Bab 6 Reaktor
Bab 6 Reaktor
REAKTOR HOMOGEN
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Setelah membaca BAB ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan membahas
jenis-jenis reaktor homogen dan perhitungannya, baik neraca massa maupun neraca
panas.
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Jika mahasiswa diberikan suatu kasus tentang reaktor, diharapkan mampu:
a. menjelaskan jenis-jenis reaktor homogen
b. menghitung neraca massa pada reaktor homogen
c. menghitung neraca panas pada reaktor homogen
A. PENDAHULUAN
Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor
adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu reaksi
kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan
berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias
terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi
yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi
perubahan bahan bukan fasa misalnya dari air menjadi uap yang merupakan reaksi fisika.
Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di
teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja
reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar
dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor
keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya termasuk besarnya
energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku juga upah operator.
73 Reaktor Homogen
dalam merancang reaktor adalah menentukan tipe reaktor yang digunakan, kondisi operasi
(T, P, t dan katalis), serta memilih peralatan lain yang mendukung.
Reaktor untuk reaksi homogen terdiri atas :
1. Berdasarkan Bentuk
- reaktor tangki (L/D 1-3 )
- reaktor pipa ( L/D sangat besar )
2. Berdasarkan proses
- proses kontinyu (reaktor pipa, reaktor tangki)
- proses batch (reaktor tangki)
- proses semi batch (semi kontinyu)
3. Berdasarkan operasinya
- reaktor isotermal
- reaktor non isotermal (pemanasan)
- reaktor adiabatis (q = 0)
- reaktor non adiabatis
4. Berdasarkan susunan reaktor
- hanya 1 reaktor (single reactor)
- reaktor ganda, seri, paralel, gabungan (seri dan paralel)
- gabungan tipe reaktor, yaitu gabungan antara reaktor pipa dan reaktor tangki
5. Berdasarkan cara pemasukan umpan
- umpan dimasukkan sekaligus (untuk tipe reaktor batch)
- umpan dengan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan (untuk tipe reaktor
kontinyu)
- sebagian hasil dikembalikan ke aliran umpan dan bersama-sama masuk ke reaktor
secara kontinyu (untuk proses reaktor recycle)
- sebagian zat pereaksi dimasukkan sekaligus, sedangkan zat pereaksi lainnya
dimasukkan secara kontinyu
74 Reaktor Homogen
Reaktor Batch Reaktor Semi Batch
Volume campuran =V
A [A] di dalam reaktor = CA
kecepatan reaksi = - ra
derajat konversi = XA
Campuran reaktan & produk komponen di setiap titik sama.
75 Reaktor Homogen
Neraca massa Komponen A
zat masuk = zat keluar +terakumulasi + zat yang hilang
0 0
Integrasi ini biasa dilakukan secara analisis kalau diketahui hubungan antara –rA dengan
CA.
Berikut ini diberikan metode-metode dan hasil integrasi untuk beberapa macam
persamaan laju reaksi (-rA).
- CA + CA0 = kt
CA = CA0 – kt
76 Reaktor Homogen
Bila volume campuran tetap selama reaksi berlangsung, persamaan menjadi :
XA = (NA0 – NA) / NA0
XA = (CA0 – CA) / CA0 .......... (6.1)
CA0 . XA = CA0 – CA
XA = (k / CA0) . t
dimana : t = waktu reaksi
XA = derajat konversi A pada waktu t
C
A0
C
A
Slope = k
waktu
Gambar 6.2 Aluran konsentrasi terhadap waktu untuk reaksi orde nol
- ln (CA/CA0) = k . t ..........(6.2)
subtitusikan persamaan (1) ke persamaan (2), maka akan diperoleh :
- ln (1 - XA) = k. t
ln (1 - XA) = - k. t
(1 - XA) = e -k. t
plot – ln CA/CA0 atau - ln (1-XA) vs t, diperoleh garis lurus dengan kemiringan slope k.
77 Reaktor Homogen
- ln (CA/CA0)
atau
- ln (1-XA)
C
A0
C
Slope = k
waktu
Gambar 6.3 Aluran konsentrasi terhadap waktu untuk reaksi orde ke satu
78 Reaktor Homogen
ln [CB/{( CBo / CAo) CA}]=(CBo-CAo) .k.t
ln [(CBo. CAo.) / CBo. CA)]= (CBo-CAo) .k.t
Jika M = 1, persamaan di atas tidak bisa digunakan secara langsung karena akan diperoleh
data pada setiap saat.
CBo/CAo =( CB/CA) sehingga ln [(CBo. CAo.) / CBo. CA)] = ln 1 = 0
Untuk penyelesaiannya, harus kembali ke persamaan semula, yaitu :
-rA = - (dCA/dt) = k. CA. CB
Jika CAo = CBo, maka setiap saat akan berlaku CA= CB, sehingga :
-rA = - (dCA/dt) = k. CA2
- (dCA/ CA2) = k. dt
Hasil integrasi
1/CA-1/CAo = k .t atau
1/CA-1/CAo = xA / ( CAo(1-XA)) = k . t ..........(6.5)
Contoh 1
Reaksi zat A dan zat B dengan persamaan reaksi A + B C, dijalankan di sebuah
reaktor batch isothermal. Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan data sebagai
berikut :
Konsentrasi awal Konsentrasi awal Awal reaksi Konsentrasi A pada
Run
(grmol/L) A (grmol/L) B (jam) akhir reaksi
1. 0,1 1,0 0,5 0,095
2. 0,1 2,0 0,5 0,080
3. 0,1 0,1 1000 0,050
4. 0,1 0,2 500 0,10
a. Bagaimana persamaan laju reaksinya
b. Hitung tetapan laju reaksi
Penyelesaian :
Misalkan persamaan laju reaksi r = k . CAa.CBb
Jika konsentrasi awal A dan B sama ( untuk run 3 dan 4), maka CA = CB.
asumsi reaksi orde 2, maka digunakan persamaan :
(1/CA – 1/CAo) = k.t
k = 1/t (1/CA – 1 /CA0)
79 Reaktor Homogen
untuk run 3 dan run 4
run 3 k = 1/1000 (1/0,05 – 1/0,1) = 0,010 L/gmol (jam)
run 4 k = 1/500 (1/0,1 – 1/0,2) = 0,010 L/gmol (jam)
Ternyata harga k pada run 3 dan run 4 sama, jadi asumsi n = 2 adalah benar (a+b=2).
Jika dibandingkan run 1 dan run 2, konsentrasi A pada run 1 dan run 2 sama. Waktu reaksi
sama, tetapi baik mol A maupun mol B yang bereaksi pada run 1 dan run 2 tidak sama,
sehingga CBo = 2 CAo, jadi konsentrasi A tidak mempengaruhi laju reaksi (a=0, b=2)
a. Persamaan laju reaksi rA = k. CAo.CB2 = k. CB2
b. Menentukan tetapan laju reaksi.
k = 1/t (1/CA – 1/CAo)
Run 1 = A yang bereaksi = B yang bereaksi = 0,1 – 0,095 = 0,005
B yang tinggal = 1 – 0,005 = 0,995
k = 1/t (1/CB – 1/CBo)
= 1/0,5 (1/0,995 – 1/1)
= 0,01005 l/grmol.jam
Run 2 = A yang berekasi = B yang bereaksi
= 0,1 – 0,008 = 0,02
B yang tinggal = 2 – 0,002 = 1,98
k = 1/t (1/CB – 1/CBo)
= 1/0,5 (1/1.98 – ½)
= 0,0101 l/grmol.jam
6.3.1. CSTR
Reaktor ini biasanya terdiri dari satu atau lebih tangki berpengaduk. Biasanya tangki-
tangki ini dipasang vertikal dengan pengadukan sempurna. Pengadukan pada masing-
masing tangki dilakukan secara kontinyu, sehingga diperoleh suatu keadaan dimana
komposisi campuran di dalam reaktor benar-benar seragam. Reaktor tangki biasanya
digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair, reaksi heterogen cair-padat, cair-cair dan
sebagainya.
80 Reaktor Homogen
Neraca Massa
Di dalam reaktor tangki ideal, konsentrasi di setiap titik di dalam reaktor adalah
sama, sehingga kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di dalam reaktor.
Dengan demikian, perhitungan neraca massanya dapat dilakukan secara makro, yaitu
dengan meninjau reaktor tersebut sebagai suatu unit yang utuh.
XA0 = 0
FA0, CAO, Qo
- rA
CA
XA
Q
F
Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan yang bereaksi +
laju reaktan terakumulasi
Dalam keadaan steady state tidak terjadi akumulasi, sehingga neraca massa
komponen A:
FAo = FA + (-rA) V .......... (6.6)
Sementara : FA = FAo - FAo. XA
= FAo (1- XA)
sehingga,
FAo = FAo (1- XA) + (-rA. V)
FAo. XA = (-rA) V
V/ FAo = XA/(-rA) .......... (6.7)
dimana : F = laju alir molar (mol/waktu)
Q = laju alir volum (volume/waktu)
Bila Q adalah volumetric rate = unit volume/satuan waktu, maka pers (6.7) dapat ditulis :
V/Q. CAo = XA / -rA
V/Q = CAo. (XA/-rA) = .......... (6.8)
dimana = space time / waktu tinggal
Kebalikan space time adalah space velocity (sv)
sv = 1 /
= (CAo. XA) / -rA)
81 Reaktor Homogen
= (CAo - CA) / -rA) .......... (6.9)
Untuk reaksi orde pertama : -rA = k . CA
k . = (CAo. XA) / CA = (CAo - CA) / CA .......... (6.10)
k . = (CAo - CA) – 1
CA / CAo = 1 / (1 + k . )
Bila terjadi perubahan volume selama reaksi berlangsung, maka :
V = Vo ( 1 + A . XA)
A = ratio bilangan stoikiometri produk dan reaktan
CA = CAo (1- XA)/Vo . ( 1 + A . XA) .......... (6.11)
CA / CAo = (1- XA) / ( 1 + A . XA) .......... (6.12)
Untuk reaksi orde pertama pers. (6.11) dapat dieliminasi ke dalam per. (6.10), sehingga
didapat : k . = XA {( 1 + A . XA) / (1- XA) }
I II
CSTR yang disusun seri
FA2
FA1, CA1, XA1 CA2
XA2
82 Reaktor Homogen
CAo / CA1 = 1 + k1. 1
CA1 / CA0 = 1 / (1+ k1. 1) ..........(6.15)
Contoh 2
Hidrolisis metil asetat adalah tingkat 2 reversibel, dimana :
k1 = 1,482 x 10-4 L/mol.menit pada 25 o C
k2 = 6,77 x 10-4 L/mol.menit pada 25 o C
Dimaksudkan untuk merencanakan sebuah reaktor alir berbentuk tangki berpengaduk
untuk melaksanakan hidrolisis tersebut. Konsentrasi awal metil asetat 1,15 mol/L.
Kecepatan aliran pemasukkan 2 L/menit. Konsentrasi awal air 48 mol/L. Hitung volume
reaktor yang dibutuhkan bila diinginkan konversi metil asetat 30 % pada waktu keluar
reaktor.
Penyelesaian :
Reaksi : A + B C + D
Diketahui : CAo = 1,15 mol/L
CBo = 48 mol/L
Q = 2 L/menit
Komposisi larutan keluar reaktor
CA = CAo (1-XA)
= 1,15 (1 – 0,3) = 0,805 mol/L
CB = CBo – CAo . XA = 48 – 1,15 (0,3) = 47,655 mol/L
CC = CD = CAo . XA = 1,15 (0,3) = 0,345 mol/L
83 Reaktor Homogen
Laju reaksi :
-rA = k1 . CA . CB – k2 . CC.CD
= (1,482 . 10-4) (0,803) (47,655) – (6,77. 10-4) (0,345) (0,345)
= 56. 10-4 mol/L.menit
Volume reaktor yang dibutuhkan :
VR / Q = (CAo . XA) / -rA
= (1,15) (0,3) / 56. 10-4
VR = 2 (1,15) (0,3) / 56. 10-4
VR = 2 (1,15) (0,3) / 56.10-4
VR = 123,2 liter
Q0, CA0 Q Q Q
dV
XA + dXA
84 Reaktor Homogen
atau
dXA / dV = -rA / FAo = -rA / Qo.CAo .......... (6.20)
Karena – rA merupakan fungsi dari XA, maka pers. (6.19) dapat ditulis sbb :
dV/FAo = dV / Qo.CAo = dXA/-rA .......... (6.21)
= C A0 dX
X A0
A / − rA .......... (6.23)
Contoh 3
Reaksi orde pertama A B yang terjadi di dalam reaktor sumbat dengan debit
konstan. Turunkanlah hubungan persamaan volume reaktor dengan konstanta kecepatan
reaksi (k). Tentukan volume reaktor yang diperlukan untuk mengurangi konsentrasi yang
keluar sampai 10 % dari konsentrasi masuk, jika Q = 10 dm3 / menit dan k = 0,23 / menit
Penyelesaian :
FA = FA + dFA + (-rA) dV
dFA = (-rA) dV
dFA/dV = -rA
FA = Qo.CA
-rA = k . CA
dFA/dV =k . CA
d(Q0.CA)/dV = k.CA
CA V
Q0 dC A
−
k
C A0
CA
= dV
0
V = Q0 / k ln CA0 / CA
V = 10 / 0,23 ln 1 /0,1
V = 100 liter
85 Reaktor Homogen
6.4. Neraca Panas untuk Reaktor Batch
Untuk menurunkan persamaan neraca panas di dalam sistem reaktor batch, yang
pertama-tama harus diperhatikan adalah apakah sistem berada pada volume konstan atau
pada tekanan kostan. Untuk keadaan yang pertama (volume konstan) setiap perubahan
energi yang dialami sistem adalah ekivalen dengan perubahan energi dalamnya. Untuk
sistem yang kedua (tekanan tetap) setiap perubahan energi yang dialami adalah ekuivalen
dengan perubahan entalpi.
Dengan demikian, neraca panas untuk reaksi
aA + bB rR + sS
dapat ditulis sebagai berikut:
panas masuk + panas reaksi/panas yang hilang karena reaksi = panas terakumulasi
a. untuk sistem dengan volume tetap
Q + (− rA ) V R (−U R ) = M T . CV dT / dt
dimana :
VR = volume reaktor
Q = panas masuk
CV = panas jenis campuran pada volume tetap, kal/gr O C
86 Reaktor Homogen
− rA = -1/ V R . d( N A0 − N A0 . X A )/dt
= - N A0 / V R . d(1- X A )/dt
n
(−H R ) N A0 .XA = Cpi T .......... (6.27)
i =1
Untuk reaksi A + B C
(−H R ) N A0 .XA = [ NA.Cp A + NB Cp B + NC Cp C ][T-TO] .......... (6.28)
dimana :
To = temperatur awal reaksi (XA = 0)
T = temperatur campuran pada saat konversi XA
Bila pada interval temperatur dimana operasi berlangsung harga H R dan Cp bisa
dianggap konstan, maka persamaan diatas bisa ditulis :
T - TO = − H R . C A0 / C P . .......... (6.29)
87 Reaktor Homogen
T = temperatur reaksi
TC = temperatur media penukar panas
Jika sebagai medium pemindah panas dipakai suatu fluida yang mengalir di dalam
pipa dengan temperatur masuk dan keluar masing-masing adalah tc1 dan tc2, maka
perbedaan temperatur rata-rata antara medium pemindah panas dan campuran reaksi adalah
(TC - T)Rata-rata=
(TC 2 − T ) − (TC1 − T )
ln(TC 2 − T ) / (TC1 − T )
sehingga persamaan neraca panas menjadi:
(− rA ) V R (−H R ) = - U.A (TC - T)
(k.NAO/ VR (1-X) VR (−H R ) = - U.A (TC - T)
Waktu yang diperlukan untuk mencapai derajat konversi X A, adalah sama seperti yang
telah diturunkan sebelumnya,yaitu:
XA
t = CAO d X
0
A /-rA
Banyaknya panas yang dihasilkan atau diserap (Q) selama reaksi bisa dihitung berdasarkan
jumlah A yang bereaksi (CAO, XA ,V).
atau :
Q= (CAO. XA. V) (−H R ) ..........(6.30)
Contoh 4
Reaksi A + B C, dalam reaktor batch secara adiabatis. NAO = NbO = 5 lbmol,
O
NCO =1 lbmol pada suhu 120 F . Kapasitas panas reaktan A dan produk C masing-
masing 30 Btu/lbmol o F, sedangkan kapasitas panas reaktan B 20 Btu/lbmol o F. Volume
O O
reaktor 10 cuft, panas reaksi pada 120 F -3000 Btu/1bmol F . Hubungan antara k
dengan suhu adalah sebagai berikut:
k = 2,0 + 0,1 (T-100) cuft/1bmol.jam
Hitunglah berapa lbmol A yang bereaksi setelah suhu berubah sebesar 30oF.
Penyelesaian
Reaksi A + B C dengan k = 2,0 + 0,1 (T-100)
NAO = NBo = 5 lbmol
88 Reaktor Homogen
NCO =1 lbmol
VR = 10 cuft
O
CP A = CP C = 30 Btu/lbmol F
O
CP B = 20 Btu/lbmol F
O
TO = 120 F
Neraca panas untuk proses adiabatic (Q=0)
(−H R ) N A0 .X = [ NA.Cp A + NB Cp B + NC Cp C ][T-120]
(3000) (5). X = { NAO.(1-X)(30) + NBO.(1-X)(20) + (NCO+ NAO.X (30)}(T-120)
15000X = { 5 (1-X).30 + 5(1-X).20 + (1+5X).30} (T-120)
15000X = { 150 – 150X + 100 – 100X + 30 + 150X}(T-120)
15000X = (280-100X) (T-120)
15000 X
T = 120+
280 − 100 X
O
Pada suhu 30 F
15000 X
30 =
280 − 100 X
15000 X
280 -100 X = =500X
30
X = 280/600 =0,47
A yang bereaksi = NAO.X
= 5 lbmol x 0.47
= 2,35 lbmol
FAO Cp1 (T1 – T0) = FAO.{ XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r }
O
89 Reaktor Homogen
Cp1 (T1 – T0) = XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r
O
n
0 = F
i =1
iO .C pii (T – T1) + FAO XA . { H r O + C P (T- T0) } .......... (6.31)
Keterangan :
FiO = laju alir umpan masuk reaktor
T = temperatur operasi
T1 = temperatur umpan masuk
TO = temperatur standar
XA = konversi komponen A
C P = ( b Cp B + c Cp C - a Cp A)
a,b,c = koefisien reaksi
Q = panas yang dipindahkan =U.A (T1- TK)
TK = temperatur media pemanas
U = overall koefisien heat transfer
A = luas permukaaan perpindahan panas
90 Reaktor Homogen
U (T − TS )dA U (T − TS )
Q= F
=
F
4/D dVR
Q = 4/D U (T − TS ) dx/r
( n.C )
P O dT = ( n.C P )dT + X (H r )Tb + 4 / D U (T − TS )dx / r
Jika Hr dihitung pada suhu TO,maka :
T0 + − X (H r )
T= .......... (6.33)
n.C P
Jika isotemal, tidak ada kenaikan suhu, persamaan menjadi :
Contoh 5
Sebuah reaktor alir berbentuk tangki berpengaduk dioperasikan secara adiabatic dengan
laju alir umpan masuk reaktor 56,4 L/menit. Cairan masuk mengandung reaktan A dan
inert masing-masing 0,67 mol/menit dan 0,33 mol/menit. Di dalam reaktor komponen A
terurai menjadi B dan C dengan reaksi A B + C. Konversi A = 90 %. Umpan
O
masuk reaktor pada temperatur 300 K . Data-data lainnya :
Cp A = 7 kal/mol O C
Cp B = Cp C = 4 kal/mol O C
Cp I = 8 kal/mol O C
H r = -333 kal/mol A pada 273
O O
K
Hubungan k dengan temperatur adalah sebagai berikut :
k= 0,12 exp(− 25000 / 1,987 )(298 − T / 298T ) jam −1
Hitunglah volume reaktor yang dibutuhkan!
91 Reaktor Homogen
Penyelesaian
Asumsi density konstan, aliran konstan dan keadaan steady state.
Neraca massa
FAO = FA + (-rA) V
Q (CAO- CA) = FA + (-rA) V
(CAO- CA)/ (-rA) = (V/Q) = T
Neraca panas
n
Q= F
i =1
iO .C Pi (T – T1) + FAO XA . { H r O + C P (T- T0) }
Q = 0 (proses adiabatic)
FAO = 0,67 mo/menit
IAO = 0,33 mol/menit
O
T1 = 300 K
FAO.XA = (0,67) (0.9) = 0,603 mol/menit O C
0 = 0,67 (7) (T-300) + 0,33 (8) (T-300) + 0,603 {-333 + (1) (T-273)}
O
T = 323,4 K
k = 0,12 exp(− 25000 / 1,987 )({( 298 − 323,4) /( 298 x323,4)}) jam −1
k = 3,31/jam
CAO = FAO/ Q
= 0,67/56,4 = 0,012 mol/L
CA = CAO (1 - XA) = 0,012 (1 - 0.9)
= 0,0012 mol/L
V/Q = (CAO- CA)/(-rA)
= (CAO- CA)/(k.CA)
V = [(CAO- CA)/(k.CA)] Q
= [(0,012 – 0,0012)/(3.31 x 0,0012)] (56,4)(60)
= 9201 liter
C. RANGKUMAN
Reaktor untuk reaksi homogen terdiri atas :
1. Berdasarkan bentuk
- reaktor tangki
- reaktor pipa
92 Reaktor Homogen
2. Berdasarkan proses
- proses kontinyu (reaktor pipa, reaktor tangki)
- proses batch (reaktor tangki)
- proses semi batch (semi kontiyu)
3. Berdasarkan operasinya
- reaktor isotermal
- reaktor non isotermal (pemanasan)
- reaktor adiabatis (q = 0)
- reaktor non adiabatis
4. Berdasarkan susunan reaktor
- hanya 1 reaktor (single reactor)
- reaktor ganda, seri, paralel, gabungan (seri dan paralel)
- gabungan tipe reaktor, yaitu gabungan antara reaktor pipa dan reaktor tangki
5. Berdasarkan cara pemasukan umpan
- umpan dimasukkan sekaligus (untuk tipe reaktor batch)
- umpan dengan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan (untuk tipe reaktor
kontinyu)
- sebagian hasil dikembalikan ke aliran umpan dan bersama-sama masuk ke reaktor
secara kontinyu (untuk proses reaktor recycle)
- sebagian zat pereaksi dimasukkan sekaligus, sedangkan zat pereaksi lainnya
dimasukkan secara kontinyu
D. SOAL LATIHAN
1. Suatu reaksi autokatalitik terjadi menurut mekanisme reaksi berikut :
A+R R+R
Reaksi ini berlangsung pada dua reaktor CSTR seri yang identik. Reaksi
berlangsung secara reversible dan eksotermis. Reaksi stokiometri yang terjadi
adalah A → R.
Umpan A yang dimasukkan 225 lbmol/min pada 70oC, dengan konsentrasi sebesar
1,5 lbmol/ft3. Sebagian dari A terkonversi menjadi R dalam reaktor pertama pada
suhu 85oC. Suhu yang meninggalkan reaktor kedua adalah 100oC. Dari penelitian
laboratorium diperoleh konstanta laju reaksi sbb :
93 Reaktor Homogen
T ( o C) k1 (ft3/lbmol.menit) k-1 (ft3/lbmol menit)
70 0,55 ?
85 2,90 0,078
100 ? 0,625
2. Suatu reaktor fasa cair A + B → produk berlangsung pada PFR seri dimana
FAo = FBo = 50 lbmol/jam. Harga k pada saat operasi isothermal 25 0C
adalah 2 cuft/lbmol.jam. Volume reaktor pertama dan kedua 10 ft 3.
Tentukanlah :
a. Fraksi A yang terbentuk menjadi produk pada saat meninggalkan reaktor
pertama
b. Bila beroperasi secara parallel, masing-masing 50 % campuran A dan B,
berapa konversi setelah meninggalkan reaktor kedua ?
94 Reaktor Homogen
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1992. Kinetika Kimia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Amis, E.S. 1966. Solvent Effects on Reaction Rates and Mechanism. Academic press.
New York.
Baradja, Lubna. 1995. Kumpulan Soal – Jawab Kinetika Kimia. Jurusan Kimia.
Institut Teknologi Bandung.
Laidler, Keith, J. 1987. Chemical Kinetics. Third Edition. Harper Collins. New York.
Levenspiel, O. 1998. Chemical Reaction Engineering. John Willey.
Smith, I.W.M. 1980. Kinetics and Dynamics of Elementary Gas Reactions.
Butterworth. London.
95 Reaktor Homogen