Anda di halaman 1dari 15

PERTANIAN ABAD 21

Menuju produk dan jasa pertanian yang berdaya saing dan bernilai
tambah tinngi pada pertanian abad 21
Pengampuh :
Dr. Erna Rusliana M. Saleh, STP., MSi.

Disusun oleh:
 Amam Holid (04132211023)
 Rafli Ali alweni (04132211021)
 Nur Afni Do Iskandar (04132211022)
 Winarsih Ransingin (04132211001)
 Salsabila Mokiwan (04132211014)
 Salsa Putri Andini (04132211025)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS ERTANIAN UNIVERSITAS KHAIRUN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniannya sehinnga kamu dapat
menyelesaikan masalah makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah PENGANTAR ILMU PERTANIAN KEPULAUAN
(PIPK) . dengan judul : Menuju produk dan jasa pertanian yang berdaya
saing dan bernilai tamba tinngi pada pertanian abad 21
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………………………
1.1 LATAR BELAKANG……..................................................1

1. Evolusi kemajuan usaha pertanian tanaman pangan…..1


2. Usaha Pertanian Sebagai Lapangan Penghidupan………..2
3. Makna Indonesia Sebagai Negara Agraris…………………….3
4. Jenis Jenis Evolusi…………………………………………………………4
5. Konsep Konsep Industry Pertanian Maju Indonesia……..6
6 .Penghambat Kemajuan Usaha Tani Indonesia……………..7
7. Usaha Pertanian Sebagai Bisnis Komersial…………………..8
8. Menjadikan Usaha Tani Sebagai Bisnis Komersial……….9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Abad 21 telah memasuki pertanian yang memiliki visi modern dan
efisien,dengan menciptakan masyarakat pertanian yang mandiri dan
kompetitif terhadap perubahan lingkungan dan permintaan ( Purwanto,
2009 ). Pengembangan model diverifikasi usaha agribisnis merupakan salah
satu contoh dalam mewujudkan visi pertanian modern.Pertumbuhan jumlah
penduduk,pendidikan dan pendapatan masyarakat Indonesia yang semakin
meningkat menjadi prospek cerah bagi pengembangan agribisnis buah
buahan .pengembangan agribisnis mulanya hanya terfokus pada tanaman
pangan ,akn tetapi yang terjadi pada abad ini sudah mulai mengarah pada
komoditi holtikultura,salah satunya buah salak komoditas salak dapat di
pandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru salah satunya bergerak
di sector parawisata.sektor parawisata merupakan sector yang telah
memberikan sebagai dari devisi Negara selain dari sector pertanian terutama
pada komoditas ekspor.

Berdasarkan data dari BPS 2020 jumlah kunjungan wisata nusantara di


Yogyakarta pada tahun 2015 hingga tahun 2018 terus mengalami peningkatan
dengan laju peningkatan sebesar 1,8% pertahunnya.Berdasrkan data diketahui
perkembangannya jumlah kunjungan wisatawan telah menunjukan bahwa
sector para wisata akan terus mengalami peningkatan dan sangat berpotensi
untuk dikembangakan (stevianus, 2014 ).perpaduan sector pertanian dan
sector parawisata.

EVOLUSI KEMAJUAN USAHA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


Di tengah tengah supaya mengatasi kekurangan pangan dan gizi di
ndonesia,pertanyaan yang relevan untuk di ajukan adalah: “sudah maju dan
modrenkah system usaha pertanian di Indonesia ?”.kriteria maju dan modern
perlu di bangun dengan mengacu tingkat kemajuan pertanian di Negara lain.
Modern bukan sekedar dari aspek penggunaan sarana dan prasarana produksi,
yetapi juga harus tercermin dari produktivitas, efisien, nilai tambah, dan
pendapatan ekonomi petani. Bahkan pertanian maju dan modern sering di
kaitkan dengan ketahanan pangan nasional yang kuat dan berkelanjutan.

Ditinjau dari aspek produksi, pertanian modern antara lain di rincikan oleh
enam belas kritiria sbb:

1. Usaha pertanian menggunakan benih bermutu varietas unggul dan pupuk


organic serta anorganik secara optimal.

2. Kebutuhan air di sediakan secara optimal dengan penggunaan yang efektif-


efisien, menggunakan teknik ejinering perairan yang efisien.

3. Gangguan dan cekaman biotik (hama-penyakit) dan abiotic (factor fisik


kimiawi) dapat di atasi secara efektif .

4. Proses operasionsal di lapangan menggunakan alat-mesin pertanian,


sehingga produktivitas tenaga kerja tinggi dan ergomonis.

5. Produktivitas lahan permusim dan pertahun cukup tinggi, baik secara


kuantitas maupun mutu produk.

6. Prasarana terkait dengan usaha pertanian, termasuk bendungan air,


prasarana irigasi, jalan dan logistic pertanian, pasar, gudang, alsintan, alat
oengolah hasil pertanian, mencukupi jumlah kinerjanya, sehingga mendukung
dan kondusif bagi kemajuan usaha pertanian.

7. Usaha pertanian di lakukan secara ramah lingkungan dan keberlanjutan.

8. Petani memahami secara rasional-keilmuan tentang proses produksi


pertanian, sehingga petani tidak mudah ditipu atau terbujuk oleh iklan yang
tidak benar .

9. Usaha pertanian mampu memberikan jaminan mutu dan keamanan


komsumsi produk hasil panen bagi konsumen.
10. Petani mampu memasarkan produk hasil pertanian dengan dengan harga
yang layak, menyediakan produk hasil panen bagi konsumen.

11. Petani produsen memperoleh keuntungan ekonomi secara layak, sehingga


usaha pertanian layak ekonomi sebai mata pencaharian keluarga.

12. Kelembagaan ekonomi petani dan pedagang hasil pertanian terbangun


secara efektif, adil dan terjadi saling ketergantungan satu dengan yang lain
secara setara-sederajat.

13. Tersedia dukungan perbankan, koperasi, badan usaha milik petani,


perlindungan produksi nasional dan promosi produk pertanian yang efektif dan
mudah di akses oleh petani.

14. Produk hasil pertanian bahan pangan nasional memiliki daya saing yang
kompetitif di pasar internasional.

15. Sistem produksi pertanian menyediakan bahan pangan yang mencukupi


bagi masyarakat dan warga bangsa.

16. Usaha pertanian rakyat memang peran ekonomi penting dalam system
ekonomi nasional, memberikan suplus devisa dalam neraca perdagangan
produk pertanian bahan pangan internasional.

Walaupun enam belas kriteria tersebut sebenarnya sangat wajar, akan


tetapi untuk di terapkan terhadap usaha pertanian rakyat yang 90%nya
merupakan petani usaha produksi pangan, masih terlalu ideal sebagai
persyaratan pertanian modern dan maju. Belum di penuhinya persyaratan
tersebut menunjukan bahwa, pertanian rakyat yang berupa usaha produksi
bahan pangan, termasuk usaha pertanian yang belum maju atau belum
modern.

USAHA PERTANIAN SEBAGAI LAPANGAN PENGHIDUPAN


Usaha pertanian tanaman bahan pangan di Indonesia pada abat ke XV
sampai awal abat ke XIX, pada waktu penduduk Indonesia belum mencapai 40
juta orang, kondisi lahan masih subur dan luas, ketersediaan air melimpah,
mungkin belum berhadapan dengan kekurangan produksi pangan. Penduduk
pada masa tersebut dan berabad-abad masa sebelumnnya, memperoleh
kecukupan bahan pangan dari usaha tani tradisional, dan dari penggumpulan
bahan pangan secara ekstraaktiv dari hutan, sungai, danau, dan laut, dari
lingkungan alamiah di sekitar pemukiman. Manusia, ternak/binatang, dan
tumbu- tumbuhan pada masa itu merupan kompenen integral habitat
ekosistem yang bersifat equilibrium, lestari dan berkelanjutan. Permintaan dan
penawaran serta ketersediaan barang hasil industry manufaktur dan jasa pada
kondisi sangat minimal, sehingga berperan langsung dalam menjaga kondisi
equilibrium unsur habitat alamiah, tidak terjadi kegiatan pertanian yang
bersifat eksploitatif atau destruktif.

