Anda di halaman 1dari 23

BAB VI

REAKTOR HOMOGEN

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Setelah membaca BAB ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan membahas
jenis-jenis reaktor homogen dan perhitungannya, baik neraca massa maupun neraca
panas.
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Jika mahasiswa diberikan suatu kasus tentang reaktor, diharapkan mampu:
a. menjelaskan jenis-jenis reaktor homogen
b. menghitung neraca massa pada reaktor homogen
c. menghitung neraca panas pada reaktor homogen

A. PENDAHULUAN
Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor
adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu reaksi
kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan
berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias
terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi
yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi
perubahan bahan bukan fasa misalnya dari air menjadi uap yang merupakan reaksi fisika.
Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di
teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja
reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar
dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor
keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya termasuk besarnya
energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku juga upah operator.

B. POKOK – POKOK ISI


6.1 Jenis-Jenis Reaktor
Reaktor kimia adalah sebuah alat dalam industri kimia, tempat terjadinya reaksi kimia
dari bahan jadi atau setengah jadi sehingga diperoleh nilai tambah. Peran teknik kimia

73 Reaktor Homogen
dalam merancang reaktor adalah menentukan tipe reaktor yang digunakan, kondisi operasi
(T, P, t dan katalis), serta memilih peralatan lain yang mendukung.
Reaktor untuk reaksi homogen terdiri atas :
1. Berdasarkan Bentuk
- reaktor tangki (L/D  1-3 )
- reaktor pipa ( L/D sangat besar )
2. Berdasarkan proses
- proses kontinyu (reaktor pipa, reaktor tangki)
- proses batch (reaktor tangki)
- proses semi batch (semi kontinyu)
3. Berdasarkan operasinya
- reaktor isotermal
- reaktor non isotermal (pemanasan)
- reaktor adiabatis (q = 0)
- reaktor non adiabatis
4. Berdasarkan susunan reaktor
- hanya 1 reaktor (single reactor)
- reaktor ganda, seri, paralel, gabungan (seri dan paralel)
- gabungan tipe reaktor, yaitu gabungan antara reaktor pipa dan reaktor tangki
5. Berdasarkan cara pemasukan umpan
- umpan dimasukkan sekaligus (untuk tipe reaktor batch)
- umpan dengan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan (untuk tipe reaktor
kontinyu)
- sebagian hasil dikembalikan ke aliran umpan dan bersama-sama masuk ke reaktor
secara kontinyu (untuk proses reaktor recycle)
- sebagian zat pereaksi dimasukkan sekaligus, sedangkan zat pereaksi lainnya
dimasukkan secara kontinyu

6.2. Neraca Massa Reaktor Batch


Dalam pengoperasian reaktor batch ada dua yaitu reaktor batch dan reaktor semi
batch. Pada reaktor batch, pada saat reaksi berlangsung tidak ada zat yang masuk maupun
yang keluar, sedangkan pada reaktor semi batch, pada saat reaksi berlangsung ada zat yang
masuk saja atau sebaliknya.

74 Reaktor Homogen
Reaktor Batch Reaktor Semi Batch

Gambar 6.1 Reaktor batch dan reaktor semi batch

Reaktor batch khususnya digunakan untuk :


• pembuatan zat tertentu,
• menghasilkan produk-produk farmasi,
• suatu pilot plant yang digunakan dalam pembuatan data.
Kerugian dari reaktor batch adalah adanya waktu turn arround (TA) yaitu :
• waktu yang diperlukan untuk pengisian reaktor
• waktu yang dibutuhkan untuk membawa reaktan ke kondisi operasi
(dipanaskan/didinginkan, diberi tekanan/vakum)
• waktu reaksi untuk menjadi produk
• waktu yang diperlukan untuk discharge/pembongkaran produk
• waktu untuk membersihkan reaktor.
Dengan adanya waktu TA tersebut maka biaya operasi tinggi. Sistem reaktor batch bisa
menjadi reaktor kontinyu jika digunakan secara paralel.
Reaktor batch yang kadang-kadang disebut reaktor tertutup adalah suatu reaktor
dimana tidak ada aliran masuk maupun keluar selama reaksi berlangsung. Reaktan
dimasukkan sekaligus pada saat awal, kemudian hasil reaksi diambil setelah jangka waktu
tertentu.

Volume campuran =V
A [A] di dalam reaktor = CA
kecepatan reaksi = - ra
derajat konversi = XA
Campuran reaktan & produk komponen di setiap titik sama.

