Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PERUSAHAAN PENERBANGAN

Disini kita akan membahas manajemen yang diterapkan satu perusahaan


penerbangan.
Aspek manajemen yang akan kita pelajari yaitu :
1. Manajemen Operasi ( pola rute,bahan bakar (fuel),dan tenaga kerja)
2. Manajemen Pemasaran (Market share dan Aliansi)
3. Manajemen Perawatan Pesawat

1. MANAJEMEN OPERASI

Dalam bahasan manajemen operasi,kita akan memfokuskan pada aspek rute


penerbangan,aspek bahan bakar,dan aspek tenaga kerja. Mengapa penerbangan
harus transit ? Mengapa tidak semua penerbangan langsung saja atau direct.
Permasalahan transit-transit tidak hanya di industri penerbangan.Di moda transportasi
lain juga terdapat system transit pada pelaksanaannya. Di pelabuhan ada juga
transit,ataupun via jalur darat. Simplenya, transit itu sendiri bertujuan untuk menghemat
operating cost atau pengeluaran.. Bayangkan saja,angkutan darat saja menerapkan
sistem transit,apalagi pesawat yang biaya operasionalnya bisa puluhan juta bahkan
ratusan juta perjam. Tanpa manajemen yang kuat serta perencanaan yang
matang,penerbangan mudah sekali untuk gulung tikar.

A. Manajemen Jaringan Rute


Manajemen jaringan rute penerbangan terdiri dari berbagai macam antara lain
linier,grid,dan hub and spoke. Hub and spoke ini yang paling banyak dipakai oleh
maskapai penerbangan di Indonesia.

POLA LINIER ATAU DIRECT 


Pola rute linier atau yang sering kita kenal dengan penerbangan langsung. Dahulu
penerbangan rata-rata semuanya transit di Jakarta ataupun Surabaya. Beberapa tahun
lalu penerbangan dari Palembang ke Jogja pasti transit di Jakarta,tapi sekarang NAM
air sudah terbang langsung dari Palembang ke Jogja. Airlines menerapkan sistem ini
jika peminat penumpangnya banyak. Tetapi,tidak jarang diwaktu tertentu pola ini
berbahaya jika peminat yang terbang ke tujuan sedikit atau kedatangan kompetitor
baru.

POLA LINIER ATAU DIRECT 

Keuntungan pola linier atau langsung yaitu :


 Menghemat waktu tempuh penumpang. 
 Mengurangi beban psikis penumpang dibandingkan transit. 
 Memudahkan cabang operasional untuk melakukan cek terhadap kegiatan
penerbangan di wilayahnya. 
 Memudahkan pengirim kargo untuk melakukan tracking atau pelacakan barang
kirimannya yang diangkut pesawat dengan pola jaringan linier atau direct. 

Kerugian pola linier yaitu :


 Desentralisasi market yang artinya pihak pusat akan sulit mengontrol operasional
dan hanya mengandalkan laporan dari cabang. 
 Sulit dalam hal pengawasan maintenance armada jika armada yang digunakan
tidak di rotasi atau jika pesawat yang dipakai pesawat itu-itu saja untuk rute yang
sama. 
 Berbahaya jika ada kompetitor baru karena cenderung memberi pilihan kepada
penumpang dengan jumlah penumpang yang tidak terlalu banyak. 

POLA HUB AND SPOKE 


Pola rute hub and spoke ini yang paling banyak diterapkan di Indonesia dimana pola
penerbangan dari bandara spoke dikumpulkan di satu titik bandara hub. Bandara hub
adalah bandara pengumpul atau pengepul penumpang,sedangkan spoke adalah
bandara pemancing atau bandara penyumbang. Di Indonesia yang terkenal sebagai
bandara hub adalah Bandara Soekarno Hatta Jakarta (CGK), Bandara Juanda
Surabaya (SUB),Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (UPG),Bandara Ngurah Rai
Bali (DPS),Bandara Sepinggan Balikpapan (BPN),dan bandara besar lainnya. Untuk
bandara penyumbang biasanya berasal dari bandara perintis atau bandara kecil di
sekitar bandara hub.

POLA HUB
Keuntungan pola Hub and Spoke yaitu :
 Airlines dapat memaksimalkan jumlah kemungkinan penerbangannya. 
 Airlines dapat memasuki tempat-tempat yang segmen pasarnya lebih kecil. 
 Penumpang dengan tujuan yang sama tetapi yang berbeda asal keberangkatan
dapat dikumpulkan di suatu hub dan diterbangkan dengan satu pesawat ke
tujuan tersebut. 
 Tambahan connecting traffic dapat meningkatkan load factor. 
 Memungkinkan airlines menggunakan pesawat yang lebih besar akibat
penambahan load factor. 

Kerugian pola Hub and Spoke yaitu : 


 Memberikan pengaruh besar pada biaya operasi airlines (higher unit cost)
handling penumpang lebih banyak dibanding direct traffic.kenaikan pada landing
charges, fuel serta cycle pesawat. 
 Waktu perjalanan lebih lama dan bagi sebagian penumpang memberikan
tekanan psikologis. 
 Konsentrasi aktivitas di hub dalam waktu singkat menimbulkan beban lebih besar
bagi petugas dan fasilitas di bandara. 
 Waktu tunggu menjadi penilaian penumpang akan kualitas transfer airlines dan
bandara hub (low minimum connecting time, MCT). 
 Airlines dan bandara mengejar ketepatan waktu (punctuality), jika terjadi
keterlambatan maka akan berefek kepada penerbangan berikutnya. 

POLA JARINGAN GRID


Pola jaringan grid ini seperti pola angkutan kota atau angkot,dimana pesawat dalam
satu hari terbang dari satu bandara ke bandara lain. Pola ini juga banyak diterapkan
oleh maskapai di Indonesia. Pola ini hampir sama dengan pola linier atau direct,yang
membedakan jika pola linear setelah pesawat mendarat di bandara tujuan, dia akan
pulang lagi ke bandara asal. Kalau grid, dia tiba di bandara tujuan dan melanjutkan
terbang ke bandara lainnya.
POLA GRID 

Keuntungan pola Grid yaitu:


 Lebih atraktif bagi penumpang local traffic dibandingkan dengan connecting
traffic yang harus berganti nomor penerbangan (pesawat). Dengan demikian
yield yang dihasilkan direct traffic lebih tinggi dibandingkan dengan connecting
traffic. 
 Lebih fleksibel karena airlines dapat memilih kota-kota dengan permintaan pasar
(market demand) yang tinggi. 
 Biaya operasi menjadi lebih efisien dalam melayani rute (karena tidak ada
persinggahan). 
 Kendala yang dihadapi dari kompleksitas proses direct traffic lebih sedikit
dibandingkan connecting traffic yang harus berganti nomor penerbangan
(pesawat udara). 

Kerugian pola Grid yaitu:


 Tingkat kompetisi dengan airlines lain untuk menarik local traffic sangat tinggi. 
 Jumlah pasangan O-D yang dilayani lebih sedikit dibandingkan pola hub-and-
spoke karena keterbatasan armada dan sumber daya lain. Dengan demikian,
airlines harus memilih pasangan-pasangan O-D tertentu sesuai dengan
kemampuan dari seluruh pasangan O-D yang potensial dalam pasar. 
 Memiliki dampak yang besar terhadap tempat-tempat yang pasarnya lemah. 

B. Manajemen Bahan Bakar

Harga avtur berbeda disetiap bandara . Ketika pesawat mendarat di wilayah A,harga
avturnya sekian dan ketika mendarat diwilayah B harga avturnya sekian. Avtur ini bagi
pesawat adalah makanan sehari-hari sama seperti kalau kita butuh nasi. Perhitungan
yang kurang cermat dan buruknya manajemen bisa menyebabkan maskapai bangkrut
hanya gara-gara masalah avtur. Untuk menekan cost atau biaya karena konsumsi
avtur,pihak maskapai dengan sekuat tenaga akan mencari cara agar pengeluaran tidak
membengkak yaitu dengan pemilihan rute dan check point,sikap atau attitude terbang
pilot,dan mengisi penuh avtur di bandara yang harga avturnya murah.

Pertama pemilihan rute. Pemilihan rute ini ditujukan agar pesawat beroperasi pada
jarak terdekat. Dalam penerbangan,seorang FOO yang membuat flight plan dituntut
untuk merancang flight plan dengan jarak terpendek tetapi tetap memperhatikan
keamanan penerbangan. Cara ini cukup efektif karena setidaknya dapat menekan biaya
pengeluaran avtur untuk operasional pesawat ,tetapi jika terjadi anomali cuaca atau
terdapat cuaca buruk atau jika terjadi holding karena lalu-lintas udara sekitar bandara
yang carut marut,cara ini akan sia-sia karena pesawat otomatis harus mengubah rute
dan check pointnya.

