Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN

Relevansi Five Powers Defense Arrangement dalam Rivalitas Amerika-Tiongkok

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester

HI di Asia Tenggara

Disusun Oleh:

Nama: Zahra Dina

Nim: 6211191205

Kelas E

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HUBUNGAN INTERNASIONAL

2022
Abstrak

Five Powers Defense Arragement merupakan aliansi pertahanan Inggris, Australia,

Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura yang dibuat setelah terjadi konfrontasi antara Indonesia

dan Malaysia-Singapura. Walaupun begitu, aliansi FPDA dapat dibenturkan dengan fakta

bahwasannya telah terjadi perbedaan pendapat antara Singapura yang melihat AUKUS sebagai

balance of power terhadap Tiongkok dan Malaysia yang melihat AUKUS sebagai sumber

ancaman baru di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, suatu aliansi dapat melemah bahkan

dibubarkan apabila setidaknya terdapat tiga kondisi yakni perubahan persepsi ancaman,

menurunnya kredibilitas aliansi, juga perubahan politik domestik negara anggota aliansi. 1 Hal ini

kemudian memunculkan pertanyaan kritis mengenai “Mengapa Five Power Defense Arangement

tetap exist setelah terjadi perbedaan pendefinisian ancaman antara Inggris, Australia, Selandia

Baru, Singapura dengan Malaysia terhadap isu AUKUS-Tiongkok?” Adapun sudut pandang

yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini adalah menggunakan teori

liberalisme. Hipotesis dari pertanyaan kritis ini adalah perbedaan pendefinisian sumber ancaman

atas keberadaan aliansi pertahanan AUKUS di antara anggotanya dapat dijustifikasi dengan

pernyataan FPDA Ministers Meeting yang memberikan kebebasan bagi anggotanya dalam

bertindak sebagai kolektif maupun individu. Adapun relevansi FPDA terhadap persaingan

Amerika-Tiongkok telah berhasil menjadi forum konsultasi juga meningkatkan kapasitas dan

kapabilitas memalui latihan militer bersama. Penelitian ini menggunakan level analisis sistemik

dengan melihat kepada interaksi antar negara anggota aliansi pertahanan Five Powers Defense

Arrangements juga interaksinya terhadap Tiongkok dan Amerika. Penelitian ini penting untuk

mengetahui relevansi Five Powers Defense Arrangement dalam rivalitas Amerika-Tiongkok.

1
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
Pendahuluan

Five Power Defense Arrangement merupakan suatu aliansi lima negara yakni Inggris,

Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia yang dibentuk pada tahun 1971 sebagai

respon terhadap situasi geopolitik dimana Indonesia dianggap sebagai sumber ancaman karena

memiliki hubungan politik yang baik dengan Uni Soviet. Five Powers Defense Arrangement

semula dibuat sebagai pencegahan penyebaran paham komunisme sekaligus sebagai pertanggung

jawaban Inggris atas pertahanan Malaysia dan Singapura. FPDA juga digunakan sebagai upaya

untuk mempertahankan pengaruh Inggris di kawasan Asia Tenggara. Walaupun demikian,

keberadaan FPDA telah mengancam Indonesia atas gerakan oposisi Presiden Soekarno (Presiden

Indonesia ke-1) atas pembentukan Federasi Malaysia di bawah pengaruh imperialisme Inggris

pada tahun 1963. Berbagai upaya diplomasi telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam

mengubah persepsi ancaman FPDA terhadap Indonesia. Hal ini disambut baik oleh FPDA

dengan menerima Indonesia sebagai observer FPDA pasca rapat FPDA Defence Minister

Meeting ke-10 pada tahun 2016.2 Walaupun begitu, hal ini secara tidak serta merta

menghilangkan penyematan persepsi ‘ancaman’ pada Indonesia.

Pada tahun 2021 Australia mengumumkan pembentukan pakta pertahanan AUKUS yang

beranggotakan Australia, Amerika, dan Inggris yang kemudian memicu perdebatan negara-

negara di Asia Tenggara. AUKUS sendiri dipercaya sebagai pakta pertahanan untuk menekan

dominasi Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Singapura dan Malaysia tentunya menjadi pusat

perhatian mengingat dua anggota dari pakta pertahanan AUKUS yakni Inggris dan Australia

merupakan anggota Five Power Defense Arrangement. Selain itu, terjadi perbedaan pendapat

atas Malaysia dan Singapura terhadap AUKUS. Singapura menyatakan dukungannya terhadap
2
Hanggu, F. P., Hutabarat, L. & Harnowo, S., 2018. Diplomasi Pertahanan Indonesia Kepada Negara Anggota Five.
Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan, 4(1), Pp. 39-56. Halaman 53.
AUKUS sebagai upaya balance of power terhadap Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik terutama di

wilayah Laut Tiongkok Selatan setelah pengklaiman nine dash line. Sedangkan Malaysia melihat

AUKUS sebagai sumber ancaman baru di kawasan Asia Tenggara. 3 Malaysia selain menjadi

anggota Five Powers Defense Arrangement, juga memiliki hubungan diplomatik yang dekat

dengan Tiongkok sejak tahun 1970 dan telah melakukan berbagai kerja sama sejak tahun 2003

dengan kerangka kerja sama multi-bidang termasuk kerja sama pertahanan.

Berbicara mengenai penghilangan definisi ancaman terhadap Indonesia dan perbedaan

pendefinisian terhadap ancaman pada isu AUKUS-Tiongkok, suatu aliansi dapat melemah

disebabkan oleh beberapa kondisi yakni perubahan persepsi ancaman, menurunnya kredibilitas

aliansi, juga perubahan politik domestik negara anggota aliansi.4 Dapat dilihat bahwasannya

terdapat dua dari tiga kondisi terhadap aliansi Five Powers Defense Arrangement yakni

perubahan persepsi atas ancaman yakni pendefinisian Indonesia yang sudah tidak lagi menjadi

ancaman bagi FPDA dan perubahan politik domestik Malaysia yang dapat disebabkan oleh

kedekatan diplomatik antara Malaysia dan Tiongkok.

Literatur Review

Artikel pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ian Montrama (2015) dengan

judul “Strategic Re-Alignment: Dalam Mengimbangi Ancaman Aliansi Five Powers Defense

Arrangement (FPDA)” Artikel ini menjelaskan bahwasannya aliansi Five Powers Defense

Arrangement memiliki persamaan mempresepsikan Indonesia sebagai suatu ancaman pada tahun

1971. Selain itu, dijelaskan pula bahwasannya terdapat beberapa kondisi suatu aliansi dapat

3
Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional Indo-Pasifik.
Dinamika Global, Pp. 256-285. Halaman 265.
4
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
melemah maupun dibubarkan.5 Artikel ini telah memberikan kontribusi keilmuan terhadap

penelitian mengenai dasar berfikir mengenai aliansi Five Powers Defense Arrangement (FPDA)

serta kondisi-kondisi tertentu yang dapat melemahkan suatu aliansi, yang mana sesuai dengan

argumen artikel ini yakni perbedaan pendefinisian ancaman antara Singapura dan Malaysia atas

rivalitas Amerika-Tiongkok di Kawasan dalam bentuk pendefinisian ancaman terhadap AUKUS.

Artikel kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Carlyle A. Thayer (2007) dengan

judul “The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever” Artikel ini menjelaskan

mengenai peran Five Powers Defense Arrangement sebagai psychological detterence dan

invissible security bagi Malaysia dan Singapura dengan mengembangkan hubungan militer-

militer.6 Artikel ini penting bagi penelitian karena argumen Thayer bertolak belakang dengan

argumen penelitian ini yang berdasar kepada pernyataan Malaysia atas mendefinisikan AUKUS

sebagai threat sehingga menimbulkan rasa insecurities baik bagi Malaysia maupun bagi Asia

Tenggara.

Artikel ketiga adalah penelitian yan dilakukan oleh Dyah Lupita Sari (2019) dengan judul

“Five Power Defense Arragements (FPDA) and the Role of Strategic Engangement in the

Southeast Asian Region” Artikel ini menjelaskan mengenai eksistensi Five Powers Defense

Arrangement di Kawasan yang dapat bertahan hingga saat ini didasari oleh kerangka kerja yang

terus diperbaharui dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan strategis di kawasan Asia

Tenggara.7 Artikel ini penting bagi penelitian karena menyumbang pengetahuan mengenai

kerangka kerja FPDA yang terus disesuaikan dengan mendirikan FPDA Defence Ministers

5
Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman Aliansi Five
Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153.
6
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For Regional Security,
3(1), Pp. 79-96.
7
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2.
Meeting, FPDA Defence Chiefs Conference, FPDA Consultative Council, FPDA Activities

Coordinating Council, dan FPDA Professional Forum. Selain itu, FPDA juga menyesuaikan

dengan kondisi lingkungan strategis di Asia Tenggara berdasarkan peningkatan rivalitas

Amerika-Tiongkok.

Artikel keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Latifah dan Dinda Larasati (2018)

dengan judul “Respond Five Powers Defense Arrangement (FPDA) towards Security Dynamic

Of Asia-Pasific Region” Artikel ini menjelaskan mengenai persaingan antar Amerika dan

Tiongkok yang didefinisikan oleh FPDA sebagai ancaman dan meningkatkan security dillema.

Persaingan antar Amerika-Tiongkok menjadikan FPDA terus meningkatkan kekuatan militer

dengan mengadakan joint exercise Ex. Bersama Lima, Ex. Suman Warrior, dan Ex Bersama

Padu. Upaya-upaya joint exercise yang dilakukan bukan dengan tujuan ofensif melainkan

sebagai bentuk dari perlindungan diri yang bersifat defensif. 8 Artikel ini penting karena

memberikan pengetahuan mengenai FPDA dalam menghadapi isu rivalitas Amerika dan

Tiongkok di kawasan Asia-Pasifik yang terus meningkatkan capacity dan capability dengan

melakukan berbagai joint exercise untuk meningkatkan sistem pertahanan setiap negara

anggotanya terutama untuk Singapura dan Malaysia.

Artikel terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Mariane Olivia Delanova (2021)

dengan judul “Dampak Pakta Pertahanan Trilateral AUKUS Terhadap Kondisi Regional Indo-

Pasifik” Artikel ini menjelaskan mengenai perbedaan pendapat antara Singapura dan Malaysia

dalam melihat Pakta Pertahanan AUKUS.9 Artikel ini penting bagi penelitian karena kesamaan

pemikiran mengenai kondisi terkini negara-negara di Asia Tenggara terhadap pakta pertahanan

8
Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security Dynamic Of
Asia-Pacific Region. Airlangga Conference On International Relations , 4(3), Pp. 309-316.
9
Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional Indo-Pasifik.
Dinamika Global, Pp. 256-285.
AUKUS yang memberikan fakta bahwasannya telah terjadi perbedaan pendapat dalam

pendefinisian ‘ancaman’ oleh Malaysia dan Singapura.

Teori yang Digunakan

Peneliti menggunakan teori liberalisme sebagai teori yang dapat mengakomodir rumusan

masalah dalam penelitian ini. Liberalisme mengatakan bahwasannya negara merupakan suatu

entitas rasional yang akan memperhitungkan untung-rugi dari segala tindakannya. Sebagai

entitas yang rasional, negara akan berusaha untuk meningkatkan keuntungannya dengan bekerja

secara kolektif demi memaksimalkan keuntungan dan capaian setiap individunya. 10 Dalam teori

prisoner’s dillema, negara akan mementingkan keamanan dirinya terlebih dahulu. Namun dilema

ini dapat di kurangi frewensinya dengan melakukan kerja sama dengan negara lain yang berdasar

kepada pemikiran rasionalis yang akan membentuk suatu kerja sama yang lebih besar dan

dengan kerangka kerja yang terus disesuaikan berdasarkan cita-cita dan mengakomodir

kebutuhan setiap individu.11

Perang pada dasarnya tidak dapat dihindari, tetapi frekwensinya dapat dikurangi dengan

cara suatu upaya kolektif dalam bentuk masyarakat internasional yang terlahir dari suatu

hubungan complex interdependence dalam kerangka kooperatif maupun kompetitif untuk

mereoganisir diri untuk melemahkan maupun menghilangkan institusi yang menyebabkan

potensi perang dan ketidak damaian.12 Suatu negara dapat menjadi bagian dari beberapa

komunitas berbeda yang disebut sebagai bentuk jaring laba-laba (cobwel model) yang semakin

10
Benthan Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra
Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 61
11
Kegley Jr & Wittkopf Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik.
Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 62
12
Kegley Jr & Wittkopf Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik.
Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 63
menekan kemungkinan terjadinya konflik antar komunitas tersebut.13 Terdapat tiga karakteristik

yang dapat membangun complex interdependence yakni multiple channels, the absence of

hierarchy among issues, dan minor role of military force.14

Dalam meninjau aliansi FPDA, Peneliti juga menggunakan teori Walt dalam melihat

relevansi FPDA dalam rivalitas Amerika-Tiongkok. Walt mengatakan bahwasannya suatu aliansi

dapat melemah bahkan dapat dibubarkan apabila terdapat tiga alasan yakni perubahan persepsi

atas ancaman, menurunnya kredibilitas aliansi, dan perubahan politik domestik negara anggota

aliansi.15

Pembahasan

1. Level Analisis: System Level Analysis

Interaksi antar negara anggota Five Power Defense Arrangements telah terbentuk sejak

masa imperialisme Inggris yang membentuk commonwealth of realm dan commonwealth of

nations. Aliansi pertahanan Five Powers Defense Arrangements lahir dari kepentingan negara

Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia akan kebutuhan keamanan di

kawasan Asia Tenggara. Adapun kepentingan Inggris dalam FPDA adalah untuk

mempertahankan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara terutama kepada negara

persemakmurannya yakni Singapura dan Malaysia. Selain itu, Inggris, Australia, dan Selandia

Baru juga menjadikan FPDA sebagai alat untuk tetap terlibat dalam politik strategis di kawasan

Asia Tenggara.16 Selandia Baru walaupun secara geografis tidak berada di kawasan Asia
13
John Burton Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra
Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 72
14
Keohane & Nye dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya:
Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Halaman 72
15
Walt Dalam Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi Ancaman
Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1), Pp. 129-153. Halaman 139.
16
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2. Halaman 61
Tenggara juga tidak terlibat dengan potensi ancaman secara langsung, Selandia Baru tetap

memiliki kepentingan untuk memperkuat serta mempertahankan hubungan luar negerinya

dengan Malaysia dan Singapura.17 Kepentingan Singapura dan Malaysia dalam FPDA yang

sama-sama merupakan bagian dari commonwealth of nations yakni adalah untuk mendapatkan

psychological detterence dan invisible security dari negara anggota FPDA. Perbedaan

kepentingan setiap negara terhadap FPDA sangat mungkin terjadi, tetapi hubungan saling

ketergantungan menjadi alasan kuat bagi tiap keberlangsungan FPDA.18

Tercatat sejak tahun 2011 dimana dalam Buku Putih Pertahanan Selandia Baru yang

menyebutkan Singapura dan Malaysia merupakan aktor penting untuk menjaga keamanan di

wilayah kawasan Asia Tenggara terutama setelah persaingan Amerika-Tiongkok, begitu juga

dengan Australia dengan kerangka kerja pencegahan gerakan terorisme internasional pada tahun

2003 dengan Singapura dan Malaysia.19 Hal ini tentunya sesuai dengan hakikat institusi

internasional yang mengakomodir kebutuhan-kebutuhan anggotanya dan bersifat saling

menguntungkan.

Malaysia berdasarkan keanggotaannya dalam Five Powers Defense Arrangement juga

melakukan kerja sama multi-bidang dengan Tiongkok seperti kerja sama perekonomian,

pendidikan, pariwisata, dan juga berbagai kerja sama bidang pertahanan seperti Joint Military

Exercise Peace and Friendhip, Joint Communique, Sistem Rudal Self-Propelled Surface-to-Air

Missile System pada tahun 2014 yang meningkatkan hubungan diplomatik antar keduanya.20
17
Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security Dynamic Of
Asia-Pacific Region. Airlangga Conference On International Relations , 4(3), Pp. 309-316.
Halaman 315
18
Mingst Dalam Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional; Presfektif-Persfektif Klasik. Csgs. Pp. 55-80
Halaman 118
19
Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic Engagement In The
Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 2(55-71), P. 2. Halaman 66
20
Andonyo, P. T., 2014. Kepentingan Nasional Malaysia Terkait Latihan Militer Bersama Dengan China Tahun
2014. Jurnal Transformasi Global, 1(1), Pp. 7-28. Halaman 7
Adapun kedekatan hubungan diplomatik antar Malaysia dengan Tiongkok merupakan

bagian dari kepentingan nasional keduanya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan FPDA

Defense Ministers Meeting bahwasannya negara anggota dapat menyelesaikan maupun

mencapai kepentingan negaranya secara individu maupun kolektif. 21 Malaysia dalam melakukan

pendekatan diplomatik terhadap Tiongkok dapat dilihat sebagai upaya pemenuhan kepentingan

negaranya yang dibuktikan dengan Tiongkok menjadi rekan kerja sama terbesar bagi Malaysia.

2. Relevansi FPDA dalam Rivalitas Amerika-Tiongkok.

Waltz menyatakan bahwasannya aliansi dapat melemah bahkan dibubarkan jika

setidaknya terjadi beberapa kemungkinan yakni perubahan persepsi atas ancaman, menurunnya

kredibilitas aliansi, dan perubahan politik domestik negara anggota aliansi.

1. Perubahan Persepsi Atas Ancaman

Dalam Five Powers Defense arrangement, alasan semula yang dibangun sebagai

phsycological detterence untuk mempertahankan kedaulatan Singapura dan Malaysia terhadap

Indonesia sudah tidak relevan lagi setelah Presiden Indonesia Soekarno lengser. Alih-alih

dikatakan sebagai perubahan persepsi ancaman sebagaimana yang disebutkan oleh Walt, FPDA

merupakan suatu aliansi yang terus bereaksi terhadap kondisi lingkungan strategis di Kawasan.

FPDA Ministers Meeting 2003 mengatakan bahwasannya FPDA akan memperbaharui dirinya

agar tetap relevan seperti memasukan kerangka kerja joint military exercise untuk menghadapi

isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, pembajakan kapal, pemberantasan narkoba,

bantuan bencana alam, dan proteksionisme maritim. FPDA Ministers Meeting juga sesuai

dengan prinsip anarki dimana tidak ada entitas yang dapat mengatur suatu negara dengan tetap

21
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For Regional
Security, 3(1), Pp. 79-96. Halaman 88
menjamin kenyamanan para anggota dengan kebebasan untuk menjalin hubungan dengan negara

lain.22 Adapun aliansi FPDA digunakan sebagai consultation forum dan media joint exercise

untuk meningkatkan capacity dan capability negara anggota. Hal ini juga sesuai dengan teori

liberalisme complex interdependence dimana suatu negara akan membuat kerja sama dengan

beberapa negara maupun komunitas yang berbeda untuk meningkatkan keuntungannya dalam

bentuk jaring laba-laba (cobwel model) dengan tujuan untuk meredam konflik juga untuk

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

2. Menurunnya Kredibilitas Aliansi

FPDA telah berhasil menjadi psychological detterence juga invisible security yang

berhasil meningkatkan confidence negara anggota dengan menjadi consultation forum dan joint

military exercise sebagai upaya pertahanan terhadap segala ancaman non-tradisional seperti

piracy, terrorism, dan illicit drugs. Selain itu, FPDA juga dilengkapi dengan kerangka kerja

FPDA Defence Ministers Meeting, FPDA Defence Chiefs Conference, FPDA Consultative

Council, FPDA Activities Coordinating Council FPDA Professional Forum yang disesuaikan

dengan kebutuhan para anggotanya dalam menyelesaikan permasalahan di Kawasan.

3. Perubahan Politik Domestik

Kekhawatiran Malaysia akan dibentuknya pakta pertahanan AUKUS yang dapat

meningkatkan ketegangan dan security dillema di Asia Tenggara. Berbeda dengan Singapura

yang melihat AUKUS sebagai upaya balance of power terhadap agresifitas Tiongkok. Malaysia

melihat AUKUS sebagai tindakan militer provokatif yang dapat memicu konflik di Kawasan.

Alih-alih sebagai perubahan politik domestik karena kedekatan antara Malaysia dan Tiongkok,
22
Programme Of The 4th Fpda Professional Forum: The Incorporation Of Asymmetric Threats In Fpda Training
Activities, Kuala Lumpur: Defence Operations & Training Division, Headquarters Malaysian Armed Force,
Ministry Of Defence, 2003.
Malaysia menyatakan keberatannya terhadap AUKUS untuk mempertahankan Southeast Asia

Nuclear Weapon Free Zone. 23 Kedekatan antara Malaysia dan Tiongkok sendiri telah terbangun

sejak tahun 1970 dan telah menjadi rekan perdagangan terbesar bagi Malaysia. Tingginya tingkat

interaksi antar malaysia dan tiongkok telah meningkatkan kepercayaan satu sama lain juga

menjadikan Malaysia lebih bijak dengan tetap bertahan pada Southeast Asia Nuclear Weapon.

Disini, FPDA sebagai aliansi defensif melakukan berbagai joint military exercise untuk

meningkatkan kemampuan negara anggota dalam mempertahankan kedaulatan negaranya bukan

sebagai aliansi ofensif yang melakukan ekspansi. Hal ini sesuai dengan teori complex

independence yang melihat bahwasannya telah terbentuk suatu multiple channels dimana telah

terjadi kedekatan antar negara Malaysia dan Tiongkok yang terjadi didasari oleh kerjasama

multi-bidang sebagaimana kepentingan nasional keduanya yang tidak hanya memiliki

kepentingan di bidang pertahanan tetapi juga memiliki kepentingan di bidang perdagangan,

pariwisata, dan juga pendidikan. Complex inderdependence telah membangun suatu hubungan

ketergantungan yang sangat besar yang kemudian menjadikan cara-cara penyelesaian dengan

menggunakan pendekatan militer tidak lagi menjadi prioritas utama.

Kesimpulan

Five Powers Defense Arrangement telah menunjukan relevansinya dalam rivalitas

Amerika-Tiongkok di Kawasan sebagai aliansi yang melakukan immediately consultation juga

berbagai joint military exercise seperti Ex. Bersama Lima, Ex. Suman Warrior, dan Ex Bersama

Padu yang diharapkan dapat meningkatkan capacity dan capability negara anggota dalam

menghadapi ancaman pertahanan. Setelah perubahan persepsi ancaman terhadap Indonesia,

23
Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussein Dalam azis, a., 2021. indonesiainside.id. [Online]
Available at: https://indonesiainside.id/news/internasional/2021/09/22/amerika-kini-tidak-mampu-hadapi-china-
sendirian-aukus-untuk-amankan-3-negara
[Accessed 17 january 2022].
FPDA juga dilengkapi dengan kerangka kerja terorganisir yang memiliki fokus kepada

penyelesaian permasalahan isu non-tradisional. FPDA juga terbukti berhasil meningkatkan

hubungan multilateral maupun bilateral antar anggotanya dengan berdasar untuk meningkatkan

keuntungan. Keuntungan dari FPDA sendiri sangat berpengaruh terhadap anggotanya sehingga

setiap enggota berupaya untuk tetap mempertahankan kerja sama FPDA. Adapun pendefinisian

yang berbeda antara malaysia dengan anggota FPDA lainnya terhadap AUKUS sama sekali tidak

menyalahi aturan-aturan dalam FPDA sesuai dengan FPDA Ministers Meeting yang menekankan

kepada kenyamanan para anggotanya juga pada consultation forum yang mendiskusikan suatu

kebijakan yang akan dilaksanakan secara kolektif maupun individual. Dapat dilihat juga

bahwasannya telah terbangun suatu hubungan complex interdependence yang mana hubungan

dekat antara Malaysia-Tiongkok dalam bentuk kerja sama multi-bidang telah menjajdikan

penggunaan kekuatan milter bukan menjadi prioritas utama sehingga Malaysia mengkhawatirkan

AUKUS dapat meningkatkan rivalitas Amerika-Tiongkok dan teguh kepada prinsip bebas nuklir

yang sesuai dengan Southeast Asia Nuclear Weapon.

Daftar Pustaka:

Andonyo, P. T., 2014. Kepentingan Nasional Malaysia Terkait Latihan Militer Bersama Dengan

China Tahun 2014. Jurnal Transformasi Global, 1(1), Pp. 7-28.

Azis, A., 2021. Indonesiainside.Id. [Online]

Available At: Https://Indonesiainside.Id/News/Internasional/2021/09/22/Amerika-Kini-


Tidak-Mampu-Hadapi-China-Sendirian-Aukus-Untuk-Amankan-3-Negara

[Accessed 17 January 2022].

Delanova, M. O., 2021. Dampak Pakta Pertahanan Trilateral Aukus Terhadap Kondisi Regional

Indo-Pasifik. Dinamika Global, Pp. 256-285.

Dugis, V., 2016. Teori Hubungan Internasional Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra Studi Global Strategis

(Csgs),

Hanggu, F. P., Hutabarat, L. & Harnowo, S., 2018. Diplomasi Pertahanan Indonesia Kepada

Negara Anggota Five. Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan, 4(1), Pp. 39-56.

Latifah & Larasati, D., 2018. Respond Five Power Defense Agreement (Fpda) Towards Security

Dynamic Of Asia-Pacific Region. Airlangga Conference On International Relations ,

4(3), Pp. 309-316.

Montratama, I., 2015. Strategic Re-Alignment: Alternatif Indonesia Dalam Mengimbangi

Ancaman Aliansi Five Powers Defense Arrangement (Fpda). Jurnal Pertahanan, 5(1),

Pp. 129-153.

Narayanan, A., 2019. Maritime Territorial Dispute In The South China Sea: Realism (Power) Vs

Liberalism (International Law) And The Choice. The Journal Of Diplomacy And Foreign

Relations, 18(1), Pp. 15-39.

Sari, D. L., 2019. Ive Power Defense Arrangements (Fpda) And The Role Of Strategic

Engagement In The Southeast Asian Region. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan,

2(55-71), P. 2.
Thayer, C. A., 2007. The Five Power Defence Arrangements: The Quiet Achiever. Institute For

Regional Security, 3(1), Pp. 79-96.

Programme Of The 4th Fpda Professional Forum: The Incorporation Of Asymmetric Threats In

Fpda Training Activities, Kuala Lumpur: Defence Operations & Training Division,

Headquarters Malaysian Armed Force, Ministry Of Defence, 2003.

Rana, W., 2015. Theory Of Complex Interdependence: A Comparative Analysis Of Realist And

Neoliberal Thoughts. International Journal Of Business And Social Science , 6( 2), Pp.

292.

Anda mungkin juga menyukai