Anda di halaman 1dari 27

RITOS ( Riau Town Square )

TESSIS

FENOMENA KONFLIK

SOSIAL DAN BUDAYA

PEMBANGUNAN RIAU TOWN SQUARE

OLEH:

IRPAL GUSNADI

NPM: 113410130

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM

RIAU PEKANBARU 2015

Manajemen Pembangunan 1
RITOS ( Riau Town Square )

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Riau adalah salah satu provinsi yang berada tepat di jantung Pulau Sumatera.
Memiliki sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai deretan provinsi
terkaya di Indonesia. Tentunya dengan potensi alam dan letak yang tepat ditengah pulau
sumatera menjadikan daerah Riau sebagai daerah potensi investasi yang menjanjikan bagi
para investor.
Pembangunan yang mulai dari skala besar dan kecil sudah banyak menjamur di Kota
Pekanbaru sebagai pusat Ibukota Provinsi Riau. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikasi
adanya daya tarik yang kuat dari letak Provinsi Riau khusunya Kota Pekanbaru.
Sebagai daerah yang mempunyai potensi seperti itu muncullah niat dari pemerintah
Provinsi Riau untuk membangun pusat perbelanjaan dan hiburan bagi masyarakat Riau
dengan nama RITOS ( Riau town Square ). Pembangunan ini melibatkan pemerintah Provinsi
Riau dan PT. Bangun Megah Mandiri Propertindo (PT. BMMP) sebagai rekanan dalam
pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Dengan proyek yang berjumlah Rp 1,5 Triliun.
Sungguh jumlah yang fantastis bagi proyek fisik di lingkup Provinsi Riau.

Pemprov Riau akan mendapatkan hak kepemilikan penuh dari PT. BMMP yang
melaksanakan keseluruhan pembangunan proyek ini. Setelah penggunaan selama 30 (tiga
puluh) tahun oleh PT. BMPP, barulah hak kepemilikan diserahkan kepada Pemprov Riau.
Selama masa penggunaan oleh PT. BMPP, Pemprov Riau berhak untuk menerima setoran
dengan nilai total Ro 70 miliar.

Namun ditengah jalan, muncul permasalahan dari pembangunan RITOS ( Riau Town
Square) ini. Permasalahan nya berupa permasalahan dalam proses IMB ( Izin Mendirikan
Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. biaya retribusi IMB yang diminta Pemko
Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya sangat besar ini
sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan proyek yang bisa di
katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak adanya hubungan
yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru.

Manajemen Pembangunan 2
RITOS ( Riau Town Square )

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pengerjaan makalah ini, disusun rumusan masalah yang menjadi indicator
terjadinya permasalahan di RITOS ( Riau Town Square ). Dapat dilihat pada Gambar 1.1
berikut ini.

Gambar 1.1
Rumusan
Masalah
Team pelaksana :
RITOS Pemprov Riau
(Riau Town Square) PT. Bangun Megah Mandiri Propertindo

input

- Peningkatan ekonomi masyarakat


- Penyediaan lapangan pekerjaan
- Perkembangan kota kearah kota
modern

Profit

Proses IMB yang belum tuntas terutama


Tidak singkronnya
tentang pembayaran
antara Pemerintah
biaya restibusi
Provinsi
IMB
Analisa Riau danLingkungan
Dampak Pemerintah Kota Pekanbaru terka
(Amdal) Sama Sekali Belum

Dijalankan Oleh Pihak


Pembangun

permasalahan

Terbengkalainya proyek RITOS (Riau Town Square)

output

Manajemen Pembangunan 3
RITOS ( Riau Town Square )

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui permasalahan RITOS
b. Mengetahui bagaimana sistem pembanguna di Provinsi Riau
c. Mencarikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dalam pembangunan RITOS
(Riau Town Square)
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam perencanaan sebuah
pembangunan.
b. Diharapkan dengan adanya solusi dari planner maka masalah ini terbantu untuk
diselesaikan.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang lingkup materi
Pembahasan dalam RITOS (Riau Town Square) ini memuat materi dari data sekunder
dan tersier dari hasil pengamatan lapangan. Serta dari materi pembahasan dalam perkuliahan
yang dijadikan sebagai bahan atau sumber acuan pembangunan

1.4.2 Ruang lingkup wilayah


RITOS (Riau Town Square) terletak di Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit
Raya, Pekanbaru. RITOS (Riau Town Square) berdiri di Kawasan Bandar Serai dengan luas
3,5 hektare. Berikut Gambar 1.2 Peta Orientasi Kawasan RITOS (Riau Town Square)

Manajemen Pembangunan 4
RITOS ( Riau Town Square )

Gambar 1.2 Peta Orientasi Kawasan RITOS (Riau Town Square)

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 IMB ( Izin Mendirikan Bangunan)


IMB atau Izin Mendirikan Bangunan adalah hal yang sangat terkait dalam dunia
properti dan bangunan. Kita mungkin sering melihat di beberapa kawasan pemukiman
penduduk dapat terlihat plang yang bertuliskan "pastikan setiap bangunan memiliki IMB"
atau semacamnya. Ini mungkin merupakan upaya pemerintah untuk memberikan kesadaran
atau sosialisasi mengenai pentingnya IMB bagi bangunan dari masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Pembangunan perlu didukung oleh sumber dana, sumber daya alam, dan
sumber daya manusia. Salah satu pembangunan yang dilakukan di setiap Kabupaten adalah
penataan terhadap bangunan dengan mewajibkan tiap bangunan memiliki Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB).
Pengertian IMB atau Izin Mendirikan Bangunan adalah sebuah ijin untuk mendirikan,
memperbaiki, menambah, mengubah atau meronovasi suatu bangunan, termasuk ijin
kelayakan membangun bangunan yang dikeluarkan pemerintah daerah. IMB itu sendiri
berlandaskan pada Undang-Undang No. 34 Tahun 2001 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Peraturan ini dalam pelaksanaannya kemudian dijabarkan oleh masing-masing daerah.
Dinas yang menerbitkan IMB kadang juga tidak sama, misalnya untuk satu satu daerah
namanya Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, ada juga Dinas Bangunan,
Dinas Tata Bangunan, Dinas Tata Kota dan lain sebagainya.
Tujuan IMB itu sendiri adalah untuk menciptakan tata letak bangunan yang teratur,
nyaman dan sesuai dengan peruntukan lahan. Dengan adanya IMB maka akan tercipta
keserasian, keseimbangan antara lingkungan dan bangunan. Selain itu, yang paling penting
dengan adanya IMB adalah bangunan yang akan kita bangun akan aman bagi keselamatan
pemilik rumah atau bangunan, karena sebelum diterbitkannya Ijin Mendirikan Bangunan atau
IMB maka akan dilakukan analisis bangunan yang berkaitan dengan desain bangunan, apakah
bangunan sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan atau belum. Tidak hanya persyaratan
bangunan yang dianalisis namun juga dianalisis penentuan garis bangunan terhadap jalan,
jarak bebas antara bangunan dan jalan, keadaan bangunan, jarak antar bangunan, tinggi
bangunan, ukurang ruang, pencahayaan bangunan sampai sistem sirkulasi udara bangunan.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Bagi masyarakat yang memiliki IMB, akan memperoleh manfaat antara lain :
a. Dengan miemiliki IMB, nilai ekonomis bangunan akan meningkat.
b. Dari aspek legalitas, bangunan yang memiliki IMB, memiliki kepastian dan perlindungan
hukum karena yang menerbitkan adalah instasi pemerintah.
c. Dengan adanya kepastian hukum bagi pemilik IMB, maka akan mempermudah sebagai
agunan di bank atau lembaga keuangan lainnya.
Untuk mengajukan IMB, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu tujuan
pengurusan IMB bagi bangunan yang akan diurus, pengajuan IMB ada 3 jenis yaitu
1. IMB rumah baru
Bila membeli rumah baru di perumahan, kita tidak perlu repot-repot mengurus IMB,
karena developer sudah memilki IMB untuk perumahan tersebut. Bila pembangunan rumah
diserahkan kepada kontraktor, pengurusan IMB rumah baru lebih mudah karena kontraktor
sudah memliki gambar dan perhitungan pembangunan sehingga prosesnya lebih cepat. Untuk
gambar juga harus mengikuti ketentuan yang berlaku dimana luas dan letak tanah kosong
harus sesuai dengan aturan pemerintah. Biaya pengurusan untuk setiap daerah tarifnya
beragam, namun sebagai bayangan sekitar 3,5 juta dengan proses selama 2 minggu.
2. IMB Renovasi
Apabila akan melakukan renovasi atau perombakan rumah yang merubah ukuran dan
bentuk rumah, maka harus dilakukan pengurusan IMB Renovasi. Pengajuan ini juga
cenderung cepat bila kita telah memilki gambar denah sebelum dan sesudah rumah dirombak,
serta ukuran yang baru tidak melebihi ketentuan pemerintah yaitu luas tanah yang tersisa
harus 40% dari luas total tanah. Ruang tanah kosong harus berada di samping, depan dan
belakang rumah, sesuai ketentuan (bukan hanya berada di depan saja).
Apabila tidak sesuai dengan ketentuan, lebih baik tanyakan dulu ke bagian IMB di kelurahan
atau BPN agar pengurusannya tidak mengalami kendala. Biaya pengurusan sekitar Rp.
3,5juta, namun juga akan berbeda pada setiap daerah.
3. IMB rumah lama
IMB ini diajukan apabila membeli rumah yang belum memliki IMB. Biaya yang
dikeluarkan akan lebih besar daripada IMB rumah baru dan renovasi karena akan dikenakan
denda dan dispensasi dari Pemda (Pemerintah daerah) yang besarnya bisa lebih mahal 2-3
juta, tergantung persentase dari NJOP. Biaya ini belum termasuk biaya penggabungan 2
kapling atau lebih menjadi 1 kapling apabila ternnyata bangunan berada diatas penggabungan
kapling tsb. Biasanya untuk pembuatan IMB denda despenasi penggabungan tanah memakan
biaya 7-8 juta.
Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Untuk mengajukan IMB diperlukan dokumen-dokumen sebagai prasyarat


kelengkapan yang nantinya diperiksa kesesuaiannya oleh petugas yang bersangkutan. Adapun
dokumen-dokumen tersebut antara lain :
a. Formulir permohonan IMB yang dapat diambil dari Dinas Perkerjaan Umum setempat.
b. Formulir diisi dan ditandatangani di atas materai 6000 oleh pemohon.
c. Formulir dilegalisir kelurahan dan kecamatan dimana bangunan akan didirikan.
Lampiran-lampiran yang diperlukan masing-masing 3 rangkap) :
a. Gambar denah, tampak (minimal 2 gambar), potongan (minimal 2 gambar), rencana
pondasi, rencana atap, rencana sanitasi serta site plan.
b. Gambar konstruksi beton serta perhitungannya.
c. Gambar konstruksi baja serta perhitungannyad. Hasil penyelidikan tanah serta uji
laboratorium mekanika tanah untuk bangunan berlantai 2 atau lebih
d. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga pemilik tanah serta surat kepemilikan tanah/sertifikat.
e. Surat persetujuan tetangga, untuk bangunan berhimpit dengan batas persil.
f. Surat kerelaan tanah bermaterai Rp.6000 dari pemilik tanah yang diketahui oleh Lurah
serta Camat, apabila tanah bukan milik pemohon.
g. Surat Perintah Kerja (SPK) apabila pekerjaan diborongkan.
h. Izin usaha (HO) untuk bangunan komersial.
i. Izin prinsip dari pejabat Kepala Daerah bila lokasi bangunan menyimpang dari Tata
Ruang Kota.
j. Formulir yang telah diisi beserta lampiran-lampirannya diserahkan ke DPU.6.

Secara prinsip, bila dokumen lengkap, akan diterbitkan Izin Pembangunan (IP).
Dengan IP kita sudah bisa mulai membangun sambil menunggu IMB yang keluar.. Selama
pembangunan, petugas daerah akan melakukan control berkala dan evaluasi di lapangan.
IMB memiliki masa berlaku 1 tahun. Apabila dalam 1 tahun pembangunan belum selesai,
maka harus mengajukan permohonan perpanjangan IMB. Bila tahun berikutnya masih belum
selesai, maka harus mengajukan permohonan pembuatan IMB baru.
Setelah bangunan selesai, masih ada surat yang diperlukan yaitu IPB (Ijin Penggunaan
Bangunan). IPB memiliki masa berlaku 10 tahun untuk rumah tinggal dan 5 tahun untuk
bangunan non hunian. Bila masa IPB habis, maka pemilik harus mengajukan PKMB
(Permohonan Kelayakan Menggunakan Bangunan). Dalam proses tersebut petugas akan
memriksa kelayakan bangunan tersebut, terutama dari segi struktur dan konstruksinya.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

2.2 Teori Penataan Kawasan Umum


2.2.1 Bangunan
Bangunan adalah sebuah atau sekelompok bangunan yang akan didirikan atau telah
didirikan yang dipergunakan untuk tempat usaha atau tempat tinggal serta jenis atau bagian
yang bersangkutan dengan bangunan itu yang bersifat permanen, semi permanen maupun
darurat di atas tanah atau perairan.

2.2.2 Garis Sempadan Muka Bangunan

Garis sempadan muka bangunan adalah adalah garis yang mengatur jarak bangunan
yang menghadap jalan, baik muka bangunan maupun samping bangunan (untuk persiil
pokok) dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan).

2.2.3 Garis Sempadan Pagar bangunan

Garis sempadan pagar bangunan adalah garis yang mengatur batas pagar bangunan
dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan), besarnya garis sempadan pagar
bangunan ditetapkan 1 (satu) meter.

2.3 Teori perdagangan dan Jasa


2.3.1 Defenisi Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan jasa adalah kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya
untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan.
a) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain:

1) Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang


membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi
penawaran);
2) Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan
terhadap PDRB.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
2) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
 Bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat
perkulakan, pertokoan, dan sebagainya.
 Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya.
 Bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

 Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi.


 Bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

2.3.2 Sektor Perdagangan dan Jasa:


Pada sektor perdagangan dan jasa peluang investasi meliputi :
 Perdagangan retail ( alat rumah tangga, elektronik, kendaraan dll)
 Restoran dan rumah makan
 Pengelolaan sekolah, kursus dan bimbingan belajar
 Pengelolaan rumah sakit, klinik, rumah bersalin dan apotik
 Pendirian mal dan supermarket

2.3.3 Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai
berikut:
a) Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional,
nasional maupun internasional,
b) Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan
perlakuan dan komoditas khusus.
c) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota
sampai dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;
d) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi
dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan
lokal sekunder.
e) Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan
sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan
dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.
f) Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu,
pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan,
utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan
proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
g) Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas
lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia,
kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

2.3.4 Kawasan Peruntukan Perdagangan dan jasa


Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.2.4.1 Ketentuan Teknis


Ketentuan teknis ini berisi karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, kriteria serta
batasan teknis kawasan budidaya.
1) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;
c. Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos
polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan
sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung;
d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.

2) Kriteria dan batasan teknis:


a. Pembangunan hunian diizinkan hanya jika bangunan komersial telah berada
pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan
dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu;
c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani

2.2.4.2 Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:

1) Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan,
pertokoan;
2) Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan;
3) Bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang;
4) Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
5) Bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

2.3 Teori Pusat Perdagangan


2.3.1 Pengertian Teori Pusat Perdagangan
Dalam perkembangannya lokasi perdagangan bagian dari fasilitas sosial, tidak
selamanya mengacu kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Khususnya
pengembangan kegiatan yang berorientasi pada keuntungan, penetapan lokasi bagi
pengembangan kawasan perdagangan saat ini lebih banyak ditentukan oleh keuntungan
(profit oriented). Lokasi sangat memegang peran yang sangat penting untuk mengembangkan
fasilitas perdagangan, karena dalam pengembangan fasilitas perlu memilih lokasi-lokasi
yang mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal, sehingga
memudahkan konsumen untuk mengunjungi kawasan perdagangan tersebut (Berry, 1970,
dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota)
Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang befungsi sebagai tempat
perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) dibidang
barang maupun jasa yang bersifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan
sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang
lokasinya digabung dalam satu bangunan atau kompleks.
Pada tahap perkembangan selanjutnya pusat-pusat perbelanjaan lebih mendekati kepada
konsumen, hal ini ditandai dengan semakin banyak dibangun pusat-pusat perbelanjaan di
pusat-pusat permukiman yang tersebar di pinggiran kota. Menurut Lee (Lee, 1984, dalam
Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), salah satu prinsip pemilihan lokasi bagi
pengembangan pusat perbelanjaan berada di luar kota/pinggiran didasarkan pada kedekatan
konsumen asal didukung oleh aksesibilitas yang memadai. Pendapat ini didukung pula oleh
Richard Nelson (Nelson, 1958, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota),
ada empat faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu lokasi pusat perdagangan salah
satunya aksesibilitas ke tempat permukiman (lainnya reputasi, bentuk fisik dan aksesibilitas
ke tempat non komersial).
Disamping itu penentuan lokasi perdagangan sangat dipengaruhi oleh perubahan
keadaan sosial ekonomi penduduk (Bromley dan Thomas, 1993, dalam Kumpulan Teori-
Teori Pegembangan Wilayah Kota), ada empat faktor yang berpengaruh, adalah:
1. Transportasi, meningkatnya kesejahteraan penduduk sangat memungkinkan untuk
memiliki kendaraan, sehingga dapat melakukan pergerakan dalam jarak yang relatif
jauh, dengan adanya kemacetan di pusat-pusat kota maka timbul kecenderungan
adanya perubahan dalam berbelanja ke daerah pinggiran;

