HI di Asia Tenggara
Disusun Oleh:
Nim: 6211191205
Kelas E
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2022
Abstrak
Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura yang dibuat setelah terjadi konfrontasi antara Indonesia
dan Malaysia-Singapura. Walaupun begitu, aliansi FPDA dapat dibenturkan dengan fakta
bahwasannya telah terjadi perbedaan pendapat antara Singapura yang melihat AUKUS sebagai
balance of power terhadap Tiongkok dan Malaysia yang melihat AUKUS sebagai sumber
ancaman baru di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, suatu aliansi dapat melemah bahkan
dibubarkan apabila setidaknya terdapat tiga kondisi yakni perubahan persepsi ancaman,
menurunnya kredibilitas aliansi, juga perubahan politik domestik negara anggota aliansi. 1 Hal ini
kemudian memunculkan pertanyaan kritis mengenai “Mengapa Five Power Defense Arangement
tetap exist setelah terjadi perbedaan pendefinisian ancaman antara Inggris, Australia, Selandia
Baru, Singapura dengan Malaysia terhadap isu AUKUS-Tiongkok?” Adapun sudut pandang
yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini adalah menggunakan teori
liberalisme. Hipotesis dari pertanyaan kritis ini adalah perbedaan pendefinisian sumber ancaman
atas keberadaan aliansi pertahanan AUKUS di antara anggotanya dapat dijustifikasi dengan
pernyataan FPDA Ministers Meeting yang memberikan kebebasan bagi anggotanya dalam
bertindak sebagai kolektif maupun individu. Adapun relevansi FPDA terhadap persaingan
Amerika-Tiongkok telah berhasil menjadi forum konsultasi juga meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas memalui latihan militer bersama. Penelitian ini menggunakan level analisis sistemik
dengan melihat kepada interaksi antar negara anggota aliansi pertahanan Five Powers Defense
Arrangements juga interaksinya terhadap Tiongkok dan Amerika. Penelitian ini penting untuk
1
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
Pendahuluan
Five Power Defense Arrangement merupakan suatu aliansi lima negara yakni Inggris,
Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia yang dibentuk pada tahun 1971 sebagai
respon terhadap situasi geopolitik dimana Indonesia dianggap sebagai sumber ancaman karena
memiliki hubungan politik yang baik dengan Uni Soviet. Five Powers Defense Arrangement
semula dibuat sebagai pencegahan penyebaran paham komunisme sekaligus sebagai pertanggung
jawaban Inggris atas pertahanan Malaysia dan Singapura. FPDA juga digunakan sebagai upaya
keberadaan FPDA telah mengancam Indonesia atas gerakan oposisi Presiden Soekarno (Presiden
Indonesia ke-1) atas pembentukan Federasi Malaysia di bawah pengaruh imperialisme Inggris
pada tahun 1963. Berbagai upaya diplomasi telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
mengubah persepsi ancaman FPDA terhadap Indonesia. Hal ini disambut baik oleh FPDA
dengan menerima Indonesia sebagai observer FPDA pasca rapat FPDA Defence Minister
Meeting ke-10 pada tahun 2016.2 Walaupun begitu, hal ini secara tidak serta merta
Pada tahun 2021 Australia mengumumkan pembentukan pakta pertahanan AUKUS yang
beranggotakan Australia, Amerika, dan Inggris yang kemudian memicu perdebatan negara-
negara di Asia Tenggara. AUKUS sendiri dipercaya sebagai pakta pertahanan untuk menekan
dominasi Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Singapura dan Malaysia tentunya menjadi pusat
perhatian mengingat dua anggota dari pakta pertahanan AUKUS yakni Inggris dan Australia
merupakan anggota Five Power Defense Arrangement. Selain itu, terjadi perbedaan pendapat
atas Malaysia dan Singapura terhadap AUKUS. Singapura menyatakan dukungannya terhadap
2
Hanggu, F. P., Hutabarat, L. & Harnowo, S., 2018. Diplomasi Pertahanan Indonesia Kepada Negara Anggota Five.
Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan, 4(1), Pp. 39-56. Halaman 53.