Pasandaran (2008) mengemukakan bahwa bagunan irigasi sederhana


untuk tanaman padi sawah di mulai pada abad ke X, yang mengindikasikan
tingkat kemajuan usaha tani oleh masyarakat yang bertempat tinggal secara
menetap. Pengembangan irigasi modern di laporkan terjadi paruh pertama
abad XX, akan tetapi pemilikan lahan sawah oleh petani pada waktu itu juga
sempit, sehingga fungsi air irigasi lebih untuk usaha intensifikasi. Nuansa usaha
petani subsistem menjadi corak pertanian rakyat pada masa tersebut.

MAKNA INDONESIA SEBAGAI NEGARA AGRASIS


Secara umum definisi Negara agrasis adalah Negara yang sebagian besar
jumlah penduduknya bekerja dan mempunyai mata pencaharia di bidang
usaha pertanian. Di Indonesia sekitar 56% dari jumlah penduduk bekerja di
bidang pertanian primer,sehingga ia memang memenuhi syarat untuk disebut
sebagai Negara agrasis. Akan tetapi klasifikasi yang mendasarkan jumlah
penduduk yang terlibat pada profensi saja, tidak dapat menjelaskan makna
implisitnya dengan kecukupan produksi bahan pangan, pakan, dan sandang.
Status kecukupan bahan pangan tidak semata-mata di tentukan oleh (1) total
luas panen, (2) produktifitas, (3) jenis tanaman yang di usahakan, (4) jumlah
penduduk, (5) komposisi pangan masyarakat, (6) isentif ekonomi dari
pemerintah bagi petani, (7) dukungan kredit modal bagi petani produsen
pangan.

Melihat kondisi tersebut, adalah wajar Indonesia sebagai Negara agresis


selalu defisif produksi pangan, yang berarti wajar Indonesia terus menggimpor
bahan pangan hasil pertania,

JENIS JENIS EVOLUSI

EVOLUSI KEMAJUAN USAHA PERTANIAN

-Evolusi berdasarkan status nilai ekonomi usaha tani


-Evolusi berdasarkan adopsi teknologi

a. Usaha tani tradisional primitife, atau usaha tani alamiah

b. Usaha tani teknologi asli perdesaan

c. Usaha tani dengan ajuran paket teknologi

KONSEP USAHA INDUSTRI PERTANIAN MAJU INDONESIA


Usaha industri pertanian maju (modern farming industry) bagi individu
petani, dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan nasional didefinisikan sebagai: Usaha pertanian yang
memenuhi skala ekonomi, menerapkan pilihan teknologi mutakhir terbaik yang
tersedia dan memiliki efisien tinggi, memiliki daya saing di pasar nasional dan
internasional serta menguntungkan”.

Konsep ini di nilai belum dapat memecahkan permasalahan pokok


ketahanan pangan nasional, yaitu masih adanya deficit produksi pangan. Usaha
pertanian yang kurang memberikan insentif ekonomi di sebabkan oleh kecilnya
skala usaha dan rendahnya daya saing produk nasional terhadap produk asal
impor sukar untuk di ubah menjadi usaha pertanian yang maju dan
mengguntungkan. Unit usaha yang skalanya kecil seperti usaha tani di
Indonesia, sukar untuk mengadopsi teknologi maju, tertama yang terkait
dengan penggunaan model investasi.

PENGHAMBAT KEMAJUAN USAHA TANI INDONESIA


Kemajuan usaha tani secara langsung di tentukan oleh tingkat
komersialisasi produk pertanian, dan kelayakan ekonomi usaha pertanian
sebagai lapangan pekerjaan. Dalam skala nasional, kemajuan usaha tani
smestinya di cerminkan oleh meningkatnya ekspor produk pertanian,
kecukupan kebutuhan pangan di dalam negeri, daya saing yang tinggi produk
pertanian di pasar internasional dan diminimaliskannya produk asal import
yang dapat di produksi dalam negeri. Dengan menggunakan kreteria tersebut,
Indonesia secara keseluruhan dapat di katakana sebagai Negara yang usaha
pertanian (pangan)nya belum maju. Penerapan teknik agronomis dalam proses
produksi dapat saja Indonesia sudah termasuk agak maju, akan tetapi karena
skala usahanya kecil, maka adopsi teknologi maju belum mencapai optimal.

