Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OBSERVASI TELAAH PENDEKATAN STRUKTURAL

FUNGSIONAL
“UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR DENGAN KONSEP STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT
PERSONS”
Di susun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester Pengantar Ilmu Sosial
Dosen Pengampu : Dyah Ayu Safitri, S.Pd., M.Pd.

Di susun oleh :
Tamala Taza Rahmawati
(230401040038)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya dan karunianya

saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya, Adapun tema dari laporan ini

adalah “pendekatan structural fungsional”.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen

mata kuliah pengantar ilmu sosial yang telah memberikan tugas terhadap saya.

Saya jauh dari kesempurnaan. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang

sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan

saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi saya

khususnya dan pihak yang berkepentingan pada umumnya.

Malang, 09 Januari 2024

ii
DAFTAR ISI

COVER LAPORAN…………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii

BAB I PENDHULUAN

LATAR BELAKANG…………………………………………………..... 1-2

RUMUSAN MASALAH………………………………………………..... 2

TUJUAN ………………………………………………………………..... 2

MANFAAT.................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER............................................ 3-4

TEORI STRUKTURAK FUNGSIONAL TALCOTT PARSONS............. 4-6

BAB III METODE PENELITIAN

METODE KUALITATIF........................................................................... 7

BAB IV HASIL PENELITIAN

HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER…………………………......... 8

BIOGRAFI TALCOTT PARSONS……………………………….......... 9

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONS…....... 9-10

UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BERDASARKAN TEORI

STRUKTURAL FUNGSIONAL …………………………………....... 10-13

BAB V KESIMPULAN

SIMPULAN………………………………………………………......... 14

DOKUMENTASI…………………………………………………........ 14-15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah kunci dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa. Bangsa yang maju
selalu dimulai dari pendidikan yang maju karena pendidikan sebagai pengembangan kualitas
dan kemampuan Masyarakat. Dengan Masyarakat yang terdidik dapat mewujudkan bangsa
yang maju dan berpendidikan. Pendidikan yang tepat dapat mewujudkan cita-cita suatu
bangsa dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kedisiplinan, etos kerja, dan nilai moral
suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai tersebut, maka diperlukan manajemen
pendidikan yang tidak hanya sebagai wadah mencerdaskan, tetapi juga sebagai wadah
pananaman karakter anak.
Upaya penanaman pendidikan karakter di Indonesia melalui Gerakan pengatan
pendidikan karakter (PPK). Kemudian ditegaskan dengan gagasan profil pelajar Pancasila
yang sesuai visi dan misi Kementrian pendidikan dan budaya sebagaimana tertuang dalam
dengan peraturan Menteri pendidikan dan budaya Nomor 22 tahun 2020 tentang Rencana
strategis Kementerian pendidikan dan kebudayaan Tahun 2020-2024. Melalui PPK ini,
karakter peserta didik dapat terbentuk lebih sempurna, diperkuat melalui harmonisasi hati
(etika), oleh rasa (estetika), olah piker (literasi), dan olahraga (kinestetik). Dengan dukungan
perlibatan Masyarakat dan Kerjasama antar sekolah, keluarga, dan Masyarakat. Nilai-nilai
karakter yang ditanamkan melalui gerakan PPK adalah nilai
agama,nasionalisme,kemandirian,gotong-royong, dan integritas. Urgensi PPK ini adalah
membangun sumber daya manusia yang menjadi tumpuan Pembangunan bangsa. Generasi
yang harus dibangkitkan adalah generasi emas memiliki karakter, literasi, dan keterampilan
4C (critical thinging, creativity, communication, and collaboration).
Pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan
peserta didik cerdas, pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam
kehidupan. Karakter adalah hal yang paling penting yang harus dimiliki suatu bangsauntuk
dapat eksis dalam persaingan global. Struktur Masyarakat yang ada didalam suatu negara
berfungsi untuk menjaga agar nilai-nilai karater yang berlaku di Masyarakat berjalan stabil.
Kebiasaan yang secara sadar berulang dapat membentuk karakter ilmu sosiologi berguna
dalam aspek kehidupan. Setiap elemen Masyarakat sebagai makhluk sosial harus memahami
nilai dan norma yang ada gar bisa diterima di lingkungan Masyarakat. Didalam sosiologi
pendidikan mengacu pada penerapan pengetahuan sosiologi, Teknik berpikir, dan
pengumpulan data dalam penyelidikan pendidikan. Dengan demikian sosiologi pendidikan
mempelajari tentang proses pendidikan sebagai interaksi sosial, sekolah sebagai kelompok
sosial, serta sebagai Lembaga sosial. salah satu tokoh dalam sosiologi yang sangat terkenal
dengan teori structural fungsional yaitu Talcott parsons. Tujuan kakian-kajian structural
fungsional adalah untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui

iv
pengkajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, antara
kelompok-kelompok, antara institusi-institusi sosial di dakam suatu Masyarakat pada kurun
waktu tertentu.
Muara dari pendidikan karakter pada dasarnya adalah agar peserta didik atau individu
dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai baik yang berlaku
dimasyarakat. Melalui hal ini penting untuk melakukan penelitian mengenai Upaya
pendidikan karakter di sekolah dasar berdasarkan teori structural fungsional. Pendidikan
karakter memungkinkan dapat ditinjau dari teori structural dan fungsional. Karena teori
structural fungsional yang dikemukakan Talcott parsons memiliki keselarasan dengan
penanaman pendidikan karakter mulai dari pengenalan sampai pada internalisasi nilai-nilai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Temukan fenonema sosial yang berkaitan dengan teori structural fungsional di sekitarmu.
Analisis data yang kamu dapatkan pada saat observasi.

1.3 TUJUAN
 Menemukan fenomena sosial yang ada di sekitar melalui proses observasi.
 Dapat mengaitkan fenomena sosial dengan teori structural fungsional.
 Menyelesaikan tugas laporan sebagai pengganti UAS mata kuliah pengantar ilmu
sosial.

1.4 MANFAAT
 Memberikan sumbangan pemikiran bagi dosen dan teman-teman mahasiwa-i
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran terkait penanaman pendidikan
karakter pada anak sekolah dasar.
 Memperluas pengetahuan terkait teori struktural dan fungsional di lingkungan
sekitar.
 Memberikan solusi terkait masalah yang ada di dalam teori struktural dan
fungsional khususnya pada anak sekolah dasar.

v
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian pendidikan karakter


Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung
pada sudut pandang, paradigma, metodologi, dan disiplin keilmuan yang
digunakannya, diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “ bimbingan
atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh. 1
Menurut Doni Koesoema A. Mengartikan pendidikan sebagai proses
internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradap. Ada
pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana sebuah bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupannya, dan untuk
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. 2
Ki hajar dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan banyak
sekali dimunculkan oleh para tokoh pendidikan, diantaranya: pertama, menurut
marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. 3
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
sikap,tabiat,akhlak,kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara
progresif dan dinamis. Sifat alami seseorang merespon situasi dengan moral
merupakan hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan
dengan segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan
anak didik. Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah
pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni, yang
selalu mengajarkan, membimbing dan membina setiap manusia untuk memiliki
kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. 4
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran/amanah, diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawa, suka menolong dan gotong-royong
6. Percaya diri dan kerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
1
D. Marimba, pengantar filsafat pendidikan islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), h. 19.
2
Doni Koesoema A. Pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman modern. (Jakarta: Grasindo, 2007),
h. 80
3
Ki Hajar Dewantara, pendidikan. (Yogyakarta: majelis luhur persatuan taman siswa), h. 14.
4
Yahya Khan, pendidikan karakter berbasis potensi diri. (Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010), h. 34.

