Anda di halaman 1dari 2

Sore itu di pojok kafe Nampak seorang Wanita tengah duduk bergelut dengan pikirannya

pandangannya sibuk menelusuri jalanan kota yang basah tergusur hujan siang tadi. Ia, Wanita
itu bernama Nora. Seorang mahasiswa semester akhir di perguruan tinggi ternama di kota
itu.Sudah tiga jam ia duduk sendiri disana dan belum ada keinginan untuk beranjak dari
tempat itu, meskipun ia tahu kafe tersebut terlihat penuh oleh pengunjung , bahkan tak tersisa
kursi kosong. Namun Nora tak peduli akan hal itu.

Dia terlalu larut dalam pikirannya. Tepatnya, seminggu yang lalu orangtuanya memutuskan
untuk menjodohkannya dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Ia ingin menolaknya,
dengan syarat mengenalkan laki-laki pilihannya itu kepada ayah dan ibunya. Sementara dia
sendiri belum memiliki kekasih. Selain itu ia juga memikirkan depannya yang belum jelas.
Bagaimana dengan kuliahnya? Bagaimana dengan rencana yang telah ia pikirkan matang-
matang untuk karier? Bagaimana dengan lelaki itu? Apakah dia tampan? Apakah ia bisa
menerima Nora apa adanya? Entahlah. Memikirkan hal itu membuat kepalanya terasa pusing.

Tak lama dari tempat Nora duduk nampak seorang laki-laki muda berjalan kearahnya.

“Hai”, sapa lelaki itu pada Nora.

“Ya” jawab Nora tanpa memalingkan wajah sedikitpun

“Apakah kau sendiri? Bolehkah aku duduk di sini? Hanya untuk menghabiskan makanan
yang kupesan”. Jawab lelaki itu dengan lembut

“Silakan”. Nora penasaran dengan wajah lelaki yang telah mengusik ketenangannya. Ia
mengumpulkan keberanian untuk menatap lelaki itu. Betapa terkejutnya ketika didapati
sesosok lelaki bertubuh tinggi menjulang menjadikannya harus mendongakkan kepala untuk
menatap laki-laki itu. Gaya tegas dan lugasnya membuatnya semakin terlihat memesona.
Sorot matanya yang teduh membuat Nora sedikit malu untuk menatapnya. Hidungnay
mancung dan bibirnya yang tipis dengan segaris senyum yang manis…sempurna sekali.
Mendengar jawaban Nora lelaki itu segera mendudukan dirinya tepat dihadapan Nora.

“Terima kasih” ucapnya.

Beberapa saat setelah selesai dengan makanannya, laki-laki itu beranjak dari tempat
duduknya sembari berkata “Terima kasih, maaf telah mengganggu mu. Permisi”.
Mata Nora terus mengikuti arah perginya laki-laki itu. Tetapi, belum sampai diambang pintu,
betapa terkejutnya Nora ketika ia melihat orangtuanya masuk ke dalam kafe tersebut dan
berbincang akrab dengan lelaki tadi. Ia memerhatikan interaksi mereka bertiga, tiba-tiba
lelaki itu menunjuk kearahnya. Tak lama mereka menghampiri Nora dan ayahnya berkata

“Bagaimana ra? Kau suka, kan? Hahaha… tentu saja. Kami melihat tatapan kagummu itu
tadi”. Nora hanya diam.

“Dan jangan tanya mengapa kita sampai di sini. Ayah sengaja memasang GPS dimobilmu
yang langsung terhubung di ponsel ayah. Lalu aku menelpon Rio,dan kita pergi ke tempat
ini”. Wajah Nora merah menahan malu. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai