DISUSUN OLEH:
KELAS C /KELOMPOK 20.1
ANGGOTA:
1. Muhammad Asrofi Faizin
19/444912/FA/12270
2. Muhammad Ridwan Faturohman
19/444913/FA/12271
3. Muhammad Surya Putranta
19/444914/FA/12272
4. Muhammad Zaky Mubarok
19/444915/FA/12273
5. Mutiara Syifa Rania
19/444916/FA/12274
6. Nabila Az-zahra Firdaus
19/444917/FA/12275
DAFTAR ISI
I. LUARAN PRAKTIKUM 4
II. KASUS 4
X. KESIMPULAN 29
I. LUARAN PRAKTIKUM
3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada pasien
4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien dengan
gangguan/penyakit neurologi.
II. KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke IGD Rumah Sakit (1 September
RPS: pasien datang dengan keluhan kebas pada tangan kanan sejak 3HSMRS, kebas kaki
kanan+ bicara pelo+ pasien sulit bicara huruf R. pusing berputar- nyeri kepala- mual-
Pandangan mata kiri kabur sudah lama, tdk pernah diperiksakan ke dokter
- Cek Ro thorax
- as folat 2x1 mg
emergency
Masalah
Terapi S, O A
Medik
Stroke Terapi rawat S: Kebas pada tangan kanan selama 3 hari, kebas Pasien mengalami gejala stroke iskemik. Terapi akut yang dapat diberikan adalah
Non inap: kaki kanan, bicara pelo dan sulit bicara huruf R, pemberian aspirin dengan dosis 160-325 mg sekali sehari (DiPiro dkk., 2021).
Hemoragic nyeri kepala, mual-muntah, pandangan mata kiri Kombinasi asam folat dan vitamin B12 memberikan benefit klinis berdasarkan
miniaspi 320 mg
kabur riwayat trauma studi meta analisis dan mengurangi RR stroke sekunder (Lee dkk., 2010).
GCS/PCS = 15 - aspirin 80 mg
Obat rawat
- Asam folat 1 mg/12 jam
jalan:
- inj vit B12 1 amp/12 j
Asam folat 1
mg/12 jam
clopidogrel 1x75
mg
Aspirin 80 mg
pusing berputar-putar, Tekanan darah pasien masih sangat tinggi dan mencapai hipertensi emergency.
Amlodipin 5
O: Pasien memerlukan tambahan terapi obat (DRP 1). Pada kondisi akut diperlukan
mg/24 jam
Nadi: 122 kali / menit (Takikardia) administrasi antihipertensi untuk kondisi emergency Nicardipine hydrochloride
Tekanan darah: 214/120 mmHg (Hipertensi stage
Candesartan 8 mg/ 2) (DiPiro dkk., 2021),
24 jam Obat antihipertensi yang digunakan untuk rawat jalan kurang tepat sebagai
diuretik tiazid atau kombinasi dari thiazide dan ACEi (DiPiro dkk., 2021).
Hiperlipid Atorvastatin 40 O: Hasil pemeriksaan LDL dan kolesterol total pasien berada pada batas tinggi. Perlu
emia mg/24 jam LDL: 152 mg/dL mencapai nilai optimal yaitu < 100 mg/dL. Target penurunan LDL pasien ≥ 50
HDL: 46 mg/dL mg/dL maka dosis penggunaan Atorvastatin yaitu 40-80 mg/hari. Lalu, pemberian
Kolesterol total: 209 mg/dL atorvastatin 80 mg 1x sehari terbukti dapat menurunkan risiko stroke berulang
Trigliserida : 87 mg/dL
sebanyak 16% dan kejadian koroner 42% pada pasien tanpa riwayat jantung
Gangguan Obat Rawat Inap S:- pemberian terapi menggunakan ranitidine dirasa kurang tepat karena tidak ada
Gastrointe Ranitidine injeksi O: - indikasi yang menyebabkan pasien membutuhkan inhibitor produksi asam
Hemipares - S: Kebas pada tangan kanan selama 3 hari, kebas Dilakukan Pemberian terapi non farmakologi berupa fisioterapi berdasarkan tingkat
tesia kanan kaki kanan keparahan untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien (Paci M, 2003)
O:
Kasus ini membahas tentang seorang pria berusia 64 tahun yang datang ke rumah
sakit karena mengalami stroke non hemoragic. Pasien datang dengan keluhan kebas pada
tangan kanan sejak 3HSMRS, kebas kaki kanan, bicara pelo, pasien sulit bicara huruf R,
pusing berputar-putar, nyeri kepala, mual-muntah, dan riwayat traum. Dari gejala ini
pasien didiagnosa mengalami Hemorrhagic, hemiparestesia kanan, dan hipertensi
emergency. Pasien telah diberikan beberapa obat untuk mengatasi gejala akut dan rawat
jalan.
