Anda di halaman 1dari 6

Volume , Oktober 2014

ISSN 1411-1349

OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI


AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL DALAM
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015
Happy Fibi Ananda
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Jl. Raya ITS Surabaya, Indonesia
Email : happy.hfa@gmail.com

ABSTRAK
OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL
CONTROL DALAM PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015 Mahasiswa sebagai
agent of change dan social control, memiliki tanggung jawab dalam memperhatikan kondisi ketahanan
pangan ASEAN sebagai langkah mempersiapkan Indonesia menghadapi ASEAN Economonic Community
(AEC) 2015. Pembentukan kesadaran mengenai ketahanan pangan lokal harus dilakukan sebagai langkah
memperkuat pondasi kesadaran masyarakat untuk tidak bergantung pada produk luar negeri. Pembentukan
kesadaran masyarakat ini sebagai upaya untuk tidak melakukan impor berlebih dalam sektoral pangan. Dari
segi pelaku sektoral pangan, harus dilakukan peningkatan mutu baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Mahasiswa sektoral pangan, dapat memberi kontribusi dari segi peningkatan mutu tersebut. Sedangkan,
mahasiswa non sektoral pangan dapat berkontribusi dalam pembentukan kesadaran masyarakat tersebut.
Pengoptimalan mahasiswa sebagai agent of change dan social control dilakukan dengan mengambil
kontribusi nyata dalam solusi solutif untuk ketahanan pangan Indonesia dan ASEAN, pada umumnya.
Kata Kunci : Ketahanan Pangan Indonesia, Mahasiswa, Agent of Change, Social Control, Kesadaran
Masyarakat

ABSTRACT
OPTIMIZATION ON THE ROLE OF STUDENTS AS SOCIAL CONTROL AND AGENT OF
CHANGE IN FOOD SECURITY ISSUES ASEAN 2015. College students as agents of change and
social control, has the responsibility to pay attention to food security conditions of ASEAN as a step
Economonic prepare Indonesia for the ASEAN Community (AEC) by 2015. The establishment of
awareness about food security local should be done as a step to strengthen the foundations of community
awareness is not dependent on foreign products. Establishment of public awareness of this as an attempt
to not be excessive in sectoral import food. In terms of sectoral actors of food, should be done to improve
the quality in terms of both quality and quantity. College students of food sector, can contribute in terms
of the quality improvement. Meanwhile, college students of non-food sector can contribute to the
formation of the public consciousness. Optimization college students as agents of change and social
control is done by taking a real contribution to food security solutions solutif Indonesia and ASEAN, in
general.
Keywords: Indonesian Food Security, Students, Agent of Change, Social Control, Public Consciousness

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi di regional ASEAN.
Berdasarkan sidang pleno Dewan Perwaklian
Rakyat Republik Indoneseia pada tanggal 18
Oktober 2012, pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumer hayati produk pertanian,
perkebunan, kebutahan, perikanan, dan peternakan,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI
AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL DALAM
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015
Happy Fibi Ananda

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan


pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
dihunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
pembuatan makanan dan minuman.
Kebutuhan pangan merupakan permasalahan
krusial dikarenakan setiap negara memiliki
kewajiban menjamin ketersediaan pangan bagi
masyarakat negaranya, sebagaimana tercantum
dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan individu, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
1

Volume , Oktober 2014

jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,


dan terjangkau, serta sesuai dengan keyakinan, dan
budaya untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan [1].
Mahasiswa sebagai pelaku agent of change dan
social control dapat mengambil kontribusi aktif
untuk mendukung upaya pemerintah dalam
memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Baik
mahasiswa yang bergerak dalam sektoral pangan
maupun sektoral non pangan, bersama pemerintah
dan masyarakat, mahasiswa dapat menjadi tonggak
penerus kepemimpinan guna ketahanan pangan
Indonesia yang lebih baik. Kontribusi mahasiswa,
untuk ketahanan pangan ASEAN, kini dan nanti.

Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan dan menggambarkan bagaimana
permasalahan ketahanan pangan di Indonesia
sebagai bagian dari ASEAN.
2. Menjelaskan dan menggambarkan persiapan
Indonesia menghadapi AEC 2015 dalam sektor
pangan regional ASEAN.
3. Menjelaskan dan menggambarkan pentingnya
pelibatan mahasiswa sebagai agent of change
dan social control dalam menanggapi isu
ketahanan pangan regional ASEAN.
4. Meningkatnya ketanggapan generasi muda
dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan
pangan ASEAN.

Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan, wawasan,
dan pembelajaran mengenai ketahanan pangan
regional ASEAN.
2. Sebagai salah satu
upaya penanaman
pemahaman generasi muda untuk tanggap
dalam permasalahan pangan regional ASEAN.

Batasan Masalah
1. Bagaimana permasalahan ketahanan pangan
Indonesia sebagai bagian dari ASEAN.
2. Bagaimana
persiapan
Indonesia
dalam
menghadapi AEC 2015 di sektor pangan
ASEAN.
3. Bagaimana pelibatan mahasiswa sebagai agent
of change dan
social control dalam
menanggapi isu ketahanan pangan regional
ASEAN.
4. Bagaimana melatih ketangggapan generasi muda
dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan
pangan ASEAN.

PEMBAHASAN
Landasan Teori

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi


Akselerator dan Aplikasinya
Vol. , Oktober 2014:

ISSN 1411-1349

a. Kondisi Penduduk Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki
penduduk 42% di kawasan 10 negara Asean.
Dimana terdapat sekitar 600 juta jiwa penduduk
Indonesia berada pada usia produktif [2]. Pada tahun
2010, tenaga kerja Indonesia berjumlah 104,8 juta
dengan prosentasi tenaga kerja di bidang pertanian
sebesar 37,2% dan di bidang non pertanian sebesar
10,5%. Di bawah ini disajikan data kondisi tenaga
kerja Indonesia pada tahun 2010.
Tabel 1. Kondisi Tenaga Kerja Indonesia,
tahun 2010
Bidang
Jumlah
Prosentase
Penduduk
(%)
(jiwa)
Tanaman
39,0 juta
37,2
Pangan
Perkebunan
12,1 juta
31,0
Peternakan
4,13 juta
10,5
Hortikultura
3,0 juta
7,69
Campuran
171 ribu
0,46
Jasa Pertanian
197 ribu
0,5
Total Pertanian 39,0 juta
37,2
Non Pertanian
65,8 juta
63,8
Total Tenaga 104,8 juta
Kerja
Sumber : Kementerian Pertanian [3]
b. Kondisi Sektoral Pangan Di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan tanah
yang relatif subur dan wilayah perairan yang begitu
luas. Kondisi ini, menyebabkan banyaknya jenis
tanaman dan hewan yang dapat menjadi sumber
sektoral pangan di Indonesia.
Indonesia memberikan sumbangan dalam
sektoral pangan sebesar 25% pada dunia. Dimana
terdiri dari 3.530 spesies timbuhan dengan tingkat
endemis 15%, dan 2.827 jenis ikan [4].
Namun, faktanya adalah setiap negara tidak ada
yang mampu memenuhi kebutuhan sektoral pangan
di negaranya. Di mana selalu ada kegiatan ekspor
dan impor sektoral pangan, begitu pula dengan
Indonesia.
Di bawah ini disajikan tabel neraca ekspor
impor sektoral pangan di Indonesia.
Tabel 2. Neraca Ekspor Impor Sektoral
Pangan (US $ Milyar)
Sub Sektor Ekspor
Impor
Neraca
Tanaman
0,150
6,306
-6,156
Pangan
Hortikultura 0,502
1,813
-1,311
Perkebunan 32,476
3,111
29,.365
Peternakan
0,556
2,698
-2,142
Total
33,684
13,928
19,756
2

Volume , Oktober 2014

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2012 [5]


Pada tabel tersebut, diketahui bahwa pada sub
sektor perkebunan, Indonesia melakukan kegiatan
ekspor lebih besar dibandingkan kegiatan impor.
Pada sub sektor ini, Indonesia mengalami neraca
surplus sebesar 29.365.
Sebagai negara agraris, sektoral pangan sub
sektor pertanian, mengalami tren pertumbuhan yang
relatif rendah, namun stabil. Parameter rendah ini

ISSN 1411-1349

dilakukan jika membandingkannya dengan sektoral


industri.
Di bawah ini disajikan grafik prosentase tren
pertumbuhan pertanian dan industri dari tahun 19602011.

Gambar 1. Grafik Tren Pertumbuhan Pertanian dan Industri (%), 1960 2011 [3]
Indonesia telah menaruh perhatian khusus pada
kondisi yang terjadi di sektoral pangan sejak tahun
Berdasarkan RENSTRA Kementerian Pertanian
2009. Indonesia bernisiatif membentuk Priority
2010-2014,
terdapat
11
tantangan
dalam
Integration Sectors (PIS), serta terlaksananya
pembangunan, yaitu 1) peningkatan produktivitas
realisasi integrasi ASEAN di bidang pertanian yang
dan nilai tambah produk pertanian; 2) penggunaan
disebut dengan ASEAN Integrated Food Security
pupuk kimiawi dan organik secara berimbang; 3)
(AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on
perbaikan dan pembangunan infrastruktur lahan, air,
ASEAN Food Security (SPA-AFS). Kemudian, kedua
perbenihan, dan perbibitan; 4) kemudahan akses
inisiatif tersebut diangkat dalam pertemuan ASEAN
pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah; 5)
2009 dan diimplementasikan selama 5 periode
pencapaian MDGs; 6) penciptaan pricing policies;
(2009-2014).
Sehingga,
diharapkan
akan
7) persaingan global serta pelemahan pertumbuhan
memperkuat ketahanan pangan, penyediaan pasar,
ekonomi akibat krisi global; 8) perbaikan citra
dan mendorong pertumbuhan di sektoral pangan.
petani dan pertanian kembali diminati; 9)
Keseriusan Indonesia dalam menanggapi isu
kelembagaan usaha ekonomi produktif yang kokoh
ketahanan pangan ini juga dicermikan dengan
di pedesaan; 10) sistem penyuluhan pertanian yang
dibuatnya UU Pangan No. 18/2012 tetang Lingkup
efektif; 11) pemenuhan kebutuhan pangan
Pegaturan Penyelenggaraan Pangan.UU tersebut
disamping
pengembangan
komoditas
horti,
meliputi : a) perencanaan pangan; b) ketersediaan
peternakan, dan peningkatan ekspor perkebunan.
pangan; c) keterjangkauan pangan; d) konsumsi
pangan dan gizi; e) keamanan pangan; f) label dan
c. Kesiapan Indonesia Sektoral Pangan
iklan pangan; g) pengawasan; h) sistem informasi
dalam Menghadapi AEC 2015
pangan; i) penelitian dan pengembangan pangan; j)

OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI


AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL DALAM
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015
Happy Fibi Ananda

Volume , Oktober 2014

kelembagaan pangan; k) peran serta masyarakat; l)


pendidikan.
Pada tahun 2011, realisasi dukungan Indonesia
terhadap ketahanan pangan adalah sebesar 31,7
triliun rupiah. Jumlah ini meningkat pada tahun
2012, sebesar 42,3 triliun rupiah, menjadi 31,7
triliun rupiah. Jumlah ini terbilang kecil, atau kurang
dari 3 persen total belanja negara yang mencapai
1.435,4 triliun rupiah pada tahun 2012.
Pada pertemuan Menteri Pertanian dan
Kehutanan ASEAN ke-33, Jakarta, 2011, Suwono
mengatakan bahwa Indonesia memiliki pusat
penilitian padi bernama Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, yang terletak di Sukamadi, Jawa
Barat. Dalam pertemuan tersebut, Suwono
mengatakan bahwa adanya pusat benih tersebut
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
terus
meningkatkan produktivitas beras. Sehingga, pada
tahun 2014 diharapkan akan terjadi surplus beras
sebesar 10 juta ton pada tahun 2014.

ISSN 1411-1349

Pemecahan Masalah
Melihat pentingnya permasalahan pangan yang
dihadapi oleh Indonesia, mahasiswa sebagai agent
of change dan social control diharuskan memiliki
kontribusi sesuai disiplin ilmunya. Mahasiswa
memang tak dapat sepenuhnya mengambil peran
besar
dalam
penyelesaiannya.
Dibutuhkan
kerjasama dari berbagai sektor untuk mendukung
terbentuknya ketahanan Indonesia sesuai yang
diharapkan.
Mahasiswa sebagai penyambung lidah antara
masyarakat dengan pihak pemerintah, dapat
melakukan serangkaian kegiatan secara berkala
terhadap masyarakat. Sehingga, sosialisasi tidak
hanya dilakukan oleh pihak pemerintah, namun
adanya sosialisasi kesinambungan antara pihak
pemerintah
dengan
mahasiswa
sebagai
penyambung.

d. Peran Fungsi Mahasiswa


Mahasiswa sebagai tingkatan masyarakat yang
lebih tinggi daripada siswa, memiliki 4 peran fungsi
mahasiswa yang belum memiliki kepentingan
khusus dalam bidang golongan, partai politik,
ataupun organisasi masyarakat [6]. Mahasiswa
sebagai masyarakat yang memiliki idealisme tinggi
yang diharapkan dapat menjadi lidah penyambung
antara masyarakat dan pihak pemerintah.
1. Agent of Change (Generasi Perubahan)
Sebagai generasi perubahan, mahasiswa
diharapkan dapat membawa perubahan terhadap
permasalahan yang terjadi di lingkungan
sekitar. Mahasiswa diharuskan memiliki
kesadaran sosial dan kematangan berpikir yang
kritis.
2. Social Control (Generasi Pengontrol)
Sebagai generasi pengontrol, mahasiswa
diharapkan dapat mengendalikan keadaan sosial
yang ada di lingkungan sekitar. Dimana,
mahasiswa dituntut untuk bersosialisasi dan
memiliki kepekaan terhadap lingkungan.
3. Iron Stock (Generasi Penerus)
Sebagai
generasi
penerus,
mahasiswa
diharapkan
dapat
menjadi
tonggak
kepemimpinan di masa mendatang.
4. Moral Force (Gerakan Moral)
Sebagai
penggerak
moral,
mahasiswa
diharapkan dapat menjaga stabilitas moral di
lingkungan masyakarat.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi


Akselerator dan Aplikasinya
Vol. , Oktober 2014:

Analisa Kondisi Sektoral Pangan Indonesia


Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebesar
37,2 % masyarakat Indonesia berprofesi di sektoral
pangan. Jika dengan kondisi pertumbuhan sektor
non pangan lebih berkembang daripada sektor
pangan, ke depannya ada kemungkinan terjadi
penurunan ketengakerjaan sektoral pangan.
Semakin berkurangnya lahan pertumbuhan
sektoral pangan, harus dapat diimbangi dengan
perkembangan segi kualitas dan kuantitas dengan
sumber daya yang ada. Sehingga, diharapkan tren
pertumbuhan di bidang pertanian, seperti
ditunjukkan pada gambar 1, dapat berkembang
seimbang dengan perkembangan industri lokal.
Pertumbuhan Masyarakat dan Pemenuhan
Kebutuhan
Pertumbuhan masyarakat yang tidak diimbangi
oleh peningkatan sektoral pangan, mengakibatkan
Indonesia harus menyeimbangkan antara jumlah
masyarakat dan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Sehingga, Indonesia perlu melakukan impor
beberapa hasil pangan. Berdasarkan tabel 1,
Indonesia melakukan impor terbesar dengan jumlah
6,306 U$ Miliar.
Optimalisasi Kesadaran Mahasiswa
Tidak semua mahasiswa memiliki kepedulian
terhadapat permasalahan yang terjadi di Indonesia,
terutama ketahanan pangan. Padahal, ketahanan
pangan merupakan permasalahan yang krusial
dimana dibutuhkan dukungan oleh berbagai pihak,
begitupun mahasiswa.
Mahasiswa sebagai agent of change dan social
control, diharapkan memiliki kesadaran mengenai
4

Volume , Oktober 2014

peran fungsinya sebagai calon penerus tonggak


kepemimpinan bangsa. Pengoptimalan kesadaran
mahasiswa harus dilakukan dengan tujuan
memperbesar dukungan dan kepedulian masyarakat
terkait isu ketahanan pangan.
Mahasiswa adalah komunitas yang tidak
memiliki kepentingan partai politik ataupun
organisasi
masyarakat,
diharapkan
dapat
memberikan kontribusi murni. Sehingga, dalam
langkah
menyadarkan
masyarakat
tentang
pentingnya ketahanan pangan, mahasiswa dapat
berlaku netral.
Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pentingnya
Ketahanan Pangan
Mahasiswa dapat melakukan sosialisasi
terhadap pentingnya ketahanan pangan yang harus
ditingkatkan di kalangan masyarakat. Peningkatan
kesadaraan ini dapat dilakukan pada pelaku sektoral
pangan dan pada masyarakat.
Di sisi pelaku sektoral pangan, pemerintah
telah melakukan perumusan masalah, tantangan,
strategi, target, dan sasaran, yang tertuang dalam
RENSTRA. Upaya yang dilakukan pemerintah,
akan percuma jika minimnya kesadaran masyarakat
non sektoral pangan. Faktanya, masyarakat masih
memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi
produk pangan impor, daripada produk lokal. Ini
jelas akan membuka peluang ekonomi bagi pasar
internasional. Namun, akan menurunkan peluang
bagi pasar lokal. Jika keadaan ini tetap dibiarkan,
maka ketika AEC 2015 berlangsung, akan terjadi
keterpurukan kepercayaan pada produk pangan
lokal.
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk
mempercayakan konsumsi produk pangan lokal,
dapat meningkatkan daya saing di sektor pangan
lokal. Dampak kedepannya, diharapkan pelaku
sektoral pangan lokal akan mendapatkan dukungan
penuh dari masyarakat untuk terus berkembang baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Ketika kuantitas
sektoral pangan sudah dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat, maka Indonesia dapat mengurangi
ketergantungan impor.
Dukungan Mahasiswa Lulusan Sektoral Pangan
Mahasiswa di bidang sektoral pangan
merupakan cikal bakal utama yang dapat menjadi
memajukan sektoral pangan di masa mendatang.
Disiplin ilmu yang sesuai, diharapkan dapat menjadi
landasan untuk menemuan terobosan terbaru dalam
memecahkan masalah tersebut.
Mahasiswa sektoral pangan memiliki fungsi
agent of change dimana diharapkan menjadi agen
perubahan yang memiliki rasa tanggung jawab
terhadap kondisi pangan Asean, khususnya
Indonesia. Dengan disiplin ilmu yang dimiliki,
OPTIMALISASI PERAN FUNGSI MAHASISWA SEBAGAI
AGENT OF CHANGE DAN SOCIAL CONTROL DALAM
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN ASEAN 2015
Happy Fibi Ananda

ISSN 1411-1349

mahasiswa sektoral pangan juga dapat berfungsi


sebagai social control dimana diharapkan dapat
mengontrol jalannya perbaikan ketahanan pangan.
Berdasarkan UU Pangan No. 18 tahun 2012,
dalam Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan
Pangan, mahasiswa sektoral pangan dapat
mengambil kontribusi dalam penelitian dan
pengembangan; perencanaan pangan; ataupun
sistem informasi pangan. Mahasiswa sektoral
pangan dapat terjun langsung ke lapangan untuk
menemukan pemecahan masalah terhadap ketahanan
pangan Indonesia.
Peran serta mahasiswa sektoral pertanian dapat
diimplementasikan dalam penciptaan teknologi
maupun bahan pangan alternatif baru. Selain itu,
mereka juga diharapkan dapat mengembangkan
kemajuan industri pangan maupun pertanian di
Indonesia.
Selain itu, mahasiswa sektoral pertanian juga
dapat melakukan pendampingan pada petani secara
menyeluruh. Pendampingan ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan secara teoritis pada pelaku
sektoral dan bisa dilakukan dengan bekerja sama
dengan pihak NGO (a non-governmental
organization) yang bergerak di sektoral pangan.
Namun, peranan mahasiswa sektoral pertanian
juga harus disesuaikan dengan program pemerintah,
yaitu Departemen Pertanian yang tertuang dalam
blue print. Revitalisasi Pertanian merupakan
peningkatan ketahanan pangan, pertanian berbasis
agroindustri, dan kesejahteraan petani.
Dukungan Mahasiswa Lulusan non Sektoral
Pangan
Mahasiswa non sektoral pangan, dapat
berperan sebagai social control dari jalannya
peningkatan ketahanan pangan. Mahasiswa non
sektoral, yang tidak memiliki disiplin ilmu dalam
bidang pangan, diharapkan tetap memiliki pemikiran
kritis, sehingga dapat menemukan permasalahan
yang dapat diselesaikan.
Mahasiswa non sektoral pangan, juga dapat
menjadi agent of change dengan melakukan
sosialisasi dan penyuluhan. Perbedaan mendasar
dengan mahasiswa sektoral pangan terletak pada
bagaimana kontribusi tersebut dilaksanakan.
Minimnya displin ilmu yang dimiliki oleh
mahasiswa non sektoral pangan, bukanlah
penghalang untuk tetap mendukung ketahanan
pangan Indonesia. Dukungan dapat dilakukan
dengan mengadakan penyuluhan dengan bekerja
sama dengan pihak sektoral pangan yang lebih
paham; pengadaan camp; kampanye pertaninan;
ataupun sosialisasi untuk tetap mengkonsumsi
produk lokal.

Volume , Oktober 2014

Terbentuknya Kesadaran Masyarakat terhadap


Ketahanan Pangan Indonesia
Pondasi ketahanan pangan lokal, dapat
dibangun dari terbentuknya kesadaran masyarakat,
baik pelaku sektoral pangan, maupun non sektoral
pangan. Dukungan dari berbagai pihak dapat
semakin memperkuat kemandirian Indonesia guna
mengurangi angka impor.
Terbentuknya kesadaran masyarakat terhadap
kecenderungan produk luar negeri, dapat menekan
nilai impor di bingdan sektoral pangan. Penekanan
pertumbuhan masyarakat juga diperlukan guna
mendukung ketahanan pangan lokal, sehingga
sektoral pangan dapat cukup untuk masyarakat
lokal, tanpa harus melakukan impor.
Pelaksanaan AEC 2015, diharapkan telah
disiapkan dengan ketahanan pangan lokal yang
stabil. Sehingga, ketika AEC 2015 berjalan,
ketahanan pangan Indonesia dapat bersaing dengan
9 negara Asean lainnya.

Kendala yang Dihadapi


Dalam peningkatan kesadaran masyarakat
tentang ketahanan pangan, terdapat kendala yang
dihadapi :
1. Masyarakat masih memiliki kecenderungan
untuk mengonsumsi produk luar negeri;
2. Tidak semua mahasiswa menyadari peran
fungsinya dalam menangani ketahanan
pangan ASEAN;
3. Minimnya sosialisasi mengenai ketahanan
pangan ASEAN di mahasiswa non sektoral
pangan.

KESIMPULAN

ISSN 1411-1349

DAFTAR PUSTAKA
[1] Pujiasmanto,
Bambang.
2013.
Perkuat
Ketahanan Pangan Nasional Kita. UNS :
Surakarta.
[2] Firdaus, Yarist, dkk. 2013. Penerapan
Acceleration to Improve the Quality of Human
Resource
dengan
Pengetahuan,
Pengembangan,
dan Persaingan sebagai
Langkah dalam Mengoptimalkan Daya Saing
Indonesia di MEA 2015. UNNES : Semarang.
[3] Kementerian Pertanian. 2012. Kebijakan
Program Pembangunan Pertanian. Mata Kuliah
Kapita Selekta , Departemen Agronomi, dan
Hortikultura. IPB : Bogor.
[4] Kementerian Pertanian. 1998. Mewujudkan
Komitmen
Swasembada
Pangan
Dan
Sumbangan Indonesia Pada Feed The World.
Seminar Feed The World. Kamar Dagang Dan
Industri Indonesia (Kadin) : Jakarta.
[5] Kadin Indonesia. 2014. Kesiapan Sektor Usaha
Bidang Pertaninan Dalam Menghadapi Aec
2015.
http://Bkp.Pertanian.Go.Id/Tinymcpuk/Gambar/
File/Bahanseminarkadinpenas.Pdf (Diakses 30
Oktober 2014).
[6] Agus. 2007. Peran Mahasiswa dalam
Pembangunan. Disampaikan dalam PPA UMS
2007/2008.
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/0
9/peran-mahasiswa-dalam-pembangunan.pdf
(Diakses 30 Oktober 2014).

Permasalahan ketahanan pangan ASEAN,


merupakan tanggung jawab bersama dari berbagai
pihak. Baik pihak pemerintah, masyarakat pelaku
sektoral pangan, dan masyarakat non sektoral
pangan. Mahasiswa sebagai agent of change dan
social control diharapkan dapat melakukan
pengembangan, penyuluhan, dan kontrol dalam segi
ketahanan pangan Indonesia.
Selain itu, masyarakat juga berperan penting
dalam mendukung perkembangan ketahanan pangan
Indonesia. Dimana, dukungan dapat dilakukan
dengan mengurangi konsumsi produk luar negeri.
Penekanan konsumsi produk luar negeri, dapat
menekan angka impor sehingga dapat meningkatkan
neraca perdagangan Indonesia.
Dalam masyarakat pelaku sektoral pangan,
diharapkan untuk tidak hanya berkonsentrasi dalam
peningkatan mutu kualitas saja, namun juga dalam
kuantitas.
Sehingga,
bertambahnya
jumlah
penduduk dapat diimbangi dengan kuantitas pangan.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi


Akselerator dan Aplikasinya
Vol. , Oktober 2014:

Anda mungkin juga menyukai