Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH KEWIRAUSAHAAN PENERBANGAN

BISNIS PENERBANGAN DI INDONESIA

Disusun oleh :
Kelompok 4
Ilham Bagus Riyono (20090746)
Dinda Septia Permata Putri (20090071)
Desfa Fahmarullah(20090286)
Firdausya Rahmah Maghfira (20091060)
Nurfifi (20090395)
Fadillah Rumbaru (20090909)

PROGRAM STUDI D IV MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN
YOGYAKARTA
2023
1.1 Pengertian bisnis penerbangan
a. Pengertian Bisnis
Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau kelompok dengan
menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba). Arti bisnis juga bisa
didefinisikan sebagai menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Definisi tersebut tertulis dalam buku Pengantar Bisnis oleh Hadion
Wijoyo, dkk.
Menurut Grififin dan Ebert (2007) bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang
atau jasa dengan maksud mendapatkan laba.
Menurut Prof. Owen bisnis adalah sebuah perusahaan yang berhubungan dengan
produksi dan distribusi barang-barang untuk dijual ke pasaran ataupun memberikan harga
pada setiap jasanya.
Menurut Hopper bisnis adalah segala dan keseluruhan kompleksitas yang ada pada
berbagai bidang seperti penjualan (commerce) dan industri, industri dasar, processing,
dan industri manufaktur dan jaringan, distribusi, perbankkan, ansuransi, transportasi, dan
seterusnya yang kemudian melayani dan memasuki secara utuh (which serve and
interpenetrate) dunia bisnis secara menyeluruh.

b. Pengertian penerbangan
Menurut UU Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan, Penerbangan adalah satu
kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar
udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan
hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis penerbangan adalah suatu usaha Jasa
Angkutan Udara untuk membawa / memindahkan Orang / barang dari satu tempat ke tempat
lainnya, dengan menggunakan pesawat udara dan melibatkan berbagai kegiatan usaha penunjang
lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan laba.

1.2 Contoh Bisnis Penerbangan

a. Perusahaan Airlines
Airlines merupakan istilah dalam Bahasa Inggris yang merujuk pada Maskapai
Penerbangan (Perusahaan). Maka, Airlines adalah Sebuah Perusahaan Swasta maupun
Pemerintah yang menawarkan jasa moda Transportasi udara, berupa pesawat terbang.

Maskapai Penerbangan atau Airlines sudah ada di seluruh Negara di Dunia. Untuk
memenuhi kebutuhan Transportasi jarak Jauh yang cepat dan mura, Transporatasi Udara
adalah solusi yang paling efisien untuk saat ini
Contoh perusahaan airline diindonesia

1
 Garuda Indonesia
 Lion Air
 Sriwijaya Air
 Citilink
 Batik Air
 NAM Air
 PT Super Air Jet

b. Jasa katering maskapai penerbangan


Jasa catring maskapai penerbangan adalah jasa yang bertujuan utama untuk menyediakan
makanan dan minuman kepada maskapai penerbangan untuk dikonsumsi oleh
penumpang selama penerbangan. Produk makanan dan minuman dipersiapkan dan
dikelola di dapur khusus kemudian dipindahkan ke bandara udara untuk kemudian
dimuat ke pesawat.
Contohnya
PT Aerofood Indonesia ACS adalah salah satu perusahaan catering yang sudah lama
beroperasi di Indonesia. Fokus utama perusahaan ini yakni sebagai penyedia catering
bagi In Flight servisce dan industrial service.
c. Agen ticket
Agen Tiket merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa penjualan tiket
pesawat online domestik.

d. Cargo Udara
Kargo udara adalah segala jenis barang yang akan dikirim atau diangkut dengan
menggunakan pesawat terbang

e. Bahan bakar penerbangan


Pertamina Aviasi berkaitan langsung dengan kegiatan industri penerbangan nasional.
Perusahaan ini menjual dua produk utamanya yang pasti setiap saat dibutuhkan oleh
operator penerbangan, yaitu avtur dan avgas. Avtur, atau yang secara luas dikenal sebagai
Jet A-1, merupakan bahan bakar penerbangan untuk pesawat bermesin jet dan turbo prop.
Avgas (aviation gasoline) merupakan bahan bakar untuk pesawat bermesin piston. Seluruh
konsumen Pertamina Aviasi adalah entitas penerbangan, baik penerbangan komersial
(airlines, charter, dan general aviation lainnya) maupun pemerintahan (militer, sekretariat
negara, dan lain-lain). Beroperasinya melayani pesawat penerbangan di dalam negeri dan
di bandara-bandara internasional. Pertamina Aviasi melakukan pengisian bahan bakar ke
pesawat-pesawat di lokasi yang telah disepakati. Pertamina Aviasi mengoperasikan 66
Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di seluruh Indonesia.
Layanan oleh Pertamina dilakukan di seluruh Indonesia, bukan hanya di kota besar. UU
memungkinkan swasta boleh mendistribusikan avtur di luar kota-kota besar dimaksud,
tetapi infrstrukturnya memang belum memungkinkan di- sediakan oleh swasta.
f. Bisnis Helikopter

