Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious
ISSN 2528-7249 (online) ISSN 2528-7230 (print)
Abstrak
Kajian ini fokus kepada kritik terhadap sebuah tanggapan akan perkembangan epistemologi keilmuwan
saat ini yang banyak didominasi oleh keilmuwan Barat dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Islamisasi Ilmu
Pengetahuan merupakan proses pemurnian atau pengembalian sebuah ilmu pengetahuan kepada suatu prinsip tauhid
yakni kesatuan sumber dan makna kebenaran ilmu tersebut. Ini digagas pertama kali oleh Ismail Raji Al-faruqi
kemudian dilanjutkan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Pemikiran ini didasari adanya sekularisasi ilmu yang
dikembangkan oleh Barat yang kemajuannya sangat mengkhawatirkan karena telah terlepas dari dasar utama sebuah
ilmu yakni Tauhid dan mengatakan bahwa ilmu-ilmu tersebut bersifat universal dan bebas nilai. Akan tetapi,
Ziauddin Sardar melihat adanya sebuah kesenjangan pada apa yang diusahakan oleh Faruqi dan al-Attas.
Menurutnya yang salah pada saat ini bukan terletak pada ilmunya melainkan pada paradigma para ilmuwannya yang
membawa ilmu menjadi suatu hal yang telah terlepas dari nilai-nilai Tauhid.
________________________________________
Abstract
This study focuses on criticism of a response to the development of current scientific epistemology which is
dominated by Western science with Islamization of Science. Islamization of Science is the process of purifying or
returning a knowledge to a monotheistic principle, namely the unity of the source and the meaning of the truth of the
knowledge. This was first conceived by Ismail Raji Al-faruqi then continued by Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
This thinking is based on the secularization of science developed by the West whose progress is very worrying
because it has been separated from the main basis of a science that is Tawhid and says that these sciences are
universal and value-free. However, Ziauddin Sardar saw a gap in what Faruqi and al-Attas were trying to do.
According to him, what is wrong at the moment is not in his knowledge but in the paradigm of the scientists who
bring knowledge into something that has been separated from the values of Tawheed.
diartikan secara sempit.3 Bahkan, Allah dilanjutkan secara serius oleh Syed
memberikan penilaian tinggi terhadapap ilmu Muhammad Naquib Al-Attas dan Ismail Raji
pengetahuan dan langsung termaktub dalam Al-Faruqi.8 Usaha ini berpusat pada seputar
Al-Quran seperti; Al-Quran (35:28) bahwa islamisasi pengetahuan sebagai kritik yang
Allah mengiktirafkan pada Ulama sebagai mengena terhadap epistemologi Barat. Akan
golongan yang bertakwa kepad Allah. ada juga tetapi, tidak semua ilmuwan Muslim
pada Al-Quran (58:11) bahwa orang berilmu mengamini usaha ini seperti Ziauddin Sardar
dijanjikam Allah derajat dan kedudukan yag yang menganggap bahwa islamisasi ilmu
baik.4 pengetahuan bukanlah solusi yang tepat untuk
Akan tetapi, masa kontemporer sekarang sebuah masa depan Islam. Maka, makalah ini
banyak para ilmuwan Muslim yang mencoba untuk menjelaskan tanggapan
mengabaikan peranan epistemologi Islam Ziauddin Sardar akan islamisasi pangetahuan
hingga akhirnya masa kejayaan ini mundur ini.
dan berpindah ke Barat yang telah bangkit dari
masa kelamnya (dark\age).5 Hingga ketika B. HASIL DAN PEMBAHASAN
seorang berpikir tentang Islam, maka yang 1. Sekilas Tentang Ziauddin Sardar
terlintas hanyalah Islam yang hanya dapat Ziadduin Sardar merupakan seorang
ditampilkan dalam sebuah kanvas dalam artian sarjana muslim Pakistan dan menghabiskan
hanya berupa kajian yang sempit dan banyak hidupnya untuk tinggal di Inggris.9 Dia
mengikat. Sebab, pada saat ini Islam hanya adalah seorang sarjana dalam bidang sains
dibatasi seputar keagamaan dan mengabaikan yang sangat menyenangi bidang filsafat. Pada
Islam yang sebenarnya hadir sebagai tata cara era 1980-an Ia menjadi melahirkan sebuah
kehidupan.6 fenomena dalam dunia intelektualisme Islam
Secara keseluruhan, kendala yang dengan mempelopori sebuah gerakan
dimiliki ulama-ulama Muslim adalah reaksi kesarjanaan kaum Muslim di Barat bersama
lambatnya dalam menghadapi penjajahan Parvez Manzoor, Gulzar Haider, dan Munawar
epistemologi Barat.7 Untuk mengobati kendala Ahmad Anees. Gerakan ini merupakan sebuah
ini berkembanglah sebuah wacana baru gerakan yang memadukan gerakan
tentang Islamisasi Ilmu Pengetahun yang intelektualisme Islam terdahulu yang
dikembangkan sejak dasawara 1970-an sampai dipelopori Syed Hossei Nasr dan Isma’il Raji
awal 1990-an. Gagasan ini dipelopori pertama Al-Faruqi.10
kali oleh Sayyed Hossein Nasr dan terus Pada gerakannya ini Sardar memfokus-
kan perhatiannya kepada penciptaan Ilmu
3
Subhan Rachman, “Tradisi Inovasi Keilmuan Kontemporer yang segala sistemnya didasar-
Islam Masa Klasik”, dalam Innovatio, Vol. 5 No. 10, kan atas nilai-nilai Islam, atau dapat pula
(Jambi: Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 2006, 249.
4
Mohd. Nasir Omar, Gagasan Islamisasi Ilmu, 8
Saifullah Idris, “Reorientasi Ilmu Pengetahuan
(Selangor: Lohprint SDN. BHD., Cetakan I, 2005), 8.
5 Islam; Melihat Pemikiran Ziauddin Sardar”,
Muhammad Taufik dan Muhammad Yasir,
https://www.researchgate.net, 2013, 1.
“Mengritisi Konsep Islamisasi Ilmu”, dalam 9
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual................, v.
Ushuluddin, Vol. 25 No. 2, (Pekanbaru: Universitas
Islam Negeri Syarif Kasim Riau, 2017), 111. Khusniti Rofiah, “Pergesaran Hukum Islam
10
6
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual; dari Reduksionis ke Sintesis; Telaah Pemikiran Ziauddi
Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam, Sardar”, dalam Justicia Islamica, Vol. 8 Nomor 2
(Bandung: Risalah Gusti, 1984), 1. (Ponorogo: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
7
Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam..........., 92. Ponorogo, 2016), 53.
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79 71
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
72 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
menjadi sebuah peradaban yang lebih domi- tahuan dengan nilai-nilai tauhid (agama).20
nan. Hingga hampir semua masyarakat di Padahal, keilmuwan Islam sangat erat
dunia ini sesungguhnya dibentuk oleh image kaitannya dengan nilai-nilai teologis dan
Barat.17 memiliki orientasi tauhid.21 Syed Muhammad
Setelah terasing dari ideologi dan Naquib Al-Attas juga memberikan tang-
pandangan duia membuat umat Muslim gapanya pada ilmu kontemporer saat ini yang
menyadari tumbuhnya perasaan tak berharga dianggap sudah mengalami sekularisasi.
dalam diri mereka. Serangan perasaan ini telah Karena, ilmu-ilmu tersebut ditemukan dan
menjatuhkan kepercayaan diri umat Muslim dikembangkan oleh peradaban Barat. Tidak
untuk mencapai keberhasilan. Maka, upaya- benar jika dikatakan bahwa-bahwa ilmu-ilmu
upaya apapun untuk mengembalikan per- tersebut bersifat universal dan bebas nilai.22
adaban Islam tidak akan pernah berhasil Atas dasar inilah yang menggugah keinginan
apabila mental kaum Muslim seperti ini.18 khususnya kedua ilmuwan ini untuk
Ismail Raji Al-Faruqi melihat hal ini mengembalikan peradaban Islam yang telah
menjadi sebuah bencana luar biasa. Sebagai- hilang dengan sebuah Islamisasi Ilmu
mana roda yang terus berputar dan menjadikan Pengetahuan;23 yaitu sebuah proses pemurnian
sesuatu yang melekat padanya terkadang atau pengembalian sebuah ilmu pengetahuan
berada di posisi atas dan bawah Ia melihat kepada suatu prinsip tauhid yakni kesatuan
bahwa umat Islam pada saat ini berada pada sumber dan makna kebenaran ilmu tersebut.24
posisi bawah sebuah roda. Umat Islam saat ini Mengikuti logika sederhana, Islamisasi
tengah terjajah dengan datangnya ilmu Ilmu yang diartikan dengan mengislamkan
pengetahuan Barat kontemporer seperti ilmu, mengandung pemahaman bahwa ilmu
sekularisasi, westernisasi, dan de-islamisasi. Barat kontemporer telah terlepas dari nilai-
Fitnah-fitnah tentang Islam mulai dikuman- nilai tauhid (agama) dan diibaratkan sebagai
dangkan, menjadikan Islam sebagai citra yang ilmu yang sesat sehingga perlu diislamkan.
paling buruk.19 Hal ini dilihat dari Barat yang semakin maju
Fakta akan ilmu pengetahuan Barat dengan ilmu pengetahuannya tidak menjadi-
modern Faruqi menanggapi bahwa hal ini kan Barat lebih beradab. Islamisasi ini lahir
merupakanpencapaian luar biasa yang telah sebagai sebuah kebangkitan dari keterpurukan
dirain oelh para intelktual Barat, yang telah dan pendominasian yang sering mem-
banyak mempengaruhi epistemologi ilmu pengaruhi kehidupan manusia keterpurukan
pengetahuan seluruh dunia. Akan tetapi, dan ketimpangan yang mewarnai kehidupan
kemajuan ilmu pengetahuan tentu harus umat manusia akibat terpisahnya ilmu dari
ditanggapi secara serius sebab ilmu penge-
tahuan ini memiliki implikasi yang cukup
20
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, (Bandung:
Pustaka, 1988), 55.
mengkhawtirkan salah satunya adalah para- 21
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid...................., 41.
digma sekuler yang memisahkan ilmu penge- 22
Irma Novayani, “Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Menurut Pandangan Syed Naquib Al-Attas dan
Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan International
17
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual............., 36. Institute of Islamic Thought Civilization”, dalam Al-
18
Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Muta’aliyah, Vol. 1 No. 1, (NTB: Sekolah Tinggi
Peradaban Muslim, Terj. Rahmani Astuti, Judul Asli Agama Islam Kamal NW Lombok Timur, 2017), 78.
23
The Future of Muslim Civilisation, (Bandung: Mizan, Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam.........., 92.
Cetakan IV, 1993), 94. 24
Saude, “Sekulerisasi dan Islamisasi Ilmu
19
Isma’il Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan”, dalam Hunafa, Vol. 5 No. 2, (Palu:
Pengetahuan, (Bandung: Pustaka, Cetakan I, 1984), 1. Institut Agama Islam Negeri Palu, 2008), 172.
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79 73
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
74 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
konsep, prinsip, dan nilai Islam pada ilmu mereka untuk menciptakan
pengetahuan yang dituju sedangkan paradigma paradigma-paradigma Islam,
perilaku merupakan sebuah pardigma yang karena dengan itulah tugas untuk
memberikan batasan etika kepada para memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ilmuwan sehingga mereka tetap dapat bekerja urgen masyarakat-masyarakat
dengan bebas. Dan kedua paradigma tersebut muslim bisa dilaksanakan.”36
tetap harus dikaji dari perspektif realitas masa Dari pernyataan Sardar tersebut, dapat
kini.33 dilihat bahwa upaya akan islamisasi penge-
Kritik lain yang diajukan Sardar pada tahuan hanyalah sebuah usaha yang tidak
Faruqi adalah tentang adanya epistemologi dapat menyelamatkan ilmu ke paradigma yang
kesatuan kebenaran dan ilmu pengetahuan. sesungguhnya melainkan hanya menambah
Menurut Sardar apabila kebenaran menyatu keterpurukan Islam sebagai sebuah episti-
dengan ilmu pengetahuan, dengan kata lain mologi yang tidak dapat berkembang. Karena
orang yang mencari ilmu pengetahuan berarti Islamisasi Pengetahuan hanya menjadikan
sedang mencari kebenaran. Sedangkan, belum semua yang berkembang menjadi sempit
tentu apa yang dicari –ilmu pengetahuan- karena melarikan segala sesuatu ke teks,
adalah sebuah kebenaran. Bisakah kita katakan dalam artian Islamisasi Pengetahuan merupa-
orang yang mencari pengetahuan bagaimana kan sebuah gerakan intelektual dari konteks ke
cara membuat bom untuk meledakan dan teks. 37
menghacurkan sesuatu –dalam artian negatif- Setelah melihat keganjalan atas upaya
dikatan sebagai pencari kebenaran. Dari Islamisasi Pengetahuan ini, Sardar memberi-
sinilah Sardar meyakini bahwa yang kan solusi dengan mengatakan bahwa Islami-
menyatakan bahwa tujuan dari pengetahuan sasi Pengetahuan harus berdiri dan berasal dari
adalah pencari kebenaran adalah salah.34 epistemologi Islam. Sehingga, ilmu penge-
tahuan ini dapat menghasilkan sebuah bangu-
3. Pengilmuwan Islam: Sebuah nan ilmu pengetahuan yang berpondasikan
Jawaban Ziauddin Sardar pilar-pilar ajaran Islam. Sardar menyatakan
Ide islamisasi pengetahuan pada hakikat- bahwa pembuatan atau penciptaan ilmu
nya berdiri atas ansumsi bahwa ilmu penge- pengetahuan yang berpondasikan nilai-nilai
tahuan tidaklah bebas nilai, akan tetapi berisi Islam (ilmu pengetahuan Islam) sangat penting
nilai-nilai yang merefleksikan masyarakat saat sebagai sebuah pertemuannya dengan ilmu
ini.35 Pada hal ini Sardar meyatakan bahwa: pengetahuan Barat..38
“Ilmu pengetahuan tidak bisa Islam telah menjelaskan dirinya sebagai
dipisahkan dari pandangan dunia sebuah sistem yang bukan hanya sekedar
dan sistem keyakinan. Daripada agama (Hubungan Umat dengan Tuhannya),
“meng-islamkan” disiplin-disiplin melainkan juga sebuah sistem politik dan
yang telah berkembang dalam metodologi organisasi sosial.39 Pengilmuwan
miliu sosial, etik, dan kultural Islam disini merupakan sebuah proses dan
Barat, kaum cendikiawan Muslim
lebih baik mengarahkan energi 36
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual............., 35.
37
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu................, 1.
33 38
Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam........, 103. Muhammad Taufik dan Muhammad Yasir,
34
Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam...., 96-97. “Mengritisi Konsep Islamisasi..............,121.
35
Saifullah Idris, “Reorientasi Ilmu .............., 10. 39
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual............., 59.
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79 75
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
metodologi yang di dalamnya dimasukkan jaga keselarasan segala sesuatu yang ada di
semangat nilai-nilai Islam, menjunjung tinggi bumi. Tangungjawab ini diwujudkan dengan
pandangan dunia Islam, dan menjadikan Ilmu bentuk ibadah sebagai faktor yang akan
sebagai sebuah aplikasi dari Islam.40 Maka mengintegrasiakan kegiatan ilmiah dengan
dari itu pengilmuwan yang berarti menjadikan sistem nilai Islam. Masuklah ‘ilm sebagai nilai
Islam sebagai ilmu, memiliki tujuan untuk yang ada dalam kerangka Islam dan
mencapai Islam yang tidak hanya rahmatan li merupakan salah satu bentuk dari ibadah.43
al-muslimiinn saja melainkan kepada sebuah Hubungan antara ‘ilm dan ibadah mengandung
universalitas klaim Islam sebagai rahmatan li arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dicari
al-‘alamiin.41 jika secara terbuka melanggar peintah Allah.44
Untuk merealisasikan hal ini, Sardar Datanglah setelahnya enam karakteristik yang
mengadakan sebuah seminar bersama para saling bertolak belakang, ini merupakan nilai
intelektual Muslim dan Barat dengan tema yang dihasilkan dari ‘ilm tersebut. Dari segi
“Islam and the West”. Seminar ini menghasil- positif terdapat Halal, ‘Adl, dan Istislah.
kan sebuah kesepakatan bahwasanya relasi Kemudian datang berikutnya nilai dari segi
konte,porer dari epistemologi Islam harus negatif; Haram, Zulm, dan Dhiya.45
berpondasikan kerangka nilai yang merupkan Dari teori Islam ini Sardar menginginkan
sebuah karakteristik dasar Islam. Terdapat 10 sebuah sains baik itu dari Barat maupun Islam
konsep yang diidentifikasi dalam seminar dapat memberikan kontribusi terhadap
tersebut; Tauhid, Khilaafah, ‘Ibaadah, ‘Ilm, keberlangsungan alam dan kesejahteraan
Halaal dan Haraam, ‘Adl, Zulm (tirani), manusia. Artinya, sains dapat memberikan
Istislaah (kepentingan umum), dan Dhiya manfaat yang besar dengan memanusiakan
(pemborosan).42 manusi dan mengalamkan alam dan bukannya
Kesepuluh karakteristik memiliki sebaliknya. Maka dari itu, konsep tauhid
kesinambungan satu sama lain dan tidak dapat merupakan dasar ilmu yang paling penting
dihilangkan atau berdiri sendiri. Diawali agar dapat terwujud nilai-nilai positif dari
dengan konsep tauhid (keesaan Tuhan) yang ilmu.46
merupakan sebuah nilai all-embracing yang Sebelumnya telah dijelaskan pada sub
ditegaskan menjadi kesatuan ummat manusia, Islamisasi Pengetahuan bahwa ilmu-ilmu yang
kesatuan antara manusia dan alam, dan ada sekarang ini khususnya yang berkembang
kesatuan antara ilmu pengetahuan dan nilai. di Barat telah sesat yang kemudian harus di-
Dari konsep ini munculah konsep khilaafah Islamisasi-kan. Akan tetapi, Sardar melihat
yang berarti manusia tidaklah independen dari bahwa tidak semua sains Barat berada di luar
Tuhan dan bertanggungjawab kepada Tuhan, kerangka nilai-nilai Islam. Sebagai contoh,
hal ini menjadikan manusia tidak memiliki hak gagasan tentang teknologi pengolahan sumber
eksklusif melainkan bertanggungjawab men- daya alam. Yang mana semua kegiatan ilmih
tersebut banyak dirahkan untuk memajukan
40
Masthuriyah Sa’dan, “Islamic Science Nature
and Human Beings; A Discussion on Ziauddin Sardar’s 43
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual...., 127-128.
Thougth”, dalam Walisongo, Vol. 23 Nomor 2, 44
Saifullah Idris, “Reorientasi Ilmu Pengetahuan
(Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015), ....................., 13.
242. 45
Masthuriyah Sa’dan, “Islamic Science
41
Ismail Thoyib dan Mukhlis, “Dari Islamisasi Nature.........., 245.
Menuju ....................., 84. 46
Masthuriyah Sa’dan, “Islamic Science
42
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual…........, 126. Nature..........., 245.
76 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
keadilan sosial.47 Maka, gagasan Islamisasi Langkah yang patut diambil adalah
Pengetahuan merupakan hal yang kurang tepat perlunya membuat suatu pendekatan yang
apabila melihat contoh di atas. seimbang kehidupan dunia dan akhirat.
Pengilmuwan Islam dilakukan dengan Konsep mengenai akhirat seharusnya
cara memandang Islam bukan sebagai sebuah diberikan untuk memperluas pandangannya
agama dengan seperangkat ritual atau sebagai dan bukn untuk membuatnya buta akan
suatu hukum dengan daftar anjuran dan lingkungannya yang terdekat. Pandangan-
larangan, melainkan sebagai sebuah paradig- pandangan yang diberikan harus seimbang
ma dnia yang menyeluruh dan sistematis.48 antara kepentingan dunia dan akhirat. Karena,
Secara esensial, pandangan dunia Islam kebanyakan para umat Muslim tidak mencintai
meliputi prinsip-prinsip dan susunan konsep- Islam. Dalam artian, mereka menganut Islam
konsep yang terapat dalam al-Quran dan tanpa mengetahui dan begitu mengenalnya.
Sunnah. Prinsip-prinsip tersebut membentuk Kaum Muslimin saat ini lebih sadar akan
aturan-aturan umum dalam perilaku dan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka daripada
perkembangan serta menetapkan batasan- kehadiran Tuhan. Maka, sungguh sangat salah
batasan umum di mana peradaban muslim apabila para Muslim menyerukan Islam tanpa
harus tumbuh dan berkembang. Susunan mengerti Islam itu sendiri.51
konseptual tersebut memainkan dua fungsi
dasar. Pertama, bertindak sebagai suatu C. SIMPULAN
standar ukuran,sebuah barometer keislaman Islam sebagai sebuah peradaban
dari suatu perkembangan tertentu. Kedua, merupakan sumber inti dari ilmu pengetahuan
bertindak sebagai dasar untuk menjelaskan yang ada di dunia ini. Akan tetapi, hal ini tidak
pandangan-pandangan Islam.49 membuat mereka menjadi sebuah agama yang
Dalam menghadapi Barat yang semakin berada di barisan terdepan. Karena, ilmu
dominan dan dalam rangka merumuskan pengetahuan perkembangannya dan kemajuan-
kembali ilmu pengetahuan islam, selan nya lebih banyak direspon oleh kaum Barat
merumuskan epistemologi Islam juga yang bebas akan nilai hingga lepaslah ilmu
diperlukan sebuah metodologi yang handal. pengetahua dari sisi agama (sekulerisasi).
Metodologi yang dimaksud yaitu metode yang Melihat hal ini tentu saja para ilmuwan
dibangun berdasarkan pandangan-pandangan dan sarjana Muslim tidak tinggal diam. Maka
dunia Islam. Metode yang dimaksud Sardar hadirlah Ismail Raji Al-Faruqi, Syeh Naquib
disini adalah syariah, yang tidak dipandang Al-Attas dengan Islamisasi Ilmunya untuk
secara sempit dalam ruang lingkup fiqh saja, menyelematan Islam dari keterpurukan
tetapi syariah disini secara teoritis mencakup peradaban. Dan juga hadir Ziauddin Sardar
seluruh aspek manusia dan dalam prakteknya yang banyak memberikan kontribusinya dalam
dapat memberi makna dan visi pada prilaku hal epistemologi Islam. Salah satunya dalam
kaum muslim dalam upaya-upaya keduniaan menanggapi Islamisasi Pengetahuan Faruqi.
mereka.50 Menurunya, upaya akan islamisasi penge-
tahuan hanyalah sebuah usaha yang tidak
47
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual..........., 130. dapat menyelamatkan ilmu ke paradigma yang
48
Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam.........., 12.
49
Saifullah Idris, “Reorientasi Ilmu sesungguhnya melainkan hanya menambah
Pengetahuan....................., 8.
50
Saifullah Idris, “Reorientasi Ilmu 51
Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan
Pengetahuan....................., 16. ................., 94.
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79 77
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
78 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79
Kurnia Sari Wiwaha Epistimologi Paradigma Islam: (Studi Pemikiran
Ziauddin Sardar)
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 3, 1 (2018): 70-79 79