Cara yang kedua,sikap atau attitude pilot dalam membawa pesawat. Contoh yang
mudah adalah ketika membawa sepeda motor dengan tenang,santai,dan teratur
dengan ketika membawa motor digeber atau ugal-ugalan,sudah pasti berbeda
konsumsi bahan bakarnya. Cara penghematan ini sepenuhnya di tangan pilot karena
mereka yang menerbangkan pesawat. Cara ini cukup efektif ditambah jika pilot mampu
menghemat bahan bakar sesuai ketentuan perusahaan,biasanya mereka akan
mendapat bonus dari maskapai tempat mereka bekerja.
Cara ketiga yaitu mengisi avtur yang banyak di bandara dengan harga avtur murah.
Cara ini banyak dilakukan maskapai untuk mengurangi biaya yang keluar karena
pembelian avtur. Harga avtur di Jogja dengan ketika mengisi di Jakarta berbeda (lihat
gambar dibawah,harga avtur pertamina update tanggal 15 Oktober 2015, Pukul 09.00
WIB). 

Karena harga avtur setiap bandara berbeda,itu kenapa pasti maskapai akan mengisi full
avtur di bandara dengan avtur yang lebih murah, kalaupun harus mengisi avtur di
bandara yang lebih mahal tetap tidak banyak karena sisa dari bandara sebelumnya
yang di bandara dengan harga avtur murah masih ada. Pengisian avtur ini ada undang-
undangnya dimana bahan bakar pesawat harus mampu dipakai untuk kembali ke
bandara asal jika terjadi hal yang tidak diinginkan dibandara tujuan yang memaksa pilot
harus divert atau return to base.

C. Manajemen Tenaga Kerja

Bisnis maskapai ini bisa dibilang bisnis dengan resiko tinggi. Bisnis dibidang jasa tetapi
dituntut untuk selalu update dalam armada yang berarti dari segi barang. Pegawai
maskapai sama susunannya seperti kebanyakan perusahaan yang multiple work place
(tempat kerja yang banyak cabangnya). Manager atau kepala cabang perwakilan
maskapai di daerah X, Y, ataupun Z dan ada pula staff-staffnya. Pegawai suatu airlines
mengikuti undang-undang ketenagakerjaan,ada yang tetap dan ada pula yang kontrak.
Pegawai maskapai yang bekerja pada suatu wilayah akan mengikuti undang-undang
ketenagakerjaan di daerah tempat mereka bertugas dan otomatis mendapat upah
sesuai UMR/UMK daerah tersebut. Lalu pertanyaannya,maskapai kan bukan pabrik
yang berdiam diri di suatu tempat yang upah pegawainya mudah untuk
disesuaikan,tetapi maskapai adalah perusahaan multiple work place yang banyak
cabangnya, lantas bagaimana sistem perekrutan dan sistem penggajiannya?.
Yes,sama seperti perusahaan multi work place lainnya. Untuk level staff hingga
supervisor rata-rata maskapai merekrut warga setempat yang mengenal
budaya,adat,dan habbit atau kebiasaan masyarakat setempat. Tetapi,untuk level
pengambil keputusan atau level managerial atau kepala cabang bisa ditunjuk dari
warga setempat ataupun menugaskan pegawai pusat untuk ditempatkan di daerah.
Bagaimana pengaturan keuangan mereka yang UMR/UMK setiap provinsinya berbeda
tetapi mereka bisa menggaji karyawannya? Jawabannya ada di sistem pemberian
harga tiket.

Sebagai simulasi,saya ambil contoh harga tiket penerbangan maskapai X dari Jogja ke
Bengkulu trasit Jakarta. Pernah terbayang tidak kalau kalian terbang dari Jogja ke
Jakarta tiketnya murah tetapi begitu dari Jakarta ke Bengkulu yang jaraknya lebih
pendek dari Jogja-Jakarta kok lebih mahal?

Jawabannya simple, perbedaan UMR. UMR di Jogja lebih rendah daripada UMR di
Bengkulu dan itu kenapa untuk harga ke tujuan Bengkulu akan lebih mahal daripada
Jogja-Jakarta. Dengan pengaturan seperti itu,maka biaya untuk gaji karyawan di daerah
sudah tertutupi dari perbedaan tarif tiket yang diberikan kepada penumpang. Ingat
guys,bukan hanya pesawat lho, bis juga sama. Coba sekali-kali kalian naik bis dari
Jogja-Jakarta atau Semarang-Jakarta,tiketnya akan lebih murah ketimbang kalian naik
bis dari Jakarta ke Lampung atau ke Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai