaja dan orang dewasa. Karena seperti kita ketahui
pasien Covid-19 lebih banyak dari usia lanjut usia (Lansia) dan
mereka memerlukan pemenuhan gizi untuk tubuh mereka saat
itu. Sayangnya belum banyak dari masyarakat yang memahami
hal tersebut, diukur dari rendahnya konsumsi susu penduduk
Indonesia yang rata-rata adalah 17 kg perkapita pertahun.
apalagi Covid-19 diketahui menyerah seseorang yang memiliki
imunitas tubuh yang lemah. Jadi, jika masyarakat kekurangan
mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, maka daya tahan
tubuh akan berkurang. Risiko terinfeksinya pun akan semakin
meningkat jika dibandingkan dengan orang yang sering
mengonsumsi makanan dan minuman dengan gizi yang cukup.

Susu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dibandingkan


minuman lainnya sehingga susu memiliki banyak khasiat yang
sangat bermanfaat bagi tubuh. Ada banyak kandungan nutrisi
yang ada dalam susu seperti kalsium, fosfor, zinc, vitamin A,
vitamin D, vitamin B12, vitamin B2, Asam Amino dan asam
pantotenat. Kandungan gizi ini bermanfaat untuk menunjang
kesehatan tubuh terutama tulang dan gigi (Sediaoetama, 1987).

17
Winarno menguraikan susu merupakan sumber protein (kasein),
lemak (asam lemak miristrat, stearat, oleat, linoelat, dan
linolenat), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral
(kalium, kalsium, phosphor, klorida, fluor, natrium, magnesium).
Selain itu, susu mengandung enzim-enzim, air dan senyawa
bioaktif dalam jumlah yang memadai.Kalsium dalam susu
mempunyai berbagai fungsi didalam tubuh antara lain
pembentukan tulang dan gigi, mengatur reaksi biologi,
membantu kontraksi otot dan mengatur pembekuan darah.
Didalam tulang, kalsium mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
bagian dari struktur tulang dan sebagai cadangan kalsium bagi
tubuh. Kalsium sangat diperlukan dalam proses pembentukan
gigi. Kekurangan kalsium selama masa pembentukan gigi dapat
menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi.

Kalsium dan lemak dalam susu juga terdapat kandungan protein


yang tinggi. Protein susu sepadan dengan daging dan hanya
diungguli oleh protein telur. Protein diperlukan untuk
regenerasi sel-sel baru dan pembentukan otak pada janin,
membentuk enzim dan hormon serta energy (Notoatmodjo,
2007) . Selain itu protein juga berfungsi sebagai pertahanan
terhadap bakteri dan virus. Konsumsi susu secara teratur akan
membentuk pertahanan tubuh. Secara alami, susu merupakan
suatu emulsi lemak dalam air. Kadar airnya yang tinggi 87,5%,
banyak bermanfaat menyimpan berbagai zat-zat gizi penting
seperti vitamin, mineral, protein serta gula. Dalam 250 ml susu
dengan kadar lemak susu 2%, terkandung 285 mg kalsium dan
8 gram protein.

Nutrien lain yang terkandung dalam sususapi yaitu vitamin D


dan K yang baik untuk kesehatan tulang; iodium merupakan
mineral penting untuk fungsi tiroid; vitamin B12 dan ribovlavin
diperlukan untuk produksi energi dan kesehatan kardiovaskular;
biotin, vitamin A, potassium, magnesium, thiamin dan asam
linoat. dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi

18
susu sedikitnya 1,5 liter perhari memperkecil resiko penyakit
jantung. Sekelompok pakar peneliti juga menyimpulkan minum
susu lebih dari rata-rata dapat memberikan perlindungan
terhadap resiko stroke (Winarno, 2007). Uraian lain yang
berhubungan dengan manfaat yang terdapat dalam susu adalah
bahwa setiap 100 gram susu terkandung panas sebesar 70.5 kilo
kalori, protein sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7 gram, kalsium
sebesar 125 miligram, sementara prosentase penyerapan dalam
tubuh sebesar 98 persen sampai dengan – 100 persen.

DAFTAR PUSTAKA

Christi, R. F., Edianingsih, P., & Alhuur, K. R. G. 2019.


Pentingnya Minum Susu Untuk Anak Usia Dini, Remaja
dan Lanjut Usia di Pesisir Pangandaran. Media Kontak
Tani Ternak, Vol 1 No 2 : 12-15.
Covid19.go.id. Diakses pada tanggal 10 Juli 2020.
https://radarbali.jawapos.com/read/2020/06/18/199
768/konsumsi-susu-dan-telur-saat-covid-19bisa-
minimalisir-paparan-virus. Diakses pada tanggal 10 Juli
2020
Wardyaningrum, D. 2011. Tingkat kognisi tentang konsumsi
susu pada ibu peternak sapi perah lembang Jawa Barat.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol 1
Hal 1 : 19-26.

19
20
Optimalisasi Produktivitas
Ternak Unggas Dimasa
Pandemi Covid-19
Yuliani (I011171044)

Saat ini, dunia termasuk Indonesia sedang berjuang dalam


peperangan melawan virus covid-19. Virus ini merupakan jenis
virus baru yang telah memakan korban lebih dari 10.000.000
jiwa di seluruh dunia. Adapun salah satu dampak yang
ditimbulkan dari virus yang menyerang organ pernapasan ini
adalah mengakibatkan perekonomian merosot tajam. Hampir
semua sektor kehidupan terkena imbas pandemic ini, seperti
pada sektor medis, pariwisata, pendidikan, tak terkecuali sektor
peternakan, baik usaha skala kecil terlebih skala industri
mengalami kerugian cukup tajam dimasa lockdown kemarin.
Padahal status peternakan sebagai salah satu penyumbang
bahan pangan di Indonesia yang cukup besar seharusnya
mampu menaikkan eksistensi produk hasil ternak.

Namun, faktanya banyak pelaku usaha ternak justru mengalami


kerugian.

21
Beberapa faktor yang menyebabkan kerugian peternak
diantaranya, tertutupnya akses keluar masuk sehingga proses
distribusi produk peternakan dari daerah produsen ke daerah
konsumen terkendala, kurangnya permintaan pasar sehingga
produk yang dihasilkan membludak ditangan produsen, seperti
permintaan daging ayam yang didominasi oleh rumah makan
mengalami angka permintaan yang rendah. Berdasarkan
pemantauan LSM yang bergerak di bidang hukum dan HAM
Lokataru di enam provinsi menjelaskan, akibat tertutupnya
pengolahan daging ayam seperti restoran atau usaha katering
membuat harga daging ayam turun jauh dari harga acuan
pemerintah yaitu mencapai Rp.5000/kg. Sementara tim
Kompas.com di wilayah pasar Dungus, Kabupaten Madiun,
Yogyakarta meliput, sejumlah peternak ayam broiler melakukan
aksi membagi-bagikan ayam kepada warga sekitar. Total ayam
yang dibagikan secara gratis mencapai 2.000 ekor. Aksi ini tentu
disambut antusias oleh warga, terlebih dengan sistem
pengambilan ayam yang tidak dibatasi. Faktor lain penyebab
kerugian peternak ialah tingginya harga pakan maupun bahan
bakunya yang tidak sebanding dengan harga jual produk
menyebabkan pelaku usaha kesulitan mendapatkan keuntungan.
“Kenaikan harga pakan disebabkan oleh peningkatan ongkos
produksi untuk bahan baku pembuatan pakan ternak” Direktur
Eksekutif Lokataru melalui pesan tertulis.

Ternak unggas merupakan salah satu ternak yang banyak


dipelihara oleh masyarakat Indonesia, baik skala kecil maupun
skala industri. Hal ini karena ternak unggas termasuk usaha yang
cukup menjanjikan dan produk yang dihasilkan dapat dijangkau
baik masyarakat menengah ke bawah sampai masyarakat elit.
Seperti yang telah diketahui, salah satu faktor penting dalam
mencapai produktivitas tinggi ternak unggas adalah penggunaan
pakan yang berkualitas. Namun, tingginya harga bahan baku
serta sulitnya proses distribusi pakan menjadi masalah cukup
serius belakangan ini. Pada kondisi seperti ini, pelaku usaha atau

22
pun pihak yang mengerti di bidang peternakan seharusnya tidak
hanya mengandalkan kebijakan pemerintah, tetapi mampu
memikirkan alternatif lain agar sektor peternakan tetap berjalan
seperti biasa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
penggunaan secara maksimal sumber daya lokal untuk dijadikan
bahan baku pembuatan pakan dalam mengatasi masalah harga
pakan yang mulai sulit dijangkau.

Penelitian terkait potensi penggunaan sumber daya lokal dalam


meramu ransum unggas sebenarnya telah banyak dilakukan,
hanya saja belum dioptimalkan penerapannya. Karena, peternak
masih bergantung pada pakan buatan pabrik. Padahal, hal ini
dapat menjadi solusi yang cukup menjanjikan, mengingat negara
Indonesia sebagai negara agraris yang berarti banyak hasil
pertanian yang dapat diolah menjadi bahan pakan ternak. Pada
ternak unggas sendiri, bahan baku lokal yang dapat dijadikan
pakan seperti dedak, jagung, bungkil kedelai serta hasil ikutan
industri minyak kelapa sawit, yang keberadaannya hampir
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Adapun dalam
penggunaan bahan baku lokal sebagai pakan ternak, hal-hal yang
penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan ternak itu sendiri
berdasarkan fase dan jenis ternak, kandungan nutrisi di dalam
bahan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya kandungan
faktor pembatasnya, keberadaan bahan baku, serta pengolahan
yang akan dilakukan agar dapat dicerna secara maksimal oleh
ternak.

Untuk itu, dengan memperhatikan hal-hal tersebut dalam


penggunaan bahan baku lokal untuk pakan ternak selain dapat
meringankan biaya produksi, mengingat masih mudahnya
ditemukan bahan tersebut, juga dapat menciptakan sinergitas
antara sektor peternakan dan pertanian. Kualitas pakan ternak
sangat dipengaruhi oleh jenis serta zat nutrisi yang terkandung.
Dalam penyusunan ransum unggas, berdasarkan tabel Manual
Management Cobb (2008), kandungan nutrisi yang penting

23
diperhatikan harus sesuai dengan kebutuhan pada fase tersebut.
Seperti pada masa starter zat nutrisi yang penting diperhatikan
adalah protein kasar (20-22%), energy metabolisme (3025-
3150%), serat kasar (<5%), lemak kasar (2,5-7%), abu (5-8%),
kalsium (0,9-2%), phosphor (0,71-1%). Sedangkan pada masa
finisher, protein kasar (19%), energy metabolisme (3083%),
serat kasar (<5,5%), lemak kasar (2-7%), abu (5-8%), kalsium
(0,9-2%), phosphor (0,71-1%). Pada ransum yang disusun dari
bahan baku lokal seperti dedak yang telah diolah, kandungan
nutrisi yang terkandung ialah protein (21-23%), lemak (5%),
serat (5%), abu (7%), kalsium (0,9%), dan phosphor (0,60%),
(Ali dkk., 2019). Selain menggunakan bahan baku sisa hasil
pertanian, pakan ternak unggas dapat juga menggunakan bahan
dari tumbuhan yang tidak sengaja yang tentunya juga memiliki
kandungan yang sama dengan bahan baku yang umum
digunakan. Contohnya, seperti eceng gondok dengan
kandungan protein (6,31%), lemak (2,83%), serat (26,61%).
Pilihan lain sebagai bahan pakan adalah daun ubi kayu yang
memiliki kandungan protein (7,6-10%), lemak (5,7-8%), serat
(50-51%), energy (1991 kkal/kg). Bungkil kelapa sawit memiliki
kandungan protein(24,88%), serat kasar (24,88), lemak (3,81%),
abu (4%), (Hidayat, 2011).

Meskipun memiliki kandungan nutrisi yang cukup bersaing


dengan pakan buatan pabrik, namun bahan baku lokal juga
harus tetap memperhatikan jumlah batasan penggunaan serta
kandungan anti nutrisinya. Untuk mendapat nutrisi yang
diinginkan, sebaiknya melakukan pengolahan yang tepat. Seperti
pada contoh bahan baku yang telah disebutkan memiliki
kandungan serat yang tinggi, padahal ternak unggas kurang
maksimal menyerap serat. Contoh pengolahan yang tepat
adalah dengan melakukan fermentasi. Pada teknologi
pengolahan secara fermentasi, bahan pakan diolah secara
biologis yaitu melibatkan aktivitas mikroorganisme guna
memperbaiki gizi bahan berkualitas rendah. Pengolahan secara

24
fermentassi juga dapat meningkatkan nilaikecernaan,
menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan
vitamin dan mineral, seperti dalam penelitian Thaariq (2018)
yang menyatakan bahwa, dengan pemberian pakan fermentasi
dapat mengefisienkan biaya pakan dan meningkatkan kadar
protein serta menurunkan kadar air pada ternak unggas.

Penggunaan bahan baku lokal sebagai pakan ternak dapat


menjadi cukup efektif untuk mengatasi permasalahan tingginya
pakan buatan pabrik sehingga banyak peternak yang mengalami
kerugian. Padahal, dalam usaha peternakan biaya produksi yang
dikeluarkan bukan hanya biaya pakan saja, tetapi juga ada biaya
obat-obatan atau vaksin, biaya kandang dan peralatannya serta
tenaga kerja yang digunakan. Maka, pemanfaatan bahan yang
biasanya dipandang limbah dapat memiliki nilai ekonomis
sekaligus meringankan biaya produksi peternak, dengan tetap
memperhatikan kandungan serta pengolahan yang digunakan.
Bahkan penggunaan bahan lokal sebagai pakan ternak
seharusnya dapat terus dikembangkan dan diproduksi layaknya
pakan-pakan yang diproduksi oleh industri, mengingat potensi
yang ada cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayah M.N. 2011. Materi Pembelajaran. Universitas Islam


Negeri Alauddin. Makassar.
Ali, N. Agustina. Dahniar. 2019. Pemberian dedak yang
difermentasi dengan EM4 sebagai pakan ayam broiler.
Kompas.com. Diakses pada 4 Juli 2020.CNN Indonesia.
Diakses pada 4 juli 2020.

25
26
Akibat Pandemi Covid-19
Peternak Ayam Mandiri
Murung Hingga Gulung
Tikar
Nurjanna (I011181368)

Pandemi COVID-19, sangat berdampak pada para peternak


ayam mandiri. Produksi ayam baik itu di pulau jawa, Kalimantan,
sumatera, ataupun sulawesi yang melimpah saat panen dan hari
raya berdampak pada harga ayam yang anjlok di bawah harga
rata-rata. Hal ini menjadi berita buruk dan membuat sebagian
besar peternak murung. “Kalau bahas rugi, hampir dibilang rugi
sekali, untuk produksi sebelum dan saat Covid itu sama tapi
kami mengalami kerugiaan besar karena kurangnya permintaan
membuat hasil produksi tidak keluar normal seperti dulu,” kata
Andika, salah satu peternak di daerah Maros.

Untuk kelancaran berlangsungnya produksi pada peternakan


tentu perlu modal untuk produksi yang dapat dikatakan tidak
sedikit, biaya tersebut digunakan untuk keperluan produksi yang

27
cukup besar diantaranya biaya pembelian DOC (Day Old
Chick), biaya pembelian pakan dan biaya untuk obat-obatan.
Dengan adanya Pandemi COVID-19, membuat kerugian yang
bisa dikatakan cukup besar, bagaimana tidak, peternak
mengeluarkan modal besar-besaran dengan jumlah produksi
yang tinggi sedangkan saat panen ayam yang keluar hanya
sedikit karena permintaan yang tidak seperti biasanya.
Permintaan yang menurun akibat Pandemi COVID-19 sehingga
di berlakukannya PSBB yang mengakibatkan banyaknya
perusahaan seperti tempat makan dan sebagainya tertutup
menjadikan sedikitnya produk (ayam) yang keluar.

Hal ini mengakibatkan kerugian yang besar, karena modal yang


dikeluarkan oleh peternak tidak sama dengan keuntungan yang
dihasilkan sehingga para peternak mandiri mengalami kerugian
yang begitu besar.

Menurut Andika hal ini dikarenakan untuk perlakuan PSBB


membuat banyaknya warung makan yang tutup sehingga untuk
permintaan menurun, sehingga untuk tidak membiarkan ayam
dibiarkan saja dikandang dan menutupi sedikit kerugian, ayam
dijual dengan harga dibawah rata-rata dialami para peternak
mandiri yaitu turunya harga ayam yang sangat drastis, hal ini
terjadikarenakan jumlah produksi yang banyak sedangkan
permintaan sedikit. Dengan demikian untuk menghindari
kerugian yang besar karena menyimpan ayam dikandang begitu
saja maka dilakukan penurunan harga yang drastis.

Pejabat Walikota Makassar Iqbal Suhaeb telah menerbitkan


peraturan wali kota (perwali) terkait Pemberlakuan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Perwali nomor 22 tahun 2012
tentang PSBB diterbitkan dan ditandatangani Iqbal Suhaeb.
Selama penerapan PSBB petugas di lapangan aka ada pemberian
sanksi pidana kepada pelanggar. Salah satu sanksi yang diberikan

28
pada pelanggar PSBB adalah perusahaan yang melanggar akan
dicabut izin usahanya.

Untuk harga ayam ditingkat konsumen secara nasional


berdasarkan situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategi
Nasional (PIHPSN) 30 april 2020 harga ayam berkisar rp 28.550
per kg , kemudian membaik 6 mei 2020 sebesar rp 29.050 per
kilogram. Hal ini menjadi berita baik untuk peternak saat itu
walau tak memungkinkan untuk menutupi kerugian karena
harga yang belum stabil seperti semula.

Harga daging ayam pernah mengalami kenaikan di harga ayam


sekitar 10%-15%. Hal ini terjadi saat idul fitri.menurut
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternakan Ayam,
Sugeng Wahyudi mengatakan “kenaikan harga itu masih dalam
tingkat wajar lantaran peternak ingin memanfaatkan momen
tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Terlebih lagi, harga
ayam akhir-akhir ini anjlok karena kebijakan pasokan.”

Dalam waktu hampir dua bulan lebih terakhir dampak dari


wabah covid-19, terlihat banyak sektor mulai tersingkirkan.
Begitu pula dengan usaha peternak ayam mandiri di Sulawesi
tepatnya dikota Palu terancam tutup. Sebelumnya awal bulan
puasa harga DOC sekita Rp. 4.000 akan tetapi saat ini naik
menjadi Rp. 8.000 yang menjadi dilemma adalah harga yang
sudah mahal, akan tetapi barangnya juga tidak ada. Di satu sisi
peternak ingin bangkit, akan tetapi disisi lain harus menghadapi
kenyataan yang menyakitkan seperti demikian.

Pantauan Mentro Sulawesi di salah satu peternakan ayam di


jalan Malontara, Kelurahan Pengayu, Kecamatan Tatanga,
sebagian besar peternak ayam kecil mengeluh mahalnya harga
pakan. Sehingga, sebagian dari mereka menutup tempat
usahanya tersebut. Munculnya wabah COVID-19 membuat
semakin terpuruknya usaha peternakan ayam. Bagaimana tidak,

29
akibat dari wabah ini sudah merembek ke segala aspek baik itu
dari kelangkaan serta mahalnya harga ayam umur sehari (DOC)
mengakibatkan banyaknya peternak ayam mandiri yang harus
gulung tikar atau mengosongkan kandang.

Dampak dari pandemi Covid-19 membuat peternak ayam


mandiri berada dalam tekanan. Harga jual ayam yang jatuh,
diperparah dengan turunya permintaan, imblas lesunya
konsumsi masyarakat saat ini. Ketua umum Perhimpunan
Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko
mengatakan, pemerintah harus melakukan gebrakan serius
untuk menyelamatkan peternak ayam. Menurutnya akibat dari
pandemic Covid-19 ini pengusaha peternak mandiri akan
gulung tikar, dan yang bertahan hanya pengusaha besar.
Sementara peternak ayam di Indonesia hampir 80% levelnya
UMKM.

Saat ini bisa dikatakn harga ayam sudah tinggi, akan tetapi
peternak tetap harus gigit jari. Peternak mandiri tidak mampu
memasukkan ayam umur sehari (DOC) ke dalam kandang,
karena selain harganya yang mahal juga barang yang tidak ada
atau langka. Akibatnya banyaknya peternak mandiri yang tidak
dapat memasukkan bibit ke dalam kandang, “tutur ketua
gabungan organisasi peternak ayam nasional herry Dermawan.

Menurut ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional


Herry Dermawan, kebutuhan bibit ayam umur sehari (DOC)
mencapai 70 juta ekor per minggu, akan tetapi saat ini
produksinya hanya mencapai 40 juta. Ternyata sebagian besar
anak ayam umur kurang dari 10 hari tersebut dibudidaya oleh
pihak integrator atau produsen bibit dan pakan ayam, sedangkan
yang keluar atau dijual hanya sebagian kecil.

Tidak hanya menguasai ayam umur sehari (DOC), untuk


budidaya sendiri, pihak integrator juga mulai merambak pasar

30
becek atau pasar tradisional. Padahal selama ini pasar tradisional
merupakan pasar utama bagi peternak ayam mandiri. Sebelum
para peternak mandiri berguguran dan gulung tikar, perlu
tindakan dari hulu dan hilir dari pemerintah. Harus segera
dilakukan program pasarmurah dimana pemerintah
memfasilitasi dengan membeli ayam dari peternak rakyat serta
program bantuan langsung dalam bentuk ayam. Tidak hanya
beras dan uang tunai. Terutama juga memangkas over supply
sejak dari day old chicken (DOC), Ujar Siggih Januratmoko
selaku ketua umum Perhimpunan Perunggasan Rakyat
Indonesia (Pinsar).

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar)


pedaging jawa tengah meminta pemerintah mengurangi suplai
ayam umur sehari (DOC) hingga 40%. Selain itu, menunda
setting telur hingga 4 minggu ke depan agar harga di peternakan
bisa bergerak naik sesuai harga acuan kementrian perdagangan,
dengan begitu peternak ayam dapat hidup kembali.

Untuk itu para peternak berharap pemerintah segera mengambil


tindakan atas anjliknya harga ayam ditingkat peternak, baik itu
dari segi pakan, ayam umur sehari (DOC), obat-obatan dan
peralatan lainya. Peternak juga sangat berharap agar pandemi
COVID-19 dapat segera selesai dan perekonomian dapat
berjalan dengan lancer dan kembali semula lagi. Perubahan
harga pada pandemi COVID-19 ini terkesan wajarwalau sempat
mengagetkan para peternak. Tidak bisa dipungkiri harga pada
pakan, ayam umur sehari (DOC), obat-obatan dan lainnya naik
karena adanya pandemi COVID-29 ini, roda ekonomi tidak
hanya di indonesia tapi hampir semua negara menjadi buruk.

Namun, jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama


tentunya akan berdampak pada signifikan pada peternak.
Dampak yang besar terhadap peternakan ini harus segera

31
ditangani agar kerugian dan kendala yang dihadapi oleh sebagian
peternak mandiri dapat selesai dan berjalan seperti semula.

32
Dampak Pandemi Covid-19
terhadap Peternakan
Ayam Pedaging
Muhammad Alwi Akbar (I011171005)

Tahun 2020 ini merupakan tahun yang penuh ujian bagi


berbagai negara di muka bumi ini. Munculnya pandemi baru
diawal tahun yang memakan korban jiwa dan memberikan
dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup dan
bermasyarakat. Hampir semua sektor terkena dampak dari virus
tersebut, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, ekomomi,
perdagangan, pertanian maupun sektor lainnya. Salah satu
sektor yang terkena dampak cukup besar adalah sub sektor
peternakan baik dari sisi produsen, dalam hal ini peternakakan
ayam atau usaha yang bergerak dibidang tersebut maupun pada
sisi konsumen. Artikel ini akan fokus pada dampak sosial
ekonomi pandemi Covid-19 terhadap usaha peternakan ayam
pedaging.

Untuk mengatasi hal ini pemerintah mengeluarkan anjuran


untuk tetap di rumah dan mengeluarkan kebijakan pembatasan

33
sosial berskala besar (PSBB) berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 21 Tahun 2020 dan Permenkes RI No.9 Tahun
2020 yang berdampak bagi seluruh kegiatan masyarakat
termasuk ekonomi. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
ini telah memberikan batasan kepada para pelaku usaha
sehingga distribusi ke supermarket terhambat yang
mengakibatkan terjadinya over supplai, disatu sisi konsumen
pun tidak dapat melakukan pembelian secara bebas.

Sejak pertengahan Maret 2020, pemerintah mulai mengeluarkan


kebijakan Work From Home (WFH) karena semakin cepatnya
penularan virus corona di Indonesia. Di Indonesia sendiri
jumlah kasus dalam pandemi ini pertanggal 7 Juli 2020 pukul
13.00 WITA sudah mencapai angka 66.226 orang dengan
jumlah kematian 3.309 orang dan sembuh 30.785 orang
(Sumber data: covid19.go.id). Sektor yang terkena dampaknya
yaitu di sektor sosial dan ekonomi. Berbagai kegiatan sosial dan
perekonomian terganggu akibat adanya pandemi, dikarenakan
banyak negara yang melakukan karantina dan mewajibkan
warganya untuk tetap di rumah dan tidak beraktivitas di luar
rumah. Kebijakan ini mengharuskan seseorang untuk tinggal
dirumah dan bekerja dari rumah.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH)


dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 dan
Permenkes RI No.9 Tahun 2020. Akibat dari kebijakan ini
banyak sektor yang menyerap hasil ternak ayam diharuskan
tidak beroperasi, seperti restoran-restoran, pasar, hotel, usaha
catering dan usaha yang berkaitan dengan pengolahan daging
ayam. Akibat dari pembatasan itu memiliki dampak terhadap
pembatasan supply ayam yang mengakibatkan ayam sulit
didistribusikan sehingga terjadi over supply yang menyebabkan
ayam mudah rusak. Selain itu, tempat perbelanjahan seperti
pasar telah dilakukan penutupan yang berdampak pada

34
kemampuan untuk melakukan transaksi jual beli terhadap
komoditas ayam broiler. Sebagai contoh “panic buying” yang
semakin memperumit yang mengakibatkan terjadinya
kekurangan bahan makanan di supermarket karena konsumen
melakukan pembelian makanan dalam skala yang besar (Nicola,
dkk., 2020; Weersink, dkk., 2020).

Distribusi pakan ternak ayam menjadi masalah disebabkan


adanya penutupan akses jalan menuju ke peternakan ayam
sebagai upaya mengurangi potensi penyebaran Covid19 dan
pembatasan waktu kerja yang diberlakukan oleh perusahaan.
Permasalahan kesulitan distribusi pakan menyebabkan ternak
ayam menjadi terlambat atau tidak mendapatkan makanan,
sehingga banyak ayam yang menjadi sakit, bahkan berujung
kematian yang merugikan para peternak ayam.

Kenaikan harga pakan ayam disebabkan karena kenaikan harga


bahan baku pembuatan pakan ternak ayam. Kenaikan harga
pakan ternak ayam tersebut menimbulkan masalah bagi
peternak ayam, karena permasalahannya sejalan dengan
penurunan harga ayam ternak karena sulit didistribusikan,
sehingga para peternak ayam tidak mampu untuk membeli
pakan ternak dan menyebabkan kematian bagi ternak ayamnya.

Ternak ayam pedaging tidak dapat dijual dan terus berada di


kandang menyebabkan para peternak harus memberi makan
supaya ayam tetap bisa hidup. Namun hal itu sulit dilakukan
karena peternak ayam tidak memiliki pemasukan uang atas
penjualan ayam. Peternak mengalami over-cost, pembiayaan
yang semakin melambung. Pilihannya, peternak ayam, berusaha
segera menjual ayam dengan harga di bawah biaya produksi
ayam. Tujuannya agar tidak terus menerus mengeluarkan biaya
dan mengalami kerugian yang semakin besar. Di tingkat
peternak, angka produksi ayam broiler tidak dapat di patok
secara angka rata-rata. Sehingga ada peternak yang kadang

35
kelebihan produksi populasi ayam broiler yang tidak diimbangi
oleh konsumsi, sehingga peternak mengalami penurunan harga
ayam broiler.

Menurunnya harga ayam dikalangan usaha peternakan ayam


berimbas karena dampak dari Covid-19. Para peternak ayam
rakyat dilanda badai harga ayam hidup (livebird) yang sangat
turun drastis. Hal ini menyebabkan kerugian yang sangat
menyiksa pelaku usaha peternakan ayam pedaging. Menurunnya
harga ayam hidup disebabkan terjadi over supplai ternak ayam
yang tidak dapat di distribusikan, namun permintaan (demand)
yang menyusut sampai 50%. Hingga saat ini, pemerintah tidak
melakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan mengenai
harga jual ayam yang di bawah harga acuan. Hal ini sesuai
dengan hukum permintaan dan penawaran bilamana
permintaan menurun sedangkan barang yang dimiliki memiliki
stock yang banyak akan menyebabkan terjadinya penurunan
harga (Kasdi, 2016).

Dampak lain akibat pandemic Covid-19, peternak berskala


UMKM yang jumlahnya 80% dari jumlah peternak Indonesia
terancam akan Gulung tikar, sekita 20.000 an peternak ayam
tersebut sudah mendapatkan kerugian yang tidak dapat mereka
tanggung lagi. Sehingga keadaan ini tidak lagi menolong semua
para peternak karena harga jualnya cukup rendah dibandingkan
biaya operasional yang harus ditanggung. Sehingga, peternak
terpaksa harus mengosongkan kandang karena ketidakpastian
kapan wabah selesai dan kestabilan harga ayam di pasaran.

Peternak berskala UMKM memiliki komponen biaya produksi


yang paling besar terdapat dipembelian day old chicken (DOC)
dan pakan ternak. Banyak UMKM melakukan pinjaman kepada
perusahaan-perusahaan pembibitan ayam dan pakan ternak
untuk menjalankan usahanya, yang kemudian akan dilunasi
ketika sudah berhasil melakukan panen terhadap ternak

36
ayamnya. Akibat dari pandemic Coivd-19 para usaha
peternakan ayam pedaging kesulitan menjual ternak ayamnya
dan apabila berhasil dijual, harga ayam tersebut jauh di bawah
harga produksi, yang mengikbatkan kerugian bagi pelaku usaha.

Pemerintah seharusnya melakukan intervensi terhadap pasar


dengan memberlakukan Pasal 3 ayat (1) Permendag No. 7
Tahun 2020, yang secara lengkap dikutip sebagai berikut:
“Dalam hal harga di tingkat petani berada di bawah Harga
Acuan Pembelian di Tingkat Petani, Menteri dapat menugaskan
badan usaha milik negara untuk melakukan pembelian sesuai
dengan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani setelah
mendapatkan persetujuan menteri yang menyelenggarakan
urusan di bidang badan usaha milik negara”.

Kondisi yang dialami oleh para peternak ayam di berbagai


provinsi di Indonesia selama wabah virus corona sudah
demikian nyata, dan apabila dibiarkan secara terus menerus
tanpa adanya intervensi pemerintah, maka menyebabkan usaha
para peternak ayam mandiri mati.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Perdangan RI No.7 Tahun 2020. Harga


Acuan Pembelian Di Tingkat Petani dan Harga Acuan
Penjualan di Tingkat Konsumen. Di Akses di
jdih.kemendag.go.id pada tanggal 5 Juli 2020.
Kasdi, A. Permintaan dan penawaran dalam mempengaruhi
pasar (Studi kasus di pasar bintoro demak). Bisnis. 4 (2);
15-34.
Nicola, M., Z. Alsafi, C. Sohrabi, A. Kerwan, A. Al-Jabir,
Christos Iosifidis, M. Agha, dan R. Agha. 2020. The
socio-economic implications of the coronavirus
pandemic (COVID19): A Review. International Journal
of Surgery. 78; 185-193.

37
Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2020. Di Akses di
jdih.setkab.go.id pada tanggal 5 Juli 2020.
Weersink, A., M. V. Massow dan B. McDougall. 2020.
Economic thoughts on the potential implications of
COVID-19 on the Canadian dairy and poultry sectors.
Canadan Journal Agro Economic. 1-6.

38
Peran Peternakan dalam
Pencegahan Stunting dan
Pemenuhan Gizi di Tengah
Pandemi Covid-19
Munawwara Ildana (I011181074)

Berdasarkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan


World Health Organization (2018) Indonesia termasuk ke dalam
negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata
prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
36,4%. Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki
panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa
yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai

39
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Kejadian balita
stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia dan diperkirakan akan mengalami peningkatan
dimasa pandemi Covid-19.

Sisi lain pandemi Covid-19 membanjiri sistem kesehatan yang


rapuh di negara-negara berpenghasilan rendah dan merusak
banyak pencapaian yang didapat dalam kelangsungan hidup
anak, kesehatan, nutrisi, dan pembangunan selama beberapa
dekade terakhir. Pemerintah Indonesia telah menerapkan
langkah paling strategis untuk membentangkan jaring
pengaman sosial, termasuk di dalamnya kebijakan perlindungan
sosial, jaminan pemenuhan ekonomi dan ke sehatan.
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (2020), hingga akhir
bulan Mei lalu terdapat 1.851 kasus Covid-19 pada anak berusia
kurang dari 18 tahun. Dari jumlah itu, terdapat 29 kasus
kematian akibat corona pada anak yang dilaporkan, 4 persen
kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia dialami
kelompok usia 0-14 tahun, itu berarti ada 831 anak pada usia
tersebut yang tertular Covid-19 dari akumulasi total kasus.
Tingginya jumlah kematian anak yang terpapar virus corona
diduga karena faktor penyerta termasuk status gizi anak
Indonesia yang buruk. Berbagai upaya yang dilakukan
Kementrian Kesehatan dalam menjaga kesehatan anak dimasa
pandemi, salah satunya dengan membuat panduan pencegahan
Covid-19 pada anak yang berisikan himbauan agar anak-anak
tetap berada di rumah selama masa pandemi berlangsung.

Pencegahan penularan dari orangtua ke anak bisa dilakukan


melalui beberapa cara, yakni tidak boleh bermain ataupun
menyentuh anak jika belum membersihkan diri dengan mandi
dan berganti baju. Pakaian kotor bekas digunakan juga harus
segera dicuci agar tak menjadi sumber penularan virus. Selain
itu, orangtua perlu memperhatikan asupan nutrisi bagi anak.
Asupan gizi ini penting untuk menjaga daya tahan tubuh agar

40
terhindar dari penularan berbagai penyakit. Masalah gizi anak
Indonesia dianggap menjadi salah satu faktor penyerta yang
meningkatkan resiko kematian akibat Covid-19 ini. Sehingga
pemerintah dan Kementrian Kesehatan seyogianya menaruh
perhatian serius terhadap masalah gizi serta memberikan solusi.

Dengan demikian mempertahankan status gizi anak jangan


sampai turun bagi yang normal, dan memperbaiki status gizi
pada anak-anak gizi kurang dan buruk menjadi sangat penting.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antar semua komponen
untuk saling membantu, termasuk dalam upaya menjaga
pemenuhan gizi anak-anak di masa pandemi. Dilansir dari
kesmas.kemkes. go.id Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan dr. Kirana Pritasari MQIH telah
menekankan kepada orang tua untuk semakin memperhatikan
kebutuhan gizi anak pada saat pandemi Covid-19, sebab
imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya
asupan makan anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap
status gizi dan imunitasnya.

Sementara fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat


masih kesulitan memenuhi kebutuhan pangan mereka, apalagi
memikirkan pasokan gizi balita. Maka ini menjadi pekerjaan
besar semua pihak untuk fokus pada hal ini agar tidak ada
ancaman generasi hilang akibat pandemi. Walaupun sejak lama
program pangan dan gizi sudah menjadi prioritas pemerintah
melalui RPJMN 2015–2019 dan juga RPJMN 2020-2024,
namun bukan berarti akses pangan di Indonesia tidak tanpa
masalah. Akses pangan dalam arti yang lebih jauh adalah
kemampuan suatu masyarakat memiliki sumber daya secara
ekonomi maupun fisik untuk mendapatkan bahan pangan
bernutrisi. Ini menjadi catatan yang penting bagi pemerintah
bahwa akses pangan adalah faktor kunci dalam membangun
suatu negara yang terbebas dari masalah stunting. Selain
pemenuhan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan,

41
meningkatkan imun tubuh menjadi perhatian penuh untuk
menghindari berbagai penularan penyakit dan virus dimasa
pandemi Covid-19.

Salah satu pangan yang berperan meningkatkan imun tubuh


adalah protein sebagai tulang punggung dari mekanisme
pertahanan tubuh, karena antibodi dan sel yang berfungsi
menjaga kekebalan tubuh lainnya terbuat dari protein. Di antara
jenis makanan mengandung protein tinggi bersumber dari
hewani salah-satunya produk susu. Berbagai macam produk
susu fungsional termasuk produk susu fermentasi dan produk
susu yang diperkaya dengan zat-zat gizi, perkembangannya juga
sangat dinamis, seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dimasa
pandemi Covid-19. Menurut Nurliyani (2017) berbagai zat gizi
dan komponen bioaktif susu asal ternak mempunyai peran
penting untuk optimalisasi organorgan limfoid agar beraktivitas
secara optimal. Dengan demikian, sel-sel imun menjadi optimal
dalam memberikan respons imun humoral maupun seluler.
Kemampuan meningkatkan imun tubuh menjadikan susu
menjadi salah satu produk yang mengalami peningkatan
permintaan dimasa pandemi Covid-19. Namun hal tersebut
tidak relevan dengan kemampuan produksi dalam negeri.

Data BPS (2018) menunjukkan jumlah kebutuhan susu


nasional tahun mencapai 4,5 juta ton, produksi Susu Segar
Dalam Negeri (SSDN) saat ini hanya mampu memenuhi 18
persen dari kebutuhan nasional, sehingga 82 persen sisanya
berasal dari impor. Melihat berbagai hambatan pelaksanaan
program secara efektif di tengah pandemi Covid-19, maka
bukan lagi saatnya mencari ataupun memutar haluan terkait
program yang dianggap sesuai dengan kebutuhan, melainkan
memberikan perhatian penuh dengan melakukan penguatan
dari program yang telah di canangkan. Sehingga diharapkan
seluruh stakeholder terkait secara bersama-sama untuk

42
melakukan evaluasi Cetak Biru (Blueprint) industri susu sehingga
capaian dan target serta hambatan dalam implementasinya dapat
dicarikan solusi dalam penyelesaiannya.

Adapun Cetak Biru (Blueprint) persusuan diantaranya fokus pada


enam hal. Pertama dari rencana aksi regulasi dan kebijakan.
Output dari rencana aksi adalah terbitnya regulasi untuk
mendorong serapan pasar produksi susu dalam negeri sebagai
pengganti Inpres 4 Tahun 1998. Selain itu mendorong terbitnya
regulasi School Milk Program untuk menjamin pasar bagi peternak
rakyat yang memproduksi susu sekaligus meningkatkan
konsumsi susu nasional. Kedua yaitu peningkatan populasi dan
produktivitas ternak perah. Kementerian Pertanian telah
berupaya untuk meningkatkan populasi ternak perah dengan
pengadaan ternak perah dari skim kredit yang diakses oleh
peternak melalu perbankan. Selain itu Kementerian Pertanian
memberikan bantuan pakan bagi peternak sapi perah agar
produksi susu sapi perah rakyat meningkat dan kualitas pakan
yang memenuhi persyaratan standar produksi susu.

Ketiga peningkatan produksi dan kualitas susu segar peternak


rakyat. Upaya-upaya dalam meningkatkan produksi dan kualitas
pada susu segar peternakan rakyat telah dilakukan diantaranya
dengan pembinaan/bimbingan teknis penanganan susu
sebelum dan pasca pemerahan, bantuan peralatan pemerahan
seperti milkcan dan mendekatkan colecting susu dengan mobile
colecting milk baik milik koperasi maupun industri pengolah susu.
Keempat peningkatan konsumsi susu. Salah satu event yang
dilaksanakan setiap tahun guna mendorong peningkatan
konsumsi susu yaitu Hari Susu Nusantara. Event ini diharapkan
menjadi momentum untuk promosi bagi pelaku usaha
persusuan guna meningkatkan permintaan produk susu dan
produksi susu. Kelima Peningkatan industri pengolahan susu.
Peningkatan ini terlihat melalui keseriusan berbagai industri
pengolahan susu dalam mengembangkan industrinya yang

43
membutuhkan bahan baku susu semakin besar, maka menjadi
peluang untuk mengembangkan sisi hulu yang memproduksi
susu segar. Ada dua model pendekatan yang seyogianya
dilakukan yaitu investasi yang dibarengi dengan investasi bahan
baku artinya Industri Pengolahan Susu yang mendirikan
Industri Pengolahan atau meningkatkan kapasitas wajib juga
membangun industri hulu untuk pemenuhan kebutuhan 30%
bahan bakunya di dalam negeri. Sehingga diharapkan investor
Industri Pengolahan Susu melakukan kemitraan dengan
koperasi dengan dukungan permodalan dari bank dan non
bank untuk pengadaan sapi perah dan hasil produksinya diserap
oleh Industri Pengolahan tersebut.

Terakhir, dalam rencana aksi yang harus dilakukan yaitu


peningkatan pasar dan pemasaran. Saat ini pasar susu segar di
Indonesia masih sangat terbuka lebar bahkan 98% produksi
susu segar sapi peternak rakyat diserap oleh Industri
Pengolahan Susu. Sedangkan pasar untuk susu selain sapi
mempunyai segmen pasar tersendiri seperti susu kambing, susu
kerbau maupun susu kuda yang dalam proses promosi dan
iklannya dikaitkan dengan kesehatan dan lainnya sehingga nilai
jualnya lebih tinggi. Melihat berbagai peluang tersebut, sehingga
perlunya penguatan kebijakan pemenuhan gizi sebagai
pencegahan stunting tetap mendapat perhatian sehingga
pemenuhan gizi tetap terkontrol meski masa pandemi Covid-19
berlangsung.

Berbagai permasalahan dan tantangan dalam pengembangan


industri susu nasional harus didorong bersama melalui peran
aktif dari semua pihak, tidak hanya pemerintah namun juga
akademisi, swasta, industri dan pastinya para peternak itu
sendiri, sehingga sektor peternakan diharapkan dapat
mendukung bukan hanya pemenuhan gizi dimasa pandemi
tetapi juga produksi yang berkelanjutan dalam mencegah dan
menurunkan prevalensi stunting dalam negeri, sehingga

44
terciptanya generasi sehat, unggul dan cerdas sebagai penerus
cita-cita bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika (BPS). 2018, Produksi susu segar, 2009-


2017.
https://www.bps.go.id/LinkTableDinamis/view/id/1
083 (diakses 24 Juni 2020).
Direktorat Ditjen Kesehatan Masyarakat.2020. Pengendalian
Stunting diera pandemi Covid-19
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rili
s-berita/060912-pengendalianstunting-di-era-pandemi-
covid-19 (diakses 24 Juni 2020).
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Jendela Data dan Informasi
Kesehatan tentang Stunting. 10 (1) : 208-270
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Panduan Pelayanan Gizi
Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19. Jakarta .2020
Kementerian Kesehatan RI. 2020.Situasi Infeksi Corona Virus
https://covid19.kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-
emerging/info-coronavirus/.XwbokJhKg2w (diakses
28 Juni 2020).
Nurliyani., 2017. Peran Susu dan Produk Susu pada Sistem
Imun Tubuh. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada.
United Nations Children’s Fund, World Health Organization,
World Bank Group. 2018. Level and Trends in Child
Malnutrition: Key Findings of The 2018 Edition of
The Joint Child Malnutrition Estimates.
Kementrian Pertanian Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan. 2016. Kementan Pemerintah Review Cetak
Biru Persusuan Tahun 2013 2025.
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/pemerintah-review-
cetak-biru-persusuan-tahun2013-2025 (diakses 2 Juni
2020).

45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. 2019.
https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20
RPJMN%20IV%2020202024_Revisi%2028%20Juni%
202019. (diakses 7 Juni 2020).

46
Beternak Puyuh Skala
Rumahan di Tengah Wabah
Covid-19
Syamratul Qalbih (I011171316)

Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam


penyediaan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, disamping itu peranannya dapat dimanfaatkan sebagai
peluang kesempatan kerja. Indonesia memiliki peluang besar
untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan
ekonominya melalui sektor pertanian terkhususnya pada sektor
peternakan. Memelihara unggas sebaiknya bukan hanya
dijadikan sebagai hobi melainkan sebagai skala pengembangan
usaha perunggasan berdaya saing.

Usaha peternakan yang banyak di gemari oleh masyarakat saat


ini yaitu salah satunya adalah usaha peternakan di bidang
perunggasan. Hal ini di karenakan peternakan di bidang unggas
merupakan usaha yang dapat di usahakan dari skala usaha
rumahan atau rumah tangga hingga skala usaha besar. Salah satu
usaha peternakan dalam bidang unggas yang saat ini kembali
ingin di kembangkan oleh masyarakat yaitu usaha peternakan

47
burung puyuh sebab puyuh memiliki kemampuan produksi
telurnya yang cepat dan tinggi.

Unggas adalah hewan yang termasuk di dalam kelas Aves yang


telah didomistikasikan dan perkembangbiakan serta cara
hidupnya diatur oleh manusia agar memberikan nilai ekonomis
dalam bentuk barang dan jasa sebagai sumber protein hewani
asal ternak, unggas merupakan produser daging yang paling
cepat dan ekonomis dibandingkan dengan ternak lain. Daging
unggas termasuk salah satu makanan bergizi tinggi yang paling
dapat diterima oleh setiap orang karena kandungan lemaknya
relatif rendah dibandingkan dengan daging ternak ruminansia
sehingga digunakan sebagai makanan dietetik.

Usaha peternakan mempunyai peluang untuk di kembangkan


sebab tingginya demand (permintaan) akan prodak peternakan.
Usaha peternakan juga memberikan keuntungan yang cukup
tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di
perdesaan di Indonesia. Namun demikian seperti usaha lainnya
usaha peternakan burung puyuh memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Seiring meningkatanya jumlah penduduk di
Indonesia menjadi salah satu hal yang menyebabkan peluang
dan prospek dunia peternakan semakin cerah. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka konsumsi terhadap
protein hewani akan meningkat pula apalagi di tunjang dengan
tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang
dapat menyebabkan konsumsi komoditi hasil peternakan akan
mengalami peningkatan yang pesat. Sehingga dunia peternakan
kedepannya semakin di gemari oleh masyarakat.

Puyuh yang dikembangkan atau diternakkan di Indonesia adalah


jenis Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) dengan warna bulu
coklat kemerahan atau coklat tua kehitaman. Burung puyuh
Jepang (Cortunix cortunix japonica) merupakan hasil domestik
dari puyuh liar (Cortunix cortunix) yang dilakukan di Jepang,

48
Hongkong, Taiwan dan Korea. Selanjutnya melalui seleksi dan
perbaikan mutu genetis puyuh liar tersebut menjadi puyuh yang
unggul. Bibit puyuh unggul ini kini telah tersebar luas ke
Amerika, Eropa dan beberapa Negara Asia termasuk Indonesia.
Puyuh adalah salah satu hewan yang dibudidayakan masyarakat,
burung puyuh merupakan jenis unggas yang hidup di darat serta
memiliki tubuh yang kecil juga sedikit gemuk. Hewan satu ini
mengkonsumsi biji-bijian dan serangga yang umumnya
berukuran kecil. Hewan pelari cepat dan agak segit ini memang
tidak jinak dengan manusia. Puyuh seringkali dijumpai
bersembunyi disemak-semak yang rimbun. Dikebun dan daerah
lainnya. Ciri khas burung puyuh sendiri adalah memiliki ekor
panjang seperti burung kicau dan bisa terbang juga, mampu
berlari dalam kecepatan yang begitu cepat. Tak heran jika
burung puyuh sangat sulit ditangkap menggunakan tangan
kosong.

Direktorat Pembibitan Ternak (2011) menyatakan bahwa


pengembangan usaha peternakan burung puyuh dibutuhkan
bibit yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya untuk
keberlanjutan suatu usaha. Bibit merupakan salah satu sarana
produksi yang penting dalam budidaya ternak. Calon induk yang
memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal dan
persyaratan kesehatan hewan sebagai berikut: 1. bobot minimal
138 gram/ekor, 2. kondisi fisik sehat, tidak cacat, aktif dan
lincah, dubur kering dan bersih, warna bulu seragam, kondisi
bulu kering dan mengembang, 3. berasal dari induk dengan
kemampuan produksi telur minimal 200-300 butir/ekor/tahun,
4. bobot telur minimal 10 gram/butir, 5. fertilitas dan daya tetas
minimal 70%.

Sekarang ini permintaan burung puyuh semakin meningkat dan


bertambah besar. Banyak masyarakat yang memanfaatkan
burung puyuh untuk diambil telurnya, daging, feses, serta
bulunya. telur burung puyuh merupakan telur yang berukuran

49
kecil, memiliki banyak corak dan rasanya enak. Telur puyuh
sangat potensial untuk dikembangkan terlebih dahulu karena
konsumsi telur puyuh sudah mulai menyebar di seluruh kota
kota menengah dan besar di Indonesia. Kandungan protein dan
lemak telur burung puyuh sangat baik dari unggas lain.
Kandungan protein tingggi daan kandungan lemak rendah
sehingga bagus untuk pertumbuhan anak-anak.

Daging puyuh saat sekarang ini sudah tidak kalah pamor


dibandingkan daging ternak unggas lainnya. Walaupun masih
belum terlalu biasa menu daging puyuh terhidang di meja makan
restoran-restoran maupun di rumah-rumah. Padahal rasa daging
burung puyuh enak dan gurih dengan nilai gizinya yang tinggi.
Daging puyuh mengandung 21,10% protein, sedangkan
lemaknya rendah hanya 7,7% saja. daging burung puyuh
umumnya di ambil dari puyuh yang sudah afkir karena bila
diternakkan hanya akan menghabiskan pakan yang tentunya
akan memperbesar biaya pemeliharaan. Daging puyuh biasanya
dijual di supermarket dalam bentuk karkas dan dimasukkan ke
dalam kemasan plastic tertutup.

Kotoran/feses burung puyuh memang baunya lebih menyengat


dibandingkan kotoran/feses ayam atau unggas lainnya.Apalagi
bila puyuh diberi pakan berkadar protein yang lebih tinggi.Akan
tetapi kotorannya itu masih bisa dimanfaatkan untuk dibuat
pupuk kandang atau pupuk organik yang sangat baik untuk
tanaman sayur maupun tanaman hias dan juga bisa untuk
campuran dalam bahan makanan (konsentrat) bagi ternak.
Kotoran puyuh dapat diambil setiap hari, karena puyuh
termasuk ternak yang banyak mengelurkan kotoran
pengelolaannya dengan cara mengumpulkan kotoran-kotoran
puyuh dari dropping board (papan penampung tinja) di setiap
unit kandang. Munculnya berbagai usaha kuliner yang seringkali
menggunakan olahan daging dan telur puyuh membuat peluang
usaha untuk ternak puyuh semakin menguntungkan. Terlebih

50
hampir dari tahun ketahun permintaan konsumsi telur dan
daging puyuh terus mengalami peningkatan. Telur dan burung
puyuh sangat popular di masyarakat lantaran memiliki cita rasa
yang enak, gurih, dan menyehatkan.

Terdapat beberapa kandungan nutrisi dan gizi yang terdapat


dalam burung puyuh. selain itu omset yang didapatkan lewat
usaha ternak puyuh terbilang sangat fantastis dengan nilai
keuntungan yang cukup besar. Pilihan untuk menggeluti usaha
ternak puyuh memang memiliki prospek usaha yang sangat
cerah serta menjanjikan olahan daging dan telur puyuh yang
memiliki banyak penggemar. Dalam mengelola usaha ternak
puyuh memang begitu mudah pengelolaannya dari pembibitan
hingga pemanenan. Dimana dalam usaha ternak puyuh sangat
mudah juga perawatannya dan tidaklah begitu sulit.

Untuk memulai dan mengawali usaha ternak puyuh ini juga tak
membutuhkan modal yang besar utamanya berbasis skala
rumahan. Pangsa pasarnya yang bagus menjadikan usaha ternak
puyuh layak sebagai inspirasi usaha yang menjanjikan. Peluang
usaha ternak puyuh terbilang sangat prospektif dengan respon
positif oleh berbagai kalangan masyarakat. Usaha ternak puyuh
juga tidak mengenal waktu dan juga musim sehingga usaha ini
cocok untuk pilihan usaha berbasis rumahan yang dijalankan
diwaktu kapanpun. Perkembangan ternak puyuh dari waktu ke
waktu menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan bagus jika
dikembangkan.

Mencari konsumen usaha ternak puyuh memang tidaklah sulit.


Permintaan daging dan telur puyuh yang cukup tinggi banyak
dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu peluang bisnis yang
menjanjikan untung besar. Hewan yang dikenal masyarakat ini
memiliki massa pertumbuhan yang telarif singkat yaitu sekitar
42 hari (6 minggu saja). Dan setiap tahunnya dapat
memproduksi telur sebanyak 200-300 butir, kemudian akan

51
bertelur terus menerus sampai sekitar 18 bulan atau sampai pada
masa afkir. Dalam pemasaran telur puyuh memang masih sangat
rendah jika dibandingkan dengan telur ayam ras, karena
perbedaan harga jual yang sangat berbeda, namun burung puyuh
memiliki potensi dan peluang yang cukup besar untuk
dikembangkan, sebab telur dan dagingnya dapat dimanfaatkan
oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari harinya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam beternak burung puyuh salah


satunya pemilihan lokasi peternakan. Sebaiknya pilih lokasi yang
jauh dari kebisingan agar burung puyuh tidak terkena stress dan
pastikan bahwa lokasi peternakan juga mendapat sinar matahari
dan sirkulasi udara yang cukup baik. Selanjutnya usahakan suhu
lingkungan peternakan berkisar antara 20-28℃ dengan tingkat
kelembapan 30-80%. Hal ini sangat penting agar lingkungan
kandang benarbenar terjaga dan terhindar dari segala penyakit
yang dapat menyerang burung puyuh.

Ternak puyuh peterlur berbasis skala rumahan biasanya


dilakukan pembangunan kandang 1 m² dan memiliki tinggi 30-
35 cm. kandang bisa disusun 3 sampai 4 tingkat dan tiap
tingkatanya berisi 30/35 ekor burung puyuh/ dengan
kemiringan 30⁰, sehingga lantai depan lebih rendah dari lantai
belakang. Fungsinya agar telur puyuh yang dihasilkan bisa
langsung turun ke penampungan telur yang ada di depan
kandang. Sedangkan untuk tempat makan dan minum sebaiknya
diletakkan diluar kandang, agar lingkungan tempat tinggal puyuh
tidak ikut kotor. Jenis pakan yang diberikan pun berbeda, untuk
puyuh usia 1-3 minggu diberi pakan Quil Starter, puyuh usia 3-
6 minggu diberi pakan Quail Grower dan untuk puyuh yang
berusia lebih dari 6 minggu diberi pakan Quail Layer. Pemberian
pakan pun juga terbilang sangat hemat, karena puyuh dewasa
hanya diberi makan satu kali sehari yaitu pada pagi hari dan
pemberian anak puyuh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan
sore hari.

52
Pengembangan usaha peternakan burung puyuh sangatlah
mudah dan tidak memakan banyak biaya, cocok untuk kalangan
menengah kebawa serta dapat diterapkan melalui berbasis skala
rumahan disuatu pedesaan. Dengan adanya sistem berbasis skala
rumahan masyarakat penduduk sekitar dapat menerapkan dan
beternak di rumah, sehingga peluang usaha burung dapat
menjanjikan peluang usaha yang mampu berdaya saing
didaerahnya hingga secara global dan masyarakat mendapatkan
keuntungan dari hasil berternaknya sediri untuk mencukupi
kebutuhan konsumsi protein hewani tiap harinya.

Saai ini, masalah yang tengah dihadapi dunia telah diguncangkan


oleh pandemi COVID-19 Virus ini pertama kali muncul dikota
Wuhan dan sudah menginfeksi hampir keseluruh dunia. Virus
ini berpengaruh pada hampir seluruh sektor kehidupan, tak
terkecuali pada subsektor perunggasan. Berbeda dengan flu
burung (H5N1) yang langsung menyerang ternak, COVID-19
ini lebih berpotensi menyerang peternaknya.

Akibat pandemi, akses serapan pasar burung puyuh cukup sulit


dan turunnya permintaan, terlebih lagi sejak adanya peraturan
pemerintah terkait pembatasan aktivitas diluar rumah, hampir di
setiap daerah membuat masyarakat tidak bisa keluar untuk
melakukan jual beli atau bertransaksi. Selain itu, kendala yang
terjadi pada subsektor perunggasan berada pada sisi bahan
pakan. Aktivitas impor beberapa jenis bahan pakan sempat
tersendak karena Tiongkok menerepakan karantina wilayah
(lockdown).

Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di


Indonesia saat ini sudah semakin meluas, dengan jumlah kasus
terpapar Covid-19 semakin bertambah dari hari ke hari. Kita
harus berhati-hati dalam menghadapi penyebaran virus ini,
karena setiap harinya selalu ada penambahan jumlah orang yang

53
terinfeksi Covid-19. Hingga saat ini, banyak negara termasuk
Indonesia belum mampu menghentikan penyebarannya karena
belum ditemukan obat atau vaksinnya. Pandemi Covid-19
belum juga bisa dikatakan berakhir, namun kehidupan harus
terus berjalan. Apakah kita mau terus hidup dengan pembatasan?
Mengisolasi diri di rumah terus menerus? Sudah pasti
jawabannya tidak. Tentunya kita ingin kembali bekerja, belaja
dan beribadah, serta bersosialisasi/beraktivitas agar bisa
produktif di era pandemi ini. Jika hal tersebut tidak dilakukan,
cepat atau lambat akan berdampak pada berbagai sektor, baik
sosial, budaya, pertumbuhan ekonomi akan mengalami
perlambatan, industri tidak berjalan, atau masyarakat kehilangan
penghasilan.

Untuk itu, masyarakat harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan


hidup baru atau disebut dengan ‘new normal life’, sebagaimana
yang pernah dikatakan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Percepatan
Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito. New normal
adalah perubahan perilaku untuk tetap melakukan aktivitas
normal dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan Covid-19. Dengan
diberlakukannya new normal, kita mulai melakukan aktifitas di
luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang
telah diatur oleh pemerintah, yaitu memakai masker bila keluar
dari rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan tetap
menjaga jarak serta menghindari kerumunan orang untuk
mencegah penularan virus corona.

Wabah virus corona atau Covid-19 yang menjangkiti berbagai


daerah di Indonesia telah berdampak terhadap melemahnya
sendi-sendi ekonomi di sektor riil tidak terkecuali di bisnis
perunggasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
bantuan dari pemerintah harus melakukan gebrakan serius
untuk menyelamatkan peternak burung puyuh atau industri
perunggasan.

54
SUMBER PUSTAKA

DJKN. 2020. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-


sidempuan/baca-artikel/13169/NewNormal-di-
Tengah-Pandemi-Covid-19.html (Diakses pada 10 Juli
2020)
Redaksi bisnis UKM/. 2011. https://bisnisukm.com/potensi-
bisnis-ternak-burung-puyuh.html (Diakses pada 9 Juli
2020).
Ruslan. 2019. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Burung Puyuh
(Coturnix-Coturnix Japonica) Petelur Dan Pembibitan
Di Cv. Djion Puyuh Makassar. Skripsi. Fakultas Sains
Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Makassar.
Tokoh mesin maksindo. 2020.
https://www.tokomesin.com/peluang-usaha-ternak-
puyuh-dananalisa-usahanya.html (Diakses pada 9 Juli
2020).
Vadhia. L. 2020. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-4972505/bagaimana-caraselamatkan-
peternak-ayam-dari-krisi-corona (Diakses pada 10 Juli
2020)

55
56
BAGIAN KEDUA

Peternakan Rakyat
dan Protein Hewani

57
58
Whey : Sisa Pengolahan
Dangke Menjadi Bioetanol
Nurfauzan (I011171303)

Industri susu di Indonesia terus berkembang dari waktu ke


waktu. Namun, semakin besarnya sebuah Industri akan
menghasilkan limbah yang cukup banyak pula. Menurut
pendapat Wagini dkk (2002) limbah industri dapat berupa
limbah padat (solid waste), limbah cair(liquid waste) dan limbah
gas (gaseous waste). Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
limbah-limbah tersebut antara lain : membahayakan keschatan
manusia, menimbulkan kerusakan ekosistem ternasuk
mencernari tanah, air (badan air) dan udara serta dapat
merusak keindahan (estetika). Limbah cair yang berasal dari
industri susu mempunyai karakteristik khusus, yaitu
kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut sangat
mudah mengalami proses pcmbusukan dan apabila tidak segera
didaur ulang akan sangat membahayakan terhadap lingkungan
disekitar industri.

59
Dangke adalah salah satu produk olahan susu khas Indonesia
yang dibuat secara tradisional oleh masyarakat di kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Produk ini dihasilkan melalui
pemanasan susu segar yang ditambahkan larutan getah pepaya
sehingga susu membentuk gumpalan (curd) dan cairan (whey).
Curd dan whey kemudian dipisahkan dengan tempurung kelapa
sebagai alat penyaring sekaligus pencetak dangke, setelah
memadat dangke lalu dibungkus dengan daun pisang dan siap
dikonsumsi. Jika dilihat sekilas dangke menyerupai tahu karena
warnanya yang putih, akan tetapi tekstur dangke lebih kenyal
dan rasanya lebih gurih. Masyarakat di Kabupaten Enrekang
umumnya mengkonsumsi dangke sebagai lauk pendamping
nasi sehari-hari dan juga sebagai pangan selingan yang disantap
dengan campuran gula aren atau sambal jeruk nipis. Dangke
merupakan produk olahan susu tradisional yang dikenal sejak
tahun 1905 dan usaha pengolahannya sekarang telah menjadi
usaha skala rumah tangga di kabupaten Enrekang.

Nilai lebih dari pengolahan dangke di Enrekang adalah sebagai


wadah penyerapan susu hasil produksi peternak sehingga tidak
dikenal adanya penolakan terhadap produksi susu peternak
seperti yang biasa terjadi di sentra susu di daerah jawa.
Peternakan sapi perah dan usaha pembuatan dangke menjadi
satu kesatuan industri dalam satu rumah tangga peternak.
Pengembangan dangke tidak hanya meningkatkan konsumsi
susu, tetapi juga menjadi motivasi bagi peternak untuk terus
mengembangkan usaha peternakannya (Hatta, 2014). Proses
pembuatan dangke menghasilkan hasil sampingan berupa whey.
Jumlah whey dangke sekitar 3.600 liter perhari dan umumnya
dibuang begitu saja (Fatma et al., 2012).
Whey (Laktoserum) merupakan cairan semi transparan yang
tertinggal dalam proses pengendapan pembuatan produk
olahan susu yaitu keju atau dangke dengan ciri khas memiliki
warna kuning kehijauan, rasa yang sedikit asam, dengan aroma
yang agak harum.. Dangke merupakan produk olahan khas

60
kabupaten Enrekang yang merupakan sejenis keju lunak dari
susu sapi atau kerbau dan dihasilkan tanpa proses fermentasi.
Proses pembuatan dangke menghasilkan hasil sampingan
berupa whey. Jumlah whey dangke sekitar 3.600 liter perhari dan
umumnya dibuang begitu saja (Fatma dkk., 2012).

Kandungan nutrisi whey dari dangke terdiri atas padatan 7,55%,


lemak 0,83%, Laktosa 5,49%, Protein 0,36, dengan nilai pH
6,40. Kadar nutrisi yang paling tinggi dari whey hasil pengolahan
dangke yaitu laktosa (5,49%). Laktosa pada whey dapat
mencemari lingkungan jika tidak ditangani dengan benar karena
cairan limbah ini mudah dicemari oleh mikroba. Hasil
pemecahan whey dapat menyebabkan kurangnya oksigen dalam
air dan tanah karena whey mempunyai biological oxygen demand
(BOD) yang tinggi berasal dari laktosa (Nurliyani,2010).

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat whey yang


dihasilkan oleh pengolahan dangke, whey dapat diolah menjadi
bahan baku pembuatan bioetanol, karena didalamnya
terkandung laktosa. Bioetanol merupakan salah satu energi
alternatif yang digunakan saat ini yang diharapkan dapat
menggantikan sumber energi minyak bumi yang telah ada yang
merupakan cairan hasil fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme (Sulaiman, 2016).

Proses fermentasi laktosa menjadi bioetanol, peran mikroba


sangat dibutuhkan, dalam hal ini mikroba jenis Kluyveromyces
marxianus (Siti et al., 2001). Hasil akhirnya akan menghasilkan
bioetanol yang berfungsi sebagai bahan bakar pada kendaraan
bermesin. Bioetanol merupakan bahan bakar yang tidak
mengakumulasikan gas karbon dioksida (CO2) dan relatif
kompetibel dengan mesin mobil dengan berbahan bakar bensin.
Bioethanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai
kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan
bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium

61
yang nilai oktannya 88, dan pertamax dengan nilai oktan 94. Hal
ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif
yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.
Kelebihan dari bioethanol adalah tidak berwarna dan tidak
berasa tapi memiliki bau yang khas. Karena sifatnya tidak
beracun, bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia
farmasi dan industri makanan dan minuman.

Kluyveromyces marxianus merupakan homothallic, hemiascomyceteous


khamir, dan mempunyai kekerabatan dengan Saccharomyces
cerevisie. Karakteristik yang khas pada spesies ini adalah mampu
menggunakan laktosa sebagai sumber karbon yang mana tidak
dimiliki oleh Saccharomyces cerevisie. Candida merupakan khamir
yang banyak digunakan untuk produksi minyak/lemak yang
nantinya diharapkan dapat menjadi sumber bahan baku
biodiesel/bioetanol. Kluyveromyces marxianus merupakan
thermotolerant dan ethanologenic khamir yang mampu menggunakan
berbagai macam gula seperti glukosa, xylosa, galaktosa,
arabinosa, dan sukrosa sehingga sangat bagus untuk
memproduksi bioetanol dan biomassa. Spesies ini sangat bagus
untuk memproduksi ethanol pada suhu tinggi dibanding
dengan “conventional khamir” Saccharomyces cerevisie. Keuntungan
menggunakan mikroba thermotolerant adalah lebih efisien pada
proses fermentais sebab bisa menurunkan biaya pendinginan
fermentor, mengurangi kontaminasi, dan mempercepat proses
fermentasi (Hidayat dkk., 2016).

Proses pembuatan bioetanol dari whey dangke yaitu menyiapkan


whey sebanyak 500 gram, yeast exrtract 0,1%. Proses
fermentasi whey menggunakan Kluyveromyces marxianus dilakukan
secara fed-batch yaitu menambahkan media baru secara teratur
pada kultur tertutup tanpa mengeluarkan cairan kultur yang ada
didalam fermentator sehingga volume kultur semakin lama
semakin bertambah. Namun sebelum itu, dilakukan persiapan
inokulum terlebih dahulu selama 24 jam dengan mengambil

62
satu koloni Kluyveromyces marxianus kedalam 30 ml whey
kemudian ditambahkan yeast extract sebanyak 0,1% dengan suhu
30 derajat celcius, 35 derajat celcius, dan 40 derajat celcius ,pH
4,5 dengan kecepatan pengadukan 120 rpm.

Hasil akhir dari pengolahan whey ini akan menghasilkan etanol


yang berasal dari fermentasi yang menyebabkan berkurangnya
kadar laktosa dalam whey dangke. Selain itu, bioetanol yang
dihasilkan oleh whey dangke memiliki kemiripan dengan
bioetanol yang dihasilkan dari whey keju mengingat kadar
laktosa yang dimiliki whey dangke dan whey keju sama yaitu
diantara ±5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Foda dkk (2013)
yang menyatakan bahwa kandungan laktosa dalam whey yaitu
4-5%.

DAFTAR PUSTAKA

Fatma, Soeparno S, Nurliyani N, Hidayat C, Taufik M. 2013.


Karakteristik Whey Limbah Dangke dan Potensinya
Sebagai Produk Minuman dengan Menggunakan
Lactobacillus acidophilus Fncc 0051 (Characteristics of
Whey from Dangke Waste and Its Potential as Beverage Product
by using Lactobacillus acidophilus FNCC 0051). J Agritech.
32(04).
Foda, M. I. Joun, dan L. Yi. 2010. Study of suitability of cheese whey
for biobutanol production by clostrodial. Journal of Amrican
Science: 34-46
Hatta, W., M. B. Sudarwanto, I. Sudirman dan R. Malaka. 2014.
Survei karakteristik pengolahan dan kualitas produk
dangke susu sapi di kabupaten enrekang, sulawesi
selatan. JITP. 3(1): 154-161
Hidayat, Nur., Wignyanto, S. Sumarsih, dan A. I. Putri. 2016.
Mikologi Industri. Malang: UB Press
Nurliyani, L. 2010. Laktosa sebagai ingridien pangan. Food
Review.5(6) : 39-43.

63
Siti, D., A. Puspita, D. Ariyanti, dan Hadiyanto. 2015.
Pembuatan bioetanol dari limbah keju whey melalui
proses fermentasi fed bacth dengan Kluyveromyces
marxianus. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(3):
155-162
Sulaiman. 2016. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar
Bioethanol Limbah Kulit
Durian (Durio Zibethinus). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
Wagini, Karyono, dan A. S. Budi. 2002. Pengolahan limbah cair
industri susu. Jurnal manusia dan lingkungan. 9(1): 23-
31

64
Melirik Peluang Usaha
Beternak Belibis
Relli (I11116042)

Usaha peternakan saat ini masih didominasi oleh ternak


ruminansi, unggas dan aneka ternak lainnya. Khusus pada sektor
perunggasan didominasi oleh ternak Ayam Broiler, Ayam Ras
Petelur, Ayam Buras dan Itik. Namun, kenyataanya usah
tersebuat masih belum bisa memenuhi kebutuhan daging
masyarakat di Indonesia. Menurut data Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) yang dirilis pada tahun
2019, konsumsi daging pada masyarakat Indonesia pada 2018
baru mencapai rata-rata 2,0 kg/kapita untuk daging sapi, 7,6
kg/kapita daging ayam, 2,3 kg/kapita daging babi, dan 0,4
kg/kapita daging kambing.

Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan negara-negara di


ASEAN lainnya, Indonesia jauh tertinggal dari negra-negara
tersebut. Mengacu pada data Organisation for Economic Co-operation
and Development OECD dalam periode yang sama, negara
tetangga seperti Filipina mencapai 3,1 kg/kapita daging sapi,

65
13,3 kg/kapita daging ayam, 14,9 kg/kapita daging babi, dan 0,5
kg daging kambing. Malaysia tingkat konsumsinya mencapai 5,4
kg daging sapi, 48,7 kg/kapita daging ayam, 5,4 kg/kapita
daging babi, dan 1 kg/kapita daging kambing. Vietnam tingkat
konsumsinya 9,3 kg/kapita daging sapi, 13,4 kg/kapita daging
ayam, 29,7 kg/kapita daging babi dan 0,2 kg/kapita daging
kambing. Sedangkan Thailand angka konsumsinya mencapai 1,3
kg/kapita daging sapi, 7,9 kg/kapita daging ayam, dan 10,0
kg/kapita daging babi.

Dengan kondisi seperti ini jika tidak segera ditangani, maka akan
timbul masalah yang dapat merugikan masyarakat. Oleh karena
itu, mau tidak mau kita harus meningkatkan jumlah produksi
ternak untuk mencukupi kebutuhan protein hewani, dengan
cara memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu peluang yang
dapat kita manfaatkan yaitu dengan cara mengoptimalkan
kembali peternakan rakyat seperti peternak kelinci, puyuh,
entok dan burung belibis. Setidaknya dengan mengoptimalkan
peternak rakyat maka kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun
dapat meningkat.

Peternakan rakyat khususnya pada burung Belibis saat ini sudah


mulai dikembangkan di Sulawesi Selatan, khususnya di
kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap). Eksistnsi dan potensi
dari burung ini belum banyak yang terungkap, walaupun
sebagian masyarakat mengenlnya sebagai itik liar. Menurut
Neordjito (2007) menyatakan bahwa terdapat dua dari 15 jenis
itik liar dari kerabat burung belibis di Indonesia mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan, yaitu burung belibis
batu (Dendrocygna javanica) dan burung belibis kembang
(Dendrocygna arcuata).

Beberapa tahun ini, burung Belibis sepertinya telah


mendapatkan kelasnya di kalangan masyarakat, seiring dengan
adanya opini yang berkembang di masyarakat khusunya pada

66
kalangan konsumen daging burung Belibis. Mereka mengklaim
bahwa rasa dagingnya gurih serta kandungan lemaknya relatif
rendah dibandingka dengan ayam dan itik. Keunggulan-
keunggulan inilah yang menyebabkan burung Belibis mulai
diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat dengan
golongan menengah keatas dan penduduk perkotaan. Lambat
laun permitaan pasar akan pasokan daging burung Belibis akan
terus meningkat.

Sayangnya permintaan burung Belibis yang semakin tinggi


ternyata tidak dapat terpenuhi oleh peternak. Mengapa demkian?
Sebab peternak burung Belibis saat ini kebanyaan hanya
menjadikan usaha ini sebagai usaha rumahan. Namun belum
banyak yang terpikir untuk membawa usaha ini menjadi
peternak yang intensif, artinya bisa menjadikan sumber
penghasilan berkelnjutan dengan produksi yang berskala besar.

Seperti apakah peluang dari usaha burung Belibis ini? Apakah


para peternak burung Belibis mampu meningkatkan usaha
mereka menjadi lebih intensif untuk menuju bisnis yang besar?
Apa saja keunggulan betrnak burung Belibis? Ulasan berikut ini
merupakan beberapa fakta seputar usaha burung Belibis yang
dikumpulkan dari berbagai literasi, dan dipadukan dengan cara
pandang saya sendiri dengan melihat peluang usaha burung
belibis ini.

Burung Belibis adalah salah satu burung yang dapat dijumpai di


daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Burung
Belibis hidup pada daerah perairan dan rawa-rawa. Menurut
Sihombing (2008) menyatakan bahwa burung Belibis (Lesser
Wishtling Duck) adalah salah satu satwa itik liar dari famili
Anatidae yang hidup diperairan tawar, rawa-rawa dan semak-
semak pohon yang berpotensi sebagai penhasil daging. Burung
Belibis juga dikenal sebagai burung imigran di Dunia, dengan
penyebarannya meliputi Amerika Utara, Pakistan, Burma,

67
Taiwan, Jepang, India Bagian Selattan, China Sri Langka dan
Asia Tenggara.

Karena penyebarannya di Indonesia sudah mulai meluas, dan


konservasinya sudah mulai dilakukan maka untuk menjadikan
burung Belibis sebagai komoditi usaha tentunya tidak akan sulit
untuk dijalankan. Sebagian orang sudah tahu seperti apa siklus
hidup dari buru Belibis, bagaimana perawatannya dan
bagaimana mengembangbiakkannya untuk diperbanyak
populasinya. Namun demikian, peningkatan pengetahuan yang
lebih komprehensif masih sangat diperlukan. Mulai dari
bagaimana menetukan bibit yang unggul, pakan yang tepat,
kandang, vitamin dan obat-obatan yang tepat. Makanya usaha
ternak secara intensif tidak cukup hanya dengan menggunakan
teknik budidaya sederhana seperti yang tidak memperhatikan
kualiatas dari pakan, kandang dan lain-lain.

Tingkah laku adalah tindak tanduk hewan yang terlihat, baik


secara individual maupun bersama-sama (kolektif). Hewan liar
yang telah didomestkasi masih memperlihatkan adanya
perbedaan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan hidup yang
berbeda, walaupun tetap ada naluri (instinct) hidup bersama.
Tingkah laku hewan merupakan hasil adaptasi terhadap
lingungannya yang dipengruhi oleh kempuan belajar untuk
menyesuaikan tahap lingkunganyang baru (Suryana dan Yasin.
2019). Burung belibis seperti halnya hewan yang lain yang
memiliki kebiasaan dan tingkah laku seperti makan ,minum dan
kawin. Tingkah laku makan burung belibis sama seperti halnya
pada jenis itik yang lainnya, yakni menyukai pakan yang
berbentuk butiran dan setelah makan dibarengi dengan mencari
air minum.

Habitat adalah lingkungan tempat satwa atau tumbuhan dapat


hidup dan berkembang secara alami atau merupakan kawasan
yang terdiri dari atas berbagai komponen fisik (air, udara, iklim,

68
tanah dan ruang) maupun biotik (vegetasi, mikro dan makro)
yang merupakan suatu kesatuan sebagai tempat hidup dan
berkemang biak. Habitat berfungsi sebagai penyedia makanan,
air, pelindungdan temopat berkembangbiak (Sihombing, 2008).
Pada habitatnya, burung belibis hidup berkelompok dan
kandang-kandang membentuk kumpulan yang sangat besar
melebihi 1000 ekor, dan seekor jantan dapat mengawini
beberapa ekor betina.beliis jantan dan betina bergantian utuk
mengerami telurnya sampai menetas antara 26-30 hari (Suryana
dan Yasin. 2019).

Dari hari ke hari permintaan daging burung Belibis terus


meningkat. Konsumen daging burung Belibis sepertinya
memliki kelas tersendiri. Rumah makan mulai menyajikan menu
daging burung belibis. Masyarakat kini mulai beralih dari daging,
ayam, itik ke burung belibis. Hal ini tidak terlepas dari kualitas
daging burung Belibis yang berbeda dengan daging itik. Jika
anda tertarik dengan usaha ini, cobalah sesekali melakukan
survei kepasar atau masyarakat.

Selain daging burung Belibis telur burung Belibis juga dapat


dijadikan sumber penghasilan, kita dapat menjual ke masyarakat.
Burung belibis mampu menhasilkan telur sebanayak 8-10 butir
yang berproduksi pada bulan Februari, Maret, September,
November (Wikipedia, 2020). Selain itu, peternak juga bisa juga
menjual bibit burung Belibis. Pada tahap ini memerlukan
pengeahuan yang lebih tentang breedig atau pembibitan ternak.
Pada umumnya peternak biasanaya hanaya meetaskan telur
secara manual dengan cara induknya mengerami telurnya. Tidak
bisa dipungkiri siapa tau suatu hari nanti proses penetasan dapat
dialukan dengan mengunakan mesin tetas, sehingga dapat lebih
efisien dalam produksi bibit atau anak burung Belibis.

Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa sektor perunggasan


masih didominasi oleh ternak ayam Broiler, Ayam Ras Petelur,

69
Ayam Buras dan Itik. Sehingga pelaku usaha burung Belibis di
pasaran pun masih sangat terbatas. Sedagkan kita tau bahwa
daging burung belibis memiliki kelas konsumen sendiri
dimasyarakat yang jumlahnya terus bertambah. Disamping itu,
karena kualitas dagingnya gurih serta kandungan lemaknya
relatif rendah dibandingka dengan ayam dan itik. Beberapa fakta
ini tentu sangat memukau bagi orang yang bisa melihat ini
sebagai peluang bisnis.
Pembudidayaan burung Belibis secara intensif berskala bisnis
ibaratnya masih b isa dihitung jari. Jumlahnya sedikit, tidak
berimbang dengan permintaan pasar. Kebanyakan peternak
burung Belibis saat ini masih berskala rumahan, yang jumlahnya
hanya berkisar belasan hingga puluhan ekor. Sehingga tak
mampu menutupi kebutuha pasar dibandingkan dengan usaha
peternakan ayam Broiler, Ayam Ras Petelur, Ayam Buras dan
Itik. Di Indonesia peternakan burung Belibis kebanyakan
berada di Sulawesi Selatan khususya di kabupaten Sidenreng
Rappang (Sidrap) petenak burug belibis. Jika kita mulai beternak
burung belibis tidak akan butuh lama untuk mendapatkan
produksi.

Saat ini beternak burung Belibis sudah mulai dilakukan oleh


pelaku usaha, khususnya dalam bidang peternakan. Beternak
burung belbis akan memberikan kebanggaan tersendiri
dibandingkan dengan beternak unggas jenis lainnya, sebab
dengan itu kita telah ikut berpatisipasi menjaga dan melestarikan
burung belibis di Indonesia. Jika kita membudidayakan burung
belibis secara intensif dan berhasil, tentu akan menjadi inspirasi
bagi peternak lain untuk turut serta beternak burung beibis.

Budidaya burung Belibis adalah peluang usaha yang sangat


menjanjikan untuk dijalankan di Indonesia. Meskipun konsumsi
daging masih didominasi oleh ayam Broiler, Ayam Ras Petelur,
Ayam Buras dan Itik tapi daging burung Belibis memiliki kelas
konsumen tersendiri yang jumlahnya terus bertambah setiap

70
hari. Ini adalah peluang yang besar. Skala peternakan sebaiknya
dikerjakan secara intensif dalam jumlah yang banyak, dalam
artian dikelolah secara terencana dan berkesinambungan.
Dengan demikian akan memungkinkan untuk mendapatkan
hasil produksi yang besar dengan biaya produksi yang kecil
sesuai prinsip ekonomi.

Apakah anda tertarik beternak burung belibis secara intensif?


Jika ia, maka anda sedang berada di jalur yang tepat untuk usaha
mandiri dengan prospek cerah. Bersama-sama kita bawa burung
Belibis di dunia peternakan nusantara.

DAFTAR PUSTAKA

Neordjito, M, 2007. Penelitian Mengenai Itik Liar. lembaga


biologi nasional.
http://digilabn.biologi.lipi.go.id/view.html?dm.31495.
(diakses 30 april 2008).
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
2019. Meat Consumption.
https://data.oecd.org/agroutput/meat-
consumption.htm. (diakses 09 Juli 2020).
Sihombing, D.T.H. 2008. Satwa Harapan 4 (dalam persiapan).
Hand Out Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya
Satwa Harapan. Fakultas Peternakan. Sekolah
Pascasarjana (Program Doktor). Institut Pertanian Bogor.
Suiryana, dan M, Yasin. 2019. Konservasi Burung Belibis Di
Lahan Rawa. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimantan Selatan.
Wikipedia. 2020. Belibis polos.
https://id.wikipedia.org/wiki/Belibis_polos. (diakses 24
januari 2020)

71
72
Indigofera : Pakan Hijauan
Kaya Protein
Zulfiqih Matra Palompai (I011171344)

Di tengah pandemi Covid-19 ini tentu banyak dari lapisan


masyarakat khususnya peternak yang kebingungan dengan
pakan ternak yang harganya terbilang tinggi. Komponen pakan
pada ternak sangat penting karena memenuhi 60-70% dari biaya
produksi dalam ternak. Perlu diketahui bahwa mengapa
indigofera disangkutpautkan dengan lahan salin ?. Pada
dasarnya adalah untuk pengembangan dan menunjang
ketersediaan pakan sehingga meminimalisir pakan impor.
Sampai saat ini, tidak dipungkiri bahwa memang dalam
memenuhi bahan baku. Perusahaan yang memproduksi pakan
juga mengakui bahwa bahan baku kita masih minim sehingga
tidak dipungkiri ketika produk pakan untuk ternak mengalami
lonjakan harga. Seperti yang diungkapkan Dr. (cand). Ir Audy
Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng selaku Chairman
of Perkasa dan Lintas Agro Group beberapa waktu lalu saat
dilaksanakannya Diskusi Peternakan yang diadakan oleh
Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam Cab.Makassar Timur

73
“saat ini perusahaan pun kesulitan bahan baku karena masih
bergantung pada impor dari luar negeri”.

Penggunaan tanah untuk sektor pertanian meliputi penggunaan


untuk pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman keras,
untuk kehutanan maupun untuk ladang penggembalaan dan
perikanan. Namun seiring dengan semakin pesatnya
pertumbuhan ekonomi dan penduduk maka lahan yang tersedia
untuk sektor pertanian semakin lama semakin sempit. Kondisi
tersebut menimbulkan adanya permasalahan baru dalam
penyediaan bahan pangan yang terus meningkat sebagai akibat
dari penduduk yang terus bertambah dan ekonomi yang
berkembang. Lahan pasir pantai merupakan lahan bermasalah
kedua setelah tanah masam, dimana lahan marginal pasiran
pantai sangat potensial untuk dimanfaatkan menjadi lahan
budidaya yang produktif terutama untuk budidaya tanaman
hortikultura. Baik hijauan maupun konsentrat saat ini membuat
masyarakat berpikir untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak
namun dengan kondisi stabilitas ekonomi yang semakin hari
semakin tidak bisa ditebak. Kondisi ini tentunya tidak bisa
dibiarkan, peternak harus mencari alternatif tanaman yang
mampu menunjang perbaikan nutrisi bagi ternaknya.

Tentu kita sepakat bahwa kualitas dari ternak ditentukan


berdasarkan beberapa faktor dan yang paling umum adalah
bobot badannya. Bobot badan ini dapat diatasi dengan
memenuhi kebutuhan protein dari pakan baik. Salah satu pakan
yang baik untuk ternak dalam memenuhi kebutuhan protein
adalah Indigofera zollingeriana atau tanaman Nila. Indigofera
zollingeriana merupakan tanaman pakan dari kelompok
leguminosa pohon. Leguminosa pohon ini memiliki
produktivitas yang tinggi dan kandungan nutrien yang cukup
baik, terutama kandungan proteinnya yang tinggi. Tanaman ini
dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan nitrogen,
posfor, kalium dan kalsium. Herdiawan (2013) melaporkan nilai

74
nutrisi tepung daun indigofera adalah Protein Kasar 24,57%; Serat
Kasar 18,18%, Ca 1,59% dan P 0,22%. Selanjutnya disebutkan
bahwa sebagai sumber protein, tepung daun Indigofera
mengandung pigmen yang cukup tinggi seperti xantofil dan
carotenoid.

Tanaman Indigofera. memiliki produktivitas yang tinggi dan


kandungan nutrien yang cukup baik, terutama kandungan
proteinnya yang tinggi. Komposisi nutrisi Indigofera yang kaya
akan nitrogen, fosfor dan kalsium menyebabkan tumbuhan ini
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasil analisa
proksimat dan Van Soest menunjukkan bahwa Indigofera
berpotensi sebagai pakan ternak yang berkualitas dengan
komposis nutrisi sebagai berikut : mengandung protein kasar
tinggi (28-31%), serat kasar (13-14%), BK (23-25%), Kecernaan
BK 78-80%, Kecernaan BO 77%, TDN 75-78%, Kecernaan
PK 86,32%. kalsium 1,78 % dan fosfor 0,34 %, kadar abu
6,41 %, NDF 54,24 %, ADF 44,69 % dan energi kasar 4,038
kkal/kg (Nadir, 2017).

Melihat dari kandungan yang terdapat dari indigofera maka


tidak perlu diragukan ketika tanaman ini mampu menunjang
bobot badan ternak yang tentunya berkualitas. Selain nutrisi
pada indigofera yang tergolong baik, tanaman ini juga toleran
terhadap cekaman salinitas. Untuk itu pengembahan indigofera
di lahan salin sangat perlu, terlebih mengingat potensi lahan
salin Indonesia yang luas. Tanah tergolong salin bila
mengandung garam dalam jumlah yang cukup untuk
mengganggu pertumbuhan kebanyakan spesies tanaman.

Mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas mengacu pada


proses pertumbuhan tanaman untuk berproduksi dengan baik
pada lahan dengan kondisi salin. Mekanisme tersebut meliputi
mekanisme inklusi dan ekslusi. Mekanisme inklusi dialami
tanaman dalam mencegah terjadinya keracunan ion-ion garam

75
dalam jumlah berlebihan dengan mensintesis senyawa solut
kompatibel, kompartementasi garam ke dalam vakuola, dan
retranslokasi garam melalui floem, dan ekskresi garam
menggugurkan daun tua. Terhambatnya pertambahan tinggi
suatu tanaman akibat salinitas tinggi disebabkan oleh
terbatasnya kandungan air dalam jaringan karena daya serap air
oleh tanaman yang rendah yang menyebabkan terganggunya
aktivitas meristem apikal dalam pertumbuhan dan
perkembangan sel (Kurniasari dkk. 2010).

Tanaman yang diberi cekaman air garam akan membentuk gula


dan senyawa penting lainnya yang lebih banyak untuk menjaga
turgor sel. Makin tinggi konsentrasi larutan garam yang
diberikan, kandungan padatan terlarut dalam batang akan makin
tinggi sehingga kandungan gula dalam batang juga semakin
tinggi. Dalam beberapa penelitian, indigofera mampu bertahan
dengan cekaman tersebut melalui proses adaptasi meskipun juga
mengalami hambatan pertumbuhan. Indigofera sp. sp
merupakan tanaman leguminosa yang sangat toleran terhadap
cekaman kekeringan, tanah asam, dan disamping memiliki
produksi biomas serta kandungan protein yang cukup tinggi
(Hassen dkk., 2007). Salah satu tanaman pakan ternak yang
dianggap toleran dan mampu beradaptasi pada kondisi lahan
kering dan beriklim panas. Jenis leguminosa ini selain ditanam
untuk tanaman pakan ternak juga dapat dijadikan sebagai
tanaman konservasi. Hal ini sesuai denagan yang dilaporkan
Yulistyarini dan Suprapto (2009), bahwa jenis tanaman
Indigofera sp. dapat dimanfaatkan secara optimal oleh manusia
dan ternak sebagai tanaman bermutu tinggi. Salah satu tanaman
yang toleran terhadap kekeringan adalah tanaman yang dapat
memanfaatkan unsur hara rendah dan jugah dapat
dimanfaatkan untuk mencegah erosi, selain itu sumber daya
pakan ternak dapat terjaga sepanjang tahun secara kontinyuitas.

76
Beberapa fakta mengenai tanaman indigofera juga sangat
mendukung untuk dikembangkan di Indonesia sehingga
sejatinya dalam ketersediaan bahan baku untuk pembuatan
pakan bukan menjadi hambatan di negeri ini. Untuk
memaksimalkan indigofera juga dapat dilakukan pengolahan.
Pengolahan pada tanaman indigofera juga sangat fleksibel atau
tergantung kebutuhan untuk digunakan pada ternak karena
indigofera juga dapat difermentasi sehingga daya tahan lebih
lama. Seperti yang kita tahu bahwa tujuan dilakukannya
pengolahan pun sangat beragam seperti kebutuhan daya
simpan, perbaikan nutrisi, memudahkan daya cerna, dan
keamanan dan ketahanan dari tanaman tersebut. Dinas
Pertanian dan Pangan Kab.Badung menjelaskan bahwa
pemanfaatan Indigofera sebagai pakan ternak dapat
menggunakan berbagai teknologi. Diantaranya indigofera segar
dicampur dengan rumput lapang atau jenis rumput yang
diintroduksi; teknologi silase dengan bahan tambahan molasses;
Indigofera diberikan dalam bentuk tepung dengan cara
dikeringkan di sinar matahari selama kurang lebih 2 hari setelah
itu selanjutnya digiling dengan mesin penggiling hingga
menghasilkan tepung pakan.

Tanaman indigofera yang diberikan pada ternak dengan taraf


pemberiaan Indigofera 45% ditambah rumput Brachiaria
ruziziensis 55% menghasilkan angka konsumsi bahan kering,
Indigofera 190 ekor/gr/hari dan Brachiaria ruziziensis 232
ekor/gr/hari dengan total konsumsi 422 gr/ekor/hari.
Selanjutnya menghasilkan respon ternak terhadap pemberian
Indigofera dan rumput segar terhadap pertambahan bobot
badan harian hidup ternak adalah 52,38 gr/ekor/hari dengan
efisiensi penggunaan pakan 0.12. Pemanfaatan teknologi silase
Indigofera untuk pakan ternak, yakni : tanaman Indigofera segar
kurang lebih 100 kg dilayukan selama 4 jam di sinar matahari
lalu ditambahkan dengan molases dengan takaran 15% dari
berat Indigofera segar, setelah itu dicampur rata lalu

77
dimasukkan ke dalam tong silo yang kedap udara lalu didiamkan
selama 30 hari. Pemberiaan silase Indigofera pada pakan ternak
dengan porsi pemberiaan 65% silase Indigofera ditambahkan
35% pakan konsentrat. Cara ini menghasilkan angka konsumsi
bahan kering ternak sebesar 452 gr/ekor/hari dan
menghasilkan respon ternak terhadap pemberiaan silase
Indigofera terhadap pertambahan bobot badan harian hidup
ternak 93 gr/ekor/hari.

Dari hasil beberapa penelitian yang telah disebutkan, maka


dapat disimpulkan bahwa fakta menarik pada indigofera yang
mengungkap bahwa berprotein tinggi dan tahan terhadap
cekaman salinitas pada lahan salin dapat dikatakan valid. Kita
juga dapat melihat bahwa potensi dalam ketersediaan pakan di
Indonesia sebenarnya sangat bagus untuk dikembangkan.
Untuk mengembangkan sesuatu maka perlu sumberdaya yang
mendukung dan elemen masyarakat hingga pemerintah yang jeli
melihat kondisi ini. Pengembangan indigofera sangat
berpeluang untuk membantu masyarakat dalam ketersediaan
pakan sehingga tidak bergantung lagi pada pakan impor yang
diproduksi oleh perusahaan. Peternak harus bisa melihat
peluang ini karena suatu saat harga pakan akan terus mengalami
kenaikan harga yang tentunya akan mengurangi pendapatan dari
keuntungan dalam beternak. Kondisi ini juga perlu diperhatikan
oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan yang harusnya
mampu mengatasi polemik yang ada di peternak sampai saat ini.

Namun saat ini pemerintah hanya terfokus untuk memproduksi


daging untuk ketersediaan dan konsumsi di Indonesia. Sangat
tidak rasional jika hanya mendukung melalui dorongan prospek
hasil tanpa memberi dukungan dari sebuah proses menuju
prospek hasil tersebut. Hal inilah yang terjadi di Indonesia saat
ini, dimana kita hanya terfokus untuk memproduksi daging sapi
namun kurang memperhatikan “efektivitas” dalam beternak.
Kita kurang memperhatikan proses tersebut sehingga meskipun

78
kedepan ada prospek untuk ketersediaan pakan, namun menuju
prospek tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Sekian dari saya. Salam Cinta dari Ujung Kandang.

DAFTAR PUSTAKA

Hassen A, Rethman NFG, van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007.


Influence of season/year and species on chemical
composition and in vitro digestibility of five Indigofera
accession. J Animal Feed Science and Technology 136:
312– 322.
Herdiawan, I. 2013. Pertumbuhan tanaman pakan ternak
leguminosa pohon Indigofera zollingeriana pada
berbagai taraf perlakuan cekaman kekeringan. JITV. 18
: 258-264.
Kurniasari, A, Adisyahputra, M & Rosman, R 2010. Pengaruh
kekeringan pada tanah bergaram NaCl terhadap
pertumbuhan tanaman nilam. Buletin Littro. 21(1) : 18-
27.
Nadir, M. 2017. Potensi Indigofera species sebagai konsentrat hijau
masa depan. Buletin Peternakan. 3:27-37
Yulistyarini T, Suprapto A. 2009. Jenis polongpolongan yang
berpotensi untuk usaha konservasi lahan kering.
Seminar Nasional Konservasi dan Pendayagunaan
Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering. P.53-57.

79
80
Integrasi Analisis
Metagenomik dan
Metatranskriptomik :
Strategi Pengolahan Pakan
di Era Modern
Ashariah Hapila (I11115310)

Pakan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber


energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan pada ternak. Selain itu, pakan juga dapat
digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan
warna dan rasa tertentu. Fungsi lain di antaranya yaitu sebagai
reproduksi dan metabolisme. Namun pemberian pakan yang
tidak seimbang dapat membuat ternak menjadi rentan terhadap
penyakit dan menurunkan produktivitas pada ternak.

Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai


dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan
kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua

81
nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam
jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak
antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur
anorganik serta mineral. Komposisi pakan ternak dikatakan
seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat memenuhi
kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan
kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan
kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Untuk memilih
bahan-bahan pakan yang akan dipergunakan pada ransum,
harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam
bahan pakan tersebut.

Beberapa strategi pengolahan pakan untuk menghindari


pemberian pakan dengan komposisi yang tidak seimbang antara
lain dengan cara mengelompokkan dan memberi pakan ternak
sesuai dengan kebutuhan nutrisinya dan membuat rasio nutrisi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat-zat
pakan dan memperlihatkan hubungan-hubungan yang
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan
kualitas produksi, salah satunya yaitu hubungan antara makanan
dan genetik.

Nutrisi pada pakan berperan sebagai sinyal yang menjadi


ekspresi gen pada proses metabolisme. Berbagai teknologi
analisis genomik antara lain PCR, RT-PCR, Analisis
Metagenomik dan Analisis Metatranskriptomik. Analisis ini
merupakan deteksi keragaman mikroba berdasarkan analisis
DNA dan deteksi profil ekpresi gen berdasarkan analisis RNA
dalam suatu komunitas, misalnya segenggam feses. Melalui
infomasi keragaman dan profil ekpresi genetik mikroba pada
ternak akan memberikan manfaat untuk menciptakan strategi
pengolahan pakan tentunya sebagai penunjang produktivitas
ternak.

82
Analisis metagenomik merupakan pengembangan teknik secara
molekuler dalam identifikasi mikroba tertentu. Perbedaan yang
mendasar adalah pada cakupan pembacaan sekuens DNA
sebagai informasi genetik dapat secara lebih lengkap, detail dan
akurat. Tidak hanya sekadar profil urutan DNA mikroba,
aktivitas fungsionalnya dalam proses metabolisme zat makanan
dalam tubuh ternak dapat diprediksi dengan akurat. Dengan
kata lain, hasil sekuen tidak lagi bersifat parsial namun berupa
data lengkap yang memberikan gambaran tentang komposisi
mikroorganisme yang mendiami lingkungan ataupun saluran
pencernaan ternak.

Satu-satunya teknik untuk mengetahui keanekaragaman


mikroba yang tidak dapat dikultur (unculturable) yaitu dengan
menggunakan teknik metagenom. Metagenom merupakan
suatu teknik yang secara khusus ditujukan untuk
mengumpulkan gen-gen secara langsung dari suatu lingkungan,
diikuti dengan menganalisis informasi genetika yang
terkandung di dalamnya. Teknik metagenom memungkinkan
ekstraksi DNA secara langsung dari lingkungan untuk dianalisis
keanekaragaman spesies maupun fungsinya. Keunggulan dari
teknik tersebut adalah materi DNA bakteri yang terdapat di
lingkungan dapat langsung diekstraksi tanpa melalui proses
penumbuhan pada medium buatan terlebih dahulu.

Analisis metagenomik ini dianggap lebih unggul dalam


mengidentifikasi mikroba sebab beberapa hal diantaranya,
mikroba tidak perlu dikultur karena dapat diidentifikasi
berdasarkan urutan spesifik basa DNA, hasil identifikasi lebih
cepat dan beragam hingga ke tingkat genus bahkan spesies dan
jumlah sampel yang digunakan sangat sedikit.

Secara teknis, aplikasi metagenomics dalam evaluasi nutrisi


bermanfaat untuk mengetahui secara detail mikroba yang
terlibat dalam proses pencernaan zat makanan, bagaimana

83
proses metabolisme itu terjadi dan enzim yang telibat melalui
jalur metabolisme tertentu. Parameter ini akan bermanfaat
dalam menentukan strategi nutrisi misalnya dalam formulasi
pakan dan perlakuan untuk meningkatkan performa ternak.
Tahapan analisis ini dilakukan dengan mengumpulkan sample
saluran pencernaan (misalnya cairan rumen sapi atau digesta
ayam), selanjutnya dilakukan ektraksi DNA dari mikroba yang
mendiami eksosistem atau sample tersebut. Amplifikasi
(perbanyakan urutan) DNA pada target gen tertentu dapat
dilakukan dengan menggunakan primer spesifik dalam
rangkaian proses PCR (polymerase chain reaction). Selanjutnya,
hasil PCR pada target gen tertentu disekuen dengan alat NGS
(misalnya MiSEq Sequenser). Hasilnya berupa profil urutan
DNA yang kemudian dianalisis dengan program komputasi
QIIME (Sofyan, 2018).

Dilain phak, analisis metatranskriptomik merupakan studi


tentang bagaimana ekspresi gen berubah dalam organisme yang
berbeda dan telah berperan dalam pemahaman penyakit
manusia. Analisis ekspresi gen secara keseluruhan yang
memungkinkan deteksi tren terkoordinasi luas yang tidak dapat
dilihat dengan seleksi yang lebih bertarget. Teknik evaluasi
nutrisi dengan pendekatan metagenomik dan
metatranskriptomik menjadi suatu harapan masa depan agar
segala kendala budidaya ternak mampu lebih cepat dan akurat
teratasi.

Aplikasi metagenomics dalam bidang peternakan dapat digunakan


untuk mengetahui sifat dan peranan mikroba saluran
pencernaan ternak. Keterlibatan mikroba dalam proses
metabolisme nutrisi di saluran cerna secara langsung atau tidak
langsung berpengaruh pada produktivitas dan kualitas produk
ternak (daging, telur dan susu). Kompleksitas dan komposisi
mikroba dalam saluran pencernaan akan mudah dibaca dengan
analisis metegenomics ini. Bahkan, bermanfaat dalam diagnosis

84
mikroba patogen penyebab penyakit pada unggas disebabkan
oleh banyak mikroba patogen (lebih dari 1 spesies), yang sulit
diidentifikasi dengan teknik konvensional. Melalui pendekatan
metegenomics ini, identifikasi kelompok mikroba patogen
penyebab penyakit dapat diketahui secara akurat.

Aplikasi metatranskriptomik dalam bidang peternakan dengan


kombinasi konteks genetik dan identifikasi keragaman akan
memperluas pemahaman kita tentang risiko yang ditimbulkan
oleh ARG (Antibiotik Resisten Gen) melalui augmentasi
resistom pakan dan lingkungan. Hasil yang diperoleh melalui
analisis ini sangat penting untuk peringkat risiko keterkaitan
ARG dalam suatu komunitas dan sebagai jembatan gap antara
nutrisi dan genetik.

Kombinasi analisis metagenomik dan metatranscriptomik


memungkinkan secara spesifik menghubungkan ARG dengan
transkripnya, memberikan pandangan yang komprehensif
tentang prevalensi dan ekspresi ARG dalam mikrobiota usus.
Secara keseluruhan, akanmemperdalam pemahaman kita
tentang distribusi, evolusi, dan penyebaran ARG pada
mikrobiota ternak.

Integrasi dari sekuensing metagenomik dan


metatranskriptomik berfungsi untuk mengetahui keragaman
dan mengeksplorasi resistensi antibiotik dalam komunitas
mikroba dari suatu lingkungan, sehingga dalam bidang
peternakan mampu menciptakan strategi pengolahan pakan
yang efektif dan efisien pada ternak. Melalui sinergitas antara
analisis metagenomik dan metatranskriptomik ARG pada
mikrobiota organ pencernaan yang aktif di transkripsi,
konsistensi kelimpahan transkrip dan kelimpahan ARG pada
mikrobiota komunitas akan sangat mudah terdeteksi.

85
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A.S. 2016. Metagenomik, Jembatan Antara Ilmu


Nutrisi dan Genetik. Majalah Infovet.
Liu, Z., U. Klumper., Y. Liu, Y. Yang., Q. Wei., J.G. Lin., J.D.
Gu., M. Li. 2020. Metagenomic and metatranscriptomic
analyses reveal activity and host of antibiotic resistance
genes in activatid sludge. Environment International. 129
(2019) : 208-220.
Sofyan, A. 2018. Analisis Metagenomics, Teknik Evaluasi
Nutrisi Masa Kini. Majalah Infovet (289) : 76-77.
Streit, W.R., Schmitz, R.A. 2004. Metagenomics the key to the
uncultured microbes. Current Opinion in Microbiology. 7
(5) : 492-498.
Wang, Y., Y. Hu., F. Liu., J. Cao., N. Lv., B. Zhu., G. Zhang.,
G.F. Gao. 2020. Integrated metagenomic and
metatranscriptomic profiling reveals differentially
expressed resistomes in human, chicken, pig gut
microbioes. Environment International. 138 (2020) : 1-10.

86
Teknologi Proses Produksi
Telur Asin Berbasis
Dehidrasi Osmosis
Asrullah As (I011181432)

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini


diperkirakan mencapai lebih dari 250 juta, maka kebutuhan akan
sumber protein telur bagi masyarakat juga akan bertambah.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2019) menyatakan bahwa kebutuhan telur bebek di Indonesia
sebanyak 1.033.935 ton, akan tetapi hanya terpenuhi dari dalam
negeri sebanyak 845.963 ton, sisanya sekitar 187.972 ton harus
impor telur dari luar negeri, sehingga dengan jumlah konsumsi
tersebut yang hanya dapat terpenuhi sebanyak 45 %.

Jumlah produksi telur itik yang tinggi tidak berpengaruh


terhadap masa simpan telur, dikarenakan penurunan kesegaran
telur yang disebabkan oleh adanya kontaminasi mikroba dari
luar telur, yang masuk melalui pori-pori kerabang telur. Semakin
lama umur penyimpanan, maka mutu telur akan semakin
menurun, karena terjadinya perubahan beberapa sifat kimia
87
serta sifat fisik telur yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
tempat telur berada (Widyantara, dkk., 2017). Produksi telur
bebek belum mampu terpenuhi akibat mikoorganisme yang
mudah mengalami kerusakan dan tdaik dapat dikonsumsi.

Kerusakan telur terjadi karena adanya bakteri pencemar yang


berada pada permukaan kulit telur yang masuk kedalam pori-
pori telur. Bakteri Salmonella sp. merupakan mikrooganisme
patogen utama yang mengontaminasi telur dan produk olahan
telur. Salah satu metode pengawetan telur yang sering
digunakan adalah pengasinan. Telur yang diasinkan akan
memiliki cita rasa, masa simpan yang lama dan dapat
mempertahanka kualitas gizi telur. Kandungan natrium dari
garam yang dapat menaikkan tekanan osmotik sehingga
menyebabkan plasmolisa pada sel mikroba.

Kebanyakan masyarakat Indonesia dalam proses pembuatan


telur asin dilakukan dengan merendam telur dalam larutan
garam jenuh (metode basah) atau dengan membalut telur
dengan adonan garam dan abu (metode kering). Meskipun
memiliki banyak keunggulan, pembuatan telur asin
membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses pengasinan
dalam pembuatan telur asin membutuhkan waktu selama 14
hari. Lama waktu tersebut dinilai masih belum efisien sehingga
dibutuhkan teknologi untuk mempercepat proses pengasinan
pada telur tanpa menggunakan bahan campuran seperti abu
gosok, serbuk bata dan tanah liat. Selain itu, pengasinan telur
yang berlebihan dapat mengurangi kualitas telur seperti protein
akibat denaturasi struktur sekunder pada telur.

Kulit telur utuh terdapat beberapa ribu pori-pori akan terjadi


pertukaran gas dan tempat masuknya mikroba kedalam telur.
Pori-pori tersebut sangat sempit, berukuran 0,01-0,07 mm dan
tersebar diseluruh permukaan kulit telur. Selama ini, proses
pembuatan telur asin yang telah banyak dilakukan oleh

88
masyarakat dengan cara merendam telur dengan larutan NaCl
jenuh dan membungkus dengan adonan, setelah itu dibersihkan
(dicuci) dan direbus dan keduanya akan mempengaruhi lama
pemeraman telur akan mempengaruhi tingkat keasinan dari
telur asin tersebut. Standar mutu telur asin (SNI 01-4277-1996)
menyatakan bahwa kadar garam telur asin minimal 2%.

Penambahan garam yang berlebihan dapat mengakibatkan


protein mengalami denaturasi. Protein yang ada di dalam telur
mengalami denaturasi disebabkan adanya perubahan pada
struktur sekunder dan tersier akibat terjadinya interaksi dengan
garam. Pengasinan telur dengan perendaman garam hanya dapat
mencapai ketahanan kurang lebih 3 – 5 hari untuk kondisi
kandungan protein yang normal. Hal tersebut menjadi
penghambat masa simpan telur jika metode yang digunakan
berlebihan sehingga beberapa alternatif metode perlu
dilaksanakan untuk menghindari hal tersebut (Sudaryani, 2002).

Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan perancangan


teknologi pengasin telur bebek berbasis dehidrasi osmosis
bertekanan statis yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengasinan pada telur bebek. Sistem kerja dari metode ini adalah
dengan memanfaatkan tekanan statis dari kompresor udara
untuk mempercepat proses dehidrasi osmosis pada telur bebek
yang diasinkan. Dehidrasi osmosis dapat diartikan sebagai
proses mengalirnya molekul-molekul pelarut yang memiliki
konsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi melalui
selaput semi permeabel.

Pembuatan telur bebek asin menggunakan alat pengasin terdiri


dari perendaman telur dalam larutan garam dan pemberian
tekanan statis tekanan yang sedikit lebih tinggi dari tekanan
atmosfir. Waktu produksi pengasinan telur menjadi
permasalahan terhadap kualitas telur asin. Sehingga metode
dehidrasi osmosis diharapkandapat diterapkan dalam proses

89
pengasinan telur untuk menghasilkan karakteristik telur asin
terbaik.

Teknologi merupakan inovasi tekonologi alat pengasinan telur


sebagai upaya meningkatkan kualitas telur berbasis dehidrasi
osmosis. Teknologi pengasinan ini dirancang dengan sistem
osmosis sehingga mempunyai keunggulan dalam aplikasinya di
lapangan Peternak Bebek, UMKM dan Warung makan. Metode
pelaksanaan pembuatan teknologi ini dimulai dari pendesainan
alat, persiapan komponen alat, perakitan alat, pengujian alat
hingga dilakukan evaluasi kelayakan.

Prinsip kerja alat ini adalah dengan memanfaatkan tekanan statis


dari kompresor udara untuk mempercepat proses dehidrasi
osmosis pada telur bebek yang diasinkan. Dehidrasi osmosis
dapat diartikan sebagai proses mengalirnya molekul-molekul
pelarut yang memiliki konsentrasi rendah menuju konsentrasi
yang lebih tinggi melalui selaput semi permeabel. Sehingga
dengan metode osmosis dengan tekanan stastis maka akan
mempertahakan kadar garam pada terlu asin dan mampu
mempercepat proses pengasinan telur.

Alat pengasin telur bebek berbasis dehidrasi osmosis


bertekanan statis memiliki 3 komponen utama yaitu tabung
utama, piringan pemberat dan kompresor udara. Tabung utama
memiliki diameter 25 cm dan tinggi 56 cm. Material yang
digunakan dalam perancangan alat adalah Stainless steel yang telah.
Pada tabung utama terdapat valve pengaman di bagian tutup
tabung dan juga terdapat kran pembuangan udara, manometer
dan juga quick coupler pada bagian samping tabung. Di dalam
tabung utama terdapat piringan pemberat yang memiliki
diameter 25 cm serta memiliki pemberat seberat 12 gram. Alat
pengasin telur bebek hasil rancangan memiliki kapasitas sebesar
60 butir sesuai dengan desain rancangan yang direncanakan.

90
Komponen terakhir dari alat pengasin telur bebek adalah
kompresor udara yang memiliki fitur pengaturan besar tekanan
yang akan diberikan pada alat guna meminimalisir terjadinya
tekanan berlebih.

Kerusakan fisik telur yang diasinkan menggunakan metode


dehidrasi osmosis bertekanan statis hasil pengujian dapat
diketahui bahwa penggunaan tekanan udara 1 bar tidak
membuat produk yang dihasilkan mengalami kerusakan.
Seluruh cangkang telur bebek tetap utuh sama seperti sebelum
dilakukannya proses pengasinan. Hal tersebut diduga karena
cangkang telur puyuh mampu menahan tekanan yang diberikan
saat proses pengasinan berlangsung. Telur bebek mampu
menahan beban yang lebih berat dibandingkan beratnya sendiri.
Seluruh produk telur bebek asin dalam kondisi baik yang dilihat
berdasarkan kondisi cangkangyang tidak retak dan pecah
sehingga dapat menghidari kontaminasi bakteri patogen
khususnya pada Salmonella Sp.

Berdasarkan pengamatan (metode Volhard) kadar garam telur


asin bebek yang menffunakan metode dehidrasi osmosis
bertekanan statis diketahui bahwa kadar garam terendah dari
produk telur bebek asin yang dihasilkan adalah pada proporsi
lama perendaman 30 menit yaitu sebesar 1,62%. Kadar garam
tertinggi produk telur bebek asin dihasilkan melalui proporsi
lama perendaman 90 menit yaitu sebesar 1,96 %. Kadar garam
yang terkandung dalam telur bebek asin telah memenuhi SNI
01-4277-1996 mengenai kandungan minimum garam pada
produk telur asin yaitu sebesar 2,0%. Menurut Setyawan (2018)
menyatakanbahwapenggunaan kadar garam yang tinggi selain
dapat menyebabkan tingkat keasinan meningkat juga
berkontribusi secara nyata terhadap prevalensi kejadian
hipertensi (tekanan darah). Sehingga, secara umum peranan
telur asin sebaiknya memiliki kadar garam di bawah 2% agar
aman untuk dikonsumsi.

91
Berdasarkan pengamatan kadar air telur asin bebek yang
menggunakan metode Association of Official Analytical and Chemist
(AOAC) yang menggunakan oven suhu 105˚C dehidrasi
osmosis bertekanan statis dapat diketahui bahwa kadar air dari
telur bebek asin yang dihasilkan rata-rat 69 %. Air akan masuk
ke dalam telur bebek secara difusi yang didorong oleh tekanan
osmosis dari larutan garam. Semakin tinggi konsentrasi larutan
garam yang digunakan maka akan semakin tinggi pula tekanan
osmosis yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kastaman dkk., (2009) yang menyatakan bahwa penurunan
kadar air yang terjadi pada telur yang diasinkan diakibatkan oleh
adanya difusi larutan garam ke dalam telur.

Kadar lemak telur asin bebek yang menggunakan metode


dehidrasi osmosis bertekanan statis dapat diketahui bahwa
kadar lemak dari telur bebek asin yang dihasilkan rata-rata
31 %.Kenaikan presentase lemak telur asin bebek disebabkan
belum mengalami pemanasan. Menurut Sahara (2011) faktor
penurunan kadar lemak disebabkan adanya
penambahanelektrolitseperti NaCl dan pemanasan akan
mengganggu keseimbangan antar fase, yaitu fase polar (protein)
dan fase non polar (lemak) sehingga fase non polar (lemak)
tersebut mengeluarkan sifat minyaknya (oily) pada permukaan.

Uji jumlah bakteritelur asin bebek yang menggunakan metode


dehidrasi osmosis bertekanan statis dapat diketahui bahwa
jumlah bakteri dari telur bebek asin yang dihasilkan paling
rendah dengan perendaman selama 90 menit yaitu mencapai
0,78.102 CFU/gr. Penurunan jumlah bakteri disebabkan adanya
kosentrasi NaCl yang bersifat antibakteri.

Penerapan pengasin telur bebek berbasis dehidrasi osmosis


bertekanan statis dengan tekanan kompresor udara, tidak terjadi
kerusakan pada telur asin yang dibuat menggunakan alat saat

92
digunakan tekanan sebesar 1 bar. Metode dehidrasi osmosis
mampu mengasinkan telur bebek dengan kadar garam terendah
sebesar 1,62% dan tertinggi sebesar 1,96 % serta telah
memenuhi standar SNI 01-4277-1996 yang mengharuskan telur
asin memiliki kandungan garam diatas 2%. Lama waktu
pengasinan dengan alat ini adalah 30-90 menit.

Impelementasi metode pengasinan telur berbasis dehidrasi


osmosis solusi kepada masyarakat terkait kendala dalam usaha
telur asin. Metode ini menjadi alternatif pengembangan produk
telur asin dalam proses yang singkat dengan proses yang mudah.
Sehingga alat ini diharapkan mampu mengembangkan
perekonomian masyarakat Kabupaten Barru. Untuk mencapai
tujuan tersebut tentu diperlukan langkah-langkah strategis yang
harapannya agar metode ini dapat diimplementasikandengan
baik serta perbaikan untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2019.


Stastistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kastaman, R., Sudaryanto, dan Nopianto, B. H. 2009. Kajian
proses pengasinan telur metode reverse osmosis pada
berbagai lama perendaman. Buletin Penelitian Teknologi
Industri.Vol 19 (1): 30–39.
Pulungan, M.H., Satriyo P., Anang L. 2019. Rancang bagun alat
telur puyuh (Coturnix coturnix) berbasis dehidrasi
osmosis bertekanan Statis. Jurnal Teknologi dan
Manajemen Agroindustri. Vol 8 (1):19-26.
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs.
John Willey and Sons. Inc. New York.
Sahara, E. 2011. Pengunaan kepada udang sebagai sumber
pigmen dan kitin dalam pakan ternak. Agrinak. Vol 1 (1):
31-35.

93
Setyawan, A.B, 2018. Hubungan antara tingkat stress dan
kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di
Klinik IslamicCenter Samarinda tahun 2017. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol 6 (1):1-9
Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1995. Egg Science and
Technology. 4th Edition. Food Products Press. An
Imprint of the Haworth Press. Inc. New York.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Jakarta. 1996. Telur Asin.
Badan Standardisasi Nasional.
Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widyantara, P. R. A, G. A. M. Kristina Dewi, dan I N. T. Ariana.
2017. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas telur
konsumsi ayam kampung dan ayam lohman brown.
Majalah Ilmiah Peternakan.Vol 20(1): 5-11.

94
Artificial Fields : Solusi
Lahan Tanaman Pakan
Richard Halldy Maonang C (I011181417)

Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi


tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki
peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk
maka permintaan produk-produk peternakan mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan
seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan
menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya
akan protein akan meningkat.

Kementrian Pertanian menyebut sektor peternakan memegang


peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bagaimana tidak, sektor peternakan merupakan salah satu sub
sektor yang menjadi motor penggerak pembangunan khususnya
di wilayah pedesaan. Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita

95
mengatakan, berdasarkan data, kontribusi sub sektor
peternakan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
adalah sebesar 1,57%. Sementara, untuk pembentukan PDB
sektor pertanian tahun 2017, sub sektor peternakan
berkontribusi sebesar 15,87%. Apalagi lanjutnya, pertumbuhan
PDB yang dikontribusikan dari peternakan menunjukan tren
positif setiap tahunnya. Pada tahun 2017 misalnya,
pertumbuhan PDB yang didapat dari peternakan sebesar 3,83%.
"Sebagaimana kita ketahui, sub sektor peternakan masih
berperan penting terhadap pembangunan di pedesaan. Dalam
PDB nasional kontribusi subsektor peternakan sebesar 1,57%,"
ujarnya dalam sambutannya di acara Indo Livestock 2018 di
Jakarta Convention Center (JCC).

Pembangunan peternakan secara nasional secara mutlak


memerlukan peran serta peternakan rakyat, mengingat produksi
ternak di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat yang
dikelola secara tradisional (99,70%) dan sisanya sebesar 0,30%
diusahakan oleh perusahaan berskala besar. Sehingga sangat
perlu untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam
mengembangkan peternakan rakyat, melalui dukungan baik dari
permodalan, teknologi, bibit, manajemen pengembangan
melalui standardisasi usaha peternakan.

Salah satu faktor penting keberhasilan usaha peternakan adalah


kecukupan kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Pakan
adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan pada ternak
harus tidak dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan), disukai
ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat, dan harganya
murah. Pakan juga harus mengandung zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh hewan ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein,
mineral dan vitamin. Pada usaha peternakan rakyat, pakan yang
diberikan pada umumnya sesuai dengan kemampuan peternak,
bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan pakan

96
berkualitas rendah merupakan hal yang biasa. Namun jika
terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka cara
ini akan berpengaruh negative terhadap produktivitas ternak.
Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan
reproduksi.

Pemberian pakan yang baik juga perlu dilakukan untuk


memenuhi kebutuhan hidup pokok, yaitu pakan yang mutlak
dibutuhkan dalam jumlah minimal. Pada hakikatnya kebutuhan
hidup pokok adalah kebutuhan minimal nutrien untuk menjaga
keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh ternak.
Kebutuhan tersebut digunakan untuk bernafas, bergerak, dan
pencernaan makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu
kebutuhan pakan yang diperlukan ternak untuk proses
pembentukan jaringan tubuh dan menambah berat badan.
Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang
diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya
kebuntingan.

Produktivitas ternak ruminansia umumnya rendah. Hal ini


sangat dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pakan yang diberikan.
Hijauan merupakan bahan pakan ternak terbesar (70-90%) dari
seluruh jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia,
hal ini karena Hijauan memegang peranan penting pada
produksi ternak ruminansia karena pakan yang dikonsumsi
sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya
baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya masih sangat
terbatas. Selain itu kualitas dan kuantitas hijauan sangat
dipengaruhi oleh cuaca, media tumbuh, curah hujan, atmosfir,
dan sebagainya sehingga beternak sangat dipengaruhi dengan
lokasi yang ditempati. Contah kasus Pada saat musim hujan
ketersediaan hijauan banyak, sedangkan saat musim kemarau
ketersediaannya sedikit. Pada saat musim hujan maka kualitas

97
gizinya bagus sedangkan saat musim kemarau nilainya kurang
baik karena tingginya serat kasar.
Media tanam disebut juga dengan media tumbuh, bagi tanaman
umumnya berupa tanah. Puluhan bahan yang berbeda yang
digunakan dalam berbagai kombinasi untuk membuat media
tumbuh buatan sendiri atau komersial, umumnya media tanam
yang digunakan pada penanaman rumput untuk pakan ternak
ruminasia ialah tanah karena tanah penggunaan tanah dianggap
lebih mudah, selain tanah masih banyak berbagai macam media
tanam tumbuhan lainnya, namun efektifitasnya sebagai media
tanam rerumputan belum dapat ditetapkan secara pasti dan
kepraktisannya yang mungkin lebih susah dibanding tanah yang
merupakan pilihan pada umumnya.

Tanah sebagai media tanam memiliki berbagai keuntungan,


tetapi ada juga kekurangan-kekungaaran yang dimilikinya
diantaranya yaitu memiliki kebutuhan terhadap air yang sangat
tinggi, kondisi tanah juga yang semakin sering ditanami akan
mempengaruhi kualitas tanah setiap saatnya, selain itu tanah
ditiap-tiap daerah sangat berbeda satu dengan yang lainnya,
serta tingginya kasus tanah yang tercemar karena zat-zat kimia
yang sengaja maupun tidak telah mengenai tanah dan faktor-
faktor lainnya.

Artificial Fields (AF) merupakan inovasi yang mampu menjadi


solusi untuk kendala-kendala tersebut, AF merupakan lahan
tanam buatan yang terdiri dari bahan utama yaitu plastik,
hidrogel,dan gel polimer hidrofilik. Penggunaan AF sebagai
media tanam memiliki sangat banyak keunggulan dibanding
tanah. Saat ini kita ketahui bahwa penggunaan air paling Besar
jatuh pada penggunaan bidang Agriculture dengan penggunaan
air sebanyak 70%-80%. Dengan penggunaan AF Maka kita
mampu menghemat jumlah tersebut sebanyak 7-10%.

98
AF terdiri atas beberapa lapis bahan lapisan pertama merupakan
bagian paling dasar yang nantinya akan langsung bersentuhan
dengan dataran baik itu tanah ataupun pasir, lapis ini bersifat
elastis dan kuat yang nantinya akan mampu menahan agar akar,
air, maupun partikel penting yang ada didalam agar tidak keluar.
lapisan selanjutnya merupakan middle fabric yang merupakan
tempat dimana nantinya akar akan berjalar dan tempat
hidrogel,dan gel polimer hidrofilik ditempatan. lapisan terakhir
merupakan yang berada paling atas lapisan ini memiliki bentuk
dan fungsi yang hampir sama dengan lapisan pertama karena
memiliki fungsi dan tugas yang hamper sama.

Artificial Fields berfungsi sebagai media tanam yang akan


menutupi kekurangan-kekurangan dari media tanam lainnya
seperti tanah. Menggunakan Artificial Fields merupakan pilihan
yang lebih bijak dibandingkan membeli lahan baru yang lebih
layak ataupun melakukan perbaikan pada tanah yang sudah
rusak dan tercemar, karena menggunakan AF lebih praktis.
Selanjutnya, kita mampu lebih menghemat waktu karena tidak
perlu menghabiskan banyak waktu dan upaya yang diperlukan
untuk mempelajari cara mengolah tanah, menjadikan lebih
mudah bagi kaum muda/pemula tanpa pengalaman sebelumnya
untuk memulai pekerjaan ini. Serta kita mampu kita mampu
mengatasi masalahan yang ikut terkait seperti kekurangan air,
degradasi tanah, krisis pangan dengan lebih menggunakan AF
yang berfungsi sebagai media tanam hemat energi.

Cara penggunaan Artificial Fields nantinya akan berfungsi


sebagain media tanam tempat bibit ditaburkan, AF yang telah
diberikan bibit dan air didalamnya diletakkan pada dataran
sebagai pijakan. Hidrogel yang berada di dalam AF akan
menyerap Air yang telah dimasukkan dan nantinya akan menjadi
cadangan liquid utama pada rerumputan. Pada bagian atas AF
akan diberikan lubang-lubang yang sangat kecil dimana akan
menjadi tempat pertumbuhan. AF atau Artificial Fields

99
diharapkan dikemudian harinya akan menjadi solusi dari
masalah pada penyedian pakan hijauan ternak ruminansia,
ladang pertumbuhan hijauan dan berbagai masalah-masalah
lainnya. Dengan AF Melalui peternak nantinya kita mampu
mendukung aspek ketahanan dan keamanan pangan di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Matthieu D., Clercq A., Vats A B., 2018, Agriculture 4.0 : The
Future of Farming Technology
Rahman., Wijaya2), Patang, 2015, Rekayasa Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup Dan
Produksi Sayuran, Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, Vol. 1
Yoku O., Supriyantono A., Widayati T., Sumpe I., 2014,
Produksi Padang Penggembalaan Alam Dan Potensi
Pengembangan Sapi Bali Dalam Mendukung Program
Kecukupan Daging Di Papua Barat, Pastura Vol. 3 (2) :
102 – 105.

100
BAGIAN KETIGA

Kebijakan Pengembangan
Peternakan

101
102
Regulasi Omnibus Law :
Mau Ke Mana Peternak
Rakyat ?
Aan Darmawan Saputra (I11116349)

Berdasarkan Visi Indonesia tahun 2045, Indonesia memiliki


cita-cita untuk mendapatkan posisi ke-5 besar sebagai negara
yang berkekuatan ekonomi dengan pendapatan tinggi. Namun
pada kondisi saat ini, Indonesia menghadapi tantangan yang
besar dipicu dari kondisi perekonomian global yang kini tengah
mengalami perlemahan dan ketidakpastian. Beberapa persoalan
yang terjadi seperti daya saing relatif rendah, perlambatan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang kurang
merata. Ketiga persoalan tersebut menyebabkan iklim usaha di
Indonesia yang tidak kondusif dan memiliki investasi yang
masih rendah.

Pada sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa


dimanfaatkan oleh investor, diantaranya (1) Sumber daya alam
yang melimpah; (2) Bonus demografi yang sangat besar
sehingga mampu menyediakan tenaga kerja yang sangat
103
produktif; (3) Jumlah penduduk yang besar sebagai potensial
pasar dan (4) Perbaikan infrastruktur yang kian memadai.
Namun demikian, pembiayaan usaha dari dalam negeri tidak
mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
ekonomi, Indonesia membuka peluang besar bagi investor luar
negeri dalam peningkatan produktivitas dan daya saing untuk
menciptakan lapangan kerja.

Strategi pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan


ekonomi melalui peningkatan investasi dilakukan dengan cara
reformasi aturan terkait perizinan usaha. Proses regulasi
dilakukan dengan cara merevisi atau menghapus pasal undang-
undang secara menyeluruh dalam waktu yang cepat. Maka
diperlukan metode penerapan omnibus law. Menurut Busroh
(2017) konsep omnibus law diterapkan beberapa negara seperti
Amerika Serikat, Belgia, dan Inggris yang menawarkan
pembenahan permasalahan timbulnya konflik dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Regulasi omnibus law dalam
konsep ini adalah membuat undang-undang baru untuk
mengamandemen beberapa undangundang sekaligus.
Pernyataan tersebut muncul karena adanya tumpang tindih
regulasi terkait persoalan investasi. RUU Omnibus law memiliki
tujuan untuk mendorong investasi luar negeri melalui
harmonisasi perudangan yang terkonsolidasi dan lebih
sederhana terkait perzinan masuknya produk ke Indonesia,
pembagunan perusahaan dengan biaya rendah dan persyaratan
penanaman modal investor yang tidak menyulitkan.

RUU Omnibus law didalam drafnya merevisi empat undang-


undang sektor pangan yaitu UU No. 18 tahun 2012 tentang
Pangan, UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani, UU No. 41 tahun 2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan UU No. 13 tahun 2010
tentang Hortikultura sebagai jawaban atas putusan World Trade
Organization (WTO) akibat kekalahan Indonesia dari gugatan

104
Amerika Serikat, Selandia Baru dan Brazil terkait impor pangan.
Ketiga negara itu meanggap keempat UU tersebut menghambat
produk ekspor mereka untuk masuk ke Indonesia. Aturan
impor yang diterapkan bertentangan dengan ketentuan WTO,
sehingga mengharuskan Indonesia lebih melonggarkan
kebijakan impornya. Mereka menuntut agar Indonesia merevisi
aturan regulasi keempat UU pangan tersebut (Ramdan, 2020).

Kebijakan peternakan yang sering dibicarakan terkait revisi UU


PKH yang dilakukan dalam omnibus law yang telah di drafkan
membahas tentang peternakan. Menurut Prof. Muladno
menyatakan bahwa revisi UU PKH dilakukan karena tidak
efektif dalam implementasi di lapangan. UU PKH saat ini
berjalan tidak mampu mengatasi situasi industri ayam broiler
yang overpopulated (kelebihan) dan tidak mampu juga mengatasi
industri sapi potong yang underpopulated (kekurangan). Revisi
UU dilakukan untuk memisahkan regulasi antara peternakan
dan kesehatan hewan. Sehingga terdapat UU peternakan
tersediri yang dapat mengatur dan memberikan batasan dalam
melakukan usaha peternakan. Revisi UU tersebut menyesuaikan
landasan aspek filosofis tekait pemenuhan protein hewani,
aspek sosiologis terkait hubungan peternak dengan industri dan
aspek yuridis terkait bentuk pelanggaran dan sanksi yang akan
diberikan.

Regulasi omnibus law (RUU Cipta Kerja) terbukti akan


melonggarkan aturan impor pangan, khususnya pada sektor
peternakan. Terbukti dalam UU. No 41 Tahun 2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 36 B ayat (1) yang
berbunyi “Pemasukan ternak dan produk hewan dari luar negeri
ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dilakukan apabila produksi dan pasokan ternak dan produk
hewan di dalam negeri belum mencukupi kebutuhan konsumsi
masyarakat”. Sedangkan yang direvisi dalam RUU omnibus law
Pasal 36 B ayat (1) yang berbunyi “Pemasukan ternak dan

105
produk hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dilakukan untuk memenuhi
konsumsi masyarakat”. Kedua regulasi tersebut, terjadi
perbedaan makna kalimat. Pada UU PKH 2014 menjelaskan
impor produk peternakan dilakukan apabila cadangan pangan
nasional tidak mencukupi. Sementara dalam omnibus law syarat
dan kondisi tersebut dihilangkan, sehingga kedudukan impor
sederajat dengan hasil produksi dalam negeri dan cadangan
pangan nasional.

Berdasarkan Survei Pertanian Antar Sensus (2018) jumlah


petani di Indonesia mencapai 27.682.117 dan sekitar 13.345.629
diantaranya bekerja sebagai peternak. Menarik untuk dikaji
secara mendalam, bagaimana kesiapan peternak rakyat dalam
menghadapi kebijakan omnibus law?. Hal ini sangat berkaitan bagi
kehidupan peternak sebagai penunjang penghasil pangan
nasional. Ditambah lagi, kebijakan kebebasan masuknya impor
di Indonesia, akan menimbulkan dampak negatif bagi peternak
kedepannya. Apabila RUU omnibus law diterapkan, dengan
kondisi pertumbuhan jumlah penduduk akibat masuknya bonus
demografi. Lantas, mau kemanakah peternak rakyat?.

Usaha peningkatan produksi ternak untuk pemenuhan


kebutuhan konsumsi akan daging terus digalakkan. Keran
impor terus dibuka lebar agar pemenuhan daging dalam negeri
terpenuhi. Permasalahan yang dihadapi yaitu kondisi
peternakan yang ada di Indonesia masih peternak rakyat. Model
peternak rakyat hanya memiliki satu sampai lima ekor sapi
dengan tujuan pemeliharan tersebut adalah untuk tabungan.
Peternak akan menjual sapi yang dimiliki jika peternak
membutuhkan. Terlebih permintaan akan daging sapi terus
meningkat terutama saat lebaran atau hari besar lainnya. Urgensi
permasalahan sekarang, kebutuhan daging sapi belum dapat
memenuhi dari konsumsi masyarakat. Jika dikaitkan dengan
substansi omnibus law maka akan terjadi kebebasan masuknya

106
impor bakalan Australia berbasis zona. Hal ini terbukti pada
pasal 36 C ayat (3) berbunyi “Pemasukan ternak ruminansia
indukan berasal dari zona sebagai mana dimaksud ayat (1)............”.
Permasalahannya terletak pada sistem karantina hewan impor
yang akan dilakukan zone based. Menurut Hasan (2016) zone based
yaitu ada satu atau lebih negara impor yang bebas dari penyakit
dalam negeri. Pemerintah melakukan hal tersebut karena
dianggap lebih cepat memenuhi kuota permintaan daging sapi
di Indonesia. Namun permasalahannya belum terdapat lebih
jelas, pulau yang akan dijadikan karatina masukya ternak impor.

Ditinjau dari segi ekonomi dan sosial, peternak dan masyarakat


belum siap dari perubahan kebijakan tersebut. Dilihat dari segi
ekonomi, harga daging sapi maupun kerbau akan turun drastis.
Hal itu memang diinginkan masyarakat, namun daging
terjangkit kasus penyakit bawaan dan berakibat buruk bagi
produsen. Dari segi sosial, peternak dan dokter hewan di
lapangan akan kewalahan mengatasi penularan penyakit. Disisi
lain dalam regulasi omnibus law menghapus pasal 32 terkait
kewenagan pemerintah dalam membina dan memberkan
fasilitas untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha
peternakan. Penghapusan pasal tersebut akan berdampak pada
peternak rakyat yang hanya memiliki satu sampai lima ekor
ternak saja.

Dampak omnibus law juga tertimpa oleh kalangan peternak ayam


ras pedaging. Belakang ini usaha peternakan seringkali terbentur
dengan permasalahan baru dari tahun ke tahun. Diantaranya
harga produk unggas yang anjlok, stok pangan langkah dan
impor daging yang tak ada ujungnya. Kondisi ini mejadi
perhatian utama oleh pemerintah dalam mengambil sebuah
kebijakan demi tercipatnya kedaulatan pangan dan
mempertimbangkan kesejahteraan peternak rakyat melalui
revisi undnag-undang yang dilakukan. Jika revisi UU omnibus law
disahkan, maka kebebasan masuknya ayam brazil akan

107
membajiri di pasar Indonesia. Para peternak dan Industri
perunggasan menerima gugatan keputusan WTO pada tanggal
10 juli 2019. Akibat harga ayam Brasil jauh lebih murah di
bandingkan harga ayam dalam negeri. Dirilis dalam kutipan
Sutianto (2019) perkiraan HPP ayam pedaging di Indonesia
berkisar pada Rp. 18.000 per kg, sedangkan HPP ayam Barsil
hanya berkisar Rp. 9.000-10.000 per kg. Perbedaan harga akan
berimpas ke peternak mandiri dan peternak kecil, terlebih harga
industri pakan (feedmil) di indonesia jauh lebih mahal jika untuk
bersaing dengan Brasil yang menjadi produsen utama jagung di
dunia. Selain itu, Brasil telah telah menerapkan sistem kandang
close house sedangkan di Indonesia masih terdapat beberapa
sistem kadang open house, yang akan mempengaruhi produksinya.

Respon pemerintah mematuhi sengketa keputusan WTO


dengan Brasil. Sehingga ayam beku asal brasil akan masuk ke
Indonesia. Permasalahannya, masyarakat Indonesia tidak
terbiasa memakan daging beku dan terkait cara pemotongan
yang dilakukan RPA di Brasil. Apakah sudah memenuhi
persyaratan sertifikasi halal ?. Faktanya Permendag No. 29
tahun 2019 tentang Ketentuan Eskpor dan Impor Hewan dan
Produk Hewan. Menghampus kewajiban pencantuman label
halal untuk produk impor yang dipasarkan di Indonesia, berlaku
untuk semua hewan dan turunannya. Disisi yang sama
berdasarkan UU No. 14 Tahun 2014 Tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada pasal 58 ayat (7) berbunyi “Produk hewan
yang dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal jika
dipersyaratkan oleh negara pengimpor”. Sedangkan dalam omnibus law
menghampus ketentuan pasal 58 dengan menyederhanakan
terkait perizinan sertifikasi halal. Dilansir oleh Ishaq (2020)
pemerintah tidak menghapus kewajiban produk halal.
Pemerintah hanya akan menyederhanakan perizinan untuk
mendapatkan sertifikat halal. Para pelaku usaha pangan
mengsusulkan agar sertifikasi halal tidak bersifat wajib,

108
melainkan bersifat sukarela. Permasalahan sekarang ketentuan
alur sertifikasi halal perlu diawasi dengan baik, sehingga tidak
ada penyebaran sertifikat halal yang palsu.

Pembagunan peternakan yang bersandar pada kekuatan


investasi asing dan impor akan memperburuk kondisi
masyarakat kalangan bawah dalam memperoleh pangan. Pangan
menjadi kebutuhan dasar bagi manusia di dunia, terlebih
Indonesia persoalan pangan menjadi pemenuhan hak asasi
manusia. Kewajiban untuk melindungi permasalahan ini, negara
harus mempertimbangkan peraturan atau kebijakan yang
berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang
berwawasan pada kepetingan masyarakat umum, bukan hanya
mengutungkan individu, investor dan importir.

Dalam regulasi RUU omnibus law cipta kerja merevisi dan


menghapus UU No. 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan adalah bentuk penidasan terhadap peternak
rakyat dikarenakan pada pasal 36 B ayat (1) yang diharapkan
mampu mensejahterahkan peternak rakyat dengan produk hasil
ternaknya agar bisa bersaing dipasaran global. Justru direvisi
dengan kalimat yang mengacu pada peningkatan impor tanpa
betul memperhatikan kondisi peternak rakyat. Pemerintah
melupakan cita-cita Indonesia terdahulu sesuai UUD 1945 dan
pancasila. Jika undang-undang ini disahkan maka sudah
mengikari cita-cita proklamasi, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia” termasuk petani dan peternak didalamnya.
Tentu ini membawah ancaman bagi petani dan pangan nasional,
akibat negara abai terhadap pemenuhan hak atas pangan dan
menyerahkannya pada mekanisme pasar. Bung karno pada
tahun 1952 pernah menyebutkan “Singkatan Petani : Penjaga
Tatanan Negara Indonesia” betapa pentingnya petani dalam
menjaga ketahanan pangan nasional.

109
DAFTAR PUSTAKA

Busroh, F. F. 2017. Konseptualisasi omnibus law dalam


menyelesaikan permasalahan regulasi pertahanan. Arena
Hukum. 10 (2):227-250.
Hasan, Syamsuddin. 2014. Pembahasan Atasi Bibit Sapi
Deadlock. www.antaranews.com/berita/ 438309/
pembahasan-atasi-bibit-sapi-deadlock (diakses 29
September 2016)
Ishaq, Z. 2020. Fakta atau Hoaks Benarkah Sertifikasi Halal
Bakal Di hapus dalam RUU Omnibus Law?.
https://cekfakta.tempo.co/fakta/620/fakta-atau-
hoaks-benarkahsertifikasi-halal-bakal-dihapus-dalam-
ruu-omnibus-law. (diakses 26 Juni 2020)
Murfiani, F. 2020. Kementan : Harga Ayam dan Telur Beranjak
Naik ke HPP, Peternak Lega.
https://ditjenpkh.pertanian.go.id./kementa-harga-
ayam-dan-telur-beranjak-naik-kehpp-peternak-lega.
(diakses 26 Juni 2020)
Ramdan, D.M. 2020. Tunduk pada WTO, Omnibus Law Ancam
Kedaulatan Pangan Nasional.
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/new
s/tunduk-pada-wtoomnibus-law-ancam-kedaulatan-
pangan (diakses 25 Juni 2020).
Republik Indonesia. 2010. Undang- Undang No. 13 Tahun
2010 Tentang Hortikultura.. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Undang- Undang No. 18 Tahun
2012 Tentang Pangan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Undang- Undang No. 19 Tahun
2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Undang- Undang No. 41 Tahun
2014. Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Sekretariat Negara. Jakarta.

110
Sutianto, F.D. 2019. Akan Masuk Ke Indonesia, Berapa Harga
Ayam Impor Brasil?. https://kumparan.com/kumparanbisnis/
akan-masuk-ke-indonesia-berapa-harga-ayamimpor-
brasil. (diakses 26 Juni 2020).

111
112
Peluang Daerah
Penyangga Ibukota
Negara Baru Dalam
Penyediaan Daging Sapi
Muhammad Fajar Amrullah (I11116347)

Di Indonesia, ternak ruminansia besar sapi potong merupakan


salah satu ternak penghasil daging, namun hingga saat ini
produksi daging sapi dalam negeri (524.109 ton) dan belum
mampu memenuhi kebutuhan nasional. Prediksi produksi
daging sapi hingga tahun 2018 dengan pertumbuhan lebih besar
dari pertumbuhan konsumsi daging sapi, namun belum dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi nasional, sehinga
diperkirakan terjadi defisit daging sapi hingga tahun 2018.
Defisit daging sapi yang paling tinggi di prediksi terjadi pada
tahun 2015 yaitu sebesar 89,18 ribu ton (Kementan, 2015).
Mendekati 98 persen usaha peternakan sapi potong di Indonesia
dilakukan oleh peternak rakyat dengan skala kepemilikan sedikit
dan modal terbatas, kondisi tersebut menyebabkan rendahnya

113
pertumbuhan populasi sapi potong. Upaya mewujudkan
kemandirian dan ketahanan pangan hewani secara berkelanjutan
dengan sasaran meningkatkan kesejahteraan peternak dan daya
saing produk peternakan diperlukan pengembangan model yang
sesuai dengan kondisi agroekologi dan sosial budaya masyarakat.

Kabupaten Mamuju Tengah merupakan kabupaten baru yang


terletak di Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju Tengah secara
geografis terletak pada bagian barat pulau Sulawesi dan
berposisi pada bentangan Selat Makassar. Dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2013, luas wilayah Kabupaten
Mamuju Tengah adalah 3.100,87 km2 , secara administrasi
pemerintahan, terdiri atas 5 Kecamatan, 54 Desa, dan 2 (UPT)
Unit Pemukiman Transmigrasi. Ibukota kabupaten terletak di
wilayah Benteng Kayu Mangiwang Kecamatan Tobadak.
Kabupaten Mamuju tengan memiliki kawasan produksi pangan
yang cukup besar. Kawasan potensi pertanian meliputi
komoditas unggulan tanaman pangan alternatif padi sawah dan
palawija, perkebunan sawit, perkebunan kakao, perkebunan
kelapa, perkebunan jeruk, kopi arabika dan robusta. Kawasan
potensi perikanan, kawasan tambak udang dan ikan bandeng,
perikanan air tawar, budidaya rumput laut dan ikan laut. Serta
kawasan potensi peternakan, peternakan sapi (Bappeda Mamuju
Tengah, 2018). Adanya pemindahan Ibu Kota Negara (IKN)
baru yang terletak di Pulau Kalimatan tepatnya di Provinsi
Kalimantan Timur membuat Kabupaten Mamuju Tengah
menjadi salah satu wilayah penyangga IKN utamanya
penyaluran produk pangan.

Seperti yang dikutip Antara dalam Tempo.co (2019), Wakil


Presiden Ma'ruf Amin meminta pemerintah Provinsi Sulawesi
Barat untuk mempersiapkan diri sebagai daerah penyangga IKN
baru yang akan didirikan di Kalimantan Timur. Oleh karena
kebutuhan pangan hewani (daging sapi) yang meningkat tiap
tahunnya dan Kabupaten Mamuju Tengah yang masuk dalam

114
kawasan penyangga IKN baru maka perlu pengambangan sapi
penggemukan untuk menghasilkan daging yang kemudian
didistribusikan ke IKN baru.

Pola pengembangan sapi penggemukan di kabupeten Mamuju


Tengah masih bersifat tradisional. Sistem manajemen
pemeliharaan masih bersifat semi intensif. Apabila pakan
berupa rumput berlimpah maka ternak dikandangkan, jika
pakan kurang maka ternak di umbar. Hal ini semestinya bisa
diatasi dengan memanfaatkan sumber daya pakan yang
melimpah dari hasil sisa pertanian maupun perkebunan
utamanya perkebunan kelapa sawit.

Provinsi Sulawesi Barat merupakan penghasil kelapa sawit


terbesar di kawasan timur Indonesia sehingga kelapa sawit
merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang
memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian di
Provinsi Sulawesi Barat. Terdapat luas lahan dari tanaman
kelapa sawit yang menghasilkan ialah seluas 80.543 hektare
dengan produksi sebesar 261.801 ton di tahun 2018 dari total
luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 152.725 hektare.
Komoditas kelapa sawit di kabupaten Pasangkayu menjadi
penghasil terbesar dengan produksi sebanyak 142.976 ton,
disusul kabupaten Mamuju Tengah sebanyak 106.003 ton, dan
kabupaten Mamuju sebanyak 12.822 ton dan diharapkan terus
bertambah di tahuntahun selanjutnya (8enam.com).

Melihat hasil perkebunan sawit di atas hal ini sangat berpotensi


untuk pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan sebagai
pakan ternak terkhusus pada limbah perkebunan kelapa sawit
yang meliputi pelepah dan daun sawit. Pelepah sawit dapat
diperoleh sepanjang tahun bersamaan panen tandan buah segar
sekitar 1 – 2 pelepah/panen/pohon, dengan produksi mencapai
40–50 pelepah/ pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/
pelepah (Umiyasih, 2003). Setiap hektar kebun sawit dapat

115
dihasilkan sebanyak 486 ton pelepah kering dan 17,1 ton daun
sawit kering/tahun (Sianipar et al., 2003). Pemberian pelepah
dan daun kelapa sawit sebagai bahan pakan dalam jangka
panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik (Balai Penelitian
Ternak, 2003).

Limbah perkebunan kelapa sawit harus diolah terlebih dahulu


untuk meningkatkan kualitasnya. Limbah pelepah kelapa sawit
mengandung serat kasar yang tinggi dan rendah protein kasar.
Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit
pada sapi mencapai 45% (Sianipar, 2009). Penelitian yang
dilakukan Rizali, dkk., (2018), mengenai pemanfaatan limbah
pelepah dan daun kelapa sawit melalui fermentasi Trichoderma sp.
sebagai pakan sapi potong memdapatkan kesimpulan
penggunaan inokulum Trichoderma viride dan Trichoderma
harzianum dapat memperbaiki kualitas nutrisi limbah pelepah
dan daun kelapa sawit dengan cara fermentasi. Dosis inokulum
yang optimal digunakan untuk menghasilkan fermentasi yang
terbaik adalah penggunaan Tricodherma sp. 3 ml dalam 3 kg
bahan.

Usaha-usaha perbaikan pakan ternak ruminansia berbasis


limbah kelapa sawit yang dirasa cukup efektif yaitu dengan
melakukan teknologi fermentasi. Tehnologi fermentasi ini
dapat meningkatkan kecernaan struktural karbohidrat dan
peningkatan jumlah protein dengan perlakuan kimiawi, fisik,
dan biologis fermentasi (Adhianto, dkk., 2016). Diharapkan
limbah berbasis kelapa sawit dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif pakan ternak sapi potong, dengan konsumsi
ransum yang tinggi, dapat mengoptimalkan pertambahan bobot
tubuh sapi.

Kegiatan integrasi sawit-sapi memunculkan tiga kegiatan


terpadu sekaligus, yaitu penyediaan pakan, usaha
perkembangbiakan sapi (cow calf operation), dan penggemukan

116
sapi. Masing-masing kegiatan saling berkontribusi dan mampu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas, termasuk produksi
kelapa sawit. Secara ekonomis kegiatan tersebut
menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima
masyarakat. Model integrasi ini layak diterapkan di wilayah
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Peningkatan populasi
sapi potong dalam rangka menuju swasembada daging dapat
dicapai melalui pengembangan integrasi sawit-sapi dengan
didukung pihak-pihak terkait. Kurang meluasnya penerapan
pola ini dikarenakan sosialisasi belum menyentuh level
pengambil keputusan (pemilik perusahaan) kelapa sawit,
sehingga pemahamannya masih beragam (Utomo dan Widjaja,
2012).

Kabupaten Mamuju Tengah dengan potensi sumber daya bahan


pakan yang cukup besar dari perkebunan kelapa sawit sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sapi penggemukan
yang berkelanjutan, dengan pemindahan IKN baru Provinsi
Sulawesi Barat harus barupaya menjadi daerah penyangga untuk
pemenuhan kebutuhan wilayah IKN baru. Hal ini juga
membuka peluang usaha sapi penggemukan bagi peternak
rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

8enam.com. 2019. Potensi Kelapa Sawit Sulawesi Barat.


https://8enam.com/potensi-kelapasawit-sulawesi-
barat/ diakses 7 Juli 2020.
Adhianto, K., Muhtaruddin, Y. Widodo, Liman, dan I. Hidayat.
2016. Performa sapi potong yang mendapatkan ransum
limbah kelapa sawit. Seminar Nasional Program Studi
Peternakan UNS Tahun 2016.
Antara, dan K. Setiawan. 2019. Wapres Minta Sulawesi Barat
Bersiap Jadi Penyangga Ibu Kota Baru
https://bisnis.tempo.co/ read/1288014/wapres-

117
minta-sulawesi-barat-bersiapjadi-penyangga-ibu-kota-
baru/full&view=ok diakses 7 Juli 2020.
Bappeda Mamuju Tengah. 2018. Profil Daerah Kabupaten
Mamuju Tengah Tahun 2018.
Kementerian Pertanian, 2015. Outlook Komoditas Pertanian
Sub Sektor Peternakan Daging sapi. Pusat Data dan
Sistim Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian, Jakarta, 2015.
Rizali, A., Fahcrianto, M. H. Ansari, dan A. Wahdi. 2018.
Pemanfaatan limbah pelepah dan daun kelapa sawit
melalui fermentasi Trichoderma sp. sebagai pakan sapi
potong. EnviroScientae. 14 (1): 1-7.
Sianipar, J. , L. P Batubara, S. P. Ginting, K. Simanihuruk dan
A. Tarigan. (2003). Analisis Potensi Ekonomi Limbah
dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai
Pakan Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian. Loka
Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatra
Utara
Sianipar, T. P. (2009). Efek pelepeah dan daun kelapa sawit dan
limbah industrinya sebagai pakan terhadap
pertumbuhan sapi peranakan ongole pada fase
pertumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sodiq, A., P. Yuwono, Y.N. Wakhidati, M. Rayhan, A. H. Sidhi,
dan A. Maulianto. 2018. Pengembangan peternakan sapi
potong di Kabupaten Cilacap. Prosiding Seminar
Teknologi dan Agribisnis Peternakan VI:
Pengembangan Sumber Daya Genetik Ternak Lokal
Menuju Swasembada Pangan Hewani ASUH, Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedriman, 7 Juli 2018.
Umiyasih, U. dan Y. A Anggreni. (2003). Keterpaduan Sistem
Usaha Perkebunan dengan ternak; Tinjauan tentang
ketersediaan pakan hiajaun pakan untuk ternak sapi
potong di kawasan perkebunan kelapa sawit. Dalam
Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa

118
Sawit-Sapi Bengkulu, 9-10 September 2003. Bogor
(Indonesia) : Publitbangnak. Hlm. 156-16.
Utomo, B.N., dan E. Widjaja. 2012. Pengembangan sapi potong
berbasis industry perkebunan kelapa sawit. Jurnal
Litbang Pertanian. 31 (4): 153-161.

119
120
Kebijakan Pemerintah
dalam Pengembangan
Industri Perunggasan
Muh. Akram (I011181308)

Semenjak tahun 1980, industri ayam ras telah berkembang dari


skala kecil hingga mencapai skala komersial dengan kemajuan
yang pesat, sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, bahkan pada beberapa periode juga telah dapat
melakukan ekspor. Arah pembangunan industri ayam ras dari
waktu ke waktu cenderung menuju usaha padat modal,
sekalipun pemerintah pada periode 1975-1995 telah melakukan
intervensi baik pada aspek teknologi, pembatasan skala usaha
dan pemasaran (Yusdja et al. 2004). Berbagai usaha pemerintah
dalam melindungi dan mengembangkan usaha peternakan
rakyat ternyata tidak mampu melawan kekuatan pasar (Yusdja
et al. 2003). Pada sisi lain, fakta memperlihatkan bahwa usaha
peternakan rakyat secara nyata mendukung program
pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, menyediakan
lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sebagian
masyarakat di pedesaan (Ilham, 2015).

121
Dalam mencapai kemajuan dan perkembangan tersebut,
industri ayam ras rentan terhadap perubahan ekonomi global,
karena hampir 90% dari komponen industri yaitu bahan pakan
dan bibit berasal dari impor. Krisis ekonomi yang melanda Asia
pada periode 1997- 1998 telah menyebabkan industri ayam ras
hampir collapse. Ditambah lagi dengan terjadinya wabah
penyakit flu burung yang melanda Asia pada tahun 2004-2006,
yang mengakibatkan produksi ayam ras di Indonesia turun
sampai 60% (Ilham & Yusdja 2010). Namun demikian, industri
ayam ras terus bergerak maju dalam menghadapi berbagai
kesulitan tersebut. Dampak dari berbagai krisis tersebut adalah
mengarahkan perkembangan industri ayam ras pada usaha padat
modal, dimana usaha ayam ras mandiri skala kecil tidak mampu
bertahan dan beralih menjadi usaha yang bermitra dengan
perusahaan (Ilham & Yusdja 2010).

Berdasarkan pengalaman, masyarakat cenderung menyalahkan


usaha rakyat sebagai penyebab wabah penyakit flu burung.
Pertanyaan penting bagi pemerintah adalah bagaimana
kebijakan untuk mempertahankan usaha unggas rakyat yang
memenuhi syarat lingkungan tetapi dapat memberikan
kesejahteraan pada peternak. Artikel ini bertujuan untuk
menguraikan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
industri perunggasan sehingga peternak semakin sejahtera.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali industri
perunggasan setelah terjadi wabah flu burung adalah
dicanangkan program usaha unggas pedesaan (VPF) pada tahun
2006 untuk unggas lokal (Ditjennak 2006). Village poultry
farming atau budidaya unggas pedesaan adalah usaha budidaya
unggas lokal (ayam dan itik) yang dilakukan secara berkelompok
dengan mengaplikasikan good farming practice (GFP) pada
suatu wilayah pengembangan unggas pedesaan (Ditjen PKH
2011). Kegiatan yang dilakukan adalah membangun kawasan
terisolir di wilayah pedesaan melalui pembangunan infrastruktur

122
yang diperlukan, memberikan modal kepada peternak unggas
lokal dan membangun kelembagaan. Program ini bertujuan
untuk melindungi usaha peternakan unggas skala kecil,
menyediakan bahan pangan sehat (food safety) dan menjaga
kesehatan lingkungan. Pada dasarnya program ini mendukung
terjadinya proses restrukturisasi budidaya unggas lokal di
pedesaan sejalan dengan terjadinya proses monetisasi pedesaan
atau bergeraknya perekonomian rakyat di pedesaan (Ditjen
PKH 2011).

Tujuan khusus program VPF adalah (1) Mengembangkan


pusat-pusat usaha budidaya unggas lokal di pedesaan melalui
pengembangan kawasan usaha peternakan unggas lokal; (2)
Mengoptimalkan penerapan praktek peternakan yang baik
(GFP), sebagai upaya menekan berjangkitnya penyakit unggas
dan khususnya pada sektor-4, (3) Meningkatkan populasi dan
produksi unggas lokal di pedesaan; dan (4) Memperkuat
kelembagaan kelompok-kelompok peternak unggas lokal di
pedesaan (Ilham, 2015).

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan VPF adalah (1)


Berkembangnya usaha budidaya unggas lokal yang dikelola
secara berkelompok di kawasan- kawasan pengembangan
unggas lokal di pedesaan; dan (2) Meningkatnya jumlah
kelompok peternak unggas lokal yang mengaplikasikan GFP.
Pendanaan untuk mendukung kegiatan VPF dapat berasal dari
berbagai sumber antara lain dana APBN, APBD I dan II; dana
swasta seperti perbankan, koperasi, corporate social
responsibility (CSR) dan masyarakat. Salah satu prinsip yang
diperhatikan dalam penyaluran paket program adalah kelompok
tani yang dipilih merupakan kelompok tani ternak yang sudah
berpengalaman dan bukan kelompok tani baru (Ilham, 2015).

Untuk mendukung perkembangan industri ayam buras,


pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik

123
Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal (Kemenkumham 2014). Pada
Perpres tersebut ditetapkan bahwa usaha perbibitan dan
budidaya ayam buras serta persilangannya dilakukan untuk
100% modal dalam negeri dengan perizinan khusus (Ilham,
2015).

Hasil evaluasi Ditjennak (2010) terhadap program VPF


menyimpulkan bahwa (1) Perhatian para petugas peternakan
tingkat provinsi dan kabupaten terhadap program VPF belum
maksimal, sehingga proses identifikasi, seleksi dan penetapan
kelompok penerima program masih ada yang belum sesuai
kriteria dan akibatnya usahanya belum berkembang; (2) Pada
umumnya usaha yang dilakukan masih merupakan usaha
sampingan yang sebagian besar dilakukan di lahan pekarangan;
(3) Peternak masih terkendala dalam mengembangkan usaha
pembibitan dan pakan, sehingga kesulitan mendapatkan bibit
dan pakan yang berakibat pada kenaikan biaya produksi yang
tidak sejalan dengan kenaikan harga produk; dan (4)
Keberadaan kelompok belum sepenuhnya dapat membantu
para peternak anggota dalam berusaha sehingga mengancam
keberlanjutan usaha (Ilham, 2015).

Sesuai rekomendasi dari Office Internationale de Epizooticae


(OIE) untuk mengendalikan dan membebaskan suatu kawasan
dari penyakit flu burung, sekaligus dalam upaya mendukung
terpenuhinya persyaratan dalam perdagangan unggas dan
produk unggas baik antar daerah maupun antar negara, maka
dibentuk kompartementalisasi dan zonifikasi. Hal ini diatur oleh
Permentan Nomor 28 Tahun 2008, tentang Pedoman Penataan
Kompartemen dan Penataan Zona Usaha Perunggasan
(Kementan 2008). Secara teknis budidaya, pemerintah juga
mengeluarkan aturan berupa Permentan Nomor 31 Tahun 2014,
tentang Pedoman Budidaya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur

124
yang Baik (Kementan 2014). Pada pedoman ini antara lain diatur
perihal lahan dan tata letak kandang, kesehatan lingkungan,
kesehatan hewan, pakan dan peralatan kandang. Hal serupa juga
dilakukan di Thailand dengan menerapkan zoning untuk usaha
unggas (Aengwanich 2014).

Kompartemen adalah suatu peternakan dan lingkungannya yang


terdiri dari satu kelompok unggas atau lebih yang memiliki
status kesehatan hewan. Penataan kompartemen adalah
serangkaian kegiatan untuk mengkondisikan suatu usaha
peternakan unggas agar memiliki status kesehatan hewan
melalui penerapan cara pembibitan ternak yang baik dan cara
budidaya ternak yang baik. Zona adalah suatu kawasan
peternakan dalam satu kabupaten/kota atau meliputi beberapa
kabupaten/kota yang memiliki status kesehatan hewan.
Penataan zona adalah serangkaian kegiatan untuk
mengkondisikan suatu zona agar memiliki status kesehatan
hewan (Kementan 2008).

Tujuan dilakukan penataan tersebut adalah untuk (1)


Mengendalikan dan memberantas penyakit flu burung; (2)
Menjamin agar unggas dan produk unggas yang dihasilkan aman
berkualitas/bermutu dan terbebas dari virus penyakit flu burung;
(3) Mencegah masuk dan menyebarnya penyakit flu burung
melalui lalu- lintas perdagangan unggas dan produk unggas antar
daerah dan antar Negara; dan (4) Membuka peluang
perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri (Ilham,
2015).

Menurut Ditjennak (2009) telah dilakukan proses audit


kompartemen dan zona terhadap dua perusahaan pembibitan
ayam ras di Kabupaten Sukabumi, namun hasilnya tidak
dijelaskan lebih lanjut. Hal yang dilaporkan adalah bahwa
kegiatan kompartementalisasi yang telah dilakukan berdampak
positif dengan adanya permohonan penilaian dari perusahaan

125
perbibitan yang lain untuk segera dilakukan penilaian pada
kompartemen yang dimiliki.

Pengalaman di Tiongkok menunjukkan bahwa setelah wabah


flu burung yang menyerang pada tahun 2004, para pembuat
kebijakan di Tiongkok tidak ingin melihat petani kehilangan
mata pencaharian dari sektor unggas. Pada sisi lain, Pemerintah
Tiongkok menerapkan berbagai kontrol langkah-langkah
pengendalian dengan syarat lebih tinggi yang sulit dilakukan
oleh produsen skala kecil. Solusi yang dilakukan adalah
mengintegrasikan produsen tradisional dan skala kecil ke dalam
rantai nilai ternak yang lebih tinggi, lebih aman dan ramah
lingkungan. Untuk itu Tiongkok mengembangkan sebuah
model baru untuk produksi yaitu membangun PPC (Wang et al.
2014).

Di Tiongkok (Wang et al. 2014) dan Thailand (Aengwanich


2014) keberadaan PPC diciptakan dengan kebijakan pemerintah
dalam rangka restrukturisasi perunggasan. Berbeda dengan di
Indonesia, keberadaan PPC terjadi secara alamiah dengan
interaksi antara perusahaan peternakan sebagai inti dan peternak
sebagai plasma akibat adanya kebijakan pemerintah di masa lalu
(Ilham et al. 2013).

Industri ayam ras di Indonesia telah mengalami kemajuan yang


pesat dengan skala usaha komersial dan modern dengan
pertumbuhan di atas 10% per tahun. Sumbangan produksi ayam
ras hampir mencapai 66% dari total produksi daging nasional
(Ditjen PKH 2013). Dalam situasi industri ayam ras seperti itu,
sulit diharapkan usaha kecil atau usaha rakyat berkembang tanpa
dibantu melalui kebijakan dan intervensi oleh pemerintah. Jalan
terbuka bagi pengembangan usaha rakyat adalah melakukan
kerjasama kemitraan dengan usaha skala besar. Keberadaan
PPC sangat nyata memberikan dampak pada tingkat
kesejahteraan peternak (Ilham et al. 2013). Hal ini merupakan

126
pendorong mengapa PPC dapat bertahan dan berkembang
(Ilham, 2015).

Usaha peternakan ayam ras skala kecil merupakan salah satu


pilihan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dengan
menciptakan lapangan kerja. Pemerintah bekerjasama dengan
perusahaan untuk mempertahankan keberlanjutan produsen
ayam ras skala kecil dengan memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan efisiensi usaha. Hal ini ditujukan agar produk
yang dihasilkan aman dan dapat menjaga kesehatan lingkungan.
Kebijakan pengembangan VPF sebaiknya tetap diteruskan
dengan beberapa perbaikan. Mengingat alokasi dana pemerintah
yang terbatas, maka kegiatan tersebut difokuskan pada
kelompokkelompok pilihan. Kelompok-kelompok ini
diharapkan dapat berkembang sehingga akhirnya sesuai
mekanisme pasar dalam memperluas usaha dengan membentuk
jaringan usaha. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan
melangkah lebih maju serta mengambil kebijakan-kebijakan
yang dapat memajukan industri perunggasan di Indonesia, serta
melakukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang
sebelumnya sudah diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aengwanich W. 2014. Farm models and eco-health of poultry


production clusters (PPCs) following avian influenza
epidemics in Thailand. Sustainability. 6:2300-2319.
Ditjennak. 2006. Pedoman program village poultry farming-
VPF. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal
Peternakan.
Ditjennak. 2009. Pelaksanaan audit penataan kompartemen dan
zona usaha perunggasan. Jakarta (Indonesia): Direktorat
Jenderal Peternakan.

127
Ditjennak. 2010. Laporan hasil evaluasi pengembangan
budidaya unggas di pedesaan (village poultry farming).
Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan.
Ditjen PKH. 2011. Pedoman pelaksanaan pengembangan
budidaya unggas di pedesaan (village poultry farming-
VPF). Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Ditjen PKH. 2013. Statistik peternakan dan kesehatan hewan
2013. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal
Peternakan.
Ilham N, Yusdja Y. 2010. Dampak flu burung terhadap
produksi unggas dan kontribusi usaha unggas terhadap
pendapatan peternak skala kecil di Indonesia. J Agro
Ekonomi. 28:3968.
Ilham N. 2013. Dampak erupsi Gunung Merapi terhadap
kondisi sosial ekonomi petani (kasus Kabupaten
Sleman). Dalam: Sumarno, Subagyono K, Bustaman S,
penyunting. Pengembangan pertanian berbasis inovasi
di wilayah bencana erupsi Gunung Merapi. Jakarta
(Indonesia): IAARD Press. hlm. 103-122.
Ilham N. 2015. Kebijakan pemerintah terhadap unggas skala
kecil dan kesehatan lingkungan di Indonesia. Wartazoa.
Vol. 25 (2): 095-105.
Kemenkumham. 2014. Daftar bidang usaha yang tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang
penanaman modal. Jakarta (Indonesia): Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kementan. 2008. Peraturan Menteri Pertanian, Nomor
28/Permentan/OT.140/ 5/2008, tentang Pedoman
Penataan Kopartemen dan Penataan Zona Usaha
Perunggasan. Jakarta (Indonesia): Kementerian
Pertanian.
Kementan. 2014. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 tahun
2014 tentang Pedoman Budidaya Ayam Pedaging dan

128
Ayam Petelur yang Baik. Jakarta (Indonesia):
Kementerian Pertanian.
Wang L, Liu Q, Zheng HE, Wu J, Li X. 2014. Development of
poultry production clusters in China: A policy review.
Int J Poult Sci. 13:292-298.
Yusdja Y, Ilham N, Sajuti R. 2004. Tinjauan penerapan
kebijakan industri ayam ras: Antara tujuan dan hasil.
Forum Agro Ekonomi. 22:21-36.
Yusdja Y, Ilham N, Sejati WK. 2003. Profil dan permasalahan
peternakan. Forum Agro Ekonomi. 21:44-56.

129
130
Pentingnya Komitmen
Menyelesaikan Isu
Peternakan yang Semakin
Terpuruk
Reski Amalia (I011171358)

Selama ini puluhan tahun uang negara yang dialokasikan untuk


membangun peternakan dan kesehatan hewan lebih banyak
digunakan untuk belanja barang. Pasalnya itu bukan suatu
tindakan strategis karena hanya akan memanjakan peternak baru
dan menurunkna potensi peternak tulen, serta hanya akan
meningkatkan potensi kegagalan program karena
pemanipulasian tahapan bisa saja terjadi yang saat ini sudah
menjadi rahasia umum di seluruh Indonesia.

Sektor peternakan masih menjadi permasalahan yang harus


dipecahkan oleh insaninsan peternakan, saat ini semua sektor
peternakan masih sangat memprihatinkan, hal ini semakin di
perparah dengan adaya pandemi covid-19. Adapun persoalan

131
yang dihadapi saat ini adalah produktivitas terlambat, harga
mahal, teknologi dan kualitas rendah, dan lahan semakin sempit.
Salah satu penghambat kemajuan peternakan yang ada di
Indonesia adalah adanya perubahan kebijakan yang selalu
berbeda dengan kebijakan sebelumnya hal ini dituturkan oleh
ketua umum pengurus besar ISPI Didiek Purwanto pada sebuah
webinar nasional peternakan, Rabu (3/6/2020). “Regulasi selalu
berubah sehingga tidak sustain dalam menyelesaikan masalah,
sementara dalam menyelesaikan masalah dan kebijakan harus
ada data yang real, karena hal ini justru akan menghasilkan
masalah baru.”

Salah satu komoditi yang terdampak oleh perubahan regulasi


adalah produksi ternak potong yang berpengaruh pada
pemenuhan pangan asal hewani seperti ketersediaan daging
untuk mencapai swasembada, berbagai upaya pun dilakukan
oleh pemerintah dengan membuat berbagai macam program
meliputi Sentra Peternakan Rakyat (SPR), Upaya Khusus
Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS
SIWAB), dan Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri
(SIKOMANDAN) yang dilaksanakan saat ini.“ Meskipun
sebenarnya segala program yang dijalankan oleh selama ini
merupkan implementasi dari rencana strategi atau grand design
oleh para pakar, praktisi, birokrat, dan aktivis asosiasi yang
memiliki substansi yang sangat bagus dan komprehensif namun
cara menjalankan substansi dalam rencana strategis tidak jelas
dan dapat diibaratkan sebagai cek kosong, dengan demikian
apapun program yang direncanakan pasti sesuai dengan rencana
strategis pembangunan peternakan tetapi hasilnya sering tidak
efektif,” ungkap Muladno selaku mantan dirjen PKH 2015-2016.

Kebijakan yang selalu berubah pada sektor peternakan tentunya


memicu reaksi oleh berbagai pihak, baik pemerintah, pengusaha,
komunitas/organisasi terkait, maupun civitas akademik.
“Banyak jargon, tapi semuanya sama, sama-sama gagal,” kata

132
Teguh selaku ketua umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi
dan Kerbau Indonesia. Sementara Didiek Purwanto
menyarankan agar pembangunan peternakan harus terstruktur,
“Arah pembangunan peternakan harus terstuktur, dan menjalin
harmonisasi regulasi dengan mengajak berbicara semua
partisipasi aktif sehingga sektor peternakan bisa ter level up dan
sejalan dengan perundang-undangan”. Hal yang sama pun
diungkapkan oleh dekan Fakultas peternakan Universitas
Hasanuddin Lellah Rahim bahwa “Indonesia memiliki banyak
jargon namun melihat realita kita masih sangat rendah
dibandingkan negara lain, hal yang harus dilakukan adalah
pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan,
optimalisasi sumber daya lokal, meningkatkan konsumsi protein
asal ternak, dan dukungan regulasi pembangunan peternakan,
sehingga mari menyamakan perspektif dari berbagai pihak agar
bisa menjawab permasalahan peternakan saat ini,” saat menjadi
pembicara pada webinar nasional yang diadakan oleh Senat
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Perubahan kebijakan yang kerap dilakukan tentunya akan


menurunkan tingkat keakuratan dari program dalam menentas
isu peternakan yang ada, sehingga sulit untuk mengukur tingkat
keberhasilan program. Muladno (2017) bahwa ada lima prinsip
untuk membangun peternakan yaitu: 1) focus memberdayakan
peternak tulen yang sudah memiliki ternak dan jangan
membuat kelompok baru. 2) bangun fasilitas public untuk
pengembangbiakan dan pertumbuhan ternak. 3) perkuat
kelembagaan usaha kolektif dengan skala usaha minimal
tertentu. 4) berkolaborasi dan bersinergi antar lembaga dengan
semangat konsolidasi. 5) ciptakan suasana kondusif bagi
peternak dan pengusaha dibidang peternakan. Prinsip tersebut
tentunya memerlukan waktu untuk dijalankan dan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.

133
Hal lain yang harus diperhatikan adalah melihat keterlibatan
seluruh pemangku kepentingan bukan hanya pemerintah yang
dianggap hebat, realita saat ini pemerintah setengah hati dalam
menangani sektor pertanian dan peternakan, hal ini terlihat dari
adanya pemotongan anggaran dari 2 trilyun menjadi 1 trilyun,
padahal dalam situasi lockdown pandemi covid-19 ketersediaan
pangan menjadi hal yang sangat penting. Kebijakan ini tentunya
sangat disayangkan terlebih saat ini impor daging semakin
meningkat. Berdasarkan data BPS (2013) yang diolah
Gapuspindo (2016) dan Bapenas (2015) bahwa diprediksi rasio
kemampuan produksi domestik dengan impor semakin
mengecil yaitu dari 73% di tahun 2011 menjadi 65,4% (2015)
dan 56,1% di tahun 2019. Dari data tersebut, telah terjadi defisit
tumbuh produksi domestik dengan impor sekitar 13,47%
sedangkan impor daging dan sapi tumbuh positif sebesar 4,33%.
Artinya ketergantungan terhadap impor akan semakin
meningkat.

Berbagai dampak eksklusi sosial peternak tampak adanya


kebijakan produktif yang dilahirkan bias dan kurang
mendukung terciptanya kemandirian pangan nasional. Contoh
pada komoditi sapi, regulasi yang muncul seringkali menjadi
kontra produktif dan bahkan menimbulkan kekhwatiran
berbagi pihak karena dalam jangka panjang akan mengancam
kemandirian pangan khususnya pembangunan peternakan.
Contoh perubahan kebijakan produksi menjadi pendekatan
harga (Permendag 669/2013), rasio impor sapi bakalan dan sapi
indukan (Permentan No.49/2016), impor daging kerbau yang
berasal dari India (SK Mentan No.2556/2016), impor daging
sapi tanpa kuota serta diubahnya kebijakan impor sapi bakalan,
dari berat 350 kg/ekor menjadi 450kg/ekor. Dengan demikian
juga “jebakan pangan daging sapi”,mengandug pengertian
ketidakmampuan sarana dan prasanrana produksi pangan asal
ternak sapi di dalam negeri untuk bersaing dengan daging sapi

134
import, dengan kata lain aya saing produksi sapi dalam negeri
lemah (Sulaeman dkk., 2019).

Awal bencana dari jebakan daging sapi adalah kebijakan harga


“harga murah” bukan “harga terjangkau” yang membuat
pemerintah mengambil jalan pintas untuk import dibanding
berbudidaya (Tawaf, 2017). Namun kewenangan pula tidak
sepenuhnya untuk para perusahaan karena hal ini justru dapat
mematikan peternak kecil akibat dari monopoli dan kartelisasi.
Hal ini sesuai yang diungkapkan oelh Andi Akmal Pasluddin
bahwa “saya tidak setuju dengan pemberian kewenangan
perusahaan karena justru akan membunuh peternak kecil
karena monopoli dan kartelisasi”, hal yang sama juga dituturkan
oleh Teguh Boediyana “segala kebijakan pemberian
kewenangan sebaiknya jangan memberikan semua kepada
perusahaan dan dinas, agar alumni peternakan pun bisa
berkembang.”

Banyaknya regulasi yang tidak sesuai dengan kondisi pangan


saat ini kemungkinan karena kurang optimalnya keterlibatan
stakeholder pangan dan kurangnya wawasan yang utuh oleh
pemerintah mengenai dunia peternakan, dan jika tidak
mengubah tatanan akan membuat kita semakin tertingga. Solusi
yang sebaiknya dilakukan adalah melakukan penataan ulang
konsep dan meningkatkan industri dengan metode smart farming
namun tetap memperhatikan kondisi, serta konsisten dalam
menjalankan kebijakan. dan harus disertai pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Berita kota Makassar, Pasca-Covid-19 Industri peternakan wajib


manfaatakan IT, Rabu, 3 Juni 2020.
Sulaeman., M.M, A. Mauluddin, M. Sulistyati, L. Nurlina, U.
Yunasaf, dan S. Alim. 2019. Dampak ekslusi sosial dan
model pemberdayaan peternak. JSBP, 1(1):19-30.

135
Tawaf, R. 2017. Kumpulan artikel peternakan Departemen
Sosial Ekonomi Peternakan Unpad.
Trobos Livestock. 2017. Muladno:Refleksi dirjen PKH 2015-
2016: Lima prinsip membangun peternakan Indonesia.
Media agribisnis peternakan (1 mei 2017).

136
Membangun Peternakan
Rakyat yang Berdaya
Saing
Sarah Karuru (I011171304)

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang


sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki lebih dari 17.000 pulau, di mana hanya sekitar 7.000
pulau yang berpenghuni. Indonesia masih memiliki banyak
lahan kosong digunakan dengan baik padahal lahan tersebut
dapat di jadikan lahan untuk membuat industri peternakan guna
membantu mewujudkan swasembada daging di Indonesia agar
tak lagi memgipor daging dari luar.

Menurut data terakhir Indonesia dengan populasi 265 juta jiwa


dan 70 persen diantaranya terlibat dalam industri peternakan,
pakan dan perikanan. Dengan data tersebut kegiatan ini akan
menjadi suatu referensi dan event terpenting bagi para pelaku
industri dan pemerintah dalam mengembangkan geliat ekonomi
di sektor ini sehingga sangat dibutuhkan bantuan yang serius
dari pemerintah agar dapat mewujudkan swasembada Indonesia.

137
Indonesia diramalkan tingkat perekonomiannya akan terus
berkembang pada tahun yang akan datang, hal ini akan
membuat tingkat konsumsi yang akan meningkat pula, kususnya
pada bidang peternakan, sehingga harus membuat sebuah
antisipasi agar tidak terjadinya pengimporan bahan makanan
kususnya bidang peternakan seperti daging. Sumberdaya
manusia pada usaha peternakan merupakan faktor penting
dalam melakukan inovasi dan ide-ide pengembangan agribisnis.
Penda (2012) menyatakan bahwa modal sumberdaya manusia
memainkan peran penting pada pertumbuhan ekonomi
dikarenakan sumberdaya manusia memegang kendali rantai
produksi, distribusi dan konsumsi. Pada perspektif
makroekonomi, akumulasi produktivitas sumberdaya manusia
dan inovasi teknologi mendorong pertumbuhan produksi
pertanian semakin berlanjut.

Khusus subsektor peternakan yang selama ini kurang mendapat


perhatian karena pemerintah lebih fokus pada usaha pening-
katan beras, mulai menggigit perekonomian nasional. Populasi
ternak utama seperti sapi, kerbau dan kambing mengalami
pengurasan yang terus meningkat setiap tahun. Pengurasan
berkelanjutan ini mulai mengancam keberlanjutan produksi
hasil ternak dalam negeri, sehingga jumlah impor terus
meningkat. Hal ini dikarenakan sumberdaya peternak
merupakan faktor produksi yang penting dan mempunyai
dampak langsung pada peningkatan daya saing usaha. Semakin
tinggi kapasitas sumberdaya manusia maka output yang
dihasilkan juga akan semakin banyak.

Sangat dibutuhkan sebuah potensi peternak karena merupakan


ukuran kemampuan peternak yang didasarkan pada potensi
dasar, potensi penyelenggaraan input produksi, potensi
penyediaan tenaga kerja, dan potensi penguasaan teknologi.
Ketersediaan limbah pertanian sebagai asupan pakan juga
merupakan sumber daya saing usaha sapi potong di Indonesia

138
Seperti halnya dalm Kemampuan peternak dalam memilih
pakan, meramu dan menyimpan pakan serta pengendalian
penyakit merupakan aset penting dalam pengembangan di
sektor peternakan.

Daging sapi sebagai sumber pangan hewani menjadi prioritas


program pemerintah selain telur dan susu. Salah satu program
yang telah dicanangkan yaitu Program Swasembada Daging Sapi
(PSDS) 2014 yang bertujuan untuk perkembangan populasi,
perbaikan produktivitas sapi potong dan peningkatan produksi
daging yang terjamin aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) secara
berkesinambungan (Ditjen PKH 2010). Kondisi sistem logistik
sapi potong di Indonesia saat ini menunjukkan kinerja yang
kurang baik, hal tersebut tercermin dari sulit dan mahalnya biaya
pengiriman sapi di Indonesia (Harianto 2013).

Sebagai contoh, biaya pengiriman daging sapi atau sapi dari


Australia ke Indonesia sebesar Rp. 700/kg. Biaya tersebut lebih
murah dibandingkan dengan biaya pengiriman ternak atau
daging sapi dari Nusa Tenggara ke Jakarta yang mencapai Rp.
3.000/kg. Lebih lanjut disebutkan bahwa selain masalah ongkos
pengiriman, dukungan sarana dalam sistem logistik sapi potong
juga masih kurang memadai alat pengangkutan baik laut atau
darat, pengangkutan ternak sapi masih menggunakan kapal kayu
atau kargo berkapasitas kecil (300-500 ekor),

Namun demikian, Indonesia masih belum mampu merumuskan


arah pembangunan peternakan sehingga efektivitas program-
program pembangunan peternakan tidak belum jelas ke mana
arahnya. Dalam kaitan itu khusus untuk subsektor peternakan,
perlu dilahirkan suatu gagasan tentang peternakan masa depan
dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memujudkannya.

Indonesia masih memiliki tingkat yang tinggi dalam hal


mengimpor daging dari luar, tetapi Indonesia telah belajar dalam

139
mengurangi pengimporan daging dari luar. Sedangkan pada sisi
ekspor, Indonesia mempunyai peluang besar mengisi pasar
ternak hidup, daging, telur dan susu. Indonesia dianggap sebagai
negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih
murni alami, dan bebas penyakit mulut dan kuku.

Langkah pertama yang dapat kita lakukan yaitu membangun


kerja sama antara pengusaha sapi potong dengan pemerintah,
seperti pemerintah memberikan modal kepada pengusaha
daging agar meningkatkan penghasilan daging dalam negeri,
guna meningkatkan pengahasilan daging dan konsumsi daging
di indonesia. selanjutnya memanfaatkan lahan kosong yang ada
di Indonesia dengan membangun industri peternakan sebagai
sektor utama penghasil daging. Sehingga tidak lagi mengimpor
daging dari luar, tidak terjadi kekurangan daging, dan Indonesia
tidak lagi ketinggalan dalam mengonsumsi daging. Bukan hanya
di bidang sapi potong saja tetap IM i disemua bidang peternakan
seperi telur dan susu.

Contoh lainnya yaitu peran investasi sangat dibutuhkan dalam


meningkatkan agribisnis peternakan dan investasi publik.
Investasi mendorong pertumbuhan usaha peternakan dan
menimbulkan efek multiplier yang luas. Sumber investasi ba- gi
pembangunan peternakan selama berasal dari dana pemerintah,
PMDN dan PMA. Namun, sejak masa reformasi dan kesulitan
dana pembangunan, kegiatan pemerintah banyak difokuskan
pada usaha memberikan pelayanan.

Perkembangan investasi tersebut adalah bahwa usaha


peternakan dalam negeri tidak mempunyai daya saing yang
tinggi sehingga tidak menarik para investor untuk menanamkan
modalnya. Bahkan dalam sektor pertanian sendiri usaha
peternakan belum mempunyai posisi yang dapat diandalkan.
Pencapaian tingkat efisiensi usaha yang sangat baik tersebut
tidak dapat dilepaskan dari unsur sumberdaya manusia. Potensi

140
sumberdaya manusia yang didasarkan pada kepemilikan
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan produktivitas tenaga
kerja sangat memberikan kontribusi pencapaian output
produksi.

Kita tahu bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber daya


manusia dan sumber daya alam dan juga jangan lupa Indonesia
memiliki sapi lokal yaitu sapi bali. Sapi bali dapat kita jadikan
sebagai tombak untuk menuju Indonesia berdaya saing dalam
sektor peternakan. Sehingga diharapkan langkah-langkah
tersebut dapat dijadikan sebuh harapan dimasa depan guna
menjadi daya saing dengan negara-negara lain. Untuk mencapai
tujuan pembangunan peternakan tersebut perlu dirumuskan
strategi dan kebijakan dalam usaha memperkuat agribisnis
ternak lokal dan bagaimana meraih peluang-peluang baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Marilah kita sebagai generasi
masa depan Indonesia, membangun negara kita lebih maju lagi
karena kita merupakan cerminan Indonesia dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2006. Statistik Terbitan 2004, 2005, dan 2006. Biro Pusat
Statistik. Jakarta.
Ditjen PKH. 2010. Blue print program swasembada daging sapi
2014. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Harianto. 2013. Mengatasi problematika pasokan daging sapi
https://independensi.com/2019/06/28/industri-
peternakan-punya-potensi-besar/
Penda, T.S. 2012. Human Capital Development for Agricultural
Business in Nigeria. International Food and
Agribusiness Management Review. Volume 15 Special
Issue.
Yusdja. Y dan N. Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan
Peternakan Rakyat. Jurnal AKP (Analisis Kebijakan

141
Pertanian). Volume 4 No. 1. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kabijakan Pertanian. Bogor.

142
Kendalikan Penyakit
Ternak Melalui Inovasi
Program Terbaru
Ichlasul Amal (I11116510)

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam


pengembangan usaha peternakan. Peternakan adalah salah satu
sub sektor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan hasil ST 2013 (Sensus Pertanian) terdapat
4.204.213 Rumah Tangga Peternak (RTP) menguasai lebih dari
98% usaha ternak Nasional. Potensi di atas, tidak tercermin
dengan kondisi peternakan di Indonesia saat ini. Contohnya,
usaha peternakan sapi potong di Indonesia didominasi oleh
usaha peternakan berskala kecil dengan jumlah Rumah Tangga
Peternak sebesar 4.204.213 orang (PSPK 2011) yang menguasai
lebih dari 98% ternak di Indonesia, dengan ciri, (1) rata-rata
kepemilikan ternak relatif rendah dan menyebar, (2) ternak
dipelihara sebagai tabungan hidup, (3) jiwa kewirausahaan yang
rendah, (4) lahan pemeliharaan tidak jelas, (5) usaha beternak
dilakukan secara turun temurun dan (6) sebagian besar tidak

143
memiliki modal untuk membeli ternak. Kondisi demikian
mengakibatkan posisi tawar peternak rendah dan tidak
berorientasi bisnis untuk menjadi usaha pokok, skala usaha
peternak rakyat jelas belum memenuhi skala ekonomi.

Dari beberapa tinjauan lokasi peternakan rakyat yang telah saya


lihat, perlu diketahui bahwa ternak biasanya dipelihara dalam
pemukiman padat penduduk dan dikandangkan di belakang
rumah karena faktor keamanan, sehingga yang menjadi masalah
peternak rakyat tidak peduli dengan kesehatan ternaknya sendiri.
Menurut pendapat Ainur et al., (2007) mengatakan tatalaksana
perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang
belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong
khususnya peternakan rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai
dengan persyaratan teknis akan mengganggu produktivitas
ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan
berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang
belum memberikan keleluasaan, kenyamanan dan kesehatan
bagi ternak. Bentuk dan tipe kandang hendaknya disesuaikan
dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya, pola atau tujuan
pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak. Beberapa
persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara
lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2)
mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan
(4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan
kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama,
penataan dan perlengkapan kandang, kandang hendaknya dapat
memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam proses
produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan
birahi dan penanganan kesehatan. Peternakan yang bagus
sebaiknya diiringi dengan penerapan teknologi peternakan atau
panca usaha ternak yaitu mulai dari inovasi bibit, inovasi pakan,
perkandangan, penyakit dan pencegahan, serta pemasarannya.
Dengan demikian akan tercipta peningkatan kualitas dan

144
kesejahtaraan peternak yang memeliharanya, penerapan inovasi
diatas juga perlu didukung oleh program pemerintahan yang
sesuai.

Arah kebijakan pemerintah sudah cukup baik dalam hal


reproduksi ternak, untuk mencapai target yang telah
dicanangkan pada tahun 2045, namun di sisi lain kebijakan
pemerintah yang bernilai positif hanya program UPSUS SIWAB
(Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) yang merupakan
salah satu program yang dicanangkan Kementerian Pertanian
untuk mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi
sapi potong dalam negeri. Program ini memiliki tujuan
mewujudkan komitmen pemerintah dalam mengejar
swasembada daging sapi yang ditargetkan tercapai pada tahun
2045 dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat.
Program tersebut belum bisa berhasil jika tanpa ada tindak
lanjut berupa pengendalian obat ternak dari segi kesehatannya.

Menurut Budi Santosa (2014) adanya penyakit-penyakit yang


akan mengganggu kemampuan reproduksi perlu diketahui dan
dipetakan dengan akurat, sehingga upaya pengendalian,
pencegahan dan penangananya bisa membuahkan hasil yang
optimal dan semua upaya itu berujung pada tercapainya derajat
kesehatah ternak yang optimal untuk menghasilkan keturunan-
keturunan yang sehat pula sehingga populasi ternak di
Indonesia bisa mencapai target yang ditentukan dan muaranya
bangsa kita bisa mencapai kemandirian dalam memenuhi
kebutuhan akan daging pada penduduknya. Karena kesehatan
ternak sangat penting untuk menjamin keberhasilan peternak
rakyat bukan hanya dari ketersediaan pakannya saja. Tidak
menutup kemungkinan peternak rakyat sangat membutuhkan
ketika ternaknya mengalami peristiwa kematian dikarenakan
terserang oleh penyakit. Faktor penyebabnya adalah tidak lepas
dari tanggung jawab tim penyuluh yang kurang antusias pada
kesehatan ternak, penyuluh hanya mampu pada bagian

145
teknisnya saja tidak pada bagian fisiologisnya, serta pusat
pembelian obat dan tempat konsultasi penyakit ternak yang
kurang disediakan bagi peternak rakyat khususnya pada daerah
pedesaan.

Berawal dari masalah perlu adanya pemikiran yang idealis


sehingga mampu menjawab tantangan perubahan global di
masa yang akan datang, maka dari itu saya sebagai mahasiswa
peternakan memberikan solusi yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut melalui berbagai macam program.
Pertama, penyuluh berperan penting dalam mendata penyakit
pada ternak karena setiap zona atau lingkungan akan memiliki
penyakit yang berbeda dan mampu mengatasi pada bagian
fisiologis hewan, maka dari itu perlu membuat program rutin
terkait sosialisasi dan praktek kesehatan ternak di setiap daerah
atau kelompok tani ternak, sehingga dapat terciptanya
pengetahuan baru bagi peternak rakyat dalam mencegah serta
mengatasi penyakit pada ternak dapat direalisasikan dalam
kelompok tani ternak yang ada di setiap daerah yang memiliki
usaha peternakan rakyat. Dalam proses penyuluhan pertanian,
keberhasilan akan dapat dicapai jika penyuluh mampu memilih
materi sesuai dengan sasaran, disertai dengan pemilihan metode
yang tepat tanpa mengabaikan kebutuhan dari masyarakat
petani. Keberhasilan dalam penyelenggaraan program
penyuluhan pertanian merupakan bagian dari pembangunan
pertanian. Sesuai dengan pendapat Tiar (2006) penyuluhan
diharapkan dapat menimbulkan perubahan yang diinginkan
oleh peternak. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik) peternak sehingga mereka mampu beternak dan
berusaha ternak lebih baik dan lebih menguntungkan.
Kedua, mendirikan apotek ternak di titik tertentu khususnya
pada daerah pedesaan, dengan adanya program ini peternak
lebih mudah mendapatkan obat untuk mencegah penyakit pada
ternaknya karena pada apotek ternak ini peternak tidak susah

146
untuk mengenal nama obatnya yang susah untuk disebut cukup
menceritakan gejala yang dimiliki pada ternaknya dan akan
langsung diberikan obat yang baik dari petugas yang berada di
apotek ternak tersebut dengan ini penyuluh dan peternak rakyat
bisa saling bersinergis dalam mendata penyakit yang masih
sering tercemar di beberapa daerah, sehingga ketersediaan obat
ternak pada apotek ternak tersebut dapat dilihat dari data
penyuluh agar memudahkan peternak dalam menunjang
kesehatan ternaknya.

Ketiga, inovasi pusat pelayanan animal care atau posyandu


ternak (pusat pelayanan terpadu kesehatan ternak). Program ini
dapat membantu masyarakat atau peternak rakyat di pedesaan
dalam hal kesehatan ternak dapat terkendali dengan baik, ketika
terjadi peristiwa seorang peternak rakyat memiliki ternak yang
terkena penyakit lantas tidak ada tindakan pada ternaknya
karena kurangnya pemahaman tentang pertolongan pertama
pada ternak. Adanya pusat pelayanan terpadu bidang kesehatan
ternak, peternak rakyat ini bisa langsung saja membawa
ternaknya ke posyandu ternak tersebut kemudian biar petugas
yang mengambil alih dalam hal kesehatan ternak untuk diperiksa
dan memberikan petunjuk.

Berbagai macam program di atas besar harapan saya dapat


direalisasikan sehingga keberadaan inovasi program terbaru
peternakan rakyat ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi apa yang selama ini menjadi permasalahan yang terus
terjadi dan tidak ada upaya untuk menyelamatkan potensi yang
dimiliki oleh negara ini guna memajukan dan mensejahterakan
peternak rakyat bagi dalam negeri maupun luar negeri. Karena
potensi peternak berskala kecil tersebut, saya melihat secara
keseluruhan menjadi tulang punggung bangsa Indonesia untuk
menyediakan bahan pangan asal hewan bagi seluruh
penduduknya. Sehingga diperlukan kontribusi seluruh
pemangku kepentingan peternakan dan kesehatan hewan untuk

147
mengkonsolidasikan kekuatan peternak berskala kecil tersebut
dalam kegiatan pra produksi, produksi, dan pasca produksi,
serta kegiatan penunjang yang saling bersinergi dan
berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Dumaria, T.R. 2006. Partisipasi Peternak Dalam Penyuluhan


Peternakan. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rasyid, Ainur dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan
Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Grati.
Santosa, Budi. 2014. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan
Penyakit Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong.
Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Balai Veteriner Bukit Tinggi.
Sensus Pertanian. 2013. Angka Sementara Hasil Sensus
Pertanian. Badan Pusat Statistik. Takalar.

148
Menjawab Tantangan
Sulawesi Selatan Menuju
Lumbung Sapi Potong
Indonesia
Wahyu Jaelani S (I11116318)

Pengembangan usaha ternak sapi potong tidak hanya berfokus


pada produksi atau terpenuhinya kebutuhan pangan hewani
secara nasional. Namun, usaha ternak sapi potong ditujukan
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan peningkatan daya
beli masyarakat melalui perbaikan pendapatan.

Kondisi peternak sapi potong selalu dihadapkan pada masalah


penyediaan pakan. Pada beberapa daerah, pemeliharaan ternak
sapi dapat dilakukan secara terpadu dengan tanaman pangan.
Ditinjau dari sisi potensi yang ada, Indonesia selayaknya mampu
memenuhi kebutuhan pangan asal ternak dan berpotensi
menjadi pengekspor produk peternakan. Hal tersebut
dimungkinkan karena didukung oleh ketersediaan sumberdaya
ternak dan peternak, lahan dengan berbagai jenis tanaman

149
pakan, produk sampingan industri, serta ketersediaan inovasi
teknologi. Pemanfaatan 50% lahan yang ada dapat menampung
29 juta satuan ternak (Bamualim et al. 2008). Pengembangan
industri sapi potong mempunyai prospek yang sangat baik
dengan memanfaatkan sumberdaya lahan maupun sumberdaya
pakan yang tersedia terutama di luar Jawa. Potensi lahan
pertanian yang belum dimanfaatkan mencapai 32 juta ha, lahan
terlantar 11,50 juta ha, dan lahan pekarangan 5,40 juta ha, belum
termasuk lahan gambut dan lebak (Rustijarno dan Sudaryanto,
2006).

Menurut Sumarjono et al. (2008) pengembangan sapi potong


dapat dilakukan melalui peningkatan potensi lahan, sumberdaya
manusia, pakan dan pola pakan. Hasil lain yang dilakukan di
Rembang oleh Mukson et al. (2008) bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap pengembangan ternak sapi potong
sebesar 92,3% dipengaruhi oleh luas lahan, ketersediaan hijauan
pakan ternak, tenaga kerja, dan modal.

Ekosistem penggembalaan meliputi komunitas organisme


(mikroba, tumbuhan dan hewan dan lingkungan. Komponen
penting dalam manajemen lahan adalah a). iklim: fokus pada
jumlah dan distribusi curah hujan, b). jenis Tanah: kombinasi
tanah dan vegetasi, c). kondisi tanah: seberapa baik jenis tanah
berfungsi, d). manajemen padang rumput memberikan fungsi
penting (siklus nutrisi dan aliran energi) yang menjaga ekosistem.
Manajemen padang rumput adalah semua tentang pengelolaan
angka, jenis dan lokasi ternak di padang penggembalaan.
Manajemen penggembalaan yang baik adalah kombinasi dari
beberapa factor yaitu menyeimbangkan pertumbuhan hijauan
dan penggunaan sehingaa kondisi tanah membaik, penilaian
yang akurat untuk pakan ternak, optimalisai distribusi titik air
dan desain padang penegmbalaan, serta d). manajemen stocking
untuk mencapai produksi dan kondisi lahan sasaran (MLA,
2007).

150
Berkurangnya lahan atau padang penggembalaan dikarenakan
daya produksi lahan yang berkurang sehingga dibutuhkan
penyediaan ladang penggembalaan yang menampung hijauan
dengan kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta
ketersediaannya dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang
penggembalaan dapat dijadikan sebagai tempat penggembalaan
ternak. Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan sebagai
pakan ternak tidak sampai kekurangan maka salah satu alternatif
yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan
yang tumbuh secara alami sebagai padang penggembalaan dan
integrasi ternak terhadap.

Salah satunya ladang penggembalaan pastura, yang dimana


pastura merupakan suatu sumber hijauan pakan ternak
ruminansia dengan pemeliharaan ternak yang digembalakan dan
memberikan arti kepada ternak untuk memilih dan mengambil
sendiri hijauan yang dimakannya. Dengan demikian jika pastura
baik maka diharapkan produksi ternak akan baik pula, akan
tetapi jika pastura dalam keadaan buruk, seperti kebanyakan
padang rumput alam maka produksi ternak juga tidak dapat
tinggi serta ada kemungkinan ternak mengkonsumsi hijauan
beracun yang dapat mengganggu proses fisiologi dirinya.
Pemanfaatan pastura lebih dikenal dengan istilah
penggembalaan atau grazing. Pada proses penggembalaan ini
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan mengingat proses ini
sangat kompleks.

Grazing management di terapkan dengan pemanfaaatan ladang


pastura sebagai hijauan pakan ternak yang dimana produksi atau
ketersediaan pakan hijauan tersebut akan sangat dipengaruhi
oleh musim. Kualitas pastura ditentukan dari kecernaan dan
proporsi legum (legume proportion). Kecernaan yang tinggi
menandakan kualitas yang baik. Kualitas nutrisi legume lebih
baik dari rumput, sehingga kualitas nutrisi rumput dapat
dibandingkan dengan legume dalam proporsi legume. Dengan

151
semakin sempit imbangan menandakan bahwa kualitas rumput
tidak terlalu jauh dari legume (Bell, 2006).

Pengembangan peternakan sangat terkait dengan


pengembangan suatu wilayah. Sulawesi Selatan memiliki potensi
cukup besar dalam pengembangan peternakan. Luas areal
padang penggembalaan di Sulawesi Selatan sebesar 190,006 ha.
Dari jumlah tersebut lebih dari 60% luas areal padang
penggembalaan di Sulawesi Selatan berada di empat kabupaten
yaitu Luwu, Luwu Utara, Wajo dan Tana Toraja atau masing-
masing 13,85%, 17,59%, 14,39%, dan 15,08% dari total luas
padang penggembalaan di Sulawesi Selatan. Dengan
mengetahui luas areal padang penggembalaan masing-masing
kabupaten di Sulawesi Selatan maka dilakukan perhitungan
potensi produksi hijauan yang dihasilkan (Syamsu, 2009).
Potensi yang ada dapat di manfaatkan untuk menjadikan
Sulawesi Selatan menjadi sentra lumbung sapi potong Indonesia
melalui sistem pengembalaan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim A. Thalib A. Y. M. Anggraeni dan Maryono. 2008.


Teknologi peternakan sapi potong berwawasan
lingkungan. Wartazoa. 18(3):149-156.
Bell, A. 2006. Pasture Assessment and Livestock Production.
NSW Department of Primary Industries, New South
Wales.
Meat and Livestock Australia. 2007. Grazing Land Management
Sustainable and Productive Natural Resource
Management. Northern Territory Australia.
Mukson, S. Marzuki, P. I. Sai dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-
faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan
ternak sapi potong rakyat di kecamatan kaliori,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. J. Indon. Trop.
Anim. Agric. Vol 33 (4): 305 - 312.

152
Rustijarno S. dan Sudaryanto B. 2006. Peningkatan ketahanan
pangan melalui kecukupan daging sapi 2010. Dalam : B.
Sudaryanto, Isbandi, B.S. Mulayatno, B.Sukamto, E.
Rianto, dan A.M. Legowo (Ed.). Pemberdayaan
Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis untuk
Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar
Nasional 2006. Universitas Diponegoro Semarang.
November 2006, hlm. 366-374.
Sumarjono, D., Sumarsono dan Sutiyono. 2008. Penerapan
analisis jalur untuk pengembangan sapi potong berbasis
potensi lahan usahatani di Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol. 33 (3): 231 -
237.
Syamsu, J. A. 2009. Padang penggembalaan sebagai penyedia
hijauan makanan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan.
Parukki.blogspot.co.id/2009/02/padang-
penggembalaan-sebagai-penyedia.html. Diakses pada
tanggal 08 Juli 2020.

153
154
IA-CEPA : Melemahkan
Asa Peternak Rakyat?
Fadhil Muharram (I11116065)

Berdasarkan Visi Indonesia 2045, Indonesia memiliki cita-cita


untuk mendapatkan posisi ke-5 besar kekuatan ekonomi
negara berpendapatan tinggi pada tahun 2040. Atas dasar ini,
pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan dan perjanjian
kerjasama dengan berbagai negara dalam mendukung sub
sektor peningkatan prekonomian mikro dan makro. Namun
pada kondisi saat ini, Indonesia menghadapi tantangan yang
besar dipicu dari kondisi perekonomian global yang kini
tengah mengalami perlemahan dan ketidakpastian akibat dari
pandemi covid 19. Penetapan strategi jitu dan pembuatan
regulasi baru dalam mendukung peningkatan ekonomi
nasional yang didukung oleh presiden Indonesia dalam
pidatonya di istana negara dalam menanggapi isu krisis
ekonomi nasional pada 29 juni 2020 menyudutkan para
menteri untuk segera membuat trobosan baru. Regulasi baru
yang berhasil di sahkan adalah kerja sama ekonomi Indonesia
dan Australian yaitu Indonesia Australia Comprehensive

155
Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang di sahkan
oleh DPR dalam rapat paripurna pada hari kamis , 6 Februari
2020 di Kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.

Indonesia dan Australia merupakan dua negara yang sudah


lama menjalin hubungan bilateral. Hubungan bilateral kedua
negara sudah dimulai dan diterapkan sejak tahun 1940an.
Secara keseluruhan Australia merupakan mitra perdagangan
dua arah terbesar ke 12 bagi Indonesia diukur berdasarkan
skala internasional dan Indonesia berada dalam urutan ke 4
dalam hubungan dagang Australia- ASEAN (IABC, 2015).
Kerja sama ekonomi yang terjalin antara Australia dan
Indonesia telah mapan dan berjalan dengan baik. Salah satu
bentuk kerjasama ekonomi yang lebih luas oleh kedua negara
adalah Indonesia Australia Comprehensive Economic
Patrnership Agreement (IA-CEPA).

IA-CEPA merupakan bentuk perjanjian kemitraan ekonomi


komprehensif antara Australia dan Indonesia yang mencakup
lingkungan bisnis, perdagangan, investasi serta kerjasama antar
kedua negara. Dalam kesepakatan Indonesia-Australia
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA)
ini kedua negara sepakat bahwa IACEPA akan mencakup
kerjasama ekonomi, isuisu perdagangan dan investasi tidak
hanya mencakup isu perdagangan barang dan jasa, dan kerja
sama pengembangan kapasitas sumber daya manusia, serta
inovasi industri. IA-CEPA bertujuan untuk meningkatkan
perdagangan dan investasi kedua negara, mengintegrasikan
ekonomi baik bilateral maupun regional. Selain itu, kerjasama
ini juga membentuk pondasi yang kokoh di berbagai bidang
kerja sama, termasuk keamanan, lingkungan, kerja sama
ekonomi, pendidikan, isu-isu transnasional.

IA-CEPA berbeda dengan kerjasama ekonomi bilateral dan


multilateral lainnya seperti Free Trade Agreement (FTA). Sebab,

156
cakupan kerja sama IA-CEPA tidak hanya di perdagangan,
melainkan juga kebebasan perdagangan barang meliputi aspek
nontarif, ketentuan asal barang, prosedur bea cukai dan
fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, sanitasi
dan fitosanitasi jasa termasuk juga jasa keuangan dan
telekomunikasi, investasi, hingga perdagangan elektronik juga
kerjasama ekonomi yang lebih luas seperti, Vocational Education
Training (VET), Higher Education, dan Health Sector (IA-CEPA,
2020). Kebijakan daya saing, kerja sama ekonomi, serta
ketentuan kelembagaan dan kerangka kerja. Kemitraan baru
antara Indonesia – Australia ini diarahkan untuk membentuk
economic powerhouse (kerjasama perdagangan yang menyasar
pasar negara ke tiga / pasar dunia) dengan menggabungkan
keunggulan kedua negara. Dengan IA-CEPA Indonesia
diharapkan menjadi bagian dari global value chains dan siap
bersaing secara global. Kesepakatan IA-CEPA merupakan
bukti nyata yang menunjukkan kepada dunia bahwa arah
kebijakan ekonomi Indonesia sangatlah terbuka.

Kerja sama ini juga diyakini meningkatkan perdagangan kedua


negara, salah satunya di bidang ekspor-impor daging sapi (red
meat) maupun sapi hidup (live cattle) di tengah persaingan negara
lain, seperti India atau Brasil. Dagiang asal Australia memiliki
sejumlah keunggulan kompetitif dibanding komoditas pesaing.
Komoditas terak yang akan di impor memiliki jaminan produk
halal serta bebas dari penyakit mulut dan kaki (PMK). Selain
itu letak geografis Australia yang lebih dekat dengan Indonesia
sehingga memudahkan melakukan ekspor. Konsumsi daging
Indonesia baru mencapai 2,6 kilogram per tahun dengan
konumsi tertinggi terletak di pulau Jawa sehingga memberikan
peluang kerja sama yang lebih luas. Kerangka kerja sama ini
juga menyebabkan pengurangan tarif bea masuk ekspor daging
sapi dan sapi hidup Australia ke Indonesia. Kedua negera juga
dapat saling berkolaborasi secara komprehensif, mulai dari

157
peningkatan kompetensi SDM, transfer teknologi dan keahlian,
serta investasi yang lebih luas.

Kemitraan ini diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi


kedua belah pihak, terutama dalam bidang ekonomi. Australia
merupakan salah satu mitra dagang strategis Indonesia.
Penerapan IA-CEPA akan mengutungkan kedua negara.
Asutralia dikenal sebagai pembibitan sapi cukup baik dan
Indonesia dikenal usaha penggemukan sapi yang baik. Lalu apa
keuntungan bagi peternak sapi lokal dari kerjasama IA CEPA?.
Menurut Country Manager MLA Indonesia, menjelaskan saalh
satu keutungan bagi peternak lokal adalah kepastian hukum
dalam perdagangan daging sapi maupun sapi hidup. Sebab
sebelumnya adanya IA CEPA, tidak ada kepastian hukum,
sehingga menyulitkan peternak lokal merancang rencana bisnis
jangka panjang. Salah satu kasus yang terjadi sebelum adanya
perjanjian IA CEPA, peternak sapi dari kedua negara tidak
memiliki kejelasan kuota. Penjelasan pemenuhan kuota ini
akan memberikan dampak positif bagi usaha feedlot atau
penggemukan sapi. Namun disisi lain, peternak rakyat makin
terpinggirkan karena usaha tani ternak tidak efisien. Selama ini
peternak lokal dalam usaha ternak sapi hanya dijadikan usaha
sampingan, sehingga sulit untuk bersaing dalam pasar global.

Menurut Direktur Eksekutif Gapuspindo, Joni Liano


menyatakan dengan pembebasan bea masuk dari 5 % menajadi
nol, maka bisa menutupi kenaikan biaya produksi. Sebelumnya,
pemerintah juga sudah memberikan relaksasi soal pajak yang
akan memberikan keringanan untuk mendorong agar usaha
masyarakat terutama peternakan tetap berjalan. Kuota impor
bakalan sebesar 575.000 ekor belum bisa dipastikan bisa
direalisasikan atau tidak. Namun, paling tidak dengan
diberlakukan kerja sama ini, pengusaha feedlot mendapat
keringanan. Tentunya menjadi perdebatan tersendiri selama
pembukaan kebijakan impor daging sapi dan bibit sapi.

158
Pemerintah sebaiknya bisa membendung produk impor
terutama daging yang tidak sampai merembes ke seluruh
daerah. Jika daging impor masuk ke daerah, sudah dipastikan
peternak lokal makin terpinggirkan. Tujuan impor daging
adalah untuk memenuhi kekurangan produksi daging nasional.
Niat pemerintah yang baik yaitu mestabilkan harga daging
nasional, sehingga masyarakat tetap makan daging dengan
melakukan impor. Impor sapi bakalan justru lebih baik jika
dibadingkan dengan impor daging.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan , I Ketut Diarmita


mengatakan kerja sama Indonesia-Australia tidak akan
mematikan usaha peternakan rakyat karena ruang geraknya
berbeda. Peternakan rakyat tidak terganggu karena beda ruang
lingkupnya dam memiliki pasar tersendiri. Impor sapi bakalan
justru lebih baik dibadingkan dengan impor daging. Impor
bakalan mempunyai nilai tambah seperti membuka lapangan
kerja, investasi dan produk sampingan seperti jeroan dapat
memberi tambahan penghasilan peternak.

Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan impor daging


sapi belum mampu menyelesaikan masalah tingginya harga
daging sapi. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam jangka
panjang pemerintah harus melakukan impor bibit sapi. Hal itu
dilakukan untuk menambah populasi sapi. Selama ini
pemerintah hanya mengandalkan kebijakan impor daging dan
impor sapi bakalan hidup untuk menekan harga daging sapi di
pasaran. Namun tidak melakukan kebijakan untuk menambah
populasi sapi betina produktif. Pemerintah perlu melakukan
impor bibit sapi hidup untuk menambah jumlah populasi sapi.
Minimal 200 ekor sapi bibit yang akan disebar berbagai daerah
populasi sapi bertambah dengann melibatkan swasta untuk
mengimpor bibit sapi. Selama ini tidak semua swasta mau
menerapkan aturan ini, karena memelihara sapi betina dari sisi
bisnis tidak langsung untung karena besarnya biaya

159
pemeliharaan yang harus dikeluarkan. Swasta bisa mensiasati
dengan menggandeng petani peternak untuk bekersama.
Penerapan ini akan membantu peternak dalam perkembangan
populasi sapi potong dalam negeri yang membutuhkan jangka
panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Kedutaan Besar Australia. 2020. IA-CEPA Akan Mulai Bulan


Juli. https://indonesia.embassy.gov.au/
jaktindonesian/SM20_007. html. Diakses pada 10 juli
2020
Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional.
2020. Indonesia – Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA).
http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/bilateral/
asia-tenggara-pasifik/australia. Diakses pada 10 juli
2020
Katadata. 2020. Dampak IA-CEPA, Ratusan Ribu Sapi
Australia Bisa Bebas Bea Masuk Ke RI.
https://katadata.co.id/berita/2020/07/06/dampak-ia-
cepa-ratusan-ribu-sapiaustralia-bisa-bebas-bea-masuk-
ke-ri. Diakses pada 10 juli 2020
AgroIndonesia. 2020. Tak Efisien,Peternak Rakyat
Makin Terpinggirkan.
http://agroindonesia.co.id/2020/06/
tak-efisien-peternak-rakyat-makin-terpinggirkaan
Diakses pada 10 juli 2020, pukul 23:50 WITA.

160
Buku ini merupakan kumpulan artikel peserta Lomba
Artikel Ilmiah Populer Tahun 2020 yang diselenggarakan
oleh Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Menulis adalah kemampuan lebih lanjut dari membaca,


sehingga seorang penulis pastilah pembaca. Mahasiswa
Fakultas Peternakan UNHAS yang menulis dalam buku ini
telah menunjukkan kemampuannya sebagai seorang penulis.
Rasa bangga, apresiasi yang tinggi serta terima kasih kepada
seluruh mahasiswa yang telah berkontribusi sebagai penulis
dalam buku ini - Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc., IPU
Dekan Fakultas Peternakan UNHAS

Penerbit Indicus
Lembaga Pengembangan Sumberdaya Peternakan
Institute for Development of Livestock Resources (INDICUS)
Jl. Sastra I Blok A No.35B Kompleks Unhas Antang
Makassar-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai