Anda di halaman 1dari 14

Usulan Perbaikan Sistem Manajemen Persediaan

PT Timah (Persero) Tbk

Dudy
School of Business and Management
Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dudy@sbm-itb.ac.id

Abstract – Dalam lima tahun terakhir nilai persediaan PT.Timah (Persero) Tbk mengalami kenaikan yang cukup
tinggi. Berdasarkan laporan tahunan 2011, untuk nilai persediaan perusahaan yang paling besar adalah
persediaan barang gudang sebesar 65% dari total nilai persediaan perusahaan. Nilai persediaan gudang setiap
tahun mengalami kenaikan dan total nilai persediaan pada tahun 2011 sebesar Rp 401,5 milyar. Analisis lebih
lanjut terhadap nilai persediaan pergudangan dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan, jumlah sumber daya
manusia pada bagian perencanaan dan pelaksanaan manajemen persediaan yang belum optimal. Teknologi
merupakan kebijakan perusahaan dalam menjalankan salah satu strategi perusahaan sehingga dampak secara
tidak langsung terhadap persediaan adalah suku cadang teknologi lama tidak dapat digunakan lagi dan menjadi
barang dead stock. Jumlah SDM pada yang belum sesuai dengan beban kerja yang harus dikerjakan untuk
melakukan perencanaan barang gudang sebanyak 7000 iem. Sedangkan pada manajemen persediaan belum
ada metode yang tepat untuk menganalisis demand forecasting dalam perencanaan persediaan dan tidak ada
persediaan kontrol seperti nilai EOQ, ROP dan SS. Untuk menganalisis demand forecasting digunakan metode
trend and seasonal karena dengan metode tersebut dapat mewakili proyeksi untuk forecasting tahun
selanjutnya sedangkan untuk menganalisis pengendalian persediaan dengan menggunakan metode Q.
berdasarkan hasil simulasi terhadap demand salah satu barang gudang yaitu barang electrode welding AWS
6013 tahun 2010 dan 2011 didapatkan hasil forecast untuk tahun 2012 dengan tingkat error sebesar 31%
dibandingkan dengan aktual demand tahun 2012. sedangkan untuk menganalisis persediaan kontrol
menggunakan metode Q. Dari hasil perhitungan berdasarkan data demand electrode welding AWS 6013 tahun
2011 dengan menggunakan metode tersebut didapatkan nilai EOQ sebesar 7.142 Kg dengan rata – rata
persediaan level sebesar 3.571 Kg atau lebih hemat 36 % dari rata-rata persediaan level aktual demand sebesar
9.656 Kg.

Keywords: demand forecasting, persediaankontrol, metode trend and seasonal, metode Q, ROP, SS

1. Pendahuluan
Salah satu asset yang sangat penting dimiliki oleh perusahaan adalah berupa persediaan,
fungsi persediaan adalah untuk menunjang perusahaan dalam melayani beberapa kepentingan
dalam perusahaan agar operasional perusahaan tetap dapat beroperasi sesuai dengan rencana.
Persediaan bisa muncul karena memang direncanakan atau merupakan akibat dari ketidaktahuan
terhadap suatu informasi. Jadi suatu perusahaan yang memiliki persediaan karena akibat dari
permintaan yang terlalu sedikit/banyak dibandingkan dengan perkiraan awal. Persediaan yang di
miliki oleh PT Timah berupa persediaan barang di gudang yang bertujuan untuk menunjang proses
produksi dan operasional perusahaan, dan jumlah barang yang masuk dalam stock gudang ada
ribuan stock material number (MN).
Hampir setiap tahun nilai persediaan PT Timah mengalami kenaikan, sehingga ini menjadi
perhatian manajemen dan pergudangan logistik untuk melakukan usaha terhadap perencanaan
persediaan stock gudang. Salah satu fungsi dari pergudangan PT Timah adalah sebagai tempat
penyimpanan barang, distribusi dan pelayanan dan pergudangan juga melakukan perencanaan
pengadaan barang stock gudang. Sistem atau metode yang digunakan untuk perencanaan pengadaan
barang stock gudang selama ini hanya berdasarkan pengalaman, jumlah / quantity barang yang di
minta (demand) oleh pemakai / user dan permintaan langsung dari user tanpa melakukan analisis
kondisi kebutuhan pada stock gudang saat itu, sehingga kondisi ini menyebabkan nilai persediaan
gudang setiap tahun mengalami kenaikan karena di gudang terjadi kelebihan jumlah dan nilai barang
(over stock) dan barang gudang yang sudah lama tidak ada proses pengambilan oleh user (dead stock
) dengan jumlah dan nilai yang besar. Disisi lain adanya investasi teknologi baru menjadi salah satu
penyebab jumlah dan nilai persediaan bertambah. Usaha dari pergudangan logistik untuk
mengurangi nilai persediaan dengan melakukan analisis kembali sistem management persediaan ,
khususnya bagian perencanaan pergudangan yang harus memiliki analisis dan metode (tool)
perencanaan yang baik.
2. Business issues
Nilai persediaan barang PT Timah dan Anak Perusahaan hampir setiap tahun mengalami
kenaikan yang cukup besar berdasarkan laporan tahunan perusahaan. Nilai persediaan tersebut
merupakan gabungan dari beberapa persediaan yang dimiliki oleh PT.Timah, yaitu Aspal, Bijih Besi,
Batu Bara, Barang Gudang, Pasir dan Tin Chemical. Berdasarkan laporan tahunan 2011, untuk nilai
persediaan barang yang paling besar adalah barang gudang sebesar 65 % dari total nilai persediaan
barang perusahaan (lihat Gambar 1).

Gambar 1. PersediaanPT Timah (Persero) Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2011
Nilai persediaan barang gudang juga setiap tahun mengalami kenaikan yang cukup tinggi, di
tahun 2011 berdasarkan laporan tahunan untuk nilai barang gudang sebesar Rp 401, 5 milyar.
berdasarkan pada Gambar 2, nilai persediaan mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan
2011.
Gambar 2. Nilai Persediaan Gudang PT Timah (Persero) & Anak Perusahaan
Pada tahun 2012, manajemen membuat kebijakan khusus untuk pergudangan logistik yaitu
menentapkan nilai rata- rata persediaan Rp 150 milyar per tahun sehingga nilai ini menjadi Key
Performance Indicator (KPI) bagi pergudangan logistik. Pada Gambar 2, menunjukan bahwa nilai rata-
rata persediaan barang gudang tahun 2012 sebesar Rp 258,812 milyar dan ada kenaikan dari lima
tahun sebelumnya. Ini menunjukan bahwa kebijakan dari manajemen untuk menetapkan nilai
persediaan barang gudang sebesar Rp 150 milyar per tahun berlum tercapai. Kondisi ini membuat
proses bisnis internal di perusahaan menjadi tidak efektif dan tidak efisien.

Gambar 3. Grafik Rata-Rata Nilai PersediaanBarang Gudang


Kerangka Konseptual
Isu bisnis yang dihadapi oleh pergudangan logistik adalah nilai persediaan yang dikelola oleh
pergudangan logistik tinggi. Bisnis isu ini merupakan indikator dari sistem persediaan yang ada di
perusahaan ini.
Rencana Jangka
Panjang (RJP)
Perusahaan Teknologi

Kebijakan
Perusahaan

Key Performance
Indicator (KPI)

Sistem Persediaan
Inventory Policy
(Simchi-Levi et al ,2009) ROP, ROQ dan SS

Manajemen
Information
Persediaan
(Simchi-Levi et al ,2009)
Effective Forecasting
(Simchi-Levi et al ,2009)
Type of Forecasting
Demand Forecasting (Jacobs and Chase,2010)

Gambar 4. Kerangka Konseptual


Sistem persediaan perusahaan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kebijakan
perusahaan dalam melakukan operasional dari rencana kerja perusahaan dan pelaksanaan
manajemen persediaanyang ada dipergudangan logistik (Jacobs dan Chase,2011).
Pada analisis industry, teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi
perusahaan karena dengan teknologi yang baru maka perusahaan memiliki competitive advantage
yang lebih baik dari competitor. Suku cadang dari teknologi baru tersebut harus disiapkan menjadi
stock persediaan perusahaan sehingga berdampak pada penambahan jumlah persediaan atau
proses bisnis pada manajemen persediaan . Sebuah KPI dalam manajemen persediaan merupakan
informasi untuk mencapai tujuan terhadap pemberian nilai terhadap kinerja dalam ruang lingkup
strategi perusahaan secara keseluruhan. KPI berfungsi untuk mengontrol level persediaan dan
membuat sistem persediaan yang baik terhadap pelaksanaan Supply Chain Management (SCM).
Kebijakan yang dibuat oleh perusahaan terhadap persediaan merupakan salah satu strategi
yang digunakan untuk menentukan cara mengatur persediaan. Kebijakan terhadap persediaan pada
umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan jumlah produk. (Simchi-Levi et al ,2009). Untuk
memutuskan suatu kebijakan persediaan yang efektif, seorang manager harus dapat menentukan
besarnya nilai dari parameter dalam proses bisnis terkait dengan manajemen persediaan , yaitu
Reorder Point (ROP), Reorder quantity (ROQ) dan Safety Stok (SS) (Simchi-Levi et al ,2009). Dengan
informasi yang lancar pada persediaan dan rantai pasok dapat membantu mengurangi variabilitas,
membantu memberikan kepastian lebih terhadap efektifitas peramalan (effective forecasting),
memungkinkan kelancaran sistem dan strategi, meningkatkan pelayanan konsumen, pengurangan
lead time dan memungkinkan perusahaan untuk bereaksi lebih cepat terhadap perubahan
pasar.(Simchi-Levi et al ,2009).
Analisis Situasi Bisnis
Proses perencanaan yang ada dipergudangan PT.Timah terdiri dari 3 (tiga) tahap proses yaitu
requirement, forecasting dan replenishment. Jika dalam proses tersebut tidak berfungsi secara
optimal, maka akan mengakibatkan persediaan yang ada di gudang mengalami kelebihan barang
(overstok ) atau kekurangan barang (stok out).

Gambar 5. Diagram proses perencanaa pergudangan


1. Requirment adalah proses yang dilakukan oleh pergudangan untuk menentukan kebutuhan
barang gudang yang meliputi waktu permintaan dan jumlah barang. Dalam melakukan proses
perencanaan ini, berdasarkan informasi dari sistem SAP, permintaan dari user dan jumlah
barang yang ada di gudang.
2. Forecast adalah proses perencanaan yang dilakukan untuk melakukan perkiraan jumlah barang
yang akan direncanakan dengan melihat data permintaan sebelumnya. Saat ini cara yang
dilakukan analis perencanaan dalam melakukan proses forecast terhadap barang gudang yaitu
berdasarkan data lama dengan menambah asumsi kenaikan sebesar 10 % - 20% dan
berdasarkan permintaan dari user.
3. Replenishment adalah proses yang dilakukan oleh pergudangan untuk melakukan pengisian /
pengadaan kembali barang gudang. Dalam melakukan proses ini dilakukan secara manual
dengan data dari hasil forecast untuk dibuat Purchasing Requisition (PR) tanpa melakukan
analisis terhadap parameter eoq, rop dan ss. Hal ini dilakukan karena sistem SAP yang ada tidak
dapat dilaksanakan secara optimal karena tidak memahami parameter dalam SAP tersebut.
4. Berdasarkan data persediaan tahun 2011, nilai rata-rata persediaan pergudangan sebesar Rp
258.812 milyar. berdasarkan gambar 6 bahwa nilai persediaan terbesar di gudang PT Timah ada
pada kelompok barang teknik / mesin sebesar 44 %, barang rotable 14% dan barang raw
material 13%. Nilai ini menunjukan bahwa kelompok barang tersebut memiliki potensi nilai yang
tinggi. Dari nilai tersebut terdapat barang fast moving karena pergerakan/siklusnya cepat, ada
kategori medium moving karena pergerakan/siklusnya sedang dan slow moving karena
pergerakannya lama. Di pergudangan sendiri jumlah barang yang masuk dalam kategori slow
moving sangat banyak dan ada indikasi barang yang tidak bergerak lagi atau dead stock.
Nilai barang yang termasuk indikasi barang dead stock yang ada di seluruh pergudangan PT Timah
sebesar Rp 18.730.787.721 ( Rp 18,7 milyar) dengan jumlah item barang sebanyak 1780 barang.

Gambar 6. Nilai Persediaan Pergudangan Tahun 2012


3. Analisis Root Cause
Dari Gambar 6 menjelaskan bahwa ada beberapa akar permasalahan diidentifikasikan
terhadap nilai persediaangudang yang tinggi, yaitu :
A. Manajemen persediaan yang meliputi metode forecasting yang belum tepat dan demand

forecasting yang tidak akurasi. Kondisi ini sering terjadi penyimpangan (deviasi) antara
realisasi kebutuhan dengan perencanaan yang di buat. Dampak dari hal tersebut, jumlah
barang yang masuk ke gudang melebihi permintaan yang ada, karena dalam perencanaan
forecast menggunakan data demand satu tahun terakhir (data lama).
Faktor lain dari kelebihan jumlah barang ada di gudang tersebut disebakan karena tidak
dilakukan evaluasi dan kontrol terhadap nilai ROP dan SS saat melakukan perencanaan untuk
ROQ.
B. Skill dan Jumlah SDM pada bagian perencanaan gudang terbatas.
Keterbatasan jumlah SDM khusus nya analis barang gudang menjadi salah satu masalah pada
bagian perencanaan. Jumlah barang stok gudang saat ini sekitar 7000 unit, dan jumlah analis
saat ini sebanyak tiga orang. Analis pada bagian perencanaan tersebut dibagi berdasarkan
kelompok barang dengan masing – masing satu orang yaitu :
Kelompok barang umum dan barang listrik.
Kelompok barang mekanik dan mesin.
Kelompok barang pertambangan.
Dampak dari keterbatasan jumlah analis dalam melakukan proses perencanaan untuk barang
gudang pada manajemen persediaan adalah
 Jumlah barang yang di pesan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah permintaan, ini
disebabkan karena tingkat akurasi dalam melakukan perencanaan masih rendah dan
masih kurangnya komunikasi antara user dengan pihak pergudangan dalam mendapat
informasi untuk menjadi sumber tambahan bagi analis.
 Penyimpangan perencanaan dengan realisasi, karena perubahan dan jumlah permintaan
tidak dapat diperhitungkan sehingga persediaankontrol tidak dapat diketahui. Ini
disebabkan tidak ada update data sebagai salah satu sumber bagi analis dalam
melakukan perencanaan barang gudang.
C. Kebijakan Perusahaan
Perkembangan teknologi saat ini harus dapat diikuti oleh perusahaan khusus nya teknologi
yang berhubungan dengan opersional perusahaan seperti teknologi yang berhubungan
dengan operasional penambangan timah. Perubahan teknologi penambangan secara
langsung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sistem operasional
penambangan, seperti biaya operasional penambangan dan biaya perawatan.
Kapal Isap Produksi (KIP) adalaah salah satu investasi teknologi baru penambangan lepas
pantai sebagai pengganti Kapal Keruk (KK) ukuran 7 Cufts/d 14 Cuft, dan KIP Timah yang
sudah beroperasi sejak tahun 2009. KIP memiliki sistem operasional dan peralatan yang
berbeda dengan Kapal Keruk (KK), karena sistem operasional dan peralatan KIP lebih
sederhana dibandingkan dengan KK sehingga biaya operasinal KIP lebih rendah dibandingkan
dengan KK.
Kebijakan perusahaan terhadap sistem operasional juga mengalami perubahan dengan ada
nya KIP termasuk KK, penggantian beberapa peralatan induk seperti mesin, pompa dan
hidrolik. Dengan penggunaan teknologi baru tersebut, suku cadang dari teknologi lama yang
termasuk dalam barang gudang tida bisa digunakan lagi dan tidak ada permintaan (demand)
dari user sehingga barang tersebut terindikasi menjadi barang mati (dead stock).
Gambar 6. Current Reality Tree
4. Analisis Solusi Bisnis
Dari analisis root cause tersebut, ada beberapa alternatif solusi yang terkait dengan permasalahan
tersebut yaitu sebagai berikut :
A. Kebijakan Perusahaan
Masing-masing unit kerja melakukan perencanaan terhadap rencana kerja perusahaan.
Meningkatkan koordinasi dan informasi terhadap rencana kerja masing-masing unit kerja..
Melakukan koordinasi dalam melakukan implementasi rencana kerja masing-masing unit
kerja.
B. Sumber Daya Manusia
Menambah Jumlah SDM pada bagian Perencanaan dengan latar belakang dari lapangan.
Melakukan pelatihan penerapan manajemen persediaan dan Peningkatan tingkat
kedisiplinan melalui kebijakan perusahaan.
Menetapkan inventory policy terhadap strategi sumber daya manusia yang terkait dalam
proses manajemen invetori.
C. Manajemen Persediaan
Menggunakan metode trend and seasonal sebagai metode forecast.
Dengan menggunakan data demand Electrode Welding AWS 6013 tahun 2010 dan 2011
didapatkan hasil forecast demand tahun 2012 sebesar 95.541 Kg. Nilai forecast ini memiliki
tingkat error sebesar 31 % dari aktual demand tahun 2012. Salah satu kelebihan metode ini
dapat memproyeksikan juga nilai forecast setiap bulannya dalam forecast tahun 2012.
Menggunakan metode Q sebagai sistem persediaan kontrol dan penetapan nilai EOQ, ROP
dan SS.
Dengan menggunakan data aktual demand Electrode Welding AWS 6013 tahun 2011,
didapatkan nilai dari parameter persediaan kontrol untuk barang tersebut yaitu nilai EOQ
sebesar 7.142 Kg, rata – rata persediaan level sebesar 3.571 Kg, Safety Stock sebesar 2.633
dan ROP sebesar 8.165 Kg. Dari nilai rata- rata persediaan level tersebut jika dibandingkan
dengan nilai rata-rata persediaan level dari data aktual demand dengan menggunakan
metode yang sebelumnya sebesar 9.656 Kg dapat penghematan sebesar 36% atau Rp
91.276.731.
Menetapkan inventory policy terhadap barang gudang berdasarkan sifat dan pergerakan
barang yaitu :
1. Kelompok A
Meningkatkan sistem pengendalian menjadi lebih tinggi.
Pengadaan dilakukan berdasarkan pada perhitungan kebutuhan.
Melakukan pemeriksaaan secara ketat.
Melakukan monitoring secara periodik dan terus menerus.
Tingkat safety stock jangan terlalu tinggi.

2. Kelompok B
Tingkat sistem pengendalian tinggi.
Pengadaan dilakukan berdasarkan pada perhitungan pemakaian waktu atau daftar
permintaan.
Melakukan pemeriksaan terhadap perubahan kebutuhan permintaan.
Melakukan monitoring untuk menghindari terjadi kekurangan persediaan.
Tingkat safety stock tinggi
3. Kelompok C
Tingkat sistem pengendalian sedang dan tinggi.
Pengadaan dilakukan berdasarkan pada ROP.
Pemeriksaan sedikit dilakukan dengan membandingkan terhadap kebutuhan.
Tidak perlu melakukan monitoring secara berkala atau terlalu sering.
Tingkat safety stock tinggi
Sedangkan untuk menentukan pengolahan terhadap jumlah barang gudang yang saat ini ada
sekitar 7000 item yang dilakukan pengelompokan barang berdasarkan sifat pergerakan barang yaitu
fast moving, medium moving dan slow moving. Untuk menentukan kebijakan terhadap masing-
masing kelompok tersebut dibuat beberapa kebijakan persediaan (inventory policy) yaitu :
1. Fast Moving :
Stok minimum harus tinggi.
Tingkat service level minimal 95 %.
Menggunakan sistem kontrak per tahun (Blanket Order) atau sistem konsinyasi.
Memilih dan mengelompokan supplier yang mampu menyediakan barang secara
konstant dan tepat waktu (Lead Time).
Untuk proses pengadaaan menggunakan sistem e-procurement.

2. Medium Moving :
Antisipasipasi stok yaitu mengantisipasi kenaikan stok permintaan akibat sifat
musiman dari permintaan.
Tingkat service level minimal 90 %.
Menggunakan sistem konsinyasi.

3. Slow Moving :
Stock Minimum jangan terlalu tinggi
Barang yang terindikasi dead stock harus dikeluarkan dari daftar barang gudang
Barang yang pergerakan sangat lambat atau turn over rendah dihapuskan dari daftar
gudang dan menjadi beban langsung user.
Melakukan contract service terhadap beberapa suku cadang mesin.

Berdasarkan kebijakan persediaan yang dibuat dari pengelompokan untuk barang


persediaan yang berdasarkan analisis ABC dan pergerakan barang, maka dapat dibuat ringkasan
kebijakan persediaan terhadap pengelompokan barang persediaan sebagai berikut :
Gambar 7. Diagram Ringkasan Pengelompokan Barang Persediaan
5. Implementation
Ada empat aspek yang harus dilakukan dalam rencana implementasi ini, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Penambahan SDM di bagian analis perencanaan barang.
Meningkatkan kemampuan analis pada persediaanplanning.
Tingkat disiplin SDM harus ditingkatkan.
2. System SAP
Memahamai fungsi – fungsi yang ada yang terkait dalam manajemen persediaan .
Menjalankan sistem SAP secara optimal seperti menggunakan MRP.
Menambahkan sistem forecasting dalam sistem SAP.
3. Forecasting dan PersediaanKontrol
Mengenal jenis metode forecast.
Membuat forecast dengan metode yang tepat.
Mengenal dan memahami fungsi yang menjadi persediaankontrol.
Membuat SOP terhadap metode forecast dan persediaankontrol
Memanfaatkan program excel atau software lainnya dalam membuat forecast dan
persediaankontrol
4. Koordinasi dan Networking
Memahami pentingnya informasi kebutuhan user.
Melakukan pertemuan rutin dengan user.
Memberikan informasi yang cepat dan up-date terhadap kondisi barang gudang yang
diperlukan oleh user
Dari aspek di atas, yang dapat dilakukan peningkatan secara teknis adalah forecasting dan
persediaankontrol sedangkan aspek lainnya dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang baru
untuk mendukung aspek – aspek tersebut.
Untuk menghasilkan forecasting yang akurat dan persediaankontrol yang baik, pada rencana
implementasi ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan training untuk analis perencanaan user dan bagian terkait lainnya yang memiliki
kepentingan yang meliputi pelatihan metode forecasting, persediaankontrol dan evaluasi
terhadap forecasting dan persediaankontrol.
Estimasi biaya untuk pelatihan ini sebesar Rp 3000.000,- selama 5 hari untuk 1 orang. Untuk
pelatihan tahap pertama khusus untuk analis perencanaan sebanyak 3 orang sehingga estimasi
biaya pelatihan sebagai berikut :
Biaya Pelatihan = 3 orang x biaya pelatihan selama 5 hari
Biaya Pelatihan = 3 x Rp 3000.000,-
Biaya Pelatihan = Rp 15.000.000,-
2. Melakukan rencana implementasi terhadap penerapan forecasting dan persediaankontrol dalam
waktu 3 bulan sebagai masa uji coba dalam menerapkan hasil penggunaan metode forecast dan
persediaankontrol.
3. Melakukan implementasi sebenarnya dengan membuat sistem atau SOP di pergudangan
terhadap penggunaan metode forecast dan persediaankontrol.
Tabel 1. Rencana Implementasi Metode Forecast dan Model PersediaanKontrol

Durasi Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13


No Nama Kegiatan Start Finish
Minggu 1 8 15 22 5 12 19 26 2 9 16 23 7 14 21 28 4 11 18 25

Pelatihan metode forecast


1 01-Jul 05-Jul 1 minggu
dan model inventori kontrol

Uji coba implementasi


pelaksanaan metode
2 08-Jul 05-Okt 12 minggu
forecast dan model inventori
kontrol
Melakukan evaluasi
terhadap uji coba metode
3 14-Okt 21-Okt 2 minggu
forecast dan model inventori
kontrol
Melakukan implementasi
aktual terhadap metode
4 28-Okt 25-Nop 5 minggu
forecast dan model inventori
kontrol
6. Kesimpulan
1. Dalam kelompok barang tersebut banyak yang masuk dalam kelompok slow moving, sehingga
untuk kedepannya kelompok barang yang pergerakan barangnya lambat dan memiliki nilai
yang besar harus direncanakan sendiri oleh user sehingga masuk dalam barang inventaris user.
2. Dalam melakukan pemilihan metode forecasting dalam melakukan analisis terhadap demand
forecasting, maka metode forecasting yang sesuai untuk dapat diterapkan di pergudangan
PT.Timah (Perero) Tbk adalah metode Trendline and seasonal. Kelebihan dari metode ini adalah
dapat memberikan proyeksi demand untuk tahun berikut nya secara detail yang berdasarkan
pada data demand sebelumnya.
3. Persediaankontrol harus dilakukan secara berkala dengan menerapkan metode EOQ, ROP dan
SS sebagai dasar untuk melakukan pengawasan terhadap proses bisnis pergudangan. Dengan
menggunakan metode EOQ dapat diketahui besarnya nilai optimal untuk melakukan pesanan
dan dapat mengetahui besarnya biaya persediaan dalam persediaansehingga persediaankontrol
dapat berfungsi dengan baik, apalagi di sistem SAP perusahaan sudah ada tool untuk EOQ ini
sehingga akan mempemudah kinerja pergudangan dalam melakukan analisis perencanaan dan
evaluasi terhadap persediaan .
4. Manajemen dalam membuat keputusan dan strategi perusahaan harus dapat melihat dan
menganalisis dampak dari kebijakan yang di buat dengan melakukan perencanaan yang baik
dalam mempersiapkan rencana tersebut pada masing – masing unit kerja yang terkait sehingga
saat rencana perusahaan dilaksanakan dengan dikeluarkan kebijakan tidak menimbulkan
dampak yang dapat merugikan perusahaan.
Daftar Pustaka
PT.Timah. 2012. Sekilas Timah. http://www.timah.com/ina/sekilas/. 24 Desember 2012.
PT.Timah. 2008. “ Laporan Tahunan PT.Timah Tahun 2008”. 2008.
PT.Timah. 2009. “ Laporan Tahunan PT.Timah Tahun 2009”. 2009.
PT.Timah. 2010. “ Laporan Tahunan PT.Timah Tahun 2010”. 2010.
PT.Timah. 2011. “ Laporan Tahunan PT.Timah Tahun 2011”. 2011.
Prihatnoko, 2013, Key Performance Indicator (KPI) . http://www.prihatnoko.com/2013/01/key-
performance-indicator-kpi-dalam.html. 2 Februari 2013.
Hasan Basri, Mursyd. 2011. Manajemen Persediaan.
.http://manajemenoperasional.com/category/manajemen-persediaan/. 10 Januari 2013.
Heizer, J. & Render,B.2010.Operation Management. 9th ed.New Jersey:Pearson.
Simichi-Levi, David.Simichi-Levi,Edith & Kaminsky, Philips.2009.” Concepts, Strategies and Case
Studies”, Designig and Managing The Supply Chain.3rd ed.Mcgraw Hill.
Robert Jacobs, F & Chase, Richardo B.2011.Operations and Supply Chain Management.13 th ed.
Mcgraw Hill.
Zivana,Aline.2011.Proposal For Improving Persediaan Management Of Dry-Food Supply (Case Study
: Hasan Sadikin Hospital).MBA:ITB
Nurman, Heru.2007.Analisis Manajemen Persediaan Di Chevron Indonesia Company (CICO).MBA:
ITB

Anda mungkin juga menyukai