4SHARES
Kini Citilink sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia juga masuk dalam segmen
penerbangan LCC. Maskapai milik pemerintah ini berani tampil sebagai maskapai
penerbangan LCC. Garuda Indonesia memberikan biaya murah dalam dunia
penerbangan terutama Citilink yang sukses memberikan full service kepada calon
penumpang. Banyak kalangan menyambut senang atas kehadiran Citilink masuk dalam
daftar maskapai LCC sehingga dari sisi harganya cukup terjangkau. Penerbangan Low
Cost Carrier dari Citilink sudah disambut baik oleh masyarakat Indonesia hingga
sekarang.
Berikutnya ada Lion Air dimana menjadi salah satu maskapai penerbangan Low Cost
Carrier di Indonesia. Lion Air sudah menghadirkan pengalaman penerbangan sejak
tahun 2000 dimana banyak pecinta transportasi udara memilihnya karena
menghadirkan harga tiket lebih terjangkau. Meskipun Lion Air sering mendapatkan
permasalahan terutama penelantaran penumpang disejumlah bandara beberapa waktu
lalu, akan tetapi Lion Air dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan
menerapkan sistem Low Cost Carrier di Indonesia.
3. Malindo Air yang bisa di pesan secara online ataupun melalui travel
agent
ADVERTISEMENT
Salah satu maskapai penerbangan baru yakni Malindo Air juga menghadirkan
penerbangan LCC di Indonesia. Meskipun hadir sebagai maskapai baru, tetapi
kehadiran Malindo Air sendiri patut diperhitungkan. Malindo Air bisa bersaing dengan
maskapai lama di Indonesia seperti Citilink dan Lion Air yang notabene menghadirkan
sistem LCC sama. Kini pemesanan tiket Malindo Air bisa dilakukan secara online
bahkan bisa melalui travel agent.
Terakhir ada Air Asia dimana menjadi salah satu maskapai dengan tipe penerbangan
LCC. Sudah terbukti dari segi harga tiketnya terbilang lebih terjangkau ditambah lagi
pelayanannya juga cukup memuaskan bagi penumpang. Air Asia memang dikenal
dengan harga tiket lebih terjangkau, sehingga sampai detik ini masih tetap eksis
menjadi pilihan banyak pecinta transportasi udara.
5. Jetstar Asia dengan wilayah destinasi Asia Utara dan Asia Tenggara
Jetstar Asia via http://www.jetstar.com
Jetstar Asia merupakan maskapai yang berasal di Singapura dan saat ini telah
melayani 22 destinasi yang ada di Asia Utara dan Asia Tenggara. Telah melayani di
berbagai rute penerbangan, maka Jetsstar Asia dapat menjadi maskapai pilihan murah
jika ingin traveling ke luar negeri.
(https://www.hipwee.com/list/5-maskapai-dengan-kategori-lcc-yang-bikin-budget-traveling-irit-di-
kantong/)
Maskapai penerbangan bertarif rendah (bahasa Inggris: Low-cost carrier, sering disingkat LCC)
adalah maskapai penerbanganyang memberikan tarif rendah namun dengan menghapus beberapa
layanan penumpang yang biasa. Konsep ini diperkenalkan di Amerika Serikat sebelum menyebar
ke Eropa pada awal 1990-an dan seluruh dunia. Cara tersebut dimulai pada industri maskapai yang
merujuk pada struktur pengoperasian bertarif rendah daripada pesaingnya. Melalui berbagai media,
cara ini menghasilkan banyak maskapai dengan harga tiket yang rendah dan layanan yang terbatas
karena biaya operasinya.
Daftar isi
1Model bisnis
o 1.1Karakteristik yang khas pada pasaran Amerika Serikat
2Sejarah
3Penerbangan jarak jauh layanan minimum
4Maskapai bisnis bertarif rendah
5Lihat pula
6Pranala luar
Pesawat Ryanair dan easyJet di Bristol, Britania Raya, dua maskapai penerbangan bertarif rendah yang
bersaing di pasar Eropa
Maksud kompetisi paling utama adalah untuk menjadi maskapai dengan harga naik turun. Tujuan
harga pembelian adalah menjadi pesaing dengan maskapai penerbangan besar tetapi tidak rendah
secara signifikan. Beberapa LCC (maskapai bertarif rendah) yang berhasil mencoba memberikan
sebagian keuntungan tambahannya, seperti penerbangan tepat waktu yang lebih baik atau lebih
banyak ruang sandaran kaki. AirTran Airways dan Spirit Airlines telah menuai sukses dengan Kelas
Bisnis bertarif rendah mereka, sementara Frontier dan JetBlue memberikan acara-acara televisi
langsung dalam penerbangan.
Maskapai penerbangan bertarif rendah pertama yang berhasil adalah Pacific Southwest
Airlines di Amerika Serikat, yang menjadi perintis konsep tersebut ketika penerbangan perdananya
dilakukan pada tanggal 6 Mei 1949. Cara ini tidak disengaja diberikan kepada Southwest
Airlines yang memulai penerbangannya pada 1971 dan mendatangkan keuntungan tiap tahunnya
sejak 1973. Dengan munculnya deregulasi penerbangan, model ini menyebar ke Eropa, dimana
maskapai yang sukses berasal dari Irlandia, Ryanair, yang memulai penerbangan bertarif rendahnya
pada tahun 1991, dan easyJet, dibentuk pada 1995. Maskapai bertarif rendah mulai dibentuk
di Asia dan Oseania pada tahun 2000 oleh operator seperti AirAsia dari Malaysia, Lion
Air dari Indonesia, Cebu Pacific dari Filipina, Nok
Air dari Thailand, VietJet dari Vietnam, indiGo dari India dan Virgin Blue dari Australia. Model
maskapai bertarif rendah berlaku di seluruh dunia, meskipun pasar yang tertata ulang paling pas
untuk penyebarannya yang cepat. Tahun 2006, LCC baru diumumkan di Arab Saudi dan Meksiko.
Boeing 737-900ER milik maskapai bertarif rendah asal Indonesia, Lion Air di Bandar Udara Internasional
Ngurah Rai
Maskapai bertarif rendah menaruh ancaman berat terhadap maskapai "layanan penuh" terdahulu,
sejak struktur harga tinggi maskapai layanan penuh mencegah mereka bersaing pada harga - faktor
yang paling penting di antara konsumen adalah ketika memilih sebuah maskapai. Sejak 2001
hingga 2003, ketika industri penerbangan dikejutkan dengan terorisme, perang dan SARS,
maskapai-maskapai besar mengalami kemerosotan ketika maskapai bertarif rendah tetap
menguntungkan.
Boeing 737-800 milik maskapai bertarif rendah asal Thailand, Nok Air
Banyak maskapai memilih meluncurkan versi tarif rendahnya, seperti Buzz KLM, Go Fly British
Airways, Citilink Garuda Indonesia, Air India-Express Air India dan Ted United Airlines, tetapi
mendapat kesulitan ketika mengorbankan inti bisnisnya. Pengecualian ini terjadi
pada bmibaby bmi, germanwings yang 49% dikontrol oleh Lufthansa dan Jetstar Qantas, semuanya
berhasil beroperasi pada layanan penuh.
Untuk tujuan wisata, maskapai bertarif rendah juga bersaing dengan penjualan sewa kursi.
Bagaimanapun, infleksibilitas maskapai sewaan menjadikan mereka tidak populer dengan
kebanyakan turis.
Masuknya negara-negara baru ke Uni Eropa dari Eropa Timur dan berjalan dengan legislasi UE oleh
siapapun yang belum bergabung, telah membawa kepada perluasan perjanjian langit terbuka. Ini
membawa peresmian rute bertarif rendah dengan menetapkan dan operator baru seperti Wizz
Air dari Hungaria yang melakukan penerbangan perdananya pada 19 Mei 2004. Sejak 2004 hingga
2007, banyak rute yang diresmikan menuju Bulgaria, Slovenia, Polandia, Hungaria, Republik
Ceko, Turki dan Israel.
Di Kanada, Air Canada mengalami kesulitan untuk bersaing dengan pesaing bertarif rendah barunya
sepert iWestjet, Canjet dan Jetsgomeskipun posisinya sangat dominan sebelumnya di pasaran: Air
Canada memasuki periode perlindungan kebangkrutan pada tahun 2003, tetapi keluar dari
perlindungan pada bulan September 2004. Air Canada mengoperasikan dua subsidiari bertarif
rendah, Tango dan Zip, tetapi keduanya tidak melanjutkan. (Jetsgo sendiri menghentikan
operasinya pada tanggal 11 Maret 2005 dan Canjet mengumumkan bahwa mereka berhenti
beroperasi pada tanggal 10 September 2006.)
Maskapai penerbangan bertarif rendah pertama India, Air Deccan memulai penerbangannya
tanggal 25 Agustus 2003. Tarif maskapai untuk rute Delhi-Bangalore 30% lebih kurang daripada
yang ditawarkan oleh pesaingnya seperti Indian Airlines, Air Sahara dan Jet Airways pada rute yang
sama. Kesuksesan Air Deccan telah membawa masuknya sejumlah maskapai bertarif rendah ke
India. Air Deccan sekarang menghadapi kompetisi dari maskapai bertarif rendah India lainnya
seperti SpiceJet, GoAir dan Paramount Airways. IndiGo Airways baru-baru ini menaruh pesanan
untuk 100 Airbus A320 yang bernilai 6 miliar USD di Pertunjukan Udara Paris, tertinggi di antara
maskapai domestik Asia manapun. Setelah setahun beroperasi, pada 2006, Kingfisher
Airlines mengubah model bisnisnya dari tarif rendah menjadi maskapai menguntungkan.
Di Finlandia, kompetisi berjalan dengan arah yang berbeda, maskapai nasional Finnair mengurangi
tarifnya sehingga pesaing bertarif rendahnya Flying Finn terpaksa menghentikan operasinya. Tiga
bulan setelah kebangkrutan Flying Finn, operator lainnya Blue1 memulai penerbangan menuju tiga
tujuan paling menguntungkan Flying Finn.
Di Norwegia, maskapai bertarif rendah pertama adalah ColorAir pada tahun 1998. Tarif rendah
mereka disamakan dengan pesaing SAS dan Braathens, dan Color Air gulung tikar pada 1999.
Maskapai bertarif rendah berikutnya, Norwegian Air Shuttle (atau Norwegian), memulai
operasi Boeing 737-nya pada bulan September 2002, memunculkan kompetisi lebih berat untuk
pergabungan bagian Norwegian di SAS dan Braathens. Meskipun Norwegian dimulai dengan rute
domestik, hari ini operasi internasionalnya lebih besar daripada domestik. Dengan melincurkan
penerbangan tanpa henti dari kota seperti Stavanger, Bergen, Trondheim juga Oslo, mereka akan
menjadi terkenal. Orang Norwegia merupakan yang paling sering terbang di dunia, terutama karena
geografi negaranya tetapi juga pendapatannya yang tinggi.
Maskapai bertarif rendah pertama Australia adalah Compass yang meluncurkan operasinya pada
tahun 1990 tetapi tidak lama beroperasi. Tahun 2000, Impulse dan Virgin Bluemengumumkan
operasi bertarif rendah membawa kompetisi menuju kota-kota Australia. Virgin Blue telah menjadi
maskapai terbesar kedua di Australia, sementara Qantasmembeli Impulse dan mengoperasikannya
pada sebuah perjanjian 'sewa basah' sebelum mengubahnya ke maskapai bertarif rendah
berunya Jetstar. Qantas telah meluncurkan dua maskapai bertarif rendah: JetStar bersaing
dengan Virgin Blue di pasaran domestik Australia, sementara Australian Airlines beroperasi secara
internasional menuju kota-kota Asia. Tahun 2006, Qantas mulai mengoperasikan penerbangan
Australian Airlines pada sebuah perjanjian 'sewa basah' yang berarti kru dan pesawat Australian
Airlines beroperasi dibawah merek Qantas. Pada tahun 2006, Qantas ingin terus membangun
sebuah merek bertarif rendah di sekitar Jetstar yang akan meliputi kota-kota internasional.
Tahun 1995, Air New Zealand meresmikan sebuah subsidiari bertarif rendahnya, Freedom Air,
dengan pengumuman penerbangan diskon trans-tasman menggunakan maskapai Kiwi Airlines.
Kompetisi pada rute trans-Tasman membawa kepada runtuhnya Kiwi Airlines pada 1996. Freedom
Air berlanjut memberikan penerbangan diskon antara Australia dan Selandia Baru. Subsidiari milik
Qantas, Jetconnect dibentuk sebagai bagian Qantas bertarif rendah di Selandia Baru, dengan
Jetconnect yang beroperasi di semua penerbangan domestik Selandia Baru dan beberapa
penerbangan trans-tasman pada sebuah perjanjian 'sewa basah', menggunakan merek Qantas.
Qantas juga meluncurkan penerbangan Jetstar trans-Tasman.
Tanggal 3 Februari 2003, Air Arabia didirikan dan memulai operasinya pada 29 Oktober 2003. Air
Arabia dapat dikatakan menjadi maskapai bertarif rendah pertama di daerah Timur Tengah.
Tanggal 5 Mei 2004, maskapai bertarif rendah pertama Singapura, Valuair diluncurkan,
menghalangi maskapai Singapore Airlines untuk berinvestasi pada maskapai bertarif rendah
baru, Tiger Airways, untuk memenangi kompetisi tersebut. Belum selesai, maskapai paling dominan
kedua Bandar Udara Singapore Changi, Jetstar Asia Airways yang berbasis di Singapura dan
memulai operasinya pada tanggal 13 Desember 2004. AirAsia Malaysia telah membuat keinginan
yang diulang untuk membentuk sebuah operasi Singapura, tetapi menggunakan Bandar Udara
Seletar, dengan tambahan untuk mengurangi pajak penggunaan bandara, menghambat
kemampuannya dalam mencapai izin dari otoritas di Singapura. Ini dapat menghentikan ambisi
AirAsia melakukan perluasan ke Singapura. Bulan Juli 2005, pemilik Jetstar Asia mengambil alih
Valuair dan menggabungkan kedua maskapai. Dalam kontras dengan AirAsia, tidak ada maskapai
bertarif rendah Singapura yang menguntungkan.
Sementara jumlah maskapai bertarif rendah terus meningkat, maskapai-maskapai tersebut terus
bersaing dengan yang lainnya seperti maskapai terdahulu. Di AS, maskapai penerbangan telah
merespon dengan meluncurkan variasi bermodel tersebut. US Airways menawarkan produk kelas
pertama dan lounge bandara, sebagai contoh, sementara Frontier Airlines dan JetBlue
Airways berilan di televisi satelit. Para pengiklan mendukung Skybus Airlines yang akan diluncurkan
dari Columbus pada tahun 2007. Di Eropa, kepentingan tersebut berlanjut pada pengurangan tarif
dan penerbangan layanan minimum. Tahun 2004, Ryanair mengumumkan proposal untuk
menghapus layanan kursi baring, jendela kaca, penutup bantal kepala, dan kantung kursi dari
pesawatnya. [1]
Beberapa elemen model tarif rendah ini telah menjadi bahan kritikan oleh Pemerintah dan
Regulator, dan di Inggris sepertinya masalah "tidak mengikat" biaya tambahan oleh kedua maskapai
bertarif rendah dan lainnya (seperti pajak bandara, dan pajak lainnya sebagai biaya yang dipisah
daripada sebagai bagian dari harga yang diiklankan) untuk membuat "harga headline" terlihat
rendah yang mengakibatkan aksi pemaksaan. Jumlah itu membawa kepada arah yang salah dalam
memberikan harga, Perkantoran Perdagangan Harga pada bulan Februari 2007 memberikan semua
maskapai dan perusahaan perjalanan tiga bulan untuk meliputi semua harga non-pilihan dalam tarif
dasar yang diiklankan. Meskipun maskapai layanan penuh telah mematuhi jadwal yang ditentukan,
maskapai bertarif rendah ini telah sedikit berhasil dalam masalah ini, membawa kepada prospek
aksi legal oleh [2] OFT.
PENDAHULUAN
APA ITU LCC(Low Cost Carrier) ?
Apa itu LCC (Low Cost Carrier), low cost carrier adalah penerbangan dengan biaya rendah atau
sebuah maskapai penerbangan yang menyediakan harga tiket pesawat dengan harga terjangkau
dengan mengurangi beberapa layanan umum bagi penumpang pesawat seperti layanan catering,
minimalis reservasi sehingga menekan biaya cost penerbangan dan harga nya dapat dijangkau oleh
masyarakat luas.
Quote:
Lemahnya regulator penerbangan dalam memberikan pendidikan kepada konsumen membuat
konsumen penerbangan Indonesia menjadi bodoh sejak lahir dan pada akhirnya harus secara
otodidak belajar sendiri, termasuk dalam memilih maskapai yang akan digunakan. Ini sebagai
dampak jika Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementrian
Perhubungan (DJU), tidak hanya sebagai regulator sesuai perintah UU No. 1 tahun 2009 tentang
Penerbangan tetapi juga sebagai operator dan “proyektor”.
Kekosongan pengetahuan konsumen penerbangan berakibat pada tingginya protes publik ke
operator penerbangan, bandara, ground handling, petugas keamanan penerbangan dan
sebagainya. Salah satu yang sering dikeluhkan oleh konsumen penerbangan adalah sering
hangusnya tiket penumpang maskapai berbiaya murah (LCC) karena terlambat check in.
Sering kita baca keluhan konsumen karena tiketnya hangus dan harus beli lagi kalau tetap mau
terbang di kolom Surat Pembaca di berbagai media cetak, maki-maki di media sosial serta situs
maskapai LCC, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat masuk akal. Untuk itu mari
kita ulas sedikit prinsip-prinsip menjadi konsumen penerbangan LCC.
Quote:
CEKIDOT GAN
Quote:
1. Maskapai LCC lahir dengan meminimalkan pengeluaran yang tidak perlu tanpa harus mengurangi
keselamatan dan keamanan penerbangan dan memaksimalkan pendapatan, misalnya mengurangi
penggunaan agen perjalanan, mencetak boarding pass di kertas murah, harga tiket belum termasuk
biaya bagasi dan makan/minum, harga tiket bisa berubah setiap menit, ruang kabin yang sempit
karena dioptimalkan untuk sebanyak mungkin mengangkut penumpang, jika terlambatcheck in tiket
hangus, semua pesawat harus beroperasi sehingga jika delay sangat lama.
Quote:
2. Keluhan masalah hangusnya tiket dan delay merupakan dua (2) persoalan yang sering diadukan
ke operator penerbangan LCC. Secara internasional (baik untuk LCC maupun full service)
loket check in harus ditutup 30 menit sebelum pintu pesawat ditutup. LCC sering memberlakukan 45
menit sebelum pintu pesawat ditutup. Jadwal yang tertulis di situs LCC atau tertera di boarding pass
merupakan jam pintu pesawat ditutup dan pesawat di dorong mundur (push back) untuk siap-siap
take off atau biasa disebut di dunia penerbangan dengan ETD (Estimated Time Departure).
Quote:
3. Jadi konsumen yang datang setelah menit ke 30 atau 45 (bisa dibaca di website masing-masing
LCC) tiketnya sudah pasti hangus dan kalau tetap akan terbang harus beli tiket baru yang sudah
pasti lebih mahal. Tiket hangus merupakan salah satu sumber optimalisasi pendapatan. Kasus ini
merupakan kasus terbanyak. Jadi sekali lagi, jam penerbangan yang tertera di situs saat kita beli
tiket online adalah jam pesawat tutup pintu untuk siap-siap di push back dan take off.
Quote:
4. Pesawat terbang bukan angkot yang setiap saat kita bisa masuk dan naik selagi belum
berangkat. Sebelum take off, banyak hal yang harus dipersiapkan sesuai dengan peraturan
keselamatan penerbangan yang dibuat oleh ICAO (International Civil Aviation Orgnization) dan DJU
Kemenhub. Jadi amannya konsumen penerbangan domestik harus sudah melaporkan diri
ke counter check in maskapai di bandara satu (1) jam sebelum pesawat tutup pintu.
