Anda di halaman 1dari 32

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Polres Jombang

Kabupaten Jombang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur

yang secara geografis terletak antara 112°03'45" dan 112°27'21" Bujur Timur dan

7°24'01" – 7°45'01" Lintang Selatan dengan luas daerah seluruhnya wilayah

Kabupaten Jombang mencapai 1.159,50 km².

Secara geografis Kabupaten Jombang, berbatasan dengan wilayah

kabupaten lainnya :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro

b. Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri

d. Sebelah Barat : Kabupaten Ngajuk

Adapun lokasi dari Polres Jombang yaitu terletak di Jl. KH. Wahid Hasyim

No.62, Kepanjen, Kec. Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61419 yang

saat ini dipimpin oleh AKBP Moh Nurhidayat.

Polres Jombang memiliki duapuluh satu (21) Polsek yaitu Polsek Jombang

Kota, Polsek Bandar Kedungmulyo, Polsek Bareng, Polsek Diwek, Polsek Gudo,

Polsek Jagoroto, Polsek Kabuh, Polsek Kesamben, Polsek Kudu, Polsek Megaluh,

Polsek Mojoagung, Polsek Mojowarno, Polsek Ngoro, Ngusikan, Polsek Perak,

41
42

Polsek Paterongan, Polsek Plandakan, Polsek Ploso, Polsek Sumobito, Polsek

Tembelang, Polsek Wonosalam.

Polres Jombang memiliki satuan kerja yang memiliki tugas yang berbeda

dari antara satuan kerja yang satu dengan yang lain yang diantaranya adalah

Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) yang terdapatnya ada unit PPA.

Penelitian ini dilakukan pada salah satu unsur pelaksana tugas pokok yaitu

Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim). Dalam pelaksanaan tugas dan

kewajibannya Kasat Reskrim dibantu oleh Kanit dan Kasubnit. Kasat Reskrim

Polres bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolres dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres.

a. Struktur Organisasi Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim)


43

b. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)

Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) adalah satuan unsur pelaksana kerja

yang berada di bawah Kapolres. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) dipimpin

oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) yang bernama AKP. Teguh

Setiawan, S.H.,M.H.

Satuan Reskrim dipimpin oleh Kasatreskrim yang bertanggung jawab

kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali

Wakapolres, yaitu :

1. Sebagai pembantu Kapolres dalam pelaksanaan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana maupun pelayanan umum.

2. Selaku penyidik.

3. Sebagai pembina fungsi Reskrim Polres dan Polsek; dan

4. Sebagai pembina Korwas PPNS di Kabupaten Jombang

Kasat Reskrim dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Kepala

Satuan Reserse Kriminal (Wakasatreskrim), yaitu :

1. Sebagai pembantu utama kasat reskrim yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kasat Reskrim.

2. Membantu kasat reskrim dalam melaksanakan tugasnya dengan

mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh unit organisasi dalam

jajaran sat reskrim dan dalam batas kewenangannya memimpin sat reskrim

dalam hal kasat reskrim berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai

perintah kasat reskrim.


44

Satuan Reskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan

pengawasan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan

Laboratorium Forensik lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan

PPNS;

Dalam melaksanakan tugas, Satuan Reskrim menyelenggarakan fungsi :

1. Pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan penyidikan serta

identifikasi dan laboratorium forensik lapangan;

2. Pelayanan dan pelindungan khusus kepada remaja, anak dan wanita baik

sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang

3. Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan umum.

4. Penganalisian kasus beserta penanganannya serta mengkaji efektivitas

pelaksanaan tugas Satuan reskrim.

5. Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh

penyidik pada unit Reskrim Polsek dan Satuan Reskrim Polres.

6. Pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS baik dibidang operasional

maupun administrasi penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

7. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus antara lain

tindak pidana ekonomi, korupsi dan tindak pidana tertentu di daerah hukum

Polres;
45

c. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang

Berdasarkan peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak di Lingkungan Kepolisian

RI. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang adalah unit

yang bertugas memberikan pelayanan dalam bentuk perlindungan terhadap

perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum

terhadap pelakunya yang terjadi di Kabupaten Jombang.

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) terdiri dari unsur pimpinan

berupa dan unsur pembantu pimpinan serta pelaksana berupa perwira unit

perlindungan (Panit Lindung) yang bertugas melaksanakan perlindungan terhadap

perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan, dan dalam melaksanakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan, dan

dalam melaksanakan tugasnya panit lindung bertanggungjawab terhadap Kanit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), serta perwira unit penyidik (Panit Idik)

yang bertugas melaksanakan penyidikan dan penyelidikan pelaku kejahatan

terhadap perempuan dan anak. Semua anggotanya sebagian besar terdiri dari

perempuan. Hal ini disebabkan banyak perempuan telah menjadi korban KDRT

sehingga merasa malu untuk memberikan keterangan tentang kekerasan yang

dialaminya tersebut. Hal yang akan disampaikan oleh korban itu bersifat sangat

privasi. Demikian pula halnya dengan anak yang menjadi korban kekerasan.

