FENOMENA KONFLIK SOSIAL DAN BUDAYA PEMBA-dikonversi
FENOMENA KONFLIK SOSIAL DAN BUDAYA PEMBA-dikonversi
TESSIS
FENOMENA KONFLIK
OLEH:
IRPAL GUSNADI
NPM: 113410130
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM
Manajemen Pembangunan 1
RITOS ( Riau Town Square )
BAB I
PENDAHULUA
N
Pemprov Riau akan mendapatkan hak kepemilikan penuh dari PT. BMMP yang
melaksanakan keseluruhan pembangunan proyek ini. Setelah penggunaan selama 30 (tiga
puluh) tahun oleh PT. BMPP, barulah hak kepemilikan diserahkan kepada Pemprov Riau.
Selama masa penggunaan oleh PT. BMPP, Pemprov Riau berhak untuk menerima setoran
dengan nilai total Ro 70 miliar.
Namun ditengah jalan, muncul permasalahan dari pembangunan RITOS ( Riau Town
Square) ini. Permasalahan nya berupa permasalahan dalam proses IMB ( Izin Mendirikan
Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. biaya retribusi IMB yang diminta Pemko
Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya sangat besar ini
sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan proyek yang bisa di
katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak adanya hubungan
yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru.
Manajemen Pembangunan 2
RITOS ( Riau Town Square )
Gambar 1.1
Rumusan
Masalah
Team pelaksana :
RITOS Pemprov Riau
(Riau Town Square) PT. Bangun Megah Mandiri Propertindo
input
Profit
permasalahan
output
Manajemen Pembangunan 3
RITOS ( Riau Town Square )
Manajemen Pembangunan 4
RITOS ( Riau Town Square )
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
BAB II
KAJIAN TEORI
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Bagi masyarakat yang memiliki IMB, akan memperoleh manfaat antara lain :
a. Dengan miemiliki IMB, nilai ekonomis bangunan akan meningkat.
b. Dari aspek legalitas, bangunan yang memiliki IMB, memiliki kepastian dan perlindungan
hukum karena yang menerbitkan adalah instasi pemerintah.
c. Dengan adanya kepastian hukum bagi pemilik IMB, maka akan mempermudah sebagai
agunan di bank atau lembaga keuangan lainnya.
Untuk mengajukan IMB, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu tujuan
pengurusan IMB bagi bangunan yang akan diurus, pengajuan IMB ada 3 jenis yaitu
1. IMB rumah baru
Bila membeli rumah baru di perumahan, kita tidak perlu repot-repot mengurus IMB,
karena developer sudah memilki IMB untuk perumahan tersebut. Bila pembangunan rumah
diserahkan kepada kontraktor, pengurusan IMB rumah baru lebih mudah karena kontraktor
sudah memliki gambar dan perhitungan pembangunan sehingga prosesnya lebih cepat. Untuk
gambar juga harus mengikuti ketentuan yang berlaku dimana luas dan letak tanah kosong
harus sesuai dengan aturan pemerintah. Biaya pengurusan untuk setiap daerah tarifnya
beragam, namun sebagai bayangan sekitar 3,5 juta dengan proses selama 2 minggu.
2. IMB Renovasi
Apabila akan melakukan renovasi atau perombakan rumah yang merubah ukuran dan
bentuk rumah, maka harus dilakukan pengurusan IMB Renovasi. Pengajuan ini juga
cenderung cepat bila kita telah memilki gambar denah sebelum dan sesudah rumah dirombak,
serta ukuran yang baru tidak melebihi ketentuan pemerintah yaitu luas tanah yang tersisa
harus 40% dari luas total tanah. Ruang tanah kosong harus berada di samping, depan dan
belakang rumah, sesuai ketentuan (bukan hanya berada di depan saja).
Apabila tidak sesuai dengan ketentuan, lebih baik tanyakan dulu ke bagian IMB di kelurahan
atau BPN agar pengurusannya tidak mengalami kendala. Biaya pengurusan sekitar Rp.
3,5juta, namun juga akan berbeda pada setiap daerah.
3. IMB rumah lama
IMB ini diajukan apabila membeli rumah yang belum memliki IMB. Biaya yang
dikeluarkan akan lebih besar daripada IMB rumah baru dan renovasi karena akan dikenakan
denda dan dispensasi dari Pemda (Pemerintah daerah) yang besarnya bisa lebih mahal 2-3
juta, tergantung persentase dari NJOP. Biaya ini belum termasuk biaya penggabungan 2
kapling atau lebih menjadi 1 kapling apabila ternnyata bangunan berada diatas penggabungan
kapling tsb. Biasanya untuk pembuatan IMB denda despenasi penggabungan tanah memakan
biaya 7-8 juta.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Secara prinsip, bila dokumen lengkap, akan diterbitkan Izin Pembangunan (IP).
Dengan IP kita sudah bisa mulai membangun sambil menunggu IMB yang keluar.. Selama
pembangunan, petugas daerah akan melakukan control berkala dan evaluasi di lapangan.
IMB memiliki masa berlaku 1 tahun. Apabila dalam 1 tahun pembangunan belum selesai,
maka harus mengajukan permohonan perpanjangan IMB. Bila tahun berikutnya masih belum
selesai, maka harus mengajukan permohonan pembuatan IMB baru.
Setelah bangunan selesai, masih ada surat yang diperlukan yaitu IPB (Ijin Penggunaan
Bangunan). IPB memiliki masa berlaku 10 tahun untuk rumah tinggal dan 5 tahun untuk
bangunan non hunian. Bila masa IPB habis, maka pemilik harus mengajukan PKMB
(Permohonan Kelayakan Menggunakan Bangunan). Dalam proses tersebut petugas akan
memriksa kelayakan bangunan tersebut, terutama dari segi struktur dan konstruksinya.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Garis sempadan muka bangunan adalah adalah garis yang mengatur jarak bangunan
yang menghadap jalan, baik muka bangunan maupun samping bangunan (untuk persiil
pokok) dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan).
Garis sempadan pagar bangunan adalah garis yang mengatur batas pagar bangunan
dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan), besarnya garis sempadan pagar
bangunan ditetapkan 1 (satu) meter.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
2.3.3 Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai
berikut:
a) Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional,
nasional maupun internasional,
b) Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan
perlakuan dan komoditas khusus.
c) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota
sampai dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;
d) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi
dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan
lokal sekunder.
e) Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan
sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan
dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.
f) Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu,
pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan,
utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan
proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
g) Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas
lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia,
kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
1) Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan,
pertokoan;
2) Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan;
3) Bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang;
4) Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
5) Bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Salah satu faktor yang dikemukakan oleh Bromley dan Thomas bahwa kegiatan
berbelanja dijadikan sarana rekreasi, jauh sebelumnya telah dikemukan oleh Victor Gruen
(Gruen, 1973, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), menyatakan
kegiatan membeli yang dilakukan masyarakat kadang-kadang telah membaur dengan
kegiatan yang bersifat rekreatif, bahkan ada kecenderungan kegiatan rekreatif yang lebih
mendorong masyarakat untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan.
Untuk mampu menjaring banyaknya jumlah konsumen agar datang ke pusat
perbelanjaan maka perlu adanya daya tarik yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut,
baik bentuk fisik, reputasinya maupun aksesibilitasnya (Nelson, 1958, dalam Kumpulan
Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota). Hal ini dikarenakan salah satu penyebab
penduduk/konsumen datang ke pusat perbelanjaan karena tertarik dari kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut. Menurut Beddington (Beddington, 1982,
dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), perilaku konsumen yang datang
ke pusat perbelanjaan dibedakan menjadi dua:
1. Shopping adalah kegiatan ke pusat perbelanjaan yang lebih bersifat rekreasi;
2. Membeli adalah kegiatan yang telah direncanakan untuk membeli suatu barang
tertentu.
Pendapat tersebut didukung oleh Darlow bahwa pada perkembangan pusat perbelanjaan
pada tahap selanjutnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas rekreatif yang sekaligus
sebagai daya tarik (Sumarsono, 1994, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah
Kota), hal ini menuntut pusat perbelanjaan tidak hanya menyediakan kebutuhan-kebutuhan
umum/pokok tetapi perlu dilengkapi dengan jenis lainnya untuk menarik konsumen yang
hanya bertujuan shopping berubah menjadi pembeli barang yang tidak direncanakan
sebelumnya.
Menurut Jeffrey D. Fisher, Rober. Martin dan Paige (1991:121 dalam
www.digitalpetra.ac.id) definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari
beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada, toko grosir dan
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
tempat parkir. Bloch, Ridgway dan Nelson (1991 dalam www.digitalpetra.ac.id) mengatakan
bahwa pusat perbelanjaan telah menjadi pusat perkumpulan, menawarkan daya tarik rekreasi
pada pengunjung seperti musik, bioskop, permainan, aktivitas seperti makan diluar,
menghadiri pertemuan, dan bertemu dengan teman.
Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa tetapi
juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, memegang, tempat bersenang-senang, tempat
rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli,
dan bersosialisasi dengan tujuan untuk tempat bersantai juga dapat terjadi.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
BAB III
PEMBAHASA
N
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Mandiri Propertindo (PT BMMP) dari Jakarta dan pendana sebesar Rp1,1 triliunan. Itu
ternyata tidak ada koordinasi dengan DPRD Riau.
Riau Town Square (Ritos) menyimpan sejumlah niat baik bagi pembangunan ekonomi
Bumi Lancang Kuning. Namun berbagai permasalahan, pro kontra hingga konflik politik
yang mewarnai pembangunannya menjadikan Ritos hingga kini tak terwujud.
Terbengkalainya proyek ini menimbulkan pertanyaan banyak pihak.
Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal
memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian rupa, aset
Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak memiliki perkembangan
pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta pimpinannya untuk bertanya langsung
kepada eksekutif Riau.
Perkembangan pembangunan Ritos memang menghadapi banyak kendala sedari awal.
Selain bertentangan dengan sejumlah kalangan akibat pendiriannya di kawasan Purna MTQ,
kajian tata ruang hingga kelengkapan izin pun mewarnai perjalanan upaya mewujudkan pusat
bisnis Riau tersebut.
Kawasan Bandar Serai (eks. MTQ) adalah kawasan untuk pengembangan kebudayaan
Riau. Yayasan Seni Raja Ali Haji (Serai) sudah 12 tahun lamanya menghuni dan bekerja
untuk pengembangan kebudayaan di sana. Tiba-tiba, kawasan tersebut mau disulap menjadi
pusat bisnis dan komersial. Ambiguitas sikap pemangku-kepentingan, sebenarnya
melemahkan peran kebudayaan. Bahkan dapat disinyalir bangunan tersebut meredusir
kebudayaan melayu yang tercinta ini.
Kelanjutan pembangunan Riau Town Square (Ritos) di kawasan Bandar Serai Ali Haji
(Purna MTQ), Jalan Sudirman, Pekanbaru, saat ini masih menunggu keluarnya Hak
Penggunaan Lahan (HPL) dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pertanahan, kerjasama pembangunan Ritos
harus mempunyai HPL yang dikeluarkan BPN Pusat. Ada dua faktor dalam pembangunan
Ritos, yaitu IMB dari Pemerintah Kota Pekanbaru dan HPL dari BPN Pusat. Pemko
Pekanbaru saat ini masih menunggu HPL untuk mengeluarkan IMB dan Amdal Ritos.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mengharapkan pembangunan Riau Town Square
and Convention Center (Ritos) di Purna MTQ, Jalan Jenderal Sudirman dapat segera dimulai.
Pasalnya, rencana pembangunan pusat perekonomian itu sudah lama terkendala.
pembangunan ritos dibangun melalui sistem bangun serah guna (BGS). Di mana, lahan milik
pemerintah, sementara biaya pembangunan sepenuhnya dilakukan swasta, yakni PT Bangun
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Megah Mandiri Propertindo (BMMP). Nantinya, di kawasan tersebut akan di bangunan hotel,
pusat perbelanjaan dan beberapa kawasan bisnis lainnya.
Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos)
di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru, akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin
oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT untuk segera dibangun pada 2014 ini. Hal ini
ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna di depan anggota
DPRD Pekanbaru.
3.2 Permasalahan
3.2.1 Proses IMB Yang Belum Tuntas
Permasalahan yang paling utama muncul kepermukaan adalah proses IMB ( Izin
Mendirikan Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. Biaya retribusi IMB yang
diminta Pemko Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya
sangat besar ini sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
proyek yang bisa di katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak
adanya hubungan yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota
Pekanbaru.
3.2.2 Terjadinya Ketidak Singkronan Antara Pihak Pemprov Riau dan Pemko
Pekanbaru
Dengan status hak kepemilikan tanah yang dimiliki oleh pihak Pemko Pekanbaru,
rupanya menjadi klimaks dalam proses pembangunan yang diperuntukkan untuk skala
provinsi yaitu pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Pembangunan yang seharusnya
menjadi cikal bakal dari terbentuknya Provinsi Riau menjadi kota modern khususnya Kota
Pekanbaru mengalami hambatan di tuan rumah sendiri. Ini menjadi dilema bagi
pembangunan di Provinsi Riau.
3.2.3 Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) Sama Sekali Belum Dijalankan Oleh
Pihak Pembangun
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang amdal, secara umum nya pihak
perusahaan maupun pengembang yang akan melakukan proses pembangunan wajib
melakukan kajian lingkungan berupa Amdal. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pihak
perusahaan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Jelas ini melanggar Undang-
Undang, namun ini tetap saja dilanggar.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Gambar 3.2 Kondisi Existing RITOS ( Riau Town Square) Tahun 2014
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
BAB IV
PEMBAHASA
N
4.1 Kesimpulan
Riau adalah salah satu provinsi yang berada tepat di jantung Pulau Sumatera. Memiliki
sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai deretan provinsi terkaya di
Indonesia. Tentunya dengan potensi alam dan letak yang tepat ditengah pulau sumatera
menjadikan daerah Riau sebagai daerah potensi investasi yang menjanjikan bagi para
investor.
Pembangunan yang mulai dari skala besar dan kecil sudah banyak menjamur di Kota
Pekanbaru sebagai pusat Ibukota Provinsi Riau. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikasi
adanya daya tarik yang kuat dari letak Provinsi Riau khusunya Kota Pekanbaru. Namun ,
permasalahan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ) adalah permasalahan yang banyak
menimbulkan tanda tanya bagi masayarakat. Sebenarnya apa yang terjadi, apakah terjadi
tidak kesingkronan antara pihak Pemrov Riau dan Pemko Pekanbaru tentang pembangunan di
Kota Pekanbaru atau ada hal-hal yang lain. Ini menjadi dilema dalam proses pembanguna di
Provinsi Riau.
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
DAFTAR PUSTAKA
Bukitraya-pekanbaru.org
http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-town-
square.html
http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html
http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
LAMPIRAN
1. Berita Terkait RITOS ( Riau Town Square )
http://www.riaupos.co/41209-berita-proyek-ritos-akhirnya-diizinkan-wali-kota-
pekanbaru.html
Proyek Ritos Akhirnya Diizinkan Wali Kota Pekanbaru
PEKANBARU (RIAU POS.CO)-Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan
Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos) di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru,
akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST
MT untuk segera dibangun pada 2014 ini.
Hal ini ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna
di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1). Selain proyek Ritos, tidak
jauh dari lokasi ini juga akan dibangun Hotel Panghegar. "Tahun 2014 ini izinnya kita
keluarkan dan diperkirakan sampai 2016 selesai. Proyek ini berada di kawasan Setia
Maha Raja (sekitaran purna MTQ sampai batas Hotel Labersa," kata Firdaus ST MT
dalam ekspos di DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1).
Dalam ekspos di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu pagi sampai siang tadi
(15/1), Firdaus juga menyampaikan rencana pembangunan sejumlah proyek lainnya di
Pekanbaru.
Sejumlah proyek itu antara lain proyek pembangunan kawasan Super Blok
Meranti Pandak, Bandar Khayangan (Danau Buatan) Rumbai akan dibangun kawasan
wisata lengkap dengan kereta gantung (cable car), water boom, dan lain-lain.
Kemudian kawasan Industri Tenayan 3.000 hektare, Terminal Kargo/Terminal Barang
Pekanbaru di Jalan Air Hitam dekat terminal AKAP Pekanbaru tahun 2014 ini akan
ditender.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Kritik lainnya dari warga adalah rencana pembangunan pabrik roti Sari Roti di
kawasan pemukiman di Jalan Soekarno-Hatta ujung dekat markas Batalyon 13/BS
Kubang. Warga dan sejumlah RT protes karena kehadiran industri di lingkungan
pemukiman akan mengganggu kenyamanan warga. Warga minta pabrik industri roti
ini di tempatkan di Tenayanraya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
Pekanbaru.
Selain itu kritikan lainnya dari pakar perkotaan, sejumlah bangunan pencakar
langit yang dibangun di Pekanbaru dicap sebagai penyumbang pemanasan global.
Dalam pertemuan tenaga ahli perkotaan, arsitek Se Dunia di Eropa 2010 lalu
diputuskan sebuah bangunan yang dibangun harus memperhitungkan tiga aspek yakni
Manusia, Teknologi, dan Lingkungan Oleh sebab itu bangunan tinggi harus
dilengkapi dengan roof garden, vertical garden, dan taman di sekitarnya yang
ditanami pohon pelindung yang rimbun dan teduh untuk mengurangi pemanasan
global.(azf)
http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-
town-square.html
Demikian ditegaskan Kepala Biro Humas Setdaprov Riau H Chairul Riski, Rabu
(18/1/12) kepada wartawan, saat dikonfirmasi tentang banyaknya muncul tanggapan
miring atas rencana pembangunan Town Square itu."Tidak ada masalah. Semuanya
sudah berdasarkan ketentuan dan perundangan yang berlaku,"jelasnya.
Riski mengatakan, bahwa yang membangunnya adalah investor dengan dana sendiri,
tanpa ada sedikit pun dari APBD Riau. Selain itu, apa pun sarana dan prasarana
yang dibangun di atas lahan tersebut, tetap menjadi aset daerah.
Karena itu, pihaknya juga heran munculnya pendapat di sejumlah media yang tidak
mendukung pembangunan Town Square. Bahkan, Gubernur Riau HM Rusli Zainal
sudah bertemu dan menjelaskan secara rinci pembangunannya kepada Budayawan
Riau H Tennas Effendi.
"Pak Gubernur sudah bertemu denga Pak Tennas, bahwa tidak semua areal di Purna
MTQ itu yang dibangun. Bangunan bernilai seni dan budaya yang sudah ada, tetap
dipertahankan. Dari sanalah, Pak Tennas baru mengetahuinya,"papar Riski.
Masih kata Rizki, dari seluruh luas lahan Purna MTQ yang ada saat ini, hanya
sekitar 3,5 hektar yang akan dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
lima,
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
"Selanjutnya, di kawasan itu terdapat juga Gedung Teater Idrus Tintin, Dewan
Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan Kabupaten/Kota se Riau, Dekranasda,
Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau dan lainnya,"terang Riski.
Latar belakang pembangunan Town Square ini lanjut Riski, adalah untuk
mengoptimalkan aset milik Pemprov Riau sesuai dengan visi Riau 2020. Yakni,
terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu
dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia
Tenggara.
Seperti diketahui, pembangunan BSRTSC senilai Rp1,1 Triliun ini, dananya murni
dari PT Bangun Megah Mandiri Propertindo dari Jakarta, selaku pemenang tender.
Dari kerjasama ini, Pemprov Riau akan menerima keuntungan dari perusahaan
sebesar Rp70 milyar selama 30 tahun. Pada tahun 31, barulah bangunan tersebut
diserahkan kepemilikannya kepada Pemprov. M. Nur Zein
http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html
Pemerintah Provinsi Riau akan membangun sebuah kawasan Pusat Bisnis di Bandar
Serai (Bandar Seni Raja Ali Haji) Eks Purna MTQ Nasional tahun 1994. Kawasan ini
nantinya akan diberi nama Bandar Serai Riau Town Square and Convention
(BSRTSC) dan diperkirakan proses pembangunannya akan menelan dana Rp1,1
triliun . Nantinya akan menonojolkan identitas melayu dengan konsep komersil dan
budaya melayu.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
Pembangunan Bandar Serai Riau Town Square and Convention (BSRTSC) tidak
menggunakan seluruh areal di Purna MTQ. Bangunan bernilai seni dan budaya yang
sudah ada tentunya tetap dipertahankan, anjungan rumah dari kabupaten/kota di Riau,
termasuk anjungan rumah Kepri dan Batam (Kini Kepulauan Riau) tetap akan
dipertahankan di kawasan tersebut. Bandar Serai atau Eks Purna MTQ Nasional akan
dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang lima, sport center, bussiness
center, masjid dan islamic center. Selain itu di kawasan Bandar Serai Riau Town
Square and Convention (BSRTSC) juga terdapat Gedung Teater Idrus Tintin,
Dewan Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan kabupaten/kota se Riau, Dekranasda,
Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau, Museum kaum perempuan,
dan lainnya. Untuk langkah awal di Bandar Serai Riau Town Square and
Convention (BSRTSC) akan dibangun arena bowling yang akan digunakan untuk
PON XVIII tahun 2012.
http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/
Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal
memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian
rupa, aset Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak
memiliki perkembangan pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta
pimpinannya untuk bertanya langsung kepada eksekutif Riau.
“Karena itu ranahnya pimpinan, kita desak pimpinan untuk menanyakan kelanjutan
Ritos itu ke Pemrov Riau, apakah bisa dilanjutkan atau tidak,” ujar Mansyur, Anggota
Komisi B DPRD Riau kepada di Ruang Komisi B, Rabu (08/05/2013), seperti ditulis
Riauterkinicom.
Manajemen Pembangunan