Quote:
5. Sedangkan untuk persoalan delay di LCC yang sering di atas 3 jam karena alasan teknis
disebabkan dalam bisnis LCC semua pesawat harus beroperasi penuh dan menyisakan sangat
sedikit pesawat cadangan. Di maskapai LCC dalam satu hari setiap pesawat harus lepas landas dan
mendarat di multi destinasi. Jadi ketika satu destinasi terlambat mendarat, misalnya karena cuaca
buruk, maka rute selanjutnya pasti akan semakin terlambat, karena minimnya pesawat cadangan.
Quote:
KESIMPULAN TS
Walaupun kita semua seneng memakai maskapai penerbangan LCC/Low Cost Carrier, jangankan
agan-agan semua, TSnya juga sering gan kalo kemana-mana habisnya murah gan yang
penting sampe , murah juga disesuaikan dengan harga atau kualitas gan, Kalo ente mau
yang pelayannannya super atau khusus, mending naik yang bussiness class gan yang
pramugarinya perhatiannya udah kaya orang pacaran . Kalo maskapai LCC biasanya
tiket awalnya murah tapi ujung-ujungnya belum sama biaya bagasi,insurance, taxmacem
juga . Memang murah gan tapi ente belinya harus 2 bulan sebelum keberangkatan,
biasanya di pesawat kaga dapet makanan dan sering delay. Kalo ada yang ingin menambahkan,
silahkan gan, bakal ane taruh pejwan . Jangan di bata ya gan ane ga memprovakasi atau
apa2
(https://www.kaskus.co.id/thread/5365c79af7ca177a6d8b4623/ini-gan-resiko-terbang-dengan-
maskapai-berharga-murah---low-cost-carrier-lcc/)
Garuda, Lion Air, Air Asia, Batik Air, dan semua nama maskapai yang ada di dunia. mungkin
Traveler yang memang biasa bepergian dengan menggunakan pesawat atau mungkin hanya
membaca beberapa berita maskapai sering mendengar nama-nama maskapai tersebut. Tapi apakah
Traveler tahu yang mana maskapai yang masuk golongan Low Cost Carrier (LCC) dan mana yang
termasuk golongan Full Service Airline(FSA)? lalu apa sih bedanya kedua golongan maskapai ini
?
Sedangkan Full Service Airline (FSA) adalah maskapai yang memberikan layanan penuh. Contoh
maskapai nya adalah Garuda Indonesia dan Batik Air.
Jarak antar kursi LCC biasanya lebih rapat dibandingkan FSA dan kapasitasnya juga lebih banyak
dibandingkan FSA. Misalnya dalam pesawat Boeing 737-300, LCC dapat menampung penumpang
sebanyak 148 penumpang sedangkan FSA hanya dapat menampung sebanyak 128 penumpang.
Utilisasi Pesawat
Utilisasi pesawat LCC lebih tinggi, sedangkan FSA utilisasi pesawatnya lebih rendah atau tidak
dimaksimalkan.
Rute
Untuk urusan rute, FSA melayani penerbangan jarak jauh dan biasanya bekerja sama dengan
maskapai lainnya (untuk transfer penumpang) untuk rute yang tidak dilayani. Sedangkan LCC
melayani rute yang jaraknya pendek dan menengah, dan tidak ada transfer penumpang.
FSA biasanya memakai pesawat yang berbadan lebar, sedang, dan kecil. FSA dapat mendarat di
bandara yang besar dan perawatan pesawatnya memakan biaya yang lebih banyak. Sedangkan
untuk LCC, memakai pesawat yang berbadan sedang sehingga mampu mendarat di bandara kecil
dan biaya yang dikeluarkannya juga lebih murah. Untuk biaya perawatan pesawatpun juga lebih
murah dibandingkan dengan FSA.
Tiket
95% dari tiket LCC dijual melalui internet. Kalau FSA, sebagian besar tiketnya dijual lewat pihak
ketiga.
Untuk urusan harga tiketnya, biasanya harga tiket LCC lebih murah jauh dibandingkan FSA.
Namun, hal itu bisa terjadi apabila Traveler telah memesan tiket pesawatnya 3 bulan, 6 bulan,
bahkan 1 tahun sebelum penerbangan dan memilih penerbangan malam.
Fasilitas
Fasilitas dan kenyamanan FSA tentunya jauh berbeda dengan LCC. Selama penerbangan, FSA
menawarkan berbagai fasilitas, dari fasilitas hiburan, sampai makanan dan minuman pun diberikan
secara gratis. Sedangkan LCC tidak menyediakan fasilitas hiburan, dan setiap pemesanan
makanan dan minuman pun dikenakan biaya tambahan.
Demikianlah bedanya LCC dan FSA. Jadi, Traveler memilih maskapai yang mana?
Apapun maskapai yang kamu gunakan, Jangan lupa untuk booking tiket pesawat
di Airpaz.com selain murah, banyak juga promo tambahan dari Airpaz yang dapat kamu nikmati.
(https://blog.airpaz.com/id/perbedaan-low-cost-carrier-dan-full-service-airline/)
14209167721649560985
Saya adalah pelanggan AirAsia yang menggunakan jasa penerbangan itu dengan tujuan Jakarta-Surabaya
dan sebaliknya sejak 2010 silam. Jujur saja saya sangat prihatin dengan kenaikan harga tiket untuk
semua maskapai dengan awal kambing hitam peristiwa kecelakaan Air Asia QZ8501 (28/12/2014) yang
berujung pada LCC. Kebijakan Jonan tentang pembatasan tarif bawah maskapai penerbangan seakan-
akan mengatakan bahwa kecelakaan yang menimpa Air Asia disebabkan karena harga tiket yang
murah. Jika anda tidak bisa memahami suatu hal, bukan berarti hal tersebut tidak masuk akal. Sekarang
coba simak penjelasan mengenai hal ini.
LCC adalah redifinisi bisnis penerbangan dengan prinsip low cost untuk menekan operational
cost sehingga bisa menjaring semua segmen pasar dengan layanan minimalis. Namun tidak
membuat airlines yang menerapkan LCC menjadi murahan dan lemah pada segi
keselamatan (safety). LCC sering juga disebut sebagai Budget Airlinesatau no frills flight atau
juga Discounter Carrier.
Low Cost Carrier ini dirintis oleh maskapai Southwest yang didirikan Rollin King, Lamar
Muse dan Herber Kelleher pada 1967. Fenomena ini menjadi kajian bisnis penerbangan yang
sangat menarik dibahas di universitas Harvard dan diberbagai sekolah bisnis diseluruh belahan
dunia. Efisiensi yang dilakukan mencakup harga murah, teknologi, struktur biaya, rute hingga
berbagai peralatan operasional yang digunakan. Keberhasilan Southwest kemudian banyak ditiru
oleh maskapai lain di seluruh dunia termasuk Indonesia.
[caption id="attachment_390039" align="aligncenter" width="700" caption="Southwest Airlines
1967"]
1420948370355564822
[/caption]
Bagaimana AirAsia bisa disebut LCC airlines? ... baiklah berikut ini beberapa hal spesifik yang
bisa menjelaskan seperti apa LCC.
14209508621707345014
Saat last flight dari Jakarta-Surabaya, maskapai akan mengistirahatkan awak pesawatnya dengan
menginap di hotel. Itu tentu saja butuh biaya, biaya hotel, transportasi, makan, uang saku, dsb.
Maskapai yang menerapkan LCC meniadakan fasilitas itu, mereka membuat jadwal operasional
penerbangan sedemikian rupa sehingga awak pesawat yang bertugas pada last flight bisa kembali ke
kota asal mereka, ke rumah masing-masing, tidak perlu biaya hotel untuk beristirahat saat menanti
tugas selanjutnya. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan strategi lain, misalnya maskapai yang
bersangkutan menyediakan mess bagi awak pesawat sebagai pengganti hotel. Adakalanya awak
pesawat melakukan multi roledalam pekerjaannya, misalnya (pilot dan flight attendant) merangkap
sebagai cleaning service saat ground handling. Menerapkan outsourching dan karyawan kontrak
terhadap SDM non vital. Rute yang sangat sederhana biasanya point to point untuk menghindari missed
connection di tempat transit. Mengeleminasi value addedberupa catering (hanya diberi air mineral),
koran atau majalah, in flight entertainment, in flight shop, lounge, free cab after landing, exclusive
frequent flier services, dsb. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau
tarif sub classis dengan harga diskon hingga 90%. Sistem penjualan tiket langsung (direct sales) dengan
cara online 90% dan konvensional (di tempat) 10% untuk mereduksi ongkos cetak tiket. Hanya tersedia
kelas ekonomi, tidak ada kelas premium atau bisnis. Kapasitas penumpang lebih besar namun sesuai
dengan jumlah kursi yang tersedia. Hal ini untuk menaikkan revenue maskapai mengingat tarif yang
sangat murah. Mereka mengatur hal seperti ini dengan baik dan rapi agar bisa memangkas banyak biaya
operasional. Salah besar jika ada yang berpendapat, LCC lebih mengutamakan keuntungan daripada
keselamatan. Tidak ada yang bisa dipangkas dari segi keselamatan (safety), kecuali ada maskapai
yang "nakal".
Anda hanya membawa tas ransel, maka tidak perlu membayar bagasi 20kg, apalagi 40kg (tapi rata-rata
maskapai penerbangan sekarang mengharuskan kita membayar biaya bagasi minimum, meskipun tidak
ada keperluan menggunakan bagasi) Apakah anda ingin masuk pesawat paling dulu dan duduk di kursi
paling depan (hot seat)? Jika iya, maka silahkan tambah biayanya. Mau makan? Juga tambah lagi
biayanya. Silahkan saja hitung total semuanya, jatuhnya tidak akan beda dengan maskapai lain. Tapi
dengan adanya pilihan seperti ini, penumpang bisa terbang lebih ekonomis dengan opsi yang sesuai
dengan kebutuhan.
Tiket Promo
Apa ada maskapai penerbangan yang menjual tiket Rp.50.000 bahkan Rp.0? Tidak masuk akal ah? Kalau
murah berarti jangan berharap selamat gitu yah?
Itu masuk akal, Citilink pernah menjual tiket promo seharga Rp. 50.000, sekaligus pengenalan pesawat
baru mereka Airbus A320.
14209103111515351875
Nah, LCC juga khas dengan promo harga. Bagaimana bisa? Begini ... Misalkan pesawat itu berkapasitas
100 kursi. Maka, mau isi pesawat itu 10 orang atau 100 orang penuh, tetap saja sama biaya
operasionalnya bagi maskapai. Jadi, mereka peduli dengan occupancy rate alias prosentase keterisian
tiap unit pesawat (bukan seperti angkot, minibus atau bus antar kota, dsb. yang suka menjejalkan
penumpang meskipun kapasitas penumpang sudah melebihi semestinya). Mereka riset, dan tahu,
oh, occupancy rate kita ini di 90% saja. Ada sisa 10% yang selalu kosong. Maka, digelarlah promo harga,
misalnya ...
"Jika anda membeli tiket untuk tahun depan saat ini, kami akan berikan harga promo mulai dari
Rp. 15.000 hingga Rp.0. Berlaku hanya untuk 3 yang tercepat".
Karena toh, promo atau tidak rata-rata memang 90% terisi, sekalian saja promo, sekaligus bikin
senang calon penumpang. Bagi maskapai itu adalah trik yang paling sederhana. Tidak merugikan
mereka. Toh 10% kursi itu rata-rata memang akan tersedia alias kosong. Kecuali di masa-masa
sibuk (peak season), tidak akan ada promo, bahkan harga tiketnya bisa lebih mahal dibanding
maskapai nasional Garuda Indonesia.
Benarkah LCC menjamin safety konsumen? Jika maskapainya "nakal" dan turut memangkas
sisi safety bagaimana? ...
Di workshop penerbangan yang bersertifikat AMO145. Berapakah harga repair atau perbaikan
per-komponen pesawat terbang? ...
Workshop pesawat yang bersertifikat AMO145 di indonesia yang tergabung dalam IAMSA
(Indonesia Aircraft Maintenance Services Association) misalnya, mereka sering mengeluh
tentang harga perbaikan yang sangat murah sesuai kemauan dari maskapai penerbangan. Kita
bandingkan dengan Malaysia, misal untuk perbaikan satu unit ACM (Air Cycle Machine)untuk
CN235 di dikenakan harga hampir 30-40% dari harga baru. Harga ACM berkisar $110.000-
$130.000 atau mendekati 1.5 milyar rupiah. Sementara ongkos repair di workshop perbaikan di
Indonesia berkisar antara 150juta-300juta per unit. Workshop biasanya banting harga murah
karena pasar menuntut begitu. Kalau kita bertahan di harga tinggi sudah pasti tidak akan dapat
order.
Bagaimana sebuah ACM yang spare part aslinya bisa mencapai harga $38.000 hanya
di repair seharga $10.000-$25.000 saja?
Mungkin kelemahan dibalik LCC itulah yang menjadi dasar Jonan menaikkan tarif. Siapa yg
patut di salahkan jika kejadiannya seperti itu?...
Apakah DGCA sebagai badan pemerintah? apakah worshop perbaikan? apakah maskapai yang
inginnya repair serba murah? jika dikaji lebih dalam, semua pasti saling berkaitan. Apakah
dengan menaikkan tarif bisa menjamin keselamatan (safety)?
Jika DGCA terlalu ketat, maka akan banyak perusahaan perbaikan akan tidak dapat sertifikat dan
yang sudah ada bisa bangkrut, dan jika bangkrut tentu banyak maskapai kesulitan mencari
tempat repair yang harganya kompetitif.
Maskapai dengan harga murah jangan diidentikkan dengan safety murahan. Harga promo
jangan diidentikkan dengan keselamatan adalah nomor dua.
(https://www.kompasiana.com/aramorissette/54f37637745513902b6c75eb/kupas-tuntas-low-cost-
carrier-lcc)
Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, maskapai dengan low budget di Asia
Tenggara telah merombak citra penerbangannya, melampaui batas-batas
nasional dan membawa konsep perjalanan yang terjangkau secara sukses dan
besar.
Hampir 2/3 dari maskapai di seluruh Asia Tengara tergolong ke dalam Low Cost
Carriers, memproyeksikan permintaan akan pilihan perjalanan yang lebih
terjangkau.
Tidak heran jika kini masing-masing dari negara di Asia Tenggara memiliki
maskapai penerbangannya masing-masing untuk memenuhi permintaan yang
semakin meningkat setiap tahunnya.
MALAYSIA
Foto: extra.ie
AirAsia Group merupakan sebuah grup maskapai penerbangan multinasional
yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia. Berdiri sejak 1993, grup ini
sekarang mengoperasikan link dari maskapai penerbangan dengan harga
terjangkau seperti AirAsia, AirAsia India, Philippines AirAsia, Indonesia AirAsia,
dan Thai AirAsia.
CEBU PACIFIC
PHILIPPINES
Jumlah Armada: 99
Foto: Asia Travel Tips
Cebu Pacific grup merupakan maskapai penerbangan Filipina yang berkantor
pusat di Manila yang mengoperasikan anak perusahaan dengan biaya rendah
seperti Cebu Pacific dan Cebgo (atau dikenal dengan Tigerair Philippines). Grup
ini memiliki visi untuk menciptakan jaringan penerbangan maskapai dengan
biaya terjangkau terbesar antara Asia dan Filipina.
Cebu Pacific dan Cebgo keduanya berbasi di Bandar Udara Internasional Manila
Ninoy Aquino dan bersama-sama memasarkan dan menjual jasa mereka
menggunakan pengaturan codeshare dan interline. Kedua maskapai tersebut
juga bersama-sama mengoperasikan rute umum. Armada kelompok terdiri dari
keluarga Airbus dan pesawat ATR.
CITILINK
INDONESIA
Jumlah Armada: 68
Foto: Airways Magazine
Berdiri sejak 2001, Citilink merupakan sebuah maskapai penerbangan
terjangkau berbasis di Jakarta, Indonesia. Citilink merupakan anak perusahaan
dari Garuda Indonesia dan pada awalnya dirancang untuk beroperasi sebagai
moda transportasi datang dan pergi di berbagai kota di Indonesia.
NOK AIR
THAILAND
Jumlah Armada: 53
Foto: Online Travel Agency Reviews
Berdiri sejak Februari 2004, Nok Air merupakan sebuah maskapai penerbangan
terjangkau berbasis di Bandara Udara Internasional Bangkok, Don Mueang.
Maskapai ini mengoperasikan layanan penerbangan dengan destinasi domestik
dan regional menggunakan armada narrow-body Boeing 737 dan juga ATR-72
ewuipment. Pemegang saham terbesar Nok Air merupakan Thai Airways,
dengan total 39% saham di maskapai tersebut.
SCOOT
SINGAPORE
Jumlah Armada: 47
Foto: Infinite flight community
Scoot Tigerair Pte. Ltd., dikenal sebagai Scoot, merupakan anak
perusahaan maskapai penerbangan jarak jauh berbiaya rendah dari Singapore
Airlines (SIA), melalui Tiger Airways Holding. Digagaskan oleh Singapore Airlines
pada 2011, Scoot mulai beroperasi pada Juni 2012 ke Sydney dan Gold Coast.
SIA memanfaatkan Scoot untuk memanfaatkan tantangan yang meningkat dari
LCC di pasar-pasar utama.
VIETJET AIR
VIETNAM
Jumlah Armada: 60
Foto: Google
VietJet Air merupakan sebuah maskapai penerbangan terjangkau berbasis di
Bandara Udara Noi Bai, Hanoi, Vietnam. Maskapai ini mulai beroperasi pada 25
Desember 2011, setelah beberapa kali percobaan yang selalu diundur, awalnya
menggunakan maskapai tipe 3 A320 menuju Ho Chi Minh City dan Da Nang.
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/12/15/6-maskapai-penerbangan-low-budget-yang-
menguasai-asia-tenggara)
2 AirAsia X
Air Asia X adalah anak perusahaan Air Asia,sebuah maskapai penerbangan bertarif murah Malaysia
yang di luncurkan 2007.Awal perjalanan berdirinya Air Asia X adalah saat Air Asia,induk
perusahaannya menjalin kerjasama dengan Fly Asian Express. Perbedaan Antara AirAsia dengan
AirAsia X adalah Jarak tempuh Yang Cukup Lama Untuk Air Asia X. AirAsia X Juga Melayani
Backpacker Umrah Murah dari Malaysia, Banyak Para Backpacker Senang menggunakan AirAsia X
Ini. Perbedaan Pesawat Ada Kode X di Samping Pesawat.
3 Norwegian
Norwegian Air Shuttle merupakan sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah Norwegia, dengan
kantor di Fornebu di luar Oslo dan basis utamanya terletak di Bandar Udara Oslo, Gardermoen. Tidak
Heran Pesawat Ini Menjadi Pesawat LCC dengan biaya Yang Cukup Murah. Pernah Saia Intip Harga
Dari Bangkok – Oslo Hanya $267 Untuk Return. Cukup Murah Bukan.
4 Jetstar Airways
Maskapai Penerbangan Budget Airlines Milik Australia Ini. Jetstar Airways adalah sebuah maskapai
penerbangan bertarif rendah Australia yang berpusat di Melbourne, Australia. Maskapai ini adalah
anak perusahaan Qantas yang dibentuk sebagai jawaban atas maskapai penerbangan bertarif rendah
Virgin Blue. Bagi Para Backpacker Indonesia Sudah Tidak Asing Dengan Maskapai Ini Bukan.
5 IndiGo
IndiGo adalah maskapai penerbangan bertarif rendah dari Gurgaon, Haryana, India, didirikan pada
tahun 2006 oleh Rakesh Gangwal dan Rahul Bhatia. Maskapai Asal India Mendapatkan Peringkat Ke
5 Dengan Maskapai LCC Terbaik di Dunia.
6 easyJet
easyJet merupakan sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang secara resmi bernama
easyJet Airline Company Limited. Maskapai ini berbasis di Bandar Udara London Luton.
7 WestJet
WestJet merupakan nama maskapai penerbangan Kanada. Dengan kode IATA WS dan kode ICAO
WSA. Kita Biasanya Tidak Pernah Mendengar Maskapai Ini. Tapi Maskapai Ini Cukup Terkenal Di
Amerika Utara.
8 Virgin America
Virgin America, Inc. adalah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Amerika Serikat
dan memulai operasi pada 8 Agustus 2007.
9 Jetstar Asia
Jetstar Asia Airways adalah nama maskapai penerbangan Singapura. Kode IATA Jetstar Asia adalah
3K dan kode ICAO-nya ASA. Maskapai ini berdiri tahun 2004 dan merupakan cabang Asia Jetstar
Airways. Maskapai ini melakukan merger dengan Valuair pada 24 Juli 2005. 42,5% saham
perusahaan ini dimiliki Qantas. Per 30 April 2008, armada Jetstar Asia terdiri dari 5 Airbus A320-232.
10 Scoot
Scoot Pte Ltd. adalah maskapai penerbangan bertarif rendah jarak jauh yang memiliki basis di
Singapura. Maskapai Penerbangan Terbaik Kesepuluh Ini Adalah Maskpai Yang menurut Saia Paling
Tidak Rekomendasikan Oleh Saia Sendiri. Tapi Apa Boleh buat Dia Termasuk Ke Dalam 10 Maskapai
Penerbangan Budget Airlines Terbaik di Dunia.
(http://bhq.web.id/2014/12/06/ini-dia-10-maskapai-penerbangan-lcc-dunia-terbaik-di-dunia/)
ByPegiPegi
Posted on January 12, 2015
Mencari tiket pesawat murah kayaknya sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, khususnya bagi
mereka yang cinta travelling. Maklum, anggaran pengeluaraan selama berwisata bisa ditekan
dengan memilih tiket murah yang dibeli jauh-jauh hari sebelum keberangkatan.
Sayangnya nih, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) baru-baru ini telah memutuskan kenaikan
tarif batas bawah sebesar 40 persen untuk tiket pesawat domestik, sehingga kemungkinan besar
tidak ada lagi tiket murah yang dijual maskapai penerbangan di Indonesia.
Kemenhub menilai perlu menaikkan tarif batas bawah demi menjamin keselamatan penumpang,
menyusul kecelakaan yang menimpa pesawat Air Asia rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat
Karimata akhir tahun.
Namun, keputusan tersebut mengundang reaksi keras di Tanah Air. Apalagi industri maskapai ber-
budget rendah juga marak di bebagai negara lain di dunia.
Benarkah ada korelasi antara maskapai Low Cost Carrier (LCC) dengan kecelakaan tersebut?
Lalu apa sih, yang membuat sebuah maskapai LCC bisa menjual tiket begitu murah?
1. ISIAN KABIN DI LCC YANG LEBIH BANYAK
Semakin banyak jumlah seat yang disediakan, semakin besar kemungkinan sebuah maskapai
menjual tiket pesawat mereka.
Southwest Airlines, maskapai LCC terbesar di dunia awal Amerika Serikat, mengisi pesawatnya
dengan jumlah tempat duduk lebih banyak dan terbang lebih sering ketimbang maskapai full
service demi menekan biaya pengeluaran.
Maskapai LCC dapat menampung hingga 148 seats dan hanya menyediakan kelas ekonomi.
Bandingkan dengan maskapai full service yang cuma diisi 128 seats.
4. PEMILIHAN BANDARA
Pemilihan fasilitas bandara juga menjadi opsi untuk menekan biaya pengeluaran. Di negara lain, tak
sedikit yang menyediakan bandara khusus maskapai tarif rendah. Di Kuala Lumpur misalnya, Air
Asia memilih Los Cost Carrier Terminal (LCCT) dibandingkan Kuala Lumpur International Airport.
Tak hanya itu, maskapai LCC juga biasanya tidak memiliki Lounge mewah seperti maskapai reguler
pada umumnya.
Contoh penghematan lain yang dilakukan oleh maskapai LCC adalah tidak menggunakan fasilitas
gasbarata (jembatan yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat terbang).
Misal, sebuah maskapai hanya menggunakan Boeing B-737 series saja atau Airbus 320/319 saja.
6. TURNAROUNDS SINGKAT
Selain menghemat di bebagai pos, maskapai LCC juga mengejar pendapat dengan optimalisasi
pesawat yang ada. Gak heran jika pesawat LCC lebih cepat parkir di bandara, hanya sekitar 25-30
menit untuk menurunkan dan menerbangkan penumpang. Sebaliknya, maskapai reguler biasanya
memakan waktu setidaknya 45 menit untuk singgah.
(https://www.pegipegi.com/travel/bagaimana-maskapai-lcc-menjual-tiket-murah/)
AirAsia.
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Bandara Low Cost Carrier Bakal Turunkan Biaya
Layanan Maskapai, Tiket Pesawat Jadi Makin Murah?, http://travel.tribunnews.com/2018/07/24/bandara-
low-cost-carrier-bakal-turunkan-biaya-layanan-maskapai-tiket-pesawat-jadi-makin-murah.
Beberapa tahun terakhir pariwisata Indonesia semakin tumbuh berkembang seiring dengan munculnya tren
penerbangan murah yang lebih dikenal dengan Low Cost Carrier. Jika mendengar Low Cost Carrier,
mungkin yang terbayang di pikiran Anda adalah maskapai penerbangan Air Asia yang didirikan oleh seorang
pengusaha asal Malaysia, Tony Fernandez. Sebagai pelopor konsep LCC di Asia, maskapai Air Asia menjadi
salah satu Low Cost Carrier yang paling terkenal di Indonesia. Seiring tumbuhnya konsep LCC di Asia, maka
muncul maskapai penerbangan lainnya yang juga mengusung konsep LCC, seperti Tiger Airways, Jetstar,
Cebu Pacific Air, dan Citilink. Lantas, apakah dengan menjual harga tiket yang murah berarti mengurangi
tingkat keamanan pesawat dengan konsep LCC? Bagaimana LCC bisa menjual tiket lebih murah? Simak
penjelasan berikut ini.
Populernya penerbangan Low Cost Carrier di Asia Tenggara dimulai saat munculnya Air Asia yang
kemudian diikuti oleh maskapai lain. Maskapai penerbangan dengan konsep LCC telah beroperasi di Asia
sejak tahun 2000, dan saat kini sudah ada sekitar 50 operator LCC yang telah melayani 16 negara di wilayah
Asia dan Oseania. Penerbangan Low Cost Carrier kini menyumbang lebih dari 25 persen dari lalu lintas di
Asia, dibandingkan saat tahun 2006 yang hanya sejumlah 9 persen. Berikut list penerbangan Low Cost
Carrier yang beroperasi di Indonesia :
Citilink,
Indonesia AirAsia,
Lion Air,
Jetstar Asia Airways (subsidiary Qantas),
Tiger Airways (subsidiary Singapore Airlines),
Valuair (subsidiary Jetstar Asia Airways).
Konsep ini memang dilakukan untuk memikat konsumen untuk tetap dapat bepergian jarak jauh meski dengan
biaya yang minim. Hal positif yang didapatkan masyarakat adalah mobilitas masyarakat terbantu oleh tarif
tiket yang murah−walaupun dengan layanan yang minim. Terlebih beberapa tahun terakhir, dengan adanya
konsep penerbangan LCC, antusias masyarakat Indonesia untuk bepergian menggunakan angkutan udara
terbilang cukup tinggi. Sampai September 2013 total jumlah penumpang angkutan udara mencapai 49,08 juta
orang, data ini dilansir oleh Kementerian Perhubungan Indonesia yang menjelaskan bahwa sejak 2011 sampai
2013 terjadi kenaikan persentase jumlah penumpang angkutan udara sebesar 10-15 persen untuk setiap
tahunnya.
Dengan menghilangkan sistem keagenan, maskapai LCC dapat mengurangi biaya fee agent. Penjualan tiket
melalui internet juga membuat LCC dapat menghemat biaya lebih banyak lagi dengan sistem e-ticket yang
mewajibkan penumpang mencetak tiket pesawat sendiri. Bahkan, kini beberapa maskapai penerbangan di
Indonesia sudah menerapkan sistem web check-in, seperti Air Asia, Citilink, Lion Air, dan Garuda Indonesia.
Biasanya, web check-in dibuka mulai 24 jam sebelum jadwal penerbangan, kecuali Air Asia yang sudah
membukanya sejak 14 hari sebelum jadwal penerbangan. Kemudian, pemanfaatan teknologi dalam
membangun sistem booking tiket pesawat online bagi maskapai LCC juga akan mengurangi beban
penambahan karyawan yang mengurus kegiatan ground handling karena semua sudah diatur oleh sistem.
Berbeda dengan penerbangan Full Board seperti Garuda Indonesia, penerbangan LCC hampir meniadakan
konsep transit. Contohnya, maskapai penerbangan Air Asia tidak memiliki rute langsung dari Surabaya ke
Phuket, maka penumpang yang ingin tetap menggunakan Air Asia harus membeli dua tiket penerbangan, yaitu
Surabaya-KL dan KL-Phuket. Maka, sesampainya di Kuala Lumpur, Anda harus mengambil bagasi dan
melakukan check-in kembali untuk penerbangan selanjutnya dengan rute KL-Phuket.
Di Indonesia, budget terminal berada di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Budget terminal merupakan
sebuah konsep yang awalnya diusung oleh Malaysia (KLIA-LCCT) dan Singapura (Changi Budget Terminal)
untuk maskapai penerbangan dengan konsep Low Cost Carrier. Perbedaan antara terminal biasa dengan budget
terminal adalah tidak adanya fasilitas garbarata (jembatan yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke
pintu pesawat terbang) ataupun bus yang mengantar Anda ke terminal kedatangan. Maskapai LCC pada
umumnya tidak menggunakan garbarata supaya tidak dikenai biaya oleh pihak bandara yang menyediakan
fasilitas tersebut. Namun, walaupun begitu, pelayanan kepada orang yang berkebutuhan khusus seperti wanita
hamil dan lansia serta fasilitas kursi roda tetap disediakan. Fasilitas umum seperti toilet, money changer,
tempat ibadah, restoran juga tersedia selama 24 jam.
Menekan biaya dengan memilih tipe pesawat yang sama dan memberikan perbedaan harga pada penjualan
posisi tempat duduk.
Maskapai Low Cost Carrier memakai satu tipe pesawat (AirBus/Boeing) untuk menekan biaya
pemeliharaan, training, serta utilisasi yang optimal. Kemudian, dalam konsep LCC, jika ingin duduk di dekat
jendela, di kursi darurat atau kursi depan, maka Anda harus membeli kursi tersebut, karena jika tidak, maka
sistem akan memilihkan kursi secara acak, sehingga bisa jadi Anda tidak bisa duduk berdampingan dengan
teman perjalanan Anda.
Misalnya, penerbangan LCC jurusan Surabaya Bangkok membutuhkan waktu 3 jam 50 menit untuk sampai ke
tujuan dengan sisa waktu 40 menit (turnaround time) untuk menurunkan penumpang, membersihkan pesawat,
mengisi bahan bakar, dan menaikkan penumpang lagi di kota tujuan Bangkok. Maka, kru pesawat penerbangan
Surabaya-Bangkok dan Bangkok-Surabaya tidak berubah, sehingga maskapai tidak perlu mengeluarkan biaya
akomodasi hotel bagi 1 grup kru pesawat (terdiri 2 pilot dan 4 kru) yang dapat menghabiskan biaya besar.
Apabila ingin mendapatkan harga tiket murah, pesan dan belilah tiket 6 bulan sebelum keberangkatan.
Maskapai juga seringkali melakukan promo menarik yang membuat orang ingin membeli tiket pesawat saat itu
juga demi menghemat biaya perjalanan, terutama untuk tiket pesawat. Dengan begitu, maskapai penerbangan
akan mendapatkan uang tunai dalam jumlah besar dari promo yang menarik minat banyak orang untuk diputar
dalam bisnis lainnya yang berhubungan dengan dunia pariwisata, misalnya pengembangan hotel oleh AirAsia.
Selain itu, dengan penjualan tiket dari jauh-jauh hari dengan penjualan bagasi secara online, maskapai dapat
memprediksi jumlah penumpang dan bagasi yang akan diangkut, sehingga bagian operasional dapat
menghitung jumlah bahan bakar yang dibawa ke kota tujuan agar bahan bakar yang dipakai menjadi lebih
hemat.
Jangan lupa tersedia promo dan diskon last minute dari maskapai populer Indonesia: Lion
Air, Garuda Indonesia, AirAsia, Sriwijaya, Citilink, Wings Air, Batik Air.
Walau mengoptimalisasi utilisasi pesawat, safety dan perawatan adalah hal utama yang tidak bisa ditoleransi.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya tentang bagaimana LCC bisa menjual tiket yang lebih murah, dapat
diketahui bahwa penghematan yang dilakukan LCC bisa disebut untuk hal-hal tidak terlalu perlu. Hal-hal yang
penting, seperti maintenance, training, dan safety, sama sekali tidak ada toleransi. Bahkan, Head of Corporate
Secretary & Communications Indonesia AirAsia Audrey P Petriny menekankan, model bisnis LCC bukan
berarti mengorbankan keselamatan. Menurut dia, industri penerbangan itu sangat ketat terhadap peraturan,
termasuk soal keselamatan dan keamanan penerbangan. Begitu juga peraturan mengenai standar keselamatan
dan keamanan yang berlaku secara internasional harus dipenuhi oleh semua maskapai. Jika tidak mematuhi
aturan-aturan tersebut, maka izin terbang maskapai bisa dicabut kapanpun.
Hal senada disampaikan Andy Arisasmita, Ketua Umum Komunitas Penerbangan Indoflyer. Menurut dia,
LCC hanyalah bagian dari strategi bisnis pemasaran. Hal itu tidak ada relasinya dengan keselamatan
penerbangan. Ia juga mengajak pihak-pihak yang meragukan komitmen maskapai LCC untuk memeriksa
pelaksanaan pelatihan terhadap sumber daya manusianya (SDM) ataupun fasilitas pemeliharaan pesawatnya.
Andy menambahkan, pelatihan di maskapai LCC mempunyai standar yang tinggi. Ia menceritakan, jika
seorang kapten tidak lulus tes kecakapan yang dilakukan di simulator secara berkala, maka otomatis ia akan
dilarang terbang (grounded). Sementara itu, biaya untuk pelatihan di simulator tidak murah. Semua perawatan
pesawat pun dilaksanakan sesuai maintenance manual dan MEL (minimum equipment list).
Sementara itu, konsultan dan pengamat dunia penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, persepsi LCC tidak
aman merupakan pendapat yang sudah kedaluwarsa 20-30 tahun lalu. Menurut dia, hal itu terbukti
dengan tingkat keselamatan LCC di Indonesia yang semakin membaik dalam dua tahun terakhir. Jumlah
staf yang dimiliki maskapai LCC juga dibuat seminimal mungkin, dari tingkat top management hingga
karyawan kantoran biasa. Itu sebabnya struktur hierarki dalam maskapai LCC biasanya lebih ramping.
Menurut data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, saat ini terdapat 16
perusahaan angkutan udara niaga berjadwal yang beroperasi. Empat di antaranya merupakan maskapai dengan
kategori LCC. LCC atau disebut juga budget airlines atau low cost carrier memang merupakan maskapai
dengan strategi memperkecil biaya operasional. Efisiensi pembiayaan antara lain berupa pengurangan katering,
tanpa in flight entertainment dalam pesawat, ketiadaan fasilitas lounge, penyederhanaan layanan reservasi
dengan memanfaatkan teknologi informasi, pemesanan tiket melalui jaringan internet hingga tiket tanpa nomor
tempat duduk penumpang.
Beberapa ahli dalam industri juga sepakat bahwa hanya karena sebuah maskapai penerbangan berbiaya rendah,
tidak berarti standar keamananannya lebih rendah. AirAsia yang telah mencapai umur 15 tahun telah mencatat
rekornya sebagai maskapai penerbangan LCC dengan catatan keamanan yang bersih. AirAsia yang
menggunakan tagline “We Make People Fly” ini telah berkembang dengan pesat sehingga akhirnya membuka
berbagai anak perusahaan. Selain memiliki afiliasi di Indonesia, perusahaan asal Malaysia memiliki cabang di
Thailand, Filipina, dan India.
Robert Francis (mantan wakil ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS) mengatakan, “Penyebab
hilangnya AirAsia QZ8501 terjadi karena ada kemungkinan bahwa partikel es yang berada di ketinggian tinggi
saat awan badai menyebabkan indikator kecepatan udara tidak berfungsi”. Beliau menambahkan, “Dalam
kasus seperti ini, pilot harus menerbangkan pesawat secara manual dan mengandalkan kemampuan dan
pengalaman untuk membawa pesawat ke tempat yang lebih aman”. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi
pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem transportasi udara secara keseluruhan, mulai dari menambah
pilot yang lebih berpengalaman dan tenaga operator lalu lintas yang lebih kompeten dalam mengatur traffic
penerbangan, serta meningkatkan kontrol dan pengawasan lalu lintas di udara.
Peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 tampaknya menjadi momen bagi pemerintah untuk membenahi
industri penerbangan dari segi keselamatan. Salah satunya dengan membenahi peraturan terkait harga tiket
pesawat. Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan sudah menandatangani peraturan tarif batas bawah
yang mewajibkan maskapai menjual harga tiket minimal 40 persen dari tarif batas atas saat ini. Kebijakan
tersebut diharapkan membuat maskapai lebih peduli terhadap aspek keselamatan penumpangnya. Namun,
kebijakan tersebut juga sekaligus mengancam tiket murah yang biasa ditawarkan maskapai berbiaya murah
atau Low Cost Carrier (LCC).
(https://www.tiket2.com/blog/apakah-aman-menggunakan-penerbangan-low-cost-carrier/)
JAKARTA, Indonesia - Keberadaaan maskapai berbiaya murah atau low cost carrier
(LCC) patut disyukuri. Karena sejak maskapai LCC mulai menjamur, kesempatan orang untuk
bepergian tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam menjadi lebih besar.
Menghemat biaya adalah salah satu alasan terbesar mengapa banyak konsumen memilih untuk
terbang dan traveling dengan LCC. Tapi tentu saja, tidak selamanya pertimbangan itu hanya
karena harga saja. Untuk urusan terbang, tetap utamakan soal keamanan.
Terbang dengan LCC tidak selalu berarti menghemat biaya. Tapi memang ada beberapa trik
yang bisa dilakukan agar kamu mendapatkan kenyamanan dan pengalaman terbang yang hemat
dan nyaman dengan LCC.
Robin Goh, Senior Communication Manager, JetStar Asia, salah satu maskapai LCC terbesar
dan teraman di dunia berbagi trik terbaik bagi kamu yang ingin terbang dengan LCC saat liburan
nanti. Simak di bawah ini.
Book early
Kunci dari perburuan tiket murah untuk penerbangan dengan maskapai LCC adalah waktu
pemesanan tiket pesawat. "Semakin cepat kamu melakukan booking tiket pesawat, maka
kesempatan untuk mendapatkan harga tiket yang murah akan lebih besar," kata Robin saat
ditemui beberapa saat lalu di Jakarta.
Kalau kamu sudah punya tujuan atau destinasi dan waktu traveling yang sudah pasti, coba
datangi agen perjalanan atau cek harga tiket pesawat secara online. Tunggu sejenak dan
perhatikan apakah ada promo yang tersedia.
Yang paling menguntungkan dari masakapai LCC adalah mereka selalu tidak pernah kehabisan
promo. "Di JetStar misalnya, kami punya promo setiap hari Jumat. Di website ada Friday Frenzy
dan pasti akan ada promo setiap Jumat."
Travel light
Travel light atau bepergian ringkas tanpa banyak barang adalah cara paling menguntungkan saat
terbang dengan maskapai LCC. Dengan bepergian ringkas seperti ini, kamu bisa menghindari
banyak biaya tambahan (add-ons) yang menambah pengeluaran.
"Tapi mungkin jika kamu bepergian dan ternyata tidak bisa menghindari belanja yang banyak,
saran saya, kamu bisa beli tambahan bagasi hanya untuk penerbangan pulang saja."
"Biasakan makan sebelum terbang untuk menghemat dan kamu tidak perlu keluar biaya untuk
beli makanan di dalam pesawat." -Rappler.com
(https://www.rappler.com/indonesia/gaya-hidup/172839-tips-hemat-terbang-dengan-maskapai-lcc)
KOMPAS.com - Maskapai penerbangan berbiaya rendah atau Low Cost Airline (LCC) menjadi salah satu
transportasi favorit para backpacker saat melakukan perjalanan. Tak hanya di Asia, LCC juga merajalela di
berbagai benua seperti Amerika dan Eropa. Dilansir dari Travel and Leisure, LCC memiliki beberapa strategi
untuk mengurangi ongkos tiket pesawat. Tak jarang harga tiket LCC dibanderol setengah harga dari maskapai
full service. (BACA: Maskapai Tarif Rendah asal Thailand Berencana Buka Rute ke Indonesia) Beberapa
maskapai seperti Norwegian Air (Norwegia) dan WOW Air (Islandia) mengoperasikan armada pesawat yang
lebih kecil, sehingga lebih irit bahan bakar. Beberapa maskapai juga membatasi jumlah berat barang bawaan,
memberlakukan tarif tambahan untuk makanan dan minuman, serta tarif tambahan untuk kursi dengan ruang
kaki yang lebih lega. Meski begitu, LCC tetap jadi pilihan transportasi favorit para backpacker karena harga
yang miring. Sedikitnya ada 28 LCC yang tersebar di berbagai penjuru dunia seperti dirangkum Travel and
Leisure. Amerika Utara: 1. JetBlue 2. Southwest Airlines 3. Frontier Airlines 4. WestJet 5. Spirit Airlines 6.
VivaAerobus 7. Volaris Eropa: 8. EasyJet 9. Norwegian Air 10. Ryanair 11. Vueling 12. WOW Air 13.
LEVEL Asia: 14. Cebu Pacific Air 15. AirAsia 16. IndiGo 17. Tigerair 18. VietJet 19. SpiceJet 20. Peach 21.
Scoot Airlines Amerika Selatan: 22. GOL Airlines 23. Azul Airlines Afrika: 24. FastJet 25. Mango Timur
Tengah: 26. Air Arabia 27. Flydubai Oceania: 28. Jetstar Video Pilihan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mau Jalan-jalan Murah? Catat 28 Maskapai Berbiaya
Rendah di Dunia", https://travel.kompas.com/read/2017/04/02/132700927/mau.jalan-
jalan.murah.catat.28.maskapai.berbiaya.rendah.di.dunia.
Penulis : Sri Anindiati Nursastri
(https://travel.kompas.com/read/2017/04/02/132700927/mau.jalan-
jalan.murah.catat.28.maskapai.berbiaya.rendah.di.dunia)
KOMPAS.com - Murah bukan berarti murahan. Sepuluh maskapai penerbangan berbiaya rendah atau low cost
carrier berikut ini membuktikan bahwa harga tiket yang rendah tak berarti pelayanan serta keselamatan apa
adanya. Lembaga independen pemeringkat penerbangan Skytax melakukan survei setiap tahun yang
menghasilkan nama-nama maskapai dengan predikat terbaik. Penghargaan dari Skytrax adalah prestasi
bergengsi untuk industri maskapai. Berikut adalah sepuluh maskapai bertarif rendah terbaik di dunia yang juga
bisa menjadi referensi Anda untuk bepergian secara hemat. 1. Air Asia Tahun 2016 ini merupakan kali
kedelapan AirAsia mendapatkan penghargaan sebagai maskapai penerbangan berbiaya hemat terbaik dunia
secara berturut-turut. Air Asia juga menyabet World's Best Low Cost Airline in Asia atau maskapai bertarif
rendah terbaik se-Asia. 2. Virgin America Jika di Asia ada Air Asia maka di Amerika Utara ada Virgin
America. Maskapai ini menyabet predikat Best Airline in North Amerika atau maskapai terbaik di Amerika
Utara dan Best low Cost Airline in North America atau maskapai bertarif rendah terbaik di Amerika Utara. 3.
Norwegian Sama seperti namanya Norwegian adalah maskapai bertarif rendah asal Norwegia. Tahun 2016 ini,
Norwegian mendapat dua penghargaan bergengsi, yakni World's Best Long Haul Low Cost Airline atau
maskapai bertarif rendah penerbangan jangka panjang terbaik di dunia, juga Best Low Cost Airline in Europe
atau maskapai tarif rendah terbaik di Eropa. 4. EasyJet EasyJet adalah maskapai tarif rendah yang berbasis di
London, Inggris. Saat ini melayani 307 rute yang menghubungkan 80 kota di Eropa. 5. Jetstar Airways Anak
perusahaan maskapai Qantas ini berbasis di Melbourne, Australia, dengan kebanyakan rute melayani destinasi
di Australia, Selandia Baru, dan Asia. 6. Air AsiaX Air AsiaX menyabet dua penghargaan di Skytrax tahun ini,
yakni World's Best Low Cost Airline Premium Cabin atau maskapai bertarif rendah dengan kabin premium
terbaik di dunia dan World's Best Low Cost Airline Premium Seat maskapai bertarif rendah dengan tempat
duduk premium terbaik di dunia. Kursi penumpang Air AsiaX memiliki konsep bisnis dengan sandaran dan
jarak kaki yang jauh lebih lebar dan nyaman. 7. WestJet WestJet adalah maskapai penerbangan asal Kanada
yang kebanyakan melayani kawasan Amerika bagian Utara. 8. Indigo India juga memiliki maskapai
penerbangan bertarif rendah, yakni Indigo yang didirikan tahun 2006. Tahun ini Indigo menyabet prestasi
sebagai Best Low-Cost Airline in Central Asia/India atau maskapai bertarif rendah terbaik di kawasan Asia
Tengah atau India. 9. Jetstar Asia Maskapai yang berbasis di Singapura ini sekarang melayani 22 destinasi di
Asia Utara dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 10. Azul Airlines Namanya Azul Airlines mungkin
terdengar asing. Ya, maskapai ini berbasis di Brazil dan kebanyakan melayani kawasan Amerika Selatan
dengan tarif rendah. (www.worldairlineawards.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terbang Murah tetapi Nyaman, Ini 10 Maskapai "Low
Cost" Terbaik di
Dunia", https://travel.kompas.com/read/2016/07/15/110000927/terbang.murah.tetapi.nyaman.ini.10.maskapai.l
ow.cost.terbaik.di.dunia.
Penulis : Silvita Agmasari
\(https://travel.kompas.com/read/2016/07/15/110000927/terbang.murah.tetapi.nyaman.ini.10.maskapai.low.cos
t.terbaik.di.dunia)
Adapun maskapai nasional yang tercatat sebagai LCC saat ini antara lain AirAsia
Indonesia, Lion Air, Citilink. Lalu, LCC dari luar negeri seperti Jetstar (Singapura)
dan Cebu Pacific (Filipina),
PILIHAN REDAKSI
Terminal 1 & 2 Soetta Khusus
Bagi Maskapai dengan Tiket "Bisa juga dengan terminal LCC, fasilitas-
Murah fasilitas itu minimalis juga, sehingga tidak
AirAsia Beli 100 Pesawat Airbus, menimbulkan harga PSC [passenger service
Tantang Lion Air dan Boeing
AirAsia Batal Bangun Terminal 4 charge] yang tinggi, karena PSC itu adalah
Bandara Soekarno-Hatta komponen daripada tiket," tambahnya.
AirAsia Batal Bangun Terminal 4,
Ini Rencana Pengelola Soetta
Dengan kata lain, apabila PSC yang dikutip
Bandara Bali Terbatas Bagi bandara turun maka harga tiket pesawat pun
Maskapai Murah!
akan lebih murah.
Selain itu, lanjutnya, penetapan tarif layanan di terminal dan bandara LCC ini
juga harus didiskusikan dengan pihak operator bandara agar tidak merugikan.
"LCC ini untuk penerapan tentunya regulator ya tapi ini atas masukan dari
operator baik itu airport maupun airlinenya jadi ini semuanya dirundingkan. Jadi
LCC tetap terjamin tapi profit margin dipatok oleh Angkasa Pura [selaku
operator]," tuturnya.
Adapun bandara yang siap untuk mengoperasikan terminal LCC ini dalam waktu
dekat adalah Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Banyuwangi.
"Fisik bangunan kan sudah jadi, nanti kita rekonstruksi layanannya yang
memberikan nilai bagi LCC," katanya, Selasa (24/7/2018).
Dia menuturkan di terminal LCC itu nantinya layanan yang diberikan oleh
manusia akan dikurangi.
"Walaupun [Terminal 1 dan 2] kita sudah klaim LCCT, tapi kan masih didominasi
layanan manusia. Layanan manusia itu kan mahal, karena operator harus
menyediakan tenaga kerja karena desain airport-nya untuk manusia, nanti kita
akan kurangi porsi itu. Sehingga airlines itu juga, oh kalau begitu saya akan
menyesuaikan," jelasnya.
(ray/ray)
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20180724142310-4-25102/siap-siap-tiket-
pesawat-dari-jakarta-akan-lebih-murah)
06/11/2018
Sri Mulyani Siapkan 100 Beasiswa S2 dan S3 untuk Santri dan Ustaz
Ekonom: Indonesia Gantikan China Itu Hanya Mimpi
"Tahun depan 24 dan akan berkembang menjadi 39 atau 40 pesawat," katanya dalam
konferensi pers di Tangerang, Banten, Selasa (6/11).