Seorang anak sering kali merasa takut apabila dimintai keterangan oleh polisi

lakilaki, maka petugas yang diajukan untuk meminta keterangan dari anak
46

tersebut adalah Polwan. Tujuannya agar anak-anak sebagai pelaku maupun korban

tidak merasa ketakutan dalam proses pemeriksaan oleh kepolisian. Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang secara keseluruhan

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap

semua tindak pidana pelanggaran dan kejahatan diantaranya :

1) Perdagangan orang

Dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, bahwa perdagangan

orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman

kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan penyekapan, pemalsuan,

penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi

rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga

memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang

lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar Negara,

untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga bahwa kekerasan dalam

rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk


47

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga

3. Susila (Perkosaan, Pelecehan, dan Pencabulan)

Merupakan perbuatan atau tingkah-laku yang menyimpang dari norma-

norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi di

kalangan masyarakat.

Mengenai gambaran umum data kasus yang masuk dan diproses tindak

lanjut oleh Unit PPA Polres Jombang pada Tahun 2020 dan 2021 ialah sebagai

berikut :

Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak

Tahun Kasus Tindak Pidana Jumlah Kasus Status

KDRT 9 kasus
Pencabulan 15 kasus
Persetubuhan 26 kasus
2020 Penganiayaan 12 kasus selesai P21
Perkosaan 1 kasus
Perzinahan 5 kasus
Pengeroyokan 2 kasus

Jumlah 70 Kasus

KDRT 7 kasus
Pencabulan 3 kasus
Persetubuhan 20 kasus
2021 Penganiayaan 6 kasus selesai P21
Perkosaan 1 kasus
Perzinahan 2 kasus
Pengeroyokan 5 kasus

Jumlah 44 Kasus
48

Data di atas memberikan gambaran bahwa tindak pidana terhadap anak yang

diproses di Unit PPA Polres Jombang ialah meliputi Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (KDRT), Pencabulan, Persetubuhan, Penganiayaan, Perkosaan,

Perzinahan, Pengeroyokan.hal ini menandakan bahwa anak di bawah umur rentan

menjadi korban terhadap tindak pidana. Sehingga Unit PPA Polres Jombang perlu

mengintensifkan kinerja agar tindak pidana ini tidak semakin tinggi dan korban

dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal kembali.

2. Pelaksanaan Pemberian Hak Anak Korban Tindak Pidana Asusila

Pelaksanaan pemberian hak anak korban tindak pidana asusila berdasarkan

hasil wawancara penulis terhadap anggota Unit Perlindungan Perempuan dan

Anak (PPA) Polres Jombang yang beralamat di Jalan Wahid Hasyim Jombang,

Ibu Bripda Annisya Shela Puspita menjelaskan mengenai proses pelaksanaan

perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana asusila dilaksanakan

berdasar pada peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Bripda Annisya mengatakan bahwa “Segala bentuk perlindungan hukum

terhadap anak korban tindak pidana asusila dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dalam proses pelaksanaannya melipatkan berbagai pihak.

Anak korban tindak pidana asusila mendapatkan segala hak-haknya dan

memperoleh perlindungan sesuai kebutuhan anak korban”.35

35
Wawancara dengan Bripda Annisya Shela Puspita, Anggota Unit PPA Polres Jombang,
pada hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 09.00 WIB
49

Menurut Bripda Annisa selaku anggota Unit PPA di Polres Jombang,

menyatakan bahwa bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak

korban tindak pidana asusila yakni sebagai berikut:36

1. Identitas korban dirahasiakan.

2. Berhak atas upaya rehabilitasi

3. Berhak atas bantuan medis, dalam hal ini pihak kepolisian mendampingi

untuk dilakukan visum et repertum

4. Berhak mendapatkan pendampingan sosial dari lembaga/luar lembaga

5. Berhak mendapatkan Jaminan keselamatan fisik, mental dan sosial

6. Berhak atas kemudahan menanyakan info perkembangan perkara

Selain di atas, berdasarkan wawancara dengan Bripda Annisya dalam

pelaksanaan pemberian hak terhadap anak korban tindak asusila berkoordinasi

dengan Dinas Sosial.

Menurut Bripda Agustina, untuk memenuhi hak anak atas perlindungan

sebagai korban tindak pidana asusila, Unit PPA Polres Jombang bekerja sama

dengan Dinas Sosial, dalam hal ini tentu akan melibatkan PEKSOS (Pekerja

Sosial) dan Psikolog.37

Mengenai pelaksanaan pemberian hal tersebut, menurut Aida Isti

Koordinator Pekerja Sosial (Peksos) Dinas Sosial Jombang dilakukan sebagai

36
Wawancara dengan Bripda Annisya Shela Puspita, Anggota Unit PPA Polres Jombang,
pada hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 09.00 WIB
37
Wawancara dengan Bripda Agustina dari bag. Pelayanan Unit PPA Polres Jombang pada
hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 10.00 WIB
50

proses pelaksanaan perlindungan hukum yang dilakukan mulai dari tahap

pencegahan sampai tahap rehabilitasi terhadap korban.

Menurut Aida Isti bahwa pelindungan hukum terhadap anak korban tindak

pidana asusila itu berupa:38

1. Penyampaian mengenai hak-hak korban

2. Sosialisasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

3. Pendampingan mulai dari pemeriksaan sampai proses persidangan

4. Melakukan konseling agar anak dapat merasa aman

5. Pemberian informasi mengenai tugas Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti

Peksos)

6. Merahasiakan identitas korban dari pemberitaan media massa

7. Mendatangkan psikolog/psikiater bagi korban

8. Mendapat bantuan rehabilitasi

Akan tetapi, Aida Isti juga mengatakan bahwa psikolog dibutuhkan untuk

menghilangkan trauma yang diderita oleh anak. Namun hal ini juga melahirkan

problema karena dalam prosesnya meskipun telah melibatkan psikolog dan

melakukan upaya untuk memulihkan traumanya dan anak seolah-olah telah lupa

dengan kejadian yang menimpanya namun pada saat anak kembali dihadapkan di

muka persidangan anak akan teringat kembali dengan kejadian tersebut, sehingga

38
Wawancara dengan Ibu Aida Isti dari Koordinator Pekrja Sosial (Peksos) Dinas Sosial
Jombang. Pada hari Rabu, tanggal 18 November 2021, pukul 09.00 WIB
51

pendampingan terhadap anak akan selalu dilakukan. Kedudukan Peksos (Pekerja

Sosial) berada di bawah naungan Dinas Sosial, yang bertugas mendampingi

korban anak dalam hal pemeriksaan hingga persidangan berlangsung. Dalam

melaksanakan tugasnya Peksos (Pekerja Sosial) tidak bekerja sendirian, tetapi

bekerja sama dengan psikolog untuk melindungi hak-hak anak sebagai korban dan

untuk menyembuhkan trauma yang diderita oleh anak.

Menurut Bripda Agustina, perlakuan yang diterima anak korban tindak

pidana asusila selama proses pemeriksaan hingga proses peradilan adalah

merupakan salah satu wujud pelaksanaan pemberian hak dalam bentuk

perlindungan hukum terhadap korban. Selain menghadirkan psikolog dan Pekerja

Sosial (Peksos) dalam memenuhi hak-hak anak korban atas perlindungan, bentuk

perlindungan yang juga diberikan oleh pihak Unit Perlindungan Perempuan dan

Anak (PPA) Polres yaitu:39

1. Pada saat penyidikan, dilakukan oleh penyidik khusus (wanita) di ruang

penyidikan korban. Hal ini bertujuan agar korban anak lebih terbuka dalam

memberikan keterangan

2. Dalam memberikan pertanyaan, sebisa mungkin penyidik tidak menyingung

perasaan anak korban apalagi memojokkannya;

3. Anak korban dalam memberikan kesaksian boleh didampingi oleh orang

tuanya;

39
Wawancara dengan Bripda Agustina dari bag. Pelayanan Unit PPA Polres Jombang, pada
hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 10.00 WIB
52

4. Memberikan bantuan medis berupa pemeriksaan kesehatan atau perawatan

sampai korban sembuh dan laporan tertulis berupa visum, dimana hasil

visum tersebut sangat dibutuhkan sebagai alat bukti dalam menangani kasus

tersebut.

5. Mendapat penasihat hukum, Unit PPA Polres Jombang memberi

kesempatan kepada korban anak yang ingin didampingi oleh LBH atau

ingin menunjuk kuasa hukum sendiri. Hal ini bertujuan agar memberikan

pemahaman kepada korban anak bahwa pelaku tindak pidana asusila pada

dirinya dapat dihukum, hal tersebut dapat membantu Anak Korban agar

tidak merasa takut untuk memberikan keterangan;

6. Melakukan pemulihan terhadap anak korban dengan memberikan semangat

dan motivasi agar korban tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat dan bisa

bersosialisasi seperti sebelumnya.

Dalam hal melakukan perlindungan terhadap anak korban tindak pidana

asusila, dinas sosial melakukan kordinasi dan bekerjasama dengan Unit

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang. Dinas Sosial dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, tidak terlepas dari laporan yang masuk

atas adanya tindak pidana asusila yang dilaporkan dari Unit PPA Polres Jombang,

dalam hal ini dinas sosial bertindak sebagai pelaksana pemberi perlindungan

lanjutan selama proses peradilan berjalan.

Selanjutnya, dalam proses pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak

korban tindak pidana asusila, Bripda Agustina dari bagian pelayanan masyarakat
53

Unit PPA Kabupaten Jombang mengemukakan bahwa beliau juga sering

melakukan koordinasi dengan pihak Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan

Anak (LP2A) Pemerintah Kabupaten Jombang untuk melakukan pendampingan

dan bantuan medis serta bantuan hukum untuk anak korban tindak pidana

asusila.40

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan

Bapak Moch. Saleh, memberikan informasi terkait dengan bentuk perlindungan

yang diberikan terhadap anak korban tindak pidana asusila yang terjadi di

Kabupaten Jombang. Dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak

korban tindak pidana asusila, Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan Anak

(LP2A) tentunya melakukan koordinasi dengan pihak dari Peksos (Dinas Sosial)

Kabupaten Jombang. Berikut bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LP2A) Kabupaten Jombang yang

terkoordinasi dengan Peksos adalah sebagai berikut:41

1. Pendampingan mulai dari tahap pemeriksaan sampai proses persidangan

2. Bantuan medis, dalam hal korban didampingi pada saat melakukan visum

dan pemberikan pengobatan bagi korban yang mengalami luka

3. Menempatkan anak di rumah aman apabila anak korban merasa tidak aman

dan tidak nyaman untuk tinggal di rumahnya

4. Pemberian informasi mengenai hak-hak korban

40
Wawancara dengan Bripda Agustina dari bag. Pelayanan Unit PPA Polres Jombang, pada
hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 10.00 WIB
41
Wawancara dengan Bapak Moch. Saleh Kepala Bidang LP2A Kabupaten Jombang, pada
hari Kamis, tanggal 19 November 2021, pukul 10.00 WIB
54

5. Membantu anak untuk mengurus dan mendapatkan restitusi

6. Membantu anak yang memerlukan rehabilitasi

7. Mendatangi dan menjemput korban di rumah korban

Secara keseluruhan, dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang pelaksanaan

pemberian hak terhadap anak korban tindak asusila yang ditangani oleh Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang dengan beberapa pihak

terkait ialah sebagai berikut :

1. Merahasiakan identitas korban

2. Memberikan pendampingan mulai dari tahap pemeriksaan sampai proses

persidangan selesai.

3. Memberikan bantuan medis, dalam hal korban didampingi pada saat

melakukan visum dan pemberikan pengobatan bagi korban yang mengalami

luka

4. Menyediakan rumah aman bagi anak korban tindak pidana asusila

5. Melakukan konseling terhadap anak korban tindak pidana asusila dengan

menghadirkan psikolog/psikiater.

6. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban atas kemudahan

menanyakan info perkembangan perkara

7. Membantu anak korban tindak pidana asusila untuk mengurus dan

mendapatkan restitusi

8. Memberikan bantuan rehabilitasi


55

9. Memberikan bantuan hukum dari LBH Jombang berdasarkan rekomendasi

Unit PPA Polres Jombang

Selanjutnya, Kepolisian Resort (Polres) Jombang terutama Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) tidak hanya memberikan perlindungan

terhadap anak korban setelah terjadinya tindak pidana asusila, namun juga melalui

upaya preventif/pencegahan dengan tujuan untuk mengurangi kasus tindak pidana

asusila terhadap anak di wilayah Kabupaten Jombang.

2. Para Pihak Yang Dilibatkan Oleh Unit PPA Polres Jombang Dalam

Pemberian Perlindungan Hukum Kepada Anak Korban Pelecehaan

Asusila

a. Dinas Sosial

Dalam hal ini dinas sosial sebagai salah satu lembaga yang memiliki

komitmen terhadap kesejahteraan sosial masyarakat secara umum dan juga

khususnya kesejahteraan anak memiliki peranan yang cukup penting dalam

mengawal anak korban tindak pidana asusila. Pada lembaga ini terdapat bidang

Pekerja Sosial (Peksos) yang akan terjun secara langsung mendampingi anak

korban tindak pidana asusila yang berkoordinasi langsung dengan Unit PPA

Polres Jombang.

Menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Jabatan

Fungsional Pekerja Sosial yang bertugas “Melakukan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial meliputi pendekatan awal, pengungkapan dan pemecahan


56

masalah, penyusunan rencana intervensi, intervensi, evaluasi, terminasi dan

rujukan, serta bimbingan dan pembinaan lanjut”.

Menurut Bripda Annisa, pihaknya selalu bekerjasama dengan pihak dinas

sosial (dalam hal ini Peksos) untuk mengawal proses perlindungan hukum bagi

anak korban tindak pidana asusila, karena Peksos juga punya peran penting dalam

mendampingi korban, sehingga proses yang kami lakukan dapat berjalan lancar

dengan tambahan personil dari peksos itu”42

Sejalan dengan itu, wawancara dengan Ibu Aida Isti, menyampaikan hal

demikian, bahwa pihaknya selalu mendampingi Unit PPA Polres Jombang dalam

menangani anak yang menjadi korban tindak pidana asusila.

Berdasarkan hal tersebut di atas, menurut Departemen sosial dalam

penanganan anak, peranan pendamping sangatlah dibutuhkan. Peran yang dimiliki

harus mencerminkan prinsip metode yang dilakukan oleh Pekerjaan Sosial

(PEKSOS).

Peran Pekerja Sosial (Peksos) dalam perlindungan anak korban adalah

sebagai berikut :

1) Pembela (advocator)

Peksos melakukan pembelaan pada penerima manfaat yang mendapatkan

perlakuan tidak adil. Pendamping sebagai pembela pada dasarnya berfokus

pada anak, mendampingi penerima manfaat, mengembangkan peranan,

42
Wawancara dengan Bripda Annisya Shela Puspita, Anggota Unit PPA Polres Jombang,
pada hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 09.00 WIB
57

tugas dan sistem yang berlaku, serta melakukan advokasi kebijakan yang

berpihak pada kepentingan terbaik anak.

2) Mediator

Peksos berperan sebagai penghubung penerima manfaat dengan sistem

sumber yang ada baik formal maupun informasi.

3) Pemungkin (enaber)

Peksos berperan memberikan kemudahan kepada penerima manfaat untuk

memahami masalah, kebutuhan, potensi yang dimilikinya, dan

mengembangkan upaya penyelesaian masalah.

4) Pemberi motivasi

Peksos berperan memberikan rangsangan dan dorongan semangat kepada

penerima manfaat untuk bersikap positif, sehingga dapat mengembangkan

potensi yang dimilikinya.

b. Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP2A) Kabupaten

Jombang

Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP2A) merupakan salah

satu lembaga yang berbasis masyarakat yang beranggotakan stakeholder

pemerhati perempuan dan anak yang berfokus untuk melakukan layanan advokasi

bagi perempuan dan anak dari kelompok rentan, utamanya perempuan dan anak

korban kekerasan.

Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP2A) merupakan salah

satu program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


58

dalam bentuk pusat pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak dalam upaya

pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan,

politik, hukum, perlindungan, dan penanggulan perempuan dan anak.

Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP2A) akan memberikan

perlindungan pada anak-anak yang mengalami masalah hukum salah satunya

korban tindak kekerasan. Secara umum LP2A memiliki kewenangan sesuai

dengan tugas dan fungsi sebagai lembaga yang memberikan pelayanan terhadap

perempuan dan anak korban kekerasan. Sebenarnya kantor Lembaga

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP2A) ini berada dibawah dinas

pemberdayaan perempuan anak. Jadi, langsung membantu pekerjaan pemerintah

tepatnya Kabupaten Jombang yang berarti pekerjaan pemerintah kabupaten.

Dalam hal ini bukan saja anak tapi perempuan juga. Jadi, kami menangani kasus

anak dan perempuan yang hanya tinggal di Kabupaten Jombang karena ranah

tupoksi kerjanya Kabupaten Jombang.

Menurut Moch. Saleh, mengemukakan bahwa :

“Kalau untuk sekarang tupoksinya hanya penanganan, artinya yang melapor


harus ditangani. Kemudian ada konseling individu dan konseling keluarga,
dan upaya yang bisa kami lakukan untuk memperkuat individu dan
keluarga, kemudian kami membuat laporan-laporan untuk rekomendasi
untuk perbaikan program-program dan kegiatan dinas-dinas terkait,
memperbaiki dan mendorong sistem perlindungan perempuan dan anak juga
diperbaharui di tingkat kecamatan, gampong jadi merekomendasikan. Tapi,
kalau untuk program khusus seperti pencegahan, sosialisasi, pembinaan itu
ada di dinasnya (dinas pemberdayaan perempuan dan anak Kabupaten
Jombang) kalau kami khusus dipenanganan. Yang kami bisa lakukan
pemulihan untuk individu dan keluarga kemudian juga membuat laporan
dan merekomendasikan itu upaya Kami untuk mengurangi. Jadi, data-data
59

dari sini kita rekomendasikan supaya dinas harus lakukan ini, karna akarnya
sudah begini.”43

Sesuai dengan hasil wawancara di atas bahwa LP2A Kabupaten Jombang

berperan sebagai lembaga yang melakukan penanganan terhadap kasus-kasus

kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak berdasarkan atas laporan

masyarakat Kabupaten Jombang. Sedangkan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya LP2A berupaya melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terutama

Unit PPA Polres Jombang.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Moch. Saleh bahwa :

“Sebenarnya peran dari LP2A juga membangun jaringan kerja, jaringan


kerja itu bisa lintas sektoral dan lintas institusi seperti halnya membangun
kerjasama dengan PPA Polres maupun dengan LSM. Abis itu kita
mendorong supaya diantara semua instansi saling berkoordinasi dan saling
menguatkan satu sama lain. Jadi, ketika ada orang bermasalah dimanapun
tetap ada tempat pengaduan bagi masyarakat. Jadi, kita kerjasama supaya
layanan itu ada. Begitu juga, kami juga kerjasama dengan pekerja sosial,
pekerja sosial itu berada di bawah kordinasi dinas sosial dan mereka ada
yang di tingkat kecamatan dan kota. Jadi, kalau ada laporan di lapangan
mereka langsung koordinasi atau kalau kami dapat langsung minta mereka
coba lihat dulu didaerahnya.”44

Menurut Peraturan Bupati Jombang No. 51 Tahun 2019 Tentang Pusat

Kesejahteraan Sosial Anak Integratif Kabupatenjombang, pelayanan sosial pada

anak/keluarga ini akan menjadi tempat pelayanan, identifikasi maupun

penanganannya secara terintegrasi. Sebagaimana dituangkan dalam Visi dari

43
Wawancara dengan Bapak Moch. Saleh Kepala Bidang LP2A Kabupaten Jombang, pada
hari Kamis, tanggal 19 November 2021, pukul 10.00 WIB
44
Wawancara dengan Bapak Moch. Saleh Kepala Bidang LP2A Kabupaten Jombang, pada
hari Kamis, tanggal 19 November 2021, pukul 10.00 WIB
60

LP2A yaitu “terwujudnya perlindungan kesejahteraan sosial perempuan dan anak

di daerah.”

LP2A Kabupaten Jombang yang berada dibawah koordinasi Pemerintah

Kabupaten Jombang ini, tidak lain sebagai bentuk kepedulian kepada perempuan

dan anak-anak di Kabupaten Jombang yang yang harus mendapatkan

perlindungan mengenai hak-haknya, yang terkadang sering mendapatkan

intimidasi dari pihak lain.

Menurut Kepala Bidang LP2A Kabupaten Jombang, Moch. Saleh

menyatakan bahwa LP2A ini merupakan rumah besar untuk pencegahan dan

penanganan anak rentan serta rujukan penanganan tindak kekerasan, eksploitasi,

penelantaran dan perlakuan salah terhadap anak. Selain itu, LP2A Kabupaten

Jombang akan memberikan penanganan terhadap anak yang memiliki

permasalahan bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.45

c. LSM Woman Crisis Centre (WCC)

Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Jombang

yang bergerak dibidang ini ialah Woman Crisis Centre (WCC). Woman Crisis

Centre (WCC) adalah lembaga masyarakat sipil yang merupakan bagian dari

masyarakat yang tidak memiliki mandat secara konstitusi, jadi Woman Crisis

Centre (WCC) merupakan organisasi yang berpartisipasi atau ikut serta dalam

mewujudkan hak-hak perempuan dan anak yang belum terpenuhi.

45
Wawancara dengan Bapak Moch. Saleh Kepala Bidang LP2A Kabupaten Jombang, pada
hari Kamis, tanggal 19 November 2021, pukul 10.00 WIB
61

Menurut Farida, Woman Crisis Centre (WCC) mempunyai peran sebagai

berikut: 46

1. Memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak

2. Melakukan kajian dan penelitian terhadap permasalahan perempuan dan

anak serta mencari solusi atas persoalan tersebut.

3. Melakukan kerjasama dengan yayasan/instansi lain serta masyarakat untuk

melakukan advokasi terhadap permasalahan perempuan dan anak.

4. Menyediakan layanan informasi kepada masyarakat tentang hak- hak

perempuan dan anak dengan benar.

5. Memberikan layanan langsung kepada perempuan dan anak dalam rangka

pemenuhan hak-haknya.

6. Memperjuangkan terciptanya kepentingan yang terbaik bagi perempuan dan

anak dengan advokasi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak serta menegakkan hak-

haknya.

7. Ikut berpartisipasi memberi layanan-layanan yang mungkin belum terpenuhi

oleh negara atau belum sepenuhnya dipenuhi dan WCC hadir untuk

memberi layanan seperti layanan pendidikan, hukum, kesehatan dan

sebagainya.

8. Mengajak semua kalangan baik kaum tua maupun kaum muda untuk ikut

berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan sehingga mereka dalam

46
Wawancara dengan Ibu Farida, SH. Direktur Woman Crisis Centre (WCC) Kabupaten
Jombang, pada hari Rabu, tanggal 25 November 2021, pukul 10.00 WIB
62

situasi apapun memiliki kesempatan untuk bermain dengan teman

sebayanya.

9. Menyampaikan aspirasi, pendapat-pendapat mereka kepada masyarakat dan

juga negara.

d. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kabupaten Jombang

Lembaga bantuan Hukum (LBH) Kabupaten Jombang juga menjadi bagian

dalam pemberian perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana

asusila. Hal ini didasarkan pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi: “Dalam setiap

tingkat pemeriksaan, anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh

pembimbing kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

Berdasarkan paparan di atas, dalam hal ini perlu diketahui bahwa fungsi

LBH terhadap penanganan anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu: 47

1) Memberikan pendampingan secara psikologis terhadap anak.

2) Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam penanganan Anak yang

berhadapan dengan hukum dengan membuat layanan komunitas anak,

khususnya bagi anak pelaku tindak pidana ringan.

3) Melakukan promosi atau kampanye tentang perlindungan perempuan dan

anak.

4) Mendorong kebijakan-kebijakan keadilan gender dan anak.

47
Wawancara dengan Kolil Askohar, ST.,SH Direktur LBH Kabupaten Jombang, pada hari
Jumat, tanggal 27 November 2021, pukul 09.00 WIB
63

Mengenai peran yang dilakukan oleh Lembaga bantuan Hukum (LBH)

terhadap Anak yang menjadi korban tindak pidana ialah :

1) Melakukan pendampingan pada saat anak korban melapor ke kepolisian,

tentang tindak pidana yang dialaminya sendiri;

2) Pendampingan secara psikologis;

3) Melakukan monitoring pada saat pemeriksaan di pengadilan;

4) Melakukan pendampingan ketika diversi dilakukan.

3. Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban asusila

Penulis melakukan wawancara dengan salah satu Kepala Bidang yang

menangani mengenai kasus anak dan pekerja sosial yang ada di Dinas Sosial Kab.

Jombang, menurut keterangan Ibu Aida Isti, S.T selaku Bidang Peksos, beliau

menerangkan bahwa:

“Bentuk perlindungan yang diberikan oleh pihak Dinas sosial adalah dengan
melakukan sosialisasi mengenai Undang-undang No. 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pemberian bantuan medis berupa
psikiater dan melakukan rehabilitasi bagi korban yang membutuhkan”.
“Apabila korban mengalami trauma ataupun gangguan jiwa yang diakibat
tindak pidana asusila yang dialaminya, maka pekerja sosial akan
mendatangkan seorang Psikolog untuk menangani korban dan membawa
korban ke pusat rehabilitasi untuk dapat memulihkan kejiwaan korban atas
truma yang dialaminya”.48

Begitu juga dengan yang disampaikan oleh Bripda Annysa mengenai

bentuk-bentuk perlindungan hukum yang diupayakan PPA Polres Jombang dalam

48
Wawancara dengan Ibu Aida Isti dari Koordinator Pekrja Sosial (Peksos) Dinas Sosial
Jombang. Pada hari Rabu, tanggal 18 November 2021, pukul 09.00 WIB
64