Factor penghambat tersebut nampaknya akan terus terjadi pada masa


mendatang, sehingga usaha tani bahan pangan di Indonesia sangat sulit untuk
maju, sayangnya banyak pemegang kebijakan bidang pertanian tidak (mau)
menyadari adanya hambatan-hambatan tersebut dengan berbagai
agrumentasi.

USAHA PERTANIAN SEBAGAI BISNIS KOMERSIAL


Perubahan bentuk usaha tani di Indonesia dari subsistem menjadi usaha
komersial, memerlukan proses dan waktu yang panjang. Petani secara
psikologis dalam menjalankan usahanya bersifat konservatif, disebabkan
kurang siapnya menghadapi perubahan. Pengguasan teknologi produksi yang
bersifat empiris mendasarkan pengalaman bertahun-tahun, juga menghambat
untuk berahli ke usaha komoditas lain yang belum pernah di lakukannya. Sifat
dimikian membatasi pilihan terhadap pengguasan komoditas alternative yang
berpeluang memberikan keuntungan lebih besar. Oleh karena itu, trasmormasi
dari usaha subsistem menuju usaha komersial berjalan secara gradual lambat,
dan sebagian besar di lakukan pada komoditas tradisional yang biasa di
usahakan petani.

Untuk menjadikan usaha pertanian menjadi usaha komersial, maka


factor penghambat tersebut harus di atasi, melalui fasilitas oleh pemerintah
dan pembelajaran petani. Perbaikan aspek social ekonomi, budaya petani tidak
kalah pentingnya dengan aspek teknik, dalam upaya memajukan pertanian
Indonesia.

MENJADIKAN USAHA TANI SEBAGAI BISNIS KOMERSIAL


Usaha tadi yang di usahakan secara komersial memiliki beberapa nilai
positif, terutama dari segi upaya mensejahterakan kehidupan petani;
menjadikan usaha tani lebih di minati oleh generasi muda; dan dapat
meningkatkan nilai tukar petani. Usaha tani komersial akan memudahkan
petani untuk mengadopsi reknologi maju, menyediakan sarana produksi secara
optimal, dan mengoptimalkan produktivitas. Dampak dari usaha tani komersial
adalah: (1) kesejahteraan petani meningkat, (2) pengusahaan petani lebih
berkelanjutan, (3) kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan
lebih tepat sasaran dengan melalui insentif harga, dan (4) petani di latih untuk
bersaing secara adil berdasarkan efisien system produksi.

Hal-hal yang di sarankan tersebut tidak perlu mengubah status


kepemilikan lahan petani yang sukar diopersionalkan.

KESIMPULAN
Upaya peningkatan kemajuan usaha pertanian skala kecil di sarankan
melalui pemberdayaan dan fasilitas petani untuk menjadkan usaha tani
menjadi bersifat komersial. Pengguatan kelembagaan usaha menjadi bahan
usaha milik petani (BUMP) dan fasilitas kredit modal kerja, menjadi
persyaratan agar usaha pertanian rakyat menjadi komersial.

Teknologi spesifik yang berfungsi untuk meningkatkan nilai tambah


produk pertanian, yang di persyaratkan dalam system inovasi pertanian
(Agriculture Inovation System), pada umumnya belum tersedia teknologinya,
termasuk juga belum tersedia ketentuan setifikasi proses produksi. Dua hal
tersebut perlu mendapatkan perhatian litbang pertanian.

Usaha modernisasi pertanian Indonesia, baik dari segi opresional usaha,


pengolaan maupun aspek bisnisnya, harus di terapkan pada model usaha
pertanian baru, yang di bagun pada lahan pertanian baru dengan skala 5-10 ha
per usaha tani, sehingga memungkinkan penggunaan alat mesin pertanian
mekanis secara efisien.

DAFTAR PUSAKA
De Soto, H. 2000. The Mystery of Capital. Basic Books Pub. New York, USA. P.
275.
Europe GAP. 2003. General Regulations for Fruit and Vegetables. Version 2.0 –
January

2004. FoodPlus GmbH. Cologne, Germany.

IndoGAP. 2004. Panduan Budi daya Buah yang Benar/GAP. Direktorat Jenderal
Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai