FUNGSIONAL
“UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR DENGAN KONSEP STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT
PERSONS”
Di susun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester Pengantar Ilmu Sosial
Dosen Pengampu : Dyah Ayu Safitri, S.Pd., M.Pd.
Di susun oleh :
Tamala Taza Rahmawati
(230401040038)
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya dan karunianya
saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya, Adapun tema dari laporan ini
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah pengantar ilmu sosial yang telah memberikan tugas terhadap saya.
Saya jauh dari kesempurnaan. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi saya
ii
DAFTAR ISI
COVER LAPORAN…………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………... ii
BAB I PENDHULUAN
RUMUSAN MASALAH………………………………………………..... 2
TUJUAN ………………………………………………………………..... 2
MANFAAT.................................................................................................. 2
METODE KUALITATIF........................................................................... 7
BAB V KESIMPULAN
SIMPULAN………………………………………………………......... 14
DOKUMENTASI…………………………………………………........ 14-15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
pengkajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, antara
kelompok-kelompok, antara institusi-institusi sosial di dakam suatu Masyarakat pada kurun
waktu tertentu.
Muara dari pendidikan karakter pada dasarnya adalah agar peserta didik atau individu
dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai baik yang berlaku
dimasyarakat. Melalui hal ini penting untuk melakukan penelitian mengenai Upaya
pendidikan karakter di sekolah dasar berdasarkan teori structural fungsional. Pendidikan
karakter memungkinkan dapat ditinjau dari teori structural dan fungsional. Karena teori
structural fungsional yang dikemukakan Talcott parsons memiliki keselarasan dengan
penanaman pendidikan karakter mulai dari pengenalan sampai pada internalisasi nilai-nilai.
1.3 TUJUAN
Menemukan fenomena sosial yang ada di sekitar melalui proses observasi.
Dapat mengaitkan fenomena sosial dengan teori structural fungsional.
Menyelesaikan tugas laporan sebagai pengganti UAS mata kuliah pengantar ilmu
sosial.
1.4 MANFAAT
Memberikan sumbangan pemikiran bagi dosen dan teman-teman mahasiwa-i
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran terkait penanaman pendidikan
karakter pada anak sekolah dasar.
Memperluas pengetahuan terkait teori struktural dan fungsional di lingkungan
sekitar.
Memberikan solusi terkait masalah yang ada di dalam teori struktural dan
fungsional khususnya pada anak sekolah dasar.
v
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
vi
8. Baik dan rendah hati
9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan
Kesembilan karakter tersebut, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik
dengan menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the
good. 5
Penanaman nilai pada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter
baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah,
dan tenaga non-pendidik disekolah juga harus terlibat dalam pendidikan karakter.
B. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
Dalam kerangka pikir fungsional struktural, masyarakat dipandang sebagai
Suatu sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau substansi yang
saling berhubungan. Prinsip teori Talcott Parsons adalah bahwa tindakan manusia
itu di arahkan pada tujuan.6 Teori fungsionalisme struktural didasarkan pada
kenyataan alam yang hidup secara teratur dengan adanya suatu sistem tanpa
adanya kekacauan seperti matahari selalu terbit dari timur dan terbenam di barat.
Bulan selalu terbit pada malam hari dan terbenam di pagi hari, serta berbagai
fenomena alam lainnya yang secara teratur beredar sesuai sistemnya. Demikian
pula dengan struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikir biologis yang
menganggap masyarakat seperti organisme biologis, terdiri dari berbagai macam
organ yang saling ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar
organisme tersebut tetap ada dan bertahan hidup. Oleh karena itu, teori
fungsionalisme struktural memiliki tujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori fungsional struktural dicetuskan oleh Talcott Parsons. 7
Talcott Parsons merupakan sosiolog ternama yang mengemukakan pendekatan
struktural fungsional pada abad ke-20. Teori ini mengakui adanya segala
keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasikan dalam fungsi
sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Pendekatan
struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam
suatu masyarakat. 8
Talcott Parsons meyakini bahwa ada empat fungsi penting untuk semua sistem
tindakan yaitu:
1. Adaption (adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan hidup dengan
kebutuhannya.
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan) : sebuah sistem mendefinisikan
dan mencapai tujuan utamanya.
5
Thomas Lickona, Educating For Character, Ibid. H. 12-22.
