92
Pemilihan jenis perkerasan ini didasarkan pada tingginya volume lalu lintas, disamping
perawatannya yang mudah, perkerasan jenis ini juga mampu untuk menahan beban yang lebih
berat dibandingkan dengan perkerasan lentur.
93
4.4 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
MULAI
PERSIAPAN
Pendatangan
beton
Pekerjaan grooving
concrete pavement
Perawatan beton
Selesai 94
a) . Penjelasan Metode Kerja
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor mengajukan ijin untuk melakukan
pekerjaan rigid pavement kepada pengguna jasa disertai dengan metode kerja,
kebutuhan alat, kebutuhan tenaga kerja, spesifikasi dan rencana mutu sesuai
dengan dokumen kontrak.
2. Melakukan pemasangan string line yang bertujuan untuk penentuan tebal
pengecoran sesuai gambar rencana, serta memastikan bahwa alat slipform dapat
berjalan dengan lancar diatas permukaan yang rata, kokoh dan stabil sepanjang
rencana produksi untuk menopang alat. Alat ini baru boleh beroprasi bila
campuran beton segar yang dipasok kelokasi penghamparan sudah cukup untuk
menjamin alat ini tidak berhenti karena kekurangan atau keterlambatan pasokan.
3. Melakukan pemasangan plastik sheet yang bertujuan untuk menghindari hilangnya
air semen diatas lean concrete sebagai alas beton dengan ukuran plastik lebih lebar
dari lebar beton yang akan dihampar.
4. Pemasangan formwork pada rigid sekaligus penyetingan sesuai dengan gambar
kerja, pemasangan harus lurus dan rata sehingga hasil pekerjaan rigid pavement
bisa lebih maksimal. Pada sambungan segmen yang direncanakan dilakukan
dengan cara dipaku kebeton lean concrete agar saat beton akan dihamparkan tidak
bergeser, dan posisinya ditandai pada bagian luar jalur slipform paver untuk
memudahkan penentuan posisi cutting.
5. Kemudian pendatangan beton ready mix yang pengadaannya dari batching plant
menggunakan dump truck.
6. Setelah beton sampai kelokasi pekerjaan maka dilakukan kontrol dengan benda uji
yang diambil pada setiap pengecoran untuk dilakukan tes kuat lentur pada umur 14
hari dan 28 hari, dan juga dilakukan uji slump sebelum melakukan pengecoran
yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi atau kekakuan pada campuran beton
segar tersebut dengan syarat nilai slump 4±1 cm.
7. Kemudian pengecoran dilakukan dengan menghamparkan beton ready mix dari
dump truck ke lokasi pekerjaan dan dibantu oleh excavator untuk meratakan. Agar
beton terhampar secara merata dan padat serta membentuk rigid pavement
maka
95
pekerjaan ini dibantu oleh slipform paver (wirtgen SP 64) dengan batasan Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk rigid pavement maksimal adalah 5m x 5m.
Pada tahap pekerjaan dowel dan tie bar dilakukan secara mekanis oleh slipform
paver sehingga pada saat pekerjaan perataan, pemadatan secara langsung pekerjaan
dowel dan tie bar juga dilakukan. Dowel adalah tulangan baja polos yang berfungsi
sebagai penyambung atau pengikat antar segmen pada rigid pavement, dengan
ukuran diameter dowel 32 mm dan panjang dowel 60 cm serta jarak antar dowel 30
cm. Sedangkan tie bar berfungsi sebagai batang pengikat agar tidak bergerak
horizontal, dengan ukuran diameter tie bar 16 mm dan panjang 80 cm serta jarak
antar tie bar 60 cm.
8. Pekerjaan akhir (Finishing dengan Grooving) setelah pekerjaan sambungan pada
dowel dan tie bar selesai dirapikan, maka pekerjaan selanjutnya adalah pemberian
tekstur pada permukaan beton dengan cara di grooving manual, yang mempunyai
batang-batang penggaruk setebal 3 mm dengan hasil grooving harus lurus dan
kedalaman minimal 0,75 mm sampai dengan maksimal 3 mm dan masing-masing
berjarak 15-20 mm.
9. Kemudian dilakukan pekerjaan perawatan beton, ada dua cara yang dapat
dilakukan yang pertama dengan Curing Compound bertujuan untuk melindungi
beton dari retak rambut akibat cepatnya susut beton (hal ini harus lebih
diperhatikan bila pelaksanaan dilakukan siang hari), dengan bahan yang digunakan
cairan Antisol’E 125, penyemprotan dilakukan setelah grooving saat beton belum
mengeras. Yang kedua dengan menutup seluruh permukaan beton yang terbuka
dengan getextile non woven yang dibasahi menggunakan air dengan water tank
sekurang-kurangnya selama 7 hari.
10. Pekerjaan tenda lindung berguna untuk mengurangi terlalu cepatnya penguapan
pada permukaan beton, melindungi dari benda-benda jatuh atau binatang dan
melindungi bila tiba-tiba terjadi hujan.
11. Pekerjaan Cutting pada beton dilakukan persegmen dengan menggunakan mesin
pemotong khusus (CutterBeton). Pemotongan beton dilakukan saat beton masih
96
cukup lunak kira-kira pada 12-18 jam setelah pengecoran dengan kedalaman 7,5
cm.
12. Pekerjaan Joint Sealent dilakukan dengan cara lubang hasil cutiing diisi dengan
penutup sambungan (jointsealent), yang merupakan campuran karet dan aspal yang
sudah dipanaskan dengan suhu tertentu. Pengisian sealent dilakukan sedemikian
rupa sehingga seluruh lubang yang dipotong tertutupi.
97
)
98
Gambar 4.5 Pekerjaan cutting
(Sumber : Data Proyek HKI 2020)
99
4.5 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dilakukan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal dan efisien
agar menghasilka produk yang berkualitas, memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
direncanakan. Pada pekerjaan rigid pavemen pengendalian mutu yang dilakukan berupa
pengujian nilai slump dan kuat tekan lentur.
100
Slump Sejati Slump Plastis Slump Runtuh
Pada royek pembangunan jalan tol trans Sumatera ruas Pekanbaru - Padang seksi
Padang-Lubuk Alung-Sicincin menggunakan slump sesuai dengan yang tertera pada
spesifikasi teknis pekerjaan struktur proyeknya, nilai slump yang dipakai untuk
pekerjaan rigid pavement adalah 4±1 cm.
102
4.7 Uji Kuat Lentur Beton
Uji kuat lentur beton bertujuan memperoleh kuat lentur beton untuk keperluan perencanaan
struktur. Pada proyek ini benda uji yang digunakan berbentuk balok dengan ukuran 15 x 15 x
60 cm. Pelaksanaan pengujian dilaksanakan dengan pengambilan sampel yang akan diuji pada
umur 7 hari dan 28 hari.
Tahapan pelaksanaan pengujian dari uji kuat lentur ini adalah :
1. Siapkan benda uji dan lakukan beberapa hal berikut :
2. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji
3. Timbang dan catat masing-masing benda uji
4. Buat garis melintang sebagai tanda petunjuk untuk titik-titik perletakan.
Siapkan mesin kuat tekan beton dan lakukan tahapan berikit ini :
1. Pasang dua buah perletakan dengan lebar bentang 3 jarak titik-titik pembebanan
dan pasang alat pembebanan sehingga mesin tekan beton berfungsi sebagai alat
uji lentur.
2. Atur pembebanannya dan skala pembacaannya
3. Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda di atas perletakan sehingga tanda
tumpuan yang dibuat pada benda uji tepat pada tumpuan alat
4. Dan lakukan pembebanan.
Untuk perhitungan mencari kuat lentur beton adalah :
1. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak
titik perletakan bagian tengah) maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai berikut :
P.L
σ1 =
b.h2
2. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada diluar pusat (daerah 1/3 jarak titik
perletakan bagian tengah) maka :
P.a
σ1 =
b.h2
103
Gambar 4.9 Uji kuat lentur
(Sumber : Data Proyek HKI 2020)
1) Sampel beton diambil untuk diuji kekuatan lentur, pada hari ke-28 diharapkan mutu
beton mencapai fs 45
2) Kerataan Permukaan : Panjang dan lintang toleransi 3mm/3mm
3) Kelurusan Tepi : Panjang toleransi 5mm/10mm, vertical 2mm/tebal beton
4) Kelurusan Grooving : Panjang toleransi 3mm/3mm, dalam min 0,75mm max 3mm
5) Sudut Tepi gumpil maks 10 mm per 100 cm.
6) Kelurusan cutting dan Joint Sealant : Toleransi 3 mm/10 mm, Pengisian Joint sealant
maks 1 mm.
Jika mutu material tidak memenuhi syarat yaitu :
a) Kekuatan lentur (flexural strenght) rendah, maka regangan tarik yang terjadi besar
sehingga umur berkurang.
b) Agregat agak lunak atau kotor,maka permukaan akan lepas-lepas sehingga umur menjadi
berkurang.
Jika mutu pelaksanaan tidak memenuhi syarat yaitu :
a) Kerataan tidak memenuhi toleransi,maka kenyamanan pengendara berkurang dan umur
akan menurun.
b) Pemandangan yang kurang sempurna akan menimbulkan keropos dalam beton sehingga
mudah retak dan umur akan berkurang.
c) Air yang digunakan terlalu banyak,maka mutu beton menurun sehingga umur akan
berkurang
104
Gambar 4.10 Hasil Kuat Lentur
(sumber: Data Proyek HKI 2020)
105
Tabel 4.3 Standar Gradasi Agregat
a) Semen Portland
Harus memenuhi ketentuan SNI 15-2049-1994. Terdapat 8 jenis Semen Portland berikut ini
1) Tipe I : Jika sifat-sifat khusus yang disebutkan tipe lainnya tidak diperlukan.
2. Tipe IA : Sama dengan tipe I, jika air entraining diperlukan .
2) Tipe II : Jika ketahanan sedang terhadap sulfat dan hidrasi panas diperlukan.
3) Tipe IIA : Sama seperti tipe II, jika air entraining diperlukan.
4) Tipe III : Jika kekuatan yang tinggi diperlukan.
5) Tipe IIIA : Sama seperti tipe III, jika air entraining diperlukan.
6) Tipe IV : Jika hidrasi panas rendah diperlukan.
7) Tipe V : Jika ketahanan tinggi terhadap sulfat diperlukan.
Tipe semen yang di gunakan pada proyek jalan tol Padang-Pekanbaru yaitu Tipe I
b) Air
Ph yang diuji dengan elektrometer (SNI 06-1140-1989) 4,5-8,5 jika mengandung benda padat
dan inorganik maka kuat tekan kubus mortar (SK SNI M-111-1990-03) dengan air tersebut >
90% kuat tekan kubus mortal dengan air suling.
106
c) Rasio / Air Semen (W/C)
Tabel 4.4 Standar Rasio Air Semen (W/C)
107
4.11 Faktor Keterlambatan Pekerjaan
Beberapa kendala yang terjadi dilapangan selama penulis melaksanakan kerja praktek, yaitu :
1. Cuaca seperti hujan membuat akses untuk menuju ke lokasi menjadi susah untuk
dilalui dan pekerjaan perkerasaan kaku pun sulit untuk dilaksanakan.
2. Terjadinya over slump pada campuran beton lantai kerja dikarenakan saat akan
melakukan pekerjaan turun hujan, sehingga membuat slump menjadi sedikit encer.
3. Permukaan rigid seringkali digunakan langsung sebagai jalan akses lalu lintas, namun
belum dilaksanakannya pekerjaan joint sealentnya, sehingga debu-debu masuk dan
mengotori segmen rigid yang telah di cutting.
4. Pembungkus dowel seringkali terlepas pada dowelnya, sehingga fungsi yang
direncakan tidak tercapai.
108
Tabel 4.5 Daftar Harga Sewa Alat Berat
109
Tabel 4.8 Daftar Harga Analisa Rigid Pavement per 1M³
110
Dari hasil perhitungan Rigid Pavement untuk per 1 M³ diatas maka di dapat RAB
111