PENDAHULUAN
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2003). Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Pusat data dan Informasi
Pendidikan, Balitbang Depdiknas.
1
makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar KTSP yang berisi
tentang pengertian, komponen-komponen serta landasan penyusunan
KTSP.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan?
2. Dapat mengetahui landasan dalam penyusunan KTSP?
3. Dapat mengetahui komponen KTSP?
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan KTSP ?
5. Dapat mengetahui pro dan kontra KTSP
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya
KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan
bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang
akan dicapai. Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang
sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum
dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini
4
secara terbatas mulau Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan
kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan
pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali
untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di
satuan pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat,
namun guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan
makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan
operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak
menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok
sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih
tajam, utuh dan komprehensif dalam memahami seluruh isi silabus yang
telah disiapkan tersebut.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan
berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang
telah disiapkan pemerintah.
Perbedaan esensial dari KTSP dan kurikulum 2013 itu sendiri
adalah sebagai berikut:
NO KTSP Kurikulum 2013
1 Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung
mendukung kompetensi semua kompetensi (Sikap,
tertentu Keteampilan, Pengetahuan)
2 Mata pelajaran dirancang Mata pelajaran dirancang terkait
berdiri sendiri dan memiliki satu dengan yang lain dan
kompetensi dasar sendiri memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap
kelas
3 Bahasa Indonesia sejajar Bahasa Indonesia sebagai
dengan mapel lain penghela mapel lain (sikap dan
keterampilan berbahasa)
5
4 Tiap mata pelajaran Semua mata pelajaran diajarkan
diajarkan dengan dengan pendekatan yang sama
pendekatan berbeda (saintifik) melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar.
5 Tiap jenis konten Bermacam jenis konten
pembelajaran diajarkan pembelajaran diajarkan terkait
terpisah dan terpadu satu sama
lainKonten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran
lainnya
6 Tematik integratif untuk kelas I-III
Tematik untuk kelas I-III
(belum integratif)
7 TIK mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana
pembelajaran, dipergunakan
sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain
8 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai alat
pengetahuan komunikasi dan carrier of
knowledge
9 Untuk SMA ada penjurusan Tidak ada penjurusan SMA. Ada
sejak kelas XI mata pelajaran wajib, peminatan,
antar minat, dan pendalaman
minat
10 SMA dan SMK tanpa SMA dan SMK memiliki mata
kesamaan kompetensi pelajaran wajib yang sama terkait
dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
11 Penjurusan di SMK sangat Penjurusan di SMK tidak terlalu
detil detil sampai bidang studi,
didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan
pendalaman
6
2.3 Komponen KTSP
Berdasarkan panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP,
KTSP memiliki 4 komponen, yaitu:2
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu
pada tujuan umum pendidikan berikut:
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilanuntuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm.
12.
7
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar
bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan
lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum,
antara lain:
a. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum dalam
Standar Isi.
b. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.3
c. Kegiatan pengembangan diri diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh dan/atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan
pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan,
kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah
3
Khaeruddin, Mahfud Junaedi, dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Konsep dan
Implementasinya di Madrasah), (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 85.
8
menengah kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri
untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan
kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada mata pelajaran.4
d. Pengaturan beban belajar
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan maka hendaknya
mengetahui indikator-indikator yang berkaitan dengan pengaturan
beban belajar, antara lain sebagai berikut:
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar
maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan
oleh SMP/MTs/ SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan
pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam
pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%,
SMP/MTs/SMPLB 0%-50%, dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-
60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
4
Khaeruddin, Mahfud Junaedi, dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Konsep dan
Implementasinya di Madrasah), (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 86.
9
mempertimbangkan kebutuhan pesrta didik dalam mencapai
kompetensi.
Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah
setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar
sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti
aturan sebagai berikut:
1. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20
menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
2. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap
muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
e. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajarsetiap indikator yang telah ditetapkan dalam
suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75%. Satuan
pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.
f. Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran.
Kenaikan kelas dan kelulusan mengacu pada standar penilaian yang
dikembangkan oleh BSNP.
g. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Adapun
kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.
10
h. Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/
SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup,
yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik atau kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat
merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran.
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan formal lain
atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
i. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global
dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi peserta didik. Kurikulum untuk semua tingkat
satuan pendididkan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
merupakan bagian dari semua mata pelajaran. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
formal lain atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
3) Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai
dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan
sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
4) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar ke dalam
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa
mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
11
(RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi
siswanya.
Secara dokumentatif, komponen KTSP tersebut dikemas dalam dua
dokumen, yaitu:
1. Dokumen I memuat acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan,
struktur dan muatan KTSP, serta kalender pendidikan.
2. Dokumen II memuat silabus dari Standar Kompetensi (SK)/
Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan pusat dan silabus dari
SK/ KD yang dikembangkan sekolah (muatan lokal, mata pelajaran
tambahan).
12
sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan local
yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk
mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap
paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada
dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata
pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya.
4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20 persen.
Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena
KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi
perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam
pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam
pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga
suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih
jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini
dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka
membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan
kepribadiannya secara alami.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah
plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
13
Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur
mengekang kreatifitas guru.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah
satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara
kondisi di lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan
yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang
lainnya.
3. Masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara
komprehensip baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek
pelaksaannya di lapangan. Masih rendahnya kuantitas guru yang
diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat
disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana
secara menyeluruh.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran berdampak pada pendapatan guru.
14
Perubahan-perubahan atau penyempurnaan kurikulum yang terjadi
di Indonesia sejak bernama Rentjana Pembelajaran 1947 hingga
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini Kurikulum
2013, selalu dibarengi dengan argumen-argumen ilmiah, pendekatan-
pendekatan mutakhir, lengkap dengan background teori-teori belajar
terbaru dan rasionalisasi dari masing-masing itu yaang tidak terbantahkan.
Dari setiap perubahan kurikulum yang ada, tentu sulit untuk
menampik bahwa setiap perubahan itu selalu saja ada alasan dan
rasionalisasi dan yang paling sering dipergunakan adalah “untuk
penyesuaian dan manjawab perkembangan zaman”. Perubahan kurikulum
tentu saja sudah melewati tahap-tahap yang semestinya seperti tahap
perumusan masalah, tahap agenda setting, tahap formulasi kebijakan,
tahap legitimasi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan takap
evaluasi kebijakan.
Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik berskala luas yang
melibatan komponen-komponen waktu, keahlian, dana, peralatan,
pngorbanan, kemauan yang sangat masif. Waktu yang diperlukan untuk
memulai kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan bulan. Dana yang
diperlukan berjumlah triliunan rupiah. Belum lagi berhitung tentang
implementasi yang harus menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.
Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli,
kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan
terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis
kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Jadi
perubahan kurikulum pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mau
tidak mau harus tetap dilakukan tinggal penerapan tentang waktu saja.
Untuk menangani hal tersebut di atas, perlu diambil langkah-
langkah kebijaksanaan baik mengenai kurikulum (tertulis) maupun
kurikulum dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah kebijaksanaan yang
ditempuh antara lain sebagai berikut:
15
1. Perlu diciptakan sistem informasi yang dapat mengkomunikasikan/
memantau perkembangan pelaksanaan kurikulum pada berbagai
daerah diseluruh tanah air.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesionalisme
(Pembina, pengawas/ penilik, kepal sekolah, guru) agar kurikulum
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
3. Mencukupi fasilitas pendukung pelaksanaan kurikulum baik oleh
masyarakat maupun pemerintah (buku, alat pendidikan, dan sarana
pendidikan lainnya)
4. Meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaksana pendidikan agar
berfungsi sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat memberikan
kemungkinan para pelaksana pendidikan menjalankan tugasnya
secara kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab.
6. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan memiliki
rasa kepedulian yang tinggi terhadap kondisi sekolah.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari setiap perubahan kurikulum yang ada, tentu sulit untuk
menampik bahwa setiap perubahan itu selalu saja ada alasan dan
rasionalisasi dan yang paling sering dipergunakan adalah “untuk
penyesuaian dan manjawab perkembangan zaman”. Perubahan kurikulum
tentu saja sudah melewati tahap-tahap yang semestinya seperti tahap
perumusan masalah, tahap agenda setting, tahap formulasi kebijakan,
tahap legitimasi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan takap
evaluasi kebijakan.
Kurikulum merupakan suatu metode yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di suatu negara. Kurikulum yang
dipakai saat ini, mengacu pada Undang-Undang No.20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional. Kurikulum yang digunakan saat ini
adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), akan
tetapi dinilai dari berbagai sudut kurikulum yang digunakan saat ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu pemerintah merancang
kurikulum baru yaitu Struktur Kurikulum 2013. Oleh karena itu kita selaku
calon pendidik perlu mengetahui perbedaan dan persamaan antara 2
kurikulum tersebut.
B. Saran
Pada dasarnya semua kurikulum itu sama, upaya pemerintah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan ini justru menimbulkan
kebingungan, sulit dan ruwet karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan-
pelatihan pada guru. Kurikulum Berbasis Kompetensi belum sepenuhnya
berhasil sudah berganti menjadi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Kurikulum ini belum lama berjalan sudah diganti lagi dengan
Kurikulum 2013.
17
Tidak ada sesuatupun yang sempurna, walaupun Kurikulum terus
berubah, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa ketercapaian tujuan
pendidikan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi merupakan tugas kita
semua, guru, siswa, masyarakat. Kurikulum yang ada sekarang
hendaknya kita pelajari dan laksanakan dengan baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
MAKALAH
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(PRO DAN KONTRA)
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Laili Badriyah
2. Oktaviani
20
KATA PENGANTAR
i
21
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................2
C. Tujuan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dari KTSP........................................................3
B. Landasan dalam Penyusunan KTSP.................................4
C. Komponen KTSP...............................................................7
D. Kelebihan dan Kekurangan KTSP.....................................12
E. Pro dan Kontra KTSP........................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................17
B. Saran.................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19
ii
22
ii
23