6
Soeroso Andreas, “sosiologi 1” (Surabaya: Yudhistira Ghalia Indonesia, 2008) h. 14.
7
Cuek Julyati Hisyam, sistem budaya Indonesia (Jakarta Timur: PT Bumi Aksaram 2020. h. 63.
8
Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga : konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT penerbit IPB press,
(2018). h. 78-79.
vii
3. Integration (integrasi) : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelola antar hungan ketiga fungsi penting lainnya yaitu adaption,
goal attainment, latency.
4. Latency (pemeliharaan pola) : sebuah sistem harus memperlengkapi,
memelihara, dan memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-
pola kiltural yang menciptakan dan menumpang motivasi. 9
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa Parsons menekankan pada
hirarki yang jelas mulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat paling
tinggi. Lalu pada tingkat integrasi menurut parsons terjadi dengan dua cara. Cara
pertama adalah masing-masing tingkat yang lebih rendah menyediakan kondisi
dan kekuatan yang diperlukan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Cara kedua
adalah tingkatan yang lebih tinggi mengendalikan segala sesuatu yang ada
ditingkat yang lebih rendah.
Teori fungsionalisme strukturtural yang dibangun oleh Talcott Parsons ini
dikembangkan oleh sosiolog Eropa sehingga membuat teori ini bersifat empiris,
positivisme, dan ideal. Ada asumsi bahwa tindakan manusia itu bersifat sukarela.
Maksudnya, ialah tindakan-tindakan manusia tersebut didasarkan pada dorongan
kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide, dan norma yang telah disepakati
sebelumnya secara bersama-sama. Tindakan individu manusia memiliki
kebebasan untuk memilih alat atau sarana yang dibutuhkan. Tujuan yang akan
dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi dan apa yang dipilih tersebut
di kendalikan oleh nilai-nilai dan norma.
Selain itu, Talcott Parsons menilai bahwa tindakan itu terjadi pada suatu
kondisi yang unsurnya sudah pasti. Sedangkan unsur-unsur kainnya digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Kata lain tindakan diasumsikan sebafgai
kenyataan sosial terkecil dan mendasar yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan,
situasi, dan norma. Tindakan individu pelaku dengan alat yang ada akan
mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, dan individu itu sendiri
dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantunya memilih tujuan dengan
bimbingan nilai dan ide sesuai serta norma. 10
Berdasarkan paparan menegnai teori struktural fungsional diatas teori tersebut
dapat digunakan untuk menjadi pisau analisis penelitian kali ini. Pendekatan
struktural fungsional menekankan pada keseinbangan sistem yang stabil di
masyarakat.
Jadi pada intinya asumsi dasar dalam teori struktural fungsional ialah bahwa :
(1) masyarakat selalu mencari titik keseimbangan, (2) masyarakat memerlukan
kebutuhan dasar agar keseimbangan terpenuhi, (3) untuk memenuhi kebutuhan
dasar, fungsi-fungsi harus dijalankan, (4) untuk memenuhi semua ini, harus ada
struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homeostatik.
9
Nikodemus Niko, dan Yuliasteriyani, “pembangunan masyarakat miskin di pedesaan perspektif fungsionalis
struktural’, jurnal dakwah dan sosial, volume 3 nomor 2, 2020. h. 218.
10
Akhmad Rizqi Turama, formulasi teori fungsionalisme struktural talcott parson, jurnal Eufoni, volume 2
nomor 2, 2020. h. 66-67.
viii
Prasyarat dalam teori struktural fungsional menjadikan suatu keharusan yang
wajib ada agar keseimbangan sistem tercapai. 11
11
Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga: konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT. Penerbit IPB press,
2018. h. 78-79.
ix
BAB III
METODE PENELITIAN
x
BAB IV
HASIL PENELITIAN
12
Binus. 20 Februari 20203.”pendidikan karakter: pengertian, manfaat, tujuan, dan cara implementasinya”.
xi
2.2 BIOGRAFI TALCOTT PERSONS
Talcott persons, lahir pada 1902 di Colorado Springs, person berasal dari keluarga
yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelektual. Ayahnya seorang pendeta gereja,
seorang professor, dan memiliki jabatan tertinggi disebuah kampus kecil person mendapat
gelar sarjana dari Amhers collage tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pascasarjana di
London.
Persons menjadi pangajar di Harvard pada tahun 1927, meskipun person pindah
jurusan bebrapa kali person tetap berada di Harvard sampai ia wafat 1979. Person menjadi
ketua sosiologi di Harvard pada tahun 1944. Dan dua tahub kemudia menududki jabatan
ketua hubungan sosial yang baru saja didirkan.
Pada akhir tahun 1960, person diserang oeh sayap radikal sosiologi Amerika, persons
dipandang berhaluan politk konservatif. Holon dan Turner mungkin teroretisi yang
melangkah paling jauh dengan berarguman “karya-karya persons , mempresentasikan
kontribusi yang jauh lebih besar bagi teori sosiologi ketimbang Marx, Weber, Durkheim, atau
para pengikut sesamanya. Terlebih lagi gagasan-gagasan person tidak hanya mempengaruhi
para pemikir konservatif namun juga teroretisi Neo-Marxian. Talcot persons telah disebut
sebagai orang Amerika yang paling berpengaruh sosiolog dan peran pentingnya dalam
menggambarkan bidang sosiologi sebagai disiplin yang berbeda. 13
Dalam perkembangan pemikirannya ada tiga hal besar yang mempengaruhi
pendekatan sosiologis persons. Hal pertama adalah perhatian persons terhadap masalah
kemanusiaan dalam lingkungan sosial Masyarakat Barat. Hal kedua adalah ketertarikan
persons pada ilmu kedokteran yang membuatnya mempelajari biologi dan filosofi yang pada
kahirnya dipisahkan oleh sosiologi. Ia tetap bertahan dan memengaruhi ide-idenya tentang
sosiologi. Hal ketiga adalah sifat-sifat ekonomi sebagai kajian ilmiah.
13
Nur anisa paradina. 20 September 2022.”Talcott Parsons (biografi dan pemikirannya)”.
xii
dari pandangan Herbett Spencer dan Auguste Comte yang menyatakan bahwa ada saling
ketergantungan antara suatu organ tubuh dengan organ tubuh kita yang lain, dan ini dianggap
sebagai kondisi yang sama dengan Perusahaan.
Talcott persons selanjutnya mengembangkan pemikirannya bahwa Masyarakat harus
dilihat sebagai sistem bagian-bagian yang saling bergantung. Jadi hubungan pengaruh yang
mempengaruhi sampai antar bagian adalah timbal balik. Sekalipun integrasi sosial tidak
pernah dapat dicapai secara sempurna, sistem sosial pada dasarnya selalu cenderung menuju
keseimbangan dinamis. Meskipun ada ketegangan, disfungsi, dan penyalahgunaan, sistem
sosial masih dalam perjalanan menuju integrasi. Perubagan sistem sosial terjadi secara
bertahap melalui adaptasi dan tidak terjadi secara revolusioner. Faktor terpenting yang
memiliki integrasi suatu sistem sosial adalah kesepakatan dalam anggota Masyarakat
tersebut.
Parsons juga mengembangkan konsep imperative fungsional untuk membuat sistem
bertahan. Imperative ini biasanya disebut sebagai AGIL, yang merupakan singkatan dari
Adaption, Goal attainment, Integration, dan Latency. a.) Adaption ini adalah kemampuan
Masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang ada di lingkungan alam. b.) Goal
attainment impertif kedua ini adalah kemempuan untuk menentukan dan menetapkan tujuan
masa depan dan mengambil Keputusan sesuai dengan tujuan tersebut. Memecahkan masalah
politik dan tujuan sosial adalah bagian dari kebutuhan ini. c.) Integration adalah keselarasan
seluruh anggota sistem sosial setelah dicapai kesepakatan bersama tentang nilai-nilai atau
norma-norma Masyarakat. Inilah peran nilai-nilai tersebut sebagai integrator suatu sistem
sosial. d.) Latency adalah pemeliharaan model, dalam hal ini nilai-nilai sosial tertentu sperti
budaya dan Bahasa. 14
14
Tim Humas. 10 Juli 2023.”structural fungsional: pengertian, tokoh, contoh, dan kritiknya”.
xiii
addaption
strategi
integration
penanaman goal
pendidikan attainment
karakter
latency
Pertama Adaption, yaitu proses adaptasi nilai-nilai karekter. Sekolah menjadi tempat
berdaptasi dalam menanamkan nilai-nilai karakter terhadap anak. Sekolah sebagai suatu
sistem pendidikan memiliki serangkaian aturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh
peserta didik, sebagai ekosistem belajar sekolah menjadi tempat beradptasi dalam
mengembangkan nilai-nilai karakter. Peserta didik akan beradaptasi mengikuti aturan dan
nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Berdasarkan hasil observasi diketahui untuk
meningkatkan karakter religious siswa harus beradaptasi mengikuti kegiatan tadarus dan salat
dhuha disekolah setiap hari jumat pukul 06.00. untuk meningkatkan tanggung jawab, siswa
diharuskan beradaptasi melaksanakan tugas piket kelas disekolah. Sekolah juga tetap
berusaha menjaga nilai-nilai kesantunan atau unggah-ungguh dalam Bahasa jawa. Siswa
dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
Hal ini juga di contohkan oleh Bapak/Ibu guru dalam berkomunikasi baik dengan
siswa, sesame rekan guru, ataupun wali murid. Apabila melintas didepan Bapak/Ibu guru atau
orang yang lebih tua siswa dibiasakan untuk menunduk, sebaga wujud rasa hormat terhadap
orang yang lebih tua. Upaya-upaya tersebut selaras dengan teori Talcott Parsons yaitu agar
Masyarakat atau dalam hal ini peserta didik dapat bertahan maka harus mampu menyesuaikan
diri dengan sistem/lingkungan
Kedua Goal attainment, yaitu tujuan penanaman pendidikan karakter. Tujuan
pendidikan karakter paling penting agar dalam pengambilan Keputusan sesuai dengan
tujuan. Pada tahap ini juga bisa disebut sebagai tahap awal penanaman pendidikan karakter.
Didalam tahap ini satuan pendidikan dapat menetapkan tujuan penanaman pendidikan
karakter. Kemudian tujuan dapat diturunkan di dalam visi dan misi sekolah atau menjadi
sebuah program dalam implementasi pendidikan karakter. Sehingga tujuan dapat terwujud
dengan perencanaan dan perhitungan yang tepat. Terwujud dalam visi misi SD Negeri
Kebonsari 2 Malang yaitu visi: “mencetak generasi unggul berlandaskan iman dan
taqwa ,budi pekerti luhur, berwawasan kebangsaan serta berbudaya lingkungan”.
Indikator berdasarkan visi tersebut antara lain yaitu: a.) unggul dalam bidang
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha esa. b.) unggul dalam berbudi pekerti
luhur kepada sesame. c.) unggul dalam berbangsa, bernegara, dan cinta tanah air. d.) unngul
dalam berbudaya dan cinta akan lingkungan. Berdasarkan visi tersebut kemudian diturunkan
misi sekolah guna mencapai visi sekolah diantaranya; a) mewujudkan pendidikan yang
xiv
menghasilkan lulusan berakhlak kreatif, berprestasi, berwawasan IPTEK dan lingkungan
sadar akan hak dan kewajiban melalui pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. b)
mengadakan layanan publik berupa kegiatan sekolah yang berbasis IT ( transparan, toleransi,
dan tanpa diskriminasi) c) menanamkan akhlak mulia dan akidah melalui pembiasaan
beribadah dan doa bersama sesuai dengan agama yang diyakini. d) menciptakan lingkungan
sekolah yang asri, aman, sejuk, rapi, indah, melestarikan fungsi lingkungan, mencegah
pencemaran dan kerusakan lingkungan sekolah yang berbudaya. Visi dan misi tersebut
menjadi acuan dalam Menyusun aturan dalam mengembangkan pendidikan karakter
disekolah.
Ketiga Integration, yaitu keselarasan seluruh sistem sosial. pada tahap ini penanaman
pendidikan karakter dapat di integrasikan dengan berbagai kegiatan di sekolah baik
intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penerapan pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler yaitu dengan mengintegrasikan dengan mata
Pelajaran dalam pembelajaran dikelas. Pengintegrasian dengan kokurikuler dapat melalui
kegiatan diluar kelas seperti dalam kegiatan pembiasaan.
Pengintegrasian dengan esktrakurikuler dapat melalui kegiatan-kegiatan
pengembangan minat dan bakat peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh
anggota sistem di SD Negeri Kebonsari 2 Malang telah saling terintegrasi dalam penanaman
pendidikan karakter. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas telah
ditunjukkan dalam deskripsi kegiatan pembelajaran dalam RPP. Guru juga telah menciptakan
suasana belajar yang mendukung nilai-nilai pendidikan karakter seperti saling gotong-royong,
peduli, dan lain-lain. Begitu pula dalam kegiatan diluar kelas seperti kunjungan-kunjungan ke
perpustakaan daerah setiap siswa juga tetap dalam pengawasan dan pemantauan guru.
Dibutuhkan harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial stelah sebuah general agreement
mengenai nilai-nilai atau norma-norma menjadi tata tertib sekolah setelah di tetapakan. Di
sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasian sebuah sistem sosial.
Keempat Latency, yaitu pemeliharaan model penerapan pendidikan karakter. Tahap
ini sangat penting agar penanaman pendidikan karakter dilaksanakan secara terus menerus
berkesinambungan sehingga pendidikan karakter menjadi budaya yang melekat pada peserta
didik. Strategi implementasi pendidikan karakter harus berkelanjutan, memadukan peran aktif
siswa dan aktivitas kelas, serta dinamika seluruh sekolah yang didukung oleh pengembangan
budaya sekolah yang membantu pelaksanaan penanaman pendidikan karakter. Kegiatan-
kegiatan yang mendukung penanaman pendidikan karakter telah terlaksana dengan baik terus
dipertahankan bahkan dikembangkan, seperti tradisi berkurban, khataman qur’an, dan lain-
lain. Begitu pula pada kegiatan pembiasaan harian terus dilaksanakan dari tahun ke tahun.
Upaya ini selaras dengan tujuan latency yaitu sebagai pemeliharaan pola, dalam hal ini nilai-
nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, Bahasa, norma, aturan, dan sebagainya,
Pada tahap ini adalah Upaya internalisasi nilai-nilai karakter peserta didik melalui
penerapan dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah maupun dilingkungan Masyarakat.
Maka peran berbagai pihak sangat berpengaruh dalam tahap ini. orang tua sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap anak dirumah harus turut mendukung proses internalisasi nilai-
nilai karakter. Begitu pula Masyarakat sebagai tempat bersosialisasi peserta didik dalam
xv
kehidupan sehari-hari harus mampu meyediakan iklim yang mendukung proses internalisasi
nilai-nilai luhur.
xvi
BAB V
SIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penanaman pendidikan karakter disekolah
dalam hal ini di analisis dengan pendekatan teori structural fungsional Talcott parsons
melalui 4 tahap yaitu, penetapan tujuan penanaman pendidikan karakter Goal attainment,
kemudia tahap adaption sebagai proses adaptasi peserta didik dengan tata tertib dan
kebiasaan di sekolah dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan karakter. Selanjutnya
pada tahap integration penanaman pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, kemudian pada tahap latency
strategi penanaman pendidikan karakter harus terus menerus berkesinambungan sehingga
menjadi budaya bagi peserta didik. Semua tahap pada konsep imperative fungsional ini
sangat berpengaruh dan berkesinambungan. Sehingga ketika ada struktur atau tahap yang
tidak berfungsi maka proses penanaman pendidikan karakter tidak akan berjalan
maksimal.
3.2 DOKUMENTASI
xvii
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Rizqi Turama, formulasi teori fungsionalisme struktural talcott parson, jurnal Eufoni,
volume 2 nomor 2, 2020. h. 66-67.
https://openjurnal.unpam.ac.id/
Doni Koesoema A. Pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman modern. (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 80
https://library.unismuh.co.id/opac/detail-opac?id=101529
Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga : konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT
penerbit IPB press, (2018). h. 78-79.
https://onesearch.id/Record/IOS7357.INLIS00000000002383
Ki Hajar Dewantara, pendidikan. (Yogyakarta: majelis luhur persatuan taman siswa), h. 14.
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6698269/profil-ki-hajar-
dewantara-tokoh-pelopor-pendidikan-nasional-amp
Tim Humas. 10 Juli 2023.”structural fungsional: pengertian, tokoh, contoh, dan kritiknya”.
https://an-nur.ac.id/struktural-fungsional-pengertian-tokoh-contoh-dan-kritiknya/
Thomas Lickona, Educating For Character, Ibid. H. 12-22.
https://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=179
Yahya Khan, pendidikan karakter berbasis potensi diri. (Yogyakarta: Pelangi Publishing,
2010), h. 34.
https://eperpus.kemenag.go.id/opac/detail/27864/Pendidikan-Karakter-Berbasis-Potensi-Diri
xix
xx