2
Ada satu lompatan baru dan cepat berkembang, yang di Indonesia bahkan
menunjukkan gejala yang sedang berkembang lebih cepat lagi. Yaitu penerbangan heli-
kopter, yang pada dasarnya masuk dalam kategori pener- bangan tidak berjadwal atau
penerbangan charter.
Tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an, helikopter di Indonesia hanya digunakan untuk
kepentingan transportasi logistik dan transportasi kru di remote area seperti di
pertambangan dan perkebunan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Alat transportasi
udara helikopter juga digunakan terbatas pada mengangkut logistik masyarakat ke
kawasan pegunungan yang tidak terjangkau moda transportasi di wilayah Papua.
Pemanfaatan teknologi helikopter bisa dikatakan belum di- maksimalkan di Indonesia
untuk penerbangan sipil atau penerbangan non-militer dan kepolisian. Sedangkan di
negara- negara maju, penggunaan helikopter tidak hanya sebatas untuk kepentingan
militer, kepolisian, dan penumpang VIP. Helikopter telah berkembang dengan cepat untuk
air ambulance, penanganan bencana, Search & Rescue (SAR) ketika terjadi kecelakaan,
mendu- kung kegiatan penelitian dan survey misalnya aerial survey, hingga menjadi alat
transportasi di dalam kota dan antarkota.
Pada periode tahun 2015 hingga 2016 disrupsi pun mulai me- masuki bisnis persewaan
helikopter. Pada periode itu mulai marak gejala menuju Future Urban Air Mobility.
Semenjak bisnis-bisnis disrupsi seperti Uber, Grab, dan Gojek berkembang pesat, perse-
waan helikopter pun mulai bertumbuhkembang dengan meng- adopsi konsep sistem
komunikasi transportasi semacam itu. Sistem komunikasi transportasi tersebut telah
sukses bermigrasi dari bis- nis transportasi berbasis konvensional ke berbasis digital.
Bisnis persewaan helikopter yang bersifat on demand itu bisa cocok dan beradaptasi
dengan model bisnis baru di era disrupsi.
“Helikopter sudah dianggap sebagai moda transportasi masa de- pan. Dulu kan helikopter
itu banyak beroperasi di wilayah Papua, identik degan layanan transportasi di remote area.
Justu kami me- lihat, potensi mengembangkan persewaan helikopter ada di perko- taan.
Nah, Whitesky Aviation dengan produknya Helicity telah menco- ba menghadirkan
helikopter sebagai sarana transportasi perkotaan,” ujar Denon Prawiraatmadja, CEO-
Founder Whitesky Aviation.
Sebagai sarana transportasi perkotaan dan antarkota masa depan, penyewaan helikopter
juga bisa dilakukan layaknya memesan ojek motor atau mobil dan taksi melalui aplikasi
Grab dan Gojek. Look, Book, & Pay semua bisa dilakukan dalam satu aplikasi yang
diunduh di ponsel cerdas atau gawai dari platform Android atau iOS. Tetapi, setelah
memesan, yang akan datang menjemput tentu bukan motor atau mobil, melainkan
helikopter Bell atau Airbus. Itu yang sudah berjalan sejak Desember 2017. Jadi, Helicity
ini bisa booking secara konvensional juga bisa booking lewat aplikasi Helicity. Nama
aplikasi yang dikembangkan juga bernama Helicity dan sudah ada di iOS dan Android.
Pengguna bisa memilih akan take off dari helipad mana dan men- darat di helipad mana di
tujuan. Informasi jarak dan lama tempuh juga tersedia. Bagian paling menarik adalah

3
pengguna bisa memilih helikopter sesuai kebutuhan jumlah penumpang dan sesuai bujet.
Di tahun 2018, frekuensi Helicity melayani rute di dalam kota dan sekitar Jakarta dan di
Bandung serta menghubungkan kedua kota besar itu sudah ada sebanyak 20 flight sampai
30 flight dalam sebu- lan. Tahun 2015 dan 2016 belum ada penerbangan Helicity sama
sekali. Pada tahun 2017 barulah mulai penerbangan ini beroperasi meskipun frekuensinya
masih sedikit. Ini merupakan inovasi pertama di kawasan Asia Tenggara.

1.3 Tantangan dalam bisnis penerbangan

Meskipun bisnis penerbangan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, namun


terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis ini. Salah satu
tantangan utama adalah infrastruktur yang belum memadai, terutama di daerah-daerah
terpencil.
Selain itu, persaingan yang semakin ketat dan biaya operasional yang tinggi juga menjadi
tantangan bagi para pelaku bisnis penerbangan di Indonesia. Namun, dengan adanya inovasi
dan strategi yang tepat, bisnis penerbangan di Indonesia tetap dapat bertahan dan
berkembang di tengah tantangan yang ada. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan dunia
penerbangan akan menghadapi tantangan besar yang penuh dengan teknologi dan inovasi
sebagai dampak dari Internet of Things (IoT).
1. Tantangan tersebut antara lain adalah pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle /
drone), Artificial Intelligence and Robotics, cyber security, perubahan lingkungan
(climate change), kota bandar udara (airport city), simplified airspace, penggunaan
aplikasi pada smartphone di bandar udara dan industri penerbangan, inovasi digital pada
industri kargo, revolusi low cost carrier, dan lain-lain.
2. Selain menghadapi tantangan global penerbangan, juga terdapat isu-isu strategis yang
dihadapi di lingkungan penerbangan nasional. Isnin menyebutkan, di antaranya isu terkait
kapasitas dan ekspansi jumlah penumpang, konektivitas dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi, program jembatan udara khususnya di wilayah Papua, pelayanan keperintisan,
optimalisasi subsidi perintis, skema pembiayaan non APBD, potensi limited consession
scheme, indikasi proyek-proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU),
pengembangan wilayah dengan dukungan infrastruktur terbangun dan kualitas
infrastruktur, serta peningkatan kinerja infrastruktur logistik untuk menghadapi daya
saing regional dan global.
Kondisi-kondisi tersebut memberi gambaran perlunya upaya kerja keras penerbangan
nasional kembali bangkit seperti sebelum pandemi. Pengendalian pandemi Covid-19
menjadi syarat dasar upaya pemulihan bisnis penerbangan Indonesia. Sekretaris Jenderal
Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Bayu Susanto memprediksi bahwa
tahun ini jumlah penumpang pesawat di Indonesia 60 juta hingga 70 juta penumpang.
Menilik data jumlah penumpang penerbangan domestik dari Berita Resmi Statistik BPS
Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional, prediksi angka penumpang tersebut
dapat dikatakan mendekati dengan jumlah penumpang sebelum pandemi
melanda.Terdapat 76,4 juta penumpang yang melakukan penerbangan domestik
sepanjang 2019.Namun, untuk dapat mewujudkan harapan 60 juta penumpang pesawat
pada 2022, perlu ada peningkatan jumlah penumpang 100 persen tahun ini. Ada beberapa

4
faktor pendorong yang dapat dilakukan pemerintah dan dunia penerbangan dalam
meningkatkan jumlah penumpang.
Tantangan yang dihadapi oleh dunia bisnis penerbangan pada saat beberapa tahun ini
ialah terhadap pengendalian Covid-19.

1.4 Strategi Pemulihan Bisnis Penerbangan Pasca Pandemi Covid-19


Dalam dunia bisnis tentu saja kita akan menemukan tantangan-tantangan, pada masa ini
sendiri tantangan yang dihadapi oleh bisnis penerbangan adalah pengaruh dampak dari
Covid-19. Salah satu wabah virus yang menyerang di segala lini ekonomi maupun bisnis
yang ada di dunia.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dampak dari pengaruh virus Covid-19 ini begitu
sangat berpengaruh terhadap pendapatan dalam pergerakan bisnis terutamanya adalah dunia
penerbangan, pada masa ini di negara manapun merasakan dampaknya. Pada masa Pandemi
banyak maskapai yang terpaksa memutuskan untuk menghentikan operasional pesawat
tersebut dan mengembalikan armada tersebut kepada pihak lessor. Seperti yang kita ketahui
mayoritas maskapai penerbangan memiliki pesawat dalam bentuk sewa dengan
menggunakan pinjaman dalam suku bunga yang besar. Produsen pesawat utama pesawat
seperti Airbus dan Boeing telah mendapatkan pembatalan pesanan pesawat. Tidak hanya itu
Pandemi juga telah menimbulkan banyak keraguan terhadap penumpang yang akan
menggunakan moda transportasi udara. Hal itu dilakukan melalui survei yang telah dilakukan
yang mendapat kesimpulan bahwa sebesar 30% masyarakat tidak akan melakukan perjalanan
selama 6 bulan kedepan dan 10% lainnya tidak melakukan perjalanan udara selama setahun.
Hal tersebut disebabkan oleh dampak pandemi, penerbangan yang berjalan atau beroperasi
pada saat itu hanya dikarenakan adanya tujuan penting dari setiap penumpang dan jumlah
tersebut hanya 30% dari total penerbangan. Banyak penumpang yang mengurungkan niat
untuk bepergian jauh apalagi untuk hal yang dianggap tidak penting atau bisa dilakukan dan
dikerjakan dengan solusi lain, hal ini tentu mengurangi kapasitas maskapai. Pembahasan ini
menyorot kepada langkah pemerintah dan maskapai penerbangan untuk kembali menghidupi
sektor penerbangan.
Upaya pemulihan global tentu bertumpu pada penerbangan domestik, International Air
Transport Association (IATA) turut memprediksi adanya dampak dari pandemi ini.
Pemulihan penerbangan domestik cenderung lebih cepat dari pada pemulihan penerbangan
internasional. Dimana setiap negara tentunya akan memiliki peraturan yang berbeda dan
strategi berbeda dalam menghadapi pandemi ini. Adapun tantangan memasuki masa
pemulihan ialah arus Cashflow maskapai yang memiliki arti kenaikan atau penurunan jumlah
uang yang dimiliki oleh bisnis, institusi atau individu. Permintaan tinggi akan pengembalian
dana Refund tiket pesawat berpotensi mengganggu pemulihan dari strategi yang ada. IATA
memberikan solusi dengan cara penggantian jadwal penerbangan Reschedule dari pada
melakukan pembatalan penerbangan yang hanya memiliki solusi Refund tiket dan akan
berpotensi membuat kerugian pada perusahaan maskapai tersebut. Dunia penerbangan di
Indonesia memiliki harapan besar untuk lebih cepat pulih dikarenakan jumlah penerbangan
domestik yang signifikan dari pada penerbangan internasional. Dengan gambaran pada saat
itu ialah sekitar 96 juta berbanding 19 juta penumpang pada tahun 2017.

5
Setelah peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 yang mengecualikan
untuk melayani wilayah yang termasuk kawasan PSBB atau zona merah maka penerbangan
domestik berjadwal akan jauh dari melayani rute gemuk. Alhasil banyak maskapai yang
berupaya beralih untuk melakukan pengoptimalan dengan layanan cargo. Dimasa pandemi
penerbangan yang tetap berlangsung memberlakukan strategi pemisahan tempat duduk
dengan selang satu bangku mengikuti anjuran protokol kesehatan yang telah di keluarkan
oleh Menteri dan wajib untuk di patuhi sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP)
dalam hal ini juga salah satu giat dari Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara perlu memberikan perhatian serius terhadap upaya pemulihan industri
penerbangan nasional melalui domestik tersebut. Hal tersebut perlu ditekankan mengingat
bahwa Indonesia belum dapat bergantung pada penerbangan rute Internasional.
Kekhawatiran tersebut juga menggarap kepada penerbangan Charter untuk jamaah haji dan
umrah, dikarenakan industri penerbangan ini sangat bergantung perkembangannya terhadap
perkembangan pandemi itu sendiri.
Memperhatikan hal tersebut diatas pemerintah Indonesia perlu mengupayakan untuk
penyelamatan maskapai nasional mengingat industri penerbangan sebagai suatu global
supply chain yang harus dipertahankan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ketika
pandemi berakhir. Upaya diambil tidak hanya dari sisi nasional tetapi juga dengan skala
global, setelah pesawat yang dioperasikan maskapai di dunia bukan milik sendiri melainkan
aset perusahaan leasing pesawat. Partisipasi pemerintah dalam hal ini di butuhkan sebagai
wujud solidaritas terhadap pemangku kepentingan melalui kebijakan dan model strategi yang
ada dalam pemulihan bisnis penerbangan pasca pandemi ini.

1.5 Identifikasi New Normal Bisnis Penerbangan


Pemerintah merevisi batas maksimal kapasitas angkutan transportasi udara. Hal itu diatur
dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa
Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari COVID-19. Kini kapasitas maksimal di bandara
tidak boleh lebih dari 50%. Sementara itu, di dalam pesawat pihaknya mematok kapasitas
maksimal cuma 70%. Demi menjaga kapasitas maksimal, operator navigasi penerbangan dapat
menyesuaikan pengaturan slot time untuk mencegah penumpukan calon penumpang di bandar
udara. AirNav, operator bandar udara dan operator angkutan udara dikoordinasikan untuk
mengatur slot time guna memastikan tidak terjadi penumpukan orang di bandara keberangkatan
maupun kedatangan. Terdapat aturan tersebut telah mengatur mengenai pedoman kepada
operator penerbangan untuk memastikan semua sarana dan prasarana transportasi udara bersih
dan higienis. Operator diminta membuat ketentuan untuk memastikan pesawat tetap higienis.
Seluruh sarana dan prasarana terutama yang sering disentuh oleh orang seperti gagang pintu,
pegangan tangga atau eskalator, kursi pesawat, toilet, rak bagasi, peralatan makan dan lain
sebagainya harus dibersihkan lebih sering dengan disinfektan. Dengan menerapkan standard
operational procedure (SOP) untuk memastikan pelaksanaannya. Operator penerbangan nasional
yang terdiri dari operator angkutan udara, operator bandar udara dan operator layanan navigasi
penerbangan pun diwajibkan untuk melengkapi seluruh personel yang bertugas dengan peralatan
kesehatan antara lain masker dan sarung tangan. Seluruh personel yang bertugas mulai dari pilot,

6
awak kabin, petugas keamanan bandara, ground handling, ATC, FOO dan seluruh petugas lain di
bandara wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku antara lain wajib menggunakan
masker dan sarung tangan selama bertugas, pengecekan suhu tubuh minimal dua kali sehari
selama bertugas, membiasakan untuk sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer,
menerapkan jaga jarak (physical distancing) dan meminimalisir interaksi dengan orang lain yang
tidak perlu.
Sesuai ketentuan Pemerintah, maskapai mewajibkan setiap penumpang untuk melengkapi
persyaratan untuk melakukan perjalanan penerbangan dengan cara:
1. Surat keterangan bebas Covid-19
Penerbangan domestik :
Surat PCR test dgn hasil NEGATIF atau Rapid Test dengan hasil NON-REAKTIF, dengan
masa berlaku maksimal 14 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan. Bagi daerah yang tidak
memiliki fasilitas PCR test/rapid test diperbolehkan menggunakan Surat Keterangan bebas gejala
seperti influenza yang dikeluarkan dokter Rumah Sakit/Puskesmas.
Penerbangan Internasional (dari luar negeri ke Indonesia) :
Surat PCR test dgn hasil NEGATIF atau Rapid Test dengan hasil NON-REAKTIF, dengan masa
berlaku maksimal 7 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan. (Jika penumpang tujuan
akhir/transit di Jakarta dan tidak membawa hasil tes PCR/Swab negatif, penumpang tetap
diperbolehkan melakukan penerbangan dari negara asal, namun sesampainya di Indonesia akan
melalui prosedur tes PCR/Swab dan karantina oleh otoritas setempat sampai dengan hasil PCR
dierbitkan.
Penerbangan Internasional (dari Indonesia ke luar negeri):
1. Mengikuti protokol dari pemerintah Indonesia dan negara tujuan penerbangan.
2. Memperoleh validasi dari Petugas Kesehatan (Kemenkes RI) atas hasil
pemeriksaan laboratorium PCR Test dengan hasil Negatif atau Rapid Test Covid-
19 dengan hasil NON REAKTIF.
3. Mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) terdiri dari dua
bagian di mana satu bagian diserahkan kepada petugas kesehatan di bandara
tujuan dan satu bagian lagi di bawa pulang untuk pemeriksaan kesehatan di
kemudian hari) atau menggunakan aplikasi Indonesia Health Alert Care
4. Mencetak tiket pesawat.
5. Melakukan potokol kesehatan saat take off, taxi dan landing.
Namun dengan seiring berjalannya perkembangan pemulihan Covid-19, peraturan perjalanan
hanya cukup menggunakan aplikasi Peduli Lindungi yang sejak kebalakangan ini di tahun 2023
berganti dengan aplikasi satu sehat. Disana data diri kita akan direkam dan disimpan untuk
tujuan memudahkan kita mengontrol gerak atau akses kesehatan maupun memudahkan
perjalanan kita. Dalam aplikasi tersebut telah tersimpan data bukti bahwa kita telah melakukan
vaksinasi sesuai dengan anjuran oleh Kementrian Kesehatan Indonesia sehingga kita hanya perlu

7
melakukan scan barcode yang telah disediakan oleh tiap masing-masing bandara maupun
layanan keramaian umum lainnya. Dan hal tersebut termasuk langkah instan yang dilakukan
sebagai strategi pemulihan bisnis penerbangan yang masih aktif hingga pada saat ini.
Bagi penderita penyakit tertentu yang tidak bisa menerima vaksin akan di minta untuk diikut
sertakan surat asli dari dokter atau lembaga kesehatan resmi yang menyatakan bahwa seseorang
tersebut tidak dapat atau tidak boleh melakukan vaksin dengan alasan kesehatan lainnya.
1.6 Analisis Relaksasi Operator Penerbangan
Skenario pemulihan industri penerbangan melalui relaksasi industri penerbangan di mulai pada
tahun 2020 dengan komitmen terhadap Protokol Kesehatan dan persiapan Post Covid melalui
Deklarasi INACA bersama seluruh maskapai penerbangan nasional. Protokol kesehatan sebagai
aspek penting mencegah penyebaran Covid-19 dan sebagai upaya meningkatkan level
kepercayaan penumpang angkutan udara serta dukungan pemerintah kepada maskapai (diskon
avtur/biaya bandara) sehingga mampu bertahan dan berkontribusi membantu pemulihan
ekonomi. Di tahun 2021 melakukan sinergi dan pembenahan industri melalui membangun
atmosfir bisnis yang sehat serta menyusun tarif yang kompetitif melalui inisiatif kerjasama,
kolaborasi, serta sinergi antarstakeholder. Dilakukan peningkatan kualitas layanan yang terukur,
konsisten, efektif dan bermanfaat bagi konsumen, sehingga walaupun masih terjadi ekonomi
biaya tinggi maskapai (avtur, maintenance, biaya bandara),
Dimana fakta pasar > price sensitive, sehingga dibutuhkan penyesuaian dan keseimbangan (win-
win) dan upaya peningkatan safety dan layanan (rata-rata OTP 80,5% atau masih dibawah
standar ICAO 85%). Sedangkan pada tahun 2022 dilakukan percepatan pemulihan ekonomi
melalui membangun konektivitas dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar kawasan,
memanfaatkan peluang besar Indonesia dan mengembangkan industri aviasi nasional, mencetak
SDM handal dan menciptakan peluang kerja masyarakat. Terdapat beberapa kendala seperti
penerbangan perintis masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dalam grand design aviasi
nasional (SLF <60%), general aviation dan seaplane belum dikembangkan secara maksimal
padahal potensi masih terbuka lebar , pesawat widebody yang identik dengan efisiensi dan perlu
dikembangkan feeder airline 20 seater serta banyak pesawat dapat membuka peluang kerja lebih
besar (INACA, Juni, 2020).
Kebijakan yang diharapkan dari pemerintah terutama berkaitan dengan dukungan pemerintah
terhadap keberlangsungan industri penerbangan dan pariwisata nasional, pemberian diskon biaya
bandara (Parking, Landing, Ground Handling) guna membantu beban maskapai, kendala impor
suku cadang peesawat dan simplifikasi proses pengadaan suku cadang (lartas), pemberian diskon
Avtur penerbangan dan pemerataan Harga Avtur di seluruh wilayah Indonesia (INACA, Juni,
2020).
Sumber: Jurnal Model dan Strategi Pemulihan Bisnis Penerbangan Pasca Pandemi Covid-19,
Tahun 2020

1.7 Potensi bisnis penerbangan di Indonesia

8
Industri penerbangan dan dirgantara Indonesia memiliki prospek yang cerah dengan didukung
kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki
lebih dari 17 ribu pulau membentang lebih dari lima ribu kilometer dari timur ke barat. Dengan
demikian transportasi udara akan menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas
nasional, serta penggerak utama perekonomian Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, pada Jumat (8/9) menyampaikan Jumlah
penumpang udara di Indonesia diperkirakan akan tumbuh 30% dari tahun ke tahun menjadi 140
juta dalam beberapa tahun ke depan, sehingga Indonesia diperkirakan menjadi pasar transportasi
udara terbesar keenam di dunia pada tahun 2034.
industri penerbangan nasional terdiri dari industri pembuatan pesawat dan komponen, industri
Maintenance Repair and Overhaul (MRO), dan industri pembuatan drone. Indonesia memiliki
sekitar 31 perusahaan MRO yang mendukung industri pesawat terbang dan bisnis penerbangan.
Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki 145 sertifikat Aircraft Maintenance Organization
(AMO) yang dikeluarkan oleh Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).
industri penerbangan tanah air secara perlahan telah mampu mengaktifkan kembali pesawat yang
sebelumnya grounded, akibat operasionalnya sempat terhenti karena terimbas Covid-19. Namun
upaya tersebut tidak bisa berlangsung secara instan, sehingga menyulitkan operator Indonesia
untuk menambah kapasitasnya di saat permintaan pelayanan rute penerbangan terus naik setelah
Covid-19 mereda dan penerbangan kembali banyak dibuka. Hingga saat ini ada sekitar 180
pesawat yang di-grounded, 100 di antaranya merupakan berbadan ramping yang biasanya
digunakan untuk rute domestik. Diperlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan proses ini
karena proses reaktivasi setiap pesawat membutuhkan waktu, serta terbatasnya jumlah slot yang
tersedia di fasilitas perawatan pesawat. Selain itu, maskapai juga membutuhkan waktu untuk
memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar biaya suku cadang dan perawatan yang
diperlukan untuk re-aktivasi pesawat.
1.8 Dampak kebijakan regulasi penerbangan terhadap strategi perusahaan penerbangan di
Indonesia:
Pada dasarnya Regulasi di bidang angkutan udara niaga berjadwal yang mengetengahkan
masalah penyelenggaraan udara, penetapan tarif dan juga kebijakan persaingan dapat dikatakan
cukup memadai dan merespon keinginan masyarakat. Kebijakan penyelenggaraan angkutan
udara dan penetapan tarif membuka kompetisi di udara, sehingga menciptakan suasana kondusif
bagi industri penerbangan itu sendiri. Sementara kebijakan persaingan merupakan suatu
pendekatan baru dalam sistim hukum kita, oleh karena itu dapat dimaklumi apabila substansi dan
cara pemecahannya masih diperlukan pengalaman dan pemahaman baik dari dunia usaha,
pemerintah dan lembaga penegak hukum.
Kebijakan pemerintah di bidang angkutan udara membawa dampak positif dan negatif bagi
industri penerbangan. Sisi positif ditandai dengan peningkatan sisi pelayanannya karena adanya
persaingan yang ketat, operasi yang lebih efisien dan efektif, serta harga tiket yang relatif murah
sehingga bisa dinikmati konsumennya dan tidak hanya terbatas konsumen lama tetapi juga
konsumen baru. Istilah Garuda, membidik pasar menengah ke bawah. Sedang sisi negatifnya

9
adalah apabila manajemen maskapai penerbangan tidak mampu bertahan dengan situasi
bersaing, maka kemungkinannya hanya dua, pertama, perusahaan tidak akan mampu bersaing
dalam pasar, yang kedua apabila dipaksakan, faktor kenyamanan dan keselamatan konsumen
dapat diabaikan. Kecenderungan yang terjadi di pasar adalah tarif yang ditawarkan kepada
pelanggan jauh berada di bawah publish fare. Penawaran disini dimaksudkan banyaknya
perusahaan penerbangan yang masuk pasar, sedangkan permintaan seat dan space lebih kecil dari
seat dan space yang tersedia. Akibatnya timbul persaingan yang tajam dan tidak sehat di antara
perusahaan penerbangan dalam menentukan tarif yang akan diberlakukanya dari segi produk,
promosi dan saluran distribusi hampir semua perusahaan penerbangan yang beroperasi baik di
domestik maupun di dunia internasional. Hal ini menyebabkan perusahaan penerbangan baik
penerbangan domestik maupun penerbangan internasional melakukan kebijakan tarif yang jauh
lebih rendah dari tarif batas atas, sehingga pemerintah mengambil tindakan menetapkan tarif
referensi.
1.9 Perkembangan Potensi Bisnis Penerbangan di Indonesia
Pemerintah Indonesia juga memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas angkutan udara
dalam program Indonesia Maju 2020-2024 dengan membangun 15 bandara baru dan
memperluas 20 bandara yang sudah ada, sehingga akan meningkatkan konektivitas di seluruh
wilayah Indonesia.
Bisnis kargo udara di Indonesia juga menunjukkan potensi yang besar. Menurut data dari
Asosiasi Perusahaan Pengiriman Udara Indonesia, pada 2020, bisnis kargo udara di Indonesia
mengalami peningkatan sebesar 29% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena adanya
peningkatan perdagangan online selama pandemi.
Masih ada beberapa tantangan dalam bisnis aviasi di Indonesia, seperti regulasi yang masih
kompleks, biaya operasional yang tinggi, dan persaingan yang ketat dengan maskapai asing.
Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan industri untuk
menciptakan regulasi yang lebih efektif dan memberikan insentif bagi industri aviasi untuk
meningkatkan daya saing pesaing lainnya adalah Citilink. Sebagai anak perusahaan dari Garuda
Indonesia, Citilink juga memiliki jaringan rute yang luas di Indonesia dan melayani penerbangan
dengan konsep Low Cost Carrier (LCC). Ada lagi Wings Air yang merupakan maskapai
penerbangan regional di Indonesia. Wings Air juga memiliki jaringan rute yang luas di wilayah
timur Indonesia dan melayani penerbangan dengan konsep LCC.
Pesaing terberat untuk TransNusa tergantung pada segmen pasar yang dituju. Jika
TransNusa fokus pada penerbangan berkonsep LCC, maka pesaing terberatnya adalah Citilink
dan Wings Air yang juga beroperasi dengan konsep yang sama. Namun, jika TransNusa fokus
pada penerbangan regional yang melayani destinasi yang kurang dilayani oleh maskapai
penerbangan lain, maka pesaing terberatnya bisa saja Lion Air Group atau Garuda Indonesia
yang memiliki jaringan rute yang luas di seluruh Indonesia.

10
Kesimpulan
Bisnis penerbangan adalah suatu usaha Jasa Angkutan Udara untuk membawa / memindahkan
Orang / barang dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan menggunakan pesawat udara dan
melibatkan berbagai kegiatan usaha penunjang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan laba.
Meskipun bisnis penerbangan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, namun
terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis ini. Salah satu tantangan
utama adalah infrastruktur yang belum memadai, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain
menghadapi tantangan tersebut penerbangan, juga terdapat isu-isu strategis yang dihadapi di
lingkungan penerbangan nasional.,diantaranya isu terkait kapasitas dan ekspansi jumlah
penumpang, konektivitas dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, program jembatan udara
khususnya di wilayah Papua, pelayanan keperintisan, optimalisasi subsidi perintis, skema
pembiayaan non APBD, potensi limited consession scheme, indikasi proyek-proyek Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), pengembangan wilayah dengan dukungan infrastruktur
terbangun dan kualitas infrastruktur, serta peningkatan kinerja infrastruktur logistik untuk
menghadapi daya saing regional dan global.
Kondisi-kondisi tersebut memberi gambaran perlunya upaya kerja keras penerbangan nasional
kembali bangkit seperti sebelum pandemi. Pengendalian pandemi Covid-19 menjadi syarat dasar
upaya pemulihan bisnis penerbangan Indonesia. Sekretaris Jenderal Indonesia National Air
Carrier Association (INACA). Memperhatikan hal tersebut diatas pemerintah Indonesia perlu
mengupayakan untuk penyelamatan maskapai nasional mengingat industri penerbangan sebagai
suatu global supply chain yang harus dipertahankan yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi ketika pandemi berakhir. Upaya diambil tidak hanya dari sisi nasional tetapi juga
dengan skala global, setelah pesawat yang dioperasikan maskapai di dunia bukan milik sendiri
melainkan aset perusahaan leasing pesawat. Partisipasi pemerintah dalam hal ini di butuhkan
sebagai wujud solidaritas terhadap pemangku kepentingan melalui kebijakan dan model strategi
yang ada dalam pemulihan bisnis penerbangan pasca pandemi ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, Arifin.2019. Menjelang Setengah Abad Industri Penerbangan Nasional INACA
Berkiprah. Jakarta : INACA.

Jurnal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (2022). Industri Penerbangan


Indonesia Punya Masa Depan Cerah,

Jurnal Model dan Strategi Pemulihan Bisnis Penerbangan Pasca Pandemi Covid-19, Tahun
2020

Undang-Undang No. 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan

Sumber:https://mix.co.id/new-product/bisnis-penerbangan-di-indonesia-potensi-besar-atau-
tantangan-berat/?amp 25 April 2023 19.25 WIB

https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-bisnis-menurut-para-ahli-dari-tujuan-hingga-
jenisnya-kln.html 25 April 2023 19.55 WIB
https://sekolahpenerbangan.co.id/definisi-airlines/ akses terakhir 21 April 2023 22.27 WIB.
https://money.kompas.com/read/2021/12/30/154240326/daftar-nama-maskapai-penerbangan-di-
indonesia?page=all 21 April 2023 20:30 WIB

https://velotiket.com/eko/tentang-kami 22 April 2023 17.16

12

Anda mungkin juga menyukai