Dosen Pengampu :
(UMAIMAH,.S.E.,M.Ak)
Oleh:
YULIA DEBY PRATIWI 190302079
Akuntansi B-Pagi
Dosen Pengampu :
(UMAIMAH,.S.E.,M.Ak)
Oleh:
YULIA DEBY PRATIWI 190302079
Akuntansi B-Pagi
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan sebuah proposal
jurnal Metodologi Penelitian dengan judul : “Analisis Fraud Diamond Theory
terhadap Kecurangan Akuntansi di Sektor Pemerintahan (Study Empiris pada
Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik)’’
Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas perkuliahan pada Program Studi Isu Kontemporer Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dengan tersusunnya proposal ini penulis berharap kepada Bapak Pengampu
Mata Kuliah Isu Kontemporer Akuntansi berkenan meluangkan waktu untuk membina
dan membimbing pembuatan makalah ini yang ditugaskan kepada Mahasiswa.
Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Tumirin, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
2. Bapak Muhammad Aufa, S.E..M.S.A. selaku Ka Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
3. Ibu Umaimah,.S.E.,M.Ak selaku pengampu Mata Kuliah Isu Kontemporer Akuntansi
yang dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan materinya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu dengan kerendahan hati Penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Demikian untuk menjadikan periksa dan Penulis berharap atas kritik dan saran,
guna perbaikan dalam penulisan makalah ini. Amiin…….
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 4
iii
3.6.2 Variable independen ................................................................................. 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis kecurangan yang sering terjadi di sektor pemerintahan adalah
korupsi, sedangkan aktor yang mendominasi dalam kasus dugaan korupsi adalah
Aparatur Sipil Negara yang apabila dilihat dalam konteks kelembagaan, kasus korupsi
lebih banyak dilakukan di pemerintah daerah, yakni pemerintah kabupaten; pemerintah
desa; pemerintah kota; dan pemerintah provinsi. Hal ini membuktikan bahwa
kecurangan tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, namun juga banyak terjadi pada
pemerintah daerah. Salah satu daerah yang ikut menyumbangkan kasus korupsi adalah
Kota Gresik. Terdapat beberapa kasus korupsi yang terjadi di Kota Gresik hingga
melibatkan Kepala Daerahnya. Banyaknya kasus kecurangan tersebut menyebabkan
banyak pihak ingin mengetahui dan memahami faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan fraud. Penelitian ini dilakukan dengan menggali persepsi pegawai dinas
Kota Gresik tentang terjadinya fraud. (Wolfe & Hermanson, 2004) mengidentifikasikan
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, yaitu fraud diamond
theory. Dari teori tersebut masalah yang timbul sehingga menyebabkan seorang
1
pegawai memutuskan untuk berperilaku curang (fraud) adalah adanya dorongan baik
dari diri pribadi, organisasi, maupun dari luar. Upaya tersebut dapat berasal dari tekanan
atau pressure. Pada penelitian ini peneliti memproksikan tekanan/ opportunity dengan
kesesuaian kompensasi. Kecenderungan kecurangan fraud yang terjadi di instansi atau
organisasi dimotivasi karena adanya keinginan individu untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi. Motivasi atas tindakan tersebut disebabkan adanya ketidakpuasan
individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang telah dilakukan.Adanya
kepuasan kompensasi yang sesuai dengan yang diharapkan dapat membuat karyawan
merasa tercukupi sehingga mereka tidak melakukan tindakan yang merugikan instansi
atau organisasi termasuk melakukan tindak kecurangan.
2
kecenderungan kecurangan. (Hernanda et al., 2020) menunjukan bahwa Kompetensi
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) sedangkan menurut
(Indriani et al., 2016) sedangkan menurut Kompetensi berpengaruh terhadap
kecenderungan perilaku fraud. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan
meneliti mengenai “Analisis Fraud Diamond Theory terhadap Kecurangan
Akuntansi di Sektor Pemerintahan (Study Empiris pada Dinas Keuangan
Pemerintah Kabupaten Gresik)’’
3
BAB II
4
informasi, budaya organisasi, komitmen organisasi, pekerjaan jabatan, dan
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan perilaku
penipuan karyawan. Selain itu, dengan menggunakan tes Chow diketahui bahwa
ada terdapat perbedaan antara kecenderungan perilaku kecurangan pada dosen
dan pegawai di Universitas X.