AUKUS sebagai upaya balance of power terhadap Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik terutama di
wilayah Laut Tiongkok Selatan setelah pengklaiman nine dash line. Sedangkan Malaysia melihat
AUKUS sebagai sumber ancaman baru di kawasan Asia Tenggara. 3 Malaysia selain menjadi
anggota Five Powers Defense Arrangement, juga memiliki hubungan diplomatik yang dekat
dengan Tiongkok sejak tahun 1970 dan telah melakukan berbagai kerja sama sejak tahun 2003
pendefinisian terhadap ancaman pada isu AUKUS-Tiongkok, suatu aliansi dapat melemah
disebabkan oleh beberapa kondisi yakni perubahan persepsi ancaman, menurunnya kredibilitas
aliansi, juga perubahan politik domestik negara anggota aliansi.4 Dapat dilihat bahwasannya
terdapat dua dari tiga kondisi terhadap aliansi Five Powers Defense Arrangement yakni
perubahan persepsi atas ancaman yakni pendefinisian Indonesia yang sudah tidak lagi menjadi
ancaman bagi FPDA dan perubahan politik domestik Malaysia yang dapat disebabkan oleh
Literatur Review
Artikel pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ian Montrama (2015) dengan
judul “Strategic Re-Alignment: Dalam Mengimbangi Ancaman Aliansi Five Powers Defense
Arrangement (FPDA)” Artikel ini menjelaskan bahwasannya aliansi Five Powers Defense
Arrangement memiliki persamaan mempresepsikan Indonesia sebagai suatu ancaman pada tahun
1971. Selain itu, dijelaskan pula bahwasannya terdapat beberapa kondisi suatu aliansi dapat
3
Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional Indo-Pasifik.
Dinamika Global, Pp. 256-285. Halaman 265.
4
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
melemah maupun dibubarkan.5 Artikel ini telah memberikan kontribusi keilmuan terhadap
penelitian mengenai dasar berfikir mengenai aliansi Five Powers Defense Arrangement (FPDA)
serta kondisi-kondisi tertentu yang dapat melemahkan suatu aliansi, yang mana sesuai dengan
argumen artikel ini yakni perbedaan pendefinisian ancaman antara Singapura dan Malaysia atas
Artikel kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Carlyle A. Thayer (2007) dengan
judul “The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever” Artikel ini menjelaskan
mengenai peran Five Powers Defense Arrangement sebagai psychological detterence dan
invissible security bagi Malaysia dan Singapura dengan mengembangkan hubungan militer-
militer.6 Artikel ini penting bagi penelitian karena argumen Thayer bertolak belakang dengan
argumen penelitian ini yang berdasar kepada pernyataan Malaysia atas mendefinisikan AUKUS
sebagai threat sehingga menimbulkan rasa insecurities baik bagi Malaysia maupun bagi Asia
Tenggara.
Artikel ketiga adalah penelitian yan dilakukan oleh Dyah Lupita Sari (2019) dengan judul
“Five Power Defense Arragements (FPDA) and the Role of Strategic Engangement in the
Southeast Asian Region” Artikel ini menjelaskan mengenai eksistensi Five Powers Defense
Arrangement di Kawasan yang dapat bertahan hingga saat ini didasari oleh kerangka kerja yang
terus diperbaharui dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan strategis di kawasan Asia
Tenggara.7 Artikel ini penting bagi penelitian karena menyumbang pengetahuan mengenai
kerangka kerja FPDA yang terus disesuaikan dengan mendirikan FPDA Defence Ministers
5
Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman Aliansi Five
Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153.
6
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For Regional Security,
3(1), Pp. 79-96.
7
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2.
Meeting, FPDA Defence Chiefs Conference, FPDA Consultative Council, FPDA Activities
Coordinating Council, dan FPDA Professional Forum. Selain itu, FPDA juga menyesuaikan
Amerika-Tiongkok.
Artikel keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Latifah dan Dinda Larasati (2018)
dengan judul “Respond Five Powers Defense Arrangement (FPDA) towards Security Dynamic
Of Asia-Pasific Region” Artikel ini menjelaskan mengenai persaingan antar Amerika dan
Tiongkok yang didefinisikan oleh FPDA sebagai ancaman dan meningkatkan security dillema.
dengan mengadakan joint exercise Ex. Bersama Lima, Ex. Suman Warrior, dan Ex Bersama
Padu. Upaya-upaya joint exercise yang dilakukan bukan dengan tujuan ofensif melainkan
sebagai bentuk dari perlindungan diri yang bersifat defensif. 8 Artikel ini penting karena
memberikan pengetahuan mengenai FPDA dalam menghadapi isu rivalitas Amerika dan
Tiongkok di kawasan Asia-Pasifik yang terus meningkatkan capacity dan capability dengan
melakukan berbagai joint exercise untuk meningkatkan sistem pertahanan setiap negara
Artikel terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Mariane Olivia Delanova (2021)
dengan judul “Dampak Pakta Pertahanan Trilateral AUKUS Terhadap Kondisi Regional Indo-
Pasifik” Artikel ini menjelaskan mengenai perbedaan pendapat antara Singapura dan Malaysia
dalam melihat Pakta Pertahanan AUKUS.9 Artikel ini penting bagi penelitian karena kesamaan
pemikiran mengenai kondisi terkini negara-negara di Asia Tenggara terhadap pakta pertahanan
8
Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security Dynamic Of
Asia-Pacific Region. Airlangga Conference On International Relations , 4(3), Pp. 309-316.
9
Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional Indo-Pasifik.
Dinamika Global, Pp. 256-285.
AUKUS yang memberikan fakta bahwasannya telah terjadi perbedaan pendapat dalam
Peneliti menggunakan teori liberalisme sebagai teori yang dapat mengakomodir rumusan
masalah dalam penelitian ini. Liberalisme mengatakan bahwasannya negara merupakan suatu
entitas rasional yang akan memperhitungkan untung-rugi dari segala tindakannya. Sebagai
entitas yang rasional, negara akan berusaha untuk meningkatkan keuntungannya dengan bekerja
secara kolektif demi memaksimalkan keuntungan dan capaian setiap individunya. 10 Dalam teori
prisoner’s dillema, negara akan mementingkan keamanan dirinya terlebih dahulu. Namun dilema
ini dapat di kurangi frewensinya dengan melakukan kerja sama dengan negara lain yang berdasar
kepada pemikiran rasionalis yang akan membentuk suatu kerja sama yang lebih besar dan
dengan kerangka kerja yang terus disesuaikan berdasarkan cita-cita dan mengakomodir
Perang pada dasarnya tidak dapat dihindari, tetapi frekwensinya dapat dikurangi dengan
cara suatu upaya kolektif dalam bentuk masyarakat internasional yang terlahir dari suatu
potensi perang dan ketidak damaian.12 Suatu negara dapat menjadi bagian dari beberapa
komunitas berbeda yang disebut sebagai bentuk jaring laba-laba (cobwel model) yang semakin
10
Benthan Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra
Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 61
11
Kegley Jr & Wittkopf Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik.
Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 62
12
Kegley Jr & Wittkopf Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik.
Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 63
menekan kemungkinan terjadinya konflik antar komunitas tersebut.13 Terdapat tiga karakteristik
yang dapat membangun complex interdependence yakni multiple channels, the absence of
Dalam meninjau aliansi FPDA, Peneliti juga menggunakan teori Walt dalam melihat
relevansi FPDA dalam rivalitas Amerika-Tiongkok. Walt mengatakan bahwasannya suatu aliansi
dapat melemah bahkan dapat dibubarkan apabila terdapat tiga alasan yakni perubahan persepsi
atas ancaman, menurunnya kredibilitas aliansi, dan perubahan politik domestik negara anggota
aliansi.15
Pembahasan
Interaksi antar negara anggota Five Power Defense Arrangements telah terbentuk sejak
nations. Aliansi pertahanan Five Powers Defense Arrangements lahir dari kepentingan negara
Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia akan kebutuhan keamanan di
kawasan Asia Tenggara. Adapun kepentingan Inggris dalam FPDA adalah untuk
persemakmurannya yakni Singapura dan Malaysia. Selain itu, Inggris, Australia, dan Selandia
Baru juga menjadikan FPDA sebagai alat untuk tetap terlibat dalam politik strategis di kawasan
Asia Tenggara.16 Selandia Baru walaupun secara geografis tidak berada di kawasan Asia
13
John Burton Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra
Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 72
14
Keohane & Nye dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya:
Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 72
15
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
16
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2. Halaman 61
Tenggara juga tidak terlibat dengan potensi ancaman secara langsung, Selandia Baru tetap
dengan Malaysia dan Singapura.17 Kepentingan Singapura dan Malaysia dalam FPDA yang
sama-sama merupakan bagian dari commonwealth of nations yakni adalah untuk mendapatkan
psychological detterence dan invisible security dari negara anggota FPDA. Perbedaan
kepentingan setiap negara terhadap FPDA sangat mungkin terjadi, tetapi hubungan saling
Tercatat sejak tahun 2011 dimana dalam Buku Putih Pertahanan Selandia Baru yang
menyebutkan Singapura dan Malaysia merupakan aktor penting untuk menjaga keamanan di
wilayah kawasan Asia Tenggara terutama setelah persaingan Amerika-Tiongkok, begitu juga
dengan Australia dengan kerangka kerja pencegahan gerakan terorisme internasional pada tahun
2003 dengan Singapura dan Malaysia.19 Hal ini tentunya sesuai dengan hakikat institusi
menguntungkan.
melakukan kerja sama multi-bidang dengan Tiongkok seperti kerja sama perekonomian,
pendidikan, pariwisata, dan juga berbagai kerja sama bidang pertahanan seperti Joint Military
Exercise Peace and Friendhip, Joint Communique, Sistem Rudal Self-Propelled Surface-to-Air
Missile System pada tahun 2014 yang meningkatkan hubungan diplomatik antar keduanya.20
17
Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security Dynamic Of
Asia-Pacific Region. Airlangga Conference On International Relations , 4(3), Pp. 309-316.
Halaman 315
18
Mingst Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional; Presfektif-Persfektif Klasik. Csgs. Pp. 55-80
Halaman 118
19
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2. Halaman 66
20
Andonyo, P. T., 2014. Kepentingan Nasional Malaysia Terkait Latihan Militer Bersama Dengan China Tahun
2014. Jurnal Transformasi Global, 1(1), Pp. 7-28. Halaman 7
Adapun kedekatan hubungan diplomatik antar Malaysia dengan Tiongkok merupakan
bagian dari kepentingan nasional keduanya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan FPDA
mencapai kepentingan negaranya secara individu maupun kolektif. 21 Malaysia dalam melakukan
pendekatan diplomatik terhadap Tiongkok dapat dilihat sebagai upaya pemenuhan kepentingan
negaranya yang dibuktikan dengan Tiongkok menjadi rekan kerja sama terbesar bagi Malaysia.
setidaknya terjadi beberapa kemungkinan yakni perubahan persepsi atas ancaman, menurunnya
Dalam Five Powers Defense arrangement, alasan semula yang dibangun sebagai
Indonesia sudah tidak relevan lagi setelah Presiden Indonesia Soekarno lengser. Alih-alih
dikatakan sebagai perubahan persepsi ancaman sebagaimana yang disebutkan oleh Walt, FPDA
merupakan suatu aliansi yang terus bereaksi terhadap kondisi lingkungan strategis di Kawasan.
FPDA Ministers Meeting 2003 mengatakan bahwasannya FPDA akan memperbaharui dirinya
agar tetap relevan seperti memasukan kerangka kerja joint military exercise untuk menghadapi
bantuan bencana alam, dan proteksionisme maritim. FPDA Ministers Meeting juga sesuai
dengan prinsip anarki dimana tidak ada entitas yang dapat mengatur suatu negara dengan tetap
21
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For Regional
Security, 3(1), Pp. 79-96. Halaman 88
menjamin kenyamanan para anggota dengan kebebasan untuk menjalin hubungan dengan negara
lain.22 Adapun aliansi FPDA digunakan sebagai consultation forum dan media joint exercise
untuk meningkatkan capacity dan capability negara anggota. Hal ini juga sesuai dengan teori
liberalisme complex interdependence dimana suatu negara akan membuat kerja sama dengan
beberapa negara maupun komunitas yang berbeda untuk meningkatkan keuntungannya dalam
bentuk jaring laba-laba (cobwel model) dengan tujuan untuk meredam konflik juga untuk
FPDA telah berhasil menjadi psychological detterence juga invisible security yang
berhasil meningkatkan confidence negara anggota dengan menjadi consultation forum dan joint
military exercise sebagai upaya pertahanan terhadap segala ancaman non-tradisional seperti
piracy, terrorism, dan illicit drugs. Selain itu, FPDA juga dilengkapi dengan kerangka kerja
FPDA Defence Ministers Meeting, FPDA Defence Chiefs Conference, FPDA Consultative
Council, FPDA Activities Coordinating Council FPDA Professional Forum yang disesuaikan
meningkatkan ketegangan dan security dillema di Asia Tenggara. Berbeda dengan Singapura
yang melihat AUKUS sebagai upaya balance of power terhadap agresifitas Tiongkok. Malaysia
melihat AUKUS sebagai tindakan militer provokatif yang dapat memicu konflik di Kawasan.
Alih-alih sebagai perubahan politik domestik karena kedekatan antara Malaysia dan Tiongkok,
22
Programme Of The 4th Fpda Professional Forum: The Incorporation Of Asymmetric Threats In Fpda Training
Activities, Kuala Lumpur: Defence Operations & Training Division, Headquarters Malaysian Armed Force,
Ministry Of Defence, 2003.
Malaysia menyatakan keberatannya terhadap AUKUS untuk mempertahankan Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone. 23 Kedekatan antara Malaysia dan Tiongkok sendiri telah terbangun
sejak tahun 1970 dan telah menjadi rekan perdagangan terbesar bagi Malaysia. Tingginya tingkat
interaksi antar malaysia dan tiongkok telah meningkatkan kepercayaan satu sama lain juga
menjadikan Malaysia lebih bijak dengan tetap bertahan pada Southeast Asia Nuclear Weapon.
Disini, FPDA sebagai aliansi defensif melakukan berbagai joint military exercise untuk
sebagai aliansi ofensif yang melakukan ekspansi. Hal ini sesuai dengan teori complex
independence yang melihat bahwasannya telah terbentuk suatu multiple channels dimana telah
terjadi kedekatan antar negara Malaysia dan Tiongkok yang terjadi didasari oleh kerjasama
pariwisata, dan juga pendidikan. Complex inderdependence telah membangun suatu hubungan
ketergantungan yang sangat besar yang kemudian menjadikan cara-cara penyelesaian dengan
Kesimpulan
berbagai joint military exercise seperti Ex. Bersama Lima, Ex. Suman Warrior, dan Ex Bersama
Padu yang diharapkan dapat meningkatkan capacity dan capability negara anggota dalam
23
Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussein Dalam azis, a., 2021. indonesiainside.id. [Online]
Available at: https://indonesiainside.id/news/internasional/2021/09/22/amerika-kini-tidak-mampu-hadapi-china-
sendirian-aukus-untuk-amankan-3-negara
[Accessed 17 january 2022].
FPDA juga dilengkapi dengan kerangka kerja terorganisir yang memiliki fokus kepada
hubungan multilateral maupun bilateral antar anggotanya dengan berdasar untuk meningkatkan
keuntungan. Keuntungan dari FPDA sendiri sangat berpengaruh terhadap anggotanya sehingga
setiap enggota berupaya untuk tetap mempertahankan kerja sama FPDA. Adapun pendefinisian
yang berbeda antara malaysia dengan anggota FPDA lainnya terhadap AUKUS sama sekali tidak
menyalahi aturan-aturan dalam FPDA sesuai dengan FPDA Ministers Meeting yang menekankan
kepada kenyamanan para anggotanya juga pada consultation forum yang mendiskusikan suatu
kebijakan yang akan dilaksanakan secara kolektif maupun individual. Dapat dilihat juga
bahwasannya telah terbangun suatu hubungan complex interdependence yang mana hubungan
dekat antara Malaysia-Tiongkok dalam bentuk kerja sama multi-bidang telah menjajdikan
penggunaan kekuatan milter bukan menjadi prioritas utama sehingga Malaysia mengkhawatirkan
AUKUS dapat meningkatkan rivalitas Amerika-Tiongkok dan teguh kepada prinsip bebas nuklir
Daftar Pustaka:
Andonyo, P. T., 2014. Kepentingan Nasional Malaysia Terkait Latihan Militer Bersama Dengan
Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional
Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra Studi Global Strategis
(Csgs),
Hanggu, F. P., Hutabarat, L. & Harnowo, S., 2018. Diplomasi Pertahanan Indonesia Kepada
Negara Anggota Five. Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan, 4(1), Pp. 39-56.
Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security
Ancaman Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1),
Pp. 129-153.
Narayanan, A., 2019. Maritime Territorial Dispute In The South China Sea: Realism (Power) Vs
Liberalism (International Law) And The Choice. The Journal Of Diplomacy And Foreign
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic
Engagement In The Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan,
2(55-71), P. 2.
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For
Programme Of The 4th Fpda Professional Forum: The Incorporation Of Asymmetric Threats In
Fpda Training Activities, Kuala Lumpur: Defence Operations & Training Division,
Rana, W., 2015. Theory Of Complex Interdependence: A Comparative Analysis Of Realist And
Neoliberal Thoughts. International Journal Of Business And Social Science , 6( 2), Pp.
292.