memberikan perlindungan hukum kepada anak korban tindak asusila ialah sebagai

berikut :49

1. Merahasiakan Identitas Korban

2. Memberikan Pendampingan dan Bantuan Hukum

3. Memberikan Bantuan Medis

4. Memberikan Bantuan Rehabilitasi

5. Menyediakan Rumah Aman

6. Memberikan Konseling (Psikolog/Psikiater)

7. Memberikan Informasi tentang perkembangan perkara.

B. Pembahasan

1. Para Pihak Yang Dilibatkan Oleh Unit PPA Dalam Pemberian

Perlindungan Hukum Kepada Anak Korban Tindak Asusila

Pemberian perlindungan hukum kepada anak korban tindak asusila yang

dilaukan oleh Kepolisian Resort Jombang, dalam hal ini dilaksanakan oleh Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) menjalin kerjasama dalam bentuk

koordinasi dan keberlanjutan dengan beberapa pihak yang memiliki tujuan yang

sama. Beberapa lembaga yang menjalin Koordinasi dalam pemberian

perlindungan hukum kepada anak korban tindak asusila ialah Dinas Sosial (yang

diwakili oleh Peksos), Pemerintah Kabupaten Jombang (yang dilaksanakan oleh

LP2A Kabupaten Jombang, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Woman Crisis

Centre (WCC) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kabupaten Jombang.

49
Wawancara dengan Bripda Annisya Shela Puspita, Anggota Unit PPA Polres Jombang,
pada hari Jumat, tanggal l3 November 2021, pukul 09.00 WIB
65

Koordinasi tersebut apabila ditelaah berdasarkan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 68 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan Dan Kerja

Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka kerjasama dalam arti

koordinasi tersebut harus memiliki tujuan untuk kelancaran tugas kepolisian,

seperti yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan Dan Kerja Sama Kepolisian Negara

Republik Indonesia yaitu : “Kerjasama diselenggarakan dengan tujuan untuk

kelancaran pelaksanaan tugas kepolisian secara fungsional, baik di bidang

operasional maupun pembinaan.”

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 Tentang

Tata Cara Pelaksanaan Hubungan Dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik

Indonesia dikatakan bahwa dengan prinsip kerjasama yang dilakukan pihak

kepolisian dengan pihak lainnya, harus memiliki prinsip mengutamakan

kepentingan nasional, keseimbangan, saling menghormati, saling membantu,

persamaan kedudukan, saling menguntungkan, mengutamakan kepentingan

umum, memperhatikan hierarki, partisipasi, subsidiaritas, sendi-sendi hubungan

fungsional, itikad baik dan netralitas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 Tentang Tata

Cara Pelaksanaan Hubungan Dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik

Indonesia, koordinasi pihak kepolisian dengan lembaga lainnya yang bergerak

pada perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana di atas telah

mencakup dari kedua pasal yaiyu Pasal 2 dan Pasal 3. Hal itu dapat dilihat dari
66

proses kerjasama yang selalu melibatkan antara satu pihak dengan pihak yang

lain. Saling menguatkan, saling menguntungkan dan demi kesejahteraan umum

dalam hal ini kesejahteraan anak korban tindak pidana asusila).

Lebih lanjut, koordinasi Unit PPA Polres Jombang dengan pihak terkait

lainnya masih belum memiliki kontrak kerja hitam di atas putih atau kerjasama

tertulis. Hal ini dapat dilihat dari proses koordinasi yang temporal, dimana

koordinasi tersebut hanya berdasarkan pada peristiwa saja, tidak diatur dalam

kerjasama tertulis. Ditinjau dari titik ini, koordinasi tersebut tidak dapat dikatakan

kerjasama karena tidak terdapat dokumen tertulis yang nantinya menimbulkan hak

dan kewajiban. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 PP. 68 Tahun 2008 yang juga

dijabarkan dalam Pasal 7 (ayat 1 dan 2).

Berdasarkan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Hubungan Dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang mengatur tentang tata cara kerjasama pihak kepolisian Indonesia. Maka

secara hukum, koordinasi Unit PPA Polres Jombang dengan Peksos (Dinsos),

LP2A (Pemkab Jombang), Woman Crisis Centre (WCC) (LSM Jombang) dan

LBH Jombang, belum dapat dikatakan kerjasama, karena tidak terdapat kontrak

kerja tertulis yang menimbulkan hak dan kewajiban. Meskipun dalam prosesnya,

pemberian perlindungan hukum terhadap anak konrban tindak asusila sudah

melakukan koordinasi. Artinya, hanya kerjasama dalam bentuk koordinasi

keberlanjutan tidak kerjasama dalam kontrak kerja tertulis.


67

Secara keseluruhan, apabila dilihat dari proses pemberian perlindungan

hukum terhadap anak korban tindak asusila yang dilakukan oleh Unit PPA Polres

Jombang dengan beberapa pihak terkait ialah:

a. Unit PPA Polres Jombang sebagai pendamping di mulai dari proses

penyidikan dan penyelidikan sampai perkaranya selesai,

b. Peksos (dinas sosial) dan lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak

(LP2A) Pemerintah Kabupaten Jombang sebagai pendamping korban di

proses perlindungan hak-hak korban dalam skala fasilitas baik secara sarana

dan prasarana,

c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pendamping tambahan

dalam mengawal hak-hak korban.

d. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) lebih pada proses pendampingan pada

proses sebelum peradilan sampai proses peradilan.

2. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak

Pidana Asusila Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak

Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban tindak asusila

yang dilakukan Oleh Unit PPA Polres Jombang bersama pihak terkait lainnya

sebagaimana diuraikan di atas. Telah memiliki kesesuaian dengan landasan

hukum yang mendasari bentuk perlindungan tersebut. Mengenai landasan hukum

tentang proses perlindungan hukum bagi anak korban tindak pidana asusila ini,
68

penulis menggunakan Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

Bentuk-bentuk perlindungan yang dimaksud, ialah :

1. Merahasiakan identitas korban

Identitas korban merupakan salah satu item yang wajib diperhatikan bagi

pihak yang melakukan perlindungan terhadap anak korban tindak asusila.

Selain memberikan rasa aman terhadap korban, kerahasiaan identitas korban

sesuai dengan amanat dari Pasal 17 ayat 2 dan Pasal 64 ayat 3 poin b

Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 17 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

“Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang

berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan”

Pasal 64 ayat 3 poin b Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

“upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan

untuk menghindari labelisasi”

Berdasarkan undang-undang tersebut, merahasiakan identitas korban yang

dilakukan Unit PPA Polres Jombang dan mitra koordinasinya memiliki

dasar hukum dan juga sebagai amanat undang-undang. Sehingga yang

dilakukan oleh Unit PPA Polres jombang sudah sesuai dengan Undang-

Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak


69

2. Memberikan pendampingan dan bantuan hukum

Pemberian pendampingan dan bantuan hukum terhadap anak korban tindak

pidana asusila yang dilakukan oleh Unit PPA Polres Jombang beserta mitra

koordinasinya merupakan salah satu bentuk perlindungan yang sangat

diperlukan oleh korban. Sehingga hal ini menjadi poin penting dalam proses

pemberian perlindungan hukum. Apabila ditelaah dari Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pemberian pendampingan

dan perlindungan hukum yang dilakukan oleh Unit PPA Polres Jombang

dan mitranya telah sesuai dengan Pasal 17 ayat 1 poin b, yaitu setiap anak :

“memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku”

3. Memberikan bantuan medis

Unit PPA Polres Jombang dan mitra koordinasinya sebagai yang pertama

dalam mengawal proses perlindungan hukum bagi anak korban tindak

asusila memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan medis terhadap

korban telah sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam Pasal 44 ayat 3

dan Pasal 8 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak, yaitu :

Pasal 44 ayat 3 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak
70

“Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk

pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.”

Pasal 8 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.”

4. Memberikan bantuan rehabilitasi

Bentuk perlindungan hukum selanjutnya yang diupayakan oleh Unit PPA

Polres Jombang beserta mitranya ialah memberikan bantuan rehabilitasi

bagi korban tindak pidana asusila. Bantuan ini dilakukan untuk melindungi

kerusakan yang ditimbulkan dari tindak pidana asusila tersebut, baik secara

mental maupun emosional korban. Karena terkadang korban tidak mampu

mengatasi beban yang diterimanya. Bentuk perlindungan ini tertera dalam

Pasal 64 ayat 3 poin a Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, bahwa anak korban tindak pidana berhak mendapatkan

“upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga”

5. Menyediakan rumah aman

Selain memberikan bantuan rehabilitasi terhadap anak korban tindak pidana

asusila, Unit PPA Polres Jombang dan Mitra koordinasinya berupaya

menyediakan rumah aman. Anak korban tindak pidana asusila akan

dipisahkan dengan orang-orang dewasa untuk meminimalisir kontak dengan

pelaku, atau yang berhubungan dengan pelaku, serta mendapat lingkungan


71

baru yang mendukung terhadap pulihnya traumatis yang dialami korban.

Hal ini biasanya difasilitasi oleh LP2A Pemkab Jombang yang

berkoordinasi langsung dengan Dinas Sosial Kabupaten Jombang.

Mengenai penyediaan rumah aman bagi anak korban tindak pidana asusila

juga dituangkan dalam Pasal 17 ayat 1 poin a Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, bahwa anak korban tindak pidana

asusila berhak “mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan

penempatannya dipisahkan dari orang dewasa”

6. Memberikan konseling (psikolog/psikiater)

Memberikan layanan konseling terhadap anak korban tindak pidana asusila

merupakan langkah perlindungan hukum yag dilakukan oleh Unit PPA

Polres Jombang dan mitra koordinasinya. Upaya memberikan konseling

kepada anak korban tindak pidana asusila dilakukan untuk memberikan

pelayanan yang berupa bantuan agar anak yang menjadi korban dapat

kembali menjalani kesehariannya dengan normal. Hal ini secara tersirat

diuraikan dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, bahwa “Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku

tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.”

7. Memberikan informasi tentang perkembangan perkara

Bentuk perlindungan yang dilakukan oleh Unit PPA Polres Jombang dan

mitra koordinasinya yang terakhir ialah memberikan informasi tentang


72

perkembangan perkara. Hal ini merupakan bentuk tanggungajawab pihak

terkait dalam mengawal korban hingga kasus yang dialami korban selesai.

Mengenai bentuk perlindungan ini, tertuang dalam Pasal 64 ayat 3 poin d

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu

anak korban tindak pidana asusila, berhak mendapatkan informasi mengenai

perkembangan perkara.

Berdasarkan uraian diatas, bentuk perlindungan hukum yang diupayakan

oleh Unit PPA Polres Jombang beserta mitra koordinasinya (Dinsos, Pemkab,

LSM dan LBH Kabupaten Jombang) telah sesuai dengan prosedur yang

diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak. Sehingga, segala proses yang diupayakan oleh pihak-pihak terkait memiliki

dasar hukum yang jelas dan sesuai koridor hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai