Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.

19, Nomor 1, Maret 2013

ANALISIS STANDAR ISI BAHASA INGGRIS SMP DAN SMA

(ANALYSIS OF CONTENT STANDARDS FOR ENGLISH IN JUNIOR SECONDARY


SCHOOL AND SENIOR SECONDARY SCHOOL)

Mutiara O Panjaitan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Jl. Gunung Sahari Raya No 4A, Jakarta
Pusat e-mail: mutiara_op@yahoo.co.id

Diterima tanggal: 3/11/2012; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 26/11/2012; Disetujui tanggal:
8/02/2013

Abstrak: Tujuan analisis ini yaitu untuk menganalisis: 1) Efisiensi rumusan standar kompetensi
dan kompetensi dasar; 2) Keterbacaan standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3) Kejelasan
ruang lingkup materi; 4) Tingkat kesulitan standar kompetensi dan kompetensi dasar; 5)
Penggunaan istilah linguistik pada rumusan kompetensi; dan 6) Gradasi masing-masing
genre. Analisis dilakukan dengan mengacu pada teori bahasa yang dipaparkan yang digunakan
sebagai landasan pengembangan standar isi tersebut. Hasil analisis sebagai berikut: Pertama,
pemisahan tindakan reseptif dan produktif menyebabkan banyak pengulangan dalam merumuskan
standar kompetensi dan kompetensi dasar; Kedua, pengelompokan standar kompetensi dan
kompetensi dasar menurut keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis) cenderung dipahami guru sebagai empat keterampilan berbahasa yang
terpisah; Ketiga, kompetensi linguistik disebutkan dengan kata-kata “keakuratan, keberterimaan,
dan kelancaran” tanpa spesifikasi lingkup materi yang perlu dicakup sehingga menimbulkan
multitafsir; Keempat, tingkat kesulitan kompetensi di atas kemampuan rata-rata peserta didik
Sekolah Menengah Pertama; Kelima, rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar
banyak menggunakan istilah linguistik cenderung teoretis sehingga guru sulit menjabarkannya;
Keenam, tidak terlihat gradasi kesulitan masing-masing genre.

Kata kunci: bahasa Inggris, kurikulum, kompetensi komunikatif, sekolah menengah, genre,
dan teks

Abstract: The purpose of this paper is to analyze: 1) The efficiency of formulation of competence
standards and basic competence; 2) Readability of competence standards and basic competence;
3) Clarity of Scope of material; 4) The degree of difficulty of competence standards and basic
competence, 5) The use of linguistic terms on competence standards and basic competence,
and 6) Gradation of each genre. The analysis was done with reference to the theory of language
presented in this paper which is also used as the basis for the development of content standards.
The results showed that: First, separation of receptive and productive competence caused a lot
of repetition in formulating competence standards and basic competence; Second,
competence standards and basic competence grouping according to language skills (listening,
speaking, reading, writing) tend to be understood by teachers as a separate four language
skills; Third, linguistic competence is mentioned with the words “accuracy, acceptance and
fluency” without specification that need to be covered so that raises multiple interpretations;
Fourth, The difficulty level of competence is above the ability of average junior high school
students; Fifth, the formulation of competence standards and basic competence use so many
linguistic terms that tend to be theoretical that teachers difficult to interpret it; Sixth, there is
no gradation of each genre.

Keywords: English language, curriculum, communicative competence, secondary school, genre,


and text

1
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Pendahuluan
mandiri, khususnya Silabus dan Rencana
Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
pembangunan dunia pendidikan nasional yaitu
Bahasa Inggris, baik sekolah menengah pertama
kebijakan mengenai kurikulum, karena kebijakan
(SMP) maupun sekolah menengah atas (SMA).
ini menjadi dasar bagi pelaksanaan proses pem-
Pada kedua dokumen tersebut bila ditelaah
belajaran di setiap satuan pendidikan. Dengan
secara seksama, ditemukan bahwa: 1) masih
demikian, sistem pendidikan nasional harus
banyak guru yang mengajarkan keterampilan
mampu menghasilkan kurikulum yang berpotensi
berbahasa secara terpisah; 2 ) kegiatan
menciptakan kehidupan yang damai, cerdas,
pembelajaran kurang menunjukkan keterpaduan
demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat
keterampilan- keterampilan berbahasa yang
meningkatkan kesejahteraan warga negara
berdampak pula pada penilaian keterampilan
Indonesia.
bahasa yang juga berdiri sendiri; 3) tugas-tugas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
yang diberikan cenderung dalam konteks kelas
20 , Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
yang seharusnya konteks dunia sehari-hari di
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
mana bahasa target banyak digunakan; 4) bentuk
Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar
teks yang diajarkan kurang bervariasi. Kondisi
Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa
lainnya, kemampuan guru menerjemahkan
penyusunan kurikulum merupakan tanggung
Standar Isi sangat beragam di berbagai jenis dan
jawab setiap satuan pendidikan. Kurikulum yang
jenjang satuan pendidikan, begitu juga di setiap
dikembangkan oleh satuan pendidikan disebut
daerah baik provinsi maupun kebupaten/kota.
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Keragaman kemampuan tersebut tentunya akan
(KTSP). Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
berdampak pada keragaman kualitas penye-
pendidikan dikembangkan mengacu pada Standar
lenggaraan proses pembelajaran sehingga akan
Nasional Pendidikan ( SNP) yang memuat
berdampak pula terhadap capaian belajar peserta
kompetensi bahan kajian dan kompetensi mata
didik.
pelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik Standar Isi (SI) merupakan acuan utama bagi
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
satuan pendidikan dalam mengembangkan
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan
kurikulum di samping standar kompetensi lulusan
Nasional berkewajiban menentukan standar-
(SKL). Standar isi adalah ruang lingkup materi
standar minimal yang harus dipenuhi oleh satuan
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
pendidikan. Terdapat delapan standar yaitu:
mencapai kompetensi lulusan minimal pada
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
jenjang dan jenis pendidikan tertentu; memuat
Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kepen-
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
didikan, Standar Penilaian, Standar Sarana dan
( KD) untuk setiap mata pelajaran. Namun,
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar
mengembangkan kurikulum berdasarkan SK dan
Pendanaan. Pengembangan lebih jauh terhadap
KD tersebut tidaklah mudah bagi guru. Dalam
standar-standar tersebut diserahkan kepada
pertemuan-pertemuan formal dan informal penulis
daerah/satuan pendidikan masing-masing sesuai
banyak mendengar keluhan guru bahasa Inggris
peraturan yang berlaku. Bagaimana standar-
yang kurang memahami SI.
standar tersebut diterjemahkan menjadi Berbagai kalangan pendidikan juga me-
kurikulum, diserahkan kepada satuan pendidikan nyuarakan hal yang lebih kurang sama, yaitu
bersangkutan. adanya berbagai permasalahan dan kesulitan
Dalam implementasi kebijakan tersebut, hasil
yang dihadapi guru terkait dengan pemahaman
pengalaman penulis dalam melakukan bantuan
SI serta implementasinya. Di samping itu,
teknis profesional bagi Tim Pengembang
dipertanyakan pula, antara lain relevansi bahasa
Kurikulum (TPK) kabupaten/kota pada tahun
Inggris dengan kebutuhan komunikasi peserta
2009-2012 di beberapa provinsi menunjukkan
didik sehari-hari, penguasaan bahasa Inggris guru
bahwa masih banyak satuan pendidikan yang
yang rata-rata belum memadai untuk menjadi
belum mampu mengembangkan dan menyusun
model pengguna maupun pembelajar bahasa
KTSP secara

2
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Inggris, dan fasilitas serta sumber belajar yang


untuk mencapai tujuan dan memecahkan
rata- rata juga kurang memadai untuk men-
masalah. Dengan bahasa, manusia bukan hanya
ciptakan suasana belajar yang kondusif. Dengan
dapat bertahan hidup, beradaptasi dengan
hanya berbekal rumusan-rumusan SK dan KD
lingkungan, tetapi juga memungkinkan manusia
dalam SI, guru yang pada umumnya belum
dapat berhubungan dengan orang lain tanpa
memahami kurikulum dituntut untuk
dibatasi ruang dan waktu. Bahasa juga me-
menghasilkan KTSP. Dampaknya yaitu adanya
mungkinkan manusia berhubungan dengan masa
kesenjangan yang sangat lebar antara SI dengan
depannya, yaitu merencanakan tindakan serta
penerapannya dalam kurikulum. Bahkan, TEFLIN
menyusun strategi. Oleh karena itu, tidak
sebagai asosiasi pengajar bahasa Inggris terbesar
berlebihan jika bahasa dipandang sebagai suatu
di negeri ini menengarai adanya ‘malpraktik’
sumber kekuatan (language is power) (Fairclough,
pembelajaran sebagai akibat dari kesenjangan ini
1989; Young and Fitzgerald, 2006).
(Hasil FGD TEFLIN, 2011 , dalam Pusat
Pandangan tersebut dapat dijadikan sebagai
Kurikulum dan Perbukuan, 2011).
dasar mendefinisikan peran bahasa Inggris dalam
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, kurikulum, yaitu sebagai alat bagi peserta didik
timbul pertanyaan-pertanyaan, antara lain: 1) Apa untuk melaksanakan berbagai fungsi yang
yang terjadi dengan rumusan SK dan KD mata diperlukan guna peningkatan kecerdasan dan
pelajaran Bahasa Inggris SMP dan SMA pada kreativitas, penanaman nilai-nilai karakter dan
Standar Isi? 2) Apakah perumusannya komu- semangat nasionalisme. Teori bahasa yang
nikatif? 3) Apakah rumusannya mudah dipahami? memerikan fungsi bahasa secara komprehensif
4) Apakah tingkat kesulitan SK dan KD sudah yaitu teori bahasa fungsional sistemik (systemic
sesuai untuk peserta didik? 5) Apakah SK dan KD functional linguistics) yang dipelopori oleh M.A.K.
mudah dijabarkan; 6 ) Apakah ada gradasi Halliday (1994).
(pembeda cakupan) untuk masing-masing genre? Menurut Halliday (1994) bahasa adalah suatu
Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan sistem untuk mengkomunikasikan makna, dapat
tersebut salah satu yang dilakukan perlu berupa gagasan, pendapat, perasaan, pikiran,
pengkajian terhadap SK dan KD mata pelajaran fakta, dan lain-lain. Dengan berbahasa, makna
Bahasa Inggris SMP dan SMA yang ada pada direalisasikan dalam bentuk ‘teks’, yang
Standar Isi (SI) ditinjau dari teori bahasa yang didefinisikan Halliday (1985) sebagai produk
berkembang sekarang ini yang juga digunakan bahasa yang berfungsi melaksanakan suatu
sebagai landasan teori dalam mengembangkan pekerjaan di dalam suatu konteks situasi nyata.
Standar Isi mata pelajaran bahasa Inggris, Menurut pandangan ini, pengembangan kom-
sehingga diperoleh masukan yang dapat di- petensi komunikatif dapat dilaksanakan melalui
gunakan untuk perbaikan kurikulum mata pembelajaran berbagai jenis teks yang berguna
pelajaran Bahasa Inggris. Dengan demikian, bagi kehidupan nyata peserta didik. Dengan
tujuan analisis ini yaitu untuk menganalisis: 1) demikian, kegiatan berkomunikasi dapat dilihat
Efisiensi rumusan standar kompetensi (SK) dan sebagai rangkaian proses pemahaman dan
kompetensi dasar (KD); 2) Keterbacaan SK dan pengungkapan makna dengan menggunakan
KD; 3) Kejelasan Ruang Lingkup materi; 4) teks-teks, yang dalam kegiatan sehari-hari dapat
Tingkat kesulitan SK dan KD; 5) Penggunaan diwujudkan secara lisan (berbicara dan menyimak)
istilah linguistik pada rumusan kompetensi; dan secara tertulis (menulis dan membaca).
dan 6) Pembeda cakupan (gradasi) masing-masing
Dengan pandangan bahasa seperti itu,
genre. Halliday menekankan satu hal mendasar, bahwa
apa pun cara dan media yang dipakai untuk
Kajian Literatur
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa,
Kompetensi berbahasa
kegiatan tersebut pasti melibatkan penggunaan
Bahasa adalah alat untuk mencapai berbagai
kata-kata dan cara merangkainya, karena teks
tujuan dan menyelesaikan berbagai masalah
memang terbentuk dengan cara demikian. Kata-
dalam kehidupan nyata (Vygotsky, 1978, 1986).
kata yang akan digunakan perlu dipilih secara
Bahasa dipandang sebagai alat yang paling efektif
hati-

14
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

hati untuk dapat mengungkapkan makna yang


secara keseluruhan di kancah pergaulan
dimaksud secara tepat. Makna adalah tindakan
internasional, karena itu tujuan mata pelajaran
dalam bentuk kata-kata (Halliday (1985; 1994).
Bahasa Inggris perlu diarahkan bukan hanya pada
Di samping itu, pengguna bahasa sering kali harus
pengembangan kemampuan dan keterampilan
menentukan struktur tertentu yang dapat
berkomunikasi, tetapi lebih luas lagi, yaitu
digunakan dari sekian banyak kemungkinan yang
pengembangan kemampuan dan keterampilan
ada. Di dalam bahasa Inggris proses ini disebut
berpikir dan bernalar, serta penanaman nilai-nilai
Halliday sebagai proses wording, yakni suatu
karakter agar menjadi bangsa yang bermartabat.
sistematika yang mengatur penggunaan dan
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Inggris
penyusunan kata-kata. Aturan yang digunakan di
seharusnya bukan untuk mengajarkan penge-
dalam proses inilah yang biasa disebut dengan
tahuan tentang bahasa semata, tetapi meng-
istilah grammar (Halliday, 1994).
ajarkan kemampuan melaksanakan berbagai
Sejak kurikulum pada masa awal kemer-
tindakan dengan menggunakan bahasa Inggris
dekaan sampai kurikulum yang sekarang berlaku
sebagai alat utamanya, dalam rangka melak-
Bahasa Inggris ditetapkan sebagai mata pelajaran
sanakan hubungan sosial dengan lingkungan
wajib di SMP dan SMA di Indonesia. Pandangan
sekitar. Kemampuan tersebut biasa disebut
yang kuat oleh para pengambil kebijakan
dengan istilah kemampuan komunikatif yang
pendidikan di negeri ini bahwa penguasaan
diharapkan dapat memberikan sumbangan
Bahasa Inggris mutlak diperlukan agar bangsa
terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Indonesia dapat sejajar, atau bahkan bersaing,
Penguasaan suatu bahasa terjadi dalam
dengan berbagai bangsa di dunia di berbagai
suasana pemerolehan (acquisition) yang alami,
bidang kehidupan- Ilmu pengetahuan dan
yang dimulai dari penguasaan bahasa lisan
teknologi ( iptek), pendidikan, perekonomian,
menuju ke bahasa tulis, dari tingkat sederhana
politik, sosial, budaya, dan pertahanan. Kenyataan
ke tingkat yang lebih rumit. Alasannya, bahasa
menunjukkan bahwa Bahasa Inggris merupakan
tulis bisa berkembang jika bahasa lisan telah
bahasa internasional yang memiliki paling banyak
dikuasai ( Vygotsky, 1986 ). Demikian halnya
penutur bukan penutur asli yang tersebar di
dengan belajar Bahasa Inggris yang dimulai pada
seluruh dunia. Menurut Graddol dalam H.S.,
penguasaan bahasa lisan menuju ke bahasa tulis.
Gunadi (2009) di digunakan hampir di semua
Pertimbangan ini berimplikasi pada penekanan
bidang kehidupan, yang memungkinkan berbagai
bahasa lisan di kelas VII SMP dan semakin
bangsa di dunia ini untuk saling berhubungan dan
meningkat ke penekanan bahasa tulis di kelas XII
bekerja sama untuk mencapai kedamaian dan
SMA. Gradasi ini muncul dalam komunikasi
kesejahteraan bersama.
interpersonal, transaksional maupun fungsional
Bahasa Inggris dianggap sebagai tolok ukur
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.
pencapaian individu maupun bangsa Indonesia

Lisan Tul

Gambar 1. Ilustrasi gradasi


Interpersonal komunikasi bahasaFungsional
Transaksional lisan ke bahasa tulis

14
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Peserta didik belajar bahasa Inggris untuk


Model kompetensi pada Gambar 2 meng-
pertama kali ketika duduk di SMP. Berdasarkan
gambarkan bahwa kompetensi komunikatif
uraian tentang konsep kompetensi berbahasa di
sebagai sebuah segitiga yang melingkupi sebuah
atas, maka rumusan kompetensi dalam SK dan
lingkaran dan pada saat yang sama juga dilingkupi
KD bahasa Inggris di kelas awal SMP lebih
oleh sebuah lingkaran. Lingkaran di dalam
ditujukan untuk penguasaan bahasa Inggis lisan
segitiga merupakan kompetensi wacana dan di
dengan cara peserta didik banyak mendengarkan
setiap sudut segitiga tersebut adalah kompetensi
dan mengungkapkan secara lisan agar rasa
sosiokultural, kompetensi linguistik dan
percaya diri peserta didik dapat ditumbuhkan.
kompetensi tindak bahasa. Model tersebut
Kemampuan menulis diperkenalkan melalui
menempatkan kompetensi wacana dalam posisi
kegiatan menyalin teks yang berlanjut meng-
mendapat dukungan dari kompetensi linguistik
hasilkan teks tulis sangat pendek dan sederhana.
(unsur kebahasaan), kompetensi tindak bahasa
(tujuan komunikatif), dan kompetensi sosio-
Model Kompetensi Komunikatif
kultural (konteks sosiokultural) secara terpadu
Konsep kompetensi komunikatif (communicative
dan bersama-sama. Namun, interaksi ini juga
competence) telah mengalami beberapa tahap
mengakibatkan hal sebaliknya, kompetensi
perkembangan. Istilah tersebut pertama kali
wacana akan mempengaruhi ketiga kompetensi
dikenalkan oleh Hymes (1972), kemudian disusul
tersebut. Lingkaran besar yang melingkupi
oleh Canale (1983), dan yang terakhir oleh Celce-
segitiga menggambarkan kompetensi strategis
Murcia dan kawan-kawan (1995). Berdasarkan
yaitu kompetensi menggunakan dan melak-
analisis kritis terhadap model-model kompetensi
sanakan keempat kompetensi lainnya secara
yang dikembangkan sebelumnya, Celce Murcia,
strategis untuk mengatasi berbagai tantangan
Dörnyei, dan Thurrell (1995) mengembangkan
dan permasalahan dalam berkomunikasi.
satu model kompetensi komunikatif dengan cara
Kompetensi linguistik mencakup pengetahuan
mengadopsi konsep-konsep yang telah dicakup
tatabahasa, kosa kata, ucapan, ejaan, tanda
dalam model- model sebelumnya. Model kom-
baca, intonasi, dan sebagainya. Kompetensi
petensi komunikatif tersebut digambarkan secara
sosiokultural berintikan pengetahuan tentang
skematik pada Gambar 2.
unsur sosiokultural yang mencakup antara lain

Kompetensi Sosio-kultural

Kompetensi Wacana

Kompetensi Linguistik Kompetensi Tindak Bahasa

Kompetensi Strategi

Gambar 2. Model Kompetensi Komunikatif (Celce-Murcia et al. 1995)

14
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

kepatutan dan kelayakan penggunaan bahasa


tercermin pada kemampuan mencapai tujuan,
dilihat dari konteks situasinya, termasuk orang-
secara runtut, dan dengan menggunakan unsur-
orang yang terlibat dalam kegiatan komunikatif,
unsur kebahasaan secara akurat dan lancar
norma kesopanan, cara dan medium komunikasi,
(Permen Nomor 22/2006). Model ini cocok untuk
nilai-nilai karakter, dan sebagainya. Kompetensi
mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi
strategis mencakup pengetahuan tentang
yang meliputi sikap, pengetahuan, dan
berbagai strategi komunikatif, verbal maupun
keterampilan.
nonverbal, untuk mengatasi masalah komunikasi
Genre bukan bentuk atau jenis teks, tetapi
dalam upaya mencapai tujuan. Kompetensi
cara untuk mencapai setiap tujuan komunikatif
wacana mencakup kemampuan mengintegrasikan
dengan menggunakan teks sebagai alat uta-
berbagai unsur kebahasaan dalam bentuk teks
manya. Untuk mencapai setiap tujuan sewajarnya
yang kohesif dan koheren, juga dalam upaya
diperlukan langkah-langkah yang runtut dan logis.
mencapai tujuan.
Setiap genre menuntut urutan langkah yang
Kompetensi wacana merupakan kemampuan
berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang hendak
seseorang berkomunikasi baik secara lisan
dicapai. Selain itu, untuk mencapai keunggulan,
maupun tertulis dalam sebuah peristiwa
teks yang digunakan harus didukung oleh unsur-
komunikasi. Bahasa yang dipilih dalam ber-
unsur kebahasaan yang akurat dan berterima
komunikasi dipengaruhi oleh topik yang di-
(Martin,1984). Dengan pemahaman itu, pengem-
komunikasikan, hubungan antarpribadi pihak yang
bang kurikulum tidak dapat menyetarakan genre
terlibat dalam komunikasi dan jalur atau bentuk
dengan teks, misalnya narrative dengan cerita,
komunikasi yang digunakan, misalnya lisan dan
recount dengan laporan kegiatan, procedure
tulis. Kompetensi wacana merupakan kompetensi
dengan manual, report dengan entri dalam
inti yang mencakup tiga bentuk wacana: 1) inter-
ensiklopedia, dan seterusnya. Satu genre tidak
personal; 2) transaksional; dan 3) fungsional.
harus terwujud dalam satu teks utuh, atau
Setiap bentuk wacana ditentukan oleh genrenya
sebaliknya satu teks utuh dapat memanfaatkan
masing-masing, yang memiliki tiga ciri, yaitu:
beberapa genre sekaligus. Misalnya, bentuk teks
a) tujuan; b) urutan makna secara logis; dan c)
bernama fabel, short story , film sangat di-
bentuk kebahasaan yang sesuai. Wacana
pengaruhi oleh penggunaan genre narrative.
interpersonal bertujuan untuk membangun
Namun, bukan berarti hanya genre narrative yang
hubungan interpersonal yang harmonis dan saling
berada di dalamnya. Untuk mendeskripsikan
menghormati. Wacana transaksional bertujuan
karakter cerita secara efektif perlu digunakan
untuk melaksanakan pertukaran informasi, barang
genre descriptive, dan untuk menyampaikan
dan jasa. Adapun wacana fungsional bertujuan
kejadian atau peristiwa yang dialami tokoh perlu
melaksanakan fungsi sosial yang sesuai peran dan
digunakan genre recount . Dengan kata lain,
posisi seseorang di masyarakat umum atau di
narrative tidak dapat disetarakan dengan bentuk
lingkungan profesi atau pekerjaan ( Pusat
teks yang bernama cerita, prosedure dengan
Kurikulum dan Perbukuan, 2011).
resep, recount dengan laporan pengalaman, dan
Model kompetensi komunikatif yang dita-
seterusnya .
warkan oleh Celce-Murcia seperti yang diuraikan Sesuai dengan fungsinya sebagai jenjang
di atas digunakan dalam merancang Standar Isi pendidikan yang mempersiapkan peserta didik ke
mata pelajaran bahasa Inggris. Hal itu dipertegas jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta dapat
dalam rumusan tujuan mata pelajaran Bahasa berpartisipasi sebagai anggota masyarakat yang
Inggris, yakni untuk melaksanakan fungsi produktif, untuk SMP/MTs dipilih lima ragam
komunikatif secara lisan dan tertulis dalam wacana wacana fungsional yang sesuai yaitu recount,
interpersonal, transaksional, dan fungsional dalam narrative, procedure, descriptive, dan report
berbagai genre. Teks dan berbagai unsur (Permendiknas Nomor 22/2006). Untuk SMA/MA,
kebahasaan yang digunakan di dalamnya tidak yang mempersiapkan siswanya untuk juga
lain hanyalah alat untuk mencapai tujuan tersebut. melanjutkan ke pendidikan t inggi, cakupan
Kompetensi menggunakan bahasa Inggris diperluas menjadi 12 ragam wacana fungsional,

14
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

yaitu, recount, narrative, procedure, descriptive,


Hasil Analisis dan Pembahasan
news item, report, analytical exposition, hortatory
SK dan KD mata pelajaran Bahasa Inggris untuk
exposition, spoof, explanation, discussion, dan
SMP/MTs dan SMA/MA merupakan suatu kesi-
review (Permendiknas Nomor 22/2006).
nambungan dengan menggunakan format dan
Recount dapat diwujudkan dalam bentuk:
rumusan yang tidak berbeda. Perbedaan hanya
pengalaman pribadi, biografi tokoh, laporan
pada ragam wacana yang tercakup, terutama
peristiwa/kejadian, peristiwa sejarah. Narrative
pada teks fungsional. Kajian dokumen Standar Isi
dapat diwujudkan dalam bentuk: cerita pendek,
ini berlaku untuk SMP dan sekaligus SMA.
dongeng, legenda, novel populer, film. Procedure
Dokumen yang dikaji mencakup: 1) Standar Isi
dapat diwujudkan dalam bentuk: instruksi,
yang memuat Standar Kompetensi dan
manual, tips, resep. Descriptive dapat diwujudkan
Kompetensi Dasar sebagaimana dimuat dalam
dalam bentuk: deskripsi tokoh, bangunan
Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006; 2) silabus
bersejarah, tempat wisata. News item dapat
dari beberapa sekolah. Adapun permasalahan
diwujudkan dalam bentuk: berita koran/televisi.
yang ditemukan terkait dengan dokumen Standar
Report dapat diwujudkan dalam bentuk: paparan
Isi dan Silabus diuraikan sebagai berikut.
ilmiah tentang: fenomena alam, flora, fauna.
Analytical exposition dapat diwujudkan dalam teks
Efisiensi rumusan standar kompetensi (SK)
argumentasi. Hortatory exposition dapat di-
dan kompetensi dasar(KD)
wujudkan dalam teks argumentasi dengan
SK dan KD, baik untuk SMP maupun untuk SMA
rekomendasi. Spoof dapat diwujudkan dalam
dirumuskan dan disusun atas dasar keterampilan
bentuk humor. Explanation dapat diwujudkan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara,
dalam teks yang memuat penjelasan i lmu
membaca, dan menulis. SK dan KD untuk tindakan
pengetahuan berupa proses atau gejala.
reseptif dan produktif, baik lisan maupun tulis
Discussion dapat diwujudkan dalam teks terkait
dipisah. Cara ini menjadi sumber ketidak-efisienan
bahasan kritis dan seimbang. Review berbentuk
dalam rumusan SK dan KD, terutama lisan, karena
ulasan: buku, film, novel. Melihat banyaknya
banyak unsur tindakan komunikatif yang sama
bentuk teks untuk setiap genre maka setiap genre
harus diulang-ulang yang pembedanya hanya
perlu dilengkapi dengan bentuk teks yang dicakup
kata ‘memahami’ (pada mendengarkan), ‘meng-
secara eksplisit.
ungkapkan’ (pada berbicara). Hal ini terjadi dari
Berdasarkan uraian tentang konsep model
kelas VII sampai dengan kelas XII. Pada Tabel 1
kompetensi komunikatif di atas, maka rumusan
adalah SK dan KD SMP Kelas VII, Semester 1.
KD bahasa Inggris mencakup kompetensi
Pada Tabel 1 dapat dilihat rumusan SK pada
wacana, kompetensi sosiokultural, kompetensi
mendengarkan sama dengan rumusan SK pada
linguistik, kompetensi tindak bahasa, dan
berbicara. Pembedanya, pada mendengarkan
kompetensi strategi. Adapun kompetensi wacana
menggunakan kata ‘memahami’, sedangkan pada
interpersonal, transaksional, dan fungsional
berbicara menggunakan kata ‘mengungkapkan’.
dirumuskan dalam KD untuk ber-komunikasi baik
Akibat perumusan seperti itu membuat jumlah SK
secara lisan maupun tulis (menyimak, berbicara,
dan KD seolah-olah menjadi sangat banyak dan
membaca, dan menulis). Selain itu, untuk
dokumen menjadi tebal.
membantu pemahaman guru tentang ragam
Di samping itu, pengelompokan SK dan KD
wacana fungsional yang akan diajarkan maka
menurut keterampilan berbahasa ( mende-
rumusan KD perlu menyertakan pula bentuk dari
ngarkan, berbicara, membaca, menulis) tidak
masing-masing ragam wacana tersebut. Apabila
sesuai dengan model kompetensi yang dijadikan
hanya menyebutkan, misalnya recount tanpa
landasan dalam pengembangan SK dan KD,
menyertakan bentuk teksnya, tentu akan sulit
seperti yang diuraikan pada Bagian Pendahuluan.
dipahami guru.
Keterampilan berbahasa ( kompetensi tindak
bahasa) merupakan salah satu subkompetensi
dari kompetensi wacana ( kompetensi komu-
nikatif), sedangkan subkompetensi sosiokultural

14
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

Tabel 1. Contoh SK dan KD SMP Kelas VII, Semester 1

Standar
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Mendengarkan
a. Memahami
1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get
makna dalam
things done) dan interpersonal (bersosialisasi) yang
percakapan
menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara
transaksional
akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan
dan
lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: menyapa
interpersonal
orang yang belum/sudah dikenal, memperkenalkan diri
sangat
sendiri/orang lain, dan memerintah atau melarang.
sederhana
untuk 1.2 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get
berinteraksi things done) dan interpersonal (bersosialisasi) yang
dengan menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara
lingkungan akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan
terdekat lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta
dan memberi informasi, mengucapkan terima kasih, meminta
maaf, dan meng- ungkapkan kesantunan
Berbicara
b.Mengungkapkan
2.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to
makna dalam
get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dengan
percakapan
meng- gunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara
transaksional
akurat, lancar, dan berterima
dan
interpersonal 2.2 Melakukan interaksi dengan lingkungan terdekat yang meli-
sangat batkan tindak tutur: menyapa orang yang belum/sudah dike-
sederhana nal, memperkenalkan diri sendiri/orang lain, dan memerintah
untuk atau melarang
berinteraksi 2.3 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to
dengan get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dengan
lingkungan meng- gunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara
terdekat akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan ling-
kungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta dan
memberi informasi, mengucapkan terima kasih, meminta
maaf, dan mengungkapkan kesantunan

Sumber: Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

dan linguistik tidak terlihat dengan jelas.


di atas cenderung dipahami guru sebagai empat
Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa
keterampilan berbahasa yang terpisah. Aki-
pengembangan SK dan KD ini bukan berbasis
batnya, guru menyusun silabus untuk masing-
kompetensi tetapi berbasis keterampilan.
masing keterampilan tanpa mengaitkan satu sama
lain. Karenanya, tidak salah jika guru mengeluh
Keterbacaan SK dan KD
bahwa SK dan KD mata pelajaran Bahasa Inggris
Pengelompokan SK dan KD menurut masing-
terlalu banyak. Hal ini dapat diketahui dari 2
masing keterampilan (mendengarkan, berbicara,
contoh silabus berikut ini yang dibuat oleh guru
membaca, menulis) seperti tampak pada Tabel 1
SMP dan SMA.

14
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Nama Sekolah : SMAN 1 Puri Mojokerto


Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : X / 1

Materi Indikator
Standar Kompetensi Kegiatan
Pembelajaran Pencapaian Penilaian
Kompetensi Dasar Pembelajaran
KD
Mendengarkan 1.1 Merespon makna yang Responding to  Mendengarkan  Merespon Quiz
terdapat dalam initial greetings percakapan dengan
1 Memahami
percakapan interpersonal/ benar
makna dalam - very well, thank Ulangan
transaksi onal terhadap
percakapan transaksional (to get you and how are melalui tape tindak
transaksional things done) dan you. secara klasikal tutur:
dan interpersonal - I’m berkenalan, Tertulis
 Mendiskusikan
interpersonal (bersosialisasi) resmi good/okay/alright bertemu, Tugas
berbagai
dalam dan tak resmi yang - Very well. Thank tindak tutur dan
menggunakan ragam you lain yang berpisah.
konteks
kehidupan bahasa lisan - Oh, pretty good dapat
sederhana secara digunakan
sehari-hari - Not to bad,
akurat, lancar dan dalam
thanks
percakapan
berterima dalam - Fine, thanks. yang didengar
konteks kehidupan
- Exellent secara
sehari-hari dan berpasangan.
melibatkan tindak
 Mendiskusikan
tutur: berkenalan, Closing/leave
respon yang
bertemu/berpisah, taking diberikan
menyetujui - goodbye terhadap
ajakan/tawaran/ tindak tutur
- bye bye, bye
undangan, menerima yang didengar
now, see you,
janji, dan membatal- secara
take care
berkelompok
kan janji - see you later..fine
- see you …soon
- see you
tonight..all right
- good night
1.2 Merespon makna yang Expreesing  Mendengarkan Merespon Quiz
terdapat dalam happiness : formal percakapan berbagai Ulangan
percakapan interpersonal/ tindak tutur
 oh, I’m so tertulis
transaksional (to get transa ksional
happy. dalam wacana
things done) dan melalui tape Tugas
 I can’t say how lisan
secara
interpersonal pleased I am. interpersonal/
individu.
(bersosialisasi) resmi transaksional:
 I had a splendid  Mendiskusikan
dan tak resmi yang time there. dalam
tindak tutur
menggunakan ragam yang diguna- berbagai
 What a
bahasa lisan marvelous place kan dalam acara secara
sederhana secara I,Ve ever seen. percakapan senang dan
akurat, lancar dan yang didengar bahagia.
 It’s an
berterima dalam secara
interesting
berpasangan.
konteks kehidupan experience.
sehari-hari dan  It’s an  Mendiskusikan
melibatkan tindak outstanding respon yang
adventure. diberikan
tutur: mengungkapkan
terhadap
perasaan bahagia,  It’ a sensational tindak tutur
menunjukkan trip. yang didengar
perhatian,
menunjukkan simpati,
dan memberi instruksi

Sumber: Dokumen Kurikulum SMAN 1 Puri Mojokerto, Tahun 2012

14
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

Sekolah : SMPN 12 Balikpapan


Aspek : Membaca
Kelas/Semester : IX/Genap

Standar Kompetensi Materi pokok Kegiatan Indikator Penilaian


Kompetensi Dasar Pembelajaran

11.Memahami  Tes tulis


11.3. Merespon  Teks 1. Tanya jawab  Mengiden-
makna teks  Uraian
makna dan monolog tentang tifikasi
tulis
langkah berbentuk; berbagai hal makna
fungsional
retorika dalam narrative terkait tema, dalam teks
dan esei
esei pendek report topik, jenis monolog
pendek
sederhana  Informasi teks. berbentuk
sederhana
secara akurat, dalam teks narrative
berbentuk 2. Membaca
lancar dan monolog and report.
narrative teks.
berterima narrative  Mengidentif
dan report 3. Menjawab
untuk and report ikasi
untuk pertanyaan
berinteraksi - gagasan berbagai
berinteraksi tentang isi
dalam konteks utama informasi
dalam teks.
kehidupan - informasi dalam teks
konteks 4. Menjawab
sehari-hari rinci monolog
kehidupan pertanyaan
dalam teks - informasi berbentuk
sehari-hari terkait :
berbentuk faktual, narrative
 jenis teks
narrative dan ganda and report.
 tujuan
report
komunikatif
 langkah
retorika
Sumber: Dokumen kurikulum SMPN 12 Balikpapan, Tahun 2011

Masing-masing silabus tersebut memper- Kejelasan Ruang Lingkup Materi


lihatkan keterampilan yang dikembangkan yaitu Meskipun dalam bagian pendahuluan Standar Isi
keterampilan mendengarkan dan keterampilan disebutkan subkompetensi, rumusan SK dan KD
membaca yang berdiri sendiri. Silabus tersebut di hanya mencakup kompetensi tindak bahasa yang
atas menyiratkan keempat keterampilan terbagi ke dalam t indakan mendengarkan,
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
membaca, dan menulis diajarkan secara terpisah. kompetensi lainnya yang dianggap sebagai
Pemisahan tindakan reseptif dan produktif, lisan kompetensi pendukung tidak tertuang dalam SK
dan tulis, seperti itu tidak wajar terjadi dalam dan KD. Unsur-unsur pendukung untuk mencapai
kegiatan komunikatif di dunia nyata. Rumusan keakuratan, keberterimaan, dan kelancaran hanya
yang sudah terlanjur terpisah tersebut, tidak disebutkan dalam KD tanpa dispesifikasi lingkup
mudah lagi untuk disatukan dalam bentuk materi yang perlu dicakup. Kebanyakan guru juga
kegiatan komunikatif yang wajar dan terpadu. tidak mampu menentukan bentuk-bentuk bahasa
Akibat dari kesalahan membaca tersebut, setiap dan keberterimaan secara sosiokultural untuk
SK dan KD diajarkan secara terpisah, tidak pembelajaran setiap genre. Sebagai contoh dapat
diintegrasikan dan diarahkan pada pengem- dilihat pada rumusan KD kelas VII, semester 2
bangan kemampuan melakukan tindakan nyata pada Tabel 2.
dengan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantarnya.

14
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Tabel 2. Contoh SK dan KD SMP Kelas VII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

8. Memahami makna dalam


8.1 Merespon makna yang terdapat dalam teks lisan
teks lisan fungsional dan
fungsional pendek sangat sederhana secara akurat,
monolog pendek sangat
lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan
sederhana yang berbentuk
lingkungan terdekat
descriptive dan procedure
untuk berinteraksi dengan 8.2 Merespon makna yang terdapat dalam monolog
lingkungan terdekat sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam
teks berbentuk descriptive dan procedure

Sumber: Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Tingkat kesulitan SK dan KD bahasa tulis. Namun pertimbangan ini tidak


Belajar bahasa diawali dengan penguasaan muncul dalam rumusan SK dan KD, dimana
bahasa lisan yang selanjutnya secara bertahap terdapat SK dan KD yang di atas kemampuan
bergeser ke bahasa tulis ( Vygotsky, 1986 ). yang dimiliki rata-rata peserta didik SMP. Di kelas
Peserta didik belajar bahasa Inggris pertama kali VII, sejak semester 1, peserta didik sudah dituntut
di SMP, karena itu SK dan KD di kelas awal SMP untuk banyak membaca dan menghasilkan teks
hendaknya lebih ditekankan pada penguasaan tulis seperti yang terlihat pada Tabel 3 dan Tabel
4.

Tabel 3. Contoh SK dan KD Kelas VII, Semester 1 yang terlalu sulit bagi peserta didik

Membaca 5.1 Membaca nyaring bermakna kata, frasa, dan kalimat


5. Memahami makna dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang
dalam teks tulis berkaitan dengan lingkungan terdekat
fungsional pendek 5.2 Merespon makna yang terdapat dalam teks tulis
sangat sederhana yang fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancar
berkaitan dengan dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan terdekat
lingkungan terdekat

Menulis
6. Mengungkapkan makna 6.1 Mengungkapkan makna gagasan dalam teks tulis
dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana dengan
fungsional pendek menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar
sangat sederhana untuk dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan
berinteraksi dengan terdekat
lingkungan terdekat 6.2 Mengungkapkan langkah retorika dalam teks tulis
fungsional pendek sangat sederhana dengan
menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar
dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan
terdekat

Sumber: Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

15
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

Tabel 4. Contoh SK dan KD Kelas VII, Semester 2 yang terlalu sulit bagi peserta didik

Membaca 11.1 Merespon makna yang terdapat dalam teks tulis


11.Memahami makna fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancar
teks tulis fungsional dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan
dan esei pendek sangat terdekat
sederhana berbentuk 11.2 Merespon makna dan langkah retorika secara akurat,
descriptive dan procedure lancar dan berterima dalam esei sangat sederhana yang
yang berkaitan dengan berkaitan dengan lingkungan terdekat dalam teks
lingkungan terdekat berbentuk descriptive dan procedure
11.3 Membaca nyaring bermakna teks fungsional dan esei
pendek dan sangat sederhana berbentuk descriptive dan
procedure dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang
berterima
Menulis
12. Mengungkapkan makna
dalam teks tulis 12.1 Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional
fungsional dan esei pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam
pendek sangat sederhana bahasa tulis secara akurat, lancar, dan berterima untuk
berbentuk descriptive dan berinteraksi dengan lingkungan terdekat
procedure untuk 12.2 Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei
berinteraksi dengan pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam
lingkungan terdekat bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks
berbentuk descriptive dan procedure

Sumber: Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Berdasarkan Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa memayungi bentuk-bentuk teks yang digunakan
cukup banyak KD yang menuntut penguasaan di masyarakat. Sebagai contoh, narrative
bahasa tulis peserta didik, sementara mencakup: cerita, novel, fabel, cerita rakyat;
penguasaan bahasa lisannya belum cukup kuat. recount mencakup, misalnya: pengalaman pribadi,
Waktu belajar yang tersedia cenderung digunakan laporan kegiatan, laporan perjalanan, cerita
untuk membaca dan menulis teks. sukses. Ketika merencanakan proses
pembelajaran, kebanyakan guru tetap meng-
Penggunaan Istilah Linguistik pada Rumusan gunakan istilah payungnya sehingga tidak jelas
Kompetensi teks apa yang akan diajarkan. Guru mengajarkan
Rumusan kompetensi pada SK dan KD banyak istilah linguistik yang seharusnya tidak perlu.
menggunakan istilah linguistik seperti Istilah- istilah linguistik tersebut juga sulit
‘t ransaksional’, ‘interpersonal’, ‘fungsional’, dipahami guru di lapangan karena tidak dilengkapi
‘descriptive’, ‘report’. Penggunaan istilah tersebut dengan penjelasan tentang hakikat dan
membuat rumusan kompetensi sangat umum dan keterkaitannya dengan berbagai teks yang
cenderung teoretis. Semua istilah tersebut adalah ditemui peserta didik di dunia nyata. Sebagai
istilah teknis linguistik dan abstrak yang contoh dapat dilihat pada silabus berikut ini.

15
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Sekolah : SMPN 12 Balikpapan


Aspek : Membaca
Kelas/Semester : IX/Genap

Standar Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Penilaian


Kompetensi Dasar pokok Pembelajaran

11.Memahami 11.3 Merespon - Teks 1. Tanya jawab  Mengiden-  Tes tulis


makna teks makna dan monolog tentang tifikasi  Uraian
tulis langkah berbentuk; berbagai hal makna
fungsional retorika terkait tema, dalam teks
dan esei narrative
dalam esei topik, jenis monolog
pendek pendek report teks. berbentuk
sederhana sederhana narrative
berbentuk - Informasi 2. Membaca teks.
secara and
narrative dalam teks
akurat, 3.Menjawab report.
dan report monolog
lancar dan pertanyaan
untuk narrative  Mengidentif
berterima tentang isi teks.
berinteraks and report ikasi
untuk
i dalam 4. Menjawab berbagai
berinteraksi • gagasan
konteks pertanyaan informasi
dalam utama
kehidupan terkait : dalam teks
konteks • informasi
sehari-hari monolog
kehidupan  jenis teks
rinci berbentuk
sehari-hari • informasi  tujuan narrative
dalam teks faktual, komunikatif and
berbentuk ganda report.
narrative dan  langkah
report retorika

Sumber: Dokumen kurikulum SMPN 12 Balikpapan, Tahun 2011

Berdasarkan silabus di atas, guru mene-


istilahan tersebut sebagai konsep teoretik yang
tapkan payungnya (genre) sebagai materi pokok,
pembelajarannya juga bersifat teoretik. Hal ini
seperti narrative, report. Pada rumusan SK dan
dapat dilihat pada contoh silabus di atas di mana
KD setiap genre tidak memuat jenis-jenis teks
kegiatan pembelajarannya, di antaranya adalah
yang berpotensi mewujudkannya, tetapi
pembahasan tentang jenis dan struktur teks,
diserahkan kepada satuan pendidikan untuk
tujuan komunikatif suatu teks.
menentukan sendiri. Tentu kebanyakan guru
akan sulit melaksanakannya, sehingga guru
Gradasi masing-masing Genre
menetapkan payungnya (genre) sebagai materi
Ada kesamaan genre pada kelas maupun
pokok, seperti narrative, report . Demikian
semester yang berlainan tanpa ada kejelasan
halnya dalam merumuskan indikator tetap
pembeda cakupannya. Dalam hal seperti ini, tentu
menggunakan genre itu sendiri.
guru sulit memahami dan menentukan gradasi
Ketidakpahaman istilah linguistik untuk
kesulitannya. Sebagai contoh, sebaran pem-
menamakan genre, seperti report, narrative,
belajaran teks descriptive, recount, procedure,
recount membuat guru memperlakukan per-
narrative dan report di SMP pada Tabel 5.

15
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

Tabel 5. Sebaran Pembelajaran

Descriptive Recount Narrative Procedure Report

Kelas VII, Smt 1


Kelas VII, Smt 2 √ √
Kelas VIII, Smt 1 √ √
Kelas VIII, Smt 2 √ √
Kelas IX, Smt 1 √ √
Kelas IX, Smt 2 √ √

Sumber: Permen Diknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa teks


nyata. Ketiga, ruang lingkup materi kurang jelas.
descriptive, misalnya ada di kelas VII semester 1
Subkompetensi linguistik disebutkan dalam KD
dan kelas VIII semester 2. Guru tentu merasa
dengan kata-kata keakuratan, keberterimaan, dan
kesulitan untuk menentukan gradasi kesulitan
kelancaran, tanpa spesifikasi ruang lingkup materi
masing-masing pada kedua kelas tersebut; apa
yang perlu dicakup; Keempat, SK dan KD,
yang dipelajari di kelas VII dan apa yang dipelajari
terutama di kelas VII terlalu sulit bagi peserta
di kelas VIII dengan bentuk teks yang sama.
didik. Sejak semester 1 peserta didik sudah
Kesulitan ini muncul karena rumusan SK dan KD
dituntut banyak membaca dan menghasilkan teks
hanya memunculkan genre tanpa bentuk teks
tulis; Kelima, rumusan SK dan KD sangat umum
yang mewujudkannya. Pemahaman guru akan
dan teoretis dengan banyak menggunakan istilah
lebih mudah dalam menentukan tingkat kesulitan
linguistik. Setiap genre tidak ditetapkan jenis-
di setiap semester dan atau kelas apabila setiap
jenis teks yang berpotensi mewujudkannya
genre disertai bentuk teksnya. Misalnya, Narrative
sehingga guru sulit menjabarkan; Keenam,
pada kelas VIII semester 2 dalam bentuk fable, di
tidak terlihat pembeda cakupan bagi genre
kelas IX semester 2 dalam bentuk cerita rakyat.
yang sama di semester atau kelas berbeda
sehingga guru sulit menentukan gradasi
Simpulan dan
kesulitannya.
Saran Simpulan Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan analisis yang sudah diuraikan di rumusan kompetensi yang tidak jelas, terlalu
bagian atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai umum dan terlalu teoretis akan menimbulkan
berikut. Pertama, terjadi inefisiensi pada rumusan kesulitan bagi guru dalam membuat perencanaan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar proses pembelajaran berupa silabus maupun RPP
( KD). Pemisahan rumusan SK dan KD untuk serta mengimplementasikannya. Hal ini semakin
tindakan reseptif dan produktif, baik lisan maupun mempersulit guru menjawab tantangan de-
tulis, menyebabkan pengulangan-pengulangan sentralisasi untuk mengembangkan kurikulum
dalam merumuskan SK dan KD; Kedua, ke- tingkat satuan pendidikan hanya berdasarkan SKL
terbacaan SK dan KD rendah sehingga guru salah dan SI, yang hanya berisi rumusan-rumusan SK
membaca SK dan KD. Pengelompokan SK dan KD dan KD yang harus dikuasai peserta didik. Apabila
menurut keterampilan bahasa cenderung diimplementasikan akan berdampak pada
dipahami guru sebagai empat keterampilan kualitas pembelajaran yang justru tidak difokuskan
berbahasa yang terpisah, sehingga dalam pada pengembangan keterampilan berbahasa
membuat perencanaan mengajar guru tidak Inggris untuk melakukan berbagai kegiatan yang
memadukan dua atau lebih keterampilan berguna bagi hidup anak saat ini dan yang akan
berbahasa. Hal ini mengakibatkan kegiatan datang, melainkan pada pemahaman istilah-
komunikatif tidak terjadi seperti dalam dunia istilah linguistik yang abstrak dan sulit.

15
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013

Saran
yang relevan dengan kehidupan nyata peserta
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan di atas,
didik. Misalnya, menyusun teks deskriptif, lisan
beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
dan tulis, tentang orang; menyusun teks prosedur,
pertimbangan dan mendapat perhatian bagi
lisan dan tulis, berbentuk resep. Hal ini sekaligus
pemangku kepentingan sebagai berikut.
memudahkan guru menentukan pembeda
Pertama, rumusan KD tidak dipisahkan
cakupan (gradasi) untuk genre yang sama pada
menurut tindakan reseptif dan produktif agar tidak
kelas yang berbeda. Hal ini akan membantu guru
terjadi pengulangan- pengulangan. Kedua,
merancang proses pembelajaran yang bernuansa
pengelompokan KD bukan berdasarkan aspek
eksploratif, pemecahan masalah, evaluasi diri,
keterampilan berbahasa tetapi aspek wacana,
mandiri, dan menumbuhkan kreativitas. Kelima,
sosiokultural, strategi komunikasi, dan linguistik
peng-gunaan istilah-istilah linguistik teoretis
agar: 1) kegiatan komunikatif lisan maupun
sebaiknya dihindari supaya guru tidak meng-
tertulis berjalan secara wajar dan terintegrasi
ajarkan hal- hal teknis dan abstrak kepada
secara proporsional dalam setiap kegiatan
peserta didik sebagai konsep pengetahuan.
komunikatif dalam setiap genre; 2) memudahkan
Keenam, mengembangkan kurikulum hanya
guru menentukan kegiatan-kegiatan komunikatif
berdasarkan SK dan KD tentu tidak mudah bagi
( tujuan pembelajaran) yang harus dikuasai
guru terlebih kemampuan mereka menerjemahkan
peserta didik; dan 3) memudahkan guru me-
sangat beragam. Oleh karena itu, diperlukan
nentukan gradasi kesulitan unsur kebahasaan.
perangkat lainnya, seperti silabus atau panduan
Ketiga, penentuan KD perlu memperhatikan
yang memuat contoh pengembangannya
kebutuhan peserta didik dan tingkat kesulitannya.
sehingga guru mempunyai waktu lebih banyak
Hal ini tentu perlu mempertimbangkan juga
untuk mencurahkan perhatian dan kemampu-
alokasi
annya merancang proses pembelajaran yang
waktu yang tersedia. Keempat, KD hendaknya menjadikan guru lebih sebagai fasilitator bagi
langsung dirumuskan berdasarkan tujuan
siswa- siswanya; guru banyak mendengarkan
kegiatan komunikatif yang perlu dikuasai peserta
siswanya saling berinteraksi, berargumen,
didik dengan menggunakan berbagai teks yang
berdebat, dan berkolaborasi.
potensial mewujudkannya dalam setiap genre

Pustaka Acuan

Canale, M. 1983. From Communicative competence to communicative language pedagogy. Dalam


Richards dan Schmidt (eds.): Language and Communication. London: Longman.

Celce-Murcia, M., Dornyei, S. dan Thurrell, S. 1995. Communicative competence: a Pedagogically


Motivated Model with Content Speifications. Issues in Applied Linguistics.

Dokumen Kurikulum Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 1)- Mojokerto Tahun 2012.

Dokumen Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN 12) Balikpapan Tahun 2011.

Fairclough, N. L. 1989. Language and power. London: Longman.

Gunadi H.S. 2009. Tantangan Kemampuan Berbahasa Inggris di Era Global: Suatu Tinjauan
Geolinguistik Sepintas. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.15, No.1, Januari 2009.

Halliday, M. A. K. 1985. Part A. In M.A.K. Halliday and R. Hasan. Language, Context, and Text: Aspects of
Language in a Social-Semiotic Perspective. Geelong, Vic.: Deakin University.

Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar. Second Edition. London: Arnold.

Hymes, D. 1972. On communicative competence. In J. B. Pride and J. Holmes (eds.): Sociolinguictics.


Harmondsworth: Penguin.

15
Mutiara O Panjaitan, Analisis Standar Isi Bahasa Inggris SMP dan SMA

Martin, J. R. 1984. Language, Register and Genre. In Christie, F. (Ed.) Children Writing – Course
Readings, Geelong: Deakin University Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Naskah Akademik Mata Pelajaran Bahasa Inggris SD, SMP dan
SMA.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vygotsky, L. S. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge,
Mass.: Harvard University Press.

Vygotsky, L. S. 1986. Thought and Language. Cambridge: The MIT Press.

Young, L. dan Fitzgerald, B. 2006. The Power of Language: How Discourse Influences Society. London:
Equinox.

15

Anda mungkin juga menyukai