Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mentari Mega Puspita Sengke

Nim : 144114034

Sejarah AirAsia

Awalnya AirAsia dimiliki oleh DRB-HICOM milik Pemerintah Malaysia namun


maskapai ini memiliki beban yang berat dan akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif
Time Warner, Tony Fernandes, pada 2 Desember 2001. Tony melakukan
turnaround dan AirAsia berhasil membukukan laba pada 2002 dengan berbagai
rute baru dan harga promosi serendah 10 RM bersaing dengan Malaysia Airlines.

Pada 2003, dibukalah pangkalan kedua di Bandara Senai, Johor Bahru dekat
Singapore dan AirAsia melakukan penerbangan internasionalnya ke Thailand. Sejak
Januari 2004 dibukalah Thai Airasia dan dilakukanlah berbagai penambahan rute
seperti ke Singapore dan Indonesia. Penerbangan ke Makau dimulai pada Juni
2004. Januari 2005 Airasia membentuk Indonesia Airasia, sedangkan penerbangan
ke Manila dan Xiamen dimulai pada April 2005. Rute lain yang akan dibuka adalah
ke Vietnam, Kamboja, Filipina dan Laos.

Pada november 2007 Airasia membentuk Airasia X dengan harga tiket yang
lebih murah dan jarak penerbangan yang jauh.

Air Asia, yang berkembang lebih cepat dari pesawat turbo jet-nya, memang
fenomenal. Dari sebuah perusahaan yang punya utang hampir Rp 100 milyar di
tahun 2001, kemudian Tony Fernandes, tiba-tiba menjelma menjadi perusahaan
LCC terkemuka di Asia dengan keuntungan bersih sekitar Rp 567 milyar pada
pertengahan tahun 2007. ApalagiAir Asia hanya bermain di kelas bawah dalam
kelompok yang disebut Low Cost Carrier.
Visi
Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan melayani 3 juta orang
yang sekarang dilayani dengan konektivitas yang kurang baik dan tarif yang mahal.

Misi

Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para karyawan dianggap


sebagai anggota keluarga besar
Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global
Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang dengan AirAsia
Mempertahankan produk berkualitas tinggi, menggunakan teknologi untuk
mengurangi pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan

Strategi pada Maskapai Penerbangan Air Asia


Air Asia adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif murah yang berpusat
di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Air Asia memfokuskan diri pada segmen
dengan biaya terjangkau atau low cost carrier (LCC). Air Asia telah menjadi
perusahaan LCC terkemuka di Asia dengan perolehan laba bersih tahun 2012
sebesar RM 1,87 miliar ringgit (sekitar Rp 5,88 triliun), melonjak 238 persen
dibanding 2011, sebesar 555 juta ringgit (Rp 1,73 triliun). Hal tersebut tidak lepas
dari strategi perusahaan dalam menerapkan cost leadershipyang baik.
Kunci dalam menyajikan tarif rendah adalah konsisten menjaga biaya tetap
rendah. Untuk mencapai biaya rendah dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian
dari bisnis dan mempertahankan kesederhanaan. Oleh karena itu setiap proses
sistem harus menggabungkan praktek-praktek industri terbaik. Komponen-
komponen utama dari model bisnis LCC adalah:

Pemanfaatan pesawat terbang yang tinggi.


Pesawat harus terbang sesering mungkin, penerbangan pertama tinggal landas
sepagi mungkin secara komersial dan penerbangan terakhir secara khusus terbang
pada tengah malam. Perjalanan pulang pergi yang cepat sangat penting untuk
memastikan waktu yang dihabiskan di darat sesedikit mungkin sebuah maskapai
penerbangan menghasilkan uang saat pesawatnya terbang, bukan saat pesawatnya
terparkir. Masa perputaran pesawat Air Asia adalah 25 menit; bandingkan dengan
FSC yang masa perputarannya 1 jam. Rata-rata, pemanfaatan Air Asia per pesawat
adalah 12 jam blok per hari, sebuah pesawat FSC mungkin dimanfaatkan sekitar 8
jam blok per hari.
Tidak ada hiasan tambahan
Pokok bisnis untuk sebuah LCC adalah membawa seseorang dari poin A ke poin B.
Semua hal lainnya dianggap sebagai barang mewah atau frill (hiasan tambahan)
yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan sedikit biaya. Untuk menghindari
hiasan tambahan, Air Asia memberlakukan sejumlah ketetapan yaitu:
Tidak ada makanan & minuman gratis. Untuk apa memberikan sesuatu yang tidak
Anda hargai? Para penumpang dipersilakan untuk membeli makanan & minuman
pada harga yang terjangkau dari awak kabin.

Tempat duduk bebas. Pada awalnya, tidak ada tempat duduk yang ditetapkan.
Para penumpang menerima boarding pass yang umum dan mereka nantinya harus
menempati tempat duduk manapun yang tersedia. Namun akhirnya kebijakan ini
diganti karena protes dari maskapai lain di Indonesia dan di ASEAN sehingga
sekarang tempat duduk ditetapkan seperti maskapai lain pada umumnya.

Maskapai penerbangan tanpa tiket. Meminimalkan kerumitan di pihak pelanggan,


yang tidak lagi perlu khawatir untuk direpotkan dengan kewajiban memegang tiket
sebelum bepergian, dan memberi efek biaya rendah bagi maskapai (dalam hal
kertas, pencetakan, pendistribusian).

Tidak ada pengembalian uang tiket. Maskapai penerbangan membuang banyak


uang saat calon penumpang tidak muncul hingga saat keberangkatan tiba karena
adanya kebijakan pengembalian uang tiket dan penjadwalan ulang. Terlepas dari si
calon penumpang muncul atau tidak, biaya penerbangan yang dikeluarkan maskapai
adalah sama. LCC tidak memberi keringanan bagi calon penumpang yang tidak
muncul dan tidak menawarkan pengembalian uang tiket untuk penerbangan yang
terlewatkan.

Tidak ada program loyalitas. Para pelanggan setia pada tarif yang rendah, jadi tak
perlu mengadakan program frequent flyer atau program bagi pelanggan yang paling
sering terbang bersama.
Beroperasi dengan efektif
Membuat proses sesederhana mungkin adalah kunci keberhasilan LCC.

Pesawat terbang berjenis tunggal. Para pilot, pramugari/pramugara, mekanik dan


personil pelaksana mengkhususkan diri untuk satu jenis pesawat terbang, dengan
demikian maka tidak dibutuhkan adanya pelatihan ulang yang memakan biaya bagi
para staf, untuk menjaga ketersediaan suku cadang untuk jenis pesawat terbang
yang berbeda, maupun untuk pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan dan
memelihara beragam jenis pesawat terbang dengan karakteristik masing-masing,
atau untuk kebutuhan pekerjaan baru.

Tempat duduk berkelas tunggal. Hanya ada satu jenis kelas tempat duduk, yaitu
kelas satu, dan para penumpang bebas duduk di tempat duduk yang mereka pilih.
Jika Anda ingin memiliki hak istimewa untuk memilih sendiri tempat duduk Anda,
Anda dapat membeli Xpress boarding.
Prosedur Operasi Standar (SOP). SOP penting untuk memastikan kesamaan tingkat
kompetensi di antara semua staff. Dengan cara ini dapat memastikan kesamaan
layanan di seluruh perusahaan.

Fasilitas Dasar
Maskapai berbiaya rendah biasanya terbang dari dan ke bandara yang tidak
termasuk bandara tersibuk, yang biasa disebut bandara sekunder. Beroperasi dari
bandara sekunder lebih murah daripada di bandara utama yang lebih besar dan
bandara sekunder tidak begitu padat dan masa perputaran pesawat terbang jauh
lebih singkat. Misalnya, untuk meminimalkan biaya Air Asia terbang menuju Clark
Airbase yang berjarak 70 km dari Manila demi menghindari terbang menuju bandara
utama Ninoy Aquino Manila.

Jaringan poin ke poin


LCC menghindari sistem hub-dan-spoke dan merangkul jaringan poin ke poin yang
sederhana. Hampir seluruh penerbangan Air Asia berjarak tempuh pendek (3 jam
penerbangan atau kurang). Tidak ada pengaturan yang dilakukan dengan
perusahaan penerbangan lain dalam hal penerbangan penghubung, kemungkinan
pemindahan penerbangan, atau pelabelan bagasi dan memindahkannya dari satu
penerbangan ke penerbangan lain.
Sistem Distribusi Andalan
LCC akan menjaga agar saluran distribusi mereka sesederhana mungkin dan akan
meliputi seluruh spektrum profil para klien. Misalnya, Air Asia dapat melayani
penumpang Eropa yang paling modern melalui penjualan lewat internet dan kartu
kredit. Dan pada saat yang sama, Air Asia telah menciptakan sistem untuk menjual
tiket ke lokasi-lokasi yang sangat jauh dan tak tersentuh teknologi seperti di
Myanmar.

Penjualan Internet. Bagian terbesar penjualan (65%) dilakukan melalui situs web
maskapai, di mana tarif dibayar menggunakan kartu kredit. Ini merupakan saluran
distribusi yang paling efektif dari segi biaya.

Kantor Penjualan. Air Asia hanya memiliki sedikit kantor penjualan. Air Asia hanya
mendirikan sebuah call centre jika yakin penjualan yang berasal dari centre tersebut
akan memberi hasil sepadan. Lebih jauh lagi, Air Asia tidak terpaku dengan memiliki
kantor penjualan di kawasan mewah kota.
Agen-agen perjalanan. LCC sedapat mungkin menghindari mengandalkan
penjualan melalui agen perjalanan. Ini berarti bahwa maskapai tidak membayar
komisi apapun ke agen perjalanan, yang jika dilakukan bisa berdampak pada harga
tiket. Juga, karena mereka tidak menggunakan agen perjalanan, mereka tidak
menggunakan, atau berpartisipasi dalam sistem reservasi seluruh dunia dan itu akan
menghemat biaya, yang sekali lagi akan tercermin pada harga tiket mereka.

Call centre. Penjualan tiket hanya dapat dilakukan melalui telepon, ini adalah
metode sederhana dan efektif dalam biaya.
Strategi bisnis AirAsia untuk merebut pasar adalah sebagai berikut:

1. Perkuat armada
Hingga saat ini, armada yang dimiliki Air Asia memang masih kalah dibanding Lion
Air. Tapi maskapai asal Malaysia ini tidak segan berbelanja pesawat baru. Air Asia
Indonesia akan mendatangkan 7 unit pesawat tipe Airbus A320 tahun ini.
Penambahan pesawat ini dilakukan untuk menghubungkan hub Air Asia yang ada di
Indonesia. Saat ini Air Asia mempunyai 6 hub diantaranya di Medan, Surabaya,
Jakarta, Denpasar dan lainnya.
2. Tambah rute penerbangan
Selain mendatangkan pesawat baru untuk memperkuat armadanya, strategi lain
adalah penambahan rute penerbangan lokal maupun internasional. Chief Operation
Officer AirAsia Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, pihaknya akan
menambah rute untuk menghubungkan hub pesawat yang saat ini ada di 6 daerah
Indonesia. Air Asia saat ini mempunyai hub di Surabaya, Makasar, Bandung,
Denpasar, Jakarta, Medan. Untuk rute internasional, AirAsia membuka penerbangan
ke kota kota di Singapura dan Malaysia.

3. Promosi tiket
Salah satu strategi bisnis Air Asia menguasai pasar penerbangan murah Indonesia
adalah dengan promosi tiket penerbangan. Tiket penerbangan murah masih
menjadi daya tarik bagi penumpang di Indonesia.

4. Melantai di BEI
Strategi lain yang diambil Air Asia Indonesia untuk menancapkan kuku bisnisnya di
Indonesia adalah masuk ke pasar modal. Air Asia berencana melakukan penawaran
umum saham perdana (initial public offering/IPO). Langkah IPO tersebut untuk
menunjang ekspansi perseroan yang berencana meningkatkan pendapat dari tahun-
tahun yang lalu.

5. Kualitas pelayanan
Air Asia beranggapan salah satu strategi untuk merebut hati
penumpang pesawat adalah peningkatan kualitas pelayanan. Utamanya pada
tingkat keamanan dan kenyamanan bagi calon penumpang. Air Asia mengaku bakal
meningkatkan On Time Performance (OTP). Dengan ketepatan waktu penerbangan,
mampu membuat nyaman calon penumpang. Budaya Air Asia memberikan
pelayanan yang terbaik, kenyamanan dan keamanan. Keamanan menjadi budaya Air
Asia karena untuk safety itu adalah utama dan pertama.

6. Kuasai Asia Tenggara


CEO AirAsia Tony Fernandes menyebut Lion Air dan pendirinya, Rusdi Kirana telah
ketinggalan kapal untuk merebut dominasi pasar penerbangan regional. Dia
menjelaskan, sejak tahun 2001 saat dia mendirikan AirAsia dengan dua pesawat saja,
dia telah membangun hubungan dengan Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang.
Setelah menguasai pasar Malaysia, kini Tony beralih fokus ke pasar Indonesia.
Setelah itu, India dan Myanmar akan menjadi sasarannya.
7. Strategi marketing
Biasanya, maskapai dengan tarif standar akan bergantung pada agen travel untuk
menjual tiketnya. Namun, menurut Air Asia itu hanyalah memboroskan ongkos
distribusi. Oleh karena itu, Air Asia bekerjasama dengan penyedia kartu kredit
karena bisa menghemat ongkos. Selain itu, maskapai asal Malaysia ini juga
mengedepankan penjualan melalui internet. Terbukti penjualan melalui internet
meraup 65 persen dari total konsumen. Air Asia juga membangun sedikit kantor
penjualan dan tidak bekerjasama dengan agen travel. Bahkan, tiket juga bisa dibeli
melalui call centre.

Untuk mengetahui faktor-faktor internal seperti kekuatan dan kelemahan,serta


eksternal seperti peluang dan ancaman dalam bisnis, Analisis SWOT dariAirAsia
dapat ditunjukkan seperti di bawah ini.
SWOT Analysis
Strengths Weaknesses
Biaya operasional rendah Layanan dibatasi oleh tarif yang rendah
Level manajemen yang sedikit, efektif, Terbatasnya jumlah sumber daya manusia
fokus dan manajemen agresif sehingga tidak mampu menangani kejadian
Model bisnis sederhana yang telah diluar kendali perusahaan
terbukti yang secara konsisten Campur tangan Pemerintah dan peraturan di
memberikan tarif terendah bandara yang mengharuskan memberikan
Menembus dan merangsang pasar penawaran dan kompensasi kepada
potensial penumpang
Staf multi-terampil berarti bekerja secara Lokasi bandara sekunder yang kurang strategis
efisien dan efektif Merek sangat penting untuk posisi tawar di
Tipe single armada meminimalkan biaya pasar dan mengembangkan
pemeliharaan dan mudah untuk merek adalah tantangan tersendiri
dioperasikan pilot Ketergantungan pada outsourcing
Memberikan layanan sesuai dengan
harga yang dibayarkan penumpang.
Opportunities Threats
Penerbangan jarak jauh adalah tantangan Maskapai dengan layanan penuh mulai
untuk mendapatkan pasar pangsa pasar memangkas biaya untuk dapat bersaing
yang belum terjangkau Masuknya LCC lainnya ke pasar
Diferensiasi dari Model LCC tradisional Harga bahan bakar tinggi menurunkan yield
dengan menambahkan layanan pelanggan Kecelakaan, serangan teroris, dan bencana
atau operasi sebagai layanan penerbangan dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan
penuh dengantarif rendah Peraturan Penerbangan dan kebijakan
Konsolidasi industri berkelanjutan telah pemerintah
membuka peluang untuk rute baru dan Peningkatan biaya operasional dalam
kerjasama dengan bandara terkait penyediaan nilai tambah layanan
Harga bahan bakar yang tinggi akan Sistem gangguan karena bergantung pada
menekan persaingan harga penjualan secara online

Anda mungkin juga menyukai