Indigo merupakan maskapai LCC terbesar di India. Selain itu juga memenuhi pesanan dari
pasar internasional, seperti Cebu Pacific dari Filipina dan Jeju Air.
Iwan mengatakan memperluas pelayanan untuk pasar LCC merupakan salah satu strategi
GMF saat ini. "Perlu saya sampaikan saat ini LCC yang berkembang pesat, tidak bisa tinggal
diam. Kami Tidak bisa berpaling dari low cost karena jumlahnya sangat banyak," katanya.
Saat ini porsi pasar perawatan GMF sampai dengan Kuartal III 2018 adalah 56 persen
terserap oleh afiliasi, yaitu Garuda Indonesia dan Citilink dan 44 persen maskapai di luar itu,
di mana 13-14 persennya adalah pasar LCC.
"Ke depannya kita nggak tahu apakah berubah LCC atau full service. Kita harus ikuti terus
pergerakannya," katanya.
"LCC sangat besar dan sangat dramatis, yaitu Indigo dari India. 'Turn around time' yang
cepat dari yang kita targetkan bagian kontribusi kita untuk peningkatan terus-menerus
dengan biaya yang murah yang selalu menjadi daya saing berkelanjutan," katanya.
Peningkatan perawatan pesawat lainnya, lanjut Tazar, adalah GMF sudah menguasai
perawatan mesin pesawat, baik itu Boeing-737 NG maupun Airbus-320. "Populasi jumlah
pesawat jenis itu sangat besar dalam tiga tahun mendatang, kita sudah memiliki dua-
duanya kemampuan tersebut," katanya.
(https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomidanbisnis/gmf-banjir-pesanan-perawatan-pesawat-lcc-
india/ar-BBPqfgZ)
Direktur Utama Merpati Airlines, Asep Ekanugraha, mengatakan pihaknya telah memiliki
rencana bisnis yang telah diajukan ke pengadilan dan untuk disampaikan ke kurator.
Jika disetujui, maskapai Merpati siap mengudara kembali pada 2019. Dalam rencana
bisnisnya, Asep menegaskan dirinya tak akan masuk di pasar yang saat ini sudah banyak
maskapai menjalankannya.
BACA JUGA
"Dalam mengoperasikan MNA tahun depan tidak akan bermain di segmen maskapai
penerbangan bertarif rendah (LCC/low cast carrier)," kata Asep di Jakarta, Senin
(12/11/2018).
Khususnya 10 destinasi wisata baru, yakni Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung
Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung
Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi
(Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
"Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih
baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak
perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi," ujar Asep.
Dalam pengoperasiannya pun, Asep mengaku tak akan menggunakan pesawat Boeing dan
Airbus yang saat ini sudah banyak digunakan maskapai di dunia.
(https://www.liputan6.com/bisnis/read/3690150/bakal-terbang-lagi-merpati-airlines-tak-mau-jadi-
maskapai-lcc)
PT Citilink Indonesia (“Citilink” atau “Perusahaan”) merupakan sebuah upaya ekspansi oleh
PT Garuda Indonesia agar bisa bersaing lebih agresif dalam penerbangan di segmen budget
traveller.
Perusahaan ini didirikan berdasarkan Akta Notaris Natakusumah No. 01 tanggal 6 Januari
2009, berkedudukan di Sidoarjo, Jawa Timur, dengan pengesahan dari Menkhumham No.
AHU-14555.AH.01.01 Tahun 2009 tanggal 22 April 2009.
Dengan pengesahan tersebut, kepemilikan saham Citilink Indonesia saat didirikan adalah
67% milik PT Garuda Indonesia (Persero),tbk. (“Garuda”) dan 33% milik PT Aerowisata
(“Aerowisata”).
Sebelumnya penerbangan yang dimiliki oleh Garuda Indonesia ini dikelola oleh SBU Citilink
Indonesia yang beroperasi dengan AOC dari Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan
Garuda Indonesia sejak Mei 2011.
Selanjutnya sesuai dengan Akta No. 23 tanggal 13 Januari 2012 mengenai perubahan
setoran permodalan, dan Akta No. 91 tanggal 10 Agustus 2012 mengenai penyertaan
tambahan modal berupa pesawat terbang, maka kepemilikan saham Citilink adalah 94,3%
milik Garuda Indonesia dan 5,7% milik Aerowisata.
Dengan dimilikinya ijin usaha penerbangan SIUAU/NB-027 pada tanggal 27 Januari 2012,
dan sertifikat penerbangan AOC 121-046 pada tanggal 22 Juni 2012, Citilink mulai beroperasi
secara independen tanggal 30 Juli 2012 dengan IATA flight code "QG", ICAO designation
"CTV" dan call sign "Supergreen".
Hingga saat ini Citilink Indonesia telah menjadi maskapai LCC yang berkembang dengan
pesat di Indonesia sejak pesawat A320 hadir sebagai salah satu armada yang dimiliki
perusahaan.
Visi: Menjadi LCC kelas dunia dengan profitabilitas yang berkelanjutan dan perusahaan yang
paling dikagumi di Indonesia.
Misi: Meningkatkan kualitas dari kehidupan masyarakat dengan menyediakan transportasi
udara bebas gangguan yang memiliki reabilitas tinggi dan standard keaman internasional
melalui sentuhan keramahtamahan Indonesia.
Tonggak Sejarah
Sejak tahun 2001, Citilink Indonesia telah beroperasi sebagai maskapai berbiaya hemat
dalam bentuk divisi bisnis Garuda Indonesia hanya dengan menggunakan beberapa
pesawat, manajemen bandwith yang terbatas serta beberapa rute dengan fokus pada
perkembangan merk Garuda Indonesia yang merupakan maskapai premium.
Setelah perubahan signifikan bisnis Garuda ditahun 2011, pengembangan dan ekspansi
Citilink turut menjadi fokus utama Garuda Group.
Citilink memiliki visi untuk menjadi maskapai penerbangan berbiaya murah terkemuka di
kawasan regional dengan menyediakan jasa angkutan udara komersial berjadwal, berbiaya
murah, dan mengutamakan keselamatan.
Armada Kami
Cilink Indonesia telah menjadi maskapai pertama di Indonesia yang menggunakan pesawat
dengan seri Airbus A320NEO.
Pada akhir tahun 2017, Citilink Indonesia telah mengoperasikan 50 pesawat seri Airbus
A320, spesifiknya 45 CEO dan 5 NEO yang memiliki kapasitas sebanyak 180 penumpang.
Hingga Juni 2018, Citilink indonesia sudah melayani konektivitas penerbangan ke 35 kota,
70 rute, dan lebih dari 274 frekeunsi penerbangan setiap harinya.
Sepanjang tahun 2017 dan 2018, Citilink Indonesia telah membuka penerbangan ke 7
destinasi baru yang terdiri dari, yaitu Jayapura, Kendari, Gorontalo, Ambon, Silangit,
Banyuwangi, Kertajati serta 2 rute regional ke Dili dan Penang.
(https://www.citilink.co.id/company-profile)
"Di semua negara, yang namanya LCC ada. Yang paling penting bagaimana manajemen
keselamatan penumpang diperketat. Semua, tidak ada negara di manapun yang
menginginkan musibah kecelakaan pesawat seperti itu," kata Presiden seusai menghadiri
pembukaan Indonesia Infrastructure Forum dan Intertraffic Indonesia 2018 di JIEXpo
Kemayoran Jakarta, Rabu.
"LCC ini adalah kebutuhan, bukan LCC yang salah, tapi bagaimana kita
meningkatkan safety. Tarif itu satu sisi terlalu rendah dan berkorelasi. Orang tidak
konsisten, minta murah dan safety ya kita harus imbangi," tambah Budi.
Pesawat Lion Air JT 610 yang membawa 189 orang berangkat dari Bandara Soekarno-
Hatta di Banten menuju Pangkalpinang pada Senin (29/10) pukul 06.10 WIB dinyatakan
jatuh di perairan Karawang setelah dilaporkan hilang kontak.
Hingga saat ini, regu Basarnas masih melakukan pencarian dan evakuasi korban dan
puing-puing pesawat.
(https://www.antaranews.com/berita/763624/presiden-minta-manajemen-keselamatan-penerbangan-
murah-diperketat)
Presiden Joko WIdodo, didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal
Madya M Syaugi, dan Panglima Koarmada I Laksamana Muda Yudo Margono, meninjau posko evakuasi jatuhnya
pesawat Lion Air JT 610 di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa 30 Oktober 2018. (
Foto: SP/Joanito De Saojoao. / SP/Joanito De Saojoao )
o
o
o
o
"Di semua negara yang namanya LCC ada, yang paling penting bagaimana
manajemen keselamatan penumpang diperketat. Tidak ada negara di mana pun yang
menginginkan musibah kecelakaan pesawat seperti itu," kata Presiden Joko Widodo
seusai menghadiri pembukaan acara Indonesia Infrastructure Forum dan Intertraffic
Indonesia 2018 di JIEXpo Kemayoran Jakarta, Rabu (31/10).
"LCC ini adalah kebutuhan, bukan LCC yang salah tapi bagaimana kita
meningkatkan safety. Tarif itu satu sisi terlalu rendah dan berkorelasi. Orang tidak
konsisten, minta murah dan safety ya kita harus imbangi," kata Budi.
Pesawat dengan nomor registrasi PK LQP terakhir tertangkap radar pada koordinat
05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai
jadwal akan tiba di Pangkalpinang pada Pukul 07.10 WIB.
Penyebab kecelakaan belum dipastikan. Black box yang menjadi dasar analisis
penyebab kecelakaan sampai sekparang belum ditemukan. Namun demikian
berbagai pendapat muncul sehubungan dengan rekam jejak pesawat sebelum
terbang. Ketika terbang dari Denpasar-Jakarta, pesawat jenis Boeing 737-8 MAX 8
yang mengalami musibah, mengalami gangguan teknis. Dirut Lion Air, Edward
Sirait mengakui sempat ada masalah teknis pada pesawat tersebut tetapi sudah
ditangani sesuai prosedur.
Sumber: ANTARA
(http://www.beritasatu.com/nasional/519668-presiden-perketat-manajemen-keselamatan-lcc.html)