75 Reaktor Homogen
Neraca massa Komponen A
zat masuk = zat keluar +terakumulasi + zat yang hilang
0 0

Untuk reaktor batch isothermal dengan volume tetap


0 = 0 + dNa/dt + (-rA) . V
(-rA) . V = - dNa/dt
-rA = - 1/V dNa/dt
Jika volume tetap selama campuran di dalam reaktan, maka :
-rA = - dCA /dt (mol/vol.waktu)
Integrasi persamaan di atas, menyatakan hubungan antara waktu reaksi dan konsentrasi.
t CA
dC A
 dt =  −
0 CA0
dt

Bila volume tetap:


t CA
dC A
 dt =
0
−
C A0
− rA

Bila volume berubah:


t CA
dC A
 dt =  − 1v
0 C A0
dt

Integrasi ini biasa dilakukan secara analisis kalau diketahui hubungan antara –rA dengan
CA.
Berikut ini diberikan metode-metode dan hasil integrasi untuk beberapa macam
persamaan laju reaksi (-rA).

6.2.1. Reaksi Ireversibel Orde Nol


Pada reaksi jenis ini, kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi, jadi
-rA = - dCA/dt = k
CA t

C A0
 dC A = k  dt
0

- CA + CA0 = kt
CA = CA0 – kt

76 Reaktor Homogen
Bila volume campuran tetap selama reaksi berlangsung, persamaan menjadi :
XA = (NA0 – NA) / NA0
XA = (CA0 – CA) / CA0 .......... (6.1)
CA0 . XA = CA0 – CA
XA = (k / CA0) . t
dimana : t = waktu reaksi
XA = derajat konversi A pada waktu t

C
A0
C
A

Slope = k

waktu

Gambar 6.2 Aluran konsentrasi terhadap waktu untuk reaksi orde nol

6.2.2. Reaksi Ireversibel Orde Kesatu


-rA = - dCA/dt = k . CA
- dCA/ CA = k . t
CA t
−  (dC
C A0
A / C A =  k .t
0

- ln (CA/CA0) = k . t ..........(6.2)
subtitusikan persamaan (1) ke persamaan (2), maka akan diperoleh :
- ln (1 - XA) = k. t
ln (1 - XA) = - k. t
(1 - XA) = e -k. t
plot – ln CA/CA0 atau - ln (1-XA) vs t, diperoleh garis lurus dengan kemiringan slope k.

77 Reaktor Homogen
- ln (CA/CA0)
atau
- ln (1-XA)
C
A0
C

Slope = k

waktu

Gambar 6.3 Aluran konsentrasi terhadap waktu untuk reaksi orde ke satu

6.2.3. Reaksi Ireversibel orde kedua


Untuk reaksi elementer A + B → produk
Persamaan laju reaksinya adalah :
-rA = - dCA/dt = - dCB/dt = k . CA. CB ..........(6.3)
Jika derajat konversi A adalah Xa dan karena pada setiap saat t, jumlah A yang bereaksi
harus sama dengan jumlah B yang bereaksi, maka :
(CA0 - CA) =(CB0 – CB) =(CA0 - XA)
CA = CA0 – (CA0 - XA)
CB = CB0 – (CA0 - XA) ..........(6.4)
Substitusikan persamaan (4) ke persamaan (3)
-rA = - (dCA/dt) = k. CA0 – (CA0 - XA) . CB0 – (CA0 - XA)
- (dCA/dt) = - d .( CA0 – CA0 . XA) / dt = CA0(dXA/dt)
CA0(dXA/dt) = k .( CA0 – CA0 . XA) . (CB0 – CA0 . XA)
Jika ratio molar CBo/CAo pada saat awal adalah M, maka :
CA0(dXA/dt) = k . CA02 (1-XA) (M-XA)
Hasil dari integrasi diperoleh :
XA t
− 
o
dX A / (1 - XA) (M - XA) = C Ao .k  d .t
0

Hasil akhir diperoleh :


ln ( (M-XA)/M (1-XA) ) = (M-1) CAo. K. t
atau
ln [(CBo/(CAo.XA))/ (CBo/CAo(1-XA))]= (CBo/CAo – 1 )CAo.k.t
ln [(CBo - CAo.)XA)/ CBo(1-XA)]= (CBo-CAo) .k.t

78 Reaktor Homogen
ln [CB/{( CBo / CAo) CA}]=(CBo-CAo) .k.t
ln [(CBo. CAo.) / CBo. CA)]= (CBo-CAo) .k.t
Jika M = 1, persamaan di atas tidak bisa digunakan secara langsung karena akan diperoleh
data pada setiap saat.
CBo/CAo =( CB/CA) sehingga ln [(CBo. CAo.) / CBo. CA)] = ln 1 = 0
Untuk penyelesaiannya, harus kembali ke persamaan semula, yaitu :
-rA = - (dCA/dt) = k. CA. CB
Jika CAo = CBo, maka setiap saat akan berlaku CA= CB, sehingga :
-rA = - (dCA/dt) = k. CA2
- (dCA/ CA2) = k. dt
Hasil integrasi
1/CA-1/CAo = k .t atau
1/CA-1/CAo = xA / ( CAo(1-XA)) = k . t ..........(6.5)

Contoh 1
Reaksi zat A dan zat B dengan persamaan reaksi A + B C, dijalankan di sebuah
reaktor batch isothermal. Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan data sebagai
berikut :
Konsentrasi awal Konsentrasi awal Awal reaksi Konsentrasi A pada
Run
(grmol/L) A (grmol/L) B (jam) akhir reaksi
1. 0,1 1,0 0,5 0,095
2. 0,1 2,0 0,5 0,080
3. 0,1 0,1 1000 0,050
4. 0,1 0,2 500 0,10
a. Bagaimana persamaan laju reaksinya
b. Hitung tetapan laju reaksi

Penyelesaian :
Misalkan persamaan laju reaksi r = k . CAa.CBb
Jika konsentrasi awal A dan B sama ( untuk run 3 dan 4), maka CA = CB.
asumsi reaksi orde 2, maka digunakan persamaan :
(1/CA – 1/CAo) = k.t
k = 1/t (1/CA – 1 /CA0)

79 Reaktor Homogen
untuk run 3 dan run 4
run 3 k = 1/1000 (1/0,05 – 1/0,1) = 0,010 L/gmol (jam)
run 4 k = 1/500 (1/0,1 – 1/0,2) = 0,010 L/gmol (jam)
Ternyata harga k pada run 3 dan run 4 sama, jadi asumsi n = 2 adalah benar (a+b=2).
Jika dibandingkan run 1 dan run 2, konsentrasi A pada run 1 dan run 2 sama. Waktu reaksi
sama, tetapi baik mol A maupun mol B yang bereaksi pada run 1 dan run 2 tidak sama,
sehingga CBo = 2 CAo, jadi konsentrasi A tidak mempengaruhi laju reaksi (a=0, b=2)
a. Persamaan laju reaksi rA = k. CAo.CB2 = k. CB2
b. Menentukan tetapan laju reaksi.
k = 1/t (1/CA – 1/CAo)
Run 1 = A yang bereaksi = B yang bereaksi = 0,1 – 0,095 = 0,005
B yang tinggal = 1 – 0,005 = 0,995
k = 1/t (1/CB – 1/CBo)
= 1/0,5 (1/0,995 – 1/1)
= 0,01005 l/grmol.jam
Run 2 = A yang berekasi = B yang bereaksi
= 0,1 – 0,008 = 0,02
B yang tinggal = 2 – 0,002 = 1,98
k = 1/t (1/CB – 1/CBo)
= 1/0,5 (1/1.98 – ½)
= 0,0101 l/grmol.jam

6.3. Neraca Massa untuk Reaktor Kontinyu


Reaktor kontinyu ada dua macam, yaitu :
1. CSTR ( continuous stirred tank reactor)
2. PFR ( plug flow reactor)

6.3.1. CSTR
Reaktor ini biasanya terdiri dari satu atau lebih tangki berpengaduk. Biasanya tangki-
tangki ini dipasang vertikal dengan pengadukan sempurna. Pengadukan pada masing-
masing tangki dilakukan secara kontinyu, sehingga diperoleh suatu keadaan dimana
komposisi campuran di dalam reaktor benar-benar seragam. Reaktor tangki biasanya
digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair, reaksi heterogen cair-padat, cair-cair dan
sebagainya.
80 Reaktor Homogen
Neraca Massa
Di dalam reaktor tangki ideal, konsentrasi di setiap titik di dalam reaktor adalah
sama, sehingga kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di dalam reaktor.
Dengan demikian, perhitungan neraca massanya dapat dilakukan secara makro, yaitu
dengan meninjau reaktor tersebut sebagai suatu unit yang utuh.

XA0 = 0

FA0, CAO, Qo

- rA
CA
XA
Q
F

Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan yang bereaksi +
laju reaktan terakumulasi

Dalam keadaan steady state tidak terjadi akumulasi, sehingga neraca massa
komponen A:
FAo = FA + (-rA) V .......... (6.6)
Sementara : FA = FAo - FAo. XA
= FAo (1- XA)
sehingga,
FAo = FAo (1- XA) + (-rA. V)
FAo. XA = (-rA) V
V/ FAo = XA/(-rA) .......... (6.7)
dimana : F = laju alir molar (mol/waktu)
Q = laju alir volum (volume/waktu)
Bila Q adalah volumetric rate = unit volume/satuan waktu, maka pers (6.7) dapat ditulis :
V/Q. CAo = XA / -rA
V/Q = CAo. (XA/-rA) =  .......... (6.8)
dimana  = space time / waktu tinggal
Kebalikan space time adalah space velocity (sv)
sv = 1 / 
 = (CAo. XA) / -rA)

81 Reaktor Homogen
 = (CAo - CA) / -rA) .......... (6.9)
Untuk reaksi orde pertama : -rA = k . CA
k .  = (CAo. XA) / CA = (CAo - CA) / CA .......... (6.10)
k .  = (CAo - CA) – 1
CA / CAo = 1 / (1 + k . )
Bila terjadi perubahan volume selama reaksi berlangsung, maka :
V = Vo ( 1 +  A . XA)
 A = ratio bilangan stoikiometri produk dan reaktan
CA = CAo (1- XA)/Vo . ( 1 +  A . XA) .......... (6.11)
CA / CAo = (1- XA) / ( 1 +  A . XA) .......... (6.12)

Untuk reaksi orde pertama pers. (6.11) dapat dieliminasi ke dalam per. (6.10), sehingga
didapat : k .  = XA {( 1 +  A . XA) / (1- XA) }

I II
CSTR yang disusun seri

FA2
FA1, CA1, XA1 CA2
XA2

Gambar 6.4 CSTR yang disusun seri

Dua buah reaktor tangki yang disusun seri.


Kita tinjau dari reaksi orde pertama
A produk
Neraca massa komponen A pada tangki I
FAo – FA1 – (-rA1) V1 = 0 .......... (6.13)
Q (CAo – CA1) = (-rA) V1
Untuk reaksi orde pertama :
Q (CAo – CA1) = (k1.CA1) V1
V1 / Q = CAo – CA1 / k.CA1 = 1 .......... (6.14)
k1.  = CAo – CA1 / CA1 = CAo / CA1 - 1

82 Reaktor Homogen
CAo / CA1 = 1 + k1. 1
CA1 / CA0 = 1 / (1+ k1. 1) ..........(6.15)

Neraca massa komponen A pada tangki II


FA1 – FA2 – (-rA2) V2 = 0 ..........(6.16)
Q (CA1 – CA2) = (-rA2) V2
Untuk reaksi orde pertama :
Q (CA1 – CA2) = (k2.CA2) V2
V2 / Q = CA1 – CA2 / k2 . CA2 = 2 .......... (6.17)
k2. 2 = CA1 – CA2 / CA2 = CA1 / CA2 - 1
CA2 / CA1 = 1 / (1+ k2. 2)
Bila temperatur di setiap reaktor sama, maka k1 = k2, sehingga
CA2 / CA1 = 1 / (1+ k2. 2) .......... (6.18)

Contoh 2
Hidrolisis metil asetat adalah tingkat 2 reversibel, dimana :
k1 = 1,482 x 10-4 L/mol.menit pada 25 o C
k2 = 6,77 x 10-4 L/mol.menit pada 25 o C
Dimaksudkan untuk merencanakan sebuah reaktor alir berbentuk tangki berpengaduk
untuk melaksanakan hidrolisis tersebut. Konsentrasi awal metil asetat 1,15 mol/L.
Kecepatan aliran pemasukkan 2 L/menit. Konsentrasi awal air 48 mol/L. Hitung volume
reaktor yang dibutuhkan bila diinginkan konversi metil asetat 30 % pada waktu keluar
reaktor.
Penyelesaian :
Reaksi : A + B  C + D
Diketahui : CAo = 1,15 mol/L
CBo = 48 mol/L
Q = 2 L/menit
Komposisi larutan keluar reaktor
CA = CAo (1-XA)
= 1,15 (1 – 0,3) = 0,805 mol/L
CB = CBo – CAo . XA = 48 – 1,15 (0,3) = 47,655 mol/L
CC = CD = CAo . XA = 1,15 (0,3) = 0,345 mol/L
83 Reaktor Homogen
Laju reaksi :
-rA = k1 . CA . CB – k2 . CC.CD
= (1,482 . 10-4) (0,803) (47,655) – (6,77. 10-4) (0,345) (0,345)
= 56. 10-4 mol/L.menit
Volume reaktor yang dibutuhkan :
VR / Q = (CAo . XA) / -rA
= (1,15) (0,3) / 56. 10-4
VR = 2 (1,15) (0,3) / 56. 10-4
VR = 2 (1,15) (0,3) / 56.10-4
VR = 123,2 liter

6.3.2. PFR (Reaktor Alir Sumbat)


Reaktor pipa banyak dipakai dalam industri untuk zat pereaksi fase gas dengan
kapasitas hasil yang besar. Jika reaktor alir pipa diisi dengan katalisator disebut fixed bed
reaktor atau packed bed reaktor.
Di dalam reaktor aliran sumbat, campuran reaktan dan produk mengalir dengan profil
kecepatan yang benar-benar rata, kecepatan alir dan konsentrasi seragam di seluruh jari-jari
pada setiap penampang reaktor dan tidak ada difusi longitudinal, baik dari reaktan maupun
dari produknya.
Untuk menurunkan persamaan karakteristik di dalam PFR, harus ditinjau suatu
segmen reaktor berikut ini.

Q0, CA0 Q Q Q

FA0 FA, XA FA + dFA Ca XA + FA

dV
XA + dXA

Neraca massa di dalam segmen volume dV adalah :


FA = (-rA) dV + (FA + dFA)
Zat A yang masuk = zat A yang karena reaksi + zat yang keluar
atau
– dFA = - rA d V .......... (6.19)
Karena FA = FAo (1-XA), maka pers. (18) bisa ditulis dengan fungsi XA menjadi :
FAo = (-rA) dV

84 Reaktor Homogen
atau
dXA / dV = -rA / FAo = -rA / Qo.CAo .......... (6.20)
Karena – rA merupakan fungsi dari XA, maka pers. (6.19) dapat ditulis sbb :
dV/FAo = dV / Qo.CAo = dXA/-rA .......... (6.21)

Besarnya derajat konversi pada output reaktor diperoleh dengan mengintegrasikan


pers.(6.21) untuk seluruh volume reaktor V dengan harga batas antara XAo dan XA.
XA
V
Q0
= C A0  dX
X A0
A / − rA .......... (6.22)

dimana V/Q0 = volume reaktor / laju alir umpan =  = space time


XA

 = C A0  dX
X A0
A / − rA .......... (6.23)

Pers. (6.23) merupakan persamaan karakteristik reaktor aliran sumbat (PFR).

Contoh 3
Reaksi orde pertama A B yang terjadi di dalam reaktor sumbat dengan debit
konstan. Turunkanlah hubungan persamaan volume reaktor dengan konstanta kecepatan
reaksi (k). Tentukan volume reaktor yang diperlukan untuk mengurangi konsentrasi yang
keluar sampai 10 % dari konsentrasi masuk, jika Q = 10 dm3 / menit dan k = 0,23 / menit
Penyelesaian :
FA = FA + dFA + (-rA) dV
dFA = (-rA) dV
dFA/dV = -rA
FA = Qo.CA
-rA = k . CA
dFA/dV =k . CA
d(Q0.CA)/dV = k.CA
CA V
Q0 dC A

k 
C A0
CA
=  dV
0

V = Q0 / k ln CA0 / CA
V = 10 / 0,23 ln 1 /0,1
V = 100 liter

85 Reaktor Homogen
6.4. Neraca Panas untuk Reaktor Batch
Untuk menurunkan persamaan neraca panas di dalam sistem reaktor batch, yang
pertama-tama harus diperhatikan adalah apakah sistem berada pada volume konstan atau
pada tekanan kostan. Untuk keadaan yang pertama (volume konstan) setiap perubahan
energi yang dialami sistem adalah ekivalen dengan perubahan energi dalamnya. Untuk
sistem yang kedua (tekanan tetap) setiap perubahan energi yang dialami adalah ekuivalen
dengan perubahan entalpi.
Dengan demikian, neraca panas untuk reaksi
aA + bB rR + sS
dapat ditulis sebagai berikut:
panas masuk + panas reaksi/panas yang hilang karena reaksi = panas terakumulasi
a. untuk sistem dengan volume tetap

Q + (− rA ) V R (−U R ) = M T . CV dT / dt

b. untuk sistem dengan tekanan tetap


Q + (− rA ) V R (−H R ) = M T . C P dT / dt

dimana :
VR = volume reaktor
Q = panas masuk
CV = panas jenis campuran pada volume tetap, kal/gr O C

CP = panas jenis campuran pada tekanan tetap, kal/gr O C


Ur = panas reaksi per mol A (pada volume tetap)
Hr = panas reaksi per mol A (pada tekanan tetap)
MT = massa total campuran di dalam reaktor

6.4.1. Operasi Adiabatis


Di dalam operasi adiabatis tidak ada panas yang masuk maupun panas yang keluar
dari dalam sistem atau Q=0.
(− rA ) V R (−H R ) = M T . C P dT / dt .......... (6.24)
diketahui:
− rA = -1/ V R . d N A /dt .......... (6.25)

86 Reaktor Homogen
− rA = -1/ V R . d( N A0 − N A0 . X A )/dt

= - N A0 / V R . d(1- X A )/dt

= N A0 / V R . d X A /dt .......... (6.26)

substitusi pers. (6.26) ke (6.24)


(−H R ) N A0 . d X A =Nt.Cp.dT

bila (−H R ) konstan,maka :


XA T
(−H R ) N A0 d X
0
A =  Nt.Cp.dT
TO

n
(−H R ) N A0 .XA =  Cpi T .......... (6.27)
i =1

Untuk reaksi A + B C
(−H R ) N A0 .XA = [ NA.Cp A + NB Cp B + NC Cp C ][T-TO] .......... (6.28)

dimana :
To = temperatur awal reaksi (XA = 0)
T = temperatur campuran pada saat konversi XA
Bila pada interval temperatur dimana operasi berlangsung harga H R dan Cp bisa
dianggap konstan, maka persamaan diatas bisa ditulis :
T - TO = − H R . C A0 / C P . .......... (6.29)

6.4.2. Operasi Isotermal


Pada operasi isotermal, temperatur konstan selama reaksi berlangsung. Ini berarti
semua panas yang dihasilkan/diserap adalah sama dengan panas yang dipindahkan melalui
dinding media pemindah panas, sehingga tidak ada akumulasi panas di dalam sistem.
Panas yang dihasilkan reaksi = panas yang dipindahkan.
(−H R ) (− rA ) V R = - Q
(−H R ) (− rA ) V R = - U.A (TC - T)
(−H R ) (− rA ) V R = U.A (T - TC)
dimana :
Q = laju perpindahan panas
A = luas dinding perpindahan panas

87 Reaktor Homogen
T = temperatur reaksi
TC = temperatur media penukar panas

Jika sebagai medium pemindah panas dipakai suatu fluida yang mengalir di dalam
pipa dengan temperatur masuk dan keluar masing-masing adalah tc1 dan tc2, maka
perbedaan temperatur rata-rata antara medium pemindah panas dan campuran reaksi adalah

(TC - T)Rata-rata=
(TC 2 − T ) − (TC1 − T )
ln(TC 2 − T ) / (TC1 − T )
sehingga persamaan neraca panas menjadi:
(− rA ) V R (−H R ) = - U.A (TC - T)
(k.NAO/ VR (1-X) VR (−H R ) = - U.A (TC - T)

Waktu yang diperlukan untuk mencapai derajat konversi X A, adalah sama seperti yang
telah diturunkan sebelumnya,yaitu:
XA

t = CAO d X
0
A /-rA

Banyaknya panas yang dihasilkan atau diserap (Q) selama reaksi bisa dihitung berdasarkan
jumlah A yang bereaksi (CAO, XA ,V).
atau :
Q= (CAO. XA. V) (−H R ) ..........(6.30)

Contoh 4
Reaksi A + B C, dalam reaktor batch secara adiabatis. NAO = NbO = 5 lbmol,
O
NCO =1 lbmol pada suhu 120 F . Kapasitas panas reaktan A dan produk C masing-
masing 30 Btu/lbmol o F, sedangkan kapasitas panas reaktan B 20 Btu/lbmol o F. Volume
O O
reaktor 10 cuft, panas reaksi pada 120 F -3000 Btu/1bmol F . Hubungan antara k
dengan suhu adalah sebagai berikut:
k = 2,0 + 0,1 (T-100) cuft/1bmol.jam
Hitunglah berapa lbmol A yang bereaksi setelah suhu berubah sebesar 30oF.

Penyelesaian
Reaksi A + B C dengan k = 2,0 + 0,1 (T-100)
NAO = NBo = 5 lbmol

88 Reaktor Homogen
NCO =1 lbmol
VR = 10 cuft
O
CP A = CP C = 30 Btu/lbmol F
O
CP B = 20 Btu/lbmol F
O
TO = 120 F
Neraca panas untuk proses adiabatic (Q=0)
(−H R ) N A0 .X = [ NA.Cp A + NB Cp B + NC Cp C ][T-120]
(3000) (5). X = { NAO.(1-X)(30) + NBO.(1-X)(20) + (NCO+ NAO.X (30)}(T-120)
15000X = { 5 (1-X).30 + 5(1-X).20 + (1+5X).30} (T-120)
15000X = { 150 – 150X + 100 – 100X + 30 + 150X}(T-120)
15000X = (280-100X) (T-120)
15000 X
T = 120+
280 − 100 X
O
Pada suhu 30 F
15000 X
30 =
280 − 100 X
15000 X
280 -100 X = =500X
30
X = 280/600 =0,47
A yang bereaksi = NAO.X
= 5 lbmol x 0.47
= 2,35 lbmol

6.5. Neraca Panas untuk Reaktor Kontinyu


6.5.1 Neraca Panas untuk CSTR
Neraca panas : input = output + reaksi
H reaktan = H produk + H r
O

Input = H1 = FAO Cp1 (T1 – T0)


Output = H2 + H2` = FAO. XA Cp2 (T – T0) + FAO. (1-XA) Cp1 (T – T0)
Neraca panas
FAO Cp1 (T1 – T0) = FAO. XA Cp2 (T – T0) + FAO. (1-XA) Cp1 (T – T0) + FAO. XA . H r
O

FAO Cp1 (T1 – T0) = FAO.{ XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r }
O

89 Reaktor Homogen
Cp1 (T1 – T0) = XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r
O

Untuk proses adiabatic, Q = 0


0 = - Cp1 (T1 – T0) + XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r
O

0 = - Cp1 T1 + Cp1T0 + XA Cp2 T – XA Cp2 T0 + Cp1.T- Cp1 T0 - XA Cp1.T + XA Cp1 T0 +


XA . H r
O

0 = Cp1 (T – T1) + XA .T (Cp2 -Cp1) - XA .T0 (Cp2 -Cp1) + XA . H r


O

0 = Cp1 (T – T1) + XA .T C P - XA .T0 C P + XA . H r


O

0 = Cp1 (T – T1) + XA . C P (T- T0) + XA . H r


O

0 = Cp1 (T – T1) + XA . { H r + Cpi (T- T0) }


O

n
0 = F
i =1
iO .C pii (T – T1) + FAO XA . { H r O + C P (T- T0) } .......... (6.31)

Untuk proses non adiabatic


n
Q = F
i =1
iO .CPi (T – T1) + FAO XA . { H r O + C P (T- T0) } .......... (6.32)

Keterangan :
FiO = laju alir umpan masuk reaktor

C Pi = kapasitas panas rata-rata komponen i

T = temperatur operasi
T1 = temperatur umpan masuk
TO = temperatur standar
XA = konversi komponen A
C P = ( b Cp B + c Cp C - a Cp A)
a,b,c = koefisien reaksi
Q = panas yang dipindahkan =U.A (T1- TK)
TK = temperatur media pemanas
U = overall koefisien heat transfer
A = luas permukaaan perpindahan panas

6.5.2. Neraca Panas untuk PFR


Jika kecepatan pemasukan dinyatakan dalam F lbmol/jam, maka perpindahan panas
per mol umpan menjadi

90 Reaktor Homogen
U (T − TS )dA U (T − TS )
Q=  F
=
F
4/D dVR

Q = 4/D U (T − TS ) dx/r

Neraca panas per 1 lbmol umpan

 ( n.C )
P O dT =  ( n.C P )dT + X (H r )Tb + 4 / D  U (T − TS )dx / r
Jika Hr dihitung pada suhu TO,maka :

 ( n.C )dT + X (H )


P r TO + 4 / D  U (T − TS )dx / r = 0

Jika kapasitas panas konstan terhadap suhu,maka :

 n.C P (T − T0 ) = − X (H r )TO + 4 / D  U (T − TS )dx / r


T0 + − X (H r )TO + 4 / D  U (T − TS )dx / r
T=
n.C P
Jika Adiabatis : 4 / D  U (T − TS )dx / r =0

T0 + − X (H r )
T= .......... (6.33)
 n.C P
Jika isotemal, tidak ada kenaikan suhu, persamaan menjadi :

 ( n.C ).dT = X (H )


P r TB + 4 / D  U (T − TS )dx / r .......... (6.34)

Contoh 5
Sebuah reaktor alir berbentuk tangki berpengaduk dioperasikan secara adiabatic dengan
laju alir umpan masuk reaktor 56,4 L/menit. Cairan masuk mengandung reaktan A dan
inert masing-masing 0,67 mol/menit dan 0,33 mol/menit. Di dalam reaktor komponen A
terurai menjadi B dan C dengan reaksi A B + C. Konversi A = 90 %. Umpan
O
masuk reaktor pada temperatur 300 K . Data-data lainnya :
Cp A = 7 kal/mol O C
Cp B = Cp C = 4 kal/mol O C
Cp I = 8 kal/mol O C
H r = -333 kal/mol A pada 273
O O
K
Hubungan k dengan temperatur adalah sebagai berikut :
k= 0,12 exp(− 25000 / 1,987 )(298 − T / 298T ) jam −1
Hitunglah volume reaktor yang dibutuhkan!

91 Reaktor Homogen
Penyelesaian
Asumsi density konstan, aliran konstan dan keadaan steady state.
Neraca massa
FAO = FA + (-rA) V
Q (CAO- CA) = FA + (-rA) V
(CAO- CA)/ (-rA) = (V/Q) = T
Neraca panas
n
Q= F
i =1
iO .C Pi (T – T1) + FAO XA . { H r O + C P (T- T0) }

Q = 0 (proses adiabatic)
FAO = 0,67 mo/menit
IAO = 0,33 mol/menit
O
T1 = 300 K
FAO.XA = (0,67) (0.9) = 0,603 mol/menit O C
0 = 0,67 (7) (T-300) + 0,33 (8) (T-300) + 0,603 {-333 + (1) (T-273)}
O
T = 323,4 K
k = 0,12 exp(− 25000 / 1,987 )({( 298 − 323,4) /( 298 x323,4)}) jam −1
k = 3,31/jam
CAO = FAO/ Q
= 0,67/56,4 = 0,012 mol/L
CA = CAO (1 - XA) = 0,012 (1 - 0.9)
= 0,0012 mol/L
V/Q = (CAO- CA)/(-rA)
= (CAO- CA)/(k.CA)
V = [(CAO- CA)/(k.CA)] Q
= [(0,012 – 0,0012)/(3.31 x 0,0012)] (56,4)(60)
= 9201 liter

