Anda di halaman 1dari 4

Gigitan Ular 

Berbisa
Posted on October 15, 2010. Filed under: Health and Medicine |

Di Indonesia data pasti mengenai gigitan ular berbisa belum ada  dan penelitian tentang ular dan
bisanya belum berkembang sehingga banyak jenis ular dan bisanya belum diketahui sifat bisanya
, seperti ular ular yang terdapat di Irian.

Ular termasuk :
  kelas reptilia , ordo squamata, sub ordo serfentes.

Jenis ular berbisa 5 famili

 Elapidae
 Viperidae
 Hydropidae
 Crotalidae
 Colubridae hanya terdapat di Afrika

Bisa Ular

 Berasal dari modifikasi kelenjar ludah


 Masuk kedalam tubuh korban melalui alur yang terdapat dalam taring atau
disemprotkan .
 Cairan jernih s/d dengan keruh.
 BD.1,03-1,12 .
 Viskositas 1,5-2,5
 PH 5,5 – 7.
 Tetap aktif bila disimpan dlm suhu kamar

Dua komponen kimia bisa ular yang penting

Komponen enzym

 Proteinase memp.efek anti koagulan


 Hyaluronidase mempermudah penetrasi zat zat toksin
 Kholinesterase mencegah penumpukan acetylcholin pada neuromuscular junction
 Fosfolipase terjadinya hemolisa dan pengeluaran histamin bertambah dan bersifat
neurotoksin.
 Efek komponen enzym tidak mematikan.

Komponen protein dan polipeptida

 Hemotoksin menyebabkan terjadinya perdarahan


 Neurotoksin terjadinya paralyse otot rangka
 Cardiotoksin kerusakan membrana basalis dari otot jantung ,otot polos dan otot rangka .
 Sitotoksin  pengeluaran histamin bertambah
 Miotoksin terjadinya rhabdomyolisis mengakibatkan  myoglobinuri dan gagal ginjal
 Efek komponen protein dan polpeptida mematikan

Gejala klinik tergantung pada efek bisa ular apakah efek :  hemotoksin atau neurotoksin

Bisa ular jenis hemotoksin :

 Lokal : terjadi perdarahan terus menerus pada luka gigitan disertai oedem dan Erytem,
kemudian  timbul bulla dan gangren.
 Gejala sistemik : spt.demam ,hipotensi ,batuk darah ,muntah darah, melena ,hematurie,
dan gagal ginjal akut .

Klasifikasi Parrish membagi 4 grade untuk menentukan jumlah SABU yang diberikan

Grade 0 oedem dan erytem 12 jam pertama     dibawah   2,5 cm


Grade I ——————————————-     2,5 cm  -  12,5 cm
Grade II ——————————————     15 cm  -   30  cm
Grade III —————————————–     diatas 30 cm
Grade IV —————————————-      melewati satu extremitas..
Sabu yang diberikan : Grade 0 tidak diberikan
Grade I —- Sabu 10 cc
Grade II — Sabu  30 – 40 cc
Grade III dan IV – Sabu –diatas  50 cc

Bisa ular jenis neurotoksin

 Terdapat pada ular Hidropidae , -Elapidae


 Gejala lokal :  Rasa sakit minimal dan oedem sedikit
 Gejala sistemik : Ptosis bilateral, sulit bicara dan menelan, -salivasi,  diplopia , -mual dan
muntah, paralisa otot otot pernafasan dan terjadilah  gagal nafas.

Diagnosa gigitan ular berbisa


Ular dapat ditangkap

 Pupil makin bulat tidak berbisa


 Bertaring berbisa

Bentuk luka gigitan

 Semisirkuler tidak berbisa


 Vulnus punctum dan luka robek berbisa
Penanggulangan  gigitan ular berbisa

1. Menghambat masuknya bisa ular ke sirkulasi darah

 Pembalutan proksimal dari luka gigitan dengan elastik verban ,dengan torniquet dengan
tekanan antara sistol dan diastol.
 Istirahat total bagian yang digigit
 Pendinginan dengan Es
 Insisi dan penghisapan  bermanfaat bila dibawah 30 menit

2.  Menetralisir dengan SABU

SABU polivalen untuk :

 ular kobra
 ular tanah
 bungarus fasciatus
 bungarus candidus.

Kapan SABU diberikan ? bila ada :

 Adanya Ptosis bilateral


 Oedem dan Erytem  berdasarkan Parriss klasifikasi
 Gejala keracunan sistemik
 Dosis Sabu yang diberikan
 Bisa bersifat neurotoksin : diberikan SABU 20 cc dan dapat diulang  setiap 4 jam,
tergantung dari keadaan penderita
 Bisa bersifat hemotoksin : berdasar kan klasifikasi Parrish .

Cara pemberian SABU

 Perinfus  intra vena  dilarutkan dalam cairan Na Cl 0,9 % atau Dextrose 5 %


perbandingan 1 : 10  atau 1 : 50
 Skin test dulu —> Alergi  diberikan adrenalin 0,5 mg subcutan dan hidrokortison 100 mg
iv.

3.  Mengatasi Efek Lokal dan sistemik

 Awasi kardiovaskuler, pernafasan, status neurologi


 Laboratoriun : Hb, Ht, faktor pembekuan, elektrolit darah , fungsi ginjal.
 Pemberian kortikosteroid 100-150 mg hidrokortison  mencegah oedem dan hipotensi.
 Analgeltik dan sedatif
 Fasciotomi
 Resusitasi pernafasan bila terjadi gagal nafas, pemberian cairan infus,
 Antibiotik, ATS dan Toksoid.
 Transfusi bila terjadi penurunan Hb
 Pemberian diuretika  ,Hemodialise bila terjadi gagal ginjal
 Pemberian anti koagulan bila terjadi DIC

Anda mungkin juga menyukai