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

2. Perubahan spasial dan populasi, adanya kebijaksanaan pemerintah yang lebih


menekankan perkembangan ke arah pinggiran karena pusat kota telah jenuh,
menyebabkan banyak fasilitas perdagangan dibangun di pinggiran dengan tujuan
untuk lebih dekat dengan konsumen;
3. Perubahan karakteristik pekerja;
4. Perubahan gaya hidup, dimana kegiatan berbelanja dijadikan sarana berekreasi.

Salah satu faktor yang dikemukakan oleh Bromley dan Thomas bahwa kegiatan
berbelanja dijadikan sarana rekreasi, jauh sebelumnya telah dikemukan oleh Victor Gruen
(Gruen, 1973, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), menyatakan
kegiatan membeli yang dilakukan masyarakat kadang-kadang telah membaur dengan
kegiatan yang bersifat rekreatif, bahkan ada kecenderungan kegiatan rekreatif yang lebih
mendorong masyarakat untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan.
Untuk mampu menjaring banyaknya jumlah konsumen agar datang ke pusat
perbelanjaan maka perlu adanya daya tarik yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut,
baik bentuk fisik, reputasinya maupun aksesibilitasnya (Nelson, 1958, dalam Kumpulan
Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota). Hal ini dikarenakan salah satu penyebab
penduduk/konsumen datang ke pusat perbelanjaan karena tertarik dari kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut. Menurut Beddington (Beddington, 1982,
dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), perilaku konsumen yang datang
ke pusat perbelanjaan dibedakan menjadi dua:
1. Shopping adalah kegiatan ke pusat perbelanjaan yang lebih bersifat rekreasi;
2. Membeli adalah kegiatan yang telah direncanakan untuk membeli suatu barang
tertentu.
Pendapat tersebut didukung oleh Darlow bahwa pada perkembangan pusat perbelanjaan
pada tahap selanjutnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas rekreatif yang sekaligus
sebagai daya tarik (Sumarsono, 1994, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah
Kota), hal ini menuntut pusat perbelanjaan tidak hanya menyediakan kebutuhan-kebutuhan
umum/pokok tetapi perlu dilengkapi dengan jenis lainnya untuk menarik konsumen yang
hanya bertujuan shopping berubah menjadi pembeli barang yang tidak direncanakan
sebelumnya.
Menurut Jeffrey D. Fisher, Rober. Martin dan Paige (1991:121 dalam
www.digitalpetra.ac.id) definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari
beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada, toko grosir dan

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

tempat parkir. Bloch, Ridgway dan Nelson (1991 dalam www.digitalpetra.ac.id) mengatakan
bahwa pusat perbelanjaan telah menjadi pusat perkumpulan, menawarkan daya tarik rekreasi
pada pengunjung seperti musik, bioskop, permainan, aktivitas seperti makan diluar,
menghadiri pertemuan, dan bertemu dengan teman.
Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa tetapi
juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, memegang, tempat bersenang-senang, tempat
rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli,
dan bersosialisasi dengan tujuan untuk tempat bersantai juga dapat terjadi.

2.3.2 Model Wilayah Perdagangan


Model wilayah perdagangan adalah gambaran wilayah geografi yang
sederhana dengan memperlihatkan pergerakan konsumen menuju aktivitas ritel/gedung
perbelanjaan, atau dengan kata lain suatu wilayah dimana konsumen dapat ditarik untuk
berkunjung ke pusat/gedung perbelanjaan. Selanjutnya untuk memahami wilayah
perdagangan tersebut diperlukan beberapa informasi tentang keaadan ekonomi,
kependudukan, dan karakteristik psikografik konsumen yang potensial, serta fasilitas dan
barang yang ditawarkan oleh pusat/gedung perbelanjaan (Carn, 1998 dalam Ihsan 1998).
Hal senada juga dikemukakan oleh David L. Huff (dalam Luch, 1982 dalam Ihsan
1998) yang menjelaskan bahwa suatu wilayah perdagangan merupakan satu delinasi wilayah
secara geografis, yang didalamnya terdapat pengunjung potensial yang memberikan
kemungkinan/probabilitas melakukan transaksi perdagangan terhadap klas barang dagang dan
jasa yang ditawarkan oleh sebagian atau sekelompok badan usaha/ toko.

2.3.3 Hirarki Teori Mengenai Pelayanan Tempat Pusat Perdagangan


Keterpusatan suatu tempat perdagangan dan jasa tercermin dari luasnya dan diukur
dengan banyaknya jenis pertokoan yang terdapat didalamnya. Maka, semakin luas suatu
lokasi perdagangan akan semakin tinggi pula tingkat keterpusatannya.
Beberapa prinsip utama hirarki pelayanan dari keterkaitan antara luas lokasi
perdagangan dan jasa dengan tingkat keterpusatannya adalah:
1. Pusat-pusat perbelanjaan yang hirarkinya lebih tinggi akan memiliki jumlah pertokoan
yang lebih banyak dan melayani penduduk dalam jumlah besar.
2. Pusat-pusat perbelanjaan pada hirarki tertentu terdiri dari tempat-tempat berbelanja
yang hirarkinya lebih rendah ditambah dengan sekelompok tempat perbelanjaan yang
membedakannya dengan yang lain.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

3. Penyebaran/distribusi tempat pusat perbelanjaan dihubungkan dengan tingkat


hirarkinya. Tempat pusat perbelanjaan yang hirarkinya lebih tinggi jumlahnya sedikit,
secara ruang lokasinya berjauhan dan jangkauan pelayanannya luas.

Hirarki pelayanan merupakan suatu bentuk dasar dalam pengelolaan organisasi


keruangan akibat perbedaan-perbedaan antara suplai dan demand akan barang dan jasa. Pada
sisi demand, barang dan jasa yang dibelanjakan konsumen frekuensinya berbeda-beda karena
tingkat pendapatan yang tidak sama. Sedangkan pada sisi suplai, ada beberapa tempat pusat
perbelanjaan yang suplainya lebih banyak daripada tempat perbelanjaan lainnya karena
ambang batasnya lebih rendah atau karena memang barang tersebut telah menjadi keharusan
untuk di suplai.
Pusat kota sebagai daerah pemusatan utama dari kegiatan perkotaan dinyatakan
memiliki tingkat aksesibilitas paling tinggi dalam kota (Siti Sarah Lestari : 86). Semakin
meningkatnya kegiatan di pusat kota, suatu saat akan menimbulkan kejenuhan pusat kota
dalam menampung kegiatan-kegiatan yang ada dan mengakibatkan ketidak efisienan pusat
kota dalam melayani kebutuhan penduduknya.
Kondisi seperti di atas mendorong terjadinya pemencaran pusat-pusat pelayanan kota
ke wilayah-wilayah kotanya, sebagai salah satu hasil dari proses usaha penduduk dalam
mengatasi masalah jarak dan menciptakan pelayanan kota yang lebih baik. Tuntutan akan
hal-hal tersebut diatas mewujudkan tumbuhnya hirarki dalam sistem pelayanan kota, adalah
terbentuknya sub-sub pelayanan kota yang mempunyai tingkat hirarki yang lebih rendah dari
pusat kota.
Dari sisi pengembang, kecenderungan memilih lokasi di pinggiran kawasan
metropolitan, disekitar daerah pemukiman dikarenakan harga lahan yang lebih murah dan
siap dikelola. Selain itu lokasi tersebut juga mempunyai aksesibilitas yang tinggi untuk
penduduk di wilayah sub pelayanan atau sub-urban sehingga mudah dicapai oleh konsumen
yang memakai kendaraan yang melalui jalan utama. Seperti yang dikatakan para pengembang
dengan mendirikan pusat perbelanjaan adalah untuk memicu pertumbuhan, untuk
menyusun gaya dan tone pertumbuhan daeah sub urban serta untuk mengkapitalisasikan
kesempatan baru yang diciptakan. (Berry and Cohen, 1973 : 452, dalam Kumpulan Teori-
Teori Pegembangan Wilayah Kota).

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

2.3.4 Skala Pelayanan Pusat Perbelanjaan


Skala pelayanan pusat perbelanjaan terdiri dari empat hirarki pusat perbelanjaan yang
dapat melayani kebutuhan penduduk (Yates dan Garner, 1980 dalam www.digitalpetra.ac.id)
adalah:
1. Convenience Store, yang tersebar di permukiman penduduk, yang berupa toko-toko
biasanya terdiri 1 sampai 4 toko, jenis barang yang dijual bahan makanan dan
minuman;
2. Neighbourhood Centers pada umumnya menyediakan barang yang hampir sama
dengan Convenience Store ditambah dengan beberapa fasilitas lainnya seperti salon,
restoran, minimarket. Pusat perbelanjaan ini didesain pada radius 1,5 mil (2,414 = 2,4
km).
3. Community Centers, pada umumnya menyediakan barang yang hampir sama dengan
di Neighborhood Centers hanya ditambah beberapa fasilitas seperti toko pakaian,
furniture, toko elektronik, serta toko perhiasan. Pusat perbelanjaan ini didesain pada
radius 5 mil (8,046 = 8 km)
4. Regional Centers, pada umumnya menyediakan barang seperti di Community
Centers ditambah fasilitas dengan fungsi yang lebih tinggi seperti pusat perbelanjaan
sejenis department store. Pusat perbelanjaan ini didesain pada radius 10-50 mil
Berdasarkan lokasi penyebarannya dan strukur hirarki pelayanan serta fasilitas tempat
belanja, pusat belanja dapat dikelompokkan dalam lima klas (Hartsdorn, 1989: 32 dalam
Ihsan 1998), yaitu toko kebutuhan sehari-hari (Convenience Store) menempati hirarki
terendah dari klasifikasi pusat belanja, kemudian pusat belanja lokal/lingkungan
(Neighbourhood Centers), pusat belanja kawasan (Community Centers), pusat belanja
wilayah/kota (Regional Centers), dan terakhir yang berada pada puncak hirarki pusat belanja
adalah pusat belanja metropolis/kota raya (Superregional Centre).

BAB III
PEMBAHASA
N

3.1 Selayang Pandang Tentang RITOS ( Riau Town Square )


Bandar Serai Raja Ali Haji atau lebih dikenal Purna MTQ ini, akan dibangun sebagai
pusat bisnis termegah di Provinsi Riau. Diberi nama Bandar Serai Riau Town Square and
Convention. Namun dalam wacana pembangunan yang pemenangnya, PT Bangun Megah

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Mandiri Propertindo (PT BMMP) dari Jakarta dan pendana sebesar Rp1,1 triliunan. Itu
ternyata tidak ada koordinasi dengan DPRD Riau.
Riau Town Square (Ritos) menyimpan sejumlah niat baik bagi pembangunan ekonomi
Bumi Lancang Kuning. Namun berbagai permasalahan, pro kontra hingga konflik politik
yang mewarnai pembangunannya menjadikan Ritos hingga kini tak terwujud.
Terbengkalainya proyek ini menimbulkan pertanyaan banyak pihak.
Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal
memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian rupa, aset
Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak memiliki perkembangan
pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta pimpinannya untuk bertanya langsung
kepada eksekutif Riau.
Perkembangan pembangunan Ritos memang menghadapi banyak kendala sedari awal.
Selain bertentangan dengan sejumlah kalangan akibat pendiriannya di kawasan Purna MTQ,
kajian tata ruang hingga kelengkapan izin pun mewarnai perjalanan upaya mewujudkan pusat
bisnis Riau tersebut.
Kawasan Bandar Serai (eks. MTQ) adalah kawasan untuk pengembangan kebudayaan
Riau. Yayasan Seni Raja Ali Haji (Serai) sudah 12 tahun lamanya menghuni dan bekerja
untuk pengembangan kebudayaan di sana. Tiba-tiba, kawasan tersebut mau disulap menjadi
pusat bisnis dan komersial. Ambiguitas sikap pemangku-kepentingan, sebenarnya
melemahkan peran kebudayaan. Bahkan dapat disinyalir bangunan tersebut meredusir
kebudayaan melayu yang tercinta ini.
Kelanjutan pembangunan Riau Town Square (Ritos) di kawasan Bandar Serai Ali Haji
(Purna MTQ), Jalan Sudirman, Pekanbaru, saat ini masih menunggu keluarnya Hak
Penggunaan Lahan (HPL) dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pertanahan, kerjasama pembangunan Ritos
harus mempunyai HPL yang dikeluarkan BPN Pusat. Ada dua faktor dalam pembangunan
Ritos, yaitu IMB dari Pemerintah Kota Pekanbaru dan HPL dari BPN Pusat. Pemko
Pekanbaru saat ini masih menunggu HPL untuk mengeluarkan IMB dan Amdal Ritos.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mengharapkan pembangunan Riau Town Square
and Convention Center (Ritos) di Purna MTQ, Jalan Jenderal Sudirman dapat segera dimulai.
Pasalnya, rencana pembangunan pusat perekonomian itu sudah lama terkendala.
pembangunan ritos dibangun melalui sistem bangun serah guna (BGS). Di mana, lahan milik
pemerintah, sementara biaya pembangunan sepenuhnya dilakukan swasta, yakni PT Bangun

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Megah Mandiri Propertindo (BMMP). Nantinya, di kawasan tersebut akan di bangunan hotel,
pusat perbelanjaan dan beberapa kawasan bisnis lainnya.
Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos)
di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru, akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin
oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT untuk segera dibangun pada 2014 ini. Hal ini
ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna di depan anggota
DPRD Pekanbaru.

Gambar 3.1 Maket RITOS ( Riau Town Square )

3.2 Permasalahan
3.2.1 Proses IMB Yang Belum Tuntas
Permasalahan yang paling utama muncul kepermukaan adalah proses IMB ( Izin
Mendirikan Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. Biaya retribusi IMB yang
diminta Pemko Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya
sangat besar ini sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

proyek yang bisa di katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak
adanya hubungan yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota
Pekanbaru.
3.2.2 Terjadinya Ketidak Singkronan Antara Pihak Pemprov Riau dan Pemko
Pekanbaru
Dengan status hak kepemilikan tanah yang dimiliki oleh pihak Pemko Pekanbaru,
rupanya menjadi klimaks dalam proses pembangunan yang diperuntukkan untuk skala
provinsi yaitu pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Pembangunan yang seharusnya
menjadi cikal bakal dari terbentuknya Provinsi Riau menjadi kota modern khususnya Kota
Pekanbaru mengalami hambatan di tuan rumah sendiri. Ini menjadi dilema bagi
pembangunan di Provinsi Riau.
3.2.3 Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) Sama Sekali Belum Dijalankan Oleh
Pihak Pembangun
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang amdal, secara umum nya pihak
perusahaan maupun pengembang yang akan melakukan proses pembangunan wajib
melakukan kajian lingkungan berupa Amdal. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pihak
perusahaan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Jelas ini melanggar Undang-
Undang, namun ini tetap saja dilanggar.

3.3 Solusi permasalahan


Dalam permasalahan yang terjadi pada proyek RITOS ( Riau Town Square ), dapat
diajukan beberapa solusi , yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan peninjauan terhadapa kondisi RITOS ( Riau Town Square) apakah
masih bisa dilanjutkan pembangunan nya atau tidak.
b. Melakukan pertemuan antara pihak Pemprov dan Pemko Pekanbaru untuk mencari
solusi yang terbaik dalam pembangunan RITOS ( Riau Town Square)
c. Melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan, terutama lembaga-lembaga
masyarakat yang memiliki peran penting dalam proses pembangunan di Provinsi
Riau khususnya Kota Pekanbaru.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

3.4 Kondisi Existing RITOS ( Riau Town Square)

Gambar 3.2 Kondisi Existing RITOS ( Riau Town Square) Tahun 2014

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Kesimpulan
Riau adalah salah satu provinsi yang berada tepat di jantung Pulau Sumatera. Memiliki
sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai deretan provinsi terkaya di
Indonesia. Tentunya dengan potensi alam dan letak yang tepat ditengah pulau sumatera
menjadikan daerah Riau sebagai daerah potensi investasi yang menjanjikan bagi para
investor.
Pembangunan yang mulai dari skala besar dan kecil sudah banyak menjamur di Kota
Pekanbaru sebagai pusat Ibukota Provinsi Riau. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikasi
adanya daya tarik yang kuat dari letak Provinsi Riau khusunya Kota Pekanbaru. Namun ,
permasalahan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ) adalah permasalahan yang banyak
menimbulkan tanda tanya bagi masayarakat. Sebenarnya apa yang terjadi, apakah terjadi
tidak kesingkronan antara pihak Pemrov Riau dan Pemko Pekanbaru tentang pembangunan di
Kota Pekanbaru atau ada hal-hal yang lain. Ini menjadi dilema dalam proses pembanguna di
Provinsi Riau.
4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

DAFTAR PUSTAKA

Bukitraya-pekanbaru.org
http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-town-
square.html

http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html

http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

LAMPIRAN
1. Berita Terkait RITOS ( Riau Town Square )
http://www.riaupos.co/41209-berita-proyek-ritos-akhirnya-diizinkan-wali-kota-
pekanbaru.html
Proyek Ritos Akhirnya Diizinkan Wali Kota Pekanbaru
PEKANBARU (RIAU POS.CO)-Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan
Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos) di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru,
akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST
MT untuk segera dibangun pada 2014 ini.

Hal ini ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna
di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1). Selain proyek Ritos, tidak
jauh dari lokasi ini juga akan dibangun Hotel Panghegar. "Tahun 2014 ini izinnya kita
keluarkan dan diperkirakan sampai 2016 selesai. Proyek ini berada di kawasan Setia
Maha Raja (sekitaran purna MTQ sampai batas Hotel Labersa," kata Firdaus ST MT
dalam ekspos di DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1).

Dalam ekspos di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu pagi sampai siang tadi
(15/1), Firdaus juga menyampaikan rencana pembangunan sejumlah proyek lainnya di
Pekanbaru.

Sejumlah proyek itu antara lain proyek pembangunan kawasan Super Blok
Meranti Pandak, Bandar Khayangan (Danau Buatan) Rumbai akan dibangun kawasan
wisata lengkap dengan kereta gantung (cable car), water boom, dan lain-lain.
Kemudian kawasan Industri Tenayan 3.000 hektare, Terminal Kargo/Terminal Barang
Pekanbaru di Jalan Air Hitam dekat terminal AKAP Pekanbaru tahun 2014 ini akan
ditender.

Lalu juga dibangun PLTU 2 x 110 MW di Tenayanraya, kawasan straregis


Bandar Raya Payung Sekaki Pusat Otomotif, kawasan Pemerintahan 300 hektare, 111
hektare sudah dibebaskan akan dibangun perkantoran Pemko Pekanbaru (eksekutif)
dan perkantoran Legislatif. Selain itu Pemko Pekanbaru akan membangun Pasar
Induk, Pelabuhan Barang Tenayan, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, Pembangkit
Listrik Tenaga Gas, peta Koridor Trans Metro Pekanbaru, Sport Centre ada lapangan
sepak bola dan arena balap motor, RSUD Pekanbaru, Pabrik Roti Sari Roti, SMK
Teknologi, SMP Madani, Fly Over SKA dan Pasar Pagi Arengka, Instalasi
Pengolahan Air Limbah, Rusunawa Rejosari, Penataan Pedestrian Dalam Kota, dan
lain-lain.

Sejumlah kritikan dialamatkan ke Pemko Pekanbaru antara lain masalah rencana


pembangunan perkantoran Pemko Pekanbaru di Tenayanraya. Pemindahan pusat
perkantoran Pemko Pekanbaru dari pusat kota sekarang ke Tenayanraya akan
menyusahkan masyarakat karena lokasi baru ini cukup jauh. Namun Wali Kota
Firdaus MT memberi solusi akan ada bus kota dari pusat Kota Pekanbaru ke
Tenayanraya nantinya.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Kritik lainnya dari warga adalah rencana pembangunan pabrik roti Sari Roti di
kawasan pemukiman di Jalan Soekarno-Hatta ujung dekat markas Batalyon 13/BS
Kubang. Warga dan sejumlah RT protes karena kehadiran industri di lingkungan
pemukiman akan mengganggu kenyamanan warga. Warga minta pabrik industri roti
ini di tempatkan di Tenayanraya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
Pekanbaru.

Selain itu kritikan lainnya dari pakar perkotaan, sejumlah bangunan pencakar
langit yang dibangun di Pekanbaru dicap sebagai penyumbang pemanasan global.
Dalam pertemuan tenaga ahli perkotaan, arsitek Se Dunia di Eropa 2010 lalu
diputuskan sebuah bangunan yang dibangun harus memperhitungkan tiga aspek yakni
Manusia, Teknologi, dan Lingkungan Oleh sebab itu bangunan tinggi harus
dilengkapi dengan roof garden, vertical garden, dan taman di sekitarnya yang
ditanami pohon pelindung yang rimbun dan teduh untuk mengurangi pemanasan
global.(azf)

http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-
town-square.html

PEKANBARU,RIAUPLUS.COM- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau


menyatakan, kalau sejauh ini proses pembangunan pusat bisnis Bandar Serai Riau
Town Square and Convention (BSRTSC), yang menelan dana mencapai Rp1,1 triliun
itu, tidak ada masalah. Semua prosedur, sudah melalui peraturan dan perundangan
yang berlaku.

Demikian ditegaskan Kepala Biro Humas Setdaprov Riau H Chairul Riski, Rabu
(18/1/12) kepada wartawan, saat dikonfirmasi tentang banyaknya muncul tanggapan
miring atas rencana pembangunan Town Square itu."Tidak ada masalah. Semuanya
sudah berdasarkan ketentuan dan perundangan yang berlaku,"jelasnya.

Riski mengatakan, bahwa yang membangunnya adalah investor dengan dana sendiri,
tanpa ada sedikit pun dari APBD Riau. Selain itu, apa pun sarana dan prasarana
yang dibangun di atas lahan tersebut, tetap menjadi aset daerah.

Karena itu, pihaknya juga heran munculnya pendapat di sejumlah media yang tidak
mendukung pembangunan Town Square. Bahkan, Gubernur Riau HM Rusli Zainal
sudah bertemu dan menjelaskan secara rinci pembangunannya kepada Budayawan
Riau H Tennas Effendi.

"Pak Gubernur sudah bertemu denga Pak Tennas, bahwa tidak semua areal di Purna
MTQ itu yang dibangun. Bangunan bernilai seni dan budaya yang sudah ada, tetap
dipertahankan. Dari sanalah, Pak Tennas baru mengetahuinya,"papar Riski.

Masih kata Rizki, dari seluruh luas lahan Purna MTQ yang ada saat ini, hanya
sekitar 3,5 hektar yang akan dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )
lima,

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

sport center, bisnis center, masjid dan islamic center.

"Selanjutnya, di kawasan itu terdapat juga Gedung Teater Idrus Tintin, Dewan
Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan Kabupaten/Kota se Riau, Dekranasda,
Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau dan lainnya,"terang Riski.

Latar belakang pembangunan Town Square ini lanjut Riski, adalah untuk
mengoptimalkan aset milik Pemprov Riau sesuai dengan visi Riau 2020. Yakni,
terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu
dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia
Tenggara.

Seperti diketahui, pembangunan BSRTSC senilai Rp1,1 Triliun ini, dananya murni
dari PT Bangun Megah Mandiri Propertindo dari Jakarta, selaku pemenang tender.
Dari kerjasama ini, Pemprov Riau akan menerima keuntungan dari perusahaan
sebesar Rp70 milyar selama 30 tahun. Pada tahun 31, barulah bangunan tersebut
diserahkan kepemilikannya kepada Pemprov. M. Nur Zein

http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html

BANDAR SERAI RIAU TOWN SQUARE AND CONVENTION (BSRTSC)

Diposkan oleh RIAU DAILY PHOTO on 23 Januari 2012 di 10.47

Pemerintah Provinsi Riau akan membangun sebuah kawasan Pusat Bisnis di Bandar
Serai (Bandar Seni Raja Ali Haji) Eks Purna MTQ Nasional tahun 1994. Kawasan ini
nantinya akan diberi nama Bandar Serai Riau Town Square and Convention
(BSRTSC) dan diperkirakan proses pembangunannya akan menelan dana Rp1,1
triliun . Nantinya akan menonojolkan identitas melayu dengan konsep komersil dan
budaya melayu.

Manajemen Pembangunan
RITOS ( Riau Town Square )

Pembangunan Bandar Serai Riau Town Square and Convention (BSRTSC) tidak
menggunakan seluruh areal di Purna MTQ. Bangunan bernilai seni dan budaya yang
sudah ada tentunya tetap dipertahankan, anjungan rumah dari kabupaten/kota di Riau,
termasuk anjungan rumah Kepri dan Batam (Kini Kepulauan Riau) tetap akan
dipertahankan di kawasan tersebut. Bandar Serai atau Eks Purna MTQ Nasional akan
dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang lima, sport center, bussiness
center, masjid dan islamic center. Selain itu di kawasan Bandar Serai Riau Town
Square and Convention (BSRTSC) juga terdapat Gedung Teater Idrus Tintin,
Dewan Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan kabupaten/kota se Riau, Dekranasda,
Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau, Museum kaum perempuan,
dan lainnya. Untuk langkah awal di Bandar Serai Riau Town Square and
Convention (BSRTSC) akan dibangun arena bowling yang akan digunakan untuk
PON XVIII tahun 2012.

http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/

PEKANBARU.CO-Riau- Riau Town Square (Ritos) menyimpan sejumlah niat baik


bagi pembangunan ekonomi Bumi Lancang Kuning. Namun berbagai permasalahan,
pro kontra hingga konflik politik yang mewarnai pembangunannya menjadikan Ritos
hingga kini tak terwujud. Terbengkalainya proyek ini menimbulkan pertanyaan
banyak pihak.

Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal
memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian
rupa, aset Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak
memiliki perkembangan pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta
pimpinannya untuk bertanya langsung kepada eksekutif Riau.

“Karena itu ranahnya pimpinan, kita desak pimpinan untuk menanyakan kelanjutan
Ritos itu ke Pemrov Riau, apakah bisa dilanjutkan atau tidak,” ujar Mansyur, Anggota
Komisi B DPRD Riau kepada di Ruang Komisi B, Rabu (08/05/2013), seperti ditulis
Riauterkinicom.

Dalam keterangannya, Komisi B juga dijadwalkan akan memanggil Biro


Perlengkapan Provinsi Riau guna meminta penjelasan terkait permasalahan ini. Selain
memantau perjalanan pembangunannya, para wakil rakyat merasa perlu mendapatkan
laporan program yang menelan cukup banyak anggaran tersebut.

Perkembangan pembangunan Ritos memang menghadapi banyak kendala sedari awal.


Selain bertentangan dengan sejumlah kalangan akibat pendiriannya di kawasan Purna
MTQ, kajian tata ruang hingga kelengkapan izin pun mewarnai perjalanan upaya
mewujudkan pusat bisnis Riau tersebut. ***(rtc/DP)

Manajemen Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai