Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

DISUSUN OLEH:

RIO GILANG RAMADHAN

NPM: 1907230133

LABORATORIUM MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM


STUDI TEKNIK MESIN

LABORATORIUM MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

Jl. Kapten Mukhtar Basri, No. 3 Medan – 20238 Telp. 061-


6622400 Ext. 12

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM MEKANIKA KEKUATAN
MATERIAL

NAMA : RIO GILANG RAMADHAN

NPM : 1907230133

PERCOBAAN/MODUL:HARDNESS, TORSION, IMPACT,KOMPOSIT

DisetujuiOleh: Disahkan Oleh:


KepalaLABMKM Dosen Pembimbing
LaporanPraktikum

(Affandi,S.T.,M.T) (…………………………….)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

LABORATORIUM MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

Jl. Kapten Mukhtar Basri, No. 3 Medan – 20238 Telp. 061-


6622400 Ext. 12

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA KEKUATAN
MATERIAL T.A. 2020 / 2021

NAMA : RIO GILANG RAMADHAN

NPM : 1907230133

PERCOBAAN/MOL :
PEMBIMBING :
No.
Asistensi Tanggal Paraf Keterangan

Telah selesai asistensi dan menyerahkan laporan praktikum pada hari,

...................,Tanggal - -2021

DisetujuiOleh: Disahkan Oleh:


KepalaLABMKM Dosen Pembimbing
LaporanPraktikum

(Affandi,S.T.,M.T) (………………)
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Lembar Asistensi
Kata Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Umum
1.3 Manfaat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Mesin Hardness
2.1.1.Jenis – jenis mesin Torsi
2.1.2.Kegunaan mesin – mesin hardness
2.1.3.Tujuan Praktikum Hardness
2.1.4.Teori perhitungan hardness
2.2 Mesin Torsi
2.2.1.Jenis – jenis mesin Torsi
2.2.2.Kegunaan mesin – mesin torsi
2.2.3.Tujuan Praktikum Torsi
2.2.4.Teori perhitungan torsi
2.3 Mesin Impact
2.3.1.Jenis – jenis mesin Impact
2.3.2.Kegunaan mesin – mesin Impact
2.3.3.Tujuan Praktikum Impact
2.3.4.Teori perhitungan Impact
2.4 Komposit
2.4.1.Jenis – jenis Komposit
2.4.2.Kegunaan Komposit
2.4.3.Tujuan Praktikum Komposit
2.4.4.Teori perhitungan Komposit

BAB 3 MODUL PRAKTIKUM


3.1 Mesin Hardness
3.1.1.Spesimen praktikum dan alat praktikum (lengkap dengan gambar)
3.1.2.Langkah kerja praktikum
3.1.3.Keselamatan kerja
3.1.4.Analisa data praktikum (studi kasus hardness)
3.2 Mesin Torsi
3.2.1.Spesimen praktikum dan alat praktikum (lengkap dengan gambar)
3.2.2.Langkah kerja praktikum
3.2.3.Keselamatan kerja
3.2.4.Analisa data praktikum (studi kasus torsi)
3.3 Mesin Impact
3.3.1.Spesimen praktikum dan alat praktikum (lengkap dengan gambar)
3.3.2.Langkah kerja praktikum
3.3.3.Keselamatan kerja
3.3.4.Analisa data praktikum (studi kasus impact)
3.4 Komposit
3.4.1 Spesimen (lengkap dengan gambar)
3.4.2.Alat yang di gunakan (lengkap dengan gambar )
3.4.3.Langkah kerja praktikum
3.4.4Keselamatan kerja
3.4.5.Analisa data praktikum (studi kasus tensile)
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmaullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, kepadanya kita bersyukur
atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga Laporan Praktikum
“Mekanika Kekuatan Material” bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan
ini kami susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimaksih sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Praktikum
ini dapat terselesaikan. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Bapak Munnawar Alfansury Siregar Selaku Dekan Fakultas Teknik


UMSU.
2. Bapak Affandi, S.T., M.T. Selaku Prodi Teknik Mesin UMSU.
3. Seluruh petugas laboratorium Teknik Mesin yang telah membantu dalam
pelaksanaan Praktikum ini.
4. Orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu persatu.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh
dikatakan sempurna. Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangung dari pembaca sekalian, agar kedepannya Laporan Praktikum ini
dapat disempurnakan. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita
semua.

Medan, 30 Juni 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum mekanika kekuatan material menjadi kewajiban bagi
mahasiswa Prgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara untuk mengikuti dimana hal ini adalah
kegiatan aplikasi dari teori yang telah diikuti pada mata kuliah Mekanika
Kekuatan Material.

Praktikum ini juga merupakan salah satu persyaratan yang harus


dipenuhi mahasiswa dalam menyelesaikan studi dijurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiya Sumatera Utara dengan syarat mahasiswa yang
bersangkutan telah lulus mata kuliah yang berkenaan dengan mata kuliah ini.

Keberadaan peralatan praktikum Mekanika Kekuatan Material yang


masih kurang pada beberapa percobaan dapat dilaksanakan semaksimal
mungkin dengan peralatan yang tersedia seperti bahan komposit (uji tarik),
impact, torsi dan hardness.

Penanggung jawab pembimbing praktikum dan asisten pelaksana


praktikum dari staff pengajar Alumni jurusan Teknik Mesin UMSU.

Dengan demikian selama pelaksanaan praktikum mahasiswa akan


mendapatkan bimbingan teori dan pengujian secara langsung dari asisten
pelaksana yang telah ditentukan, serta juga telah menguasai masing-masing
dari praktikum.

1.2 Tujuan Umum


Praktikum Mekanika Kekuatan Material merupakan penerapan dari
teori-teori yang pernah diberikan dalam mata kuliah Mekanika Kekuatan
Material dan Manufaktur. Dimana aplikasinya adalah bagaimana mengetahui
cara menguji kekuatan logam. Oleh karena itu maka perlu diketahui oleh
mahasiswa bagaimana pengujian ini dimaksud seperti impact yang menjadi
prioritas utama tujuan praktikum ini dimaksud untuk mahasiswa agar mengerti
tentang cara kerja impact, hardness, torsi dan bahan komposit, serta
mahasiswa dapat mengetahui ketahanan, kekuatan, serta kegetahan suatu
material.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Mekanika Kekuatan Material adalah
penulis dapat membagi kedalam dua manfaat, secara garis besar yaitu manfaat
langsung maupun manfaat tidak langsung. Adapun manfaat langsung yang
didapat yaitu :

- Dalam praktikum dituntut untuk mampu melihat atau mengetahui


ketahanan, kekuatan serta kegetahan suatu material pada pekerjaan bahan
komposit, uji kekuatan (torsi, hardness, dan impact).
- Dalam praktikum dituntut untuk disiplin, baik disiplin waktu, maupun
dalam bekerja dan menggunakan peralatan kerja.
Adapun manfaat tidak langsung yang didapat yaitu :

- Keterampilan dalam membuat bahan komposit, menggunakan mesin


hardness, torsi dan impact dan harapan nantinya menjadi bekal bagi
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, menuntut keterampilan
banyak bidang.
- Praktikum ini juga menuntut mahasiswa agar dapat membuat laporan
penulisan dengan sistematika yang telah ditentukan. Jadi secara tidak
langsung dapat mengajarkan mahasiswa bagaimana cara menulis baik itu
didalam menulis laporan praktikum maupun pada penulisan karya
ilmiah lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Hardness

Mesin hardnes merupakan alat uji material yang digunakan pada


proses produksi dan sudah pasti mengalami berbagai deformasi (pengaruh
gaya). Salah satu jenis deformasi yang paling sering siterima adalah penetrasi
atau penekanan sehingga nilai kekerasan material tersebut bisa berubah
tergantung dari besaran deformasi tekan yang diterima. Mesin Hardness itu
sendiri sudah jelas berfungsi yaitu untuk mengukur dan menganalisa
kekerasan pada material atau benda.

Gambar 1 Mesin Hardness

Kekerasan diartikan sebagai ukuran kemudian dan kualitas khusus


yang menunjukan suatu yang mengacu pada ukuran kekerasan, yang
tergantung pada cara melakukan pengujian. Ketiga jenis tersebut adalah :

1. Kekerasan goresan ( Saralah hardness )


2. Kekerasan Tekukan ( Identation hardness )
3. Kekerasan pantulan ( Rehound )
2.1.1. Jenis-Jenis Mesin Hardnes

1. Kekerasan Brinel

Pengujian kekerasan produk logam oleh skala Brinell merupakan


pengujian kekerasan logam dengan sifat yang berbeda dari baja (logam
non-ferrous, paduan, besi tuang, dll.) Tester kekerasan Digital Brinell
menyediakan sampel otomatis yang dikontrol secara otomatis, yang
memungkinkan pengguna menyederhanakan operasi dengan perangkat,
dan secara signifikan meningkatkan akurasi dan produktivitas
pengujian. Bench Digital Brinell Hardness Tester NOVOTEST TB-B-
CM memiliki akurasi pengukuran tinggi, penerapan yang luas dalam
pengukuran, pemuatan otomatis, waktu otomatis dan bongkar otomatis.
Brinell Hardness Tester NOVOTEST TB-B-CM dirancang untuk
pengujian kekerasan produk logam oleh skala Brinell (baja tidak
mengeras, besi tuang, logam non-ferrous dan bantalan paduan lembut),
perangkat juga cocok untuk pengujian bahan logam yang lebih keras
dan baja keras. Tester Kekerasan Digital Brinell NOVOTEST TB-B-
CM sesuai dengan ISO 6506-2 dan ASTM E10. Pengujian kekerasan
dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor)
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf.
Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun
terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

2. Kekerasan Moyer

Kekerasan moyer mengajukan defenisi mengenai kekerasaan yang


lebih rasional dibandingkan dengan yang diajukan oleh Brinell yakni
berdasarkan luas proyeksi jejak bukan luas permukaan.

Tekanan rata-rata antara luas penumbuk (identor) dan tekukan


adalah sama dengan beban dibagi luas proyeksi lekukan .

p
Pm =
n .r 2

Moyer mengemukakan bahwa tekanan rata-rata ini dapat diambil


ukuran kekerasan dan dinamakan kekerasan Moyer.

4p
Kekerasan Moyer = (kg/ 2 )
∏ d 2 mm
Kekerasan Moyer merupakan cara pengaturan yang lebih
mendasar hal mengukur kekerasan lekukan, namun yang jarang
digunakan untuk pengukuran kekerasan.

Moyer mengajukan suatu hubungan empiris antara beban dan


ukuran lekukan, hubungan dinamkaan hukum Moyer :

P = k . dn
Keterangan :

P : beban yang ditetapkan

d : diameter lekukan

n : konstanta beban pengerasan regangan

k : konstanta beban yang menyatakan ketahanan bahan terhadap


penembusan

3. Kekerasan Viekers
Uji keekrasan Viekers menggunakan penumbuk piramida intan
yang dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antara permukaan
piramid yang saling berhadapan adalah 1360 sudut ini dipilih kerena
nilai tersebut mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang
diinginkan anatar diameter.
Lekukan dan diameter penumbuk pada uji kekerasan Brinel karena
bentuk penumbuk piramid, maka pengujian ini dinamakan uji
kekerasan pyramid intan.

Angka kekerasan pyramid intan (DPH) atau angka kekerasan


Viekers (VHN atau VPH). Pada prakteknya luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. DPH dapat
ditentukan dari persamaan :

8
2 p . sin 1854 D
D= 2 =
2 L2
L

4. Kekerasan Rock Well


Uji kekerasan yang paling banyak digunakan diAmerika adalah uji
kekerasan rock well, hal ini disebabkan oleh sebabnya yaitu : cepat,
bebas dari kesalahan manusia, maupun untuk membedakan perbedaan-
perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang diperkakas dan
tekukannya kecil sehingga bagian yang mendapatkan perlakuan panas
yang lengkap dapat diuji kekerasannya.

Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai
ukuran kekerasa, mula-mula diterapkan beban kecil sebesar 10 kg untuk
mendapatkan benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah presisi permukaan
yang dibutuhkan dan juga diperkecil kecenderungan untuk terjadi
penumbukan keatas atau penemuan yang disebabkan oleh penumbuk,
kedalam lekukan akan tekanan pula gage penumbukan menyalurkan angka
kekerasan. Petunjuk tersebut terdiri atas 100 bagian, masing- masing bagian
menyatakan penembusan sedalam 0,00008 inch.
5. Kekerasan Mikro
Banyak persoalan metakergi memerlukan data-data mengenai
kekerasan pada daerah yang sangat kecil, pengukuran gradien
kekerasan-kekerasan pada permukaan yang dikaburasi, pengukuran
kekerasan kandungan tunggal pada struktur mikro atau penentuan
kekerasan pada roda gigi. Arlogi merupakan tipe persoalan dari jenis
kekerasan mikro, pemakaian uji kekerassn goresan untuk keperluan
persoalan diatas telah dibahas sebelumnya tetapi ternyata lebih baik
menggunakan uji kekerasan lekukan.

Pengembangan penumpukan knoop oleh Biro Standart Nasional


dan pengenal uji tekanan untuk mengontrol pemakaian beban dibawah
25 gr, menyebabkan pengujian kekerasan mikro merupakan kegiatan
laboraturium yang rutin.

Angka kekerasan knoop adalah :

P P
KHN = = 2C
Ap !

Keterangan :

P : beban yang ditetapkan (kg)


Ap : luas proyeksi lekukan yang tidak pulih kebentuk semula (mm2
)

L : Panjang diagonal yang lebih panjang

C : Konstant untuk setiap penumbuk (ditentukan oleh pabrik


pembuat)

2.1.2. Kegunaan Mesin-Mesin Hardness

Mesin Hardness Uji kekerasan atau hardness test merupakan salah


satu cara untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan suatu (bahan).
Sedangkan kekerasan itu sendiri (hardness) ialah salah satu sifat
mekanik dari suatu material selain sifat fisik dan teknologik yang
dimilikinya. Dari berbagai referensi Rumus untuk pengujian kekerasan
ada 4 yaitu: (1) Brinnel (HB / BHN), (2) Rockwell (HR / RHN), (3)
Vikers (HV /VHN) dan (4) Micro Hardness (knoop hardness). Uji keras
merupakan pengujian paling efektif karena dapat dengan mudah
mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material. Meskipun
pengukuran hanya dilakukan pada satu titik atau daerah tertentu. Nilai
kekerasan yang ditampilkannya cukup valid untuk menyatakan
kekuatan suatu material. Dengan demikian, material dapat dengan
mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas.

Mesin Hardness atau yang sering disebut Uji keras juga dapat


digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh
perlakuan panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang
telah mengalami cold working, hot working, dan heat treatment, dapat
diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan mengukur
kekerasan permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras
kita dapat dengan mudah melakukan quality control terhadap material.

Dalam pengujian kekerasaan adalah pengujian yang paling efektif


untuk menguji kekerasan dari suatu material, karena dengan pengujian
ini kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu
material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau
daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan
kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras, material dapat
dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau getas.

Mengapa diperlukan pengujian kekerasan.

Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian


dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material
memiliki spesifikasi kualitas tertentu.

2.1.3. Tujuan Praktikum Hardness

1. Mengetahui macam-macam metode pengujian keras serta aplikasinya

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian


kekerasan

3. Menganalisis problema dan material-material kekerasan

4. Mengumpulkan informasi 

5. Menyusun hipotesis

6. Mengevaluasi data

7. Menarik kesimpulan

8. Melaporkan hasil praktikum 


2.1.4. Teori perhitungan Hardness

1. Metode Goresan

Metode ini dilakukan dengan mengukur kedalaman atau lebar


goresan pada benda uji dengan cara menggoreskan permukaan benda
uji dengan material pembanding. Identor yang biasa digunakan adalah
jarum yang terbuat dari intan. Namun,
metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi,
namun masih dalam dunia mineralogi.

Metode ini dikenalkan oleh Friedrich
Mohsya itu dengan membagi kekerasan material di
dunia ini berdasarkan skala
(yang  kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari 
nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, hingga nilai
10  sebagai skala kekerasan tertinggi. Dalam skala Mosh
urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :

1.     Talc                 6. Orthoclase

2.     Gipsum            7. Quartz        

3.     Calcite             8. Topaz

4.     Fluorite            9. Corundum

5.     Apatite             10. Diamond (intan)

Prinsip pengujiannya adalah bila suatu material mampu digores


oleh Corundum (no 9) tetapi tidak mampu digores oleh Topaz (no8) ,
maka kekerasan material tersebut berada antara 8 dan 9. Kekurangan
utama metode ini adalah ketidakakuratan nilai kekerasan suatu
material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain,
ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1 – 9 saja. Sedangkan
nilai 9 – 10 memiliki interval yang besar (jarang ditemukan).
2.  Metode Pantulan
Dengan  metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh
alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul
(hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian
terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan
tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka
kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.

Mesin pengujian kekerasan dinamik :

 Shore Scleroscope ( ASTM E 448 )


Mengukur pantulan dari ”small pointed device ”
dariketinggian 254mm

 Schmidt Hammer
Mengukur pantulan dari “spring loaded
hammer”. Pengujian ini berhubungan dengan kekuatan
tekan beton

Gambar 1Scleroscope dan bagian-bagiannya


3. Metode Indentasi
Pada metode ini, pengujian kekerasan dilakukan dengan
menekankan indentor berbentuk bola, piramid, atau kerucut pada
permukaan logam selama beberapa detik dan mengukur jejak yang
dihasilkan pada permukaan logam untuk menghitung nilai kekerasannya.
Kekerasan yang dihasilkan tergantung jenis indentor dan jenis pengujian.
Semakin lunak material, maka semakin besar dan dalam  indentasinya.
Berdasarkan prinsip kerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode Brinnell
Metode ini diperkenalkan oleh J.A. Brinell pada tahun 1900.
Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menggunakan bola baja
yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu
indentasi tertentu. Hasil penekanan berupa jejak yang berbentuk
setengah bola dengan permukaan lingkaran bulat, yang harus dihitung
diameternya dengan mikroskop khusus pengukur jejak.
Agar memiliki keakuratan yang baik dengan metode ini, maka:
Ø  spesimen uji harus rata,

Ø  spesimen uji tidak boleh terlalu tipis,

Ø  indentasi tidak dilakukan pada tepi/pinggir benda uji,

Ø  jarak antara indentasi satu dengan lainnya ialah tiga kali diameter
indentasi.

Standar pengujian kekerasan dengan metode Brinell terdapat dalam


ASTM E 10. Adapun nilai kekerasan yang diperoleh dengn metode ini
diberikan oleh rumus :
 

di mana:

P =  beban (kg)
          D =  diameter indentor (mm)   
d  = diameter jejak (mm)

Gambar 2 Skematis prinsip indentasi dengan metode Brinell

Prosedur standar pengujiannya yaitu dengan menggunakan


indentor berbentuk bola dengan diameter D = 10 mm terbuat dari baja
atau karbida tungsten. Beban yang diaplikasikan dapat dipilih sebesar
500, 1500, atau 3000 kg tergantung dari jenis bahan yang akan diuji.
Beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, dan 500 kg
untuk logam-logam non ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu
indentasi biasanya sekitar 10 detik, sementara untuk logam-logam non
ferrous sekitar 30 detik. Walau demikian pengaturan beban dan waktu
indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan oleh karakteristik
alat penguji.

Gambar 3 Skematis Pengujian Brinell

Nilai kekerasan suatu material yang  dinotasikan dengan ”HB”


tanpa tambahan angka di belakangnya menyatakan kondisi pengujian
standar dengan indentor bola baja 10 mm, beban 3000 kg selama
waktu 1-15 detik. Untuk kondisi lain, nilai kekerasan HB diikuti
angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian. Contoh: 75 HB
10/500/30 menyatakan nilai kekerasan Brinnell sebesar 75 dihasilkan
oleh suatu pengujian dengan indentor 10 mm, pembebanan 500 kg
selama 30 detik.

Gambar 4. Contoh hasil indentasi Brinell berupa jejak lingkaran


dalam skala mm
b. Metode Viekers
Metode ini menggunakan indentor intan berbentuk piramida
dengan sudut 136o seperti pada gambar 2.6. Pada umumnya, prinsip
pengujiannya sama dengan metode Brinell, meskipun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal
diukur dengan skala mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan
material diberikan oleh :
dimana :
d = panjang diagonal rata-rata jejak berbentuk bujur sangkar (mm).
P = beban (kg/mm2)

Gambar 5. Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers

Standar pengujian kekerasan dengan metode Vickers diatur dalam


ASTM E92.

Penggunaan indentor intan berbentuk piramid pada Metode


Vickers sangat menguntungkan karena dapat digunakan untuk
memeriksa bahan-bahan dengan kekerasan tinggi. Di samping itu,
bentuk dan geometri jejak yang dihasilkan tidak banyak terpengaruh
oleh besarnya beban yang diberikan sehingga besarnya beban tidak
perlu dikontrol terlalu ketat seperti halnya pada metode Brinell.
Keuntungan lain dari metode Vickers dibanding dengan metode
Brinell ialah memiliki pembacaan pada mesin yang lebih akurat
dibandingkan dengan pembacaan diameter lingkaran pada metode
Brinell. Mesin Vickers dapat digunakan pada logam setebal 0,15
mm.Selain pada skala makro, metode Vickers dapat digunakan pada
skala mikro, dengan pembebanan sangat rendah yaitu 1-1000 gram.

Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang


berbeda-beda tergantung pada elestisitas material. Hasil indentasi dari
material lunak atau keelastisitasannya tinggi adalah mengempis. Pada
material yang kaku akan berbentuk menggembung.

Gambar 6. Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek


elastisitas; (a)Indentasi sempurna; (b)Indentasi mengempis;
(c)Indentasi menggembung

c. Metode Rockwell
Metode ini dikembangkan oleh S.P Rockwell pada tahun 1922.
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers di mana kekerasan suatu
bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan, maka
metode ini merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung
(direct-reading). Metode ini banyak digunakan dalam industri karena
praktis.
Pengujiannya terdiri dari pemakaian beban minor 10 kg untuk
diletakan pada indentor dan kemudian memberikan beban mayor
(biasanya 100 kg) untuk menciptakan permanent depression pada jejak
yang disebabkan pembebanan minor. Standar pengujian kekerasan
dengan metode Rockwell ini terdapat pada ASTM  E 18.
Metode Rockwell  menggunakan indentor berbentuk kerucut
bersudut 120o dari intan dengan diameter 1/16 inch atau bola baja
berdiameter 1/8 inch. Beban yang digunakan bervariasi 60,100,dan
150. Jenis indentor dan beban menentukan skala kekerasan yang
digunakan.
Gambar 7.Indentor yang digunakan dalam metode Rockwell

Pengujian metode ini meliputi 2 tahap, yaitu:


 Tahap 1 à pembebanan minor
Pembebanan minor menambah keakuratan pengujian ini.
Pembebananminor regular    :10 Kg
Pembebananminor superficial : 3 Kg
 Tahap 2 àpembebanan mayor
Pembebananmayor regular     : 60,100,150 Kg

Pembebananmayor superficial : 15,30,45 Kg

Skala-skala metode Rockwell :

Regular Rockwel

Minor load : 10 Kg          

Major load : 60,100,150 Kg

Skala direpresentasikan dengan huruf alphabetic.


Superficial Rockwell

Minor load : 3 Kg

Major load : 15, 30, 45 Kg

Skala direpresentasikan dengan 15, 30, 45 dan diikuti dengan huruf N,


T ,W ,X atau Y (bergantung pada indentor)

d. Metode Knoop
Metode ini merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji
kekerasan untuk benda uji yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah
pembebanan dibagi dengan luas penampang yang terdeformasi
permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01 mm – 0.1 mm dan beban
yang digunakan berkisar antara 5 gr – 5 kg. Permukaan benda uji harus
benar-benar halus.

Gambar 8 Tampak samping dan atas indentor Knoop


                dimana
P: beban (kg)
L:  panjang diagonal yang panjang (mm)
Ap: area yang tidak dijejaki oleh indentor
C: konstanta tiap indentor

Di bawah ini adalah konversi nilai kekerasan untuk masing-masing


metode. Konversi ini memudahkan kita untuk mengukur kekerasan
dengan skala yang berbeda.

Gambar 9 Perbandingan beberapa skala kekerasan

Secara Garis besar macam-macam uji kekerasan dapat diringkas 


dalam gambar 10.
Gambar 10. Macam-macam uji kekerasan

2.2 TORSION

Mesin torsi adalah suatu alat yang dirancang untuk mengukur seberapa besar gaya
puntir yang dapat dilakukan saat kita melakukan pengujian dari suatu alat. Jika
merujuk pada kamus umum Wikipedia torsi diketahui sebagai salah satu istilah
dalam disiplin ilmu fisika. Torsi bisa dimaknai sebagai gaya rotasional. Torsilah
yang membuat benda berputar terhadap porosnya. Benda akan berhenti jika ada
usaha melawan torsi dengan besar yang sama secara berlawanan.

2.1.1. Jenis – Jenis Mesin Torsi

1. Vertical Mitech MTN Mesin Torsi Manual Semi 100 L

Mesin ini merupakan mesin penguji torsi yang menggunakan


kekuatan uji pemuatan manual dimana dapat dipergunakan untuk
berbagai macam pengujian pegas torsi.Mesin ini banyak digunakan
dibeberapa bidang seperti pembuatan pegas, peralatan listrik
bertegangan rendah, mesin – mesin listrik, institusi pembelajaran tinggi
dan unit penelitian ilmiah dan beberapa bidang yang lainnya.

Gambar1 Mesin Torsi Manual Semi Vertical Mitech MTN 100 L

Spesifikasinya :
- Bentuk struktual : Tipelantai
- Rentang pengukuran : 100N.mm
- Rentangtampilan : 0 – bebanpenuh
- Resolusibeban : 0,001 / 0,01 / 0,1 /1 /10
- Ujirentangsudut : 0 – 9999,9 °
- Resolusisudutpuntir : 0,1°
- Rentang pengukuran yang akurat : 2% - 100% Torsi uji maksimum
- Ketinggian specimen uji : ≤ 70 mm
- Panjang sempel diuji : ≤ 160 mm
- Akurasiindikasi : ± 1%
- Piring torsi diameter : 100 mm
- Catudaya : 220V

2. Mesin Torsi KendaliKomputer

Mesin torsi kendali computer ini juga sama fungsinya dengan mesin atau alat uji
lainnya. Pemakaian semua operasi atau pengaturan kerjanya dikendalikan melalui
sebuah program computer yang sudah diprogram hasil dari pengujian dapat
langsung dicetak dengan mesin pencetak (printer).
Gambar2 .Mesin Torsi KendaliKomputer

Sepesifikasinya:
- Max test torsion
- Weight
- Loading
- Max reading of torsion engine
- Pc

3. Mesin Torsi Digital

Mesin ini berfungsi untuk melihat jadi besar gaya torsi atau
memuntir sebuah alat. Namun yang membedakan adalah mesin ini
memiliki layar – layar digital untuk menampilkan data berupa angka
dari hasil pengujian torsi yang kitalakukan.

Gambar3 .Mesin Torsi Digital

spesifikasinya :
- Max. test torsion : 0,02 Nm
- Min. reading of torsion : 20 – 200 Nm
- Torsion meaguvment range : 9999,5°
- Max. Reading of torsion range : 0,5°
- Min. reading of torsion range : 10 mm
- Diameter of specimen : 2,25 mm
- Max. testingvoltige : Ac 220 V± 10%
- Weight : 50 kg

2.1.2. Kegunaan Mesin – Mesin Torsi

Gambar 4 Mesin Uji Torsi.

Kegunaan dan kemampuan mesin torsi untuk mengetahui kekuatan


dari pada spesimen, dengan sistem kerja memuntir spesimen hingga
patah disitu kita dapat mengetahui kekuatan dari pada spesimen yang di
uji.

2.1.3. Tujuan Penggunaan Torsi

 Agar mahasiswa trampil dalam menggunakan alat uji torsi dan


fungsi dari alat tersebut
 Agar mahasiswa dapat menganalisa data dari pengujian torsi dan
dapat mengetahui bahan yang cocok untuk bahan yang mengalami
putaran yang besar dan kecil
 Agar mahasiswa mengetahui hasil dari pengujian torsi sebagai
specimen yang berbeda
2.1.4. Teori Perhitungan Torsi

Momen Gaya (Torsi) dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya


benda adalah momen gaya atau Torsi. Momen gaya atau disebut juga
dengan Torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi.

Momen gaya (Torsi) ialah sebuah besaran yang menyatakan


besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga
mengakibatkan benda tersebut berotasi.

Besarnya momen gaya (Torsi) bergantung pada gaya yang


dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Apabila
Kita ingin membuat sebuah benda berotasi, Kita harus memberikan
momen gaya pada benda tersebut. Torsi atau disebut juga momen gaya
dan merupakan besaran vektor.

Gambar 5 Momengaya

Konsep Torsi dalam fisika, juga disebut momen, dimulai dari


kerja Archimedes dalam lever.Contohnya, gaya dari tiga newton
bekerja sepanjang dua meter dari titik tengah mengeluarkan Torsi yang
sama dengan satu newton bekerja sepanjang enam meter dari titik
tengah.

RumusMomon Gaya (Torsi)


Momen Gaya atau sering dikenal juga dengan Torsi adalah
hasil kali antara gaya F dan lengan momennya. Torsi digambarkan
dengan lambang τ.

Secara matematis rumus momen gaya dapat ditulis sebagai berikutini :

τ=lxF

Jika antara lengan gaya l dan gaya F tidak tegak lurus maka
rumus nya dapat ditulis sebagai berikut ini :

τ = l x F sin α

Keterangan :

 τ ialah momen gaya (Nm)


 l ialah lenganNgaya (m)
 F ialah gaya (N)
 α ialah sudut antara antara lengan gaya l dan gaya F

Rumusnya :

T=rxF

T : torsi
r : vektor dari axis putaran ke titik dimana gaya bekerja
F : vektor gaya

Energi alias torsi membuat mobil bergerak dari posisi diam menjadi
bergerak. Besarnya torsi mempengaruhi kecepatan perubahan posisi
kendaraan, baik mobil atau motor, dari satu titik ke yang lainnya.

Ruang bakar mesin memiliki torsi yang berasal dari proses kompresi
campuran bahan bakar dengan udara yang menghasilkan ledakan di
silinder. Ini yang memicu piston turun sehingga menghasilkan energi
atau tenaga untuk memutar poros engkol. Tenaga ini lalu disalurkan ke
roda penggerak.

Jika ada mobil di jalan menanjak dengan muatan banyak maka beban
yang muncul terhadap roda maupun mesin akan lebih besar. Ini
dipengaruhi kemiringan jalan menanjak yang membuat gaya gravitasi
dan gaya seret (drag force) kian besar.

Dalam kondisi tersebut kendaraan butuh torsi lebih besar. Sebab, kerja
piston terjadi secara resiprokal alias bolak-bali yang memunculkan
gerak lingkar sehingga terjadi perubahan vektor. Semakin besar sudut
vektor maka perubahan gaya pun semakin besar.

2.3 IMPACT

Mesin impact dirancang dengan melakukan pengujian impact, uji


impact adalah pengujian dengan menggunakan jenis beban dinamik dan
perbedaan dari pembebanan cepat atau lambat disebut dengan beban
impact,terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi yang ini akan
diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi plastis,efek histenis,
gesekan, dan efek inersia.

2.3.1. Jenis-Jenis Mesin Impact

Secara umum macam mesin impact terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Mesin impact Charpy


Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan.
2. Mesin Impact Izod
Pengujian impact izod dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi, dan arah pembebanan searah dengan
arah tarikan.

2.3.2. Kegunaan Mesin Impact

Kegunaannya ialah merupakan suatu upaya untuk


mensimulasikan suatu kondisi operasi material yang sering ditemui
dalam perlengkapan transportasi atau kontruksi dimana beban tidak
selamanya terjadi secara perlahan lahan, melainkan datang secara tiba-
tiba. Serta alat bantu untung mengencangkan material yang yang terlihat
tidak rapat.

2.3.3. Tujuan Praktikum Impact

Pengujian impact dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat


mekanis dari logam itu sendiri sehingga praktikum dapat mengetahui
tekanan terhadap beban kejut pada berbagai temperatur dan juga dapat
mengetahui kejelasan dan keuletan logam setelah bentuk patahannya :

Yang menjadi prioritas tujuan pengujian impact, dimaksudkan agar

1. Mahasiswa mengerti tentang cara kerja impact test.


2. Mahasiswa dapat mengetahui ketahanan, kekerasan, dan keuletan.
3, Untuk memahami pengujian impact dengan metode charpy.

2.3.4. Teori Perhitungan Impact

Energi yang diserap oleh benda uji pada pengujian impak


dinyatakan dalam satuan Joule dan langsung dibaca pada skala (dial)
penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji.
Harga impak suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan
oleh :
Dimana:          

E: energi yang diserap (joule)

A: luas area penampang dibawah takik (mm2)

Sedangkan

E= P (H0 – H1)

Dimana :

P: beban yang diberikan (joule)

H0: ketinggian awal bandul (mm)

H1: ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm)

Metode Pengujian:

Berdasarkan benda uji impact, pengujian dibedakan menjadi dua jenis,


yaitu:

A. Metode Charpy
Batang uji Charpy sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar
3.1 banyak digunakan di Amerika Serikat. Sampel uji memiliki
dimensi ukuran yaitu 10 x 10 x 55 mm (tinggi x lebar x panjang).
Posisi takik berada di tengah, kedalaman takik 2mm dari permukaan
benda uji dan sudut takik 45o. Bentuk takik berupa U, V, key hole
(seperti lubang kunci).

B. Metode izod
Metode Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa. Sampel
uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10 x 10 x 75 mm (tinggi x lebar
x panjang). Posisi takik berada pada jarak 28 mm dari ujung benda
uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji dan sudut
takik 45o.

2.4 Komposit

Pada masa lalu getasnya matriks diatasi dengan menggunakan serat asbes,
sedang lembatan datar atau molekul sudah ditemukan awal abad ini. Keberadaan
alat pengujian komposit yang mana masih kurang pada beberapa percobaan tidak
dilakukan.
Pada modul komposit mahasiswa diperkenalkan metode pembuatan
komposit. Pembuatan komposit yang dilakukan memakai campuran resin sebagai
pengeras dan dicampur dengan katalis sebagai penguat. Metode yang dilakukan
yaitu pembuatan komposit matriks polymer.
Komposit terdiri dari 2 lebih yang berbeda bentuk satu kesatuan. Neton
bertulang yang bisa juga merupakan suatu komposit terdiri dari besi beton dalam
matriks beton. Selain itu badan perahu motor dan layar yang terbuat dari plastik
yang diperkuat dengan serat (FRP – Fiber Retaret Plastic) disini digunakan serat
gelas untuk pelapis bejana pemanas air gundula yang diperkuat jaringan serat
gelas.
Baja yang merupakan campuran karit dan karbida tidak dapat dianggap
sebagai komposit, sebab kedua komponen tidak terbentuk secara terpisah
merupakan paduan suatu proses tertentu. Sama halnya dengan yang dianggap
berasal dari satu tempat yaitu kilang panas. Pada percobaan komposit yang
dilakukan yaitu komposit yang terbuat dari serat gelas dan dicampur dengan
penguat.
2.4.1. Jenis-Jenis Komposit

1. Komposit matriks (polimer matriks komposit – PMC)

Komposit ini menggunakan polymer sebagai matriks penggunaannya sangat


luas dan sudah lama tersedia. Secara umum plastik dapat dibagi pada dua jenis
utama yaitu : thermoset dan termoplastik. Thermoset dapat dipakai bila diinginkan
bahan yang memiliki keadaan tahan terhadap kimi dan sifat mekanik. Sedangkan
termoplastik dapat digunakan bila diinginkan dan toleransi kegagalan lebih baik.

2. Kompsit matriks logam (metal matriks komposit – MMC)

Komposit jenis ini terdiri dari logam dan alloy sebagai matriks dan biasanya
diperkuat dengan bahan serat Kristal, partikel halus alloy sebab itu matriks nya
logam komposit ini lebih kuat dan memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi yang
lebih baik dibandingkan dengan komposit matriks polimer. Namun bahan yang
harus dikeluarkan untuk pengaduan komposit matriks logam ini sangat besar.
Pada umumnya terdapat tiga jenis matriks logam yaitu, aluminium, magnesium,
dan titanium dengan matriks tersebut dapat dikurangi.

3. Komposit hibrida
Komposit ini mempunyai kelebihan lain. Matriks ini memiliki kekuatan
tegangan dan modulus elastisitas yang lebih tinggi, ketahanan terhadap
kelembaban, kestabilan dimensi mudah disambungkan dan mempunyai modulus
elastisitas dan kesalahan yang tinggi. Suhu lebur matriks aluminium dan
magnesium lebih tinggi dari PMC. Walaupun setiap memiliki ketahanan terhadap
gesekan dan aksi dari yang lebih baik.

2.4.2. Keuntungan material komposit

Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material


komposit itu untuk dibentuk sesuai dengan mal yang diinginkan, sehingga
diperoleh bentuk yang baik (hampir sesuai dengan bentuk mal) yang kita
kehendaki. Hal ini dinamakan talang properties, dan hal ini merupakan sifat
istimewa dari komposit dibandingkan dengan material konvensional lainnya.
Komposit juga memuliki ketahanan terhadap korosi yang sangat tinggi.

Istilah komposit adalah penggabungan antara dua material atau lebih


menjadi satu paduan, secara mikroskopis sendiri bahwa material pembentuk
dalam komposit masih terlihat seperti aslinya. Hal yang berbeda dalam
penggabungan material alloy (paduan) yang material-materialpembentuknya tidak
dapat dilihat lagi. Tujuan dari penggabungan tersebut tidak hanya memperoleh
sifat aditif dari material pembentuknya, tetapi terutama untuk memperoleh sifat
sinerginya.

Untuk itu komposit yang memakai serat gelas material komposit


(paduannya) berwarna bening. Biaya yang digunakan untuk komposit ini mahal.
Yang menyebabkan material ini layak digunakan adalah untuk pembuatan badan
perahu motor. Agar badan perahu motor tersebut ringan.

2.4.3. Tujuan Komposit

Praktikum merupakan penerapan teori-teori yang pernah diberikan dalam


mata kuliah mekanika kekuatan material, serta bahan komposit oleh karena itu
pengujian dilakukan untuk sifat-sifat mekanis. Serta modifikasi atas perubahan
sifat material melalui pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap logam
tersebut sehingga data dapat menentukan logam mana yang layak dan sesuai
dengan standard pada produksi.

2.4.4. Teori Perhitungan Komposit

Fraksi Berat Serat Fraksi berat serat adalah perbandingan antara berat serat
dengan berat komposit. Semakin besar fraksi berat serat semakin bertambah
kekuatan dan kekakuan komposit. Secara umum fraksi berat serat maksimum
adalah 80% yaitu ketika tidak semua serat dikelilingi oleh matrik.
Volume Cetakan (Vc)
𝑉𝑐 = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 (2.1)
Dimana : Vc : Volume Cetakan (cm3 )
l : Lebar Cetakan (cm)
t : Tinggi Cetakan (cm)
p : Panjang Cetakan (cm)
Fraksi Berat Serat ( FW )
wf
𝐹𝑊 = × 100% (2.2)
wf +℘

Dimana : FW : Fraksi Berat Serat (%)


𝑤𝑝 : Berat epoxy (gram)
𝑤𝑓 : Berat Serat (gram)

Bab 3 Modul Praktikum

3.1 Mesin Hardness

Mesin hardnes merupakan alat uji material yang digunakan pada


proses produksi dan sudah pasti mengalami berbagai deformasi (pengaruh
gaya). Salah satu jenis deformasi yang paling sering siterima adalah penetrasi
atau penekanan sehingga nilai kekerasan material tersebut bisa berubah
tergantung dari besaran deformasi tekan yang diterima. Mesin Hardness itu
sendiri sudah jelas berfungsi yaitu untuk mengukur dan menganalisa
kekerasan pada material atau benda. Kekerasan diartikan sebagai ukuran
kemudian dan kualitas khusus yang menunjukan suatu yang mengacu pada
ukuran kekerasan, yang tergantung pada cara melakukan pengujian.

3.1.1. Spesimen Praktikum dan alat praktikum

1. Mesin Hardness
Gambar 3.1.Mesin Hardness

2. Tabel pengukur tekanan

Gambar 3.2 Tabel pengukur Tekanan

3. Hardness Conversion Tabel


Gambar 3.3 Hardness Conversion Tabel

4. Spesimen Alumunium

Gambar 3.4 Spesimen Almunium

5. Spesimen Baja lunak

Gambar 3.5Gambar Spesimen Besi

6. Bagian – bagian mesin Hardness


Gambar 3.6 Gambar fungsi Bagian – bagian Mesin Hardness

3.1.2. Langkah Kerja Praktikum

Prosedur yang dilakukan / dilakukan adalah :

1. Asisten memberitahukan kepada para praktikum bahwa benda uji dan


alat uji material yang digunakan pada proses produksi dan sudah pasti
mengalami berbagai deformasi (pengaruh gaya).

2. Mengukur specimen ( benda uji ) terlebih dahulu.

3. Setelah mengukur maka di dapat : Panjang, Lebar , Dan Tinggi

4. Melakukan metode brinell,vikers, moyer, rokwell, Micro Hardness

5. Memulai pengukuran sesuai ketahan suatu material

6. Untuk kekuatan alat uji dapat dilihat hasilnya pada hasil pengukuran
yang terlihat pada hasil akhir

7. Melepaskan benda kerja secara perlahan agar alat uji tidak mengalami
kerusakan
8. Setelah para peserta praktikum selesai mengukur kekuatan material
dapat kembali merapikan alat dan benda kerja lalu mematikan mesin
kedalam bentuk semula.

3.1.3. Keselamatan Kerja

Adapun keselamatan kerja dalam praktikum Hardness adalah


sebagai berikut:
1. Membaca modul terlebih dahulu untuk memulai praktikum agar
terhindar dari kesalahan permukaan alat uji.
2. Menggunakan perlengkapan sesuai standart untuk memulai
praktikum.
3. Lebih memperhatikan standart oprasional prosedur pada praktikum
hardness.
4. Alat perlindungan diri harus yang berstandart.
5. Focus pada praktikum dan pada melakukan pengujian yang akan
dilakukan agar tidak mengalami cedera atau menjauhkan anggota
tubuh dari alat uji dan benda uji.

3.1.4. Analisa data praktikum (studi kasus hardness)

Dimensi spesimen Hasil


pengamatan
N Bahan Tipe
o spesimen sudu Temp
t eratur Keadaan Keadaa
P L t p/2 e awal n akhir
1 Mild 45º 55,85 6,39 6,28 27,92 32,8ºc 130º 105º
steel mm mm mm mm
2 Mild 45º 55,59 5,87 5,87 27,29 32,8ºc 130º 100º
steel mm mm mm mm
3 Mild 45º 60,45 6,78 30,22 30,22 93ºc 130º 12º
steel mm mm mm mm

1. Dit : HRA = 75,1


Maka nilai
HRC = 48,8 (interpolosi)

A= 74,7 D= 48,0
B= 75,1 E= .....?
C=75,2 F= 49,0

E= D+( F−D ( C−A


B− A
)

= 48,0+(49,0-48,0 ( 75,1−74,7
75,2−74,7 )

= 48,0+(1 ( 0,4
0,5 )
= 48,0+0,8
= 48,8

2. Dik : HRA = 77,2


Maka nilai
HRC = 52,7 (interpolosi)

A= 76,8 D= 52,0
B= 77,2 E= .....?
C= 77,4 F= 53,0

E= D+( F−D ¿

= 52,0+(53,0-52,0 ( 77,2−76,8
77,4−76,8 )

= 52,0+(1 ( 0,4
0,6 )
= 52,0+0,7
= 52,7

3. Dik : HRA = 76,5


Maka nilai
HRC = 51,4 (interpolosi)

A= 76,5 D= 51,0
B= 76,5 E= .....?
C= 76,8 F= 52,0

E= D+( F−D ( C−A


B− A
)

= 51,0+(49,0-48,0 ( 76,5−76,3
76,8−76,3 )

= 51,0+(1 ( 0,2
0,5 )
= 51,0+0,4
= 51,4
Mencari nilai HRC
 Pada Spesimen Torsi
1. Dik= HRA= 73,6
Maka nilai
HRC = 46,0 (Sudah Ada Pada Tabel)
2. Dik= HRA= 74,7
Maka nilai
HRC = 48,0 (Sudah Ada Pada Tabel)
3. Dik : HRA = 75,0
Maka nilai
HRC = 48,6 (interpolosi)

A= 74,7 D= 48,0
B= 75,0 E= .....?
C= 75,2 F= 49,0

E= D+( F−D ( C−A


B− A
))

= 48,0+(49,0-48,0 ( 75,1−74,7
75,2−74,7 )
)

= 48,0+(1 ( 0,3
0,5 )
)

= 48,0+0,6
= 48,6

3.2Mesin Impact

Mesin Impact Charpy


Mesin uji ini berfungsi melakukan pengujian impact dengan metode
cherfy yang menggunakan ayunan dan spesimen di pasang sebagai tumpuan.

Dengan spesifikasi:

 Perduluan energy :0,5-5 J


 Rising angle :160º
 Perduluan moment :380º
 Dial seak :0,5 J/PL = 0,258Nm
 Carner demensian of striking edge :30º
 Speomm :pleopory Ian 150-1000

-Mesin uji impact izod

Mesin ini berfungsi untuk melakukan pengujian impact dengan metode


izod yang pada metode ini spesifikasi di spat pada salah satu ujungnya, sedangkan
yang lain di tumpukan pada ujung-ujung yang lain diharapkan pada ujung yang
kain namun pengujian model ini jarang digunakan karena di anggap tidak efisien
di bandingkan metode ckorpy.

Dengan spesifikasi

 Perduluan energy : 0,05 J


 Perduluan moment : 3,5 m/s
 Mm.division velve of seale : 322 mm
 Impact veloary : 160
 Impact center distance : 322 mm
 Angle of pastalalam : 160
 Dimensions : 300x x 400 x 700 mm
 Weight : 80 Kg
 Distance between edge : 32 mm

-Kegunaan (Kemampuan)
Kegunaan mesin impact pada praktikum ini sebagai alat pengujian impact
pada logam tertentu agar kita mengetahui sifat-sifat dari setiap logam dan bahan
yang digunakan logam tersebut, juga agar diketahui ketahanan sebuah logam jika
diberikan beban dan di operasikan pada suhu tertentu.

3.2 Mesin Torsi

Mesin torsi adalah suatu alat yang dirancang untuk mengukur seberapa
besar gaya puntir yang dapat dilakukan saat kita melakukan pengujian dari suatu
alat. Jika merujuk pada kamus umum Wikipedia torsi diketahui sebagai salah satu
istilah dalam disiplin ilmu fisika. Torsi bisa dimaknai sebagai gaya rotasional.
Torsilah yang membuat benda berputar terhadap porosnya. Benda akan berhenti
jika ada usaha melawan torsi dengan besar yang sama secara berlawanan.

3.2.1. Spesimen praktikum dan alatpraktikum

1. Spesimen 1 Uji Torsi


Gambar 3.7Spesimen 1 Uji Torsi

2. Spesimen 2 Uji Torsi

Gambar 3.8Spesimen 2 Uji Torsi

3. Spesimen 1 setelah di uji

Gambar 3.9Spesimen 1 setelah di uji dengan Mesin Torsi


4. Spesimen 2 setelah di uji

Gambar 3.10 Spesimen 2 setelah di uji dengan Mesin Torsi

5. Pengikat benda yang akan di uji

Gambar 3.11 Pengikat Benda yang akan di uji

6. Indikator angka pengukur

Gambar 3.12Indikator Angka Pengukur

Dinamo Mesin Torsi


Gambar 3.13Dinamo Mesin Torsi

7. Tempat Uji Benda

Gambar 3.14Tempat Uji Benda

8. Kunci L

Gambar 3.15Kunci L

3.2.2. Langkah kerja praktikum

Berikut langkah kerja pada praktikum Torsi :

1. Mempersiapkan peralatan dan specimen yang akan dilakukan pengujian


torsi
2. Mengukur specimen (panjang diameter) yang terbuat dari baja lunak dan
kuningan
3. Menghidupkan alat uji torsi
4. Memasang benda kerja kealat uji dan mengencangkan baut pada alat uji
torsi
5. Menghidupkan mesin untuk memutar specimen sampai terjadi puntiran
pada benda kerja dan mematikan mesin jika benda kerja terlihat
puntirannya
6. Mencatat hasil sudut yang terjadi pada alat uji torsi dan mereset kembali
ke 0
7. Melakukan hal yang sama pada benda kerja yang satunya lagi
8. Setelah selesai, membersihkan peralatan dan sekitar alat uji torsi
9. Menganalisa data yang telah tercatat dari uji torsi tersebut.

3.2.3. Keselamatan kerja

Adapun hal yang harus diperhatikan saat melakukan praktikum ini agar
terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan yaitu :

1. Memakai peralatan yang aman (safety)


2. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang ada
3. Tidak bermain – main pada saat praktikum berlangsung
4. Tidak memegang poros putaran pada saat mesin uji beroperasi
5. Menjauhkan peralatan kerja ditempat uji torsi dan meletakkannya ditempat
yang aman
6. Setelah selesai praktikum, kumpul dan menyerahkan kembali alat atau
peralatan uji torsi
7. Meninggalkan ruangan praktikum dengan keadaan bersih

3.2.4. Analisa data praktikum (studikasus torsi)

Momen torsi (N.m)


T = = θ = Ip

1. Momen torsi untuk specimen d= 6mm


Dik = T = 41,9040Gpa
t = 49°
Ip = 12717 x 10−10 m4
Dit = T… ?
Jwb :
T = . t .Ip
= (41,9045Gpa) (49° ) (1,2717 x 10−10 m 4)
= 2,611 x 10−7 N.m

2. Momen torsi untuk specimen d = 8mm


Dik = = 80,70576Gpa
t = 68°
Ip = 4,0192 x 10−10 m 4
Dit = T…?

Jwb :
T = . t .Ip
= (80,70376Gpa) (68° ) (4,0192 x 10−10 m 4)
= 2,611 x 10−6 N.m

Adapun radian dari benda specimen :


π .θ
rad =
180°

1. Radian untuk specimen d = 6 mm


Dik = π = 3,14
θ = 49°
Dit = dalam rad…?

Jwb :
π .θ
rad =
180°

(3,14)(49 °)
=
180 °

= 0,8552 rad
2. Radian untuk specimen d = 8 mm
Dik = π = 3,14
θ = 68°
Dit = dalam rad…?
Jwb :
π .θ
rad =
180°

(3,14)(68 ° )
=
180 °

= 1,18682 rad

Adapun momen inersia puntir dan penampang luas suatu kounstanta untuk
penampang luas tertentu dengan luas :
4
π .d
I =
32
1 Inersiarolor specimen d = 6 mm
Dik = d = 6 mm = 6 x 10−3 m
π = 3,14
Dit =Ip…?

Jwb :
4
π .d
Ip =
32

= (3,14) ¿ ¿

= 1,2717 x 10−3 m4

2 Inersiarolor specimen d = 8 mm
Dik = d = 6 mm = 8 x 10−3 m
π = 3,14
Dit =Ip…?

Jwb :
π . d4
Ip =
32

= (3,14) ¿ ¿

= 4,0192 x 10−3 m4

Momenpuntir

θ .. π
Np =
L

1. Momenpuntir specimen d = 6 mm
Dik = θ = 49°
= 41,9048Gpa
Ip = 1,2717 x 10−10 m 4
L = 100 mm = 0,1 m
Dit =Mp…?

Jwb :
θ .. π
Mp =
L

= (49° ) (41,9048 Gpa) (1,2717 x 10−10 m4)

2,611 x 10−7
=
0,1
= 2,611 x10−5

2. Momenpuntir specimen d = 8 mm
Dik = θ = 68°
= 80,70376Gpa
Ip = 4,0192 x 10−10 m 4
L = 100 mm = 0,1 m
Dit =Mp…?

Jwb :
θ .. π
Mp =
L

= (68° ) (80,70376 Gpa) (4,0192 x 10−10 m 4)


−6
2,205 x 10
=
0,1

= 2,205 x10−5

Teganganpuntir

Mp
Tp =

1. Teganganpuntir specimen d = 6 mm
Dik = Mp = 2,611 x 10−5
Wp = 4,239 x 10−8 m3
Dit =Tp…?

Jwb :
Mp
Tp =

2,611 x 10−5
=
4,239 x 10−8

= 6,159 x10−14

2. Teganganpuntir specimen d = 8 mm
Dik = Mp = 2,205 x 10−5
Wp = 1,0048 x 10−7
Dit =Tp…?

Jwb :
Mp
Tp =

2,205 x 10−5
=
1,0048 x 10−7

= 2,194 x10−12
3.3 Mesin impact

Mesin impact dirancang dengan melakukan pengujian impact, uji impact


adalah pengujian dengan menggunakan jenis beban dinamik dan perbedaan dari
pembebanan cepat atau lambat disebut dengan beban impact,terjadi proses
penyerapan energi yang besar dari energi yang ini akan diubah dalam berbagai
respon material seperti deformasi plastis,efek histenis, gesekan, dan efek inersia.

3.3.1. Spesimen Praktikum Dan Alat Praktikum

1. Spesimen yang akan di uji

Gambar 3.16 Spesimen yang akan diuji

2. Spesimen setelah dilakukan pengujian

Gambar 3.17Spesimen setelah dilakukan pengujian

3. Kompor pemanas spesimen

Gambar 3.18 Kompor pemanas spesimen


4. Alat pendeteksi temperatur

Gambar 3.19Alat pendeteksi temperatur (suhu)

5. Alat uji Impact

Gambar 3.20 Alat uji Impact

6. Jangka sorong

Gambar 3.21 Jangka sorong


7. Mesin uji Impact Izod

Gambar 3.22 Mesin uji Impact Izod

8. Mesin uji Impact Charpy

Gambar 3.23 Mesin uji Impact Charpy


3.3.2. Langkah Kerja Praktikum

Prosedur yang dilakukan / dilakukan adalah :


1. Asisten memberitahukan kepada para praktikum bahwa benda uji
adalah baja karbon rendah.
2. Mengukur specimen ( benda uji ) dengan menggunakan sigmat.
3. Setelah mengukur maka di dapat :
a. Spesimen : - panjang
- Lebar
- Tinggi
4. Melakukan metode impact dengan menggunakan metode charpy.
5. Mencoba anjuran atau perhitungan harus atau tidak.
6. Meletakkan benda uji pada mesin impact, sehingga benda uji dapat
berada di tengah tengah.
7. Pengujian dilakukan dengan temperature 25° .
8. Melepaskan benda tiba tiba dengan meletakkan tuas pangkal
bandul,kemudian benda itu akan terjatuh dan mengarah benda uji
sehingga benda uji patah.
9. Melihat sudut yang akan tertekan pada sama mesin charpy tetapi
anjuran baut dari benda harus di rem tepat waktu.

3.3.3. Keselamatan Kerja

Adapun keselamatan kerja dalam praktikum Hardness adalah


sebagai berikut:
6. Membaca modul terlebih dahulu untuk memulai praktikum agar
terhindar dari kesalahan permukaan alat uji.
7. Menggunakan perlengkapan sesuai standart untuk memulai
praktikum.
8. Lebih memperhatikan standart oprasional prosedur pada praktikum
hardness.
9. Alat perlindungan diri harus yang berstandart.
10. Focus pada praktikum dan pada melakukan pengujian yang akan
dilakukan agar tidak mengalami cedera atau menjauhkan anggota
tubuh dari alat uji dan benda uji.

3.3.4. Analisa data praktikum

Pada spesimen impact


1. Dit : HRA = 75,1
Maka nilai
HRC = 48,8 (interpolasi)
A= 74,7 D= 48,0

B= 75,1 E= ....?

C= 75,2 F= 49.0

E= D + ¿

= 48,0 + ¿

= 48,0 + ¿

= 48,0 + 0,8

=48,8

2. Dik =HRA = 77,2


Maka nilai
HRC = 52,7 (interpolosi)
A= 76,8 D= 52,0
B= 77,2 E= ......?
C= 77,4 F= 53,0

E= D+(F-D ¿
= 52,0 + (53,0 – 52,0 ( 77,2−76,8
77,4−76,8 )

= 52,0 +(1 ( 0,4


0,6 )
= 52,0 + 0,7

= 52,7

3. Dik =HRA = 76,5


Maka nilai
HRC = 51,4 (interpolosi)
A = 76,5 D = 51,0
B = 76,5 E = .....?
C = 76,8 F = 52,0
E= D + ¿

= 51,0 + (52,0 – 51,0 ( 76,5−76,3


76,8−76,3 )

= 51,0 +(1 ( 0,2


0,5 )
= 51,0 + 0,4
= 51,4

Mencari nilai HRC

1. Dik = HRA = 73,6


Maka nilai
HRC = 46,0 (Sudah ada pada tabel)
2. Dik = HRA = 74,7
Maka nilai
HRC = 48,0 (Sudah ada pada tabel)
3. Dik = HRA = 75,0
Maka nilai
HRC = 48,6 (Interpolasi)
A = 74,7 D = 48,0
B = 75,0 E = ......?
C = 75,2 F = 49,0
E= D + (F−D
B− A
C− A (
) )
= 48,0 + ( 49,0−48,0 ( 75,1−74,7
75,2−74,7 )
)

= 48,0 + (1 ( 0,3
0,5 )
)

= 48,0 + 0,6

=48,6
3.1.1. Spesimen Praktikum dan alat praktikum

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Praktikum Mekanika Kekuatan Material dilaksanakan sebagai persyaratan
yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam perkuliahan.
2. Pada Praktikum uji Torsi dilakukan untuk mengetahui nilai gaya Puntir
pada setiap Spesimen.
3. Mengetahui tingkat Keuletan suatu material yang akan digunakan dalam
perancangan.
4. Pada Praktikum uji Impact bertujuan untuk mengetahui titik batas
Kelelahan suatu material.
5. Dalam Pengeujian Impact terdapat dua metode, yaitu :
1. Metode Cherfy
2. Metode Izad
6. Dalam pengujian Tensile dapat mengetahui perhitungan tentang kekuatan
suatu material.
7. Pengujian tensile dilakukan untuk mengetahui sifat Ketahanan dari bahan
tersebut.
8. Dari perhitungan Tensile Skala efektif memastikan hasil tes yang akurat
9. Pengujian hardness dilakukan untuk mengetahui karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh logam yang akan diuji.
10. Dalam pengujian hardness terdapat lima metode pengujian, yaitu :
a. Metode Brinell
b. Metode Rockwell
c. Metode Micro
d. Metode moyer
e. Metode vikers
4.2 Saran
1. Dalam melakukan praktikum harus memahami dasar teori tentang
Mekanika Kekuatan Material.
2. Praktikum harus mengikuti arahan dari asisten lab yang bersangkutan agar
tidak terjadi hal yang tidakdiinginkan.
3. Perlunya diadakan penambahan dan perbaikan alat praktikum.
4. Perlunya meningkatkan kedisiplinan dalam praktikum seperti disiplin
dalam waktu.
5. Diharuskan menggunakan perlengkapan Keselamatan Kerja dan alat
pelindung diri.
DAFTAR PUSTAKA

Zuchry M., 2012 “Mekanika Teknik” Universitas Tadulako, Palu.

http://www.academica.edu/2719429/Mekanika_Teknik.com Diakses pada tanggal


25 Juli 2020 Pukul 19.00 WIB.

Ismail, 2012. “Rancang Bangun Mesin Uji Impak Charpy”.

http://eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf).com Diakses
pada tanggal 25 Juli 2020 Pukul 16.00 WIB.

Ramdan, 2012. “Laporan Praktikum Uji Tarik dan Uji Impak”.

https://www.academia.edu/8960096/
laporan_praktikum_uji_tarik_dan_uji_impact_jurusan_pendidikan_teknik_mesin.
com Diakses pada tanggal 26 Juli 2020 Pukul 13.00 WIB.

Anrinal, 2013. “Bahan Ajar Metalurgi Fisik”.

http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi%20Fisik/Materi
%20Ajar%20(Pdf-Version.com Diakses pada tanggal 27 Juli 2020 Pukul 19.00
WIB.

Dani, 2010. “Uji Impact”.

[1] Achmad, Zainun. 1999. Elemen Mesin 1, Bandung : PT. RefikaAditama.

[2] Daniel A Brant. 1985. Metallurgy Fundamentals, Industrrial


Technology Division western Wisconsien Technical Institute. South
HollandIllinois.

[3] Daryanto. 1997. Fisika Teknik, Jakarta : PT. RinekaCipta.

[4] Tim Laboratorium Uji Bahan dan Metrologi 2015. Jobsheet Uji Kekerasan,
Badung,Bali,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali

[5] John E Neely. 1984. Practical Metallurgy and Material of Industry.


SecondEdition.

[6] Khurmi, R.S dan J.K. Gupta. 1982. A Text Book of Machine Design, New
Delhi : Eurasia Publishing HouseLtd.

Firdaus, T. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Arus dan Tegangan


Listrik Bolak-Balik untuk SMA/MA Kelas XII Menggunakan Program
Spreadsheet. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 2(2), 197-203

Jonatan dkk. (2010). Modul C Uji Puntir.Laboratorimu Metalurgi Fakultas


TeknikMesin dan Diargantara ITB.

Kristiyanto R. Dkk. (2010). Praktikum Fisika Dasar M-10 Modulus Puntir.


TeknikIndustri FakultasTeknologi Industri UMB.

Anda mungkin juga menyukai