Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI KORUPSI


TUGAS
(KONSEP DASAR KARAKTER DAN PENDIDIKAN BERKARAKTER)

Oleh :
SABRINA | D22040069
TRI TASYA | D22040051

Dosen Mata Kuliah :


NI’MAH WAHYUNI, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PGSD
UNIVERSITAS MADAKO TOLITOLI
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter 3
2.2 Penerapan Konsep Pendidikan Karakter 4
2.3 Tujuan, Landasan, dan Prinsip Pendidikan Karakter 5
2.3.1 Tujuan Pendidikan Karakter 5
2.3.2 Landasan Pendidikan Karakter 6
2.3.3 Prinsip Pendidikan Karakter 7
2.4 Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah suatu usaha untuk merubah suatu derajat seseorang.
Dengan begitu pendidikan sebagai tempat menumbuhkan bakat seseorang
dapat terwujudkan. (Barimi, 2013).
Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di
tengah-tengah masyarakat indonesia, terutama oleh kalangan akademisi.
Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung
mengabaikan nilai-nilai leluhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan
mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia,
seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius. Sedikit demi sedikit
mulai ditinggalkan dikarenakan budaya asing yang cenderung hedonistik,
materialistik, dan individualistik. Sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak
lagi dianggap pentig jika bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh.
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita
akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui
proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-
anak bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik
sekarang ini sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya
melanda rakyat umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada
masyarakat yang terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga
melanda para elite bangsa ini.
Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu melakukan
perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu, pendidikan kita perlu
direkonstruksi ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas
dan siap menghadapi dunia. Masa depan yang penuh dengan masalah dan
tantangan serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia.
Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan
karakter (character building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya

1
dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang
tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia.
Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan yaitu, dimana para
peserta didik (siswa dan mahasiswa) harus dibekali dengan pendidikan
khusus yang membawa misi pokok dalam pembinaan karakter mulia.
Pendidikan seperti ini dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah
menerima berbagai ilmu maupun pengetahuan dalam bidang studi (jurusan)
masing-masing, sehingga dapat mengamalkannya di tengah-tengah
masyarakat dengan tetap berpatokan pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan
yang universal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarakter ?
2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter ?
3. Apakah tujuan, landasan, dan prinsip pendidikan karakter ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang bisa di rumuskan
dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk dapat mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan karakter
sesuai konsep pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui tujuan, landasan serta prinsip yang terdapat pada
pendidikan karakter

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
pendidikan dan karakter. Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu
banyak versi yang menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara
dalam Kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa
pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak;
dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak
yang kita didik selaras dengan dunianya. Sedangkan pada Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin
“charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter  sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Kertajaya (2010), karakter adalah
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap,
berucap, dan merespon sesuatu.

3
Maka pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan
karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). 
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu
isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di
Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi
acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran
dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai
dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah
selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai,
dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari.

2.2 Penerapan Konsep Pendidikan Karakter


Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

4
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal
dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki
peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di
masa mendatang.
Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat
pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam
bentuk budaya sekolah (school culture); kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra
kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.

2.3 Tujuan, Landasan, dan Prinsip Pendidikan Karakter


2.3.1 Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai
kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan
Pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan Pendidikan Nasional
menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter. Tujuan
Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai
manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai
pancasila
2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan pancasila
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,

5
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Pendidikan Karakter
juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui
pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
2.3.2 Landasan Pendidikan Karakter
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukanlah sekadar
memberikan pengetahuan, lebih dari itu pendidikan melatih
kemampuan berpikir (aspek kognitif). Manusia memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dibanding makhluk lain, yaitu dianugerahi akal dan
kecerdasan. Sehingga dengan akal dan kecerdasan tersebut diharapkan
manusia atau seseorang dapat mengetahui, memahami, dan
mengembangkan potensi-potensi yang telah ada pada dirinya sejak
dilahirkan.
Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan terbentuknya
pendidikan karakter. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia
memiliki potensi-potensi dan kemampuan untuk mengatasi masalah-
masalah. Progresivisme yang juga menaruh kepercayaan terhadap
kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya, serta lingkungan
hidup yang dapat mempengaruhi kepribadiannnya. Beberapa hal yang
terkandung dalam aliran progresivisme ini kemudian secara mendalam
dipikirkan untuk kemudian memunculkan sebuah paradigma
pendidikan yang sedang menjadi primadona paradigma pendidikan
dewasa ini, yang tidak lain adalah pendidikan karakter.
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber Agama, karena
masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, maka kehidupan

6
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan
kepercayaan. Secara politis, kehidupan kenegaraan didasari pada nilai
yang berasal dari agama. Dan sumber yang kedua adalah Pancasila.
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut dengan Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih
lanjut lagi dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya
dan seni.
Sebagai warga negara Indonesia, pendidikan karakter yang
diajarkan harus sejalan dengan karakter bangsa yaitu Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu
sebagai pandangan hidup bangsa. Bahwa nilai-nilai Pancasila harus
selalu dijadikan landasan pokok dalam berpikir dan berbuat, dan hal ini
mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai
Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku baik dalam perilaku hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satunya dengan
menerapkan pendidikan berkarakter. Dengan berlandaskan pancasila
maka tingkah laku kita akan terlindungi dari hal-hal yang tidak sesuai
dengan pancasila, dikarenakan saat ini sudah berkembang tentang
kenakalan remaja dalam masyarakat seperti perkelahian masal
(tawuran). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan
Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal tersebut juga terdapat pada pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea 4.
2.3.3 Prinsip Pendidikan Karakter
Character Education Quality Standards merekomendaikan sebelas
prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai
berikut:

7
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasikan karakter secara komprehensif supaya
mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3. Mengguanakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif
untuk membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua siswa, membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa.
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang
setia kepada nilai dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam
kehidupan siswa.

2.4 Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai


Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan,
namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD).
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan,
Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari
jenjang pendidikan SD.

8
Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan
jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat
dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.
"Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak
terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter
seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada acara seminar nasional
"Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat
pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed).
Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang
besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK
bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.

"TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas anak, bukan


tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka
itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya. Menurut dia,
dalam menanamkan karakter pada seseorang yang paling penting adalah
kejujuran karena kejujuran bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang
masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat
memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun
bangsa.Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga mempunyai peranan yang
sangat vital untuk menempah karakter siswa.
"Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak
masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan
karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak
mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan sebagai motor
penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota
masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di
masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.

9
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu
keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi
cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga
keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi
dirinya maupun orang lain.
"Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat
pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu berperan
sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang
cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan
bangsa manapun," katanya.
Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan
sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan
Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs
LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia
tahun lalu.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama:  Nilai utama yang ditanamkan antara lain:
religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin
tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan,
sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja
keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan
sosial, demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak
dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif,
percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman,
berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai

10
keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli
lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri,
mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan
menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur,
percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya
orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut
dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi,
elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka
sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis,
kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling
menghargai, peduli lingkungan)
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri,
mandiri)
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

11
laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang
ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan
antara lain:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya
diri, kritis, saling menghargai, santun)
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling
menghargai, tanggung jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung
jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik

12
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang
ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain
dengan guru yang berfungsi sebagai:
a. Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang
ditanamkan: peduli, santun);
b. Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang
ditanamkan: peduli);
c. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan:
kritis)
d. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh
nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan:
peduli, percaya diri).
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan 
menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter.

13
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action). 
Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu
warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan.

3.2 Saran
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dan
harus dipahami serta dipraktekkan secara menyeluruh. Pembentukan
karakter yang pada umumnya terjadi pada masa anak-anak, mendorong
para orangtua untuk bersikap serius dalam masalah ini. Orangtua harus
memberikan pendidikan yang baik dalam rangka membentuk karakter
anak. Sehingga diharapkan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki
karakter kuat dalam rangka memajukan bangsa dan negara.
Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik baik di sekolah
(guru), di Perguruan Tinggi, atau dimanapun berada, yang merupakan
orangtua kedua bagi anak. Budaya yang baik di lingkngan tempat belajar
harus dibangun dan diaplikasikan oleh semua pihak, agar tercipta manusia-
manusia yang berkarakter di masa mendatang.
6.

15
DAFTAR PUSTAKA

Barrimi, M., Aalouane, R., Aarab, C., Hafidi, H., Baybay, H., Soughi, M.,
Tachfouti, N., Nejjari, C., Mernissi, F. Z., Rammouz, I., & McKenzie, R. B.
(2013). Pendidikan holistik menurut para ahli. In Encephale (Vol. 53, Issue 1,
pp. 59–65). http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012.03.001
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo
http://lapazinaction.blogspot.com/2012/03/tujuan-dan-fungsi-pendidikan.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/
http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html
http://golden-student.blogspot.com/2013/04/tujuan-pendidikan-karakter.html
http://ibnoeahmed.blogspot.com/2011/10/tinjauan-filosofis-tentang
pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai