Anda di halaman 1dari 17

 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA
 

  Dalam tinjauan pustaka yang diuraikan dalam Bab ini meliputi 2 (dua) hal
yaitu menjelaskan tentang studi terdahulu yang sejenis dengan bahasan dalam
 
laporan akhir ini dan penjelasan tentang dasar teori yang menunjang penjelasan
 
yang diuraikan dalam Bab 4 evaluasi dan pembahasan.
 
2.1 Studi Terdahulu
 
Beberapa studi terdahulu yang membahas tentang evaluasi metode
  pelaksanaan dan pengendalian mutu pekerjaan jalan diantaranya diperlihatkan pada
Tabel 2.1

Tabel 2.1 Referensi yang digunakan

NO NAMA JUDUL TAHUN HASIL

Evaluasi Metode
Pelaksanaan dan
Metode pelaksanaan
Hasil Pengujian
sudah sesuai dengan
Azizah Terhadap Penyiapan
spesifikasi. Hasil
Rahmaniah Badan Jalan dan
pengendalian mutu
1 dan Struktur Perkerasan 2016
terhadap penyiapan
Nurfithri Kaku Fase II Seksi I
badan jalan dan struktur
Fajriyah STA. 10+700 - STA.
perkerasan telah
11+500 pada Proyek
memenuhi spesifikasi.
Pembangunan Jalan
Tol Cisumdawu

Metode pelaksanaan
pekerjaan sudah
Evaluasi Kendali memenuhi spesifikasi.
Mutu Struktur Hasil kendali mutu
Agi
Perkerasan pada terhadap timbunan tanah,
Komarudin
Pekerjaan agregat kelas A, dan pelat
2 dan 2016
Penambahan Lajur beton telah memenuhi
Muhammad
Ruas Kopo – Buah persyaratan. Pengujian
Dwi Aulia
Batu Jalan Tol slump pada lean concrete
Padaleunyi dan pengujian kertas
resap tack coat tidak
memenuhi persyaratan.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 5


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
Untuk referensi pertama yang tercantum pada Tabel 2.1, menjelaskan
 
tentang evaluasi metode pelaksanaan serta pengendalian mutu terhadap badan jalan
 
dan struktur perkerasan kaku. Evaluasi metode pelaksanaan dan kendali mutu yang
dilakukan
  yaitu membandingkan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan hasil
  pengujian pekerjaan terhadap Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi 1.
Pengujian yang dilakukan yaitu berupa sandcone test, slump test, uji kuat tekan,
 
dan uji kuat lentur. Hasil yang didapat yaitu metode pelaksanaan pekerjaan dan
 
kendali mutu yang telah dilakukan pada setiap lapisan telah memenuhi Spesifikasi
Bina  Marga Tahun 2010 Revisi 1.
  Selanjutnya, pada referensi kedua menjelaskan evaluasi metode
pelaksanaan pekerjaan dan kendali mutu yang dilakukan pada pekerjaan penyiapan
badan jalan dan lapis struktur perkerasan seperti yang dilakukan pada referensi
pertama. Namun, yang membedakannya yaitu struktur perkerasan pada referensi
kedua menggunakan struktur perkerasan komposit. Metode pelaksanaan dan
kendali mutu dievaluasi dengan mengacu pada Spesifikasi Umum Jasa Marga
Tahun 2004. Kendali mutu yang dilakukan yaitu dengan melakukan sandcone test,
slump test, uji kuat tekan, uji kuat lentur, uji lapis perekat, uji penetrasi, uji titik
lembek, coredrill test, uji ketidakrataan, serta uji kekesatan. Hasil yang didapat
yaitu metode pelaksanaan pekerjaan badan jalan dan struktur perkerasan di
lapangan sudah sesuai dengan Spesifikasi Umum Jasa Marga Tahun 2004. Evaluasi
kendali mutu yang dilakukan pada pekerjaan timbunan tanah, agregat kelas A, dan
pelat beton telah memenuhi spesifikasi. Namun, slump test pada pekerjaan lean
concrete dan uji kertas resap pada lapis perekat/tack coat tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 6


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
2.2 Dasar Teori
 
2.2.1 Definisi dan Fungsi Jalan Tol
 
Mengacu kepada Undang-undang No.38 tahun 2004 tentang Jalan, jalan tol
adalah
  jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan

  nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol, tol adalah sejumlah uang
tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. Jalan tol sebagai bagian dari
 
sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif. Jalan tol harus mempunyai
 
spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi daripada jalan umum yang ada.
  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 2005 tentang Jalan
  Tol menyebutkan bahwa penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta keseimbangan
dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai
dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Selain
itu, penyelenggaraan jalan tol bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa
distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah
yang sudah tinggi tingkat perkembangannya.
2.2.2 Material Perkerasan
Material yang diperlukan untuk konstruksi jalan terdiri dari (Alamsyah,
2006):
A. Tanah
Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan, yaitu
berupa urugan. Tanah yang terbaik untuk material adalah tanah borrow pit, karena
akan mempunyai karakteristik yang seragam pada daerah sekitarnya.
1. Urugan Biasa
Untuk urugan biasa persyaratan material yang tidak boleh digunakan, yaitu
tanah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tanah yang termasuk kelompok CH dalam klasifikasi USCS atau tanah
yang termasuk sub kelompok A-7-6 dalam klasifikasi AASHTO.
b. Tanah ekspansif yaitu jenis tanah dengan potensi ekspansif tinggi dengan
LL > 60 dan IP > 35. Menurut AASHTO T 258-81, perbandingan IP dan
kadar lempung > 1,25.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 7


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

Gambar 2.1 Klasifikasi cara AASHTO


Sumber: http://slideplayer.info

Gambar 2.2 Klasifikasi cara USCS


Sumber: http://ilmudasardanteknik.blogspot.co.id

Tanah yang disarankan untuk digunakan sebagai material mempunyai harga


CBR rendaman (soaked minimal 6%).
2. Urugan Pilihan
Urugan pilihan hanya digunakan pada lokasi-lokasi tertentu yang
mempunyai harga CBR rendaman berdasarkan AASHTO T 193-81 minimal
10% dan IP maks 6%.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 8


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
B. Agregat
 
Agregat adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan
 
perkerasan jalan, terdiri dari tiga kelompok berdasarkan mutu, yaitu kelas A kelas
B, dibedakan
  dari gradasi dan sifat material. Berdasarkan jenisnya, agregat untuk
  konstruksi jalan terdiri dari dua macam, yaitu (Alamsyah, 2006):
1. Asli (natural), dalam bentuk pasir, kerikil atau batu pecah/belah.
 
2. Buatan pabrik, meliputi letusan bara api dan berbagai produk dari tanah
 
lempung atau batu sabak.
 Untuk meningkatkan mutu agregat, dalam pelaksanaan seringkali dilakukan

  pencampuran.
C. Aspal
Selanjutnya menurut Alamsyah (2006) aspal adalah material utama pada
konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi
sebagai campuran bahan pengikat agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat,
mempunyai sifat adhesi, kedap air dan mudah dikerjakan. Aspal merupakan bahan
yang plastis yang dengan kelenturannya mudah diawasi untuk dicampur dengan
agregat. Lebih jauh lagi, aspal sangat tahan terhadap alkali dan garam-garaman.
Pada suhu atmosfir, aspal akan berupa benda padat atau semi padat, tetapi aspal
akan mudah dicairkan jika dipanaskan, atau dilakukan pencampuran dengan
mengencer petroleum dalam berbagai kekentalan atau dengan membuat emulsi
bahan alam yang terkandung dalam hampir semua minyak bumi yang diperoleh
sebagai hasil penyulingan. Definisi aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen
dan mineral, sedangkan yang dimaksud dengan bitumen adalah bahan yang
berwarna coklat hingga hitam, berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat
yang baik, larut dalam CS2 dan CCl4 dan mempunyai sifat berlemak dan tidak larut
dalam air.
Alamsyah (2006) juga menjelaskan bahwa secara kimia bitumen terdiri dari
gugusan aromat, naphten dan alkan sebagai bagian-bagian terpenting dan secara
kimia fisika merupakan campuran colloid, dimana butir-butir yang merupakan
bagian-bagian yang padat (asphaltene) berada dalam fase cairan yang disebut
malten. Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri beberapa jenis yaitu:

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 9


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
1. Aspal Alam
 
Aspal alam di Indonesia ditemukan di P. Buton, Sulawesi Tenggara dan
 
dikenal dengan sebutan Asbuton (Aspal Buton). Selain itu aspal alam ditemukan
 juga di Perancis, Swiss dan Amerika. Berdasarkan depositnya aspal alam ini

  dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu aspal danau (Lake Asphalt) yang


terdapat di Trinidad dan aspal batu (Rock Asphalt).
 
2. Aspal Buatan
 
Aspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan
 minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan

  paraffin base crude oil. Minyak bumi banyak mengandung gugusan aromat dan
siklis sehingga kadar aspalnya tinggi dan kadar parafinnya rendah. Aspal buatan
terdiri dari berbagai bentuk, yaitu bentuk padat, cair dan emulsi.
3. Ter
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis
seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu
tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan dipergunakan hanya ter yang
berasal dari batu bara, karena ter kayu sedikit jumlahnya. Ter mempunyai bau
khusus karena adanya gugusan aromat dengan gugusan-OH seperti plenol
daneresol. Umumnya dalam ter tidak terdapat susunan parafin.
D. Beton
Beton atau beton semen, baik beton bertulang maupun beton tak bertulang,
banyak digunakan untuk konstruksi jalan raya sebagai bangunan pelengkap jalan,
bangunan drainase jalan dan jembatan serta untuk lapis perkerasan kaku (rigid
pavement). Beton dihasilkan oleh campuran material yang terdiri dari agregat (halus
dan kasar), air dan semen Portland (PC). Beton adalah hasil dari campuran
komposisi yang menghasilka benda padat dan kuat.

1. Sifat-sifat Beton
a. Menghasilkan permukaan yang keras, tahan terhadap gerusan.
b. Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
c. Tahan terhadap cuaca dan bebas korosi.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 10


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
2. Semen
 
Semen atau Portland Cement (PC) adalah material yang akan bereaksi
 
secara kimiawi jika dicampur dalam suatu proses yang disebut hydrasi
  untuk membentuk benda seperti batu. Hal ini telah dipatenkan oleh Joseph
  Aspin (1824). Jika dicampur air, pasir dan kerikil, maka PC akan
menghasilkan beton. Standar kandungan komposisi kimia dalam PC, dapat
 
dilihat pada AASHTO M85-80, yang mana tiga klasifikasi diantaranya (IA,
 
IIA, IIIA) adalah yang cocok untuk digunakan pada campuran beton untuk
  lapisan perkerasan jalan.
  3. Agregat
a. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir
dengan mutu yang baik yaitu yang berbutir kasar dan tidak mudah
hancur. Material halus yang lolos ayakan No.200 misalnya lanau, tidak
boleh melebihi 2 – 5% dari total material yang digunakan (pasir), untuk
hal ini dapat dilihat pada standar AASHTO M6-81 yang gradasinya
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Gradasi Agregat Halus
Ayakan % Lolos dalam berat
3/8 (9,5 mm) 100
No.4 (4,75 mm) 95 – 100
No.16 (1,18 mm) 45 – 80
No.50 (0,3 mm) 10 – 30
No.100 (0,15 mm) 2 – 10

b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah kerikil atau
batu pecah. Gradasi material yang digunakan, menurut standar
AASHTO M43-77 (1982). Sedangkan hal yang perlu dihindari karena
dapat merugikan, menurut standar AASHTO M80-77 (1982) untuk
penggunaan pada campuran beton lapisan perkerasan jalan.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 11


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
Tabel 2.3 Bahan Yang Merugikan dan Sifat Fisik
  % ω aks yang
Kerusakan
diijinkan untuk
  Tipe yang digunakan akibat cuaca Kelas
gumpalan lempung
pada tempat Agregat
untuk: dan partikel yang
  terbuka
mudah hancur
  Beton lapisan
perkerasan, lapisan Kuat/keras B 3
  pondasi atas jalan
samping, dimana Sedang C 5
benjolan/letupan
  dalam
jumlah sedang dapat Dapat
D 5
ditoleransi
  diabaikan
  4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton hampir tidak ada pembatasan
khusus, semua air dari sumber manapun secara normal dapat digunakan
sebagaimana yang layak untuk air minum. Walaupun demikian ada
ketentuan, air yang digunakan harus terbebas dari unsur-unsur alkali atau
aksid (alkalinity atau acidity), minyak dan bahan organik yang akan
merusak beton sebagaimana yang ditetapkan AASHTO T26 – 79 (82).
E. Material Filter
Material filter yang akan digunakan untuk urugan kembali saluran drainase
setelah pemasangan pipa berlubang atau pada lapisan porus harus merupakan pasir
alam atau kerikil atau batu pecah bergradasi baik dan sangat porus. Agar saluran
drainase dan lapisan porus dapat bertahan lama, maka material filter harus sangat
stabil butirannya dan bebas dari pelapukan atau penghancuran, dan harus
mempunyai kurva distribusi ukuran butir yang optimal seperti yang dijelaskan pada
JICA text book fig. 3.26.
2.2.3 Definisi dan Jenis Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 12


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
Sukirman (1999) menjelaskan bahwa suatu struktur perkerasan dapat
 
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
 
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
 menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya

  bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.


b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
 
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton
 
dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa
 lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

  c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan kaku


yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
di atas perkerasan kaku.

2.2.4 Fungsi Lapisan Perkerasan


Perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapisan yang bertujuan untuk
menerima beban kendaraan yang melaluinya, kemudian diteruskan ke lapisan yang
berada di bawahnya. Umumnya material yang digunakan semakin ke bawah
lapisannya, kualitas materialnya semakin berkurang. Hal ini dikarenakan lapisan
yang berada di bawah lebih sedikit menahan beban dibandingkan dengan lapisan di
atasnya.
Pada perkerasan komposit yang merupakan gabungan dari perkerasan kaku
(rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement), terdiri dari 5 lapisan
yaitu: tanah dasar, lapis pondasi agregat, lean concrete, pelat beton, dan lapis
permukaan aspal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Konstruksi Perkerasan Komposit


Sumber: dokumen penulis

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 13


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
A. Lapisan tanah dasar (subgrade)
 
Menurut Sukirman (1999), lapisan tanah dasar (subgrade) adalah lapisan tanah
 
setebal 50 – 100 cm dimana akan diletakkan lapisan pondasi bawah dinamakan
lapisan
  tanah dasar. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
  jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau
tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Pemadatan yang baik
 
diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air tersebut
 
konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan perlengkapan drainase
  memenuhi syarat.
yang
  Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas:
a. Lapisan tanah dasar, tanah galian.
b. Lapisan tanah dasar, tanah timbunan.
c. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Sebelum diletakkan lapisan-lapisan lainnya, tanah dasar dipadatkan terlebih
dahulu sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume.
B. Lapisan pondasi bawah (Subbase Course)
Sukirman (1999) menjelaskan bahwa lapisan perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah (subbase).
Lebih lanjut Sukirman (1999) menjelaskan bahwa lapis pondasi bawah ini
memiliki beberapa fungsi yaitu:
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan Plastisitas
Indeks (PI) ≤ 100%.
b. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatip murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.
c. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
d. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
e. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
f. Hal ini sehubungan denga kondisi lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah
dasar menahan roda-roda alat besar.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 14


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
g. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
 
lapis pondasi atas.
 
C. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
 Sukirman (1999) menjelaskan bahwa lapisan perkerasan yang terletak diantara

  lapis pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapis pondasi atas (base
course). Sukirman (1999) juga menjelaskan bahwa fungsi lapisan pondasi atas
 
adalah sebagai berikut:
 
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
  menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
  b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan
Lebih lanjut Sukirman (1999) menjelaskan bahwa material yang digunakan
untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk lapis pondasi atas
tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan
Plastisitas Indeks (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah,
stabilisasi tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi
atas.
D. Lean Concrete
Lean Concrete atau yang biasa disebut LC merupakan lapisan beton kurus yang
terletak di atas lapis pondasi bawah (subbase course) yang fungsinya untuk
meneruskan beban dari lapisan yang berada di atasnya. Lapisan ini harus memiliki
campuran beton yang baik karena lapisan ini juga berfungsi untuk melindungi tanah
dasar dari rembesan air. Pada pelaksanaan di lapangan biasanya sebelum pekerjaan
pelat beton dimulai, lapisan ini diberi pelindung berupa plastik agar tidak
mengganggu proses hidrasi beton yang akan dicor dan sebagai penyekat antara LC
dengan pelat beton.
E. Pelat Beton
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen portland, umumnya terdiri hanya
dua lapis, yaitu pelat beton dan pondasi bawah (subbase), tapi lapisan permukaan
aspal kadang-kadang ditambahkan pada saat pembangunan maupun sesudahnya
(Hardiyatmo, 2007).

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 15


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
F. Lapisan permukaan
 
Dalam bukunya Sukirman (1999) menjelaskan bahwa lapisan permukaan
 
adalah lapisan yang terletak paling atas, dan berfungsi sebagai:
 a. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas yang

  tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.


b. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
 
lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
 
c. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan
  akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
  d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek.

2.2.5 Metode Pelaksanaan


Menurut Jawat (2014) dalam studi kasusnya menjelaskan, metode
pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-
teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem
manajemen konstruksi.
Metode pelaksanaan yang diterapkan pada suatu proyek pekerjaan jalan tidak
bisa dilakukan sepenuhnya di lapangan, hal ini bergantung pada kondisi lapangan
itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan adanya perubahan metode pelaksanaan
yang telah dirancang ketika pekerjaan berlangsung.
Pada suatu proyek pekerjaan jalan, hal yang paling utama dilakukan yaitu
pekerjaan persiapan. Pada pekerjaan persiapan ini terdiri dari mempelajari gambar
rencana yang telah dibuat, lalu dilanjutkan dengan evaluasi kondisi lapangan.
Evaluasi ini sangat penting, karena setiap kondisi lapangan memiliki penanganan
yang berbeda. Setelah itu membuat batas pada area yang akan dikerjakan. Dengan
membuat batas area kerja, kita akan mengetahui berapa luas dan volume suatu
pekerjaan yang berpengaruh terhadap waktu dan peralatan yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Setelah pekerjaan persiapan selesai dilakukan, dilanjutkan dengan pekerjaan
tanah dasar. Pada pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian, timbunan, dan
pemadatan. Pekerjaan galian harus dilaksanakan sesuai dengan kelandaian, garis,

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 16


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
dan elevasi sesuai yang tercantum pada gambar rencana. Dalam pelaksanaan
 
pekerjaan ini menggunakan alat excavator. Pada pekerjaan galian mencakup
 
pembuangan material yang tidak digunakan agar tidak terjadi penumpukan galian
di area
  kerja yang akan menghambat pelaksanaan pekerjaan lainnya. Selanjutnya
  pekerjaan timbunan, pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan,
penghamparan, dan pemadatan material yang disetujui untuk melaksanakan
 
timbunan. Material untuk timbunan harus dihampar tiap lapisan dengan tebal dan
 
lebar yang sama sesuai dengan ketentuan dan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
 
elevasi yang ditentukan pada gambar. Sebelum dilakukan pemadatan, dilakukan
  trial compaction terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan pengujian kepadatan atau
sand cone test. Bandingkan keadaan mana yang lebih ekonomis sebagai pedoman
untuk pelaksanaan pemadatan. Setelah itu lakukan pekerjaan pemadatan tanah agar
didapatkan kepadatan tanah 95% sebelum dilakukan proses penghamparan material
berikutnya. Pemadatan tanah ini menggunakan alat vibratory roller dengan jumlah
lintasan sesuai dengan trial compaction.
Setelah pekerjaan tanah dasar, dilakukan pekerjaan lapis pondasi bawah.
Pekerjaan lapis pondasi bawah meliputi pengadaan, pengangkutan dan
penghamparan material dan pemadatan. Penghamparan material adalah proses
meratakan material yang didatangkan dari quarry ke area kerja menggunakan motor
grader. Penghamparan material ini harus memperhatikan cuaca karena akan
mempengaruhi kadar air material. Setelah material sudah rata dan sesuai ketebalan,
lalu dilakukan pemadatan dengan vibratory roller dengan jumlah lintasan sesuai
dengan trial compaction.
Selanjutnya pekerjaan lean concrete, pekerjaan ini meliputi penentuan
elevasi, pemasangan bekisting, slump test, pengecoran, dan penyebaran/perataan.
Setelah melaksanakan pembersihan pekerjaan lapis pondasi agregat, dilakukan
penentuan elevasi sesuai dengan ketentuan yang ada pada gambar lalu tandai pada
patok-patok yang telah dipasang dan hubungkan antar patok tersebut dengan
benang. Lalu pasang bekisting sesuai dengan ketinggian benang yang telah
dipasang. Pekerjaan pengecoran beton lean concrete dilakukan setelah pemasangan
bekisting dan pengujian slump test. Sebelum material beton dihamparkan, material

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 17


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
lapis pondasi agregat terlebih dahulu disiram air agar lapis pondasi agregat tidak
 
menyerap air dari beton lean concrete. Lakukan penuangan beton dari truck mixer
 
lalu diratakan ke area kerja dengan menggunakan cangkul.
  Setelah pekerjaan lean concrete, dilakukan pekerjaan pelat beton. Pada

  pekerjaan ini dilakukan penentuan elevasi, pemasangan bekisting, pemasangan


dowel dan tie bar, pengecoran, perataan dan pemadatan, grooving, cutting, dan
 
sealant. Proses penentuan elevasi sama dengan penentuan elevasi pada pekerjaan
 
lean concrete dengan ketinggian sesuai dengan ketentuan yang ada pada Gambar.
Lalu  selanjutnya pemasangan bekisting sesuai dengan ketinggian benang. Setelah
  itu dilakukan pemasangan dowel dan tie bar yang sebelumnya telah dipabrikasi.
Pengecoran dilakukan setelah sebelumnya beton dilakukan slump test. Material
beton dituangkan dari truck mixer ke area kerja lalu dipadatkan dengan bantuan
concrete vibrator. Perataan dan pembuatan grooving pada permukaan beton
dilakukan ketika beton masih basah menjelang kering. Setelah beton mengering
minimal 6 jam, dilakukan curing beton yaitu dengan cara menyiram dengan air.
Setelah pengecoran dan curing selesai, dilakukan pekerjaan cutting joint dan
sealant joint. Tahapan pekerjaan cutting joint yaitu dengan cara cutting pada
permukaan beton yang telah ditandai dengan kedalaman tertentu dengan
menggunakan alat saw cutter. Selanjutnya dilakukan pembersihan pada celah pelat
beton yang dilakukan cutting dengan bantuan compressor. Celah pelat beton
tersebut diisi dengan asphalt sealant yaitu aspal yang telah dipanaskan terlebih
dahulu, hingga celah tersebut tertutupi sepenuhnya.
Selanjutnya dilakukan pekerjaan lapis AC-WC, pada pekerjaan ini meliputi
pembersihan, penghamparan, dan pemadatan. Sebelum material lapis AC-WC
dihamparkan, dilakukan pembersihan terlebih dahulu pada area kerja yang akan
dilakukan penghamparan. Kemudian dilakukan penyemprotan bahan lapis perekat
menggunakan asphalt sprayer, bahan lapis perekat ini terdiri dari aspal dan minyak
yang telah dipanaskan. Pegangkutan material lapis AC-WC dari mixing plant
dengan menggunakan bantuan dump truck. Setelah material tiba, dilakukan
pemeriksaan suhu campuran. Apabila suhu sudah memenuhi spesifikasi yang
direncanakan maka dilanjutkan dengan penghamparan material. Material

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 18


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
dihamparkan dengan cara menuangkan material lapis AC-WC dari dump truck ke
 
asphalt finisher dengan ketebalan sesuai dengan yang ketentuan atau yang
 
tercantum pada Gambar. Setelah penghamparan material telah rata, dilakukan
pemadatan
  awal lapis AC-WC pada saat sekitar 0 – 10 menit sejak penghamparan
  material menggunakan bantuan alat tandem roller dengan jumlah lintasan sesuai
dengan trial compaction. Lalu dilanjutkan dengan pemadatan kedua menggunakan
 
bantuan alat pneumatic tire roller dengan jumlah lintasan sesuai dengan trial
 
compaction. Setelah itu dilakukan pemadatan akhir lapis AC-WC menggunakan
 
bantuan alat tandem roller dengan jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
 