C. RANGKUMAN
Reaktor untuk reaksi homogen terdiri atas :
1. Berdasarkan bentuk
- reaktor tangki
- reaktor pipa

92 Reaktor Homogen
2. Berdasarkan proses
- proses kontinyu (reaktor pipa, reaktor tangki)
- proses batch (reaktor tangki)
- proses semi batch (semi kontiyu)
3. Berdasarkan operasinya
- reaktor isotermal
- reaktor non isotermal (pemanasan)
- reaktor adiabatis (q = 0)
- reaktor non adiabatis
4. Berdasarkan susunan reaktor
- hanya 1 reaktor (single reactor)
- reaktor ganda, seri, paralel, gabungan (seri dan paralel)
- gabungan tipe reaktor, yaitu gabungan antara reaktor pipa dan reaktor tangki
5. Berdasarkan cara pemasukan umpan
- umpan dimasukkan sekaligus (untuk tipe reaktor batch)
- umpan dengan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan (untuk tipe reaktor
kontinyu)
- sebagian hasil dikembalikan ke aliran umpan dan bersama-sama masuk ke reaktor
secara kontinyu (untuk proses reaktor recycle)
- sebagian zat pereaksi dimasukkan sekaligus, sedangkan zat pereaksi lainnya
dimasukkan secara kontinyu

D. SOAL LATIHAN
1. Suatu reaksi autokatalitik terjadi menurut mekanisme reaksi berikut :
A+R R+R
Reaksi ini berlangsung pada dua reaktor CSTR seri yang identik. Reaksi
berlangsung secara reversible dan eksotermis. Reaksi stokiometri yang terjadi
adalah A → R.
Umpan A yang dimasukkan 225 lbmol/min pada 70oC, dengan konsentrasi sebesar
1,5 lbmol/ft3. Sebagian dari A terkonversi menjadi R dalam reaktor pertama pada
suhu 85oC. Suhu yang meninggalkan reaktor kedua adalah 100oC. Dari penelitian
laboratorium diperoleh konstanta laju reaksi sbb :

93 Reaktor Homogen
T ( o C) k1 (ft3/lbmol.menit) k-1 (ft3/lbmol menit)
70 0,55 ?
85 2,90 0,078
100 ? 0,625

Apabila volume masing-masing reactor 50 ft3, tentukanlah komposisi yang


meninggalkan reaktor.

2. Suatu reaktor fasa cair A + B → produk berlangsung pada PFR seri dimana
FAo = FBo = 50 lbmol/jam. Harga k pada saat operasi isothermal 25 0C
adalah 2 cuft/lbmol.jam. Volume reaktor pertama dan kedua 10 ft 3.
Tentukanlah :
a. Fraksi A yang terbentuk menjadi produk pada saat meninggalkan reaktor
pertama
b. Bila beroperasi secara parallel, masing-masing 50 % campuran A dan B,
berapa konversi setelah meninggalkan reaktor kedua ?

3. Dekomposisi gas phosphine dilakukan dalam reaktor batch dengan reaksi:


4 PH3 P4 + 6 H2 pada temteratur 650oC
Hubungan k dengan temperatur:
Log k = - 18963/T – 2 log T + 12,13, dimana T dalam K
Hitung tekanan di dalam reaktor setelah dekomposisi berjalan 3 menit dimana
tekanan awal phosphine 1 atm.

94 Reaktor Homogen
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1992. Kinetika Kimia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Amis, E.S. 1966. Solvent Effects on Reaction Rates and Mechanism. Academic press.
New York.

Baradja, Lubna. 1995. Kumpulan Soal – Jawab Kinetika Kimia. Jurusan Kimia.
Institut Teknologi Bandung.

Fogler, Scott. 1994. Elements of Chemical Reaction Engineering. Second Edition.


Prentice Hall of India. New Delhi.

Fogler, Scott. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering. Third Edition.


Prentice Hall Inc. New Jersey.

Houston, Paul, L. 2001. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics.


McGraw-Hill International Edition. New York.

Laidler, Keith, J. 1987. Chemical Kinetics. Third Edition. Harper Collins. New York.
Levenspiel, O. 1998. Chemical Reaction Engineering. John Willey.
Smith, I.W.M. 1980. Kinetics and Dynamics of Elementary Gas Reactions.
Butterworth. London.

95 Reaktor Homogen

Anda mungkin juga menyukai