Dosen Pembimbing:
Ir. Renita Manurung, M.T.
TUGAS MANDIRI
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2017
HIDROLISIS
Proses Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi organik dan anorganik yang mana terdapat pengaruh
air yang terhadap dekomposisi ganda dengan komponen yang lain, hydrogen menjadi
1 komponen dan yang lain adalah hidroksil :
XY + H2O HY + XOH .. (1)
Dalam proses ini selulosa dalam rumput gajah diubah menjadi glukosa
dengan reaksi sebagai berikut:
Selulosa Glukosa
2. Karbohidrat
Reaksi tak dapat balik. Contoh :
Produk dari Hidrolisis
Banyak prosedur industri membutuhkan berbagai zat yang akan dihidrolisis
untuk menciptakan produk yang bermanfaat. Seringkali, bahan baku untuk proses ini
tidak mudah bereaksi dengan molekul air, sehingga reaksi yang dibantu oleh
berbagai cara, seperti tekanan tinggi, suhu tinggi dan katalis. Laboratorium hidrolisis
biasanya memerlukan penggunaan katalis, yang biasanya asam kuat atau alkali.
Hidrolisis telah digunakan untuk waktu yang lama dalam produksi sabun.
Selama proses ini, yang dikenal sebagai saponifikasi, lemak dihidrolisis dalam reaksi
dengan air dan alkali kuat, natrium hidroksida. Reaksi menghasilkan garam asam
lemak, umumnya dikenal sebagai sabun. Saponifikasi kadang-kadang terjadi dalam
lukisan minyak tua ketika asam lemak dalam cat minyak bereaksi dengan logam
dalam pigmen cat. Hal ini dapat menyebabkan endapan putih dan benjolan yang
berkembang pada permukaan lukisan, meskipun tidak diketahui mengapa hanya
terjadi pada beberapa karya seni.
Contoh Industri Dari Produk
HALOGENASI
Halogenasi diambil dari kata halogen yaitu anggota golongan unsur yang
sangat aktif, terdiri dari fluorin, bromin, iodin, klorin, atau astatin, yang mempunyai
sifat kimia sama. Sedangkan halogenasi tersebut merupakan prosesnya yaitu
pemasukan halogen ke dalam senyawa organik, baik secara penambahan (adisi)
maupun secara penggantian (substitusi). Halogenasi merupakan reaksi yang terjadi
antara ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) pada senyawa-senyawa alkena seperti
etena dengan unsur-unsur halogen seperti klorin, bromin dan iodin.
Proses halogenasi banyak digunakan dalam industry, yaitu : pembuatan
industrial solvent trichloro ethylene, intermediate penting seperti chloro benzene,
vinyl chloride, sebagar refrigerant hidrochloro carbon, dan masih banyak lagi
kegunaannya.
Pada umumnya reaksi halogenasi adalah reaksi berantai. Ada tiga bentuk
mekanisme reaksi yaitu:
B. Asetilen
Melting Point : -80.8 C (-113.4F)
Boiling Point : -84 C (-119.2F)
Flash Point : -17 C (1.4F)
Critical temperature : 36 C (97F)
Auto-ignition temperature : 305 C (581F)
Decomposition temperature : 635 C (1175F)
Flammability (solid,gas) : 2.5 - 100 vol %
Vapour pressure : 44 bar (623 psig)
Critical pressure : 61.38 bar (875 psig)
Density : 0.0012 g/cm (at 0 C)
Relative gas density : 0.9
Solubility : Water: 1185 mg/l
2. Produk
A. Vynyl Chloride Monomer (C2H3Cl)
Berat Molekul : 62,499
Titik didih, 1 atm : 259,19 K
Titik beku, 1 atm : 119,23 K
Temperature Kritis : 429,5 K
Tekanan Kritis : 55,2 atm
Density liquid pada -20oC : 0,98343
Cp, 25oC, 1 atm : 0,38 cal/goC
Cv, 25oC, 1 atm : 12,83 cal/goC
SG, gas, udara : 0,9195
Konstanta Cp/Cv : 1,183
Flash Point : 231 oK
Fire Point : 745 oK
Tekanan uap, mmHg +25,00 oC : 85,3 psig
Viscosity gas (cps) pada -10oC : 0,248
Mekanisme Reaksi
1. Oksidasi Alkohol dan Aldehid
Oksidasi alkohol menghasilkan senyawa keton atau aldehid, dan oksidasi aldehid
menghasilkan asam karboksilat.