vi
8. Baik dan rendah hati
9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan
Kesembilan karakter tersebut, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik
dengan menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the
good. 5
Penanaman nilai pada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter
baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah,
dan tenaga non-pendidik disekolah juga harus terlibat dalam pendidikan karakter.
B. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
Dalam kerangka pikir fungsional struktural, masyarakat dipandang sebagai
Suatu sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau substansi yang
saling berhubungan. Prinsip teori Talcott Parsons adalah bahwa tindakan manusia
itu di arahkan pada tujuan.6 Teori fungsionalisme struktural didasarkan pada
kenyataan alam yang hidup secara teratur dengan adanya suatu sistem tanpa
adanya kekacauan seperti matahari selalu terbit dari timur dan terbenam di barat.
Bulan selalu terbit pada malam hari dan terbenam di pagi hari, serta berbagai
fenomena alam lainnya yang secara teratur beredar sesuai sistemnya. Demikian
pula dengan struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikir biologis yang
menganggap masyarakat seperti organisme biologis, terdiri dari berbagai macam
organ yang saling ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar
organisme tersebut tetap ada dan bertahan hidup. Oleh karena itu, teori
fungsionalisme struktural memiliki tujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori fungsional struktural dicetuskan oleh Talcott Parsons. 7
Talcott Parsons merupakan sosiolog ternama yang mengemukakan pendekatan
struktural fungsional pada abad ke-20. Teori ini mengakui adanya segala
keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasikan dalam fungsi
sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Pendekatan
struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam
suatu masyarakat. 8
Talcott Parsons meyakini bahwa ada empat fungsi penting untuk semua sistem
tindakan yaitu:
1. Adaption (adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan hidup dengan
kebutuhannya.
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan) : sebuah sistem mendefinisikan
dan mencapai tujuan utamanya.

5
Thomas Lickona, Educating For Character, Ibid. H. 12-22.
6
Soeroso Andreas, “sosiologi 1” (Surabaya: Yudhistira Ghalia Indonesia, 2008) h. 14.
7
Cuek Julyati Hisyam, sistem budaya Indonesia (Jakarta Timur: PT Bumi Aksaram 2020. h. 63.
8
Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga : konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT penerbit IPB press,
(2018). h. 78-79.

vii
3. Integration (integrasi) : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelola antar hungan ketiga fungsi penting lainnya yaitu adaption,
goal attainment, latency.
4. Latency (pemeliharaan pola) : sebuah sistem harus memperlengkapi,
memelihara, dan memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-
pola kiltural yang menciptakan dan menumpang motivasi. 9
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa Parsons menekankan pada
hirarki yang jelas mulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat paling
tinggi. Lalu pada tingkat integrasi menurut parsons terjadi dengan dua cara. Cara
pertama adalah masing-masing tingkat yang lebih rendah menyediakan kondisi
dan kekuatan yang diperlukan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Cara kedua
adalah tingkatan yang lebih tinggi mengendalikan segala sesuatu yang ada
ditingkat yang lebih rendah.
Teori fungsionalisme strukturtural yang dibangun oleh Talcott Parsons ini
dikembangkan oleh sosiolog Eropa sehingga membuat teori ini bersifat empiris,
positivisme, dan ideal. Ada asumsi bahwa tindakan manusia itu bersifat sukarela.
Maksudnya, ialah tindakan-tindakan manusia tersebut didasarkan pada dorongan
kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide, dan norma yang telah disepakati
sebelumnya secara bersama-sama. Tindakan individu manusia memiliki
kebebasan untuk memilih alat atau sarana yang dibutuhkan. Tujuan yang akan
dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi dan apa yang dipilih tersebut
di kendalikan oleh nilai-nilai dan norma.
Selain itu, Talcott Parsons menilai bahwa tindakan itu terjadi pada suatu
kondisi yang unsurnya sudah pasti. Sedangkan unsur-unsur kainnya digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Kata lain tindakan diasumsikan sebafgai
kenyataan sosial terkecil dan mendasar yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan,
situasi, dan norma. Tindakan individu pelaku dengan alat yang ada akan
mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, dan individu itu sendiri
dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantunya memilih tujuan dengan
bimbingan nilai dan ide sesuai serta norma. 10
Berdasarkan paparan menegnai teori struktural fungsional diatas teori tersebut
dapat digunakan untuk menjadi pisau analisis penelitian kali ini. Pendekatan
struktural fungsional menekankan pada keseinbangan sistem yang stabil di
masyarakat.
Jadi pada intinya asumsi dasar dalam teori struktural fungsional ialah bahwa :
(1) masyarakat selalu mencari titik keseimbangan, (2) masyarakat memerlukan
kebutuhan dasar agar keseimbangan terpenuhi, (3) untuk memenuhi kebutuhan
dasar, fungsi-fungsi harus dijalankan, (4) untuk memenuhi semua ini, harus ada
struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homeostatik.

9
Nikodemus Niko, dan Yuliasteriyani, “pembangunan masyarakat miskin di pedesaan perspektif fungsionalis
struktural’, jurnal dakwah dan sosial, volume 3 nomor 2, 2020. h. 218.
10
Akhmad Rizqi Turama, formulasi teori fungsionalisme struktural talcott parson, jurnal Eufoni, volume 2
nomor 2, 2020. h. 66-67.

viii
Prasyarat dalam teori struktural fungsional menjadikan suatu keharusan yang
wajib ada agar keseimbangan sistem tercapai. 11

11
Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga: konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT. Penerbit IPB press,
2018. h. 78-79.

ix
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian berjudul “upaya penanaman pendidikan karakter di sekolah dengan


konsep struktural fungsional Talcott Parsons”, saya menggunakan metode kualitatif.
Berikut penjelasan metode penelitian kualitatif.
a. Pengertian metode penelitian kualitatif
Metode ini berfokus pada informasi yang sifatnya non numerik (bukan angka).
Metode ini lebih menekankan secara konseptual suatu permasalahan penelitian.
Menurut craswell dalam buku research design, metode kualitatif terdiri atas
lima macam, yaitu phenomenological research, grounded theory, etnagraphy,
case study, dan narative research.
Dalam metode ini, proses dan makna penelitian lebih banyak ditonjolkan
dengan menggunakan landasan teori berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
Landasan teori juga berperan untuk memberikan gambaran secara umum
mengenai latar penelitian sekaligus pembahasan dari hasil penelitian.
Penelitian kualitatif memiliki objek penelitian yang cukup terbatas dan
membutuhkan analisis mendalam dari peneliti. Itulah sebabnya, peneliti harus
ikut serta dalam kondisi atau peristiwa yang ditekiti.
Umumnya, penelitian kualitatif memperoleh data utama dari wawancara dan
observasi. Setelah itu, peneliti akan menganalisis data yang didapat, sehingga
lemungkinan akan melahirkan konsep atau teori baru (jika hasil penelitian yang
dilakukan bertentangan dengan teori yang digunakan di dalam penelitian).
b. Metode kualitatif dalam penelitian penanaman pendidikan karakter di sekolah
dasar
Penelitian ini berfokus pada penggunaan upaya penanaman pendidikan
karakter yang ditinjau dari teori struktural fungsional Talcott Parsons. Pendekatan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuakitatif deskriptif. Objek materil dalam
penelitian yaitu upaya penanaman pendidikan karakter di SD Negeri Kebonsari 2
Malang dengan menggunakan objek formal pendekatan struktural fungsional
Talcott Parsons. Metode pengambilan data melalui observasi,
penelaah/pengkajian literatur-literatur, baik klasik maupun moderen yang ada
kaitannya dengan judul tulisan ini. Analisis data yang digunakan saya adalah
analisis upaya penanaman pendidikan karakter dilapangan berdasarkan Talcott
Parsons.

x
BAB IV
HASIL PENELITIAN

2.1 HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada bab
I tentang ketentuan umum pasal I ayat (1) disebutkan bahwa: pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, Masyarakat, dan Negara.
Hakikat pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk menolong
peserta didik dengan jalan membimbing dan mengembangkan potensi dan kepribadian
serta kemampuan dasar peserta didik untuk menuju kedewasaan, berkepribadian luhur,
berakhlak mulia dan mempunyai kecerdasan berpikir yang tinggi melalui bimbingan dan
Latihan yang dilaksanakan dengan mengacu pada ajaran yang tertera.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpilkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan tersistematis untuk mewujudkan suasana belajar sehingga dapat
mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik sebagai bekal kehidupan di masa
mendatang bersama dengan Masyarakat. 12
Dalam literasi barat karakter diartikan sebagai sifat kejiwaan, akhlak, serta budi
pekerti yang dimilikinya sehingga seseorang yang membuatnya berbeda dari orang lain
karena karakter juga diartiakan sebagai watak serta kepribadian. Karakter adalah
kepribadian yang dilihat dari titik moral maupun tolak etis karakter memiliki hubungan
pada sifat-sifat yang umumnya tetap. Karakter merupakan struktur antropologis manusia,
di sanalah manusia menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter bukan hanya
sekedar Tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk membentuk agar
peserta didik memiliki kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan karakter seperti
dinyatakan dalam tujuan pendidikan, pendidikan karakter di adakan untuk mendorong
meningkatnya potensi, bakat, kemampuan seseorang melalui proses yang sistematis
dalam bentuk manusia yang berkarakter. Lickona yang mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai Upaya yang sungguh-sungguh untuk mambantu seseorang memahami,
peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menurut
Lickona terdiri dari tiga unsur yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
Pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelengaraan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak
nmulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Sesuai standar kompetensi
kelulusan. Melaui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan kahlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

12
Binus. 20 Februari 20203.”pendidikan karakter: pengertian, manfaat, tujuan, dan cara implementasinya”.

xi
2.2 BIOGRAFI TALCOTT PERSONS

Talcott persons, lahir pada 1902 di Colorado Springs, person berasal dari keluarga
yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelektual. Ayahnya seorang pendeta gereja,
seorang professor, dan memiliki jabatan tertinggi disebuah kampus kecil person mendapat
gelar sarjana dari Amhers collage tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pascasarjana di
London.
Persons menjadi pangajar di Harvard pada tahun 1927, meskipun person pindah
jurusan bebrapa kali person tetap berada di Harvard sampai ia wafat 1979. Person menjadi
ketua sosiologi di Harvard pada tahun 1944. Dan dua tahub kemudia menududki jabatan
ketua hubungan sosial yang baru saja didirkan.
Pada akhir tahun 1960, person diserang oeh sayap radikal sosiologi Amerika, persons
dipandang berhaluan politk konservatif. Holon dan Turner mungkin teroretisi yang
melangkah paling jauh dengan berarguman “karya-karya persons , mempresentasikan
kontribusi yang jauh lebih besar bagi teori sosiologi ketimbang Marx, Weber, Durkheim, atau
para pengikut sesamanya. Terlebih lagi gagasan-gagasan person tidak hanya mempengaruhi
para pemikir konservatif namun juga teroretisi Neo-Marxian. Talcot persons telah disebut
sebagai orang Amerika yang paling berpengaruh sosiolog dan peran pentingnya dalam
menggambarkan bidang sosiologi sebagai disiplin yang berbeda. 13
Dalam perkembangan pemikirannya ada tiga hal besar yang mempengaruhi
pendekatan sosiologis persons. Hal pertama adalah perhatian persons terhadap masalah
kemanusiaan dalam lingkungan sosial Masyarakat Barat. Hal kedua adalah ketertarikan
persons pada ilmu kedokteran yang membuatnya mempelajari biologi dan filosofi yang pada
kahirnya dipisahkan oleh sosiologi. Ia tetap bertahan dan memengaruhi ide-idenya tentang
sosiologi. Hal ketiga adalah sifat-sifat ekonomi sebagai kajian ilmiah.

2.3 TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PERSONS


Gagasan umum Talcott persons dikenal sebagai teori fungsional structural.
Pendekatan ini melihat Masyarakat sebagai sistem yang terintegrasi secara fungsional dalam
bentuk keseimbangan. Pendekatan fungsionalisme structural ini berasal dari perspektif yang
menyamakan Masyarakat dengan organisme Biologis. Pandangan ini merupakan pengaruh

13
Nur anisa paradina. 20 September 2022.”Talcott Parsons (biografi dan pemikirannya)”.

xii
dari pandangan Herbett Spencer dan Auguste Comte yang menyatakan bahwa ada saling
ketergantungan antara suatu organ tubuh dengan organ tubuh kita yang lain, dan ini dianggap
sebagai kondisi yang sama dengan Perusahaan.
Talcott persons selanjutnya mengembangkan pemikirannya bahwa Masyarakat harus
dilihat sebagai sistem bagian-bagian yang saling bergantung. Jadi hubungan pengaruh yang
mempengaruhi sampai antar bagian adalah timbal balik. Sekalipun integrasi sosial tidak
pernah dapat dicapai secara sempurna, sistem sosial pada dasarnya selalu cenderung menuju
keseimbangan dinamis. Meskipun ada ketegangan, disfungsi, dan penyalahgunaan, sistem
sosial masih dalam perjalanan menuju integrasi. Perubagan sistem sosial terjadi secara
bertahap melalui adaptasi dan tidak terjadi secara revolusioner. Faktor terpenting yang
memiliki integrasi suatu sistem sosial adalah kesepakatan dalam anggota Masyarakat
tersebut.
Parsons juga mengembangkan konsep imperative fungsional untuk membuat sistem
bertahan. Imperative ini biasanya disebut sebagai AGIL, yang merupakan singkatan dari
Adaption, Goal attainment, Integration, dan Latency. a.) Adaption ini adalah kemampuan
Masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang ada di lingkungan alam. b.) Goal
attainment impertif kedua ini adalah kemempuan untuk menentukan dan menetapkan tujuan
masa depan dan mengambil Keputusan sesuai dengan tujuan tersebut. Memecahkan masalah
politik dan tujuan sosial adalah bagian dari kebutuhan ini. c.) Integration adalah keselarasan
seluruh anggota sistem sosial setelah dicapai kesepakatan bersama tentang nilai-nilai atau
norma-norma Masyarakat. Inilah peran nilai-nilai tersebut sebagai integrator suatu sistem
sosial. d.) Latency adalah pemeliharaan model, dalam hal ini nilai-nilai sosial tertentu sperti
budaya dan Bahasa. 14

2.4 UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BERDASARKAN TEORI


STRUKTURAL FUNGSIONAL
Dalam proses analisis ini penelitian teori yang saya gunakan adalah analisis Talcott
parsons structural fungsional. Teori konsep imperative fungsional untuk membuat sistem
bertahan atau disebut AGIL (Adaption, Goal attainment, Integration, dan Latency) sebagai
strategi penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar.

14
Tim Humas. 10 Juli 2023.”structural fungsional: pengertian, tokoh, contoh, dan kritiknya”.

xiii
addaption

strategi
integration
penanaman goal
pendidikan attainment
karakter

latency

Pertama Adaption, yaitu proses adaptasi nilai-nilai karekter. Sekolah menjadi tempat
berdaptasi dalam menanamkan nilai-nilai karakter terhadap anak. Sekolah sebagai suatu
sistem pendidikan memiliki serangkaian aturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh
peserta didik, sebagai ekosistem belajar sekolah menjadi tempat beradptasi dalam
mengembangkan nilai-nilai karakter. Peserta didik akan beradaptasi mengikuti aturan dan
nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Berdasarkan hasil observasi diketahui untuk
meningkatkan karakter religious siswa harus beradaptasi mengikuti kegiatan tadarus dan salat
dhuha disekolah setiap hari jumat pukul 06.00. untuk meningkatkan tanggung jawab, siswa
diharuskan beradaptasi melaksanakan tugas piket kelas disekolah. Sekolah juga tetap
berusaha menjaga nilai-nilai kesantunan atau unggah-ungguh dalam Bahasa jawa. Siswa
dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
Hal ini juga di contohkan oleh Bapak/Ibu guru dalam berkomunikasi baik dengan
siswa, sesame rekan guru, ataupun wali murid. Apabila melintas didepan Bapak/Ibu guru atau
orang yang lebih tua siswa dibiasakan untuk menunduk, sebaga wujud rasa hormat terhadap
orang yang lebih tua. Upaya-upaya tersebut selaras dengan teori Talcott Parsons yaitu agar
Masyarakat atau dalam hal ini peserta didik dapat bertahan maka harus mampu menyesuaikan
diri dengan sistem/lingkungan
Kedua Goal attainment, yaitu tujuan penanaman pendidikan karakter. Tujuan
pendidikan karakter paling penting agar dalam pengambilan Keputusan sesuai dengan
tujuan. Pada tahap ini juga bisa disebut sebagai tahap awal penanaman pendidikan karakter.
Didalam tahap ini satuan pendidikan dapat menetapkan tujuan penanaman pendidikan
karakter. Kemudian tujuan dapat diturunkan di dalam visi dan misi sekolah atau menjadi
sebuah program dalam implementasi pendidikan karakter. Sehingga tujuan dapat terwujud
dengan perencanaan dan perhitungan yang tepat. Terwujud dalam visi misi SD Negeri
Kebonsari 2 Malang yaitu visi: “mencetak generasi unggul berlandaskan iman dan
taqwa ,budi pekerti luhur, berwawasan kebangsaan serta berbudaya lingkungan”.
Indikator berdasarkan visi tersebut antara lain yaitu: a.) unggul dalam bidang
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha esa. b.) unggul dalam berbudi pekerti
luhur kepada sesame. c.) unggul dalam berbangsa, bernegara, dan cinta tanah air. d.) unngul
dalam berbudaya dan cinta akan lingkungan. Berdasarkan visi tersebut kemudian diturunkan
misi sekolah guna mencapai visi sekolah diantaranya; a) mewujudkan pendidikan yang

xiv
menghasilkan lulusan berakhlak kreatif, berprestasi, berwawasan IPTEK dan lingkungan
sadar akan hak dan kewajiban melalui pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. b)
mengadakan layanan publik berupa kegiatan sekolah yang berbasis IT ( transparan, toleransi,
dan tanpa diskriminasi) c) menanamkan akhlak mulia dan akidah melalui pembiasaan
beribadah dan doa bersama sesuai dengan agama yang diyakini. d) menciptakan lingkungan
sekolah yang asri, aman, sejuk, rapi, indah, melestarikan fungsi lingkungan, mencegah
pencemaran dan kerusakan lingkungan sekolah yang berbudaya. Visi dan misi tersebut
menjadi acuan dalam Menyusun aturan dalam mengembangkan pendidikan karakter
disekolah.
Ketiga Integration, yaitu keselarasan seluruh sistem sosial. pada tahap ini penanaman
pendidikan karakter dapat di integrasikan dengan berbagai kegiatan di sekolah baik
intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penerapan pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler yaitu dengan mengintegrasikan dengan mata
Pelajaran dalam pembelajaran dikelas. Pengintegrasian dengan kokurikuler dapat melalui
kegiatan diluar kelas seperti dalam kegiatan pembiasaan.
Pengintegrasian dengan esktrakurikuler dapat melalui kegiatan-kegiatan
pengembangan minat dan bakat peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh
anggota sistem di SD Negeri Kebonsari 2 Malang telah saling terintegrasi dalam penanaman
pendidikan karakter. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas telah
ditunjukkan dalam deskripsi kegiatan pembelajaran dalam RPP. Guru juga telah menciptakan
suasana belajar yang mendukung nilai-nilai pendidikan karakter seperti saling gotong-royong,
peduli, dan lain-lain. Begitu pula dalam kegiatan diluar kelas seperti kunjungan-kunjungan ke
perpustakaan daerah setiap siswa juga tetap dalam pengawasan dan pemantauan guru.
Dibutuhkan harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial stelah sebuah general agreement
mengenai nilai-nilai atau norma-norma menjadi tata tertib sekolah setelah di tetapakan. Di
sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasian sebuah sistem sosial.
Keempat Latency, yaitu pemeliharaan model penerapan pendidikan karakter. Tahap
ini sangat penting agar penanaman pendidikan karakter dilaksanakan secara terus menerus
berkesinambungan sehingga pendidikan karakter menjadi budaya yang melekat pada peserta
didik. Strategi implementasi pendidikan karakter harus berkelanjutan, memadukan peran aktif
siswa dan aktivitas kelas, serta dinamika seluruh sekolah yang didukung oleh pengembangan
budaya sekolah yang membantu pelaksanaan penanaman pendidikan karakter. Kegiatan-
kegiatan yang mendukung penanaman pendidikan karakter telah terlaksana dengan baik terus
dipertahankan bahkan dikembangkan, seperti tradisi berkurban, khataman qur’an, dan lain-
lain. Begitu pula pada kegiatan pembiasaan harian terus dilaksanakan dari tahun ke tahun.
Upaya ini selaras dengan tujuan latency yaitu sebagai pemeliharaan pola, dalam hal ini nilai-
nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, Bahasa, norma, aturan, dan sebagainya,
Pada tahap ini adalah Upaya internalisasi nilai-nilai karakter peserta didik melalui
penerapan dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah maupun dilingkungan Masyarakat.
Maka peran berbagai pihak sangat berpengaruh dalam tahap ini. orang tua sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap anak dirumah harus turut mendukung proses internalisasi nilai-
nilai karakter. Begitu pula Masyarakat sebagai tempat bersosialisasi peserta didik dalam

xv
kehidupan sehari-hari harus mampu meyediakan iklim yang mendukung proses internalisasi
nilai-nilai luhur.

xvi
BAB V
SIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penanaman pendidikan karakter disekolah
dalam hal ini di analisis dengan pendekatan teori structural fungsional Talcott parsons
melalui 4 tahap yaitu, penetapan tujuan penanaman pendidikan karakter Goal attainment,
kemudia tahap adaption sebagai proses adaptasi peserta didik dengan tata tertib dan
kebiasaan di sekolah dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan karakter. Selanjutnya
pada tahap integration penanaman pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, kemudian pada tahap latency
strategi penanaman pendidikan karakter harus terus menerus berkesinambungan sehingga
menjadi budaya bagi peserta didik. Semua tahap pada konsep imperative fungsional ini
sangat berpengaruh dan berkesinambungan. Sehingga ketika ada struktur atau tahap yang
tidak berfungsi maka proses penanaman pendidikan karakter tidak akan berjalan
maksimal.

3.2 DOKUMENTASI

xvii
xviii
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Rizqi Turama, formulasi teori fungsionalisme struktural talcott parson, jurnal Eufoni,
volume 2 nomor 2, 2020. h. 66-67.
https://openjurnal.unpam.ac.id/

Binus. 20 Februari 20203.”pendidikan karakter: pengertian, manfaat, tujuan, dan cara


implementasinya”.
https://semarang.binus.sch.id/2023/02/20/pendidikan-karakter-pengertian-manfaat-tujuan-dan-
cara-implementasinya/
Cuek Julyati Hisyam, sistem budaya Indonesia (Jakarta Timur: PT Bumi Aksaram 2020. h. 63.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnsulut/sistem-budaya-masyarakat-indonesia/

Doni Koesoema A. Pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman modern. (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 80
https://library.unismuh.co.id/opac/detail-opac?id=101529

D. Marimba, pengantar filsafat pendidikan islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), h. 19.


https://onesearch.id/Author/home?author=Marimba%2C+Ahmad+D

Harien Puspitasari, Gender Dan Keluarga : konsep dan realita di Indonesia, (Bogor: PT
penerbit IPB press, (2018). h. 78-79.
https://onesearch.id/Record/IOS7357.INLIS00000000002383

Ki Hajar Dewantara, pendidikan. (Yogyakarta: majelis luhur persatuan taman siswa), h. 14.
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6698269/profil-ki-hajar-
dewantara-tokoh-pelopor-pendidikan-nasional-amp

Nikodemus Niko, dan Yuliasteriyani, “pembangunan masyarakat miskin di pedesaan perspektif


fungsionalis struktural’, jurnal dakwah dan sosial, volume 3 nomor 2, 2020. h. 218.
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/muharik/article/view/476

Nur anisa paradina. 20 September 2022.”Talcott Parsons (biografi dan pemikirannya)”.


https://www.kompasiana.com/anissaparadina25/6329d7e6956606371c0f53f7/talcott-parsons-
biografi-pemikirannya
Soeroso Andreas, “sosiologi 1” (Surabaya: Yudhistira Ghalia Indonesia, 2008) h. 14.
https://www.gramedia.com/literasi/ilmu-sosiologi/

Tim Humas. 10 Juli 2023.”structural fungsional: pengertian, tokoh, contoh, dan kritiknya”.
https://an-nur.ac.id/struktural-fungsional-pengertian-tokoh-contoh-dan-kritiknya/
Thomas Lickona, Educating For Character, Ibid. H. 12-22.
https://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=179
Yahya Khan, pendidikan karakter berbasis potensi diri. (Yogyakarta: Pelangi Publishing,
2010), h. 34.
https://eperpus.kemenag.go.id/opac/detail/27864/Pendidikan-Karakter-Berbasis-Potensi-Diri

xix
xx

Anda mungkin juga menyukai