Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS FRAUD DIAMOND THEORY TERHADAP KECURANGAN

AKUNTANSI DI SEKTOR PEMERINTAHAN


(Study Empiris pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik)

Dosen Pengampu :
(UMAIMAH,.S.E.,M.Ak)

Oleh:
YULIA DEBY PRATIWI 190302079
Akuntansi B-Pagi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
ANALISIS FRAUD DIAMOND THEORY TERHADAP KECURANGAN
AKUNTANSI DI SEKTOR PEMERINTAHAN
(Study Empiris pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik)

Dosen Pengampu :
(UMAIMAH,.S.E.,M.Ak)

Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menempuh Mata Kuliah Isu Kontemporer Akuntansi

Oleh:
YULIA DEBY PRATIWI 190302079
Akuntansi B-Pagi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan sebuah proposal
jurnal Metodologi Penelitian dengan judul : “Analisis Fraud Diamond Theory
terhadap Kecurangan Akuntansi di Sektor Pemerintahan (Study Empiris pada
Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik)’’
Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas perkuliahan pada Program Studi Isu Kontemporer Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dengan tersusunnya proposal ini penulis berharap kepada Bapak Pengampu
Mata Kuliah Isu Kontemporer Akuntansi berkenan meluangkan waktu untuk membina
dan membimbing pembuatan makalah ini yang ditugaskan kepada Mahasiswa.
Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Tumirin, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
2. Bapak Muhammad Aufa, S.E..M.S.A. selaku Ka Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
3. Ibu Umaimah,.S.E.,M.Ak selaku pengampu Mata Kuliah Isu Kontemporer Akuntansi
yang dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan materinya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu dengan kerendahan hati Penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Demikian untuk menjadikan periksa dan Penulis berharap atas kritik dan saran,
guna perbaikan dalam penulisan makalah ini. Amiin…….

Gresik, 29 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3

BAB II .............................................................................................................................. 4

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ......................................................... 4

2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 4

2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 5

2.2.1 Agency Theory ........................................................................................... 5

2.3.1 Fraud ........................................................................................................... 6

2.4.1 Triangle Fraud ............................................................................................ 7

2.5.1 Diamond Fraud ........................................................................................... 8

2.3 Hubungan Antar Variabel .................................................................................. 9

BAB III .......................................................................................................................... 12

METODE PENELITIAN ............................................................................................ 12

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................... 12

3.2 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ................................................ 12

3.3 Jenis Data........................................................................................................ 13

3.4 Sumber Data ................................................................................................... 13

3.5 Teknik Pengambilan Data ............................................................................. 13

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................................... 13

3.6.1 Variabel dependen .................................................................................... 13

3.6.1.1 Kecurangan (Fraud) (Y) ........................................................................... 13

iii
3.6.2 Variable independen ................................................................................. 14

3.6.2.1. Kesesuaian Kompensasi (X1) ............................................................... 14

3.6.2.2. Sistem Pengendalian Internal (X2) ....................................................... 14

3.6.2.3. Budaya Organisasi (X3) ........................................................................ 15

3.6.2.4. Kompetensi (X4)................................................................................... 15

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecurangan (fraud) merupakan tindakan Manipulasi atau kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang di dalam atau di luar organisasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. (T.
W. Singleton et al., 2006) menyebutkan bahwa bentuk penyimpangan/ fraud dapat
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) hal yaitu: penyimpangan pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting), penyalahgunaan aset (asset misappropriation) dan
korupsi (corruption). Penelitian ini menggunakan teori Fraud Diamond yang
dikembangkan oleh (Wolfe & Hermanson, 2004) mengatakan bahwa kecurangan
disebabkan oleh empat faktor, yang terdiri dari tekanan (pressure), peluang
(opportunity), rasionalisasi (rationalization), dan kemampuan (capability). Tekanan
menjadi salah satu faktor utama dalam seseorang melakukan tindak kecurangan.
Tekanan dapat berupa tekanan financial yang dialami atau tekanan dari lingkungan
sekitar.

Salah satu jenis kecurangan yang sering terjadi di sektor pemerintahan adalah
korupsi, sedangkan aktor yang mendominasi dalam kasus dugaan korupsi adalah
Aparatur Sipil Negara yang apabila dilihat dalam konteks kelembagaan, kasus korupsi
lebih banyak dilakukan di pemerintah daerah, yakni pemerintah kabupaten; pemerintah
desa; pemerintah kota; dan pemerintah provinsi. Hal ini membuktikan bahwa
kecurangan tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, namun juga banyak terjadi pada
pemerintah daerah. Salah satu daerah yang ikut menyumbangkan kasus korupsi adalah
Kota Gresik. Terdapat beberapa kasus korupsi yang terjadi di Kota Gresik hingga
melibatkan Kepala Daerahnya. Banyaknya kasus kecurangan tersebut menyebabkan
banyak pihak ingin mengetahui dan memahami faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan fraud. Penelitian ini dilakukan dengan menggali persepsi pegawai dinas
Kota Gresik tentang terjadinya fraud. (Wolfe & Hermanson, 2004) mengidentifikasikan
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, yaitu fraud diamond
theory. Dari teori tersebut masalah yang timbul sehingga menyebabkan seorang

1
pegawai memutuskan untuk berperilaku curang (fraud) adalah adanya dorongan baik
dari diri pribadi, organisasi, maupun dari luar. Upaya tersebut dapat berasal dari tekanan
atau pressure. Pada penelitian ini peneliti memproksikan tekanan/ opportunity dengan
kesesuaian kompensasi. Kecenderungan kecurangan fraud yang terjadi di instansi atau
organisasi dimotivasi karena adanya keinginan individu untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi. Motivasi atas tindakan tersebut disebabkan adanya ketidakpuasan
individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang telah dilakukan.Adanya
kepuasan kompensasi yang sesuai dengan yang diharapkan dapat membuat karyawan
merasa tercukupi sehingga mereka tidak melakukan tindakan yang merugikan instansi
atau organisasi termasuk melakukan tindak kecurangan.

Banyak penelitian mengenai fraud telah dilakukan untuk mengetahui faktor-


faktor yang menyebabkan fraud. Cressey (1953) mencetuskan konsep tentang Fraud
Triangle yang menyatakan bahwa penyebab fraud adalah karena adanya faktor
motivation/ pressure, opportunity, dan rationalization. Penelitian Cressey kemudian
disempurnakan oleh (Wolfe & Hermanson, 2004) yang menambahkan faktor
kemampuan (capability) selain pada ketiga faktor Cressey tersebut. Konsep ini
kemudian dikenal dengan Fraud Diamond Theory. Dengan mendasarkan pada konsep
Fraud Diamond Theory. Elemen dalam Fraud Diamond Theory ini kemudian
diproksikan dengan variabel-variabel agar lebih mudah diukur, yaitu tekanan (pressure)
yang diproksikan dengan variabel kesesuaian kompensasi; variabel kesempatan
(opportunity) yang diproksikan dengan variabel keefektifan pengendalian internal;
variabel rasionalisasi (rationalization) yang diproksikan dengan variabel budaya
organisasi; serta variabel kemampuan (capability) yang diproksikan dengan kompetensi.

Hasil penelitian (Permatasari et al., 2018) dan (Adinda, 2015) yang


menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan sedangkan menurut (Sulistiyowati, 2007) kepuasan gaji (kompensasi)
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. (Permatasari et al., 2018) (Hernanda
et al., 2020)a menunjukan bahwa pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan, sedangkan menurut (Adinda, 2015 ) keefektifan sistem
pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. (Adinda, 2015)
budaya organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan sedangkan
menurut (Sulistiyowati, 2007) (Adinda, 2015) Kultur organisasi berpengaruh terhadap

2
kecenderungan kecurangan. (Hernanda et al., 2020) menunjukan bahwa Kompetensi
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) sedangkan menurut
(Indriani et al., 2016) sedangkan menurut Kompetensi berpengaruh terhadap
kecenderungan perilaku fraud. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan
meneliti mengenai “Analisis Fraud Diamond Theory terhadap Kecurangan
Akuntansi di Sektor Pemerintahan (Study Empiris pada Dinas Keuangan
Pemerintah Kabupaten Gresik)’’

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan (fraud) pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik?
2. Apakah Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan (fraud) pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik?
3. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan
(fraud) pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik?
4. Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud)
pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menggali presepsi pada pegawai dinas keuangan Kota Gresik mengenai
pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap terjadinya kecurangan (fraud) di
sektor pemerintah.
2. Untuk menggali presepsi pada pegawai dinas keuangan Kota Gresik mengenai
pengaruh sistem pengendalian internal terhadap terjadinya kecurangan (fraud) di
sektor pemerintah.
3. Untuk menggali presepsi pada pegawai dinas keuangan Kota Gresik mengenai
pengaruh budaya organisasi terhadap terjadinya kecurangan (fraud) di sektor
pemerintah
4. Untuk menggali presepsi pada pegawai dinas keuangan kota Gresik mengenai
pengaruh kompetensi terhadap terjadinya kecurangan (fraud) di sektor
pemerintah

3
BAB II

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Terdahulu


Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh (Sari et al., 2020) dalam penelitiannya
yang berjudul “ Pengaruh fraud diamond bagi kecurangan pengelolaan keuangan
desa (Studi Kasus Pada Pemerintah Desa Kecamatan Sidoarjo)”. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini teori yang
digunakan adalah teori fraud diamond. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif sistem pengendalian internal, kesesuaian kompensasi
dan budaya organisasi terhadap kecenderungan kecurangan dalam pengelolaan
keuangan desa yang dilakukan pemerintah desa Kecamatan Sidoarjo.
kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan
dalam pengelolaan keuangan desa yang dilakukan pemerintah desa Kecamatan
Sidoarjo.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh (Hernanda et al., 2020) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Fraud Diamond Theory terhadap
Terjadinya Fraud (Studi Empiris pada Dinas Kota Probolinggo)” Jenis penelitian
ini merupakan deskriptif, dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fraud diamond. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara kesesuaian
kompensasi dan kompetensi terhadap terjadinya kecurangan (fraud) pada
pegawai dinas Kota Probolinggo. Sistem pengendalian internal dan budaya
organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud)pada
pegawai dinas Kota Probolinggo.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al., 2016) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan konsep fraud diamond theory dalam
mendeteksi perilaku fraud” yang menggunkan metode pendekatan kuantitatif.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fraud diamond. Hasilnya
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara tekanan situasional seperti
otoritas atasan, efektivitas pengendalian internal, dan tingkat penalaran moral
terhadap kecenderungan perilaku kecurangan karyawan. Ketika variabel
kepuasan kompensasi, keadilan organisasi, penegakan hukum, asimetri

4
informasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, pekerjaan jabatan, dan
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan perilaku
penipuan karyawan. Selain itu, dengan menggunakan tes Chow diketahui bahwa
ada terdapat perbedaan antara kecenderungan perilaku kecurangan pada dosen
dan pegawai di Universitas X.
Keempat, penelitiann yang dilakaukan oleh (Agustina, 2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “Perspektif Fraud Diamond Terhadap
Kecenderungan Kecurangan dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Empiris
Pada Pemerintah Desa Kecamatan Ambulu) “ yang menggunkan metode
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori
fraud diamond. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penegakan Hukum dan
Budaya Organisasi berpengaruh terhadap keenderungan keeurangan dalam
pengelolaan keuangan desa. Sedangkan kepuasan kompensasi, gaya
kepemimpinan, sistem pengendalian internal pemerintah, perilaku tidak etis, dan
kompetensi tidak berpengaruh. terhadap keenderungan kecurangan dalam
pengelolaan kcuangan desa.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Agency Theory
Agency theory adalah suatu teori yang menggambarkan hubungan antara dua
pihak yang berbeda, yaitu prinsipal dan agen. Dalam hal ini, agen yang
dimaksud adalah para pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab atas
pelaporan keuangan pemerintah, sedangkan prinsipal adalah pemerintah atau
masyarakat yang membutuhkan informasi akuntansi untuk memantau dan
mengawasi pengelolaan keuangan pemerintah.

Dalam hubungan antara prinsipal dan agen, terdapat kepentingan yang


berbeda antara keduanya. Prinsipal menginginkan agen melaksanakan tugas-
tugasnya sesuai dengan kepentingan publik, sedangkan agen memiliki
kepentingan pribadi atau kelompok dalam melaksanakan tugas tersebut. Konflik
kepentingan inilah yang menjadi fokus utama dari agency theory.

Teori keagenan memandang bahwa pemerintah daerah sebagai agent bagi


masyarakat (principal) akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan
mereka sendiri serta memandang bahwa pemerintah daerah tidak dapat

5
dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat.
Agency theory beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara
pihak agen (pemerintah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi
dengan pihak prinsipal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah
yang memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah daerah harus dapat meningkatkan akuntabilitas atas
kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi
information asymmetry.

Berdasarkan Agency theory pengelolaan pemerintah daerah harus diawasi untuk


memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan meningkatnya
akuntabilitas pemerintah daerah informasi yang diterima masyarakat menjadi
lebih berimbang terhadap pemerintah daerah yang itu artinya information
asymmetry yang terjadi dapat berkurang. Dengan semakin berkurangnya
information asymmetry maka kemungkinan untuk melakukan korupsi juga
menjadi lebih kecil

2.3.1 Fraud
Kecurangan (fraud) merupakan tindakan Manipulasi atau kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang di dalam atau di luar organisasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok yang mengakibatkan kerugian bagi pihak
lain. ( tommy w. Singleton & Singleton, 2010) mendefinisikan fraud sebagai
tindakan mengambil keuntungan secara sengaja dengan cara menyalahgunakan
suatu pekerjaan/jabatan atau mencuri aset/sumberdaya dalam organisasi.

Fraud merupakan tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-


nilai dalam masyarakat karena tindak fraud menimbulkan banyak kerugian baik
secara materiil maupun moril, misalnya hancurnya reputasi organisasi, kerugian
organisasi, kerugian keuangan negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-
dampak negatif lainnya. ( tommy w. Singleton & Singleton, 2010) menyebutkan
bahwa bentuk penyimpangan/ fraud dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) hal
yaitu: penyimpangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting),
penyalahgunaan aset (asset misappropriation) dan korupsi (corruption).

6
2.4.1 Triangle Fraud
Fraud triangle adalah suatu teori yang pertama yang menjelaskan elemen –
elemen fraud., teori ini dikemukakan oleh Cressey pada tahun 1953. Konsep ini
disebut juga Cressey’s Theory karena memang istilah ini muncul karena
penelitian yang dilakukan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953. Penelitian
Cressey diterbitkan dengan judul “Other’s People Money: A Study in the Social
Psychology of Embezzelent”. Penelitian Cressey ini secara umum menjelaskan
alasan mengapa orang-orang melakukan Fraud. Elemen – elemen yang terdapat
dalam triangle fraud theory antara lain : (1) Tekanan (pressure), (2), kesempatan
(Oportunity), dan (3) rasionalisasi (Rasionalitazion). Bentuk triangle fraud
theory digambarkan seperti berikut :

Tekanan kesempatan
(pressure) (Oportunity)

rasionalisasi
(Rasionalitazion)
Gambar 1.1 Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)

2.4.1.1 Tekanan (Pressure)


Pengertian Tekanan Menurut (Shelton, 2014) menyatakan bahwa
tekanan adalah motivasi seseorang untuk melakukan penipuan,
biasanya karena beban keuangan. Tekanan juga dapat dikatakan
sebagai keinginan atau intuisi seseorang yang terdesak melakukan
kejahatan.
2.4.1.2 Kesempatan (Oportunity)
Kesempatan adalah kondisi yang memungkinkan untuk
dilakukannya suatu kejahatan. (Shelton, 2014) menyatakan
kesempatan adalah metode kejahatan yang bisa dilakukan, seperti
beban keuangan.

7
2.4.1.3 Rasionalisasi (Rasionalization)
rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang
melakukan kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut
tidaklah salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan
keuangan mampu merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten
dengan mereka kode etik mereka (Suyanto, 2009)

2.5.1 Diamond Fraud


Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena fraud yang
dikemukakan oleh (Wolfe & Hermanson, 2004). Fraud diamond merupakan
suatu bentuk penyempurnaan dari teori Fraud Triangle oleh Cressey pada tahun
1953. Selain elemen tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan
rasionalisasi, (Wolfe & Hermanson, 2004). menambahkan satu elemen kualitatif
yang diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud yakni kemampuan
(capability) sehingga menjadi empat elemen yang dikenal dengan Fraud
Diamond. Dalam penelitian ini, elemen capability diproksikan dengan variabel
posisi/ jabatan dalam pekerjaan, level penalaran moral, dan kompetensi,
sebagaimana di gambarkan berikut ini:

Fraud Diamond

tekanan kesempatan
(pressure) (opportunity)

rasionalisasi kemampuan
(Rasionalitazion) (capability)

Gambar 2.2: Fraud Diamond – Wolfe and Hermanson

2.5.1.1 Kemampuan (Capability)


Menurut (Shelton, 2014), Kemampuan (Capability) adalah sifat dari
individu yang melakukan penipuan/ fraud, yang mendorong mereka
untuk mencari kesempatan dan memanfaatkannya untuk melakukan
kecurangan.

8
2.3 Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud)
pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik
Menurut (Hernanda et al., 2020) menjelaskan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), kecurangan tidak selalu
terjadi karena fakor kompensasi yang dianggap kurang sesuai. Hal ini dikarenakan
menurut responden, kompensasi berupa gaji dan honor serta kenaikan jabatan atau
promosi merupakan hal yang tidak dapat dipilih oleh para pegawai karena gaji
dan kompensasi yang diberikan telah disesuaikan dengan jabatan dan golongan
responden.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al.,
2016) dan (Adinda, 2015) yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
H1 = Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
terjadinya kecurangan (fraud)
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan
(fraud) pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik
Perusahaan dengan pengendalian internal yang lemah akan memiliki banyak celah
yang menjadikan kesempatan bagi manajemen/karyawan untuk memanipulasi
transaksi. Sistem pengendalian internal yang lemah akan memberikan kesempatan
bagi pegawai untuk melakukan kecurangan. Suatu pengendalian dapat dikatakan
lemah apabila rancangan atau operasionalnya tidak mampu mengurangi atau
menurunkan suatu resiko. Hal ini sesuai dengan teori atribusi yang
mengungkapkan bahwa individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa
tertentu muncul dan dari hasil analisis tersebut akan mempengaruhi perilaku
mereka di masa mendatang. Adanya sistem pengendalian internal yang efektif
akan memberikan perlindungan terhadap suatu resiko, dimana sistem tersebut
dirancang untuk mencegah irregularitas dan upaya deteksi dini adanya
kecurangan.
Menurut penelitian (Hernanda et al., 2020) dan (Indriani et al., 2016) menunjukan
bahwa system pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
perilaku fraud.

9
Semakin baik pengendalian internal suatu pemerintahan maka akan semakin
rendah kecenderungan kecurangan. Demikian pula semakin tinggi tingkat
kepatuhan terhadap pengendalian internal maka akan semakin rendah tingkat
terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
H2 = System pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
terjadinya kecurangan (fraud)

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud) pada


Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik
Kultur organisasi mempunyai makna yang sangat luas. Kultur organisasi
merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang mengarahkan perilaku anggota
organisasi dan akan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. Yang
melatarbelakangi terjadinya praktik korupsi adalah aspek organisasi, satu di
antaranya yaitu tidak adanya kultur organisasi yang benar.
Menurut penelitian (Sulistiyowati, 2007) menyatakan bahwa kulur
organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah. kultur organisasi
yang baik tidak akan membuka peluang sedikitpun bagi individu untuk melakukan
korupsi karena kultur organisasi yang baik akan membentuk para pelaku
organisasi mempunyai sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of
identity (rasa bangga sebagai bagian dari suatu organisasi). Hal senada
diungkapkan juga oleh (Hernanda et al., 2020) dan (Indriani et al., 2016)
Peran kultur organisasi sangat penting, yaitu sebagai penentu arah, mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, bagaimana
mengelola dan mengalokasikan sumber daya organisasi serta sebagai alat untuk
menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal (Lako,
2002) kultur organisasi yang baik akan membentuk para pelaku organisasi
mempunyai sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of identity (rasa
bangga sebagai bagian dari suatu organisasi).
H3 = Budaya organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud)

10
Pengaruh Kompetensi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud) pada Dinas
Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik? (154, indriani
Kompetensi memiliki elemen utama berupa pengetahuan dan keahlian sebagai
dasar yang diperlukan organisasi untuk pencapaian tujuan organisasi. (Wolfe &
Hermanson, 2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang sangat
penting dalam pribadi pelaku kecurangan, diantaranya adalah Intelligence and
creativity. Pelaku kecurangan dinilai memiliki pemahaman yang cukup dalam
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan/atau menggunakan posisi,
fungsi, atau akses berwenang untuk memperoleh keuntungan terbesar.
Hasil penelitian (Hernanda et al., 2020) menyatakan bahwa Kompetensi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al., 2016) yang
menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Penelitian penelitian tersebut
menyatakan bahwa kompetensi yang tinggi yang dimiliki pegawai belum tentu
dapat meningkatkan suatu kecurangan (fraud).
H4 = Kompetensi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud)

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode
penelitian yang didalamnya memuat angka-angka mulai dari proses pengumpulan
data hingga penafsirannya. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada
penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan
kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.

3.2 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah kelompok yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi dari
penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Dinas keuangan pemerintahan
Kabupaten Gresik.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian (wakil) dari populasi. Pemilihan sampel dalam penelitian
ini yaitu yaitu pegawai yang menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan dan laporan pertanggung jawaban di Pemerintah Kota
Gresik dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah
suatu teknik untuk menentukan sampel dengan suatu pikiran pikran tertentu. Oleh
karena itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang
telah ditentukan oleh penulis untuk mendapatkan sampel yang representatif. Berikut
ini adalah kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian:

1. Pegawai yang menjabat sebagai Kepala Dinas, Sekretaris, Bendahara


Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pengadaan dan Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK).
2. Yang menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan dan laporan pertanggung jawaban di
Pemerintah Kota Gresik.

12
3. Pegawai yang berkaitan dengan keuangan, pembuatan laporan keuangan
dan laporan pertanggungjawaban Pemerintah Kota Gresik
3.3 Jenis Data
Adapun jenis penelitian ini adalah data subyek. Data subyek merupakan jenis data
penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden).

3.4 Sumber Data


Sumber data dari penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, pada penelitian ini menggunakan kuisioner.

3.5 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dari penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan
kuesioner yang berisi tentang persepsi pegawai mengenai analisis fraud diamond
theory terhadap terjadinya Fraud. Kuesioner tersebut disebar langsung kepada
pegawai yang bekerja di Dinas keuangan pemerintah Kota Gresik

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen (biasa disebut dengan variabel Y) adalah vaniabel
yang keberadaannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhinya.
Scdangkan variabel independen (biasa disebut dengan variable X) adalah variabel
yang mempengaruhi keberadaan variabel dependen.

3.6.1 Variabel dependen


3.6.1.1 Kecurangan (Fraud) (Y)
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi dapat
berupa salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan, yaitu
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Selain itu
kecurangan akuntansi juga dapat berupa salah saji yang timbul dari perlakuan
Variable independen tidak semestinya terhadap aktiva yang berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.

13
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan
akuntansi terdiri dari lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari
SPAP, seksi 316 IAI (2001) dalam Wilopo dengan skala Likert 1-5.

3.6.2 Variable independen


3.6.2.1. Kesesuaian Kompensasi (X1)
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima dapat berupa fisik maupun non
fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada seseorang yang umumnya
merupakan objek yang dikecualikan dari pajak pendapatan. Kompensasi
merupakan hal yang kompleks dan sulit, karena didalamnya melibatkan dasar
kelayakan, logika, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan serta menyangkut
faktor emosional dari aspek tenaga kerja (Rahmawati, 2012)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur sistem kompensasi terdiri dari enam
item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari Gibson (1997) dalam
Wilopo (2006). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5. Setiap
instrumen pertanyaan mewakili sebuah indikator yang digunakan untuk
mengukur kesesuaian kompensasi. Indikator tersebut diantaranya mengenai
kompensasi keuangan, pengakuan perusahaan atas keberhasilan dalam
melaksanakan pekerjaan, promosi, penyelesaian tugas, pencapaian sasaran, dan
pengembangan pribadi.

3.6.2.2. Sistem Pengendalian Internal (X2)


Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu
organisasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Pengendalian internal juga
merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengukur, dan mengawasi sumber
daya suatu organisasi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan dan untuk
melindungi sumber daya organisasi tersebut. Keefektifan pengendalian internal
diukur dengan lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari
Mulyadi (2002) dengan skala Likert 1 – 5. Setiap item pertanyaan mewakili
sebuah indikator yang merupakan unsur-unsur terciptanya pengendalian internal
yang efektif. Unsur-unsur tersebut diantaranya mengenai lingkungan
pengendalian, pengaksiran resiko, informasi dan komunikasi, aktivitas
pengendalian, dan pemantauan.

14
3.6.2.3. Budaya Organisasi (X3)
Budaya organisasi merupakan proksi dari elemen fraud diamond yakni
rationalization (rasionalisasi). Budaya organisasi merupakan bentuk gambaran
dari perilaku manajemen yang dapat dicontoh oleh para pegawainya
(Mustikasari, 2013). Variabel budaya organisasi diukur dengan menggunakan
skala likert 1-5. Jika jawaban responden menunjukkan hasil yang tinggi, maka
rasionalisasi pegawai untuk melakukan tindak kecurangan rendah. Variabel
budaya organisasi yang dikembangkan oleh Najahningrum (2013) dan
Mustikasari (2013), diukur dengan indikator sebagai berikut: 1. Model peran
yang visible 2. Komunikasi harapan-harapan etis 3. Pelatihan etis 4. Hukuman
bagi tindakan tidak etis 5. Mekanisme perlindungan etika
3.6.2.4. Kompetensi (X4)
Kompetensi merupakan proxy dari elemen capability (kemampuan). Kompetensi
merupakan karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berfikir,
bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan
dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu (Palan, 2008). Jika
jawaban responden menunjukkan hasil yang tinggi, maka akan semakin rendah
kecurangan yang terjadi. Pengukuran variabel kompetensi menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Indriani (2016) yang terdiri dari 7 item
pernyataan dengan menggunakan skala likert 1-5. Indikator perilaku kompetensi
diantaranya:
1. Pemahaman terhadap cara kerja, prosedur kerja, proses kerja;
2. Pemahaman terhadap rencana dan target kerja;
3. Pemahaman proses kerja pada bagian lain;
4. Pemahaman atau kemampuan tentang situasi dan permasalahan
organisasi;
5. Kemampuan penyesuaian diri, pengendalian diri dan bekerja sama
6. Kemampuan dalam menyampaikan gagasan dan pokok pikiran;
7. Penguasaan terhadap peralatan dan teknologi informasi.

15
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua
data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh
secara lengkap (Muhson, 2006) Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan program
IBM SPSS Statistic 25 sebagai alat untuk menguji data.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Statistika


deskriptif, statistika deskriptif adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data,
penyajian, penentuan nilai-nilai statistika, pembuatan diagram atau gambar
mengenai sesuatu hal, disini data yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah
dipahami atau dibaca. Jenis teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala
pengukurannya, yaitu nominal, ordinal , atau interval/rasio (Leni, 1955)

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan


penjelasan dalam penelitian lanjutan untuk memberikan hasil yang lebih baik
terhadap analisis regresi.Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, standar deviasi,
nilai maksimum dan nilai minimum.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik


Sebelum melakukan uji hipotesis, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi
dalam melakukan analisis linier berganda yaitu dengan uji asumsi klasik yang
digunakan untuk menguji apakah dapat memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak semua data dapat
diterapkan regresi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.

3.7.3 Uji Hipotesis


1. Analisis Regresi Liniear Berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan hubungan secara linier antara dua atau lebih
variabel independen (X1, X2... Xn) dengan variabel (Y). Uji regresi linier berganda
digunakan untuk memprediksi pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap

16
variabel dependen. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Mengingat penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, maka persamaan
regresinya sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

Y = Kecurangan (Fraud)

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Kepuasan Kompensasi

X2 = system pengendalian internal

X3 = budaya organisasi

X4 = kompetensi
e = Kesalahan regresi (error)

2. Hasil Uji F
Uji statistik F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang
diestimasi layak atau tidak. Rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai
berikut:
𝑅 2 (𝑁 − 𝑚 − 1
𝑓=
m(1 − 𝑅 2 )
Keterangan:
F : Nilai F Hitung
N : Jumlah Data
m : Jumlah Prediktor
𝑅 2 : Koefisien determinasi antara variabel independen dengan variabel
dependen
Untuk mengetahui signifikansi dapat dilakukan dengan cara membandingkan

17
nilai F hitung dengan F tabel. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah
alpha 5% atau 0,05. Kriteria penerimaan atau penolakan H0 yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
a) Apabila nilai Fhitung > Ftabel,maka H0 ditolak dan hipotesis alternatif
yang menyatakan semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen diterima.
b) Apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif
yang menyatakan semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen ditolak. Selain itu,
kriteria penerimaan atau penolakan H0 dapat juga dilihat dari nilai
probabilitas sebagai berikut:
- Apabila nilai probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

3.7.4 Uji T
Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen.
secara individual terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini uji t digunakan
untuk menguji Nilai signifikansi variabel kesesuaian kompensasi. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing
koefisien dengan t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika t hitung lebih besar
dibandingkan dengan t tabel pada taraf signifikansi 0,05, maka variabel memiliki
pengaruh yang signifikan. Apabila t hitung lebih kecil dibandingkan t tabel pada
taraf signifikansi 0,05, maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, Y. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecurangan (Fraud) di


Sektor Pemerintah Kabupaten Klaten. 4(3), 1–9.
Agustina, W. (2019). PERSPEKTIF FRAUD DIAMOND TERHADAP
KECENDERUNGAN KECURANGAN DALAM PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA (Studi Empiris Pada Pemerintah Desa Kecamatan Ambulu).
Skripsi, 1–121.
Hernanda, B. P., Puspita, D. A., & Sudarno, S. (2020). Analisis Fraud Diamond Theory
terhadap Terjadinya Fraud (Studi Empiris pada Dinas Kota Probolinggo). E-
Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 7(1), 13.
https://doi.org/10.19184/ejeba.v7i1.15473
Indriani, I., Suroso, A., & Maghfiroh, S. (2016). Penerapan Konsep Fraud Diamond
Theory dalam Mendeteksi Perilaku Fraud. Simposium Nasional Akuntansi XIX,
Lampung, 1–43.
Leni, N. (1955). STATISTIK DESKRIPTIF. Journal of the American Chemical Society,
77(21), 5472–5476. https://doi.org/10.1021/ja01626a006
Muhson, A. (2006). T eknik A nalisis Kuantitatif T eknik A nalisis Kuantitatif.
Permatasari, D. E., Kurrohman, T., & Kartika, K. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Kecenderungan Kecurangan (Fraud) di Sektor
Pemerintah (Studi pada Pegawai Keuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi).
Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 14(1), 37. https://doi.org/10.35384/jkp.v14i1.71
Rahmawati, A. P. (2012). Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Moralitas Manajemen
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Pada Dinas Pengelola
Keuangan Dan Aset Daerah Kota Semarang). Jurnal Publikasi Universitas
Diponegoro, 2–45.
Sari, S. P., Kartika, & Prasetyo, W. (2020). Pengaruh Fraud Diamond Bagi Kecurangan
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus Pada Pemerintah Desa Kecamatan
Sidoarjo). Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 18(1), 41.
Shelton, A. M. (2014). Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond
Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond Acct 4018- Senior
Honors Seminar.
Singleton, tommy w., & Singleton, aaron j. (2010). Fraud Auditing and Forensic

19
Accounting.
Singleton, T. W., Singleton, A., Bologna, J., & Lindquist, R. (2006). Fraud auditing
and forensic accounting / Tommie W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack
Bologna, Robert J. Lindquist.
Sulistiyowati, F. (2007). Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah tentang Tindak Korupsi. Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indonesia, 11(1), 47–66.
Suyanto, S. (2009). Fraudulent Financial Statement: Evidence from Statement on
Auditing Standard No. 99. Gadjah Mada International Journal of Business, 11(1),
117. https://doi.org/10.22146/gamaijb.5539
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The FWolfe, D. T. and Hermanson, D. R.
(2004) ‘The Fraud Diamond : Considering the Four Elements of Fraud: Certified
Public Accountant’, The CPA Journal, 74(12), pp. 38–42. doi: DOI:raud
Diamond : Considering the Four ElemWolfe, D. T. and Hermanson, D. R. The
CPA Journal, 74(12), 38–42.

20

Anda mungkin juga menyukai