Keempat, penelitiann yang dilakaukan oleh (Agustina, 2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “Perspektif Fraud Diamond Terhadap
Kecenderungan Kecurangan dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Empiris
Pada Pemerintah Desa Kecamatan Ambulu) “ yang menggunkan metode
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori
fraud diamond. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penegakan Hukum dan
Budaya Organisasi berpengaruh terhadap keenderungan keeurangan dalam
pengelolaan keuangan desa. Sedangkan kepuasan kompensasi, gaya
kepemimpinan, sistem pengendalian internal pemerintah, perilaku tidak etis, dan
kompetensi tidak berpengaruh. terhadap keenderungan kecurangan dalam
pengelolaan kcuangan desa.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Agency Theory
Agency theory adalah suatu teori yang menggambarkan hubungan antara dua
pihak yang berbeda, yaitu prinsipal dan agen. Dalam hal ini, agen yang
dimaksud adalah para pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab atas
pelaporan keuangan pemerintah, sedangkan prinsipal adalah pemerintah atau
masyarakat yang membutuhkan informasi akuntansi untuk memantau dan
mengawasi pengelolaan keuangan pemerintah.
5
dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat.
Agency theory beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara
pihak agen (pemerintah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi
dengan pihak prinsipal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah
yang memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah daerah harus dapat meningkatkan akuntabilitas atas
kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi
information asymmetry.
2.3.1 Fraud
Kecurangan (fraud) merupakan tindakan Manipulasi atau kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang di dalam atau di luar organisasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok yang mengakibatkan kerugian bagi pihak
lain. ( tommy w. Singleton & Singleton, 2010) mendefinisikan fraud sebagai
tindakan mengambil keuntungan secara sengaja dengan cara menyalahgunakan
suatu pekerjaan/jabatan atau mencuri aset/sumberdaya dalam organisasi.
6
2.4.1 Triangle Fraud
Fraud triangle adalah suatu teori yang pertama yang menjelaskan elemen –
elemen fraud., teori ini dikemukakan oleh Cressey pada tahun 1953. Konsep ini
disebut juga Cressey’s Theory karena memang istilah ini muncul karena
penelitian yang dilakukan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953. Penelitian
Cressey diterbitkan dengan judul “Other’s People Money: A Study in the Social
Psychology of Embezzelent”. Penelitian Cressey ini secara umum menjelaskan
alasan mengapa orang-orang melakukan Fraud. Elemen – elemen yang terdapat
dalam triangle fraud theory antara lain : (1) Tekanan (pressure), (2), kesempatan
(Oportunity), dan (3) rasionalisasi (Rasionalitazion). Bentuk triangle fraud
theory digambarkan seperti berikut :
Tekanan kesempatan
(pressure) (Oportunity)
rasionalisasi
(Rasionalitazion)
Gambar 1.1 Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)
7
2.4.1.3 Rasionalisasi (Rasionalization)
rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang
melakukan kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut
tidaklah salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan
keuangan mampu merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten
dengan mereka kode etik mereka (Suyanto, 2009)
Fraud Diamond
tekanan kesempatan
(pressure) (opportunity)
rasionalisasi kemampuan
(Rasionalitazion) (capability)
8
2.3 Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud)
pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik
Menurut (Hernanda et al., 2020) menjelaskan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), kecurangan tidak selalu
terjadi karena fakor kompensasi yang dianggap kurang sesuai. Hal ini dikarenakan
menurut responden, kompensasi berupa gaji dan honor serta kenaikan jabatan atau
promosi merupakan hal yang tidak dapat dipilih oleh para pegawai karena gaji
dan kompensasi yang diberikan telah disesuaikan dengan jabatan dan golongan
responden.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al.,
2016) dan (Adinda, 2015) yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
H1 = Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
terjadinya kecurangan (fraud)
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan
(fraud) pada Dinas Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik
Perusahaan dengan pengendalian internal yang lemah akan memiliki banyak celah
yang menjadikan kesempatan bagi manajemen/karyawan untuk memanipulasi
transaksi. Sistem pengendalian internal yang lemah akan memberikan kesempatan
bagi pegawai untuk melakukan kecurangan. Suatu pengendalian dapat dikatakan
lemah apabila rancangan atau operasionalnya tidak mampu mengurangi atau
menurunkan suatu resiko. Hal ini sesuai dengan teori atribusi yang
mengungkapkan bahwa individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa
tertentu muncul dan dari hasil analisis tersebut akan mempengaruhi perilaku
mereka di masa mendatang. Adanya sistem pengendalian internal yang efektif
akan memberikan perlindungan terhadap suatu resiko, dimana sistem tersebut
dirancang untuk mencegah irregularitas dan upaya deteksi dini adanya
kecurangan.
Menurut penelitian (Hernanda et al., 2020) dan (Indriani et al., 2016) menunjukan
bahwa system pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
perilaku fraud.
9
Semakin baik pengendalian internal suatu pemerintahan maka akan semakin
rendah kecenderungan kecurangan. Demikian pula semakin tinggi tingkat
kepatuhan terhadap pengendalian internal maka akan semakin rendah tingkat
terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
H2 = System pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
terjadinya kecurangan (fraud)
10
Pengaruh Kompetensi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud) pada Dinas
Keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik? (154, indriani
Kompetensi memiliki elemen utama berupa pengetahuan dan keahlian sebagai
dasar yang diperlukan organisasi untuk pencapaian tujuan organisasi. (Wolfe &
Hermanson, 2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang sangat
penting dalam pribadi pelaku kecurangan, diantaranya adalah Intelligence and
creativity. Pelaku kecurangan dinilai memiliki pemahaman yang cukup dalam
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan/atau menggunakan posisi,
fungsi, atau akses berwenang untuk memperoleh keuntungan terbesar.
Hasil penelitian (Hernanda et al., 2020) menyatakan bahwa Kompetensi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indriani et al., 2016) yang
menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Penelitian penelitian tersebut
menyatakan bahwa kompetensi yang tinggi yang dimiliki pegawai belum tentu
dapat meningkatkan suatu kecurangan (fraud).
H4 = Kompetensi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3. Pegawai yang berkaitan dengan keuangan, pembuatan laporan keuangan
dan laporan pertanggungjawaban Pemerintah Kota Gresik
3.3 Jenis Data
Adapun jenis penelitian ini adalah data subyek. Data subyek merupakan jenis data
penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden).
13
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan
akuntansi terdiri dari lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari
SPAP, seksi 316 IAI (2001) dalam Wilopo dengan skala Likert 1-5.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sistem kompensasi terdiri dari enam
item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari Gibson (1997) dalam
Wilopo (2006). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5. Setiap
instrumen pertanyaan mewakili sebuah indikator yang digunakan untuk
mengukur kesesuaian kompensasi. Indikator tersebut diantaranya mengenai
kompensasi keuangan, pengakuan perusahaan atas keberhasilan dalam
melaksanakan pekerjaan, promosi, penyelesaian tugas, pencapaian sasaran, dan
pengembangan pribadi.