Beberapa obat telah diberikan untuk mengatasi stroke yang dialami pasien.
Tujuan dari pengobatan yang diberikan adalah untuk mencegah cedera neurologis dan
mencegah kejadian stroke selanjutnya. Obat yang diberikan adalah Aspirin untuk loading
320 mg dan 80 mg setiap pagi setelah pemberian loading. Hal ini telah sesuai karena
untuk pasien stroke akut perlu pemberian 160-325 mg dan pencegahan kejadian sekunder
dengan aspirin 80 mg (DiPriro dkk., 2021). Pemberian asam folat dan injeksi vitamin B
12 dapat mengurangi resiko kejadian stroke berdasarkan studi meta analisis (Lee dkk.,
2010). Pada pengobatan rawat jalan, pasien belum diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya pengumpalan darah. Pasien mengalami DRP 1 yaitu pasien memerlukan
tambahan terapi obat.
Pasien memiliki tekanan darah yang tinggi yaitu 214/120 mmHg. Terlihat bahwa
pasien mengalami kondisi hipertensi yang emergency namun belum diberikan agen
hipertensi untuk mengatasi kondisi emergency. Pasien mengalami DRP 3 yaitu ada obat
yang lebih tepat. Obat yang dapat dipilih adalah Nicardipine hydrochloride (DiPiro dkk.,
2021). Obat antihipertensi yang diberikan adalah candesartan dan amlodipin. Pemilihan
obat antihipertensi untuk pengobatan rawat jalan juga tidak tepat karena berdasarkan
panduan obat yang tepat untuk mencegah terjadinya stroke sekunder adalah golongan
tiazid dan ACEi (DiPiro dkk., 2021). Pada kasus ini pasien mengalami DRP 3 yaitu ada
obat yang lebih efektif.
Selain permasalahan terkait tekanan darah, pasien juga memiliki kadar kolesterol
dan LDL yang sedikit lebih tinggi di atas batas normal. Permaslahan terkait kadar
kolesterol berlebih ini perlu diberikan terapi untuk menurunkan kadar LDL dengan target
<100 mg/dL. Target penurunan kadar LDL yang ditujukan bagi pasien lebih dari 50
mg/dL, sehingga dapat diberikan terapi dengan menaikkan dosis atorvastatin menjadi
dosis terapi 80 mg/hari. Selain itu, pemberian atorvastatin 80 mg/hari dapat menurunkan
risiko stroke berulang sebanyak 16% dan kejadian koroner 42% pada pasien tanpa
riwayat jantung (DiPiro dkk., 2021).
Pasien juga diresepkan oleh dokter untuk diberikan ranitidin. Ranitidin
merupakan golongan obat yang dapat mengobati tukak lambung dan mengatasi nyeri
pada lambung dengan cara menghambat sekresi asam lambung (Lexi.com). Pada
penilaian lab maupun hasil anamnesis pada pasien, tidak adanya bukti atau tanda bahwa
pasien memiliki permasalahan terkait gastrointestinal atau lambungnya. Maka dari itu,
terdapat permasalahan terkait penggunaan obat ranitidine ini karena adanya penggunaan
obat tanpa indikasi.
- as folat 2x1 mg
Masalah Medik A P
Stroke Non - Pasien mengalami gejala stroke iskemik. Terapi - Diberikan kepada pasien aspirin 320 mg untuk
aspirin dengan dosis 160-325 mg sekali sehari - Diberikan kepada pasien asam folat dan vitamin
(DiPiro dkk., 2021). B12 sebagai terapi rawat inap dan rawat jalan.
- Kombinasi asam folat dan vitamin B12 - Melakukan pemantauan pada terapi antiplatelet
memberikan benefit klinis berdasarkan studi yang diberikan untuk melihat risiko efek
sekunder (Lee dkk., 2010). - Melanjutkan terapi asam folat dan b12 untuk
- Terapi direkomendasikan:
jalan
Tekanan darah pasien masih sangat tinggi. - Terapi akut: Nicardipine Hydrochloride
Pasien mengalami DRP 3 yaitu ada obat yang - Obat rawat jalan:
lebih tepat. Obat yang dapat dipilih adalah 1. Hydrochlorothiazide 12.5 mg 1x sehari
dkk., 2021).
Hiperlipidemia - Hasil pemeriksaan LDL dan kolesterol total - Memberikan rekomendasi obat kepada dokter
nilai optimal yaitu < 100 mg/dL. Target Obat rawat jalan: Diberikan Terapi Atorvastatin 80 mg
2021).
mengalami masalah kesehatan yaitu stroke non Hemorrhagic, hemiparestesia kanan, dan
hipertensi emergency. Pasien perlu mendapatkan rencana terapi yang sesuai dengan
darah menjadi normal, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Rencana asuhan
penggantian obat, perubahan dosis, maupun edukasi non farmakologi pada pasien serta
pemberian KIE.
tekanan darah pasien belum mencapai target penggunaan antihipertensi. Target terapi
pada pasien hipertensi dengan stroke adalah <130/80 mmHg (ISH, 2020). Tekanan darah
pasien pada pengobatan sebelumnya masih jauh di atas nilai tersebut. Untuk itu,
dilakukan penyesuaian dosis dan penambahan obat untuk terapi rawat jalannya. Pasien
diberikan Captopril 25 mg satu kali sehari pada terapi rawat inap. Seharusnya, terdapat
obat hipertensi yang lebih tepat untuk kondisi akut yaitu Nicardipine Hydrochloride.
Selain itu, pasien masih mengalami tekanan darah yang tinggi sehingga diberikan terapi
kombinasi ACEI dengan tiazid untuk rawat jalan. ACEI dan tiazid juga terbukti dapat
menurunkan risiko kekambuhan stroke (DiPiro dkk., 2021). Sehingga, untuk terapi rawat
jalan diberikan Captopril 12.5 mg diminum dua kali sehari dan Hydrochlorotiazide 12.5
antiplatelet aspirin 80 mg dan clopidogrel 75 mg. Rencana asuhan ini mengacu pada
BNF tahun 2022 yaitu pasien dengan stroke iskemik harus menerima aspirin selama 2
Selain itu, pemberian asam folat dan vitamin B12 pada rencana asuhan digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengatasi hemiparestesia yang dialami pasien.
Dari hasil laboratorium pasien diketahui memiliki profil lipid LDL dan kolesterol
total yang tinggi, oleh karena itu dalam rencana asuhan kefarmasian pengobatan dengan
atorvastatin dosis 80 mg tetap dilanjutkan agar tercapai nilai LDL optimal yaitu < 100
mg/dL.
(MIMS, 2022)
(>4%), diare
(>4%),
konstipasi
(>3%) (APA,
2009).
ia), reaksi
hipersensitivita
s, penurunan
nafsu makan,
iritasi lambung,
gangguan
penglihatan
sementara,
gangguan
ginjal, nefritis
interstisial,
lemas,
hipotensi
postural,
kardiak
aritmia,
gangguan tidur
dan depresi
(MIMS, 2022;
PIONAS,
2022).
mmHg neutropenia,
trombositopeni
a, gangguan
atau gagal
ginjal, dan
hiperkalemia
(MIMS, 2022).
lelah), mual,
anorexia
(MIMS,
2022).
berat badan g
yang cepat,
polisitemia,
hipokalemia
(NCBI, 2022).
stroke. hipersensitivita g,
s utaman
ya
pendar
ahan
kematian dan
kecacatan
jangka panjang
Terapi Farmakologis
1. Atorvastatin 40 mg
- merupakan golongan obat penurun kolesterol total dan LDL yang dapat
setelah makan.
- ESO:
● insomnia
● angio edema
● anoreksia
● pruritus
● ruam
● impoten
● sakit dada
● trombositopenia
(PIONAS, 2015)
2. Kaptopril 12,5 mg
kosong/sebelum makan
- ESO:
● hipotensi
● sakit kepala
● diare
● konstipasi
● nyeri perut
● reaksi hipersensitivitas
(PIONAS, 2015)
3. Hidroklorotiazid 12,5mg
- ESO:
● anoreksia
● iritasi lambung
● diare
● konstipasi
● nyeri perut
● sakit kepala
4. Klopidogrel 75mg
- ESO:
● Dispepsia
● nyeri perut
● diare
● perdarahan
● gastritis
● sakit kepala
● gangguan darah
● reaksi hipersensitivitas
(PIONAS, 2015)
5. Aspirin 80mg
- ESO:
● bronkospasme
● perdarahan lain
(PIONAS, 2015)
homosistein
- ESO:
● Gangguan GI
● Kembung
● reaksi alergi
(PIONAS, 2015)
7. Vitamin B12
- ESO:
● mual
● nyeri lambung
● diare
Keterangan:
A: Apoteker
D: Dokter
A : Selamat pagi, saya Apoteker Surya yang bertugas pada Instalasi Farmasi RSA
UGM. Apakah betul ini dr. Rara?
A : Maaf mengganggu waktunya, Dok. Apa benar pasien dengan nama Tn. A di
IGD Rumah Sakit tanggal 1 September pukul 11.57 yang berusia 64 tahun
dengan diagnosis Stroke non Hemorrhagic, hemiparestesia kanan, hipertensi
emergency adalah pasien dokter?
A : Begini, Dok. Mengenai resep rawat jalan untuk pasien Tn. A ada beberapa
hal yang ingin saya konfirmasikan. Apakah boleh meminta waktunya
sebentar dok?
A : Sebelumnya izin konfirmasi terlebih dahulu, Dok. Apakah benar untuk pasien
Tn. A dokter meresepkan obat pulang Atorvastatin 40 mg/ 24 jam, Amlodipin
5 mg/ 24 jam, Asam folat 1 mg/ 12 jam, Candesartan 8 mg/ 24 jam ya dok?
D : Oh Iya Pak, benar saya meresepkan obat tersebut. Apakah ada permasalahan
ya pak?
A : Baik, jadi Dok izin mengkonfirmasi untuk kondisi yang Stroke Non
Hemoragic, apakah perlu diberikan antiplatelet untuk obat rawat jalannya ya
dok?
A : Aspirin saja atau Perlu Ditambah Obat lain ya dok? Karena saya menemukan
literatur yang mendukung penggunaan kombinasi aspirin dan clopidogrel
pada tatalaksana stroke.
D : Begitu ya, Baik kalau begitu kita gunakan kombinasi aspirin dan clopidogrel
saja pak. Ada lagi?
A : Lalu untuk kondisi hipertensi dok, saya memiliki literatur yang menyebutkan
adanya interaksi antara clopidogrel dengan amlodipin dimana amlodipine
dapat menurunkan efek antiplatelet dari clopidogrel, apakah tetap digunakan
saja atau bagaimana ya dok?
D : Oh begitu, diganti saja kalau begitu pak, kalau dari anda sendiri ada
rekomendasi apa ya untuk penggantinya?
A : Sudah, Dok. Itu saja, Terima kasih dok atas konfirmasinya maaf mengganggu
waktunya. Selamat Sore
Evaluasi (frekuensi/periode evaluasi dan target terapi sesuai indikasi dari tiap obat.)
Secara umum bagi pasien stroke akut perlu dilakukan pemantauan pasien secara
(tromboemboli, infeksi), dan efek pengobatan yang merugikan (DiPiro et al., 2012).
mencegah kekambuhan stroke. Menurut BNF tahun 2022, pasien dengan stroke
memperbaiki kerusakan neurologis (Salwa et al, 2021). Efek samping yang dapat
dengan gejala sakit perut yang parah dan munculnya feses yang berwarna hitam
2. Atorvastatin
total dan LDL. Monitoring dilakukan untuk melihat efektivitas obat yang ditandai
dari turunnya kadar kolesterol dan LDL pasien dan melihat adanya komplikasi
dilakukan setiap 6 bulan hingga target tercapai (PERKI, 2011). Pada pasien yang
profil lipidnya menunjukkan hasil yang baik (LDL < 100 mg/dL; HDL > 50
mg/dL; trigliserida < 150 mg/dL), pemantauan dapat dilakukan setiap 2 tahun
dapat memperburuk luaran terapi karena bersifat neurotoksik. Asam folat sebagai
salah satu pilihan terapi dapat menurunkan kadar homosistein sebesar 20-25%.
asam folat dan vitamin B12 dapat meningkatkan kualitas hidup. Monitoring yang
dilakukan pada penggunaan asam folat dan vitamin B12 adalah kambuh atau
Nilai 0-20 ketergantungan penuh, Nilai 21-61 ketergantungan berat, Nilai 62-90
darah pasien. Kombinasi ACEI dan tiazid telah terbukti efektif menurunkan
tekanan darah pada pasien stroke dengan tekanan darah tinggi (DiPiro et al,
2017). Target terapi untuk pasien dengan stroke akut menurut BNF tahun 2022
adalah < 130/80 mmHg. Monitoring dilakukan untuk melihat efektivitas terapi
yang dilakukan mulai dari 1-2 minggu setelah terapi awal dan dilanjutkan
pemberian terapi untuk mengukur apakah tekanan darah sudah mencapai target
atau belum. Jika tekanan darah sudah mencapai target terapi, pemantauan
progres terapi meningkat, dan tidak terjadi kekambuhan (DiPiro et al, 2014).
b. Hipertensi
Terapi dikatakan efektif / mencapai target apabila tekanan darah <130/90 mmHg
dan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin setiap 3-6 bulan sekali
(ISH, 2020).
c. Hiperlipidemia
Terapi dikatakan efektif / mencapai target apabila LDL < 100 mg/dL. Apabila
telah mencapai target, terapi obat dihentikan dan dilanjutkan dengan terapi non
Setelah dilakukan terapi dengan menggunakan obat namun terapi tidak efektif
maka dapat dilakukan evaluasi baik yang berasal dari kepatuhan pasien, kesesuaian dosis
dan cara pakai atau penggunaan obat pasien. Apabila ditemukan belum efektifnya
pengobatan bukan karena hal tersebut, maka dapat dilakukan penyesuaian dosis hingga
a. Hipertensi
terapi berupa captopril 25 mg sublingual untuk terapi akut serta untuk rawat jalan
Apabila masih belum mencapai target terapi dari stroke dan hemiparesis,
antikoagulan kepada pasien. Kadar vitamin B12 juga perlu dijaga dan dilanjutkan
penggunaan asam folat untuk menurunkan resiko stroker (Di Piro, 2014).
c. Hiperlipidemia
disesuaikan kembali dengan respon terapi setiap 2 - 4 minggu (Di Piro, 2014).
X. KESIMPULAN
1. Ditemukan DRP 2 yaitu obat yang tidak perlu (ranitidin injeksi yang digunakan
untuk menghambat produksi asam lambung sedangkan tidak setiap hari pasien
2. Ditemukan DRP 1 yaitu kondisi yang belum diterapi (stroke non hemoragik
ditambahkan terapi captopril 25 mg Sublingual untuk obat akut dan terapi rawat
sehari.
antiplatelet berupa aspirin 160 mg 1 kali sehari. Digunakan asam folat 1 mg per
12 jam, captopril 25 mg sublingual untuk terapi akut serta untuk rawat jalan
sehari.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. dan Posey, L. M.,
2022.
Lee M., Hong K.S., Chang S.C., Saver J.L., 2010, Efficacy of homocysteine-lowering
Paci, M. (2003). Physiotherapy based on the Bobath concept for adults with post-stroke
35(1), 2-7.
1. Pada regimen obat, digunakan clopidogrel dan aspirin. kedua obat tersebut
merupakan anti platelet kenapa teman teman memilih kombinasi clopidogrel dan
https://www.ahajournals.org/doi/epub/10.1161/STROKEAHA.118.023978
kadar LDL dan kolesterol total masih dalam batas tinggi (Muhammad Masyis)
Hasil pemeriksaan LDL dan kolesterol total pasien berada pada batas tinggi.
Untuk kadar LDLnya perlu mencapai nilai optimal yaitu < 100 mg/dL dan
kolesterol total <200 mg/dL. Karena LDL pasien terakhir adalah 159 mg/dL
maka untuk mencapai nilai optimal harus diturunkan ≥50 mg/dL. Untuk target
menurunkan risiko stroke berulang sebanyak 16% dan kejadian koroner 42%
pada pasien tanpa riwayat jantung (DiPiro dkk., 2021). Sehingga kelompok kami
sehari
***