2.2.6 Pengendalian Mutu
Nikmah (2013) menjelaskan bahwa pengendalian mutu dimaksudkan agar
pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
RKS. Kegiatan pengendalian mutu tersebut dimulai dari pengawasan pengukuran
lahan, pengujian tanah serta uji tekan beton. Mutu bahan-bahan pekerjaan yang
digunakan dalam pembangunan sudah dikendalikan oleh pabrik pembuatnya.
Selain itu juga diperlukan pengawasan pada saat konstruksi tersebut sudah mulai
digunakan, apakah telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Menurut
Ervianto (2007) pengendalian terhadap mutu fisik konstruksi dilakukan secara
tersendiri oleh pengawas teknik melalui gambar-gambar rencana dan spesifikasi
teknis.
2.2.7 Jenis-jenis Pengendalian Mutu
A. Pengendalian Mutu pada Timbunan Tanah Berbutir, Tanah Dasar dan Lapis
Pondasi Agregat
1. Pengujian Kepadatan
Menurut Atkins (2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa pengendalian
mutu kepadatan pada suatu proyek konstruksi meliputi kepadatan lapangan
setelah pemadatan dan membandingkan hasilnya dengan nilai kepadatan
maksimum tanah di laboratorium, untuk memastikan apakah spesifikasi telah
terpenuhi. Pengujian kepadatan lapangan biasanya dilakukan dengan
menggunakan densitometer nuklir.

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 19


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
Hasil nilai pengujian kepadatan harus memenuhi faktor keseragaman
 
yang dijelaskan pada PdT-05-2005-B [6], yang dihitung berdasarkan
 
presentase standar deviasi terhadap rata-rata dari keseluruhan data. Dengan
  rumus:
𝑆𝑑
  FK = x 100%
𝑥̅

  Dimana:

  FK = faktor keseragaman
Sd = standar deviasi
 
𝑥̅ = rata-rata
 
Nilai Faktor Keseragaman yang diijinkan adalah sebagai berikut:
FK = 0% - 10% (Keseragaman sangat baik)
FK = 11% - 20% (Keseragaman baik)
FK = 21% - 30% (Keseragaman cukup baik)
B. Pengendalian Mutu pada Lean Concrete
1. Pengujian Kuat Tekan Beton
Seperti yang tercantum dalam SNI 03-1974-1990 tentang Metode
Pengujian Kuat Tekan Beton, kuat tekan beton didefinisikan sebagai besarnya
beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Pengujian dilakukan terhadap beton segar (fresh concrete) yang mewakili
campuran beton; bentuk benda uji bisa berwujud silinder ataupun kubus; hasil
pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran beton
dan pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
2. Pengujian Slump Test
Menurut Saodang (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa parameter
slump beton merupakan indikator dari keenceran beton. Secara tinjauan
pelaksanaan angka slump menunjukkan kemudahan pengerjaan (workability).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai slump adalah (Saodang, 2005):
 Kesulitan pencapaian akibat rumitnya tulangan;
 Jarak waktu angkut dari plant ke lokasi kerja;

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 20


 
 
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 

 
 Apakah diperlukannya concrete pump;
 
 Apakah digunakannya bahan aditif;
 
 Jenis peralatan.
  Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan
  karena menentukan tingkat workability-nya atau tidak. Campuran beton yang
terlalu cair karena tingginya kadar air pada beton akan menyebabkan mutu
 
beton rendah, dan waktu pengeringan yang lama. Sedangkan campuran beton
 
yang terlalu kental menyebabkan adukan tidak merata dan beton akan mudah
  mengalami getas serta sulit untuk dibentuk.

  C. Pengendalian Mutu pada Pelat Beton


a. Pengujian Kuat Lentur Beton
Menurut SNI 03-4431-1997 tentang Metode Pengujian Kuat Lentur
Normal Dengan Dua Titik Pembebanan, kuat lentur beton adalah kemampuan
balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan
arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji
patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas.
D. Pengendalian Mutu pada Lapis AC-WC
a. Pengujian Core Drill
Menurut Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (Buku 1: Petunjuk
Umum), untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan
contoh inti padat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan.
Selanjutnya contoh inti padat diuji di laboratorium untuk mendapatkan
kepadatan campuran beraspal.
Dalam Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (Buku 1: Petunjuk
Umum) juga dijelaskan bahwa untuk pengujian kepadatan dengan cara
apapun agar dilaksanakan berdasarkan pengujian secara acak (random),
dengan jumlah minimum tertentu, umumnya setiap jarak 200 m. Nilai rata-
rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari pengujian kepadatan harus
masuk dalam kriteria yang dipersyaratkan oleh suatu proyek (umumnya
derajat kepadatannya minimum 98% dari kepadatan laboratorium).

Esa Yulestari Santoso, Selvia Erinna Hakim, Metode Pelaksanaan..... 21


 

Anda mungkin juga menyukai