14
3.6.2.3. Budaya Organisasi (X3)
Budaya organisasi merupakan proksi dari elemen fraud diamond yakni
rationalization (rasionalisasi). Budaya organisasi merupakan bentuk gambaran
dari perilaku manajemen yang dapat dicontoh oleh para pegawainya
(Mustikasari, 2013). Variabel budaya organisasi diukur dengan menggunakan
skala likert 1-5. Jika jawaban responden menunjukkan hasil yang tinggi, maka
rasionalisasi pegawai untuk melakukan tindak kecurangan rendah. Variabel
budaya organisasi yang dikembangkan oleh Najahningrum (2013) dan
Mustikasari (2013), diukur dengan indikator sebagai berikut: 1. Model peran
yang visible 2. Komunikasi harapan-harapan etis 3. Pelatihan etis 4. Hukuman
bagi tindakan tidak etis 5. Mekanisme perlindungan etika
3.6.2.4. Kompetensi (X4)
Kompetensi merupakan proxy dari elemen capability (kemampuan). Kompetensi
merupakan karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berfikir,
bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan
dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu (Palan, 2008). Jika
jawaban responden menunjukkan hasil yang tinggi, maka akan semakin rendah
kecurangan yang terjadi. Pengukuran variabel kompetensi menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Indriani (2016) yang terdiri dari 7 item
pernyataan dengan menggunakan skala likert 1-5. Indikator perilaku kompetensi
diantaranya:
1. Pemahaman terhadap cara kerja, prosedur kerja, proses kerja;
2. Pemahaman terhadap rencana dan target kerja;
3. Pemahaman proses kerja pada bagian lain;
4. Pemahaman atau kemampuan tentang situasi dan permasalahan
organisasi;
5. Kemampuan penyesuaian diri, pengendalian diri dan bekerja sama
6. Kemampuan dalam menyampaikan gagasan dan pokok pikiran;
7. Penguasaan terhadap peralatan dan teknologi informasi.
15
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua
data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh
secara lengkap (Muhson, 2006) Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan program
IBM SPSS Statistic 25 sebagai alat untuk menguji data.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
16
variabel dependen. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Mengingat penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, maka persamaan
regresinya sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Kecurangan (Fraud)
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Kepuasan Kompensasi
X3 = budaya organisasi
X4 = kompetensi
e = Kesalahan regresi (error)
2. Hasil Uji F
Uji statistik F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang
diestimasi layak atau tidak. Rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai
berikut:
𝑅 2 (𝑁 − 𝑚 − 1
𝑓=
m(1 − 𝑅 2 )
Keterangan:
F : Nilai F Hitung
N : Jumlah Data
m : Jumlah Prediktor
𝑅 2 : Koefisien determinasi antara variabel independen dengan variabel
dependen
Untuk mengetahui signifikansi dapat dilakukan dengan cara membandingkan
17
nilai F hitung dengan F tabel. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah
alpha 5% atau 0,05. Kriteria penerimaan atau penolakan H0 yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
a) Apabila nilai Fhitung > Ftabel,maka H0 ditolak dan hipotesis alternatif
yang menyatakan semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen diterima.
b) Apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan hipotesis alternatif
yang menyatakan semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen ditolak. Selain itu,
kriteria penerimaan atau penolakan H0 dapat juga dilihat dari nilai
probabilitas sebagai berikut:
- Apabila nilai probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
3.7.4 Uji T
Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen.
secara individual terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini uji t digunakan
untuk menguji Nilai signifikansi variabel kesesuaian kompensasi. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing
koefisien dengan t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika t hitung lebih besar
dibandingkan dengan t tabel pada taraf signifikansi 0,05, maka variabel memiliki
pengaruh yang signifikan. Apabila t hitung lebih kecil dibandingkan t tabel pada
taraf signifikansi 0,05, maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Accounting.
Singleton, T. W., Singleton, A., Bologna, J., & Lindquist, R. (2006). Fraud auditing
and forensic accounting / Tommie W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack
Bologna, Robert J. Lindquist.
Sulistiyowati, F. (2007). Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah tentang Tindak Korupsi. Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indonesia, 11(1), 47–66.
Suyanto, S. (2009). Fraudulent Financial Statement: Evidence from Statement on
Auditing Standard No. 99. Gadjah Mada International Journal of Business, 11(1),
117. https://doi.org/10.22146/gamaijb.5539
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The FWolfe, D. T. and Hermanson, D. R.
(2004) ‘The Fraud Diamond : Considering the Four Elements of Fraud: Certified
Public Accountant’, The CPA Journal, 74(12), pp. 38–42. doi: DOI:raud
Diamond : Considering the Four ElemWolfe, D. T. and Hermanson, D. R. The
CPA Journal, 74(12), 38–42.
20