Anda di halaman 1dari 20

Bisnis Airlines

Karakteristik Umum Bisnis Airlines


Industri jasa (service industry)
Bisnis jasa memberikan jasa pada pelanggan, memindahkan
penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
harga yang telah disetujui.
Padat modal (capital intensive)
Bisnis yang memerlukan dana yang besar tidak hanya pada awalnya
tetapi secara terus menerus.
Membutuhkan banyak peralatan dan fasilitas yang mahal, dari
pesawat sampai flight simulators untuk pelatihan dan hanggar untuk
perawatan.
Kebutuhan modal membutuhkan profitabilitas yang konsisten dalam
jangka panjang.
Arus kas tinggi (high cash flow)
Bagi airlines yang memiliki pesawat sendiri, terdapat biaya
depresiasi selama pemakaian membutuhkan positive cash flow.
Umumnya airlines menggunakan cash flow untuk membayar utang
atau mendapatkan pesawat baru.
Padat karya (labor intensive)
Mempekerjakan banyak karyawan dari berbagai tingkatan dan
fungsi.
Karyawan meliputi bidang operasional, teknik, manajemen dan
perencanaan, keuangan dan organisasi.
Sangat terorganisir (highly unionized)
Industri yang penuh dengan peraturan-peraturan ketat.
Rentan terhadap perkembangan teknologi yang pesat dan
akibatnya
Perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pesawat
udara.
Pengurangan berat pesawat.
Penghematan bahan bakar.
Peningkatan ukuran pesawat udara.
Peningkatan kecepatan terbang.
Peningkatan jarak tempuh terbang.
Industri dengan pertumbuhan tinggi
Operating cost yang menurun airlines mampu menawarkan tarif yang rendah.
Pertumbuhan tinggi diwarnai dua sisi.
Laju pertumbuhan transportasi udara tak berjadwal lebih tinggi daripada
berjadwal mendapat bagian yang besar dari output total industri airlines
inetrnational terutama di Eropa.
Profitability airlines selama 30 tahun sangat marjinal walaupun terdapat
pertumbuhan permintaan yang tinggi.
Pertumbuhan penerbangan tak berjadwal yang tinggi.
Pada awalnya berupa charter militer dan pemerintah serta perorangan/organisasi.
Kompetisi antar perusahaan charter menjadi ancaman perusahaan berjadwal.
Operasi dan batasan-batasan lain antara penerbangan berjadwal dan bukan
menjadi tidak jelas dan sulit diatur.
Musiman (seasonal)
Di Eropa dan Amerika Utara, musim panas merupakan musim tersibuk
Liburan.
Di Indonesia, masa sibuk adalah musim lebaran.
Revenue bergantung pola perjalanan revenue mengalami kenaikan dan
penurunan secara mencolok sepanjang tahun.
Sifat Produk yang Khas
Produk dasar airlines:
Pelayanan asal-tujuan.
Jadwal perjalanan.
Ketersediaan kursi.
Produk pendukung:
Pelayanan pre-, in-, dan post-flight.
Customer loyalty program (FFP-Frequent Flyer Program).
On time performance (OTP).
Kenyamanan, tingkat kebisingan, kecepatan penerbangan
(berkaitan dengan type pesawat).
Profit Margin yang tipis (Marginal Profitability)
Rate of return rendah.
Di US net profit bisnis penerbangan sekitar 1-2% lebih rendah
dibanding rata-rata bisnis lain
Kompetisi Airlines
Potential
Entrants

Threat of new entrants

Bargaining power of
Airlines Industry
supplier
Competitors
Suppliers Customer
Variabel kompetisi dalam sistem
industri airlines, meliputi jadwal,
rute, frekuensi, jenis pesawat, Bargaining power of customer
tingkat harga, pelayanan
penerbangan, dan persepsi
penumpang

Threat of other modes


of transportation
Intermodal
Competition
Supplier
Industri manufaktur pesawat (Boeing, Airbus, dll).
Mempunyai kekuatan menentukan harga jual pesawat yang diproduksi dan
dioperasikan airlines.
Persaingan antara moda (Intermodal
Competition)
Alternatif pilihan moda lain yang dapat dipilih oleh penumpang pada segmen
yang sama.
Persaingan pada biaya, waktu perjalanan, tingkat layanan.
Penumpang atau cargo (Customer)
Calon penumpang memiliki kekuatan untuk memilih airlines mana yang
dipilih juga modus transportasi mana yang akan digunakan.
Pesaing baru yang berpotensi (Potential
Entrants)
Masuknya airlines baru setelah deregulasi dengan karakteristik produk
yang sama (homogen) bersaing dengan airlines yang sudah ada.
Inter Airlines Pooling Agreements
Persetujuan atau kompromi antar dua airlines yang beroperasi pada rute yang sama
untuk saling berbagi pasar dengan tujuan:
Membagi kapasitas jika airlines yang satu lebih lemah dari airlines yang lain.
Contoh: Garuda Indonesia mempunyai kekuatan modal dan image yang lebih
baik dibandingkan Phillipine Airlines dan keduanya sama-sama melayani rute
Jakarta-Manila. Untuk memperkecil persaingan di antara keduanya, garuda
Indonesia dan Phillipine Airlines membuat kesepatakan mengenai pembagian
kapasitas, misalnya masing-masing mendapat 50% dari jumlah frekuensi yang
disediakan pada rute Jakarta-Manila.
Menghilangkan kompetisi dalam frekuensi penerbangan serta meningkatkan load
factor jika kedua airlines yang bersangkutan mempunyai kekuatan dan pengaruh
yang hampir sama.
Contoh: Garuda Indonesia dan Royal Brunei Airlines dapat dikatakan
mempunyai kekuatan yang sama di dunia transportasi udara dan kedua-duanya
melayani rute Jakarta-Brunei Darussalam. Untuk memperkecil persaingan
antara keduanya, Garuda dan Royal Brunei membuat kesepakatan untuk
membagi frekuensi penerbangan, misalnya jika total penerbangan 8 kali
penerbangan sehari, Garuda dan Royal Brunei masing-masing mendapat 4 kali
rute penerbangan pada rute Jakarta-Brunei darussalam.
Jenis-jenis Pooling
Revenue cost pool
Hanya satu airlines diijinkan untuk beroperasi melayani rute yang bersangkutan untuk
kepentingan semua airlines yang terlibat dalam pool.
Biaya operasi dan pendapatan operasi saling dibagi di antara masing-masing airlines
sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan sebelumnya.
Contoh: Suatu pool terdiri dari airlines A,B, dan C. Karena permintaan lalu lintas terbatas,
maka disepakati agar semua penumpang pada suatu rute dalam suatu periode tertentu
hanya dilayani oleh airlines A. Dengan demikian penumpang yang membeli tiket airlines B
dan C pada rute tersebut, akan diangkut dan dilayani oleh airlines A disepakati akan
dibagi bersama oleh ketiga airlines, msialnya airlines A mendapat 80% dari biaya dan
pendapatan total, sedangkan airlines B dan C masing-masing berkontribusi 10% biaya
dan pendapatan.
Revenue sharing pool
Semua airlines yang berada dalam satu pool melayani rute yang disepakati dengan
komposisi kapasitas yang disanggupi. Seluruh pendapatan yang diperoleh pada sektor
atau rute tersebut akan dibagi sesuai dengan konstribusi kapasitas yang disediakan
masing-masing airlines.
Contoh: Untuk rute Jakarta-Brunei Darussalam disediakan 800 kursi penumpang setiap
harinya. Garuda dan Royal Brunei melayani rute tersebut menyediakan pesawat udara
dengan masing-masing jumlah total 500 dan 300 kursi penumpang. Dengan model
kesepakatan seperti ini, Garuda akan mendapat porsi 5/8 dari seluruh pendapatan yang
didapatkan kedua airlines dan sisanya 3/8 milik Royal Brunei, tanpa bergantung pada
jumlah penumpang total yang sesungguhnya diangkut oleh masing-masing airlines.
Inter-Airlines Royalty Agreements & Code Sharing
Inter-Airlines Royalty Agreements
Bila suatu airlines tidak memiliki kebebasan kelima dan ingin mendapatkan hak
tersebut tetapi perjanjian bilateral tidak memungkinkan, airlines tersebut dapat
membeli hak itu dengan membuat perjanjian royalti dengan airlines negara yang
bersangkutan.
Saat ini juga berkembang untuk kebebasan keenam, ketiga dan keempat.
Terjadi bila salah satu airlines yang disepakati melayani rute yang disepakati dalam
perjanjian bilateral memutuskan untuk tidak mengoperasikan rute tersebut.
Airlines lawan dapat mengangkut seluruh lalu lintas yang seharusnya diangkut
airlines yang tidak beroperasi dengan membayar royalti sebagai kompensasi
terhadap rute yang diberikan.
Code Sharing
Bentuk kerjasama antara dua airlines atau lebih untuk saling membagi akses pada
sistem reservasi airlines sehingga seluruh jalur penerbangan yang dimiliki airlines
yang satu dapat digunakan oleh airlines lain.
Airlines secara efektif dapat menggunakan sistem airlines lain untuk meningkatkan
jangkauan pasar dari kota basis operasinya.
Otoritas untuk menjalankan dilakukan menurut pasar yang diinginkan.
Aliansi
Komitmen antar airlines untuk mengejar kegiatan pemasaran bersama.
Dipicu oleh kebutuhan mengembangkan network yang ada bersama airlines
lain dalam memenuhi demand yang semakin bertambah.
Keuntungan airlines ikut aliansi
Destinasi penerbangan bertambah.
Terjadi konsolidasi pasar.
Ada koordinasi jadwal.
Ada pertambahan market share dan juga revenue.
Biaya airlines dapat ditekan melalui:
Program maintenance bersama.
Program frequent flyer bersama.
Program pemanfaatn fasilitas bersama.
Program pengembangan IT bersama.
Program advertising bersama.
Program pengembangan pesawat bersama.
Prosedur handling bersama di bandara (migration process, check-in
process, seat assigment, baggage handling).
Aliansi Maskapai
Menurut OAG Aviation Worldwide Ltd Tahun 2013
Maskapai Aliansi, 2015
Oneworld
(AB) Air Berlin, (AA) American Airlines,(BA) British Airways, (CX) Cathay Pacific, (AY) Finnair,
(IB) Iberia Airlines, (JL) Japan Airlines, (LA) LAN Airlines, (MH) Malaysia Airlines, (QF) Qantas,
(QR) Qatar Airways, (RJ) Royal Jordanian, (UL) SriLankan Airlines, (S7) S7 Airlines, (JJ) TAM
Airlines
Star Alliance
(JP) Adria Airways, (A3) Aegean Airlines, (AC) Air Canada, (CA) Air China, (AI) Air India, (NZ) Air
New Zealand, (NH) All Nippon Airways, (OZ) Asiana Airlines, (OS) Austrian Airlines, (AV) Avianca,
(SN) Brussels Airlines, (CM) Copa Airlines, (OU) Croatia Airlines, (MS) EgyptAir, (ET) Ethiopian
Airlines, (BR) EVA Air, (LO) LOT Polish Airlines, (LH) Lufthansa, (SK) Scandinavian Airlines,
(ZH) Shenzhen Airlines, (SQ) Singapore Airlines, (SA) South African Airways, (LX) Swiss
International Air Lines, (TP) TAP Portugal, (TG) Thai Airways International, (TK) Turkish Airlines,
(UA) United Airlines

SKY TEAM
(SU) Aeroflot, (AR) Aerolneas Argentinas, (AM) Aeromxico,
(UX) Air Europa, (AF) Air France, (AZ)Alitalia-Linee Aeree Italiane, (CI) China Airlines,
(MU) China Eastern Airlines, (CZ) China Southern Airlines, (OK) Czech Airlines, (DL) Delta Air
Lines, (GA) Garuda Indonesia, (KQ) Kenya Airways, (KL) KLM, (KE) Korean Air, (ME) Middle
East Airlines, (SV) Saudia, (RO) TAROM, (VN) Vietnam Airlines, (MF) Xiamen Airlines
Keuntungan Beraliansi
Meningkatkan kekuatan pemasaran.
Meningkatkan strategi jaringan, yang diberikan oleh
dua jaringan operasi yang saling melengkapi.
Memungkinkan penerapan skala ekonomi dalam
operasi
Memungkinkan operasi bersama dengan
menggunakan pesawat salah satu mitra demi
menghemat biaya operasi.
Memungkinkan peluang saling membagi slot di
bandara-bandara yang padat.
Membuat takut airlines kompetitor yang bersifat
predator.
Kendala Beraliansi
Citra salah satu mitra dapat dirusak karena pelanggan
memiliki persepsi bahwa kualitas airlines mitra tidak sebaik
yang pertama.
Kesepakatan dalam memadukan jadwal penerbangan dan
atau strategi pemasaran atau standar layanan yang diberikan
tidak terlalu mudah dilakukan dan sering sekali memakan
waktu.
Gaya manajemen dan budaya perusahaan mungkin berbeda
sehingga menimbulkan banyak perselisihan yang
membutuhkan upaya penyelesaian yang tidak mudah.
Saling membagi biaya dalam suatu layanan bersama juga
sering menimbulkan perselisihan dan membutuhkan waktu
yang lama untuk penyelesaian.
Aliansi tidak selalu memberikan keuntungan bagi semua
pihak yang bermitra.
Strategi salah satu mitra mungkin perlu diganti agar
mengakomodasi strategi baru yang disepakati.
Pemerintah mungkin menaruh curiga terhadap kolusi untuk
mengurangi kompetisi dan meningkatkan harga tiket.
Merger dan Akuisisi
Tujuan:
Meningkatkan performa ekonomi (operasi dan pemasaran).
Penguatan finansial (kemampuan bertahan dalam roda bisnis,
kompetisi, dan lower cost of debt).
Penguatan pasar (mengurangi kompetisi atau memperkuat
kemampuan penyerapan pasar penumpang).
Biasanya, satu airlines lemah diakuisisi oleh airlines yang kuat.
Tipe-tipe merger:
Horizontal: Dua airlines atau lebih dengan kategori yang sama
bergabung, contoh: PanAm dan National, United dan Capitol, Nortwest
dan Republic.
Vertical: Airlines merger dengan perusahaan bukan airlines tapi masih
berhubungan dengan produksi airlines seperti, perusahaan service,
ground handling,konsesi bahan bakar di bandara.
Congeneric: Merger atau akuisisi dengan perusahaan yang tidak
memiliki hubungan secara vertikal atau horizontal, seperti hotel atau
rental mobil, contoh: United dengan Westin Hotels, Psa dan Valcar.
Conglomerate: Bersatunya dua perusahaan yang tidak berhubungan,
contoh: TWA meng-akuisisi Century 21 Realtors, Hardee Restaurants,
Hilton Hotel Internationals, dll.
Model Organisasi Airlines
Model tradisional
Airlines menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan fungsi dan service.
Dipakai di organisasi:
Delta
Iberia
Thai Airways
Model virtual
Airlines mendelegasikan (outsource) beberapa atau sebagian fungsi dan
kebutuhannya kepada pihak lain.
Dipakai di organisasi:
BA
EasyJet
Go
Model bisnis
Airlines memiliki sebagian unit bisnis yang mendukung operasi, tetapi pendapatan
utama dari bisnis unit ini diperoleh dari pihak lain.
Dipakai di organisasi:
Lufthansa
Singapore Airlines
Swissair
Garuda Indonesia
Traditional Airlines Model

Engineering
Sales & Distribution

Flight
Cargo
Revenue Accounting Operations

Informatics In-Flight Catering

Airlines
Virtual Airlines Model

Sales & distribution


Engineering

Revenue
Accounting
Flight Cargo
Operations

In-Flight
Informatics
Catering
Aviation Business Model

Engineering
Businesses

Leisure
Travel Logistics
Cargo Business

Flight
Operations
In-Flight
Catering IT & Consulting
Services

Ground Handling
Business

Anda mungkin juga menyukai