operasinya berlangsung pada suhu 330oC dengan tekanan umpan masuk 3,3 atm yang
dilakukan di dalam reaktor fixed bed multitube. Pemilihan temperatur umpan reaktor
yaitu 250-330oC didasarkan pada pertimbangan bahwa katalis akan mengalami coke-
up pada suhu diatas 330oC yang menyebabkan terjadinya deposit karbon yang
akhirnya katalis akan mengalami deaktivasi, dan jika berada di bawah 250 oC,
kecepatan reaksi akan turun secara drastis. Oleh sebab itulahkatalis tidak boleh
Polimerisasi
Mekanisme Reaksi
1. Polimerisasi Radikal
a. Inisiasi
b. Propagasi
c. Terminasi
2. Polimerisasi Koordinasi
Amina merupakan turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom
hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina
memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan
tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang
mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen.
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat
berguna sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating
agent) dan pengemulsi. Amina juga sangat penting dalam biokimia. Misalnya,
serotonin, suatu senyawa yang didapat dalam system susunan saraf, mengirimkan
impuls saraf dan mengerutkan pembuluh darah. Histamin adalah senyawa yang
bertanggung jawab terhadap alergi.
Proses Aminasi
Proses pembentukan amina dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
1. Aminasi secara reduksi : yaitu proses pembuatan amina berdasarkan reaksi
reduksi.
2. Amonolisis : yaitu proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia.
Amonolisis
RX + NH3 RNH2 + HX ; dimana X dapat berupa : halogen, NO2, SO3H dan
lain-lain. Ada dua macam reaksi amonolisa yaitu :
Amonolisa : memasukkan NH3 ke dalam senyawa
Hidroamonolisa : memasukkan NH3 dan H2 dalam senyawa
Cara masuknya NH3 dalam senyawa :
1. Substitusi
a. Alkana
RCH3 + NH3 RCN RCH2NH2
Untuk memperoleh RNH2 suhu harus tinggi dan katalisator kuat.
b. Substitusi halogen
RCH2X + NH3 RCH2NH2 + HX
c. Substitusi sulfat atau sulfat
RSO3H + NH3 RNH2 + H2SO3
d. Konversi senyawa karbonil : Hidroamonolisis
Memasukkan NH3 serta H2 ke dalam senyawa.
RCOOH + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O
RCHO + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O
RCOOR NH3 + H2 RCONH2 + H2O
e. Alkohol
RCH2OH + NH3 RCH2NH2 + H2O
2. Adisi
Aplikasi Industri
Proses Pembuatan Anilin
Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak
cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan
menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini
adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium
khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke dalam
mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan di
dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu
reaksi 235 C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang
digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3 C6H5NH2+ NH4Cl
Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin
dengan yield yang dihasilkan adalah 96%.
1. Tahap Sulfonasi
MES diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester dengan campuran
SO3/udara. Reaksi pengontakkan SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu
falling film reactor. Gas dan organik mengalir di dalam tube secara co-current dari
bagian atas reaktor pada temperatur 45oC dan keluar reaktor pada temperatur sekitar
30oC. Proses pendinginan dilakukan dengan air pendingin yang berasal dari cooling
tower. Air pendingin ini mengalir pada bagian shell dari reaktor. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi akibat reaksi eksoterm yang berlangsung
di dalam reaktor. Agar campuran MESA mencapai waktu yang tepat dalam reaksi
sulfonasi yang sempurna, MESA harus dilewatkan kedalam digester yang memilki
temperature konstan (~80oC) selama kurang lebih satu jam. Efek samping dari
MESA digestion adalah penggelapan warna campuran asam sulfonat secara
signifikan. Sementara itu, gas-gas yang meninggalkan reaktor menuju sistem
pembersihan gas buangan (waste gas cleaning system).
3. Tahap Netralisasi
Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi bersifat tidak stabil dan
mudah terhidrolisis. Oleh karena itu, pencampuran yang sempurna antara asam
sulfonat dan aliran basa dibutuhkan dalam proses netralisasi untuk mencegah
lokalisasi kenaikan pH dan temperatur yang dapat mengakibatkan reaksi hidrolisis
yang berlebih. Neutralizer beroperasi secara kontinu, mempertahankan komposisi
dan pH dari pasta secara otomatis.
4. Tahap Pengeringan
Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke dalam sistem TurboTubeTM
Dryer dimana metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan untuk menghasilkan
pasta terkonsentrasi atau produk granula kering MES, dimana produk ini tergantung
pada berat molekul MES dan target aplikasi produk. Langkah akhir adalah
merumuskan dan menyiapkan produk MES dalam komposisi akhir, baik itu dalam
bentuk cair, batangan semi-padat atau granula padat, dengan menggunakan teknologi
yang tepat.